seminar orto
TRANSCRIPT
SEMINAR ORTHODONTI
ETIOLOGI MALOKLUSI
Sumber : Orthodontics: Preparation Manual For Undergraduates
Pengarang : Sridhar Premkumar
Halaman : 137-143
Pembimbing : 1. Iwa R. Sunaryo, drg., Sp.Ort.
2. Muh. Arifin, drg.
Seminaris : 1. Anggiani Dewi R. (160112100028)
2. Tyas Nur A.S. (160112100029)
3. Irene Veronica B.S. (160112100030)
Hari / tanggal : Rabu / 7 Maret 2012
Waktu : 07.30
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2012
0
ETIOLOGI MALOKLUSI
Q. Klasifikasi berdasarkan etiologi
I. Klasifikasi Graber's (Tabel 7.1)
Tabel 7.1. Klasifikasi faktor etiologi Graber’s
Faktor Umum Faktor Lokal1. Herediter 1. Anomali jumlah
a. Gigi supernumererb. Gigi hilang
2. Cacat kongenital Celah langit-langit, tortikolis Cerebral palsy, sifilis
2. Anomali ukuran gigi
3. Lingkungana. Prenatal- trauma, diet dan
metabolisme masa kehamilan, campak Jerman (rubella)
b. Post-natal- cedera saat lahir, cerebral palsy, cedera sendi rahang
3. Anomali bentuk gigi
4. Predisposisi iklim metabolik dan penyakita. Ketidakseimbangan endokrinb. Gangguan metabolikc. Infeksi penyakit menular
4. Mucosal barriers dan frenulum yang persisten
5. Defisiensi nutrisi 5. Gigi premature loss6. Tekanan akibat kebiasaan (oral bad
habbit) dan penyimpangan fungsionala. Kebiasaan menyusui abnormalb. Menghisap jari dan ibu jaric. Mendorong dan menghisap lidahd. Menggigit bibir dan kukue. Kebiasaan menelan yang abnormalf. Cacat bicarag. Masalah pernapasan (bernapas
melalui mulut, dll)h. Tonsil dan kelenjar adenoidi. Psikogenik tics dan bruxism
6. Retensi berkepanjangan
7. Postur 7. Delayed eruption8. Trauma dan kecelakaan 8. Erupsi abnormal
9. Ankilosis10. Karies gigi11. Restorasi yang tidak
sesuai/sempurna
1
II. Klasifikasi metode Profitt’s (Tabel 7.2)
Tabel 7.2. Klasifikasi maloklusi metode Proffit
Penyebab Spesifik Pengaruh Genetik Pengaruh Lingkungan1. Gangguan pada
perkembangan embriologi-teratogen
1. Herediter 1. Efek ekuilibriuma. Efek ekuilibrium pada
pertumbuhan gigib. Efek ekuilibrium pada
rahang2. Gangguan
pertumbuhan rangkaa. Fetal moulding dan
cedera saat lahirb. Fraktur rahang saat
anak-anak
2. Pengaruh Fungsionala. Fungsi pengunyahanb. Fungsi dan ukuran
lengkung gigic. Gaya kunyah dan
erupsi d. Menghisap dan
kebiasaan lainnyae. Mendorong lidahf. Pola pernapasan
3. Disfungsi otot4. Akromegali dan
hipertrofi hemimandibular
5. Gangguan perkembangan gigia. Kehilangan gigi
kongenitalb. Malformasi dan gigi
supernumeraric. Erupsi dengan
interferensid. Erupsi ektopik
6. Panduan erupsi yang tidak benara. Kehilangan dini gigi
sulungb. Pergeseran
fungsional mandibula
7. Trauma gigi
Q. Prenatal sebagai penyebab maloklusi
Prenatal sebagai penyebab maloklusi secara luas dapat dipelajari sebagai berikut:
1. Gangguan pada perkembangan embriologi, (a) masalah pada sel neural crest,
(b) cacat saat pembentukan organ
2. Teratogen
2
3. Fetal moulding
4. Cedera saat kelahiran
5. Infeksi, diet, dan metabolisme masa kehamilan
6. Genetik atau herediter
1. Gangguan perkembangan embriologi
Johnston dan Bronsky telah mengidentifikasi lima tahap pada perkembangan
kraniofasial. Tahapan dan masalah yang berhubungan dengan perkembangan
kraniofasial dijelaskan pada tabel 7.3.
Tabel 7.3 Tahapan perkembangan kraniofasial
Tahapan Periode MasalahFormasi lapisan germ cell dan initiation of organizationFormasi neural tubeOrigin, migration and interaction of neural crest cellsFormasi sistem organ Palatum primer Palatum sekunderDiferensiasi akhir pada skeletal, muskular, dan jaringan saraf
Hari ke-17
Hari ke-18 - 23Hari ke-19 - 28
Hari ke-28 - 38Hari ke-42 - 55Hari ke-50 - lahir
Fetal alcohol syndrome
AnensefaliMikrosomia hemifasialDisostosis mandibulofasialis
Celah bibir dan atau palatumCelah wajah, palatum lainnyaAkondroplasiaCrouzon’s syndrome, Apert syndrome
2. Teratogen (Tabel 7.4)
Agen kimia atau lainnya yang melewati placental barrier dan menyebabkan cacat
pada embrio disebut teratogen.
Teratogen EfekAminopterinAspirinAsap rokokCytomegalovirusDilantinEthyl alcohol6-mercaptopurine13-cis retinoic acidVirus rubellaThalidomideToxoplasmaRadiasi sinar-XValiumKelebihan vitamin D
AnensefaliCelah bibir dan langit-langitCelah bibir dan langit-langitMikrosefalus, hidrosefalusCelah bibir dan langit-langitDefisiensi wajah bagian tengahCelah langit-langitRetinoic acid syndromeMikroftalmia, tuliMikrosomia hemifasialMikrosefalus, hidrosefalusMikrosefalusCelah bibir dan langit-langitPenutupan sutura secara dini
3
3. Fetal moulding: Intrauterine moulding
Selama kehidupan intrauterine, setiap tekanan akan berefek pada daerah
pertumbuhan sehingga menyebabkan distorsi pertumbuhan.
Pada kondisi tertentu yang jarang terjadi, lengan menempel pada wajah di dalam
rahim sehingga menimbulkan defisiensi maksila.
Terkadang kepala janin tertekuk erat kearah dada di dalam rahim. Hal ini dapat
menghambat pertumbuhan mandibula karena menurunnya volume cairan
ketuban. Terhambatnya pertumbuhan mandibula menyebabkan lidah terangkat
ke atas sehingga penutupan palatum terhenti dan terjadi celah langit-langit. Hal
ini terjadi pada sindrom Pierre Robin dimana terjadi kombinasi antara mikrognati
dan celah langit-langit.
4. Trauma saat kelahiran
Saat proses kelahiran, penggunaan alat forsep dapat merusak sendi temporo
mandibular. Itu akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan mandibula
(mikrognati).
5. Diet masa kehamilan dan infeksi
Frekuensi kelainan biasanya lebih besar pada anak-anak yang lahir dari ibu
dengan defisiensi nutrisi.
Nutrisi yang penting diantaranya yaitu kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, C, dan
D.
Sifilis kongenital: Sifilis yang infeksinya diturunkan dari ibu dan manifestasi
muncul pada anaknya.
Manifestasi sifilis kongenital diantaranya:
1. Frontal bossing
2. Hypoplastic maxilla
3. Palatum yang dalam
4. Mulberry molars
5. Hutchinson incisors
6. Prominent zygoma
7. Rhagades
8. Prognati mandibular
Rubella: Efek dental pada rubella diantaranya:
4
1. Delayed eruption
2. Hipoplasia
3. Mikrosefalus
4. Karies
Campak dan chickenpox: Campak saat kelahiran dan chickenpox biasanya diikuti
oleh cacat turunan.
6. Herediter
Kelainan genetik terkadang dapat terlihat pada saat kelahiran. Kelainan tersebut
disebut defek kongenital. Herediter terjadi pada kondisi berikut:
1. Deformitas kongenital
2. Asimetris wajah
3. Makrognati dan mikrognati
4. Makrodonsia dan mikrodonsia
5. Anodonsia, oligodonsia, hipodonsia
6. Variasi bentuk gigi
7. Celah bibir dan langit-langit
8. Frenum diastema
9. Deep bite
10. Crowding dan rotasi
11. Retrusi mandibula
12. Prognati mandibula
Q. Peranan genetik dalam etiologi maloklusi
I. Pendahuluan
Kelainan genetik adalah kondisi yang disebabkan gangguan pada germ plasm,
kromosom, atau gen. Kelainan genetik dapat diklasifikasikan menjadi (1) Herediter
dan (2) mutasi.
1. Kelainan Herediter
Kelainan herediter adalah keadaan yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Ktiteria Neel untuk mempertimbangkan suatu masalah sebagai kelainan
herediter adalah sebagai berikut:
5
Terjadinya penyakit pada proporsi numerik yang pasti di antara individu-
individu terkait dengan keturunan.
Kegagalan penyakit untuk menyebar pada individu yang tidak saling terkait
keturunan.
Onset penyakit tidak diketahui timbulnya pada usia tertentu.
Tanda-tanda gangguan akan terlihat lebih besar pada kembar identik.
2. Kelainan Mutasi
Kelainan mutasi muncul secara de novo pada individu yang sebelumnya tidak
memiliki kelainan sebagai akibat dari kerusakan germ plasm.
Jika hal ini dapat diturunkan ke generasi selanjutnya maka menjadi herediter.
II. Tipe-tipe penurunan maloklusi
Maloklusi diturunkan melalui tiga cara yaitu: (i) repetitif, (ii) terputus, dan (iii)
variabel.
Repetitif: rekurensi dari deviasi single dentofasial dalam keluarga dekat.
Terputus: kecenderungan sifat rekurensi maloklusi yang muncul kembali setelah
beberapa generasi. Beberapa generasi akan dilewati.
Variabel: Ekspresi berbeda tetapi merupakan tipe maloklusi yang masih terkait
dengan maloklusi dari beberapa generasi dari keluarga yang sama.
III. Model-model keturunan
Berikut ini merupakan model keturunan:
Dominasi autosomal
X-linked
Kromosom
Resesif autosomal
Poligenik
IV. Pengaruh genetik
Maloklusi dapat dihasilkan melalui keturunan dengan dua kemungkinan jalan utama:
1. Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran gigi dan rahang.
2. Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran dan bentuk rahang atas dan bawah,
yang mengarah ke gangguan hubungan oklusal.
Maloklusi karena alasan genetik telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
6
V. Studi mengenai genetik
Pada dasarnya terdapat dua metode dari studi mengenai genetik: (i) Studi kembar
dan (i) studi keluarga.
Studi kembar
Pada studi ini, kembaran dibandingkan satu sama lain.
Membandingkan kembar monozigot dengan dizigot adalah cara terbaik untuk
menentukan tingkat genetik terhadap efek maloklusi.
Kembar monozigot
Terjadi karena pembelahan sel telur yang telah dibuahi terlalu awal.
Kedua individu akan memiliki DNA yang sama.
Secara genetik mirip.
Disebut juga dengan kembar identik.
Kembar dizigot
Terjadi ketika dua sel telur dibuahi oleh dua spermatozoa yang berbeda.
Kedua individu akan memiliki DNA yang berbeda.
Secara genetik tidak mirip.
Disebut juga kembar fraternal.
Prosedur
Heritabilitas maloklusi dapat ditentukan dengan membandingkan kembar
monozigot, kembar dizigot, dan saudara kandung biasa.
Pada kembar monozigot, setiap perubahan maloklusi atau ciri-ciri dapat dikaitkan
dengan faktor lingkungan karena keduanya memiliki DNA yang sama.
Pada kembar dizigot, interaksi genetik dan faktor lingkungan masih dipelajari.
Kerugian dari studi kembar
Kesulitan mengidentifikasi kembar identik.
Kesulitan untuk menyediakan lingkungan yang sama untuk individu kembar.
Studi keluarga/studi asal usul
Pada metode studi ini, ciri-ciri oklusal dan perbedaan diantara ibu-anak, ayah-
anak, dan antara saudara kandung diperiksa.
7
Membantu untuk membedakan antara sifat dominan dan resesif.
Sifat dominan akan diekspresikan pada semua generasi berikutnya.
Sifat resesif akan diekspresikan pada anak yang lahir dalam pernikahan antar
kerabat.
VI. Pandangan etiologi maloklusi secara komprehensif
Pandangan etiologi maloklusi secara komprehensif menghubungkan beberapa
maloklusi dengan penyebab herediter atau genetik.
1. Kelainan dental
a. Crowding- kombinasi herediter dan lingkungan
b. Ketidaksejajaran masing-masing gigi dan crossbites – tekanan lingkungan
2. Kelainan skeletal
a. Kebanyakan berhubungan dengan keturunan atau genetik. Contohnya
retrognati mandibula
b. Retrognati maksila (akondroplasia)
c. Prognati mandibula (rahang Hapsburgs), skeletal deep bite
VII.Keuntungan dari genetik
Pemetaan gen: Pemetaan gen dalam lokasi yang spesifik pada kromosom
Kloning: Kloning adalah seri dari DNA identik
Terapi gen: Insersi gen normal pada tubuh individu yang mengalami kelainan
genetik.
Q. Teori Butler terhadap maloklusi
Menurut Butler, maloklusi terjadi karena: (i) insisivus, (ii) kaninus, (iii) premolar, dan
(iv) molar.
Gigi yang paling distal dari setiap bidang, paling rentan terhadap perubahan atau
variasi.
Perubahan meliputi tidak adanya gigi, variasi dalam ukuran, bentuk, dan struktur.
Gigi insisivus lateral, premolar kedua dan molar ketiga adalah kelompok yang paling
bervariasi.
Hal ini disebut "Teori Butler".
Kaninus adalah gigi yang memiliki variasi paling sedikit dalam lengkung gigi.
8
Teori Butler tidak berlaku pada anterior rahang bawah, dimana insisivus sentral
mandibula lebih sering hilang dari insisivus lateral.
9