pr orto mardha

33
Mardha Dhian Hastarini 11.2014.015 Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD KOja 1. Definisi syok dan macam-macam syok 2. Penanganan kekurangan cairan/dehidrasi 3. Jelaskan tentang perdarahan (ATLS dan penatalaksanaannya) 4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa 5. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, gambar! 6. Jelaskan tentang macam-macam jahitan! 7. Jelaskan mengenai set minor 8. Jelaskan berbagai macam anastesi 9. Jelaskan mengenai berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya!gambar! 10. Jelaskan mengenai berbagai macam cairan yang sering digunakan dan cara menghitung tetesan! Jawaban 1. Syok dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana kebutuhan metabolic tubuh tidak terpenuhi karena curah jantung yang tidak cukup. a. Syok hipovolemik Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%.

Upload: kevin-ardiansyah

Post on 16-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cvbcvbcvb

TRANSCRIPT

Page 1: PR Orto Mardha

Mardha Dhian Hastarini

11.2014.015

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD KOja

1. Definisi syok dan macam-macam syok2. Penanganan kekurangan cairan/dehidrasi3. Jelaskan tentang perdarahan (ATLS dan penatalaksanaannya)4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa5. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka, gambar!6. Jelaskan tentang macam-macam jahitan!7. Jelaskan mengenai set minor8. Jelaskan berbagai macam anastesi9. Jelaskan mengenai berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya!gambar!10. Jelaskan mengenai berbagai macam cairan yang sering digunakan dan cara menghitung

tetesan!

Jawaban1. Syok dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana kebutuhan metabolic tubuh tidak

terpenuhi karena curah jantung yang tidak cukup. a. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.

Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis

b. Syok kardiogenikSyok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang

mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non

koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-

Page 2: PR Orto Mardha

koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.

c. Syok distributiveSyok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara

abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.

Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi

Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe: Syok neurogenic

Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.

Syok anafilaktikSyok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang

sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik.

Syok septik Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan

disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.

2. Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasiPada dehidrasi sedang sampai dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan

tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus Cairan Badan Total [CBT] (liter): CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140

Page 3: PR Orto Mardha

CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg) CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)

Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis rehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

3. PerdarahanPerdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena

pembuluh tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:a. Perdarahan luar (terbuka)

Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka). Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian: Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai

dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.

Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.

Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.

Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain:

Tekanan Langsung pada Cedera. Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka

Page 4: PR Orto Mardha

sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang terbaik pada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru.

Elevasi. Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.

Tekanan pada titik nadi. Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).

Immobilisasi. Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.

Torniquet. Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat. Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.

Kompres dingin. Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat dengan cepat terhenti.

b. Perdarahan dalam (tertutup)

Page 5: PR Orto Mardha

Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.

Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:

Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.

Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.

Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.

Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.

Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam: Memar disertai nyeri tubuh Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian

dalam yang mengalami cedera Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar Muntah darah Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi Luka tusuk khususnya pada batang tubuh Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga Batuk darah Buang air kecil bercampur darah

Cara – cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut:

Baringkan korban

Page 6: PR Orto Mardha

Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi Berikan oksigen bila ada Periksa pernafasan dan nadi secara berkala Rawat sebagai syok Jangan memberikan makan atau minum Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat

Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:

Rest. Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin Ice. Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang

membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.

Commpression. Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah

Elevation. Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

ATLS (Advance Trauma Life Support)1. Primery Survey

a. Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing, stridor, gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)

b. Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi, auskultasi

c. Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulitd. Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupile. Exposure: membuka pakaian

2. Secondary Surveya. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)b. Kepalac. Vertebracervikalis dan leherd. Thorax (cor, pulmo)e. Abdomenf. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)

4. Keseimbangan asam basa:Untuk mempertahankan pH antara 7.38-7.42, tubuh menetralisasikan dan

menyisihkan asam yang mudah menguap (dari pembakaran karbohidrat dan lemak dalam sel) dan asam yang tidak menguap (hasil metabolism protein). Asam-asam

Page 7: PR Orto Mardha

segera di buffer setelah terbentuk, yang mencegah perubahan pH yang tiba-tiba. System buffer utama tubuh adalah protein dan fosfat dalam ICF, system asam karbonat-bikarbonat dalam ECF dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Efek buffer merupakan hasil pembentukan sejumlah asam basa kuat yang ditambahkan pada system tersebut. Hasil akhir perubahan pH jelas kurang dibandingkan bila zat ditambahkan pada air saja.

Diagnosis sebagian besar kelainan asam basa dapat dibuat dengan data laboratorium minimum, termasuk pH, pCO2, konsentrasi bikarbonat, klorida urin, dan anion gap yang sudah dihitung. Tetapi untuk diagnosis yang tepat, nilai-nilai laboratorium ini harus dikorelasikan dengan pasti melalui pengukuran pCO2 arterial, nilai dibawah 40 mmHg menunjukkan ventilasi pulmoner yang berlebihan, nilai di atas 40mmHg menunjukkan hipoventilasi. Apakah perubahan ventilasi menunjukkan kelainan utama (asidosis atau alkalosis respiratorik), atau kompensasi untuk masalah metabolic primer (asidosis atau alkalosis metabolic) merupakan masalah klinis. Komponen metabolic dinilai dengan mengukur “kandungan CO2 atau CO2-combining power”. Perubahan konsentrasi bikarbonat mungkin menunjukkan kelainan metabolic primer atau perubahan kompensasi untuk kelainan akibat respirasi.

Umumnya pengobatan kelainan asam basa langsung ditujukan untuk mengatasi penyebab, bukan pH. Pengobatan pH itu sendiri dengan larutan asam atau alkali jarang diperlukan, sebaiknya pengukuran demikian hanya menjanjikan control untuk sementara saja.

a. Asidosis respiratorikSejumlah keadaan yang menyebabkan ventilasi yang tidak adekuat,

termasuk obstruksi jalan nafas, penyakit paru (misalnya pneumonia dan penyakit paru obstruksi kronik), cedera SSP atau penyakit SSP yang menyebabkan depresi respirasi, dan berbagai cedera thoraks, mungkin terdapat tersendiri atau bersama dengan yang lain untuk menimbulkan asidosis respirasi. Masalah yang tidak jarang pada masa pascabedah adalah kegelisahan, hipertensi, dan takikardia, mungkin disebabkan oleh nyeri tetapi mungkin pula menunjukkan ventilasi yang tidak adekuat dan hiperkarbia, yang mungkin dipersulit oleh penggunaan narkotik yang salah untuk mengatasi kegelisahan. Penanganan meliputi perbaikandefek pulmoner yang cepat bila mungkin, dan pengukuran untuk menjamin ventilasi yang adekuat. Hal ini terutama penting pada penderita trauma dengan cedera kepala tertutup atau kerusakan otak hipoksik, hiperkarbia akut memperburuk edema serebral yang telah ada karena vasodilatasi serebral dan peningkatan aliran darah serebral.

b. Alkalosis respiratorikHiperventilasi akibat ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan bantuan

ventilasi merupakan penyebab yang sering dari alkalosis respiratorik. Tiap

Page 8: PR Orto Mardha

keadaan tersebut mungkin menyebabkan penurunan pCO2 arterial yang cepat dan peningkatan pH.

Bahaya alkalosis respiratorik berat berkaitan dengan kekurangan kalium (masuknya ion kalium ke dalam sel menggantikan hydrogen, dan kehilangan kalium yang berlebihan dalam urin digantikan dengan natrium) dan termasuk timbulnya aritmia ventrikel serta fibrilasi ventrikel, terutama pada penderita yang diberikan digitalis atau mengalami hypokalemia. Iskemia serebral dan asidosis akibat vasokonstriksi serebral mungkin pula terjadi dan menyebabkan kerusakan menetap pada penderita dengan aliran darah serebral terganggu akibat penyakit arteri obstruktif atau selama dilakukan endarteroktomi karotis. Komplikasi lain meliputi pergeseran kurva disosiasi oksigen ke kiri, yang membatasi kemampuan hemoglobin terhadap oksigen yang melimpah pada tingkat jaringan, dan penurunan kalsium terionisasi, yang mungkin menyebabkan tetani, kejang, dan potensiasi aritmia jantung.

Alkalosis respiratorik berat dan menetap sering sulit diatasi dan mungkin disertai dengan prognosis yang buruk karena hiperventilasi (misalnya cedera intracranial). Pengobatan bila mungkin ditujukan langsung pada penyebab kelainan. Selain itu, penggunaan ventilator mekanis yang tepat dan mengatasi tiap kekurangan kalium adalah penting.

c. Asidosis metabolicAsidosis metabolic menyertai retensi atau produksi asam (azotemia,

ketoasidosis diabetic, asidosis laktat) atau kehilangan bikarbonat (diare, fistula pancreas atau usus halus). Kompensasi pulmoner untuk kelainan ini diperantarai melalui pusatnpernapasan di medulla untuk menaikkan kecepatan dan kedalaman respirasi, menyebabkan penurunan kompensasi pCO2 kira-kira 1,1 mmHg untuk tiap 1 mEq/L penurunan kadar bikarbonat. Control lebih pasti selanjtnya dipengaruhi oleh ginjal.

Penyebab asidosis metabolic dapat dibagi dalam dua golongan dengan memperkirakan kadar anion serum yang tidak dapat diukur (anion gap). Nilai normal adalah 10-12 mEq/L dan dihitung dengan mengurangi jumlah klorida dan bikarbonat serum dari konsentrasi natrium. Anion yang tidak dapat diukur merupakan “gap” adalah sulfat dan fosfat ditambah laktat serta anion asam organic lain. Bila asidosis disebabkan oleh kehilangan bikarbonat (misalnya fistula pancreas) atau pertambahan asam klorida (misalnya pemberian ammonium klorida), “anion gap” normal. Sebaliknya, bila asidosis disebabkan oleh peningkatan produksi asam organic (misalnya asam laktat dalam syok sirkulatoris), atau retensi asam sulfat atau asam fosfat (misalnya gagal ginjal), konsentrasi anion yang tidak terukur (anion gap) meningkat.

Pengobatan asidosis metabolic selalu ditujukan pada penyebabnya. Salah satu yang tersering pada penderita bedah adalah gagal sirkulasi akut dengan akumulasi asam laktat. Syok hemoragik akut menyebabkan penurunan pH

Page 9: PR Orto Mardha

yang cepat dan mencolok, dan usaha untuk mengatasi asidosis dengan infus natrium bikarbonat dalam jumlah banyak tanpa perbaikan aliran adalah sia-sia. Setelah pemulihan volume, produksi asam laktat terhenti, dan asam laktat yang tersisa dibersihkan dengan cepat. Penggunaan rutin natrium bikarbonat selama resusitasi penderita dengan syok hipovolemik mengecewakan. Alkalosis metabolic ringan merupakan temuan yang sering setelah resusitasi, yang sebagian disebabkan oleh efek alkalinisasi transfuse darah dan cairan untuk resusitasi lain (misalnya larutan ringer laktat)

d. Alkalosis metabolicUntuk tujuan diagnostic dan terapeutik, keadaan alkalosis metabolic dapat

dibagi menjadi jenis chloride responsive dan chloride resistant, tergantung pada jumlah klorida dalam urin pada keadaan tidak diobati. Keadaan alkalosis metabolic chloride resistant disertai dengan sedikit penambahan volume ECF dan kebanyakan sekunder terhadap kelainan adrenal. Tingkat sekresi steroid yang tinggi menyebabkan resorpsi natrium dan bikarbonat yang maksimal oleh tubuli serta pengeluaran klorida yang berlebihan dalam urin hal ini menyebabkan alkalosis metbolik dan penambahan volume ECF. Penanganan termasuk pemulihan kelainan adrenal.

Jenis chloride responsive lebih sering dan sering disertai kekurangan volume ECF yang nyata. Prototip untuk jenis alkalosis ini adalah timbul akibat muntah terus menerus atau penyedotan nasogastric untuk waktu lama pada obstruksi pylorus. Berlainan dari kehilangan akibat muntahdengan pylorus yang membuka (kehilangan sekresi lambung, pancreas, empedu, dan usus), kehilangan tersebut hampir selalu terdiri dari hydrogen, klorida, dan kalium. Respon ginjal yang diharapkan terhadap kehilangan kehilangan asam adalah retensi hydrogen dan resorbsi bikarbonat berkurang. Tetapi kekurangan ECF yang progresif merangsang resorbsi natrium yang maksimal oleh ginjal, dalam tubuli distal, ini membutuhkan pertukaran untuk hydrogen atau kalium dan pembentukan ion bikarbonat. Masalah bertambah dengan timbulnya hipokloremia yang menunjukkan resorbsi natrium oleh tubuli distal meningkat (klorida kurang tersedia untuk resorbsi dengan natrium oleh tubuli proksimal), dan kekurangan kalium menyebabkan lebih banyak hydrogen perlu ditukar untuk natrium. Perubahan ini menimbulkan temuan yang khas alkalosis sistemik berat dan urin yang asam (asiduri paradoksal).

Penanganan meliputi penggantian kekurangan ECF dengan larutan sodium klorid isotonic dan kalium (bila output urin ditentukan dengan tepat). Persediaan klorida memungkinkan peningkatan resorbsi natrium dalam tubuli proksimal, sehingga alkalosis mulai teratasi karena ion hydrogen yang disekresi berkurang dan lebih sedikit bikarbonat yang dibentuk dalam tubuli distal. Selain itu, sekresi ion hydrogen lebih berkurang ketika hypokalemia

Page 10: PR Orto Mardha

teratasi, karena sekarang lebih banyak kalium tersedia untuk pertukaran dengan natrium.

Perlu ditekankan bahwa alkalosis (tidak pandang jenis atau penyebabnya) meningkatkan kehilangan kalium dari sel-sel tubuh digantikan sebagian oleh hydrogen, yang menyebabkan alkalosis ECF. Proses yang sama terjadi dalam sel-sel tubuli distal ginjal, sehingga terdapat lebih sedikit kalium untuk ditukar dengan natrium, dan lebih banyak hydrogen yang harus dieksresikan dalam urin untuk menggantikan natrium. Sebaliknya, alkalosis menambah kehilangan kalium. Bila hydrogen meninggalkan sel, ia akan digantikan sebagian oleh kalium. Dalam sel tubuli ginjal, lebih banyak kalium daripada hydrogen yang tersedia untuk ditukarkan dengan natrium, menyebabkan peningkatan kalium dalam urin.

5. Macam-macam lukaa. Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Vulnus Excoriasi atau di singkat “VE” adalah luka yang di akibatkan terjadi gesekan dengan benda keras. Cara mengidentifikasikan Vulnus Excoriasi adalah luka yang memiliki Panjang dan Lebar, Berbeda dengan “VL” yang memiliki kedalaman luka. Sebagai contoh luka lecet akibat terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.

Cara penanganan: Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.

Page 11: PR Orto Mardha

b. Vulnus punctum (Luka tusuk)Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat

maka kita harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah

jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

c. Vulnus contussum (luka kontusiopin)Luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun

ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.

Cara penanganan: Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.

d. Vulnus insivum/scissum (Luka sayat)Luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda

tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.

Page 12: PR Orto Mardha

Cara penanganan: yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.

e. Vulnus schlopetorumJenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera

dikeluarkan tembakanya.Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang

harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

f. Vulnus combustion (luka bakar)Luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas

seperti air panas (air memdidih), api, dll.Cara penanganan: Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah

air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

Page 13: PR Orto Mardha

g. Luka gigitan (vulnus morsum)Luka jenis ini biasanya disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti

serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya.

Cara penanganan: mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

h. Laserasi atau Luka Parut (vulnus laceratum)Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,

misalnya karena jatuh saat berlari.Cara penanganan: Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan

dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah

Page 14: PR Orto Mardha

sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.

i. Vulnus AmputatumVulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan terputusnya salah satu

bagian tubuh, biasa di kenal dengan amputasi. Luka yang di sebabkan oleh amputasi di sebut Vulnus Amputatum.

j. Vulnus perforatumVulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek dua sisi tubuh yang

disebabkan oleh senjata tajam seperti panah, tombak atau pun proses infeksi yang sudah meluas sehingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan tubuh.

6. Macam-macam jahitan:a. Jahitan simpul tunggal. Jarum masuk ke dalam kulit yang membentuk sudut

yang melewati dermis dalam pada titik yang selanjutnya keluar ke titik berlainan. Setiap jahitan terputus disimpul sendiri-sendiri. Umunya jahitan

Page 15: PR Orto Mardha

satu-satu ini dianggap teknik yang aman, karena kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi seluruh jahitan. Keuntungan luka jahitan ini adalah bila terjadi infeksi, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi saja.

b. Jahitan jelujur. Digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga pengerjaanya lebih cepat. Namun bila benang yang putus, seluruh panjang luka dapat terkuak, dan bila terjadi infeksi, luka akan mengalami dehisensi.

c. Jahitan matras. Jahitan matras digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang tepat yang tidak dapat dicapai dengan jahitan satu-satu biasa. Keuntungan jahitan ini adalah luka tertutup rapat sampai ke dasar lka sehingga terjadinya rongga dalam luka dapat dihindari. Terdiri dari matran vertical dan matras horizontal.

d. Jahitan subkutkuler. Jahitan subkutikuler adalah jahitan jelujur yang dibuat pada jaringan lemak tepat di bawah dermis. Keuntungan: benang jahit tidak terlihat sehingga jahitan tampak lebih rapi (segi kosmetik). Kerugian: jahitan tampak lebih kompleks dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

e. Teknik jahitan Dalam (deep suturing). Jahitan dalam dilakukan jika robekan jaringan mencapai fascia.

f. Jahitan delapan (figure of eight)7. Set minor

Adapun yang termasuk di dalam kelompok alat bedah minor berdasarkan Bachsinar 1992 adalah:a. Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting. Gunanya adalah untuk memegang jarum

jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.b. Gunting

- Gunting Diseksi (disecting scissor)Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga

runcing. Terdapat duatipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.

- Gunting BenangAda dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya

adalah memotong benang operasi, merapikan lukan.- Gunting Pembalut/Perban

Kegunaannya adalah untuk menggunting plester dan pembalut. c. Pisau Bedah

Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistouri/blade).Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau bagian tubuh manusia. Mata pisaudisesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.

d. Klem (Clamp)- Klem Arteri Pean. Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah

untuk hemostatis untuk jaringan tipisdan lunak.

Page 16: PR Orto Mardha

- Klem Kocher. Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis.Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan.

- Klem Allis. Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor.

- Klem Babcock. Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.e. Retraktor (Wound Hook)

Retraktor langenbeck, US Army Double Ended Retraktor dan Retraktor Volkman penggunaannya adalah untuk menguakan luka.

f. Pinset Pinset Sirugis. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu

diseksi dan penjahitan luka, memberitanda pada kulit sebelum memulai insisi. Pinset Anatomis. Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu

menekan luka, menjepit jaringan yang tipisdan lunak. Pinset Splinter. Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka

( mencegah overlapping).g. Deschamps Aneurysm Needle 

Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.h. Wound Curet

Penggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis.i. Sonde (Probe)

Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan mengetahuikedalam luka.

j. Korentang Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas

operasi, doek,dan laken steril.k. Jarum Jahit

Penggunaanya adalah untuk menjahit luka yang dan menjahit organ yang rusak lainnya. Untuk menjahit kulit digunakan yang berpenampang segitiga agar lebih mudah mengiris kulit (scharpenald). Sedangkan untuk menjahit otot dipakai yang berpenampang bulat ( rounde nald ).

8. Macam-macam anastesia. Anestesi local

Anestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada bagian tertentu tubuh. Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan dioperasi untuk mengurangi rasa sakit. Anestesi juga dapat diberikan dalam bentuk salep atau semprotan. Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien terjaga sepanjang operasi, tapi akan mengalami mati rasa di sekitar daerah yang diperasi.

Anestesi lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan untuk operasi minor dan berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.

Page 17: PR Orto Mardha

b. Anestesi regionalAnestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk

mematikan bagian yang lebih besar.Pada prosedur ini pasien mungkin tidak sadarkan diri selama periode

waktu yang lebih panjang.Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk

menghambat rasa sakit selama dan setelah prosedur bedah. Ada dua jenis utama dari anestesi regional, yang meliputi:- Anestesi spinal

Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi regional yang disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien.

Pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah untuk memblokir transmisi sinyal saraf.

Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi merasakan sakit.Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat

penenang diberikan untuk membuat pasien tetap tenang selama operasi.Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di

pinggul, perut, dan kaki.- Anestesi epidural

Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip anestesi spinal.

Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan kurang menyakitkan daripada anestesi spinal.

Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut, dan kaki.

c. Anestesi umumAnestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama

operasi.Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas

yang dilewatkan melalui alat pernafasan.Pasien sama sekali tidak akan mengingat apapun tentang operasi karena

anestesi umum memengaruhi otak dan seluruh tubuh.Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan

darah, pernapasan, dan suhu tubuh dipantau secara ketat.

9. Tumor jinak:a. Kutil (Veruka vulgaris) yang umum dijumpai, disebabkan oleh virus yang

menular. Kutil biasanya terjadi pada lengan atau telapak kaki.

Page 18: PR Orto Mardha

b. Keratosis, adalah lesi prakanker yang ditandai dengan hipertrofi epidermis.

c. Keloid, adalah penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas di atas permukaan kulit yang mengalami luka traumatic atau insisi bedah. Keloid timbul akibat kegagalan pemecahan kolagen dan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam.

d. Malformasi kapiler lebih sering dikenal dengan “port wine stain” pada kulit. Kelainan ini memperlihatkan dilatasi kapiler abnormal pada pleksus subdermis. Lesinya halus dengan distribusi bercak-bercak kemerahan atau keunguan.

Page 19: PR Orto Mardha

e. Hemangioma, muncul pada saat bayi dan dapat membesar pada tahun pertama kehidupan tetapi setelah itu mengecil. Lesi berwarna merah terang, timbul, dan irregular. Timbulnya ulkus atau infeksi superfisial sering kali memperlambat penyembuhan lesi.

f. Hemangioma kavernosa, sering disebut Malformasi arteriovenosa. Lesi ini terlihat saat lahir dan tidak berubah selama pertumbuhan anak. Sering kali melibatkan struktur profunda seperti susunan saraf pusat atau otot.

g. Tumor Glomus, adalah tumor jinak, neoplasma kulit yang jarang yang biasanya terjadi pada bantalan kuku tangan dan kaki. Lesi-lesi ini sangat sakit karena mereka berasal dari end-organ glomus, organ saraf yang fungsi normalnya mengatur aliran darah pada ekstremitas. Lesi ini juga disebut angiomioneuroma, dan umumnya benigna. Bentuk ganas tumor ini disebut hemangiopericytoma.

Page 20: PR Orto Mardha

h. Tumor neural, neurofibroma dan tumor sel schwann dapat terjadi pada kulit.

Tumor ganas:

a. Karsinoma sel basal, adalah keganasan yang tumbuh lambat dan menyebabkan sedikitnya tigaperempat keganasanpada seri klinik. Lesi ini seperti lilin dan berwarna kuning keabuan dan sering ada telangiektasis di bawah kulit. Kebanyakan kanker sel basal timbul di leher dan kepala. Mereka cenderug menginvasi dan mengerosi ke dalam struktur profunda termasuk tengkorak, orbita, atau otak, jika tidak diobati.

b. Karsinoma sel skuamosa, biasanya muncul sebagai ulserasi kulit yang cenderung tumbuh cepat daripada karsinoma sel basal. Biopsy diperlukan untuk membedakan lesi ini dari jenis karsinoma kulit lainnya. Juga paling sering terjadi di kepala dan leher. Gambaran khas adalah ulkus dengan tepi timbul menyerupai kawah gunung berapi. Karsinoma sel skuamosa lebih ganas daripada sel basal dan akan bermetastasis ke limfonodus regional. Kanker sel skuamosa ditemukan pada daerah yang sering teriritasi seperti tepi bibir, atau daerah dermatitis pascaradiasi, atau ulserasi pada jaringan parut pasca terbakar lama. Penyakit Bowen merupakan penyakit karsinoma sel skuamosa in situ yang tumbuh lambat dimana eksisi dianjurkan.

Page 21: PR Orto Mardha

c. Karsinoma kelenjar keringat, tumor ini jarang dijumpai pada dasawarsa keenam dan ketujuh.

d. Fibrosarkoma, umumnya terjadi pada wanita terutama di paha, bokong, atau region inguinal. Biasanya terjadi derajat keganasan relative rendahdan bersifat radioresisten.

e. Hemangiomaperisitoma, adalah tumor ganas yang berasal dari angioblastik dan mungkin merupakan varian tumor glomus. Prognosisnya jelas buruk, dengan hanya 27% harapan hidup 5 tahun bebas peyakit.

f. Sarcoma Kaposi, tumor ini meningkat jelas pada kaum homoseksual. Sindroma penurunan kekebalan didapat (AIDS) biasanya disertai sarcoma Kaposi. Biasanya tumor timbul di tangan atau kaki sebagai plak multiple yang berwarna kemerahan sampai keunguan dan dapat datar., berulserasi, atau polipoid. Sering dijumpai keterlibatan limfonodus.

g. Dermatofibrosarkoma protuberans, tumor ini relative rendah keganasannya dimana umumnya terjadi pada tubuh. Bersifat radioresisten tapi memberikan respon pada bedah eksisi dengan 70% harapan hidup 5 tahun bebas sakit.

Page 22: PR Orto Mardha

10. Cairan yang sering digunakan dan cara menghitung tetesana. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

b. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

c. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit