sejarah perkembangan islam di indonesi1.docx

78
MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM OLEH WALI SONGO KELOMPOK III: - IRMA YUNITA - WINANG SRI HANDAYANI - MARNI - REHANI - HENI APRILIANI KELAS III C MADRASAH TSANAWIYAH NW BENTENG DESA LENDANG NANGKA UTARA KEC. MASBAGIK

Upload: samsul-bahri

Post on 20-Jan-2016

370 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sejarah islam di Inonesia

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM

OLEH WALI SONGO

KELOMPOK III:

- IRMA YUNITA

- WINANG SRI HANDAYANI

- MARNI

- REHANI

- HENI APRILIANI

KELAS III C

MADRASAH TSANAWIYAH NW BENTENG

DESA LENDANG NANGKA UTARA KEC. MASBAGIK

Page 2: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Makalah

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-

pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute

pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di

daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno

merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang

dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara

Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan

di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-

pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M sering disinggahi

pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda

Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur

Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada

juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah

ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut.

Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

I.2. Rumusan Masalah

a. Sejak kapan Islam masuk ke Indonesia?

b. Bagaimankah corak dan perkembangan Islam di Indonesia?

Page 3: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

c. Siapakah tokoh-tokoh Perkembangan Islam Di Indonesia

I.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui kapan masuknya Islam ke Indonesia.

b. Untuk mengetahui corak dan Perkembangan Islam di Indonesia.

c. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Masuknya Islam Ke Indonesia

Ditinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara.

Pada umumnya pembawa agama Islam adalah para pedagang yang berasal dari jazirah

Arab, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam kepada orang lain.

Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan kekerasan,

peperangan ataupun paksaan.

Ada beberapa pendapat para ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula dimasuki

Islam di Indonesia, di antaranya yaitu:

A. Drs Juned Pariduri, berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk ke

Indonesia melalui daerah Sumatra Utara (Tapanuli) pada abad ke-7. Kesimpulan ini

didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di

Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).

B. Hamka, berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7

M(674). Hal ini didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-

Cheh yang mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi

berisi emas ditengah-tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan

dan kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.

C. Zainal Arifin Abbas, berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatra Utara

pada abad 7 M (648). Beliau mengatakan pada waktu itu telah datang di Tiongkok

seorang pemimpin Arab Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatra Utara.

Page 4: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk

ke Indonesia pada abad ke-7 M. Pada abad ke-13 agama Islam berkembang dengan

pesat ke seluruh Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu

nisan atau makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat

sebuah batu berisi keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama

Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan di Samudra Pasai terdapat makam-makam

Raja Islam, di antaranya Sultan Malik as-Shaleh yang meninggal pada tahun 676 H

atau 1292 M.

Berbeda dengan pendapat di atas, dua orang sarjana barat yaitu Prof. Gabriel Ferrand

dan Prof. Paul Wheatly. Bersumber pada keterangan para musafir dan pedagang Arab

tentang Asia Tenggara, maka ke-2 sarjana tersebut bahwa agama Islam masuk ke

Indonesia sejak awal ke-8 M, langsung dibawa oleh para pedagang dan musafir Arab.

II.2. Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia

A. Masa Kesulthanan

Untuk melihat lebih jelas gambaran keislaman di kesultanan atau kerajaan-kerajaan

Islam akan di uraikan sebagai berikut.

Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha seperti

daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera dan Banten di Jawa, Agama Islam

secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik penganut-

penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan

diri dalam bentuk yang lebih murni.

Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam selanjutnya

tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan kemudahan-

kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang

benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan

Banjar ini diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad

Al-Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil

pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum islam yang

dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam Undang-Undang ini timbul kesan

bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah Agung sekarang yang bertugas

mengontrol dan kalau perlu berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari

mahkamah biasa. Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi

Page 5: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

orang murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi yang kedapatan

berbuat zina.

Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka dilakukan upaya agar

Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang lainnya, serta dibangun masjid

sebagai pusat pendidikan Islam.

Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa kerajaan

untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama Islam serta memasukkan

syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun akan masuk agama tersebut dan akan

melaksanakan ajarannya. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah

kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan Agung

masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut pula

masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan

Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah keislaman,

meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.

B. Masa Penjajahan

Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu, datanglah pedagang-

pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di susul Belanda dan Inggris.

Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir

kepulauan Nusantara ini.

Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan hubungan dagang

karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi kemudian mereka ingin

memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan bagi bangsa Indonesia.

Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat

urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat

kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai

pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh. Lalu ia

mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di Indonesia. Dengan

politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori, yaitu:

1. Bidang agama murni atau ibadah;

2. Bidang sosial kemasyarakatan; dan

3. Politik.

Page 6: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada

umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu

kekuasaan pemerintah Belanda.

Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang

berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi keberlakuan

hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum Islam baru bisa

diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi

kemandekan hukum Islam.

Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas

hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik

kenegaraan atau ketatanegaraan.

C. Gerakan dan organisasi Islam

Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu, menjelang permulaan

abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah menghadapi tiga

tayangan dari pemerintah Hindia Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik

penindasan dengan kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi.

Namun, ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu

saja. Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik

baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun organisasi. Oleh

karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya

kesadaran berpolitik bagi bangsa Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial

dan ekonomi, dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan

Islam di Mesir.

Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik baru dan

muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat

Islam itu berdasarkan ideologi Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama

Islamlah yang dapat di terima dalam organisasi tersebut, para pejabat dan

pemerintahan (pangreh praja) ditolak dari keanggotaan itu.

Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya hubungan antara

pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan

santri sendiri, dengan lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang

mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme Islam, telah

menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua

kubu: para cendekiawan Muslimin berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama

tradisional.

Page 7: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum

muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha menggunakan agama

untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik berikut ini yang merupakan

hasil bentukan pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum muslimin, yaitu:

1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan

Pribumi zaman Belanda.

2. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia

menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.

3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi militer

untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin.

II.3. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia

Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para

ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat.

Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590.

Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia,

Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh,

tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

b. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari

Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626

M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu;

Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala),

Syaikh Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani

(Yaman), Ayub bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain

sebagainya.

c. Syaikh Abdussamad Al-Palimbani

Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan.

Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur

Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau

Page 8: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman

Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

d. Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan

Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir.

Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji

Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan

ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid

Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad

Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib

Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia

banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang

tertarik denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung

halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap

disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

e. Wali Songo

Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat

sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan

sebutan wali songo.

Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga

pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting,

yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa

Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi

pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban

baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan

hingga pemerintahan.

Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri,

Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan

Sunan Muria.

Page 9: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan sebagai berikut:

a. Perkembangan Islam di Indonesia adalah berkat peran para pedagang dari Jazirah

Arabia melalui jalan perdagangan, dakwah dan perkawinan.

b. Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah

Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani,

Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik

Page 10: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung

Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).

III.2. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga

pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan

kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam

tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

Page 11: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Sebelumnya kerajaan Demak merupakan keadipatian vazal dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550 (Soekmono: 1973). Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti nama Demak menjadi Bintara.(Muljana: 2005). Raden Patah menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak..Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya. Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, karena kondisi Kerajaan Majapahit yang memang dalam kondisi lemah. Bisa dikatakan munculnya Kerajaan Demak merupakan suatu proses Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik. Apalagi munculnya Kerajaan Demak juga dipercepat dengan melemahnya pusat Kerajaan Majapahit sendiri, akibat pemberontakan serta perang perebutan kekuasaan di kalangan keluarga raja-raja.( Poesponegoro: 1984).

Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung).

Namun sayangnya, Kerajaan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Bisa dipastikan bahwa pada tahun 1546, Kerajaan Demak berakhir. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Pajang merupakan lanjutan dari Kerajaan Demak, dengan raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir

2.1 Sejarah Perkembangan Kerajaan DemaK

2.1.1 Letak Geografis Kerajaan Demak

Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Wilayah Kerajaan Demak pada awalnya hanya sebuah bawahan Kerajaan Majapahit, kemudian berkembang hingga mencapai Banten di Barat dan Pasuruan di Timur. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota

Demak di Jawa Tengah. Periode ketika beribukota di sana kadang-kadang dikenal sebagai "Demak Bintara". Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata.

Page 12: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

2.1.2 Gambaran Kehidupan Politik Pemerintahan dari Kerajaan Demak

A. Raden Patah (1500-1518)

Raden Patah adalah pendiri dan sultan pertama dari kerajaan Demak yang memerintah tahun 1500-1518 (Muljana: 2005). Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah putra prabu Brawijaya raja terakhir. Di ceritakan prabu Brawijaya selain kawin dengan Ni Endang Sasmitapura, juga kawin dengan putri cina dan putri campa. Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, prabu Brawijaya terpaksa memberikan putri Cina kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Setelah melahirkan Raden Patah, setelah itu putri Cina dinikahi Arya Damar, dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Kusen. Demikianlah Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung berlainan bapak.( Muljana: 2005). Menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.

Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah dan Raden Kusen menolak untuk menuruti kehendak orang tuanya untuk menggantikan ayahnya sebagai adipati di Palembang. Mereka lolos dari keraton menuju Jawa dengan menumpang kapal dagang. Mereka berdua mendarat di Surabaya, lalu menjadi santri pada Sunan Ngampel.( Muljana: 2005). Raden Patah tetap tinggal di Ngampel Denta, kemudian dipungut sebagai menantu Sunan Ngampel, dikawinkan dengan cucu perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka. Raden Kusen kemudian mengabdi pada prabu Brawijaya di Majapahit. Raden Kusen diangkat menjadi adipati Terung, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah, di situ ia membuka hutan Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah pesantren dan Raden Patah menjadi ulama di Bintara dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitarnya. Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Prabu Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah. Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.

Menurut kronik Cina, Jin Bun alias Raden Patah pindah dari Surabaya ke Demak tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi di Majapahit resah. Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo (alias Sunan Ampel), Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun sebagai anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo atau Bintara ( Muljana: 2005).

Dalam waktu yang singkat, di bawah kepemimpinan Raden Patah, lebih-lebih oleh karena jatuhnya Malaka ke tangan portugis dalam tahun 1511, Demak mencapai puncak kejayaannya. Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara (penguasa). ( Muljana: 2005 ). Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhada

Page 13: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.

B. Adipati Unus (1518 - 1521)

Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. ( Soekmono: 1973). Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental menceritakan asal-usul dan pengalaman Pate Unus. Dikatakan bahwa nenek Pate Unus berasal dari Kalimantan Barat Daya. Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan wanita Melayu. Dari perkawinan itu lahir ayah Pate Unus, ayah Pate Unus kemudian kembali ke Jawa dan menjadi penguasa di Jepara. ( Muljana: 2005 ). Setelah dewasa beliau diambil mantu oleh Raden Patah yang telah menjadi Sultan Demak I. Dari Pernikahan dengan putri Raden Patah, Adipati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau sendiri). Karena ayahanda beliau (Raden Yunus) lebih dulu dikenal masyarakat, maka Raden Abdul Qadir lebih lebih sering dipanggil sebagai Adipati bin Yunus (atau putra Yunus). Kemudian hari banyak orang memanggil beliau dengan yang lebih mudah Pati Unus.

Tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis ( Muljana: 2005 ). Hal ini membuat tugas Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Maka tahun 1513 dikirim armada kecil, ekspedisi Jihad I yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka gagal dan balik kembali ke tanah Jawa. Kegagalan ini karena kurang persiapan menjadi pelajaran berharga untuk membuat persiapan yang lebih baik. Maka direncanakanlah pembangunan armada besar sebanyak 375 kapal perang di tanah Gowa, Sulawesi yang masyarakatnya sudah terkenal dalam pembuatan kapal. Di tahun 1518 Raden Patah, Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah mangkat, beliau berwasiat supaya mantu beliau Pati Unus diangkat menjadi Sultan Demak berikutnya. Maka diangkatlah Pati Unus atau Raden Abdul Qadir bin Yunus.

Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Armada perang yang sangat besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang. Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II. Dari sini sejarah keluarga beliau akan berubah, sejarah kesultanan Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan berubah.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Sedangkan Pati Unus, Sultan Demak II yang gugur kemudian disebut masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara. Pimpinan Armada Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil

Page 14: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

alih oleh Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Falthehan, dan belakangan disebut Fatahillah setelah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527. Di ambil alih oleh Fadhlullah Khan adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang sekaligus menjadi mertua karena putri beliau yang menjadi janda Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.

C. Sultan Trenggono (1521 - 1546)

Sultan Trenggono adalah Sultan Demak yang ketiga, beliau memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. ( Badrika: 2006 ). Sultan Trenggono adalah putra Raden Patah pendiri Demak yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah putri Sunan Ampel ( Muljana: 2005 ). Menurut Suma Oriental, ia dilahirkan sekitar tahun 1483. Ia merupakan adik kandung Pangeran Sabrang Lor, raja Demak sebelumnya (versi Serat Kanda). Sultan Trenggono memiliki beberapa orang putra dan putri. Diantaranya yang paling terkenal ialah Sunan Prawoto yang menjadi raja penggantinya, Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara, Ratu Mas Cempaka yang menjadi istri Sultan Hadiwijaya, dan Pangeran Timur yang berkuasa sebagai adipati di wilayah Madiun dengan gelar Rangga Jumena.

Sultan Trenggana Wafat / Mangkat Berita Sultan Trenggono wafat ditemukan dalam catatan seorang Portugis bernama Fernandez Mendez Pinto. Pada tahun 1546 Sultan Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Blambangan. Sunan Gunung Jati membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit Cirebon, Banten, dan Jayakarta sebanyak 7.000 orang yang dipimpin Fatahillah. Mendez Pinto bersama 40 orang temannya saat itu ikut serta dalam pasukan Banten. Pasukan Demak sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu. Suatu ketika Sultan Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk melancarkan serangan selanjutnya. Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun menjadi pelayannya. Anak kecil itu tertarik pada jalannya rapat sehingga tidak mendengar perintah Trenggono. Trenggono marah dan memukulnya. Anak itu secara spontan membalas menusuk dada Trenggono memakai pisau. Sultan Demak itu pun tewas seketika dan segera dibawa pulang meninggalkan Panarukan.

Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto

D. Sunan Prawata (1546 – 1549)

Sunan Prawata adalah nama lahirnya (Raden Mukmin) adalah raja keempat Kesultanan Demak, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang Arya Penangsang, yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kesultanan Demak pun berakhir.

Page 15: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Sepeninggal Sultan Trenggana yang memerintah Kesultanan Demak tahun 1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.

Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang Portugis bernama Manuel Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa seperti sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan Makassar. Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.

Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.

2.2.3 Gambaran Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim. Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.

Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. Letak kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim. Lagi pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat berkembang. Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.

2.2.4 Gambaran Kehidupan Sosial-Budaya masyarakat pada masa Kerajaan Demak

Berdirinya kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu tidak heran jika Demak gigih melawan daerah-daerah yang ada dibawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo , Demak berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusatnya. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.

Page 16: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.

Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan ? para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).

Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.

Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar 10 tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan kebudayaan Islam.

Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah bangunan Masjid Demak yang terletak di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di belakngnya terdapat makam raja-raja Demak.

2.2.5 Faktor – Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Demak

Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara Pangeran Seda ing Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Sedo Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran Sedo Lepen yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dangan membunuh Sunan Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri ( suami Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto). Pangeran Hadiri dianggap sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto dan beberapa pendukungnya. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu Sultan Trenggono. Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jako Tingkir yang selanjutnya memindahkan pusat kerajaan ke Pajang.

Selain itu, Raden Patah kurang pandai menarik simpati orang – orang pedalaman, bekas rakyat Kerajaan Majapahit. Raden Patah juga terlalu banyak menyandarkan kekuataannya kepada masyarakat Tionghoa Islam. Beliau berkeinginan keras untuk membentuk negara Islam Maritim. Sehingga mengakibatkan, perhatiannya lebih dicurahkan untuk pembuatan kapal-kapal di kota-kota pelabuhan demi pembentukan armada yang kuat. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Demak pada tahun 1568. (Muljana: 2005)

2.2.1 Sejarah Awal berdirinya Kerajaaan Pajang

Page 17: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui.

Baru pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dmana Pajang dilhat sebagai pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri Cina.

Ceritera mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab Babad Banten yang menyebutkan Ki Andayaningrat berputera 2 orang yaitu, Kebo Kenanga dan Kebo Kanigara. Meskipun Majapahit ambruk pada tahun 1625, Pengging dibawah Kebo Kenanga berdaulat terus hingga pertengahan abad ke-16. untuk menundukkan pengging Raja Demak memanfaatkan jasa Ki Wanapala dan Sunan Kudus, dengan cara pendahuluan berupa adu kekuatan ngelmu.

Dua tahun kemudian, Kebo Kenanga berhasil dibunuh sedangkan anak laki-lakinya yaitu Jaka Tingkir kelak mengabdi ke Istana Demak untuk akhirnya mendirikan Kerajaan Pajang dengan sebutan Adi Wijaya.

2.2.2 Gambaran Kehidupan Politik Pemerintahan Kerajaan Pajang

A. Jaka Tingkir (

Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.

Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kesultanan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir). Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.

Di zaman Adiwijaya memerintah Pajang, yaitu pada tahun 1578 seorang tokoh pemimpin Wirasaba, yang bernama Wargautama ditindak oleh pasukan-pasukan kerajaan dari pusat. Berita dari Babad Banyumas ini menunjukkan masih kuatnya Pajang menjelang akhir pemerintahan Adiwijaya. Kekuasaan Pajang ke Timur meliputi wilayah Madiun dan disebutkan bahwa Blora pada tahun 1554 menjadi rebutan antara Pajang dan Mataram.

Ada dugaan bahwa Adiwijaya sebgai raja islam berhasil dalam diplomasinya sehingga pada tahun 1581, ia diakui oleh raja-raja kecil yang penting dikawasan Pesisir Jawa Timur. Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana

Page 18: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati Surabaya. Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur diangkat menantu Raja Pajang.

B. Arya Pangiri

Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.Arya Penangsang kemudian tewas oleh sayembara yang diadakan Hadiwijaya bupati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan berdaulat di mana Demak sebagai bawahannya. Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua Sultan Hadiwijaya dan dijadikan sebagai bupati Demak.

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja. Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).

Tokoh Sunan Kudus yang diberitakan Babad Tanah Jawi perlu dikoreksi, karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus

Arya Pangiri menjadi raja Pajang sejak awal tahun 1583 bergelar Sultan Ngawantipura. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Dia melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram. Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.

C. Pangeran Benawa

Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.

Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram. Selain itu, Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Yosodipuro dan Ronggowarsito, pujangga-pujangga besar Kasunanan Surakarta. Pangeran Benawa dikisahkan sebagai seorang yang lembut hati. Ia pernah ditugasi ayahnya untuk

Page 19: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

menyelidiki kesetiaan Sutawijaya terhadap Pajang. Waktu itu Benawa berangkat bersama Arya Pamalad (kakak iparnya yang menjadi adipati Tuban) dan Patih Mancanegara. Sutawijaya menjamu ketiga tamunya dengan pesta. Putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga tidak sengaja membunuh seorang prajurit Tuban, membuat Arya Pamalad mengajak rombongan pulang.

Sesampai di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap Pajang. Sementara itu Benawa melaporkan kebaikan Sutawijaya, bahwa terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri. Sutawijaya akhirnya terbukti memerangi Pajang tahun 1582, dan berakhir dengan kematian Sultan Hadiwijaya. Pangeran Benawa yang seharusnya naik takhta disingkirkan oleh kakak iparnya, yaitu Arya Pangiri adipati Demak. Benawa kemudian menjadi adipati Jipang Panolan. Pada tahun 1586 ia bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang adil dalam memerintah.

Dikisahkan, Arya Pangiri hanya sibuk menyusun usaha balas dendam terhadap Mataram. Orang-orang Demak juga berdatangan, sehingga warga asli Pajang banyak yang tersisih. Akibatnya, penduduk Pajang sebagian menjadi penjahat karena kehilangan mata pencaharian, dan sebagian lagi mengungsi ke Jipang. Persekutuan Benawa dan Sutawijaya terjalin. Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berhasil mengalahkan Pajang. Arya Pangiri dipulangkan ke Demak. Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Sutawijaya. Namun Sutawijaya menolaknya. Ia hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram. Sejak itu, Pangeran Benawa naik takhta menjadi raja baru di Pajang bergelar Sultan Prabuwijaya.

2.2.3 Gambaran Aspek Sosial Budaya Kerajaan Pajang

Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.

2.2.4 Gambaran Aspek Ekonomi Kerajaan Pajang

Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.

Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.

Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Sala. Sejak itu Demak sebagai negara maritim menginginkan dikuasainya lumbung-lumbung beras di pedalaman yaitu Pajang dan kemudian juga mataram, supaya dengan cara demikian dapat berbentuk negara ideal agraris maritim.

Page 20: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

2.2.5 Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Pajang

Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.

Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.

Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.

2.3.1 Keterkaitan Hubungan Antara Kerajaan Demak dengan Kerajaan Pajang

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 1500 M, oleh Raden Patah yang merupakan keturunan dari Raja Kertabhumi. Sebagai Kerajaan Islam pertama di Jawa, Kerajaan Demak sangat berpengaruh dalam proses Islamisasi pada masa itu, apalagi dengan bantuan para wali sanga yang juga ikut berperan besar dalam masa kejayaan Kerajaan Demak. Kerajaan Demak mengalami proses pergantian kepemimpinan selama 4 kali, yakni Raden Patah (1500 – 1518), Adipati Unus (1518 – 1521), Sultan Trenggana (1521 – 1546), Raden Prawata (1546 – 1549). Namun sayangnya, kerajaan Demak tidak berumur panjang. Setelah hampir 50 tahun berdiri, kerajaan Demak mengalami keruntuhan yang diakibatkan oleh beberapa faktor.

Salah satu penyebab faktor runtuhnya Kerajaan Demak adalah adanya perebutan kekuasaan antara Arya Penagsang dengan Adiwijaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Ia adalah seorang menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( daerah Boyolali). Di dalam pertempuran-pertempuran itu Jaka tingkir akhirnya mampu mengalahkan Arya Penangsang dan memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. ( Muljana: 2005).

Dari uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Kerajaan Pajang merupakan lanjutan dari Kerajaan Demak yang didirikan ole Jaka tingkir yang masih keturunan dari Demak, yang tak lain adalah menantu dari Sultan Trenggono. Walaupun dalam bukunya Muljana di jelaskan bahwa Kerajaan Demak telah benar-benar runtuh pada tahun 1546, tapi ketika Jaka Tingkir telah berhasil mengalahkan Arya Penangsang, ia lalu memindahkan keraton Demak ke Pajang, dan mendirikan Kerajaan baru yang disebut dengan Kerajaan Pajang.

A. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia

Page 21: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1 hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati dan tolong menolong.

2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.

3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.

4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.

Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.

Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-11 M dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang bertahun 475 H/1082 M.

Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.

Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Page 22: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

1. Ilmu-ilmu Keagamaan

Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :

a. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas.

b. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara. Karya-karya itu mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa itu.

Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :

a. Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.

b. Syamsuddin As Sumatrani dengan karyanya berjudul Mir’atul Mu’min (Cermin Orang Beriman).

c. Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang yang berasal dari India keturunan Arab Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah, dan tasawuf yang diantaranya adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As Salatin (sejarah), dan Tibyan fi Ma’rifat Al Adyan (tasawuf).

d. Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa. Karyanya adalah kitab Martabat Kang Pitu (Martabat yang Tujuh).

e. Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijil

f. Ronggowarsito dengan karyanya Wirid Hidayat Jati

g. Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi (1629-1699 M). Karya-karyanya yang belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih berbentuk naskah.

h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).

i. Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 26 buah buku diantaranya yang terkenal Tafsir Al Muris

j. Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau (1860-1916 M)

Page 23: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

2. Arsitektur Bangunan

Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki penduduk yang juga terdiri dari beragam suku, bangsa, adat, kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu perbedaan latar belakang tersebut, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Beberapa hasil seni bangunan pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain. Masjid-masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.

Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti Masjid Sendang Duwur.

C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa Perkembangan

1. Masa penjajahan

Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.

Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.

Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.

Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:

1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.

Page 24: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.

3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

2. Masa Kemerdekaan

Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :

a. Syarikat Dagang Islam

Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

b. Jam’iatul Khair

Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

c. Al Irsyad

Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

d. Perserikatan Ulama

Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

e. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

f. Nahdatul Ulama

Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah

Page 25: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

3. Masa Perkembangan

Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.

a. Membentuk Departemen Agama

Tujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:

1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.

2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.

3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

b. Di Bidang Pendidikan

Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

c. Majelis Ulama Indonesia

Selain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal antara lain sebagai berikut :

1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.

2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.

D. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Page 26: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:

1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.

2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.

3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.

E. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:

1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.

2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.

3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.

a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.

b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara

4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.

5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.

6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.

F. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Ada beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.

2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

Page 27: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. di Jazirah Arab pada abad ke-7

ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah wafatnya nabi

Muhammad s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik di barat dan

Asia Tengah di Timur. Hingga umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-

kerajaan Islam lain yang muncul.

Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah,

Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan

Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli

sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada

Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.

Sekarang agama Islam adalah agama terbesar di Indonesia, namun begitu banyak

orang yang masih belum begitu paham bagaimana sejarah perkembangan Islam

terutama di Indonesia. Mereka hanya tahu bahwa Islam itu berasal dari timur tengah

atau Arab Saudi saja tanpa tahu siapa yang menyebarkannnya dan berbagai teori

penyebarannya.

Maka dari itu dalam makalah ini penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema

tersebut diatas kedalam sebuah karya tulis yang berjudul “Perkembangan Islam Di

Indonesia”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini antara lain :

1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia ?

2. Apa Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dan Kebudayaan Islam itu ?

Page 28: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

3. Bagaimana Kebangkitan Perkembangan Islam Abad ke – 20 ?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan pemberitahuan kepada

pembaca tentang bagaimana perkembangan islam itu terutama di Indonesia ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

1. Penyebaran Islam (1200 - 1600)

Page 29: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini.

Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga

tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu

kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh

Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur

Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat,

India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para

pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam

dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang

Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui

peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum

ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai

Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai

Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13

adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah

Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah

bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) [2]. Pada saat nanti wilayah Barus ini akan

masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.

Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan,

memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa

yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini

adalah raja Jay Sima ptra ratu [[Sima dari Kalingga masuk Islam .

Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk

Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat adalah tidaklah benar,

apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia

adalah aliran Syiah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi

kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Safi'i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam di masa awal dengan bukti Tarikh

Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi, meskipun

dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para

pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk beberapa waktu.

Page 30: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara,

yang berlangsung beberapa abad kemudian.

Agama Islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan

dan lain-lain.

Tokoh penyebar Agama Islam yang paling terkenal adalah walisongo yaitu :

• Sunan Ampel

• Sunan Bonang

• Sunan Muria

• Sunan Gunung Jati

• Sunan Kalijaga

• Sunan Giri

• Sunan Kudus

• Sunan Drajat

• Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

2. Masa kolonial

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara

untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini.

Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh

wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam

di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang

menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-

aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama

saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas

perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah)

yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-

potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap

penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan

Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad

melawan penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya

menggunakan strategi-strategi:

Page 31: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

• Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu

domba antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat

dan perang Diponegoro di Jawa.

• Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru

Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang

pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda

membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang

berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh

pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin

yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan

pejuangan terhadap penjajahan.

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-

Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di

Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka

ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam

yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan

seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada

tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura

dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.

B. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dan Kebudayaan Islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan

yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan masuknya islam, indonesia

kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua(lebih) kenudayaan

karena percampuran bangsa-banga dan saling mempengaruhi), yang meluruskan

kebudayaan baru yaitu kebudayaan islam indonesia.

Masuknya islam tersebut tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang. Bentuk

budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat

kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat indonesia. Untuk

lebih mamahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi pemakalah

sedikit memberi uraian berikut ini.yait;

1. Seni bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,

istana.

Page 32: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

2. Seni rupa

Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia/hewan. Seni ukui relief yang

menghias masjid, makam islam berupa saluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula

sinkretisme, agar dapat keserasian.

3. Aksara dan seni sastra

Tersebarnya agama islam ke indonesia maka berpengaruh terhadap bidang akasara

atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulsan arab, bahkan berkembang tulisan

arab melayuatau biasanya dikenal dengan istilah arab gundul yaitu tulisan arab yang

dipakai untuk menuliskan bahasa melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,i,u

seperti laszimnya tulisan arab. Disamping itu juga, huruf arab berkembang menjadi

seni kaligrafiyang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan

dalan seni sastra yang berkembang pada awal periode islam adalah seni sastra yang

berasal dari perpaduan sastra pengaruh hindu-budha dan sastra islam yang banyak

mendapat pengaruh persia.

Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan atau

aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf arab melayu(arab gundul) dan isi

ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman hindu.

C. Kebangkitan Perkembangan Islam Abad ke – 20

Khusus mengenai kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 amat

dipengaruhi oleh gerakan reformasi keagamaan (Islam) di Timur Tengah dan India.

Berangkatlah Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Supanik ke Mekkah untuk

melakukan ibadah haji dan menuntut Ilmu di sana. Sepulangnya dari Mekah ke

Minangkabau pada tahun 1803 mereka membawa faham Wahabi, suatu faham yang

amat berpengaruh di Saudi Arabia. Untuk menaburkan faham Wahabi ini, mereka

membentuk suatu barisan yang bernama “Paderi”, bergerak melawan adat, syirik,

khurafat, dan Bid’ah. Untuk memenangkan fahamnya barisan “Paderi” ini bertindak

dengan berani dan tegas, Sehingga terjadi peperangan antara barisan Paderi dan kaum

Adat, yang akhirnya barisan Paderi berhadapan pula dengan pemerintah kolonial.

Selanjutnya pembaharuan yang dipelopori Paderi ini dilanjutkan oleh kaum muda,

termasuk Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad, Muhammad Thaib Umar dan

kawan-kawannya. Mereka mengorganisir pesantren-pesantren yang sehaluan dan

sefaham, kemudian diberi nama “Sumatera Thawalib”, yang pada kongresnya tahun

1930 menjadi Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Jadi paham ini masuk ke

Indonesia (minangkabau) sebelum abad ke-20. Sedangkan faham Muhammad Abduh

Page 33: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

dan Jamaluddin Al-Afghani di mesir sampai ke Indonesia melalui mahasiswa-

mahasiswa yang belajar di sana dan majalah-majalah yang diterbitkan oleh dua tokoh

tersebut yang sampai ke Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan kecil, lepas dari

pengawasan duane, seperti majalah Al Urwatul Wutsqa, As Siyasah, Al Liwa’ dan Al

Adl edisi Mesir, Tsamratul Funun dan Al_Qis-thasul Mustaqim edisi Bairut dan

majalah-majalah lainnya. Ada satu jilid tahunan majalah Al Urwatul Wutsqa yang

masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Tuban, sampai ke tangan Kiai Haji Ahmad

Dahlan, lalu ia tergerak hatinya untuk mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912.

Organisasi ini bergerak melawan feodalisme, syirk, bid’ah dan khurafat seperti barisan

Paderi di Minang kabau, namun tidak dengan jalan kekerasan. Muhammadiyah

menyebarkan fahamnya melalui pendidikan, dakwah dan sosial, seraya organisasi ini

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang berasal dari bantuan pemerintah kolonial demi

kepentingan dakwahnya. Faham Muhammad Abduh dan system gerakannya

mengilhami Muhammadiyah, sebagaimana faham Wahabi dan Sistim gerakannya

mengilhami barisan Paderi, dan perlu dicatat, bahwa antara Abduh dan Wahabi sama-

sama faham salaf, namun Muhammad Abduh menempuh jalan pendidikan untuk

menaburkan fahamnya, sedangkan kaum wahabi menempuh jalan kekerasan. Senada

dengan gerakan ini juga ialah Al-Irsyad dan Persatuan Islam (PERSIS).

Sedangkan gerakan Islam yang tampil bergerak dalam lapangan social ekonomi dan

social politik ialah Syarikat Dagang Islam (SDI) yang lahir pada tahun 1905 di Sala di

bawah pimpinan Haji Samanhudi, lalu menjadi Syarikat Islam (SI) di bawah pimpinan

Haji Umar Said (HOS) Cokroaminoto dan para cendikiawan muslim lainnya. Mereka

memperluas lingkup gerakan SI ke lapangan politik dan pembaharuan pemikiran

tentang ajaran-ajaran Islam. Jasa yang paling besar SI terhadap bangsa dan Negera

ialah meratakan kesadaran Nasional terhadap seluruh lapisan masyarakat, atas, tengah

dan rakyat biasa di seluruh persada tanah airnya, terutama ketika SI mengadakan

kongres nasionalnya yang pertama di Bandung pada tahun 1916, yang dihadiri oleh

wakil-wakilnya dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sumatera,

Sulawesi, dan Bali. Kongres ini memperoleh perhatian pula dari pemerintah kolonial

dan beberapa pers asing. Padahal Budi Utomo pada saat itu masih bergerak dalam

lingkup Jawa Madura dan hanya memperoleh partisipan dari golongan bangsawan.

Dicelah-celah gerakan-gerakan Islam yang berdimensi pembaharuan ini juga masih

ada organisasi-organisasi Islan yang mempertahankan identitasnya yang tradisionil,

seperti Nahdhatul Ulama’ (NU) yang didirikan pada tahun 1926, sebagai reaksi

terhadap praktek-praktek pembaharuan yang dilakukan oleh kaum Wahabi di Saudi

Arabia, yang pada saat itu Wahabi merupakan faham yang berkuasa di sana. NU ini

Page 34: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

memperoleh dukungan dari mayoritas umat Islam dan organisasi Islam di Indonesia

yang pada umumnya bermadzhab Syafi’i.

Pada prinsipnya antara gerakan Islam yang menerima dan menolak pembaharuan

tidaklah memiliki perbedaan yang prinsipil. Sebab mereka sama-sama mengakui

bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pegangan pertama dan utama; dan mereka

sama-sama bergerak melawan Kolonialisme. Perbedaan yang ada pada mereka ialah

perbedaan yang diperbolehkan, karena masih termasuk dalam lingkup Ijtihad.

Yang jelas, organisasi-organisasi Islam ini telah melakukan pesan perjuangan para

Syuhada’ kusma bangsa, yang mempertaruhkan harta dan nyawanya demi kecintaan

mereka kepada agama dan tanah airnya. Mudah-mudahan generasi masa kini diberi

kemampuan melanjutkan pesan perjuangan mereka

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 35: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Ahmad Mansur

Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat,

India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para

pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam

dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang

Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia.

Khusus mengenai kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 amat

dipengaruhi oleh gerakan reformasi keagamaan (Islam) di Timur Tengah dan India.

Kebangkitan itu dimulai dengan berdiri Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah, NU,

Persis dll.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis sarankan kepada para pembaca untuk mempelajari sejarah

perkembangan Islam dengan begitu dapat menambah wawasan kita dalam mengetahui

agama Islam diIndonesia sehingga dapat menambah rasa bangga kepada agama Islam

yang kita anut ini.

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. di Jazirah Arab pada

abad ke-7 ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu dari Allah swt.

Setelah wafatnya nabi Muhammad s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga

Page 36: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Samudra Atlantik di barat dan Asia Tengah di Timur. Hingga umat Islam

berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.

Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah,

Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal,

India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia.

Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-

negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan

Islam yang menjadikan dirinya sekolah.

Sekarang agama Islam adalah agama terbesar di Indonesia, namun begitu

banyak orang yang masih belum begitu paham bagaimana sejarah

perkembangan Islam terutama di Indonesia. Mereka hanya tahu bahwa Islam

itu berasal dari timur tengah atau Arab Saudi saja tanpa tahu siapa yang

menyebarkannnya dan berbagai teori penyebarannya. 

Maka dari itu dalam makalah ini penulis merasa tertarik untuk mengangkat

tema tersebut diatas kedalam sebuah karya tulis yang berjudul

“Perkembangan Islam Di Indonesia”

B. Rumusan Masalah 

Rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini antara lain : 

1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia ?

2. Apa Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dan Kebudayaan Islam itu ?

3. Bagaimana Kebangkitan Perkembangan Islam Abad ke – 20 ?

C. Tujuan Makalah 

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan pemberitahuan

kepada pembaca tentang bagaimana perkembangan islam itu terutama di

Indonesia ini.

BAB II 

PEMBAHASAN 

A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia 

1. Penyebaran Islam (1200 - 1600)

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat

ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar

pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya,

dan waktu kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang

menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa

Page 37: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori

besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah

Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad

ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari

Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.

Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal

Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara

sekitar abad ke-13 M. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah

Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah

mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai

abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M

sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok

bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) [2]. Pada

saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.

Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan,

memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah

Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta

Islam ini adalah raja Jay Sima ptra ratu [[Sima dari Kalingga masuk Islam .

Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton

juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat adalah

tidaklah benar, apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang

kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syiah karena Gujarat pada masa itu

beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab

Safi'i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam di masa awal dengan

bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi,

meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan

dengan para pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah

untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di

Semenanjung Melayu dan Nusantara, yang berlangsung beberapa abad

kemudian.

Agama Islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,

pendidikan dan lain-lain.

Tokoh penyebar Agama Islam yang paling terkenal adalah walisongo yaitu : 

Page 38: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

• Sunan Ampel

• Sunan Bonang

• Sunan Muria

• Sunan Gunung Jati

• Sunan Kalijaga

• Sunan Giri

• Sunan Kudus

• Sunan Drajat

• Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

2. Masa kolonial

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke

Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka

menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya,

VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh.

Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat

membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses

penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara

aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh

para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah

pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren)

menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan

ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang

di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat

dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang

syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad

melawan penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya

menggunakan strategi-strategi:

• Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau

mengadu domba antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang

Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.

• Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar,

seorang Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga

seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat

agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah

mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik

praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah

Page 39: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan

ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap

penjajahan. 

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh

Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau

yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide

tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim

Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan

berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri

(1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin

menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian,

di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir. 

B. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dan Kebudayaan Islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak

kebudayaan yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan

masuknya islam, indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses

bercampurnya dua(lebih) kenudayaan karena percampuran bangsa-banga

dan saling mempengaruhi), yang meluruskan kebudayaan baru yaitu

kebudayaan islam indonesia.

Masuknya islam tersebut tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang.

Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya

bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat

indonesia. Untuk lebih mamahami wujud budaya yang sudah mengalami

proses akulturasi pemakalah sedikit memberi uraian berikut ini.yait;

1. Seni bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid,

makam, istana.

2. Seni rupa

Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia/hewan. Seni ukui relief

yang menghias masjid, makam islam berupa saluran tumbuh-tumbuhan

namun terjadi pula sinkretisme, agar dapat keserasian.

3. Aksara dan seni sastra

Tersebarnya agama islam ke indonesia maka berpengaruh terhadap bidang

akasara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulsan arab, bahkan

berkembang tulisan arab melayuatau biasanya dikenal dengan istilah arab

gundul yaitu tulisan arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa melayu tetapi

tidak menggunakan tanda-tanda a,i,u seperti laszimnya tulisan arab.

Page 40: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Disamping itu juga, huruf arab berkembang menjadi seni kaligrafiyang banyak

digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalan seni sastra

yang berkembang pada awal periode islam adalah seni sastra yang berasal

dari perpaduan sastra pengaruh hindu-budha dan sastra islam yang banyak

mendapat pengaruh persia.

Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari

tulisan atau aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf arab

melayu(arab gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra

yang berkembang pada jaman hindu.

C. Kebangkitan Perkembangan Islam Abad ke – 20 

Khusus mengenai kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 amat

dipengaruhi oleh gerakan reformasi keagamaan (Islam) di Timur Tengah dan

India. Berangkatlah Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Supanik ke Mekkah

untuk melakukan ibadah haji dan menuntut Ilmu di sana. Sepulangnya dari

Mekah ke Minangkabau pada tahun 1803 mereka membawa faham Wahabi,

suatu faham yang amat berpengaruh di Saudi Arabia. Untuk menaburkan

faham Wahabi ini, mereka membentuk suatu barisan yang bernama “Paderi”,

bergerak melawan adat, syirik, khurafat, dan Bid’ah. Untuk memenangkan

fahamnya barisan “Paderi” ini bertindak dengan berani dan tegas, Sehingga

terjadi peperangan antara barisan Paderi dan kaum Adat, yang akhirnya

barisan Paderi berhadapan pula dengan pemerintah kolonial. Selanjutnya

pembaharuan yang dipelopori Paderi ini dilanjutkan oleh kaum muda,

termasuk Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad, Muhammad Thaib Umar

dan kawan-kawannya. Mereka mengorganisir pesantren-pesantren yang

sehaluan dan sefaham, kemudian diberi nama “Sumatera Thawalib”, yang

pada kongresnya tahun 1930 menjadi Persatuan Muslim Indonesia (PERMI).

Jadi paham ini masuk ke Indonesia (minangkabau) sebelum abad ke-20.

Sedangkan faham Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani di mesir

sampai ke Indonesia melalui mahasiswa-mahasiswa yang belajar di sana dan

majalah-majalah yang diterbitkan oleh dua tokoh tersebut yang sampai ke

Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan kecil, lepas dari pengawasan duane,

seperti majalah Al Urwatul Wutsqa, As Siyasah, Al Liwa’ dan Al Adl edisi

Mesir, Tsamratul Funun dan Al_Qis-thasul Mustaqim edisi Bairut dan majalah-

majalah lainnya. Ada satu jilid tahunan majalah Al Urwatul Wutsqa yang

masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Tuban, sampai ke tangan Kiai Haji

Ahmad Dahlan, lalu ia tergerak hatinya untuk mendirikan Muhammadiyah

pada tahun 1912. Organisasi ini bergerak melawan feodalisme, syirk, bid’ah

Page 41: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

dan khurafat seperti barisan Paderi di Minang kabau, namun tidak dengan

jalan kekerasan. Muhammadiyah menyebarkan fahamnya melalui pendidikan,

dakwah dan sosial, seraya organisasi ini memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang

berasal dari bantuan pemerintah kolonial demi kepentingan dakwahnya.

Faham Muhammad Abduh dan system gerakannya mengilhami

Muhammadiyah, sebagaimana faham Wahabi dan Sistim gerakannya

mengilhami barisan Paderi, dan perlu dicatat, bahwa antara Abduh dan

Wahabi sama-sama faham salaf, namun Muhammad Abduh menempuh jalan

pendidikan untuk menaburkan fahamnya, sedangkan kaum wahabi

menempuh jalan kekerasan. Senada dengan gerakan ini juga ialah Al-Irsyad

dan Persatuan Islam (PERSIS).

Sedangkan gerakan Islam yang tampil bergerak dalam lapangan social

ekonomi dan social politik ialah Syarikat Dagang Islam (SDI) yang lahir pada

tahun 1905 di Sala di bawah pimpinan Haji Samanhudi, lalu menjadi Syarikat

Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Umar Said (HOS) Cokroaminoto dan para

cendikiawan muslim lainnya. Mereka memperluas lingkup gerakan SI ke

lapangan politik dan pembaharuan pemikiran tentang ajaran-ajaran Islam.

Jasa yang paling besar SI terhadap bangsa dan Negera ialah meratakan

kesadaran Nasional terhadap seluruh lapisan masyarakat, atas, tengah dan

rakyat biasa di seluruh persada tanah airnya, terutama ketika SI mengadakan

kongres nasionalnya yang pertama di Bandung pada tahun 1916, yang dihadiri

oleh wakil-wakilnya dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Kongres ini memperoleh perhatian pula dari

pemerintah kolonial dan beberapa pers asing. Padahal Budi Utomo pada saat

itu masih bergerak dalam lingkup Jawa Madura dan hanya memperoleh

partisipan dari golongan bangsawan.

Dicelah-celah gerakan-gerakan Islam yang berdimensi pembaharuan ini juga

masih ada organisasi-organisasi Islan yang mempertahankan identitasnya

yang tradisionil, seperti Nahdhatul Ulama’ (NU) yang didirikan pada tahun

1926, sebagai reaksi terhadap praktek-praktek pembaharuan yang dilakukan

oleh kaum Wahabi di Saudi Arabia, yang pada saat itu Wahabi merupakan

faham yang berkuasa di sana. NU ini memperoleh dukungan dari mayoritas

umat Islam dan organisasi Islam di Indonesia yang pada umumnya

bermadzhab Syafi’i.

Pada prinsipnya antara gerakan Islam yang menerima dan menolak

pembaharuan tidaklah memiliki perbedaan yang prinsipil. Sebab mereka

sama-sama mengakui bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pegangan

pertama dan utama; dan mereka sama-sama bergerak melawan Kolonialisme.

Page 42: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Perbedaan yang ada pada mereka ialah perbedaan yang diperbolehkan,

karena masih termasuk dalam lingkup Ijtihad.

Yang jelas, organisasi-organisasi Islam ini telah melakukan pesan perjuangan

para Syuhada’ kusma bangsa, yang mempertaruhkan harta dan nyawanya

demi kecintaan mereka kepada agama dan tanah airnya. Mudah-mudahan

generasi masa kini diberi kemampuan melanjutkan pesan perjuangan mereka

BAB III

PENUTUP 

A. Kesimpulan 

Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Ahmad

Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama,

teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India

melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua,

teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah

melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori

Persia. 

Khusus mengenai kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 amat

dipengaruhi oleh gerakan reformasi keagamaan (Islam) di Timur Tengah dan

India. Kebangkitan itu dimulai dengan berdiri Serikat Dagang Islam,

Muhammadiyah, NU, Persis dll. 

B. Saran 

Dalam makalah ini penulis sarankan kepada para pembaca untuk mempelajari

sejarah perkembangan Islam dengan begitu dapat menambah wawasan kita

dalam mengetahui agama Islam diIndonesia sehingga dapat menambah rasa

bangga kepada agama Islam yang kita anut ini.

Sejarah Makam Fatimah binti maemun

Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama

Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Batu

nisannya ditulis dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, serta

merupakan nisan kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara. Makam tersebut

Page 43: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

berlokasi di desa Leran, Kecamatan Manyar, sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa

Timur.

Temuan batu nisan tersebut merupakan salah satu data arkeologis yang berkenaan

dengan keberadaan komunitas Muslim pertama di kawasan pantai utara Jawa Timur.

[6] Gaya Kufi tersebut menunjukkan di antara pendatang di kawasan pantai tersebut,

terdapat orang-orang yang berasal dari Timur Tengah dan bahwa mereka juga

merupakan pedagang, sebab nisan kubur dengan gaya Kufi serupa juga ditemukan di

Phanrang, Champa selatan.[6] Hubungan perdagangan Champa-Jawa Timur tersebut

adalah bagian dari jalur perdagangan komunitas Muslim pantai pada abad ke-11 yang

membentang di bagian selatan Cina, India, dan Timur Tengah.

Legenda

Sumber tertulis tertua yang menulis legenda mengenai seorang putri dari Leran ialah

Sajarah Banten, yang ditulis tahun 1662 atau 1663.[7] Disebutkan bahwa pada masa

Islamisasi Jawa, seorang bernama Putri Suwari dari Leran ditunangkan dengan raja

terakhir dari Majapahit.

Moquette juga menyampaikan legenda setempat yang dicatatnya saat ia mengunjungi

Leran, bahwa makam tersebut adalah kubur seorang putri raja bernama Putri Dewi

Suwari, yang memainkan peranan penting di awal sejarah Islam di pulau Jawa. Putri

tersebut dihubung-hubungkan dengan Maulana Malik Ibrahim (wafat 822 H/1419 M),

seorang wali terkenal yang makamnya terdapat di kota Gresik, entah sebagai istrinya

atau muridnya. Legenda tersebut tidak dapat diterima karena terdapat jarak 400 tahun

antara kedua tokoh tersebut.

Teks nisan

Inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, berikut ini adalah bacaan J.P. Moquette yang

diterjemahkan oleh Muh. Yamin, sbb.:[8]

Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah

Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu adalah bersifat fana

Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya

Inilah kuburan wanita yang menjadi kurban syahid bernama Fatimah binti Maimun

Putera Hibatu'llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh

Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495[9]

Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi

Page 44: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Bersama pula Rasulnya Mulia

Baris 1 merupakan basmalah sedangkan baris 2-3 merupakan kutipan Surah Ar-

Rahman ayat 25-26, yang umum dalam epitaf umat Muslim, terutama di Mesir.[10]

Siti Fatimah anak dari pasangan Maimun, yang berasal dari Iran dengan Dewi Aminah

dari Aceh, yang dilahirkan pada tahun 1064. Tokoh perempuan itu meninggal lalu

dimakamkan di Bukit Leran pada 1082 Mahesi pada usia 18 tahun. Masih sangat

muda.

Di masa hidupnya yang tidak terlalu lama, Fatimah telah berjuang menyebarkan Islam

di tanah Jawa yang sebelumnya, sebagian besar masyarakatnya beragama Hindu dan

Buddha. "Berdakwahya dengan cara sambil berdagang,"terang Hasyim.

Perjuangan Siti Fatimah menyebarkan agama Islam tidak begitu lama. Karena wabah

menyerang masyarakat di sekitar Leran. Fatimah meninggal bersama 12 orang

pengikutnya karena wabah penyakit itu. "Wabah itu sangat ganas. Pagi terserang, sore

korban sudah meninggal," duga Hasyim.

Kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun di Desa Leran, Kecamatan Manyar itu

menjasi salah satu situs bersejarah yang masih cukup terawat. Ada 13 makam di dalam

kompleks pemakaman seluas 2.800 meter persegi tersebut.

Yang unik dari 13 makam tersebut, adalah panjangnya yang melebihi ukuran normal

tubuh manusia. Makam Sayid Kharim, Sayid Dja'far, dan Sayid Syarif misalnya,

panjangnya mencapai sembilan meter dengan lebar dua meter.

Sedangkan, makam Raden Ahmad dan Raden Said, masing-masing mempunyai

panjang enam meter dengan lebar 1,5 meter. "Sebenarnya, postur tubuh paman

maupun penjaga mbah Siti Fatimah seperti kebanyakan orang Indonesia. Tapi,

makamnya dibuat panjang mungkin karena sebuah simbol, perjuangan untuk

menyebarkan agama Islam masih sangat panjang," jelas Hisyam.

Di Desa Leran, kata Hisyam, sebenarnya mereka hanya untuk berhenti sementara

sebelum melanjutkan perjalanan. Karena itulah dinamakan Leran dari kata leren

(Berhenti,Red).

Bangunan dalam kompleks pemakaman Siti Fatimah binti Maimun adalah salah satu

bangunan tertua di Gresik. Bangunan di dalam kompleks dibangun sekitar 1082

Masehi.

Page 45: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Bangunan yang termasuk salah satu situs bersejarah itu, kali pertama direnovasi Balai

Besar Trowulan, Mojokerto pada 1979-1982. Di kompleks makam Siti Fatimah ini

sekarang memang tidak ditemukan prasasti. Karena semua prasasti telah disimpan di

Museum Trowulan, Mojokerto dan Museum Sunan Giri.

Selain, situs makam Siti Fatimah, ada bangunan lain yang menunjukkan bahwa

Kabupaten Gresik, salah satu kota yang mempunyai peradaban panjang. Diantaranya,

kompleks makam Nyai Ageng Pinatih di Kelurahan Kebungson, Kecamatan Gresik.

Bangunan makamnya terletak sekitar 500 meter dari Pendapa kantor Bupati Gresik.

Nyai Ageng Pinatih adalah seorang saudagar kaya yang diangkat menjadi kepala

Syahbandar Pelabuhan Gresik pada masa Kerajaan Majapahit. Nyai Ageng Pinatih

juga sebagai ibu angkat dari Maulana Ainul Yaqin, atau Raden Paku, atau Joko

Samodro atau Prabu Satmoto atau Sunan Giri.

Nyai Ageng Pinatih wafat pada tahun 1483 masehi. Makamnya masih sangat terawat

bagus karena telah beberapa kali mengalami renovasi.

Berdirinya dua bangunan tua tidak bisa dipungkuri bahwa Kabupaten Gresik adalah

salah satu kota yang mempunyai peradaban cukup panjang. Memang tidak semua situs

sejarah terawat dengan baik, seperti di dua tempat itu.

Masih banyak juga tidak terawat. Di antaranya, temuan tim Departemen Kebudayaan

dan Pariwisata di Gosari. Di tempat itu ditemukan prasasti di sebuah gua bernama

Butulan di kawasan pegunungan kapur utara

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM OLEH WALI SONGO

I. Pendahuluan

Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha bisnis

dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang pantai

Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama di

tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar

dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa. Walisongo berasal dari keturunan

syeikh ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian

bagi para keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut

syiah.[1]

Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh disusul

dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan kehidupan

agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama Islam tingkat atas ada

sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali. Zaman itu pun dikenal

Page 46: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

sebagai zaman “kewalen”. Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai

“Walisanga”, yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang

jumlahnya juga Sembilan orang. [2] Adapun Sembilan orang wali yang

dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik

Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan

Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati. [3]

II. Rumusan Masalah

A. Bagaimana Sejarah tentang Walisongo?

B. Bagaimana peran Walisongo dalam penyebaran dan perkembangan Islam di

Indonesia?

III. Pembahasan

A. Sejarah Tentang Walisongo

Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat

“Wali”, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga

(mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali.[4]

Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain memiliki keterkaitan

yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.[5]

Adapun penjelasan tokoh-tokoh Walisongo adalah sebagai berikut:[6]

1. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)

Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, dia adalah seorang ahli tata negara

yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M.

Jauh sebelum beliau datang, islam sudah ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan

adanya makam Fatimah binti Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082. [7]

Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat

terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih

tinggi. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah

sama sederajat hanya orang yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi

Allah. Dia mendirikan pesantren yang merupakan perguruan islam, tempat mendidik

dan menggenbleng para santri sebagai calon mubaligh.

Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik

semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk

mengairi sawah dan ladang. Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang walisongo yang

dianggap sebagai ayah dari walisongo. Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau

1419 M.[8]

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Page 47: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi

Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel

Denta, dekat dengan Surabaya. Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain

Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro,

Demak), Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai

Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.

Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana

Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu

Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai

perancang Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden Fatah

sebagai sultan pertama Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan

Masjid Agung Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali lain.

Pada awal islamisasi Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat

menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat seperti

kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural

masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat

bahwa untuk sementara semua kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat

sulit meninggalkannya secara serentak. Akhirnya, Sunan Ampel menghargainya. Hal

tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga dalam usahanya menarik

penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi

warna Islam.[9] Dan beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid

Ampel.[10]

3. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)

Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan

Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. [11] Beliau dianggap sebagai

pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara

Jawa Timur. Setelah belajar di Psai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa

Timur, untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya

berdatangan dari berbagai daerah.

Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu

menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat

menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan

tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke

dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap

menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi

dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini

dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri

menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang

Page 48: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah.[12] . Sunan Bonang wafat di

pulau Bawean pada tahun 1525 M.[13]

4. Sunan Giri

Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu

putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota

dewan Walisongo. Nama Sunana Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian

kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut

merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit

sebagai penasihat militer.[14]

Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan

barang dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah

bertafakkur di goa sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah.

Usai bertafakkur ia teringat pada pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk

mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang dibawahi dari negeri Pasai melalui

desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu

dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri. Tidak berselang

lama hanya daam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi seluruh Nusantara.

Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik

dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang tau bersama muridnya. Beliau

juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti

jemuran, cublak suweng dan lain-lain.[15]

5. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang mengatakan

namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi

Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan

Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk

berdakwah di daerah sebalah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.

Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat

telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau. Setahun kemudian di desa

Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira

sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau

Surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di

daerah itu, beliau mendaat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat

baru itu belaiu berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan

menabuh seperangkat gamelanuntuk mengumpulkan orang, setelah itu lalu diberi

ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan

pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media

Page 49: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di

museum di dekat makamnya.

6. Sunan Kalijaga

Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung

Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat

kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang

terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan

dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya

dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir.

Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan

Bonang. Lalau Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui

tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut.

Maka Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga.

Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain

dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian

dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di

kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-

ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media

kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah

meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian

wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu

disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.[16]

7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)

Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau

memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid,

hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat

julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia

didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.

Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis,

Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di

Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah

kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut

dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu

dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549,

masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan

daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di

Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan

Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending

Page 50: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

Makumambang dan Mijil. [17] Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai

berikut:

a. Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan

1. Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah

2. Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam

3. Tut Wuri Handayani

4. Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.

b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam

agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.

c. Merangkul masyarakat Budha

Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudlu denga pancuran

yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya

hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan berlipat delapan atau asta sunghika

marga”.

d. Selamatan Mitoni

Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi.

Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus. Di pintu makan

Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau

1878 M.[18]

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di

pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan

Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18

km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).[19]

Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden

Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat

menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam.

Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah

satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat

dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau

banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino,

ngatus dino dan sebagainya.[20]

Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk

mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada

rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna

Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan

diri dalam masyarakat.[21]

Page 51: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau

Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya

Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga

Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.[22]

Setelah selesai menuntut ilmu pasa tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk

mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh

pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan

Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk meneruskan usahanya

Syeh Datuk Latif gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah

dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi

Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun

1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam dilakukannya melalui

diplomasi dengan kerajaan lain.[23]

Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari

kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum

menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-

daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda

Kelapa, dan Banten.[24]

B. Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Indonesia.

Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa.

Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan

didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh

sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan.

Islam benar-benar menjadi agama yang mengakar.[25]

Para wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat

mengajarkan agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan

lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa awal

perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru

menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya

tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar. Selain

prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu

kanuragan, kekebalan, dan bela diri.[26]

Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah atau dewan mubaligh.

Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera diganti oleh

walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam

budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol

Page 52: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESI1.docx

penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga

berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam

di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah

secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang

lain. [27]

Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran

agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam

penyebaran agama Islam antara lain:

1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum

banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.

2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama

Islam di masa hidupnya.

3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.

4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah

kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.

5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang

mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.

6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para

muridnya.

7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.

8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya.

Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam menyebar

ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.[28