sap skripsi

Upload: haeruddin-syafaat

Post on 13-Jul-2015

461 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAMPIRAN 1 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) 1. Topik 2. Sasaran 3. Waktu 4. Tempat 5. Tujuan : Hiperemesis Gravidarum : Ibu dan keluarga : Tanggal 25-2-2010, jam 08.30 wita : Puskesmas Ponrang Kabupaten Luwu :

a. Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluah ini ibu dan keluarga pentingnya hiperemesis gravidarum b. Tujuan khusus Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan ibu hamil dapat: 1) Menjelaskan pengertian hiperemesis gravidarum 2) Menjelaskan etiologi hiperemesis gravidarum 3) Menjelaskan tanda dan gejala hiperemesis gravidarum 4) Menjelaskan penanganan hiperemesis gravidarum 6. Metode : Ceramah dan diskusi

7. Pembimbing : Hj. A. Nurjaya,SKM.M.Kes 8. Referensi :

Manuaba. Ida Bagus Gde (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Prawirohardjo, Sarwono (2002) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonotal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

1

Materi SAP 1. Pengertian a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar Rustam; 2002 ; hal 195). b. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya

keseimbangangan elektrolit (Manuaba;2002; hal 209). c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan karena meningkatnya hormon esterogen dan HCG dalam serum, dimana satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi berat dan menyebabkan keadaan umum menjadi buruk (Sarwono

Prawirohardjo;2006;hal 275). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah mual dan munath yang berlebihan akibat pengaruh dari kehamilan yang dapat

menyebabkan dehidrasi dan jika tidak ditangani dengan tepat dapat memperburuk keadaan ibu dan janin.

2

2. Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Tidak ada bukti penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin, serta zat-zat lain akibat inanisi. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan: a. Faktor adaptasi dan hormonal : pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis.Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, wanita anemia, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG. b. Faktor alergi dan organic : karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin. c. Faktor psikologis : seperti rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggganan menjadi hamil atau pelarian kesukaan hidup.

3

d. Faktor endokrin Iainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain. (Sarwono Prawirohardjo;2006; hal 275-276) 3. Tanda dan gejala : Gejala khas pada hiperemesis gravidarum : Muntah yang hebat, haus, dehidrasi ,BB turun,keadaan umum menurun, kenaikan suhu,ikterus,gangguan cerebral. 4. Penatalaksanaan Prinsip penanganan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum adalah isolasi, terapi psikologis : berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologik, terapi cairan parenteral, terapi obat yang dapat diberikan adalah sedative ringan, anti alergi obat anti mual muntah dan vitamin.

4

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) 1. Topik 2. Sasaran 3. Waktu 4. Tempat 5. Tujuan : Diet Hiperemesis Gravidarum : Ibu dan keluarga : Tanggal 25-2-2010, jam 09.45 wita : Puskesmas Ponrang Kabupaten Luwu :

a. Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluah ini ibu dan keluarga memahami diet ibu hamil dengan hiperemsis gravidarum. b. Tujuan khusus Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta ini dapat : 1) Menjelaskan pengertian diet hiperemesis 2) Menjelaskan syarat diet hiperemesis gravidarum 3) Menjelaskan diet khusus pada hiperemesis gravidarum 6. Metode : ceramah dan diskusi

7. Pembimbing : Hj. A. Nurjaya,SKM.M.Kes 8. Referensi : Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi

2. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka

5

Materi SAP : 1. Pengertian : Diet hieperemesis adalah pengaturan makanan dan minuman padan ibu hamil yang mengalami hiperemsisi gravidarum 2. Syarat diet hipemeresis gravidarum Pengaturan makanan dan minuman pada ibu hamil hiperemesis gravidarum dilakukan untuk menekan respon mual dan muntah yang dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan nutrisi yang

membahayakan ibu dan janinnya. Pengaturan diet dalam pemberian makanan dan minuman sebaiknya diberi jarak, dan diberi diet khusus yaitu dengan penekanan pemberian karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat diantaranya adalah: karbohidrat tinggi yaitu 75-80 %, dari kebutuhan energi total, rendah lemak yaitu 10% dari

kebutuhan,protein sedang yaitu 10-15 % dari kebutuhan, makanan diberikan dalam bentuk kering, mudah dicerna, tidak merangsang pencernaan, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien yaitu 7-10 gelas per hari, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam makanan secara berangsur ditingkatakan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi penderita tersebut

6

3. Pentingnya diet hiperemsis gravidarum Diet hiperemesis gravidarum : a. Diet heperemesis I: makanan terdiri dari roti kering, singkong atau baker atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu kama. b. Diet hiperemesis II diberikan jika mual muntah sudah berjurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan .makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. c. Diet hiperemesis III diberikan sesuai dengan kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama dengan makanan-makanan yang mencukupi kebutuhan energi dan semua zat. Dianjurkan untuk hiperemesis gravidarum seperti roti panggang, biscuit, buah segar dan sari buah.sedangkan makanan dan yang tidak

dianjurakan seperti minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun dll), sirop, kaldu tak berlemak, makanan yang berbumbu tajam, teh dan kopi encer, makanan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).

7

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) 1. Topik 2. Sasaran 3. Waktu 4. Tempat 5. Tujuan : Ante Natal Care : Ibu dan keluarga : Tanggal 26-2-2010, jam 09.00 wita : Puskesmas Ponrang Kabupaten Luwu :

a. Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluah ini ibu dan keluarga pentingnya pemeriksaan kehamilan b. Tujuan khusus Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan ibu hamil dapat: 1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan kesehehatan ibu hamil 2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kesehehatan ibu hamil 3. Menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan kehamilan 4. Menyebutkan kehamilan dengan resiko tinggi 5. Menjelaskan beberapa tempat melakukan pemeriksaan kehamilan 6. Menjelaskan frekuensi melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan 6. Metode : Ceramah dan diskusi

7. Pembimbing : Hj. A. Nurjaya,SKM.M.Kes 8. Referensi : Manuaba. Ida Bagus Gde (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Prawirohardjo, Sarwono (2002) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonotal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.8

Materi SAP1. Pengertian

Antenatal

care

adalah

pemeriksaan

kehamilan

yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998)2. Tujuan Antenatal Care

a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, dan bayi. c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan

kebidanan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal pemberian ASI eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal. Tujuan dari antenatal care seperti dikutip dalam buku Manuaba (1998), adalah: den

9

1. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas. 2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas. 3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal. Menurut Mochtar R. (2002), tujuan antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental untuk

menyelamatkan ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan dan maksud dari perawatan Antenatal care adalah: 1) kelahiran bayi yang sehat, baik fisik maupun mental, 2) Ibu dalam keadaan selamat tanpa mengalami ruda paksa, 3) ibu sanggup untuk merawat dan meneteki bayi yang dilahirkannya, serta 4) Suami istri berniat dan sanggup untuk melaksanakan keluarga berencana demi kesejahteraan keluarga3. Jenis-Jenis Pemeriksaan

Menurut Sarwono (2002), bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standart minimal perawatan antenatal care yang disebut 7T, yaitu:a. Timbang berat badan dan tinggi badan. b. Ukur tekanan darah c. Ukur tinggi fundus uteri d. Pemberian imunisasi TT lengkap e. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil f.

Tes terhadap penyakit seksual menular

g. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan

10

4. Kehamilan Resiko Tinggi a. Ibu hamil dengan keadaan dibawah ini dianjurkan untuk

bersalin dengan tenaga kesehatan:b. Umur < 20 tahun atau . 35 tahun. c. Jarak kehamilan < 2 tahun. d. Pernah melahirkan lebih dari 4 kali e. Tinggi badan < 145 cm, lingkar lengan atas < 23,5 cm. f.

Mempunyai riwayat penyakit menahun.

g. Mengalami kesulitan dalam persalinan yang lalu 5. Tenaga dan Lokasi Pelaksanaan Antenatal Care

Untuk melakukan antenatal care ibu hamil dapat dibantu oleh tenaga kesehatan seperti: dokter spesialis ginekologi, dokter, perawat, bidan maupun tenaga terlatih seperti dukun bersalin terlatih. Pelayanan antenatal care dapat diakses di Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Rumah sakit maupun di klinik dokter praktek swasta.6. Frekuensi kunjungan

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumah. Menurut Manuaba (1998), berdasarkan standar

pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah terlambat haid. b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan diketahui

11

c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin Tabel 2.1. Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan . Minimal Triwulan I Triwulan II Triwulan III Frek 1 1 Optimal - Kehamilan 1-12 mgg - Kehamilan 12 28 mgg - Kehamilan 28 32 mgg - Kehamilan 34 40 mgg - Kehamilan 41 42 mgg Total 4 Frek 1 2 Ideal - Sejak haid terlambat 1 bln - Sampai kehamilan 28 mg (1 bln 1x) - Kehamilan 28 36 mg (2 mg x 1) - Kehamilan > 37 (1 mg 1 x) Frek 1 5

2

1 3

4 5

2 9 15

12

13