resume keperawatan

36
BAB I KONSEP DASAR 1. Pengertian Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991). Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal. Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. 2. Jenis-jenis Kolostomi Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara. Kolostomi Permanen Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang). Kolostomi temporer/ sementara Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini

Upload: wiky-wijaksana

Post on 08-Aug-2015

194 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

resume kuliah keperawatan dewasa 1

TRANSCRIPT

Page 1: Resume keperawatan

BAB I

KONSEP DASAR

1. Pengertian

Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).

Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).

Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.

Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.

2. Jenis-jenis Kolostomi

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

 Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

 Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya

Page 2: Resume keperawatan

bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

3. Indikasi

Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon:

 Trauma kolon dan sigmoid

 Diversi pada anus malformasi

 Diversi pada penyakit Hirschsprung

 Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

4. Komplikasi

 Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.

Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:

 Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.

 Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.

 Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.

 lritasi Kulit

Page 3: Resume keperawatan

Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.

 Diare

Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.

 Stenosis Stoma

Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.

 Eviserasi

Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah.

 Obstruksi/ penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

 Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

 Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

 Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

 Stenosis

Page 4: Resume keperawatan

Penyempitan dari lumen stoma.

 Perdarahan stoma

 Hernia Paracolostomy

 Pendarahan Stoma

 lnfeksi luka operasi

 Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna

 Sepsis dan kematian

Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

5. Ruang Lingkup

Lesi/ kelainan sepanjang kolon sampai ke rektum. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan radiologi.

6. Kontra indikasi

Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.

7. Diagnosis Banding

 Karsinoma kolon dan rektum

 Inflamatory bawel disease

 Infeksi granulamator kolon dan rektum: TBC, amubana

8. Pemeriksaan Penunjang

 Foto polos abdomen 3 posisi

 Colon inloop

 Colonoscopy

 USG abdomen

9. Pendidikan pada Pasien/ Keluarga

Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.

Page 5: Resume keperawatan

Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien/ keluarga adalah:

 Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.

 Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.

 Waktu penggantian kantong kolostomi.

 Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.

 Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan.

 Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien.

 Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.

 Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

 Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien sudah dirawat dirumah).

 Berobat/ control ke dokter secara teratur.

 Makanan yang tinggi serat.

10. Teknik Operasi

Secara singkat teknik operasi kolostomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal setinggi pertengahan antara arcus costa dan umbilikus kanan maupun kiri. Dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon tranversum. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan penjahitan ”spur” 3–4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI

1. Pengkajian

a. Keadaan stoma :

 Warna stoma (normal warna kemerahan).

 Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).

Page 6: Resume keperawatan

 Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).

 Posisi stoma.

b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :

 Konsistensi, bau, warna feces.

 Apakah ada konstipasi / diare ?

 Apakah feces tertampung dengan baik ?

 Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?

c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :

 Keluhan nyeri ada/ tidak.

 Hal-hal yang menyebabkan nyeri.

 Kualitas nyeri.

 Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).

 Apakah pasien gelisah atau tidak.

d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

 Tidur nyenyak/ tidak.

 Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.

 Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.

 Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?

e. Bagaimana konsep diri pasien ?

f. Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.

g. Apakah ada gangguan nutrisi :

 Bagaimana nafsu makan klien.

 BB normal atau tidak.

 Bagaimana kebiasaan makan pasien.

 Makanan yang menyebabkan diare.

Page 7: Resume keperawatan

 Makanan yang menyebabkan konstipasi.

h. Apakah pasien seorang yang terbuka ?

 Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.

 Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:

 Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis.

 Pencegahan terhadap komplikasi.

 Pemberian dukungan untuk rnerawat anak.

 Menyediakan informasi bagi keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) b.d kemungkinan diet yang tidak seimbang yang ditandai, dengan ….

2. Potensial gangguan nutrisi b.d ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.

3. Potensial gangguan integritas kulit b.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….

4. Potensial terjadinya infeksi b.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….

5. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gangguan mekanisme kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….

6. Gangguan rasa nyaman b.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….

7. Gangguan istirahat dan tidur b.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….

8. Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) b.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….

9. Keterbatasan aktifitas b.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.

10. Cemas b.d takut terisolasi dari orang lain ….

3. Perencanaan Keperawatan

Page 8: Resume keperawatan

DP.1 : Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) b.d kemungkinan diet yang tidak seimbang yang ditandai, dengan ….

Kriteria Evaluasi :

 Frekuensi BAB teratur (1-2 kali sehari).

 Pola BAB teratur.

 Tidak ada diare/konstipasi.

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan eliminasi pada klien.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Hindari makan makanan berefek laksatif.

2. Hindari makan makanan yang menyebabkan konstipasi (makanan yang keras).

3. Kontrol makanan yang dibawa dari rumah.

4. Berikan minum yang cukup (2-3 1t/hari).

5. Pola makan yang teratur (3 kali sehari).

6. Kolaborasi dengan ahli gizi masalah menu makanan.

DP.2 : Potensial gangguan nutrisi b.d ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.

Kriteria Evaluasi :

 Klien mau menghabiskan makanan yang diberikan.

 Tidak ada penyulit makan.

 BB seimbang.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi :

Page 9: Resume keperawatan

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Berikan motivasi agar tidak merasa takut menghabiskan makanannya.

2. Berikan gizi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan.

3. Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menu makanan.

4.

5.

6.

DP.3 : Potensial gangguan integritas kulit b.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit (lecet).

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan integritas kulit.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Lakukan teknik perawatan baik (bersih).

2. Lindungi kulit dengan pelindung kulit (vaselin / skin barier) disekitar stoma.

3. Letakan alas (kasa) yang dapat menyerap aliran feces.

4.

5.

6.

DP.4 : Potensial terjadinya infeksi b.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

Page 10: Resume keperawatan

 lnfeksi tidak terjadi.

 Tidak ada tanda-tanda infeksi (rnerah, nyeri, bengkak, panas).

Tujuan :

Untuk menghindari infeksi sekunder.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada stoma.

2. Ajarkan klien tentang personal hygiene dan perawatan stoma

3.

4.

5.

6.

DP.5 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gangguan mekanisme kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

 Rasa nyeri dapat diantisipasi oleh klien sendiri.

 Tidak ada keluhan rasa nyeri.

 Wajah tampak ceria.

Tujuan :

Rasa nyeri dapat berkurang

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Catat pemberian medikasi pada saat intra operatif.

2. Evaluasi rasa nyeri dan karakteristiknya.

Page 11: Resume keperawatan

3. Beri pengertian pada keluarga agar rasa nyeri diterima sebagai suatu yang wajar dlm batas tertentu.

4. Berikan analgetik sebagai tindakan kolaborasi.

5.

6.

DP.6 : Gangguan rasa nyaman b.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

 Tidak ada tanda-tanda infeksi.

 Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit.

 Stoma tidak mengalami penurunan.

Tujuan :

Kebersihan stoma dan sekitarnya terjaga dengan baik.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

DP. 7 : Gangguan istirahat dan tidur b.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

 KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari).

 Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur.

Page 12: Resume keperawatan

 Klien kelihatan segar (tidak mengantuk).

Tujuan :

Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Jelaskan, stoma tidak akan terbuka pada saat tidur.

2. Amati faktor lingkungan yang mempersulit tidur.

3. Amati faktor psikologis yang mempersulit tidur.

4.

5.

6.

DP. 8 : Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) b.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

Tujuan :

Agar tidak terjadi gangguan konsep diri.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Berikan dorongan semangat yang membesarkan hati.

2. Arahkan agar klien mampu merawat diri sendiri.

3. Hindari sikap asing pada keadaan penyakit pasien.

4. Beri penjelasan agar klien dapat menerima keadaan dan beradaptasi

Page 13: Resume keperawatan

terhadap stomanya.

5. Hindarkan perilaku yang membuat pasien tersinggung (marah, jijik, dll).

6.

DP. 9 : Keterbatasan aktifitas b.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.

Kriteria Evaluasi :

 Aktifitas klien tidak terganggu.

 Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan.

Tujuan :

Agar klien tidak takut melakukan aktifitas.

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Bila akan melakukan aktifitas kantong stoma diberi penyangga (ikat pinggang).

2. Berikan penjelasan masalah aktifitas yang tidak boleh dilakukan (olah raga sepak bola, lari).

3.

4.

5.

6.

DP. 10 : Cemas b.d takut terisolasi dari orang lain …

Kriteria Evaluasi :

 Klien tidak cemas.

 Klien terlihat tenang dan memahami keadaanya.

Tujuan :

Untuk menghindari rasa cemas.

Page 14: Resume keperawatan

Intervensi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Berikan keyakinan bahwa klten mampu beradaptasi dengan lingkungan (masyarakat).

2.

3.

4.

5.

6.

BAB III

PERAWATAN KOLOSTOMI1. Pengertian

Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan yang baru.

Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

2. Tujuan

 Memberikan kenyamanan pada klien.

 Menjaga kebersihan pasien.

 Mencegah terjadinya infeksi.

 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.

 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.

3. Fase Pra Interaksi

Persiapan alat

a. Alat untuk membersihkan: tissue, air hangat, sabun mandi yang lembut, waslap yang halus, handuk mandi/ selimut mandi, pembersih untuk membersihkan kolostomi.

b. Sarung tangan bersih

Page 15: Resume keperawatan

c. Kantong kolostomi bersih

d. Bengkok/ pispot

e. Barrier kulit

f. Kassa

g. Spray pelindung (seperti Kenalog,bila terjadi infeksi).

h. Tempat sampah

i. Gunting

j. Masker

k. Skerem

2. Fase Orientasi

a. Mengucapkan salam terapeutik.

b. Memperkenalkan diri.

c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.

d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.

f. Klien/ keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.

g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.

h. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.

i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan).

j. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

k. Menyiapkan lingkungan (menutup skerem).

4. Fase Kerja

a. Mencuci tangan, memakai masker.

b. Mendekatkan alat-alat kedekat klien.

c. Pasang selimut mandi/handuk.

Page 16: Resume keperawatan

d. Pasang sarung tangan bersih.

e. Buka kantong lama dan buang ketempat bersih.

f. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun yang lembut dengan menggunakan waslap halus lembab dan cairan hangat.

g. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan.

h. Bilas dan keringkan kulit secara seksama di sekitar stoma dengan tissue atau kassa.

i. Pasang kantong stoma

j. Bila tidak terdapat iritasi kulit :

 Barier kulit yang tepat dipasang pada kulit periostomal sebelum kantung dipasang.

 Lepaskan penutup dari permukaan perekat diskus dari kantong plastik sekali pakai dan pasang langsung pada kulit.

 Tekan dengan kuat selama 30 detik untuk memastikan perekatan.

k. Bila terdapat iritasi kulit:

 Bersihkan kulit dengan seksama tapi perlahan, keringkan dengan cara menepuknya.

 Gunakan spray Kenalog, keringkan kelebihan kelembaban dengan kapas dan tebarkan bedak nistatin (mycostatin).

 Kantong kemudian dipasang pada kulit yang telah diobati.

l. Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor, periksa bagian bawah kantong.

m. Buka sarung tangan

n. Bereskan alat

o. Rapihkan pasien

p. Mencuci tangan

5. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon pasien.

Page 17: Resume keperawatan

b. Melaksanakan dokumentasi :

 Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.

 Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/ paraf pada lembar catatan klien.

c. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai.

d. Mengucapkan salam terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

PENGERTIAN

Fraktur adalah hilangnya continuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

ETIOLOGI

Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah ;

1. Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang . Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

1. Trauma tidak langsung. Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

KLASIFIKASI FRAKTUR

1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-

Page 18: Resume keperawatan

union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang.

FAKTOR PENYEMBUHAN FRAKTUR

1. Usia penderita. Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah, proses tersebut semakin berkurang.2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat daripada fraktur diafisis. Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.3. Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.4. Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian, pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi non-union.5. Reduksi serta imobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang mengganggu penyembuhan fraktur.6. Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, kemungkinan terjadinya non-union sangat besar.7. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.8. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak. Adanya interposisi jaringan, baik berupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.

1. Faktor adanya infeksi dan keganasan local.2. Cairan synovial. Cairan synovial yang terdapat pada persendian merupakan hambatan dalam penyembuhan fraktur.

Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan. Secara kasar, waktu penyembuhan pada anak ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Faktor lain yang mempercepat penyembuhan fraktur adalah nutrisi yang baik, hormone-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, dan steroid anabolic, seperti kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan).

Page 19: Resume keperawatan

KOMPLIKASI FRAKTUR

Komplikasi Awal

* Kerusakan Arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.* Sindrom kompartemen. Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.* Fat Embolism Syndrome (FES). Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Ditandai dengan gangguan pernafasan, tahikardi, hipertensi, tahipnea, dan demam.* Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF & OREF) dan plat.* Nekrosis Avaskular. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekosis tulang.* Syok. Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

1. Komplikasi Lama

* Delayed Union. Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.* Non-union. Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi.* Mal-union. Adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia-fibula.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR

1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non

Page 20: Resume keperawatan

pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.

* Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.* Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.* Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.* Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

Penatalaksanaan pembedahan.

* Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.* Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).* Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk).

PROSES KEPERAWATAN KLIEN FRAKTUR

* PENGKAJIAN

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada kasus fraktur, klien biasanya merasa takut akan mengalami kecacatan pada dirinya. Oleh karena itu, klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu juga, dilakukan pengkajian yang meliputi kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolism kalsium, pengonsumsian alcohol yang dapat mengganggu keseimbangan klien, dan apakah klien melakukan olah raga atau tidak.2. Pola nutrisi dan metabolism. Klien fraktur harus mengknsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari harinya, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.3. Pola eliminasi. Urine dikaji frekwensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlahnya. Feses dikaji frekuensi, konsistensi, warna dan bau. Pada kedua

Page 21: Resume keperawatan

pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak.4. Pola tidur dan istirahat. Semua klien fraktur biasanya merasa nyeri, geraknya terbatas, sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Pengkajian juga dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, dan penggunaan obat tidur.5. Pola aktifitas. Hal yang perlu dikaji adalah bentuk aktifitas klien terutama pekerjaan klien, karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur.6. Pola hubungan dan peran. Klien akan mengalami kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap.7. Pola persepsi dan konsep diri. Dampak yang timbul adalah ketakutan akan kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan gangguan citra diri.8. Pola sensori dan kognitif. Pada klien fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga timbul rasa nyeri akibat fraktur.9. Pola reproduksi seksual. Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap, mengalami keterbatasan gerak, serta merasa nyeri. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak dan lama perkawinan.

10. Pola penanggulangan stress. Timbul rasa cemas akan keadaan dirinya. Mekanisme koping yang ditempuh klien dapat tidak efektif.

11. Pola tata nilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melakukan ibadah dengan baik, hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.

* PEMERIKSAAN FISIK

1. Gambaran umum2. Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien.

* Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma, yang bergantung pada keadaan klien.* Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut.* Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun bentuk.

1. Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus memperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal klien, terutama mengenai status neurovaskuler.1. Keadaan Lokal.2. Look (Inspeksi). Perhatikan apa yang akan dilihat, antara lain :

Page 22: Resume keperawatan

* Sikatriks (jaringan parut, baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi)* Fistula* Warna kemerahan atau kebiruan(livid) atau hiperpigmentasi* Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal)* Posisi dan bentuk ekstremitas(deformitas)* Posisi jalan (gait,waktu masuk ke kamar periksa)

1. Feel (palpasi). Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi klien diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi).

* Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.* Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau edema terutama di sekitar persendian.* Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal)* Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang.

1. Move (pergerakan terutama rentang gerak). Pemeriksaan dengan menggerakan ekstremitas, kemudian mencatat apakah ada keluhan nyeri pada pergerakan. Pergerakan yang dilihat adalah pergerakan aktif dan pasif.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan radiologi. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan sinar rontgen (Sinar-X) yang memerlukan dua proyeksi yaitu AP dan lateral.2. Pemeriksaan Laboratorium

* Kalsium dan Fosfor meningkat pada tahap penyembuhan tulang.* Alkali fosfatase meningkat pada saat kerusakan tulang dan menunjukan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.* Enzim otot seperti kreatinin kinase , laktat dehidrogenase (LDH-5), aspartat amini transferase (AST), dan aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

1. Pemeriksaan lain-lain.

* Biopsi tulang dan otot. Lebih diindikasikan bila terjadi infeksi* Elektromiografi. Terdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur.* Artroskopi. Didapatkan jaringan ikat yang rusakatau sobek karena trauma yang berlebihan.* Indium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan infeksi pada tulang.

Page 23: Resume keperawatan

* MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

* DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien fraktur adalah ;

* Nyeri berhubungan dengan spasme otot, Gerakan fragmen tulang dan cedera pada jaringan lunak, Alat traksi/imobilisasi* Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri.* Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan, Kemungkinan dilakukannya operasi.* Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan Fraktur terbuka, Pemasangan traksi/gips.* Resiko terhadap trauma berhubungan dengan Kehilangan integritas tulang (fraktur)* Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan primer, Prosedur invasive (traksi tulang).

* INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATANo Peredaan nyeri

Nyeri dan nyeri tekan kemungkinan akan dirasakan pada fraktur dan kerusakan jaringan lunak, spasme otot terjadi sebagai respon terhadap cedera dan immobilisasi. Upaya pengontrilan nyeri dapat berupa membidai dan menyangga daerah yang cedera , melakukan perubahan posisi dengan perlahan, meninggikan ekstremitas yang cedera setinggi jantung, memberikan kompres es bila perlu, memantau pembengkakan dan status neurovaskuler, memberikan analgetik sesuai ketentuan seawal mungkin pasien merasakan nyeri, menganjurkan tehnik relaksasi.

* Peningkatan mobilitas

Mobilitas pasien dapat terganggu karena nyeri, pembengkakan dan alat immobilisasi (missal : bidai, gips, traksi). Ekstremitas yang bengkak ditinggikan dan disokong secukupnya dengan tangan dan bantal. Gerakan dalam batas-bats immobilitas terapeutik selalu dianjurkan. Bila alat bantu (missal : tongkat, walker, kursi roda) harus digunakan pada pasca operasi, pasien dianjurkan untuk berlatih menggunakannya sebelum operasi, agar mereka bias menggunakannya dengan aman dan memungkinkan mobilitas mandiri lebih awal.

* Mengurangi kecemasan

Sebelum pembedahan dilakukan, pasien harus diberi informasi mengenai prosedur, tujuan dan implikasinya. Berbincang dengan pasien mengenai apa

Page 24: Resume keperawatan

yang akan dikerjakan, dan mengapa, dapat mengurangi ketakutan.Kunjungan perawat yang sering akan mengurangi perasaan isolasi. Keluarga dan kerabat dianjurkan untuk sering mengunjungi untu alasan yang sama.

* Memelihara integritas kulit

Kaji terjadinya kerusakan kulit : Abrasi kulit, titik nyeri gips, keluarnya pus, sensasi iritasi. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala kerusakan kulit.Tekanan akibat gips dan peralatan dapat mengakibatkan kerusakan kulit.

* Menghindari trauma/mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur

Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan di bawah fraktur bila bergerak atau membalik. Letakan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik. Kaji ulang foto.

* Menghindari Infeksi

Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan perhatian khusus terutama pada pasien pascaoperasi orthopedic karena tingginya resiko osteomielitis. Antibiotik sistemik profilaksis sering diberikan selama perioperatif dan segera pad periode pasca operasi. Saat mengganti balutan tehnik aseptic sangat penting. Perawat memantau tanda vital, menginspeksi luka, dan mencatat sifat cairan yang keluar .

* EVALUASI

Melaporkan berkurangnya kadar nyeri

- Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri

- Menyatakan bahwa obat yang dipakai efektif dapat mengontrol nyeri

- Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

Memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik

- Meminta bantuan bila akan bergerak

- Meninggikan ekstremitas yang bengkak setelah pemindahan

- Menggunakan alat immobilisasi dan alat bantu sesuai kebutuhan

Page 25: Resume keperawatan

Memperlihatkan berkurangnya kecemasan

- Tampak relaks

- Menggunakan mekanisme koping efektif

- Mengekspresikan keprihatinan dan perasaannya

Tidak memperlihatkan bukti adanya kerusakan kulit.

- Warna kulit sekitar luka atau pemasangan alat normal

- Tidak ada oedema pada sekitar luka atau pemasangan alat

* Trauma tidak terjadi

- Menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur

- Menunjukan pembentukan calus / mulai penyatuan fraktur dengan tepat

* Menunjukan tidak ada tanda infeksi

- Luka sembuh tanpa tanda infeksi

- Cairan yang keluar dari luka tidak purulen

DAFTAR PUSTAKA

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Brunner and suddart. (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ns. Arif Muttaqin, S.Kep. (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR

A.    DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan sebagian ataupun

keseluruhan yang terjadi bila tulang tidak kuat/tahan benturan atau tekanan.

B.     ETIOLOGI

Page 26: Resume keperawatan

1. Tekanan eksternal (akibat kecelakaan, trauma dan lain-lain.)

2. Karena penyakit/patologis (demineralisasi berlebihan).

C.    MANIFESTASI KLINIK

1. Nyeri

2. Immobilisasi

3. Menurunnya pergerakan

4. Adanya crepitasi

5. Echymosis dan eritema

6. Spasme otot

7. Deformitas

8. Bengkak atau adanya memar

9. Gangguan sensasi

10. Hilangnya fungsi

11. Menolak untuk berjalan atau bergerak

D.    KOMPLIKASI

1. Infeksi

2. Kompartemen sindrom

3. Kerusakan kulit, abrasi, laserasi, penetrasi dan nekrosis

4. Gangren

5. Emboli paru

6. Trombosis vena

7. ARDS

8. Osteoporosis pasca trauma

9. Ruptur tendon

10. Syok hemoragik

11. Pembuluh darah robek

12. Osteomyelitis

13. Tetanus

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto roentgen

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan darah

F.     PENATALAKSANAAN

1. 5 - 10 menit, reduksi tanpa nekrose (immobilisasi)

2. > 20 menit, terjadi spasme lakukan reduksi dengan nekrose

3. Fraktur tertutup (reposisi tertutup)

4. Fraktur terbuka (bidai, tutup luka, hentikan perdarahan dengan balut tekan)

5. Rekognisi (mencari lokasi fraktur)

6. Reduksi/reposisi (mengembalikan posisi awal)

7. Retensi (memilih tindakan) gips atau traksi

8. Rehabilitasi

Page 27: Resume keperawatan

G.    ANALISA DATA PRE OPERASI

NO DATA PENYEBABMASALAH

KEPERAWATAN1 DS:

-  Klien mengeluh nyeriDO:-  Wajah tampak

meringis-  Selalu melindungi area

fraktur

Benturan/cedera, kelemahan tulang↓

Trauma/fraktur↓

Mempengaruhi jaringan sekitarnya↓

Kerusakan periosteum,pembuluh darah, ruptur tendo,

dislokasi sendi↓

Perdarahan otot, sendi dan spasme otot↓

Nyeri

Nyeri

2 DS:-  Mengeluh tidak bisa

beraktivitas penyakitnya

DO:-  Tampak lemah-  Dibantu keluarga

dalam pemenuhan ADL

Fraktur↓

Nyeri timbul saat bergerak↓

Pembatasan aktivitas↓

Immobilitas fisik

Immobilitas fisik

3 DS:-  Selalu menanyakan

tentang keadaannyaDO:-  Tampak bingung dan

cemas

Kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya

↓Stressor psikologis

↓Cemas

Ansietas

Page 28: Resume keperawatan

H.    ANALISA DATA POST OPERASI

NO DATA PENYEBABMASALAH

KEPERAWATAN1 DS:

-  Klien mengeluh nyeriDO:-  Tampak meringis-  Selalu melindungi area

fraktur

Fraktur↓

Adanya tindakan rekontruksi pada tulang (pembedahan)

↓Rangsangan mediator kimia

(prostaglandin)↓

Afferent↓

Cortex cerebri↓

Nyeri dipersepsikan

Nyeri

2 DS:-  Mengeluh tidak bisa

beraktivitasDO:-  Tampak lemah-  Terpasang gips-  Dibantu keluarga

dalam pemenuhan ADL

Fraktur↓

Nyeri timbul saat bergerak↓

Pembatasan aktivitas↓

Immobilitas fisik

Immobilitas fisik

3 DS : -DO:-  Nampak ada luka

terbuka

Fraktur↓

Luka terbuka/terputusnyakontinuitas jaringan sekitar

↓Port d’entry kuman

↓Risiko infeksi

Risiko infeksi

Page 29: Resume keperawatan

I.       RENCANA PERAWATAN PRE OPERASI

NO DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN)

1 Nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan tulang/tulang rawan,

spasme otot ditandai dengan:

DS:

-   Klien mengeluh nyeri

DO:

-   Wajah tampak meringis

-   Selalu melindungi area/lokasi fraktur

:    Nyeri dapat teratasi/hilang dalam 3 x 24

jam

    -   Nyeri berkurang/hilang

-   Klien tampak rileks, tenang

-   Kaji tingkat/skala nyeri

-   Observasi tanda-tanda vital

-   Ajarkan teknik relaksasi

-   Lakukan teknik distraksi

-   Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

analgetik

2 Immobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri, cedera jaringan sekitar ditandai

dengan:

DS:

-   Klien mengeluh tidak bisa beraktivitas

dan susah untuk bergerak

DO:

-   Klien tampak lemah dibantu oleh

keluarganya dalam pemenuhan ADL

:    Immobilitas fisik dapat teratasi dalam

jangka 3 x 24 jam

-   Klien bisa melakukan/mampu beraktivitas

-   Tinggikan bagian yang sakit

-   Berikan penyangga pada ekstremitas yang

fraktur

-   Lakukan latihan aktif dan pasif

-   Dorong pasien untuk beraktivitas sesuai

kemampuan

3 Ansietas berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang kondisi

fraktur yang dialami ditandai dengan:

DS:

-   Klien selalu bertanya mengenai

penyakitnya

DO:

-   Tampak cemas, bingung

:    Ansietas dapat teratasi dalam jangka 2 x 24

jam

-   Klien tidak lagi bertanya-tanya tentang

penyakitnya

-   Nampak rileks, tenang

-   Kaji tingkat cemas

-   Beri penjelasan tentang penyakitnya dan

prosedur tindakan yang akan dilakukan

-   Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya

-   Ajarkan/bantu klien dalam mengatasi

stressor yang dihadapinya

Page 30: Resume keperawatan

J.      RENCANA PERAWATAN POST OPERASI

NO DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN)

1 Nyeri berhubungan dengan luka bekas

operasi ditandai dengan:

DS:

-   Klien mengeluh nyeri

DO:

-   Wajah tampak meringis

-   Selalu melindungi area fraktur

Nyeri dapat teratasi dalam jangka 3 x 24 jam

-   Klien nampak rileks

-   Tidak lagi mengeluh nyeri

-   Kaji tingkat nyeri

-   Tinggikan ekstremitas fraktur yang

mengalami

-   Berikan posisi yang nyaman

-   Berikan teknik distraksi

-   Ajarkan teknik relaksasi

-   Kolaborasi pemberian obat analgesik

2 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan

adanya luka terbuka ditandai dengan:

DS: -

DO:

-   Nampak verband pada luka operasi

:    Infeksi tidak terjadi dalam jangka 3x24 jam

-   Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi

(kalor, rubor, bengkak kemerahan dan lain-

lain)

-   Observasi TTV

-   Monitor tanda-tanda vital

-   Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik

dalam melakukan tindakan

-   Ganti balutan setiap hari dengan alat steril

-   Beri antibiotik sesuai dengan anjuran dokter

3 Immobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri pemasangan gips/traksi ditandai

dengan:

DS:

-   Klien mengeluh tidak bisa beraktivitas

dan susah untuk bergerak

DO:

-   Klien tampak lemah, dibantu oleh

keluarga dalam pemenuhan ADL

:    Immobilitas fisik dapat teratasi dalam

jangka 3 x 24 jam

-   Klien bisa/mampu untuk beraktivitas

-   Pantau gips/traksi/jam

-   Lakukan latihan aktif/pasif

-   Dorong pasien untuk beraktivitas sesuai

kemampuan