responsi 3
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
LAPORAN RESPONSI
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(Kesetimbangan Massa)
Oleh:
Nama : Asri Sopiana Marwah
NPM : 240110130061
Hari, Tanggal Responsi : Jum’at, 20 Maret 2015
Waktu : 13.00-14.40 WIB
Co.Ass : Nedia Cahyati M.
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai:
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kesetimbangan Massa
Dalam tahun 1789 dituliskan “kita harus menerimanya sebagai aksioma
yang tidak perlu diperdebatkan, bahwa dalam setiap kegiatan (operasi) seni dan
alam, tidak ada yang diciptakan ; jumlah materi yang sama ada sebelum dan
sesudah eksperimen. Tidak ada hal yang terjadi selain daripada perubahan dan
modifikasi susunan unsur-unsur ini.” Prinsip ini yang kemudian disebut kekekalan
massa, telah tebukti sangat bermanfaat dalam ilmu fisika dan kimia (Wiley, 1999).
Untuk kekekalan massa, B = m danβ = dm/dm. Ini menyatakan bahwa
dalam aliran tunak, aliran massa yang memasuki dan meninggalkan volume
kendali harus persis setimbang. Kalau lubang- lubang masuk dan ke luar itu juga
satu dimensi, dengan persamaan
∑ (ρAV )Masuk
=∑ (ρAV )Keluar
Pendekatan yang sederhana banyak dipakai dalam analisis kerekayasaan.
Misalnya, kalau alirannya tunak ketiga fluks massa yang keluar mengimbangi
kedua fluks massa yang masuk : Aliran ke luar = aliran masuk. Besaran ρAV
disebut alrian massa m yang melalui penampang satu dimensi dan mempunyai
satuan konsisten kilogram per sekon (slug per sekon), dapat dituliskan dalam
bentuk yang singkat : m2 + m3 + m5 = m1 + m4. Pada umumnya kekekalan
massa dapat dituliskan sebagai : ∑ (m)keluar = : ∑ (m)masuk (White, 1988).
Persamaan konservasi massa dapat dijelaskan menggunakan prinsip
kontinum yaitu : “Laju massa air yang masuk volume kendali dikurangi laju
massa air yang keluar volume kendali sama dengan laju akumulasi massa air di
dalam volume kendali”. Selanjutnya dikenal hukum kekekalan massa yaitu :
“massa tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan”, maka sumber untuk konservasi
massa adalah nol. Sehingga pernyataan diatas dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
ddt
(mass) + net outward mass flux = 0
Oleh karena, ρ=mv
maka massa dapat dinyatakan sebagai m=ρv ,
sehingga dengan menggunakan Teorema Pengangkutan Reynold (Siing, 2011).
Definisi operasional massa sebagai bilangan yang dikaitkan pada tiap partikel atau
benda dan didapat dengan membandingkan terhadap sebuah benda standar dengan
menggunakan neraca berlengan sama. Cara untuk mendapatkan massa suatu
benda ini didasarkan pada tarikkan ke bawah yang dihasilkan bumi terhadap
semua benda yakni, tarikan grafitasi bumi. Definisi massa ini memiliki beberapa
kelemahan. Pertama, tidak semua benda bisa diletakkan pada neraca untuk
mendapatkan massanya. Kedua, selain interaksi gravitasi, benda-benda juga
mengalami interaksi lain. Akhirnya, definisi operasional tentang massa didasarkan
pada anggapan bahwa partikelnya berada dalam keadaan diam, dalam definisi itu
tidak diketahui apakah massa akan tetap sama bila partikel tersebut dalam dalam
keadaan bergerak (Alonso, 1992).
1.2 Kesetimbangan Massa Steady State
Kesetimbangan massa, pada kondisi tunak jumlah dari udara kering dan
uap air yang terkandung dalam volume atur tidak dapat bervariasi. Jadi, untuk tiap
komponen secara individual jumlah total laju perpindahan massa masuk dan
keluar harus sama. Artinya :
ma1 = ma2 (udara kering)
mv1 + mw = mv2 (air)
Untuk menyederhanakan, besarnya laju perpindahan massa yang konstan
ditunjukkan dengan ma. laju perpindahan massa dari uap air dapat ditulliskan
dalam bentuk rasio kelembaban sebagi mv1 = ω1.ma dan mv2 =ω2.ma. Dengan
persamaan-persamaan ini, kesetimbangan massa untuk air menjadi : mw = ma (ω2-
ω1) (Moran, 2004). Distilasi adalah proses dimana cairan dipisahkan berdasarkan
volatilitas relatif dan titik didih. Volatilitas relatif dari suatu zat adalah ukuran dari
kemampuan untuk memisahkan dua komponen dalam sistem Jumlah ini
menunjukkan seberapa mudah atau sulit suatu zat tertentu untuk dipisahkan.
Sebagai contoh jika volatilitas relatif dari dua komponen hamper sama besarnya,
pemisahan akan lebih sulit. Ini juga merupakan indikasi bahwa dua komponen
memiliki karakteristik yang sangat mirip uap tekanannya (Sivanantha et.al, 2011).
Metode termoanalytical, seperti termogravimetri, thermovolumetri dan analisis
termal differensial digunakan lebih lanjut dalam penyelidikan reaksi kimia pada
zat cair dan padat pada suhu yang tinggi. Teknik ini melibatkan pengukuran
berkelanjutan dari perubahan properti fisik seperti berat, volume, kapasitas panas,
dan lain-lain. Karena suhu sampel meningkat, biasanya pada tingkat yang telah
ditentukan (Freeman et.al, 1957). Destilasi ekstraksi adalah sebuah proses
penguapan parsial dengan adanya agen pemisah massa, yang susah menguap dan
memiliki titik didih tinggi, yang biasa disebut entrainer atau agen pemisah.
Umumnya entrainer diberikan pada kolom bagian atas, diatas aliran input dan
akan tetap ada dalam konsentrasi yang cukup besar dalam fase cair di sepanjang
kolom tersebut. Entrainer diambil sebagai produk akhir dengan salah satu
komponennya dipisahkan dan dipindahkan ke kolom regenerasi kedua yang
dioperasikan dalam keadaan vakum. Pelarut paling lazim yang digunakan dalam
destilasi ekstraksi adalah glikol, gliserin dan untuk kasus destilasi ekstraksi garam,
asetat dan garam non- organik (Gil, 2007).
1.3 Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air menurut Nasution (2005) yaitu untuk kadar air
dihitung dengan cara sebagai berikut: % kadar air =kehilanganberat
berat semula×100 %
Analisa keseimbangan massa bahan sangat penting dalam proses
pengolahan kelapa sawit karena analisisa tersebut menyediakan sarana untuk
mengukur limbah yang diharapkan dari proses dan membuat ketentuan untuk
pemanfaatannya, untuk menghindari dampak lingkungan.
BAB II
HASIL RESPONSI
1. Pada evaporasi minyak bawang bahan dimasukan sebanyak 10000 kg/hari
dengan kadar minyak 38%. Produk yang dihasilkan mengandung minyak
bawang sebesar 74%. Hitung berat produk dan air yang teruapkan !
Penyelesaian :
Diketahui : Proses Evaporasi
F =10000 kg/hari
Km1 = 38% = 0,38
Km2 = 74% = 0,74
Ditanyakan : a. Berat produk (P) ? (kg/hari)
b. Berat air teruapkan (w) ? (kg/hari)
Jawab :
10000 kg/hari
Km1 = 38% Km2 = 74%
F = W + P
10000 kg/hari . 38% = 0 + P 74%
P = 5135,135 kg/hari
W = F – P
F = 10000 kg/hari – 5135,135 kg/hari
F = 4864,865 kg/hari
Jadi, berat produk yang dihasilkan ialah sebesar 5135,135 kg/hari, sedangkan
untuk berat air yang teruapkan sebesar 4864,865 kg/hari.
2. Dalam pembuatan selai buah-buahan dengan kandungan padatan 14% dibuat
bubur dan dicampur dengan gula (1.22 kg gula/1 kg buah) dan ectin (0.0025 kg
ectin/1 kg buah). Kemudian bahan dikurangi kadar airnya dengan pengeringan
vacuum sehingga kadar air produk 33%. Untuk buah-buahan sebanyak 1000
Evaporasi
W
F P
kg, berapa bahan yang keluar dari pencampuran, air teruapkan dan jumlah
produk ?
Penyelesaian :
Diketahui : Kandungan Padatan = 14% = 0,14
Gula = 1.22 kg/1 kg buah
Pektin = 0.0025 kg ectin/1 kg buah
Ka Produk = 33% = 0,33
m = 1000 kg
Ditanyakan : a. F basis basah ? (kg)
b. F basis kering ? (kg)
c. P ? (kg)
d. W ? (kg)
Jawab :
W
Basah
F P
Kering Ka = 33%
Ka Produk = 1 – 0.33 = 0.67
F basis kering = (m.Kp) + (Gula.m) + (Pektin.m)
F basis kering = (1000 kg . 0,14) + ( 1,22 kg/1 kg buah. 1000 kg) + ( 0,0025 kg
pektin/1 kg buah . 1000 kg)
F basis kering = 1362,5 kg
F basis basah = m + (Gula.m) + (Pektin.m)
F basis basah = 1000 kg + ( 1,22 kg/1 kg buah. 1000 kg) + ( 0,0025 kg pektin/1 kg
buah . 1000 kg)
F basis basah = 2222,5 kg
P = F (bk) – W
P . 0,67 = F (bk) – W
P = 1362,5 kg
0,67
Pengeringan
P = 2033,582 kg
W = F – P
W = 2222,5 kg – 2033,582 kg
W = 188,918 kg
Jadi, F basis basah yang diperlukan adalah 2222,5 kg, untuk F basis kering
sebesar 1362,5 kg. Sedangkan untuk nilai P dan W yang dihasilkan sebesar
2033,582 kg dan 188,918 kg.
3. Hitung jumlah udara yang harus diberikan untuk mengeringkan 100 g bahan
dari kadar air 80% menjadi 5%. Udara yang masuk mempunyai kelembaban
0.002 kg uap air/kg udara dan udara keluar dengan kelembaban 0.2 kg uap
air/kg udara.
Penyelesaian :
Diketahui : Bahan = 100 g = 0,1 kg
Ka1 = 80% = 0,8
Ka2 = 5% = 0,05
Wu1 = 0,002 kg uap air/kg udara
Wu2 = 0,2 kg uap air/kg udara
Ditanyakan : M udara ? (kg)
Jawab : 0,1 kg W 0,1 kg
Fs1 80% = 0,8 5% = 0,05 Fs2
Fu1 0,002 0,2 Fu2
Kp1 = 1 – 0,8 = 0,2
Kp2 = 1 – 0,05 = 0,95
Ws1 = Ka1 . basis kering
Ws1 = Ka1 / Kp1
Ws1 = 0,8 / 0,2
Ws1 = 4 kg uap air/kg udara
Ws2 = Ka2 . basis kering
Ws2 = Ka2 / Kp2
Ws2 = 0,05/0,95
Pengeringan
Ws2 = 0,0526 kg uap air/kg udara
F = W + P
(Fs1. Ws1) + (Fu. Wu1) = (Fs2. Ws2) + (Fu. Wu2)
(0,1 . 4) + (Fu . 0,002) = (0,1 . 0,0526) + (Fu . 0,2)
Fu = 1,994 kg
Fu = Mu
Jadi, nilai massa udara yang diperlukan adalah sebesar 1,994 kg
4. Komoditi pertanian dengan kadar air 15% dikeringkan sehingga mencapai
kadar air 7%, menggunakan pengering tipe air flow drier. Udara pengering
yang sudah digunakan untuk mengeringkan dialirkan kembali dan dicampur
dengan udara yang berasal dari pemanas. Jika kelembaban udara dari pemanas
0.01 kg uap air/kg udara dan kelembaban udara dari pengeringan yang
digunakan lagi 0.1 kg uap air/kg udara dan kelembaban udara yang tercampur
keduanya 0.03 kg uap air/kg udara, untuk bahan sebanyak 100 kg/jam, berapa
udara masuk yang dibutuhkan/jam, udara yang direcycle dan jumlah produk
kering.
Penyelesaian :
Diketahui : Ka1 = 15% = 0,15
Ka2 = 7% = 0,07
Wm = 0,01 kg uap air/kg udara
Wg = 0,1 kg uap air/kg udara
Wc = 0,03 kg uap air/kg udara
Fs = 100 kg/jam
Ditanyakan : a. Fm ? (kg/jam)
b. Fc ? (kg/jam)
c. P ? (kg/jam)
Jawab :
Fs = P
(Wc, Fc) (Fm ,Wm = 0,01)
Fs P
Ka1 = 0,15 Ka2 = 0,07
Pemanasan
(Wg = 0,1 , Fg)
Kp1 = 1 – 0,15 = 0,85
Kp2 = 1 – 0,07 = 0,93
Ws1 = Ka1 . basis kering
Ws1 = Ka1 / Kp1
Ws1 = 0,15/0,85
Ws1 = 0,176 kg uap air/kg udara
Ws2 = Ka2 . basis kering
Ws2 = Ka2 / Kp2
Ws2 = 0,07/0,93
Ws2 = 0,075 kg uap air/kg udara
In = out
(Wc, Fc) + (0,176 , Fs) = (Wg , Fc) + (P , 0,075)
(0,03 , Fc) + (0,176 , 100) = (0,1 , Fc) + (100 , 0,075)
Fc = 144,286 kg/jam
Wc, Fc = (Wg , Fg) + (Fm ,Wm)
0,03 kg uap air/kg udara , 144,286 kg/jam = (0,1 kg uap air/kg udara
(144,286 kg/jam – Fm)) + (Fm , 0,01 kg uap air/kg udara)
Fm = 112,2224444 kg/jam
Fg = Fc – Fm
Fg = 144,286 kg/jam – 112,2224444 kg/jam
Fg = 32,0635 kg/jam
Fs = P
100 kg/jam . 0,85 = P . 0,93
P = 91,3978 kg/jam
Jadi, nilai yang dibutuhkan untuk Fm dan Fg adalah 112,2224444 kg/jam
dan 32,0635 kg/jam, sedangkan untuk nilai produk P ialah 91,3978 kg/jam
BAB III
PEMBAHASAN
Persamaan konservasi massa dapat dijelaskan menggunakan prinsip
kontinum yaitu : “Laju massa air yang masuk volume kendali dikurangi laju
massa air yang keluar volume kendali sama dengan laju akumulasi massa air di
dalam volume kendali”. Kesetimbangan massa, pada kondisi tunak jumlah dari
udara kering dan uap air yang terkandung dalam volume atur tidak dapat
bervariasi. Jadi, untuk tiap komponen secara individual jumlah total laju
perpindahan massa masuk dan keluar harus sama.
Analisis keseimbangan massa sangat penting penerapannya dibidang
pengolahan hasil pertanian. Massa produk yang dihasilkan dari suatu masukan
bahan mentah akan menentukan efektivitas dan efisiensi suatu mesin pertanian.
Dalam satuan operasi, bentuk kesetimbangan massa dapat dipresentasikan dalam
bentuk diagram proses. Massa yang masuk ke dalam kotak diagram proses harus
sama dengan kotak output yang dihasilkan.
Dalam perhitungan dilakukan pemisahan bagian input dan output lalu
setiap komponen . beberapa komponen ada yang termasuk ke dalam tie material
yaitu materi yang tidak mengalami perubahan selama proses. Contohnya seperti
lemak, protein dan lain sebagainya.
Untuk melakukan perhitungan kesetimbangan massa kita perlu memahami
proses dari suatu pengolahan. Lalu dibuat diagram dan dikelompokkan
komponen input dan output selanjutnya dilakukan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.
Freeman, Eli S. et.al. 1957. The Application of Thermoanalytical Techniques to Reaction Kinetics: The Thermogravimetric Evaluation of the Kinetics of the Decomposition of Calcium Oxalate Monohydrate. Journal of Physic- Chemistry 1957
Legowo, Anang M. 2007. Academic Curriculum Development Buku Ajar Analisis Pangan. Semarang : Fakultas Diponegoro Universitas Diponegoro.
Moran, Michael J. 2004. Termodinamika Teknik. Jakarta : Erlangga. Nasution,