responsi final

40
RESPONSI ILMU KEDOKTERAN JIWA UNIVERSITAS HANG TUAH – RSAL dr. RAMELAN SURABAYA Nama : Radityo Galih Permadi, S. Ked Irene Cindy Sunur, S. Ked NIM : 2009.04.0.0013 2010.04.0.0013 Pembimbing : dr. Iman Santoso, Sp.KJ I. IDENTITAS PENDERITA Nama : Tn. Hadin Karsum Umur : 51 tahun TTL : Tasikmalaya, 3 Maret 1963 Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Anggota TNI AL, pangkat Pelda Pendidikan : STM Agama : Islam Status : Menikah Suku Bangsa : Ayah : Jawa Ibu : Jawa Bangsa : Indonesia Bahasa : Indonesia, Jawa Alamat : Perumahan AL, Blok C-10, Sidoarjo Tanggal MRS : 27 Desember 2014 1

Upload: radityo-galih-permadi

Post on 05-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Final

RESPONSI

ILMU KEDOKTERAN JIWA

UNIVERSITAS HANG TUAH – RSAL dr. RAMELAN SURABAYA

Nama : Radityo Galih Permadi, S. Ked

Irene Cindy Sunur, S. Ked

NIM : 2009.04.0.0013

2010.04.0.0013

Pembimbing : dr. Iman Santoso, Sp.KJ

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. Hadin Karsum

Umur : 51 tahun

TTL : Tasikmalaya, 3 Maret 1963

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Anggota TNI AL, pangkat Pelda

Pendidikan : STM

Agama : Islam

Status : Menikah

Suku Bangsa : Ayah : Jawa

Ibu : Jawa

Bangsa : Indonesia

Bahasa : Indonesia, Jawa

Alamat : Perumahan AL, Blok C-10, Sidoarjo

Tanggal MRS : 27 Desember 2014

Autoanamnesa

Autoanamnesa dilakukan pada hari Kamis, 8 Januari 2015

pukul 10.00 WIB di paviliun VI RSAL di Jalan Gadung No.1,

Surabaya.

1

Page 2: Responsi Final

Heteroanamnesa

Heteroanamnesa dilakukan pada hari Sabtu, 10 Januari

2015 pukul 16.00 WIB dengan Ibu Dewi Abdurahman dan

Tuan Fariz Hilman di rumah penderita di Perum AL Blok C-

10 Sidoarjo.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

2.1 Keluhan Utama

Penderita merasa takut akan dibunuh setelah mencoba

membakar rumahnya sendiri pada tanggal 27 Desember 2015.

2.2 Keluhan Tambahan

Penderita cemas, merasa tidak tenang, dan mudah marah.

Kepalanya terasa berat dan pusing karena banyak pikiran.

Penderita merasa murung, sengsara, dan tidak ada semangat

untuk beraktivitas. Nafsu makannya menurun dan terkadang sulit

untuk tidur. Penderita juga mudah lupa dengan hal-hal sehari-hari.

2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 8 Januari 2015

pukul 10.00 WIB di paviliun VI RSAL, Jalan Gadung No.1,

Surabaya

Pemeriksa mendatangi penderita yang saat itu sedang

duduk sendiri di dekat kamar rawat inapnya di paviliun VI RSAL.

Tiga hari sebelumnya pemeriksa telah berupaya mendekati dan

mengadakan perbincangan dengan penderita tetapi penderita

hanya bertanya apa yang diinginkan pemeriksa dari dirinya dan

tidak berkenan berkata banyak tentang dirinya. Baru pada tanggal

8 Januari 2015 akhirnya penderita berkenan merespon pertanyaan

pemeriksa dengan cukup baik.

2

Page 3: Responsi Final

Saat didatangi, penderita tampak tidak begitu rapi, penderita

mengenakan baju kaos dan celana training panjang yang sama

dengan hari sebelumnya, dan rambut penderita tampak agak acak-

acakan. Sambutan penderita terhadap pemeriksa awalnya dingin,

penderita bertanya apalagi yang diinginkan pemeriksa dari dirinya.

Pemeriksa lalu berkata bahwa pemeriksa hanya ingin berbincang-

bincang dan berbagi cerita dengan pasien. Pemeriksa menanyakan

bagaimana perasaan pasien hari itu dan pasien menjawab kenapa

pemeriksa bertanya jika pemeriksa sudah tahu apa yang akan

menjadi jawabannya. Pemeriksa berkata bahwa tentu pemeriksa

belum tahu dan oleh sebab itu pemeriksa bertanya. Pasien

menjawab yang pasti tidak bahagia. Lalu pasien bertanya, apa

lawan kata dari bahagia. Pemeriksa mengatakan sedih, namun

pasien tidak setuju. Sulit untuk mendapatkan jawaban dari

penderita, namun akhirnya penderita mengatakan bahwa ia bukan

lagi sedih tetapi sengsara. Sengsara karena disini ia merasa

disingkirkan oleh keluarganya sedangkan ia tidak merasa sakit.

Pemeriksa lalu menanyakan apakah anak istrinya sering

berkunjung, dan penderita berkata bahwa istrinya tidak berkunjung

dan hanya anaknya saja sekali-sekali. Pemeriksa menanyakan

apakah penderita punya masalah dengan istrinya di rumah, dan

penderita bergumam bahwa ia telah salah kaprah sebagai seorang

supir. Pemeriksa meminta penderita untuk menjelaskan maksudnya

namun penderita hanya diam dan tampak enggan untuk bercerita.

Pemeriksa mencoba mengajak penderita untuk berbagi cerita agar

hatinya bisa lebih tenang. Penderita hanya berkata bahwa

tugasnya supir adalah untuk membawa dan mengarahkan

penumpang dengan baik, tetapi ia gagal menjadi supir yang baik

untuk anggota keluarganya. Pemeriksa menanyakan kesalahan

apa yang penderita lakukan tetapi penderita menolak berbicara

lebih rinci tentang permasalahan keluarganya. Penderita

3

Page 4: Responsi Final

mengatakan bahwa hal itu panjang dan tidak perlu dibicarakan

karena pemeriksa tidak perlu tahu tentang rahasia hidupnya.

Ketika ditanyakan kenapa saat itu penderita bisa dibawa ke

paviliun tempatnya berada sekarang, penderita berkata bahwa ia

tidak ingat jelas mengapa dan bagaimana ia berada di sini.

Pemeriksa lalu mencoba menanyakan alamat rumah penderita,

usianya, nama anak penderita, nama ayah dan ibu penderita serta

nama saudaranya, tetapi penderita tampak kebingungan,

menyatakan bahwa dirinya tidak bisa mengingat dan ia memang

sering pelupa dengan banyak hal. Penderita juga lupa tentang detil

pekerjaannya dulu, dan hanya mengingat bahwa ia adalah seorang

anggota TNI AL. Penderita juga mengalami kesulitan untuk

menyelesaikan persoalan matematis sederhana.

Pemeriksa kemudian menanyakan tentang hubungan sosial

pasien dengan keluarganya dan teman-temannya, dan penderita

hanya tersenyum sendiri lalu terdiam untuk beberapa saat.

Penderita lalu bergumam bahwa yang namanya manusia itu selalu

saling bersaing, selalu berusaha menyingkirkan satu sama lain

demi dirinya sendiri. Pemeriksa lalu mengatakan bahwa jika

keluarga dan teman tentunya tidak demikian. Penderita menolak

tegas, mengatakan bahwa meskipun teman atau keluarga tetap

saja ada usaha untuk saling menyingkirkan. Penderita mengatakan

bahwa hal itu yang dialaminya, ia merasa diisolasi di sini oleh

keluarganya meskipun ia tidak gila. Penderita juga bertanya apakah

penderita terdengar seperti orang gila.

Ketika ditanyakan perihal istri keduanya, penderita langsung

menatap pemeriksa dengan tatapan seperti curiga dan bertanya

dari mana pemeriksa tahu. Penderita menolak untuk berbicara lebih

lanjut mengenai hal ini dan mengatakan bahwa ia sudah lupa.

4

Page 5: Responsi Final

Ketika ditanyakan tentang tidurnya, penderita berkata bahwa

ia merasa kepalanya penuh dan pusing jika dia berbaring, oleh

karena itu penderita merasa lebih enak dengan jalan-jalan.

Penderita juga mengaku tidak terlalu bernafsu makan. Ketika

ditanyakan apa yang penderita lakukan di komplek paviliun VI ini

penderita mengatakan bahwa ia hanya duduk-duduk atau mondar-

mandir, tidak terlalu ingin ikut bermain dengan penderita yang lain.

Penderita sering melamun, berkata bahwa ia sedang berpikir

tentang proses kehidupan. Ketika ditanyakan sejak kapan penderita

mulai merasa kepalanya sumpek dan penuh pikiran, penderita

mengatakan bahwa dirinya tidak ingat.

Pemeriksa lalu menanyakan apakah selama ini penderita

sering mendengarkan suara-suara yang tidak biasa. Penderita

mengatakan bahwa ada bisikan-bisikan yang memang didengarkan

oleh dirinya. Ketika ditanyakan apa yang dikatakan oleh bisikan

tersebut, penderita mengatakan bahwa bisikan menyuruh dirinya

untuk melakukan ini dan itu. Pemeriksa menanyakan suruhan apa

yang dibisikan suara tersebut tetapi penderita menolak menjawab

lebih lanjut dan mengatakan bahwa pemeriksa harus mengikuti

dirinya terus untuk bisa mendengarkan suara itu juga saat suara itu

berbicara kepadanya.

Penderita menyangkal adanya penglihatan-penglihatan yang

tidak biasa, namun penderita mengatakan bahwa dirinya merasa

ada yang ingin membunuhnya. Pemeriksa menanyakan siapakah

dan seperti apakah orang yang penderita rasa ingin membunuhnya

tersebut tetapi penderita tidak bisa menjelaskan dengan jelas.

Ketika ditanyakan apakah penderita masih merasa ada yang ingin

membunuhnya hingga sekarang, penderita mengatakan tidak ada.

Perbincangan bersama penderita kemudian disudahi dan

pemeriksa menyampaikan terimakasih kepada penderita. Secara

umum, penderita tampak agak tertutup, tidak banyak bicara, dan

5

Page 6: Responsi Final

cenderung memotong pembicaraan tentang keluarganya. Penderita

seringkali terdiam dan berpikir untuk waktu yang lama sebelum

menjawab pertanyaan. Penerimaan penderita terhadap pemeriksa

awalnya agak dingin, dan kadang menunjukan wajah curiga saat

dilontarkan pertanyaan. Penderita juga sering bingung karena ia

melupakan banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan dirinya

sendiri dan anggota keluarganya.

Heteroanamnesa dilakukan dengan Ibu Dewi Abdurahman (istri

sah penderita) dan Fariz Hilman (anak kedua penderita) di

rumah penderita di Perum AL Blok C-10, Sidoarjo

Ketika pemeriksa tiba di rumah penderita, istri penderita dan

putranya menyambut pemeriksa dengan ramah. Pemeriksa

kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pemeriksa

melakukan kunjungan ini serta meminta izin untuk mengajukan

beberapa pertanyaan. Istri penderita dan putranya kemudian

menyatakan setuju. Istri penderita menjelaskan bahwa kini yang

ada di rumahnya hanya putra kedua, sedangkan putra pertama dan

ketiga sedang berada di luar kota. Istri penderita tampak ramah dan

rapi, mengenakan jilbab berwarna biru. Putra penderita pun tampak

ramah dengan kaos dan celana yang rapi.

Pemeriksa mulai menanyakan tentang penderita kepada istri

dan anaknya. Dimulai dari bagaimana sifat dan perilaku penderita

sebelum sakit. Istri dan anaknya mengatakan bahwa sejak muda

penderita mempunyai sifat temperamental, mudah marah, keras

kepala, dan kadang kasar. Penderita sering marah karena perkara

sepele, dan sering memukul istri dan anak-anaknya apabila

keinginan atau perintahnya tidak dituruti. Putra penderita mengaku

bahwa ia pernah ditampar dan diludahi hanya karena membelikan

makanan yang tidak sesuai permintaan penderita. Penderita juga

dikatakan sebagai tipe orang yang suka menyendiri, tidak terlalu

banyak bersosialisasi dengan siapapun meskipun keluarga sendiri,

6

Page 7: Responsi Final

diam, dan selalu menyimpan pikiran dan masalahnya sendiri.

Penderita suka menyimpan rahasia dan tidak senang ketika diajak

bercerita. Apabila ditanyakan terus menerus, penderita akan

marah.

Ketika ditanyakan tentang teman-teman penderita, istri dan

putranya mengaku bahwa penderita tidak punya banyak teman.

Hanya ada dua teman yang bersama-sama dengan penderita

sering pergi ke gunung atau gua, katanya untuk belajar “ilmu”.

Namun penderita tidak pernah mau menjelaskan ilmu itu untuk apa.

Salah satu dari teman penderita tersebut ada yang juga mengalami

gejala mirip dengan penderita, yaitu bingung, cemas, gelisah dan

sering bicara sembarangan. Teman tersebut sekarang telah

meninggal dunia dengan sebab yang kurang diketahui istri

penderita.

Ketika ditanyakan tentang orang tua dan saudara-saudara

penderita, istri penderita mengatakan bahwa semua orang tua dan

saudara-saudara penderita berperilaku normal, tidak ada yang

mudah marah atau bermain kasar. Istri dan anak penderita

mengatakan bahwa saudara-saudara penderita sering menuding

bahwa penderita memang kasar, mudah marah, dan mudah

tersinggung sejak kecil. Menurut sang istri, saudara-saudara

penderita ini sering menjelekkan satu sama lain dan tidak peduli

dengan keadaan satu sama lain. Penderita tidak dirawat oleh ayah

dan ibunya saat kecil karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.

Penderita dirawat oleh salah satu kakak perempuannya. Ketika ibu

penderita sakit parah dan diopname sebelum meninggal, penderita

tidak berkenan memberikan uang untuk biaya ibunya.

Ketika ditanyakan tentang hubungan penderita dengan

ketiga anaknya, putranya mengatakan bahwa tidak ada yang dekat

dengan penderita karena sejak mereka kecil penderita sering

memukul dan memarahi mereka dan sang ibu. Penderita dikatakan

7

Page 8: Responsi Final

dingin dan tidak peduli dengan orang lain sama sekali, hanya

memikirkan kemauannya sendiri. Hukuman yang diberikan pada

anak-anaknya juga sering tidak masuk akal, seperti berdiri terbalik

dengan kepala dan tangan di lantai.

Ketika ditanyakan apa yang terjadi sebelum penderita

dibawa ke RSAL, sang istri mengatakan bahwa penderita stress

setelah permintaan istri kedua (selingkuhannya) untuk diakui

keluarga ditolak oleh sang istri pertama. Istri penderita mengatakan

bahwa mereka menikah pada tahun 1987 dan setelah tahun 2000,

penderita jarang berada di rumah, sering beralasan dinas keluar

kota. Ibu kemudian mulai curiga karena uang pendapatan dari

penderita yang diberikan ke keluarga semakin berkurang, hingga

ibu harus berhutang dimana-mana untuk membayar biaya sekolah

ketiga putranya. Selain itu ibu juga mulai mendengar pembicaraan

tetangga di sekitar perumahan bahwa penderita berselingkuh. Ibu

juga menemukan sebuah cincin di kamar penderita. Istri penderita

kemudian menanyakan pada penderita dan penderita tanpa

perasaan bersalah mengaku bahwa dirinya memiliki wanita lain dan

memiliki satu anak. Sejak saat itu kehidupan rumah tangga mereka

semakin dingin dan menjauh. Penderita jarang pulang, dan ketika

di rumah penderita hanya marah-marah dan mengamuk kepada

mereka.

Tiga bulan terakhir, yaitu sejak Oktober 2014, penderita tiba-

tiba mengatakan bahwa selingkuhan dan anaknya ingin diakui oleh

istri pertama dan anak-anaknya sebagai bagian dari keluarga resmi

mereka. Istri pertama dan putranya menolak tegas, dan sejak saat

inilah penderita mulai menunjukan perilaku yang semakin aneh.

Penderita akan mondar-mandir di ruang tamu sepanjang hari tanpa

henti, kadang penderita akan membentak-bentak dan berteriak

ketika duduk sendirian di suatu ruangan. Penderita juga sering lari

keluar rumah di tengah malam dan berjalan mengelilingi komplek

8

Page 9: Responsi Final

perumahannya hingga subuh. Penderita tidak bernafsu makan dan

menjadi sangat kurus.

Pada 27 Desember 2014, ketika istri penderita sedang

bepergian keluar kota dan rumah dalam keadaan kosong, penderita

membakar rumahnya di bagian dapur. Putra kedua kebetulan

kembali ke rumah dan menyaksikan penderita sedang membakar-

bakar. Ketika ditanyakan apa yang dilakukan, penderita hanya

tampak kaget dan ketakutan lalu berkata tidak tahu dan tidak

peduli, lalu meloncat dan melarikan dirinya lewat genteng rumah.

Putra penderita lalu berusaha memadamkan api. Penderita

melarikan dirinya di atas genteng rumah tetangga, lalu

membongkar salah satu genteng dan masuk ke dalam salah satu

rumah tetangganya dan bersembunyi di situ.

Setelah masyarakat sekitar datang bersama putra pertama

penderita, ketika ditemui oleh sang putra pertama, penderita

dikatakan sedang bersembunyi dan tampak sangat ketakutan.

Penderita mengatakan bahwa ada yang akan membunuhnya

sehingga ia menolak untuk keluar dari persembunyiannya. Putra

penderita pun kemudian terpaksa berbohong bahwa orang-orang di

luar telah dibunuh duluan. Barulah kemudian penderita keluar dan

dibawa ke rumah sakit.

Setelah berbincang-bincang dengan istri penderita dan

putranya dan hendak mengakhiri pembicaraan, sang putra

mengatakan bahwa penderita pernah tertangkap menggunakan

‘ganja’ sekali oleh dirinya. Tetapi sang putra tidak jelas sejak kapan

dan seberapa sering ayahnya menggunakan ganja. Karena

penderita sangat tertutup dan jarang berada di rumah.

Istri penderita juga mengatakan bahwa penderita memang

sering melupakan hal-hal yang mudah, dan tidak bisa berhitung

dengan baik.

9

Page 10: Responsi Final

Pembicaraan kemudian disudahi dan pemeriksa

berterimakasih kepada istri dan putra penderita atas waktu dan

kesempatan yang telah diluangkan untuk pemeriksa. Pemeriksa

kemudian bersalaman dan berpamitan dengan istri dan putra

penderita.

2.4 Riwayat Penyakit Sebelumnya

A. Riwayat Gangguan Psikiatri

Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya disangkal.

B. Riwayat Gangguan Medik

Hipertensi : disangkal

Trauma kepala, penyakit SSP, tumor : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Paru : TB Paru

Gastritis : disangkal

Alergi : disangkal

Hipertiroidisme : disangkal

C. Riwayat Penggunaan Obat Terlarang dan Alkohol

Penderita pernah menggunakan ganja.

2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

A. Riwayat Gangguan Psikiatri

Disangkal

B. Riwayat Gangguan Medis

Hipertensi : Ayah

Trauma kepala, penyakit SSP, tumor : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Paru : disangkal

Gastritis : disangkal

10

Page 11: Responsi Final

Alergi : disangkal

Hipertiroidisme : disangkal

Keganasan : disangkal

2.6 Riwayat Sosial dan Riwayat Hidup

Sejak kecil penderita dirawat oleh salah satu kakak

perempuannya karena kedua orang tuanya sibuk bekerja

Penderita menempuh pendidikan SD dan SMP di

Tasikmalaya, Jawa Barat. Lulus tepat waktu.

Penderita menempuh pendidikan terakhir di STM

Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ayah pasien meninggal pada tahun 1998 dan ibu pasien

meninggal pada tahun 2013.

Pasien memiliki enam saudara kandung yang semuanya

wanita.

Pasien memiliki tiga putra dari istri pertama yaitu Ny.Dewi

Abdurahman, dan satu putra dari istri kedua yang tidak

diketahui namanya.

Penderita tidak memiliki banyak teman, dan tidak dekat

dengan keluarganya. Penderita tidak suka bercerita dan

berbicara tentang dirinya kepada orang orang di sekitarnya.

Masalah penderita selalu disimpan sendiri.

Silsilah keluarga penderita:

11

1 2

3 4 5 6

7

8 9

10

Page 12: Responsi Final

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Penderita

Orang tua penderita:

1. Ayah penderita

Nama : Karsum

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : SMA

2. Ibu penderita

Nama : Djuarsih

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

Saudara penderita:

3. Saudara pertama

Nama : Ika

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

4. Saudara ke-dua

Nama : Caca Juarsa

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

12

Page 13: Responsi Final

5. Saudara ke-tiga

Nama : Itik

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

6. Saudara ke-empat

Nama : Kurnia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

7. Saudara ke-lima

Nama : Hadin Karsum

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : STM

8. Saudara ke-enam

Nama : Rahmawati

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

9. Saudara ke-tujuh

Nama : Ida Hamida

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

10. Istri Penderita

Nama : Dewi Abdurrahman

Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar

Pendidikan : Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

13

Page 14: Responsi Final

2.7 Riwayat Pendidikan

SD : SDN Tasikmalaya,Jawa Barat (Lulus 6 tahun)

SMP : SMPN Tasikmalaya,Jawa Barat (Lulus 3

tahun)

SMA : STM Tasikmalaya, Jawa Barat (Lulus 3

tahun)

2.8 Riwayat Pekerjaan

Penderita merupakan anggota dari TNI AL Surabaya dengan

pangkat bintara.

2.9 Faktor Penyebab

Premorbid

Penderita memiliki kepribadian yang introvert, mudah marah,

mudah tersinggung, dan suka memendam masalahnya

sendiri.

RTTGJ

Penderita merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam

keluarganya dari tujuh bersaudara.

Keturunan

Disangkal

2.10 Faktor Pencetus

Penderita didesak oleh istri kedua dan anak dari perselingkuhannya

untuk diakui oleh keluarganya sedangkan keluarga sah penderita

tidak setuju.

2.11 Faktor Organik

Penderita memiliki TB paru.

14

Page 15: Responsi Final

III. STATUS INTERNA

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Vital Sign : TD : 130/80 mmHg

Nadi : 91x/menit

Suhu: 36,7

RR : 22x/menit

d. A/I/C/D : -/-/-/-

e. Kepala/Leher : Pembesaran KGB : (-)

Pembesaran Thyroid : (-)

f. Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal

Pulmo : ronkhi (+)

g. Abdomen :

Inspeksi : datar simetris

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar lien, ginjal tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : suara bising usus dalam batas normal

h. Esktremitas : akral hangat ada keempat ekstremitas

IV. STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran : GCS 4-5-6

Meningeal Sign : (-)

Mata : Gerakan normal, pupil isokor, refleks pupil +/+

Motorik : normotonus, turgor baik, koordinasi baik

Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : (-)

V. STATUS PSIKIATRI

Penampilan : seorang laki-laki dengan wajah sesuai umur,

berpakaian dan berpenampilan kurang rapi.

tidak ada cacat fisik.

Perilaku : selama wawancara, penderita sulit diajak

15

Page 16: Responsi Final

bicara, enggan untuk mengeluarkan isi pikiran

dan bercerita tentang kehidupannya secara

detil. Penderita juga kesulitan mengingat

banyak hal tentang dirinya dan keluarganya.

Kontak Mata : (+)

Verbal : (+)

Kesadaran : berubah

Disorientasi : waktu (+), tempat (-), orang (-)

Afek/emosi : dangkal

Proses berpikir : Bentuk pikiran : non-realistik

Arus pikiran : asosiasi longgar

Isi pikiran : waham kejaran, pikiran

curiga, isolasi sosial

Psikomotor : meningkat

Persepsi : halusinasi auditorik: (+)

halusinasi optik : (-)

ilusi : (-)

Kemauan : perawatan diri : menurun

sosial : menurun

pekerjaan : menurun

Inteligensi : fungsi kognitif : menurun

VI. RESUME

Bapak Hadin Karsum, laki-laki berusia 51 tahun merupakan anak

ke-lima dari tujuh bersaudara dan merupakan putra dari Bapak Karsum

dan Ibu Djuarsih. Penderita merupakan orang yang mudah marah, mudah

tersinggung, tertutup, dan sering menyimpan masalahnya sendiri.

Penderita dibawa ke paviliun VI RSAL Surabaya setelah berusaha

membakar rumahnya dan menyembunyikan dirinya di rumah tetangga

karena merasa takut dibunuh.

Berdasarkan autoanamnesa didapatkan bahwa pasien adalah

orang yang mudah curiga dan pasien merasa bahwa ada yang ingin

16

Page 17: Responsi Final

membunuhnya. Pasien juga merasa kepalanya berat dan pusing karena

banyak pikiran, murung, dan tidak bersemangat untuk aktivitas. Nafsu

makan pasien turun dan terkadang sulit tidur.

Berdasarkan heteroanamnesa didapatkan bahwa penderita adalah

orang yang mudah marah, mudah tersinggung, suka memendam masalah

sendiri, tertutup dan sering menyembunyikan rahasia. Pasien juga pernah

memakai obat terlarang dan mempelajari apa yang diyakininya sebagai

suatu ‘ilmu’ khusus di tempat-tempat terpencil.

6.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri

Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya disangkal

Riwayat Gangguan Medik

Hipertensi : disangkal

Trauma kepala, penyakit SSP, tumor : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Paru : TB Paru

Gastritis : disangkal

Alergi : disangkal

Hipertiroidisme : disangkal

Riwayat Penggunaan Obat Terlarang dan Alkohol

Penderita pernah menggunakan ganja.

6.2 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Gangguan Psikiatri

Disangkal

Riwayat Gangguan Medis

Hipertensi : Ayah

17

Page 18: Responsi Final

Trauma kepala, penyakit SSP, tumor : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Paru : disangkal

Gastritis : disangkal

Alergi : disangkal

Hipertiroidisme : disangkal

6.3 Riwayat Sosial dan Riwayat Hidup

Sejak kecil penderita dirawat oleh salah satu kakak

perempuannya karena kedua orang tuanya sibuk bekerja

Ayah pasien meninggal pada tahun 1998 dan ibu pasien

meninggal pada tahun 2013.

Pasien memiliki enam saudara kandung.

Pasien memiliki tiga putra dari istri pertama yaitu Ny.Dewi

Abdurahman, dan satu putra dari istri kedua yang tidak

diketahui namanya.

Penderita tidak memiliki banyak teman, dan tidak dekat

dengan keluarganya. Penderita tidak suka bercerita dan

berbicara tentang dirinya kepada orang orang di sekitarnya.

Masalah penderita selalu disimpan sendiri.

Silsilah keluarga penderita:

Keterangan:

: Laki-laki

18

1 2

3 4 5 6

7

8 9

10

Page 19: Responsi Final

: Perempuan

: Penderita

Orang tua penderita:

1. Ayah penderita

Nama : Karsum

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : SMA

2. Ibu penderita

Nama : Djuarsih

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

Saudara penderita:

3. Saudara pertama

Nama : Ika

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

4. Saudara ke-dua

Nama : Caca Juarsa

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

5. Saudara ke-tiga

Nama : Itik

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

19

Page 20: Responsi Final

Pendidikan : SMP

6. Saudara ke-empat

Nama : Kurnia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

7. Saudara ke-lima

Nama : Hadin Karsum

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : STM

8. Saudara ke-enam

Nama : Rahmawati

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

9. Saudara ke-tujuh

Nama : Ida Hamida

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

10. Istri Penderita

Nama : Dewi Abdurrahman

Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar

Pendidikan : Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

6.4 Faktor Penyebab

Premorbid

20

Page 21: Responsi Final

Penderita memiliki kepribadian yang introvert, mudah marah,

mudah tersinggung, dan suka memendam masalahnya

sendiri.

RTTGJ

Penderita merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam

keluarganya dari tujuh bersaudara.

Keturunan

Disangkal

6.5 Faktor Pencetus

Penderita didesak oleh istri kedua dan anak dari perselingkuhannya

untuk diakui oleh keluarganya sedangkan keluarga sah penderita

tidak setuju.

6.6 Status Interna

Ronkhi paru (+)

6.7 Status Neurologi

Dalam batas normal.

6.8 Status Psikiatri

Penampilan : seorang laki-laki dengan wajah sesuai umur,

berpakaian dan berpenampilan kurang rapi.

tidak ada cacat fisik.

Perilaku : selama wawancara, penderita sulit diajak

bicara, enggan untuk mengeluarkan isi pikiran

dan bercerita tentang kehidupannya secara

detil. Penderita kesulitan mengingat banyak

hal tentang dirinya dan keluarganya.

Kontak Mata : (+)

Verbal : (+)

Kesadaran : berubah

21

Page 22: Responsi Final

Disorientasi : waktu (+), tempat (-), orang (-)

Afek/emosi : dangkal

Proses berpikir : Bentuk pikiran : non-realistik

Arus pikiran : asosiasi longgar

Isi pikiran : waham kejaran, pikiran

curiga, isolasi sosial

Psikomotor : meningkat

Persepsi : halusinasi auditorik: (+)

halusinasi optic : (-)

ilusi : (-)

Kemauan : perawatan diri : menurun

sosial : menurun

pekerjaan : menurun

Inteligensi : fungsi kognitif : menurun

VII. DIAGNOSIS

7.1. Formulasi Diagnostik

Pada penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis yang

secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala

yang menimbulkan penderitaan (distress) dan atau terganggunya fungsi

penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, perilaku, dan pekerjaan).

Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa penderita mengalami suatu

“gangguan jiwa”.

Pada penderita ini ditemukan adanya gangguan pada penghayatan

akan realitas (sense of reality) dan kemampuan menilai realitasnya juga

terganggu. Adanya afek dan emosi yang dangkal, arus pikiran (asosiasi

longgar), dan isi pikiran (waham kejaran, pikiran curiga, dan isolasi sosial),

disertai adanya gangguan persepsi, berupa halusinasi dengar. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa penderita mengalami gangguan jiwa

“psikosa”.

22

Page 23: Responsi Final

Pada penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun

penyakit organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi

jaringan otak sebelum gejala terjadi. Pada penderita ditemukan adanya

riwayat penggunaan ganja. Namun, tidak terdapat adanya riwanyat

mengkonsumsi alkohol. Dengan demikian, penderita dapat digolongkan

mengalami “gangguan psikosa fungsional”.

Selain itu, pada penderita ini juga dapat ditemukan gejala-gejala khas,

yaitu:

Adanya gangguan persepsi, berupa halusinasi dengar. Penderita

mendengar suara bisikan-bisikan yang menyuruh dirinya untuk

melakukan ini dan itu.

Adanya gangguan proses berpikir, yaitu pada bentuk pikiran (non-

realistik), arus pikiran (asosiasi longgar), dan isi pikiran (waham

kejaran, pikiran curiga, dan isolasi sosial). Penderita selalu curiga

kepada istrinya bahwa istrinya pergi ke rumah ibunya ketika penderita

sedang bekerja.

Adanya respon emosional yang tidak wajar, penarikan diri dari

pergaulan sosial, menurunnya kemauan untuk melakukan perawatan

diri, dan menurunnya kinerja sosial.

Adanya gejala positif dari skizofrenia, yaitu adanya waham, halusinasi,

tidak bisa tidur, marah-marah dan berteriak.

Penderita telah memiliki gejala-gejala ini lebih dari satu bulan

Jika dihubungkan antara kriteria diagnosis menurut PPDGJ III dengan

gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita bisa disimpulkan

bahwa penderita memenuhi kriteria diagnosis gangguan jiwa F20.0

“skizofrenia”

Pada penderita ini didapatkan onset gejala pertama kali pada saat

berusia 51 tahun, dimana gejala klinisnya didominasi oleh:

23

Page 24: Responsi Final

Halusinasi suara berupa bisikan-bisikan yang menyuruh penderita

untuk berbuat ini dan itu.

Adanya waham kejaran dengan perasaan seperti dikejar-kejar oleh

orang-orang yang akan membunuhnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa penderita mengalami “skizofrenia

paranoid” dengan diagnosis F20.0

Penderita merupakan orang yang sering bertindak impulsif tanpa

memikirkan segala macam konsekuensinya, sebagai ketika istri penderita

sedang bepergian keluar kota dan rumah dalam keadaan kosong,

penderita membakar rumahnya di bagian dapur. Putra kedua kebetulan

kembali ke rumah dan menyaksikan penderita sedang membakar-bakar.

Ketika ditanyakan apa yang dilakukan, penderita hanya tampak kaget dan

ketakutan lalu berkata tidak tahu dan tidak peduli, lalu meloncat dan

melarikan dirinya lewat genteng rumah. Hal ini merupakan gambaran

kepribadian tipe ambang sehingga diagnosa pada axis II penderita

memiliki “kepibadian tipe ambang”.

Pada axis III ditemukan adanya penyakit tuberkulosa paru.

Pada axis IV ditemukan stressor psikososial yang mendahului

munculnya gejala berupa masalah keluarga akibat perselingkuhannya

yang dilakukan sejak tahun 2000 dan pada Oktober 2014 selingkuhannya

beserta anak hasil perselingkuhannya ingin diakui sebagai keluarga.

Pada axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan

menggunakan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale nilai

evaluasi GAF current 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).

7.2. Formulasi Psikodinamik

24

Page 25: Responsi Final

Penderita adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara dan semua saudara

kandungnya berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil penderita

dibesarkan oleh salah satu kakak perempuannya karena kedua orang

tuanya sibuk bekerja. Hubungan antar saudara penderita dikatakan

kurang baik, sering menjelek-jelekan satu sama lain dan tidak saling

memperhatikan. Hubungan penderita dengan orangtuanya juga kurang

baik. Penderita merupakan orang yang tertutup, tidak suka banyak bicara,

suka memendam masalahnya sendiri dan mudah tersinggung. Penderita

bekerja sebagai anggota TNI AL Surabaya sejak tahun 1985 dan tidak

mempunyai banyak teman, hanya ada dua teman penderita yang sering

pergi ke tempat-tempat terpencil bersama penderita untuk belajar “ilmu”

tertentu.

Gejala mulai timbul sejak bulan Oktober 2014 setelah istri pertama dan

anak-anak penderita menolak permintaan istri kedua (selingkuhan)

penderita dan putra hasil perselingkuhannya untuk diakui sebagai

keluarga resmi mereka. Penderita mulai tampak cemas dan gelisah,

berjalan mondar-mandir di ruang tamu sepanjang hari, membentak-bentak

dan berteriak sendiri di suatu ruangan, berlari keluar rumah saat malam

hari dan mengelilingi kompleks perumahan hingga subuh. Penderita tidak

bisa tidur dan nafsu makannya juga menurun.

Apabila seseorang terpapar suatu stressor, maka integritas diri individu

akan merespon dengan dua cara, yaitu “Task Oriented” ataupun

“Mekanisme Pembelaan Ego”. Penderita dengan ciri kepribadian skizoid

biasanya menggunakan mekanisme pembelaan ego yang merupakan

suatu mekanisme yang mempertahankan harga diri atau integritas

seseorang. Terjadinya mekanisme pembelaan ego ini pun adalah secara

tidak disadari. Apabila mekanisme pembelaan ego ini digunakan secara

terus menerus dan berlebihan, maka akan timbul suatu disharmoni dan

disintegrasi kepribadian. Hal tersebut terjadi pada penderita. Mekanisme

pembelaan ego yang digunakan penderita adalah represi, di mana

25

Page 26: Responsi Final

perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri atau tidak dapat diterima

didorong keluar kesadaran, tidak diingat dan “dilupakan”.

Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada penderita berdasar pada

intervensi 3 variabel penting, yaitu:

Stress yang diterima diinterpretasikan berat oleh penderita

Sumber daya penyesuaian individu yang kurang dalam hal daya

tahan penderita terhadap stress.

Diathesis-stress = kerentanan = “bakat” penderita

Ketiga hal diatas dapat menimbulkan berbagai klinis gangguan jiwa.

Timbul gangguan mental akibat ketidakseimbangan antara

beratnya stressor dengan sumber daya penyesuaian diri seseorang.

Menurut bagan di atas, maka penderita dapat digolongkan dalam

keadaan “sakit”.

Berdasarkan teori Hans Selye bisa dilihat dari fase terjadinya stress

pada penderita, maka akan didapatkan perkembangan yang signifikan

dan sesuai, yang dimulai dari:

Alarm reaction : Terjadinya pembangkitan emosi dan

ketegangan pada diri penderita.

26

Page 27: Responsi Final

Fase resistensi : Terjadinya perubahan perilaku menjadi

mudah marah dan bila marah bisa mengamuk.

Fase kelelahan : Terjadinya pembangkitan emosi yang terlalu

sering yang akhirnya menyebabkan timbulnya fase kelelahan.

Penderita tidak mampu melawan stressor yang melebihi daya

tahan mental penderita. Keadaan ini lalu menimbulkan gangguan

jiwa psikosa.

Stressor-stressor tersebut ditambah dengan kepribadian penderita

yang skizoid dapat menyebabkan penderita kesulitan untuk menghadapi

masalah-masalah yang dialami. Menurut Adolf Meyer jika seseorang tidak

mampu beradaptasi dengan masalah yang dihadapi maka orang tersebut

akan jatuh ke dalam gangguan psikosa yang mengarah ke skizofrenia.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAXIAL

Axis I : Skizofrenia paranoid (F20.0)

Axis II : Kepribadian tipe ambang (borderline)

Axis III : TB paru

Axis IV : Masalah keluarga karena perselingkuhannya

Axis V : GAF Scale 50-41

IX. TERAPI

Somatoterapi

Stelazine 2 x 5 mg

Psikoterapi

Untuk pasien ini, psikoterapi yang dapat dilakukan yaitu:

1. Ventilasi/katarsis yaitu membiarkan pasien mengeluarkan isi hati

sesukanya sampai ia merasa lega dan kebingungannya berkurang.

2. Persuasi yaitu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang

timbulnya berbagai macam gejala.

27

Page 28: Responsi Final

3. Sugesti yaitu penanaman pikiran secara halus dan tidak langsung

kepada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa

segala macam masalah dapat diselesaikan.

Sosioterapi

Dengan memanipulasi lingkungan untuk mendukung kesembuhan

pasien yaitu dengan cara:

1. Menganjurkan keluarga pasien untuk selalu mengingatkan pasien

agar tetap teratur minum obat

2. Menganjurkan kepada keluarga pasien agar lebih memberikan

perhatian, dukungan moril, dan keterbukaan kepada pasien.

X. MONITORING DAN USUL

A. MONITORING

Keadaan umum

Vital Sign

Efek samping obat

Status psikiatri

B. USUL

Konseling terkait stressor

XI. PROGNOSIS

Kepribadian premorbid : introvert, mudah marah dan

tersinggung (Jelek)

Onset usia : dewasa (Baik)

Jenis : skizofrenia paranoid (Baik)

Onset timbul : akut (Baik)

Onset pengobatan : akut (Baik)

Faktor pencetus : berat (Baik)

Faktor keturunan : disangkal (Baik)

Kesimpulan: dubia ad bonam

28

Page 29: Responsi Final

XII. LAMPIRAN

Denah Rumah Penderita

Foto dengan keluarga penderita

29