rencana pembangunan jangka panjang ( r p j p )...

67
PE RENCANA PEM KOTA PONT BADAN PERE EMERINTAH KOTA PONTIANAK MBANGUNAN JANGKA PAN ( R P J P ) TIANAK TAHUN 2005 20 ENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) KOTA PONTIANAK TAHUN 2007 NJANG 025

Upload: vucong

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

KOTA PONTIANAK TAHUN 2005

BADAN PERENCANAAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

( R P J P ) KOTA PONTIANAK TAHUN 2005 – 2025

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

( B A P P E D A )

KOTA PONTIANAK

TAHUN 2007

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

2025

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur KEhadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bappeda Kota Pontianak Tahun

Anggaran 2007 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2007 tangggal

8 Januari 2007 dan Peraturan Daerah Nomor : 4 Tahun 2007 tanggal 8 Oktober 2007 telah

dilaksanakan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai suatu rencana tahunan bagi Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyediakan pelayanan bagi masyarakat harus dapat

dipertanggungjawabkan anggaran tersebut adalah melalui Penyusunan Laporan Keuangan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan pada Pasal 232 ayat (6) menyatakan :

Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi :

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Neraca; dan

c. Catatan atas Laporan Keuangan

Semoga dengan materi laporan keuangan yang telah meliputi 3 (tiga) hal tersebut di atas

dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kota Pontianak dalam rangka mewujudkan tata

pemerintahan yang baik (good governance) khususnya yang berkaitan dengan transparansi dan

akuntabilitas.

Akhirnya kami atas nama pimpinan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Pontianak menyampaikan permohonan maaf, jika dalam penyampaian laporan keuangan ini

masih terdapat kekurangan atau kelemahan dan untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak

sangat kami harapkan demi peyempurnaannya.

Pontianak, Pebruari 2008

Kepala Bappeda

Kota Pontianak

Ir. Toni Herianto, MT

Pembina Utama Muda

NIP. 010108643

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 1

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. PENGANTAR

1. Cikal bakal berdirinya Kota Pontianak dimulai dari delta yang memecah

Sungai Kapuas menjadi Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak yang ditandai

dengan adanya Kesultanan Kadriyah. Dari kehidupan tepian sungai inilah

dimulai tumbuh kembangnya Kota Pontianak hingga saat ini .

2. Kota Pontianak sebagai ibukota Kalimantan Barat memberikan gambaran

umum bahwa kota nomor satu di Kalbar ini luasnya 107,82 km2 terletak di

lintasan garis khatulistiwa dan dilintasi Sungai Kapuas, batas wilayah

keseluruhan dikelilingi Kabupaten Potianak dengan batas kecamatan sebelah :

1. Utara : Kecamatan Siantan

2. Selatan : Kecamatan Siantan, Sungai Raya dan Sungai Kakap

3. Barat : Kecamatan Sungai Kakap

4. Timur : Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Ambawang

Wilayah administrative kota ini terdiri dari 5 kecamatan dan 24 kelurahan serta

seperti kota daerah tropis dengan suhu rata-rata : ( 26,1 - 27,4 ) C dengan

kelembaban udara berkisar antara ( 86 - 92 ) % dengan lama penyinaran

matahari antara ( 34- 78 ) % sebagai data awal perlu kita kenali .

Permukaan tanah antara : 0.1 s/d 1.5 meter diatas permukaan laut dan dibatasi

: 0 0 02’ 24” Lintang Utara s/d 0 0 05’ 37’’ Lintang Selatan

109 0 16’ 25’’ Bujur Timur s/d 109 0 23’ 01’’ Bujur Timur

3. Krisis moneter tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multi-dimensi,

yang selanjutnya berdampak pada perubahan (reformasi) di seluruh sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi tersebut memberikan semangat

politik dan cara pandang baru untuk melakukan desentralisasi dan penguatan

otonomi daerah.

4. Era otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 telah membawa perubahan

daerah dan berpotensi mengakibatkan perencanaan pembangunan daerah tidak

sinergi antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya serta antara

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 2

pembangunan daerah dan pembangunan secara nasional. Otonomi telah

memberi kewenangan yang luas dengan harapan daerah mampu mengelola

segala potensi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam upaya

mencapai kesejahteraan masyarakat.

5. Pada umumnya hampir setiap perencanaan dengan asumsi kondisi sumber

daya terbatas, isinya berbagai masalah dan potensi yang diprediksi banyak

tindakan masa depan agar mampu menyelesaikan banyak persoalan pada saat

yang akan datang. Apabila tidak ada perencanaan terhadap masalah pada saat

ini tentu di masa mendatang akan semakin parah kondisinya, sedangkan

potensi yang ada bisa terjadi jauh lebih baik tanpa ada tindakan.

1.2. PENGERTIAN

RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan umum dan bersifat makro

pembangunan daerah yang merupakan jabaran pembangunan kota Pontianak

dalam upaya mencapai visi, misi, dan arah pembangunan daerah untuk periode

perencanaan 20 tahun ke depan .

Dokumen perencanaan ini untuk mengikat kesinambungan program apabila

terjadi pergantian kepemimpinan daerah, agar kesinambungan dan konsistensi

kebijakan daerah bisa lebih terjamin. Kesinambungan dan konsistensi kebi-

jakan tidak hanya menjadi harapan investor, tetapi masyarakat dan perangkat

daerah tidak menimbulkan kebingungan.

Visi dan misi disini adalah visi –misi daerah yang akan dipakai sebagai pedoman

calon kepala daerah dalam proses pemilihan kepala daerah.

Penjabaran lebih detail RPJP akan diterjemahkan dalam RPJM setiap pelantikan

dan pergantian kepala daerah, berikutnya akan diikuti dengan perubahan

rencana strategis ( renstra ) masing-masing satuan kerja perangkat daerah dan

tiap tahun menjadi dokumen Rencana Kerja Pemerintah Darah ( RKPD ) yang

diikuti dengan rencana penganggaran.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

RPJP Daerah Tahun 2005 – 2025, adalah dokumen perencanaan pembangunan

daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak 2005 s/d 2025, ditetapkan

dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh

komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam

mewujudkan visi, misi, & arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 3

seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis,

koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap

dan pola tindak.

RPJP diuji melalui Musrenbang Jangka Panjang dengan focus pembahasan :

Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah.

1.4. LANDASAN HUKUM

Landasan idiil RPJP Daerah adalah ketentuan peraturan perundang2an yang

berkaitan langsung dengan pembangunan nasional, yaitu:

1. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

2. UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

3. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

4. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

5. UU No. 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

6. UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005 s/d 2025

7. PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelak-

sanaan Rencana Pembangunan

1.5. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

RPJP Daerah Tahun 2010–2025 disusun dalam tata urut sbb :

Bab I Pendahuluan.

Bab II Kondisi Umum.

Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah

Bab IV Arah dan Tahapan Pembangunan Jangka Panjang

Bab V Pengendalian dan Evaluasi RPJP

Bab VI Penutup.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 4

BAB II

K O N D I S I U M U M

Kondisi umum ini dibagi menjadi kondisi saat ini sebagai titik tolak perencanaan,

tantangan sebagai wujud tuntutan dan harapan masyarakat dan diakhiri dengan

modal dasar yang dimiliki oleh daerah sebagai sumber daya dalam proses penentuan

tindakan masa depan

Pembangunan Kota Pontianak Kalimantan Barat sebagai bagian dari pembangunan

nasional yang telah dilaksanakan dalam berbagai bidang selama ini telah

menunjukkan kemajuan dan hasil-hal positif yang meliputi bidang sosial budaya,

ekonomi daerah, iptek, Sarana dan Prasarana, politik, hukum dan keadilan,

keamanan dan ketertiban, pelayanan publik dan pemerintahan, Tata Ruang dan

Lingkungan hidup, Keuangan Daerah, Kependudukan dan Ketenaga-kerjaan,

Pemberdayaan masyarakat dan perempuan. Di samping banyak kemajuan yang telah

dicapai, masih banyak pula tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya

terselesaikan.

2.1. KONDISI SAAT INI

Kondisi saat ini merupakan data umum dari 5 tahun s/d 10 tahun yang lalu

sampai kondisi saat ini sebagai titik tolak perencanaan jangka panjang 20 tahun

yang akan datang.

2.1.1. Sosial Budaya

1. Pendidikan penduduk kota Pontianak terus menerus mengalami pe-

ningkatan. Kota Pontianak memiliki Index Pembangunan Manusia

(IPM) sebesar 69,1 pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 69,5 pada

tahun 2005, dengan lama sekolah 8,5 tahun pada tahun 2004 dan

meningkat menjadi 8,6 tahun pada tahun 2005. Selain itu,

pembangunan pendidikan terlihat pula dari hasil perolehan Nilai

Ebtanas Murni (NEM) dari tingkat Sekolah Dasar (SD) – Sekolah

Menengah Atas (SMA). Perolehan NEM untuk tingkat SD pada tahun

tahun 2004 sebesar 6.23 dan pada tahun 2005 meningkat menjadi

sebesar 6.45. NEM untuk tingkat SMP Pada tahun 2004 sebesar 4.41

dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 6.14. NEM untuk SMA pada

tahun 2004 rata-rata sebesar 5.43 dan tahun 2005 meningkat menjadi

sebesar 5.47, sedangkan NEM Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 5

pada tahun 2004 sebesar 3,25 dan tahun 2005 menjadi sebesar 3,75.

Indikator penting berikutnya tentang keberhasilan pendidikan terlihat

dari angka melek aksara tahun 2004 sebesar 90,7 menjadi sebesar

91,00 persen tahun 2005. Ada pula Peningkatan angka partisipasi

sekolah, baik Angka Partisipasi Murni (APM) maupun Angka

Partisipasi Kasar (APK) untuk semua kelompok usia. APM untuk

tingkat SD/MI tahun 2004 sebesar 87.00% dan menurun sedikit pada

tahun 2005 menjadi 86.94%. Untuk APM tingkat SLTP tahun 2004

sebesar 71,00% dan tahun 2005 menurun sedikit menjadi sebesar

70.77%. APM tingkat SLTA tahun 2004 sebesar 70,00% dan tahun

2005 menurun menjadi sebesar 65.97%, sedangkan APK untuk tingkat

SD/MI tahun 2004 sebesar 104,79% dan menurun sedikit pada tahun

2005 menjadi 102,36%. Untuk APK tingkat SLTP tahun 2004 sebesar

99.17% dan tahun 2005 naik sedikit menjadi sebesar 99,31%. APK

tingkat SLTA tahun 2004 sebesar 99,74% dan tahun 2005 naik

menjadi sebesar 100,66%, kelayakan guru mengajar untuk tingkat SD

tahun 2004 sebesar 91,25% naik sedikit menjadi sebesar 92,36%

tahun 2005 dan kelayakan gedung SD tahun 2004 sebesar 75,05 dan

meningkat menjadi sebesar 80,47 tahun 2005. Sebagian besar data

sebagai gambaran saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup

menggembirakan di bidang pendidikan. Hal tersebut juga mendapat

dukungan swasta yang tumbuh makin banyak dalam menyediakan

sekolah mulai dari SD sampai SMA. Problim pendidikan saat ini

adalah dukungan biaya pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) yang masih kurang, sekolah masih terkendala

dengan masalah buku siswa, yang terkait kurikulumm dan pelatihan

kurikulum, dukungan fasilitas perpustaan yang minim, dukungan

buku untuk guru belum optimal dan masih kurangnya pelatihan

untuk ketrampilan mengajar, serta dukungan media pembelajaran

ysng masih kurang, beberapa SD kekurangan murid, sarana dan

prasarana SD rusak atau kurang mendukung, kelayakan guru

mengajar yang kurang, proses pembelajaran yang kurang efektif dan

memerlukan tambahan les di luar dengan biaya yang besar, variasi

materi lokal yang sesuai dengan visi dan misi kota pontianak masih

kurang, keragaman ketrampilan bagi murid tingkat SMK yang

terbatas.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 6

2. Sarana dan prasarana kesehatan yang terdiri dari banyak rumah sakit,

Puskesmas. Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling serta

dukungan tenaga medis mengalami perkembangan yang menggembi-

rakan. Data sarana dan prasarana kesehatan pada tahun 2005 yang

terdiri dari Rumah sakit sebanyak 5 buah dengan kapasitas tempat

tidur (TT) sebanyak 705, rumah sakit bersalin dan klinik bersalin

sebanyak 8 buah, dengan kapasitas TT sebanyak 120 kamar,

Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling sebanyak

28 buah, dengan kapasitas TT 22 buah, apotik dan toko obat sebanyak

144 buah, dokter spesialis 27 orang, dokter gigi 50 orang, dokter

umum 75 orang, bidan sebanyak 217 dan perawat sebanyak 886

orang. Perkembangan positif lain adalah dukungan swasta dalam

membangun prasarana kesehatan dan warga kota, termasuk warga

Kalbar mudah mengakses prasarana dan sarana kesehatan yang ada.

Data penting berikutnya terkait dengan Angka Kematian Balita tahun

2004 sebesar 7,53 persen per 1000 kelahiran hidup dan menurun

menjadi 7,33 pada tahun 2005, angka kematian bayi pada tahun 2004

sebesar 4,46 dan meningkat menjadi 5,98 tahun 2005, angka

kematian kasar 4,27 tahun 2004 dan meningkat menjadi 4,38 tahun

2005. Index kesehatan (usia harapan hidup) 65,8 tahun pada tahun

2004 dan meningkat menjadi 66,10 pada tahun 2005. Persoalan yang

dihadapi di bidang kesehatan antara lain terdiri dari dukungan biaya

kesehatan dari APBD yang sangat kurang, dukungan sarana dalam

wujud tempat tindur di rumah sakit dan Puskesmas masih sangat

sedikit, biaya kesehatan terutama untuk obat dan dokter yang masih

mahal, harapan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24

jam belum optimal, penyakit enpidemi demam berdarah, muntaber

dan diare yang menimbulkan kematian tinggi masih tetap terjadi

untuk setiap tahunnya serta kekurangan dokter spesialis.

3. Pembangunan di bidang budaya sudah mengalami kemajuan yang di-

tandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman

budaya antar etnis dominan dan etnis lainnya, berkembangnya

toleransi dan penyelesaian masalah tanpa kekerasan, serta mulai

berkembangnya interaksi antarbudaya. Namun, di sisi lain masih

kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya patuh pada

hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang negatif dan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 7

penggalian budaya daerah yang potensial masih belum optimal,

pembinaan dan dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat

terhadap insan pengembang dan pelestari budaya yang masih kurang.

4. Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung

telah menunjukan kemajuan yang tercermin di bidang pendidikan,

kesehatan, ekonomi, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), politik,

lingkungan, dan sosial budaya. Keberhasilan tersebut karena didu-

kung kebijakan pemerintah Kota Pontianak dan dukungan dari

berbagai lembaga seperti Pusat Studi Wanita (PSW), Asosisiasi

Advokasi Perempuan dan anak (ASAPUAN) dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) lainnya. Persoalannya adalah peningkatan dan

kemajuan dalam pemberdayaan tersebut baru dinikmati oleh kalangan

yang terbatas, perjuangan terhadap hak-hak perempuan masih

menghadapi banyak kendala, masih dijumpai kekerasan terhadap

perempuan dan anak dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga

kerja perempuan yang masih minim.

5. Pembangunan di bidang kependudukan terus menerus diupayakan

dalam rangka pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Jumlah

penduduk kota Pontianak terus meningkat dari tahun ke tahun dan

sampai dengan tahun 2005 sebanyak 521.369 jiwa. Penduduk yang

besar ini menjadi modal dasar pembangunan dan potensi pasar yang

menjanjikan. Pertumbuhan pendudukan tersebut bukan hanya karena

faktor kelahiran, melainkan juga dibarengi dengan tingginya

urbanisasi dari warga Kalimantan Barat (Kalbar) maupun luar Kalbar

yang dapat menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan

kekumuhan kota. Di sisi lain, penyebaran penduduk antar kecamatan

yang kurang merata.

6. Bidang sosial menjelaskan masalah kemiskinan dan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). (1) Angka kemiskinan Kota

Pontianak tahun 2004 sebesar 19,3 % dan menurun menjadi 15,2

tahun 2005, sedangkan Kepala keluarga (KK) miskin sebesar 19.427

KK pada tahun 2005. Penurunan kemiskinan tersebut karena

berbagai kebijakan pemerintah mulai Inpres Desa Tertinggal (IDT),

Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT),

Kecamatan Development Program (KDP), Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP), program pengembangan kecamatan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 8

(PKK) yang sumberdanya dari APBD Kota Pontianak, Neighborhood

upgrading and shelter sector project (NUSSP) dan Jaring Pengaman

Sosial (JPS) seperti Bantuan beras untuk kelurga miskin (Raskin) dan

Askeskin yang dilaksanakan selama krisis ekonomi tahun 1998-2000

serta kebijakan atau pendekatan berbasis hak (rights based approach).

Kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut seringkali tidak

berkelanjutan, waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan lama yang

diprogramkan, kurang tersedia dana pendampingan setelah proyek

berakhir, penanggulangan masalah kemiskinan terkesan kuat hanya

menjadi tugas pemerintah dan yang lebih penting bahwa data tentang

kemiskinan yang ada masih kurang akurat, (2) Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) juga mendapat perhatian pemerintah,

tetapi belum optimal. Data terbaru PMKS adalah data tahun 2004

yang terdiri dari fakir miskin sebanyak 5.829, Balita terlantar 1.151,

anak terlantar sebanyak 1.943 dan usia lanjut terlantar sebanyak 762

orang. Kecenderungan yang terjadi di banyak kota, termasuk

Pontianak adalah adanya peningkatan dari tahun-ke tahun tentang

masalah sosial, terutama gelandangan, pengemis, anak jalanan, PSK,

korban penyalahgunaan NAPZA dan banyaknya orang gila yang datang

dari luar kota, penyalahgunaan NAPZA yang banyak diderita oleh

generasi muda dan peningkatan korban HIV/AID, dukungan

prasarana anak dan usia lanjut terlantar masih kurang serta

pendataan PMKS yang belum akurat.

2.1.2. Ekonomi Daerah

1. Setelah dilanda krisis ekonomi secara nasional sejak tahun 1997 yang

lalu, kondisi perekonomian Kota Pontianak sedikit demi sedikit

mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukan dengan tingkat pertumbuhan

yang relatif tinggi, walaupun masih di bawah angka pertumbuhan

nasional. Selama kurun waktu 2001 s/d 2005 menunjukkan

pertumbuhan dengan trend /cenderung meningkat. Selama kurun

waktu tersebut, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak

sebesar 3,42%.

Dilihat dari kontribusi sektoral terhadap PDRB perekonomian Kota

Pontianak didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran,

sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan & komunikasi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 9

Sektor perdagangan, hotel & restoran memberikan kontribusi dalam

pembentukan PDRB Kota Pontiana sebesar 22,92%. Peranan sektor ini

terhadap pembentukan PDRB Kota Pontianak, sebesar 20,01%

disumbang oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.

Sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi besar dalam

pembentukan PDRB Kota Pontianak. Kontribusi sektor jasa-jasa dalam

pembentukan PDRB sebesar 21,93%, yang dominan disumbang oleh

sub sektor jasa pemerintahan umum (21,06%).

Sektor pengangkutan & komunikasi sebagai penyumbang terbesar

ketiga dalam pembentukan PDRB Kota Pontianak. Kontribusi sektor

ini dalam pembentukan PDRB sebesar 20,34%. Penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDRB sektor ini adalah sub sektor pengangkutan,

dengan kontribusi sebesar 16,93%.

Selain ketiga sektor tersebut, sektor-sektor yang memberi kontribusi

yang relatif besar terhadap pembentukan PDRB Kota Pontianak, yaitu

Sektor bangunan dan konstrksi sebesar 16,90 %; sektor keuangan,

persewaan & jasa pemerintah memberi kontribusi sebesar 11,10%

dengan sub sektor pendukungnya yaitu sub sektor bank (4,41%), sub

sektor lembaga keuangan bukan bank (3,23%), sub sektor sewa

bangunan (3,37%).

Ada tiga sektor yang rendah bahkan menurun peranannya dalam

pembentukan PDRB Kota Pontianak, yaitu sektor : pertanian sebesar

0,61%, industri pengolahan 5,14% dan listrik/air bersih 0,17%.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat

diukur dari manfaat apa yang dapat diperoleh masyarakat dari

kegiatan pembangunan tersebut. Indikator yang sering digunakan

untuk melihat keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat adalah tingkat pendapatan per Kapita

penduduk. Tahun 2001 PDRB per Kapita Kota Pontianak sebesar Rp

9.345.472, tahun 2005 meningkat menjadi Rp 12.675.316. Selama

kurun waktu 2001–2005 pertumbuhan PDRB per Kapita Kota

Pontianak rata-rata sebesar 8,11% Peningkatan yang sangat besar

menandakan bahwa secara rata-rata telah terjadi peningkatan

kemakmuran masyarakat Kota Pontianak.

Kenaikan PDRB per Kapita akan memberi makna dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat suatu daerah, manakala diikuti dengan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 10

peningkatan daya beli masyarakat daerah yang bersangkutan. Daya

beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya tingkat

inflasi. Selama kurun waktu 2001 – 2005 tingkat inflasi di Kota

Pontianak rata-rata sebesar 7,13%. Dengan membandingkan antara

tingkat pertumbuhan PDRB per Kapita dan tingkat inflasi selama

kurun waktu tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat

kesejahteraan masyarakat Kota Pontianak mengalami peningkatan

yang relatif kecil yakni sebesar 0.98%.

2. Penanaman modal merupakan bidang strategis, sebab tanpa investasi

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan setiap sektor akan lambat.

Tujuan makro ekonomi suatu daerah adalah bahwa pelaksanaan

pembangunan harus membawa pengaruh pada meningkatnya aktivitas

perekonomian suatu daerah, sehingga dicapai pertumbuhan ekonomi

yang semakin meningkat tiap tahunnya. Untuk mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan investasi dengan nilai yang

cukup besar. Untuk itu pemerintah harus berusaha menciptakan iklim

usaha yang kondusif agar investasi terus meningkat, baik yang berasal

dari PMDN maupun PMA.

Realisasi investasi yang berasal dari PMDN di Kota Pontianak semester

2 tahun 2004 sebanyak Rp 46.443.620.000,- dengan jumlah proyek 11

dengan 19 badan usaha dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

sebanyak 1.329 orang. Jumlah ini memang lebih kecil dari nilai

investasi kabupaten lain di Kalimantan Barat, terutama Kabupaten

Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten

Bengkayang, Kabupaten Pontianak bahkan Kabupaten Landak.

Sedangkan realisasi investasi yang berasal dari PMA di Kota Pontianak

tahun 2004 sebanyak US $ 18.711.340, dengan jumlah proyek 6 buah

dan 19 badan usaha. Sedangkan tenaga kerja yang dipekerjakan

sebanyak 808 orang dari Indonesia dan 29 orang tenaga kerja asing.

Nilai investasi ini kalau dibandingkan dengan kabupaten lain juga

lebih kecil dari kabupaten lain, seperti Kabupaten Sanggau, Kabupaten

Ketapang, Kabupaten Kabupaten Landak dan Kabupaten Pontianak.

Realisasi investasi di Kota Pontianak tersebar pada beberapa proyek

kegiatan yang mendukung perkembangan sektor ekonomi. Investasi

pada sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan relatif kecil,

yaitu senilai Rp 1.556.000.000 atau 47,15% dari rencana investasi Rp

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 11

3.300.100.000,-. Kecilnya nilai investasi pada sub sektor ini

dikarenakan bahwa sebagai daerah perkotaan, maka lahan yang

diperuntukan untuk kegiatan pengembangan sektor pertanian sangat

terbatas. Sedangkan investasi pada sektor yang mendukung

berkembangnya wilayah perkotaan nilainya cukup besar seperti sektor

industri, hotel & restoran dan jasa.

Investasi sektor industri di Kota Pontianak dengan total nilai investasi

sebesar Rp 41.929.870.000,- atau 57,24% dari target investasi Rp

73.256.170.000,-. Dari total realisasi investasi sektor industri tersebut,

investasi industri kayu mempunyai nilai paling besar yaitu Rp

37.721.870.000,-. Kemudian investasi industri makanan dengan nilai

Rp 3.309.000.000,- dan investasi industri kimia dengan nilai Rp

899.000.000,-. Besarnya investasi sektor industri ini, pada

perekonomian Kota Pontianak didukung oleh perkembangan sektor

perdagangan.

Sejalan dengan berkembangnya Kota Pontianak sebagai kota

perdagangan, maka permintaan akan pelayanan hotel dan restoran

juga meningkat. Akibatnya realisasi investasi sub sektor ini melebihi

dari target yang direncanakan. Nilai investasi sub sektor hotel dan

restoran cukup besar, yaitu Rp 50.781.000.000,- atau 105,21% dari

target investasi Rp 48.264.500.000,-.

Realisasi investasi yang cukup besar adalah untuk sektor jasa dengan

nilai Rp 35.802.430.000 atau sebesar 46,50% dari target investasi

sebesar Rp 76.988.890.000. Dan investasi terkecil yang bersumber

dari PMDN adalah untuk sektor angkutan, gudang dan telkom senilai

Rp 1.214.640.000. Sedangkan ada 2 (dua) proyek yang tidak ada

realisasi investasinya yaitu investasi sub sektor industri mineral non

logam senilai Rp 5.501.000.000,- dan investasi industri lainnya Rp

37.500.000.000,-.

Pada tahun 2005, realisasi investasi yang berasal dari PMA sangat

kecil yaitu hanya sebesar Rp 18.732.720.000,- atau 6,06% dari target

yang direncanakan Rp 309.110.360.000 atau realisasi 7 proyek dari 27

proyek target. Investasi tersebut tersebar pada beberapa kegiatan

investasi seperti investasi pada sub sektor industri, hotel & restoran

dan angkutan, gudang, telekomunikasi. Sealin itu ada beberapa

kegiatan investasi yang tidak terealisasi seperti investasi sub sektor

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 12

peternakan, industri kayu, industri logam dasar dan jasa lainnya.

Investasi industri makanan yang paling besar nilainya yaitu US $

11.461.450.000,- walaupun kalau dibandingkan dengan targetnya

sangat kecil, yaitu hanya sebesar 4,51% dari target sebesar US $

253.970.450.000,-. Dan investasi industri kimia, walaupun nilainya

relatif kecil Rp US $ 3.477.290.000,- tapi melampaui target yaitu

180,57% dari target US $ 1.927.760.000,-.

Investasi sub sektor angkutan, gudang dan telekomunikasi juga

melampaui target, walaupun nilainya juga relatif kecil yaitu US $

3.772.600.000,-(104,07%) dari US $ 3.625.050.000,-. Dan realisasi

investasi sub sektor hotel dan restoran hanya sebesar US $

21.380.000,-(72,35%) dari US $ 2.955.000.

Dari segi penyaluran kredit selama kurun waktu 2001 – 2005 telah

terjadi peningkatan. Tahun 2001 jumlah kredit tersalur sebanyak RP

1.219.973.000.000, sebanyak 33,26% untuk kredit Modal Kerja,

46,74% Investasi dan 20% untuk kredit Konsumsi. Tahun 2005 total

kredit yang disalurkan Rp 2.604.813.000, sebanyak 39,30% untuk

kredit Modal Kerja, 31,10% Investasi dan 29,6% untuk kredit

Konsumsi. Dalam kurun waktu 2001 – 2006 terjadi pertumbuhan

investasi rata-rata sebesar 8,54%, yakni dari RP 570.196.000.000

tahun 2001 menjadi Rp 859.157.000.000 per juni 2006.

Sedangkan kalau dilihat dari penggunaannya, maka penyaluran kredit

pada sektor pertanian relatif besar yaitu 18,93%. Hal ini menjadi

menarik, karena dengan kontribusi yang diberikan sektor pertanian

terhadap pembentukan PDRB relatif kecil, tetapi kredit untuk usaha

pertanian cukup besar walaupun tidak dominan. Selanjutnya

penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

sebesar 25,96% dan sektor jasa sebesar 28,93%. Besarnya penyaluran

kredit pada 2 (dua) sektor ini, karena memang sektor ini penyumbang

terbesar pembentukan PDRB.

Kredit tersebut disalurkan dalam bentuk kredit usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) dengan pangsa terbesar kredit mikro (dengan

plafon s.d. Rp 50.000.000). Untuk kredit kecil dengan plafon Rp

50.000.000,- s.d Rp 500.000.000,- dan kredit menengah dengan

plafon Rp 500.000.000,- s/d Rp 5 miliar. Untuk kredit mikro, kecil

dan menengah di Kota Pontianak tersalur dalam bentuk kredit modal

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 13

kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi.

Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, maka penyaluran kredit

UKMK di kota Pontianak yang terbesar pada 3 (tiga) sektor, yaitu pada

sektor pertanian (49,02%), sektor perdagangan, hotel dan restoran

(27,43%) dan di sektor jasa-jasa (14,53%). Yang menarik adalah

penyaluran kredit pada sektor petanian, walaupun kontribusi sektor

terhadap PDRB relatif kecil, justru pemanfaatan kredit UMKM pada

sektor pertanian relatif besar. Hal ini disebabkan bahwa usaha yang

dijalankan pada sektor pertanian digeluti secara serius walaupun tidak

oleh banyak orang.

3. Berdasarkan pengelompokan industri (KLUI), jumlah perusahaan in-

dustri di Kota Pontianak tahun 2004 terdapat 30 perusahaan industri

besar, 600 perusahaan industri kecil dan menengah.

Dari 30 industri besar tersebut, 12 perusahaan terletak di Kecamatan

Pontianak Utara, 6 perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak

Selatan, 3 perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Timur, 8

perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Barat, dan 1

perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Kota.

Untuk Perusahaan industri kecil dan menengah, dari 600 buah

perusahaan tersebar di 5 Kecamatan yang ada di Kota Pontianak.

Adapun dilihat dari jenis usahanya, maka pengelompokan industri

tersebut adalah industri kimia sebanyak 221 buah, Industri agro

sebanyak 209 buah, industri hasil hutan sebanyak 21 buah, in- dustri

mesin sebanyak 43 buah, dan industri aneka sebanyak 106 buah.

4. Secara geografis Kota Pontianak memang sangan cocok sebagai kota

perdagangan, baik perdagangan antar daerah dalam provinsi maupun

perdagangan dari dan ke luar negeri, ini dimungkinkan karena letak

pelabuhan Pontianak yang cukup strategis.

Penunjang perkembangan sektor perdagangan adalah tersedianya

pasar. Jumlah pasar tradisional di Kota Pontianak sebanyak 10 buah

dengan jumlah kios sebanyak 727 buah, jumlah los/tenda sebangauk

2.602 buah yang secara keseluruhan dapat menampung sebanyak

3.414 pedagang. Sebagian pasar tradisional tersebut kondisinya

kurang layak untuk memberikan pelayanan kepada konsumen.

Sementara daya tampung untuk pedagang dengan berbagai jenis

dagangannya relatif sangat terbatas. Dengan kondisi yang demikian

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 14

Pemerintah Kota Pontianak menempuh kebijakan untuk merevitalisasi

pasar-pasar tradisional dengan bekerjasama pihak investor.

Selain pasar tradisional tersebut, di Kota Pontianak telah tumbuh dan

berkembang pasar modern, sampai dengan tahun 2005 telah terdapat

12 buah.

5. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang sangat penting dalam

aktivitas pere-konomian suatu daerah. Penggerak utama roda

perekonomian suatu daerah adalah tenaga kerja. Berdasarkan hasil

Susenas tahun 2003 jumlah penduduk yang bekerja di Kota Pontianak

sebesar 94.75% dari total angkatan kerja.

Berdasarkan hasil Susenas, tahun 2003 tingkat pengangguran terbuka

(TPT) Kota Pontianak mencapai 17,79 persen. Angka tersebut tertinggi

di Kabar. Berdasarkan jenis kelaminnya, TPT laki-laki sebesar 16,99 %

sedangkan TPT perempuan sebesar 19,35 %.

6. Koperasi dan lembaga keuangan lainnya merupakan suatu lembaga

yang mampu-nyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan

modal/investasi pembangunan di suatu daerah. Salah satu kebijakan

ekonomi makro adalah kebijakan moneter, yang salah satunya berupa

penentuan tingkat suku bunga. Dengan tingkat suku bunga yang

sesuai diharapkan dapat menggerakkan sektor swasta untuk

menanamkan modalnya/investasi di Kota Pontianak. Jumlah koperasi

sampai Desember 2005 sebanyak 675 koperasi dengan anggota

sebanyak 89.905 orang. Koperasi yang aktif sebanyak 513 unit dan

tidak aktif sebanyak 162 unit. Dari segi modal yang dimiliki sebanyak

35,24% milik sendiri. Jumlah usaha kecil sebanyak 803 unit dan

usaha menengah sebanyah 213 unit.

2.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dasar menjadi pembahasan lebih dominan di kota

bila dibandingkan dengan daerah yang berstatus kabupaten .

1. Jalan di Kota Pontianak yang menjadi kewenangan pemerintah pusat

37.5 km, pemerintah provinsi 10,6 km dan pemerintah kota Pontianak

243,554 km. Jalan yang menjadi kewenangan Kota Pontianak pada

tahun 2005 terdiri dari 95,827 km rusak berat, 62,034 km rusak dan

kondisi jalan yan mantap 66,31 %. Sedangkan menurut permukaan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 15

jalan beraspal 233,563 km, masih tanah 9,991 km dan permukaan

beton belum terdata .

Dalam pelayanan jalan terhadap rasio jumlah penduduk standardnya

kurang dan terjadi kepadatan yang tidak merata.

Pelayanan jalan terhadap rasio luas kecamatan standardnya kurang

dan tidak terjadi penambahan ruas jalan baru dalam kurun waktu 7

tahun terakhir.

Sebagian konstruksi jalan umur teknisnya tidak panjang karena ter-

kena genangan air dan beban akibat kendaraan melebihi kapasitas

jalan sehingga beberapa ruas mulai dilakukan perubahan konstruksi .

Langkah untuk meningkatkan umur teknis jalan dilakukan agar

bermanfaat menekan biaya perawatan, masalah ini tidak akan mampu

diselesaikan secara cepat karena kemampuan pembiayaan pemerintah

jauh dibawah kebutuhan yang harus disiapkan.

Dalam peraturan perundang-undangan jalan ditentukan fungsi dengan

ketentuan lebar yang distandardkan dan kondisi ini sebagian besar

ruas jalan yang ada tidak memenuhi syarat lebar, daerah milik jalan

dan kondisi ini terjadi sejak awal pertumbuhan kota Pontianak.

2. Air bersih merupakan kebutuhan dasar dan salah satu faktor penentu

kriteria keluarga miskin yaitu : apabila keluarga tidak punya sarana

air bersih sendiri atau bersama-sama maka dikategorikan miskin.

Tingkat pelayanan air bersih dari PDAM Kota Pontianak 73 % dan

tahun 2004 memberikan 60.065 sambungan dan tahun 2005

meningkat 61.699 sambungan. Sedangkan yang belum tersambung

kebutuhan masyarakat terutama di daerah yang jauh dari instalasi

dan berada di pingiran sungai .

Persoalan air bersih ini dimulai dari mendapatkan air baku dan

menekan biaya produksi agar air bersih mampu dibeli oleh masyarakat

lapis bawah. Sedangkan air baku untuk diolah menjadi air bersih yang

berasal dari sungai kapuas dalam kondisi debit dan kualitas yang

tidak stabil apabila kemarau kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi .

Instalasi air bersih PDAM Kota Pontianak sudah terlalu tua dan

waktunya diganti, maka kondisi ini menyebabkan produksi hanya

sampai air bersih dan bukan untuk air minum. Instalasi ini yang

menjadi hambatan dalam pengembangan air bersih di gang-gang yang

jauh dari jalan utama

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 16

Pengelolaan air bersih tidak ada alternatif lain selain PDAM Kota

Pontinak dan tidak bisa dibandingkan kinerjanya dalam mengolah dan

mendistribusikan air bersih sehingga tidak terjadi kompetisi yang

sehat. Apabila ada operator lain tentu pada akhirnya bisa diban-

dingkan kinerjanya dalam memproduksi air bersih akan jauh lebih

efisien dan efektif dapat dinikmati masyarakat .

3. Drainase bagi kota Pontianak sangat penting karena ketinggian

permukaan tanah teringgi 1.50 meter dari permukaan laut, sehingga

yang menjadi persoalan adalah : kalau air pasang bisa banjir dan bila

turun hujan maka lambat dialirkan ke sungai atau kelaut. Oleh sebab

itu pentingnya drainase untuk menjaga agar Kota Pontianak tidak

mengalami genangan dan banjir.

Drainase Kota Pontianak tediri dari saluran primer 102,721 km,

sekunder 479,093 km dan tersier 89,449 km . Sedangkan daerah yang

masih terbuka masih mengandalkan tanah untuk mampu meresap di

tanah terutama daerah gambut.

Kondisi sepuluh tahun terakhir terjadi pertumbuhan bangunan yang

cukup cepat dari jumlah dan besarannya yang menutupi permukaan

tanah, kondisi ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan jumlah, panjang

dan lebar drainase, bahkan yang terjadi pengurangan lebar, panjang,

jumlah dan seringkali peningkatan jalan mengakibatkan lebar dra-

inase berkurang.

Hampir sumua sarana dan prasarana fisik bertambah, namun perso-

alan paling sulit hampir tidak ada penambahan drainase, apalagi

sampai ada pembebasan lahan untuk drainase. Kondisi ini diperparah

dengan adanya bangunan baru dan rumah tingggal mewah melakukan

optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatkan ketinggian lahan

agar bebas genangan .

4. Perumahan-permukiman Kota Pontianak lebih kurang 6 % tidak

memenuhi syarat kesehatan/kumuh dan umumnya di lokasi tepian

S. Kapuas, S. Landak dan tepian beberapa parit .

Perkim yang kumuh umumnya berupa atap daun, dinding kayu yang

sudah rapuh dan menyebabkan kelembaban serta dalam lingkungan

yang dapat memberi efek tidak sehat.

Masalah kekumuhan di perkotaan menjadi satu agenda nasional dan

agenda dunia, karena kekumuhan erat kaitan dengan kemiskinan .

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 17

Kepemilikan perkim penduduk kota Pontianak banyak yang belum

punya rumah sehat sendiri sekitar 15 % atau bila ini dikatakan back

log ( kekurangan jumlah keluarga dengan jumlah rumah ) maka yang

terjadi rumah cukup tetapi kepemilikan rumah dari satu keluarga bisa

lebih dari satu bagi yang mampu dan ada keluarga yang tidak mampu

dengan pola rumah kontrak yang murah serta perumahan yang tidak

laku atau dibeli tapi belum ditempati.

Banyak keluarga miskin dengan rumah yang tidak memiliki sarana

sanitasi sendiri atau bersama dalam kondisi jalan lingkungan yang

tidak layak. Umumnya di lokasi tepian sungai atau parit yang tidak

layak huni dan dalam lingkungn air yang tergenang .

Pada tahun 2005 cakupan pelayanan kebersihan 82,25 % dan sisanya

masih dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan cara dibakar atau

ada yang membuang kesungai atau parit

5. Transportasi darat dalam Kota Pontianak berupa angkutan umum dan

taxi, sedangkan angkutan umum ada 8 trayek untuk angkutan umum

( oplet ) dan bus kota ada 2 trayek, prasarana penunjang angkutan

darat berupa terminal ada 9 buah dan yang memberikan layanan

kendaraan terbanyak adalah : Terminal Batu Layang dan Terminal

RSU Sudarso. Sedangkan terminal yang paling sedikit melayani

kendaraan adalah : Terminal Pal Lima. Banyaknya layanan angkutan

umum tergantung dari posisi terminal apakah melayani angkutan

antar kota dalam provinsi atau tidak.

Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama milik pribadi jumlahnya

cepat antara bertambah 12 % s/d 14 % dibanding pertumbuhan jalan

yang hanya 2 % dan kondisi ini menyebabkan kemacetan. Kinerja

jalan di pusat kota mendekati 1 yaitu diatas 0,75 maka kinerja ini

memberikan tanda sering terjadi kemacetan.il barang dan hanya bus

yang mengalami penurunan.

Jumlah pertambahan kendaraan yang terbesar adalah sepeda motor,

kedua mobil penumpang, ketiga mob

Angkutan laut dilayani melalui Pelabuhan Pontianak /Dwikora dengan

kelas nasional dalam melayani penumpang dengan data embarkasi

tahun 2004, 2005 sbb : 53.125 dan 67.449 orang sedangkan debarkasi

tahun 2004, 2005 sbb : 76.323 dan 49.585 orang.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 18

Arus barang dalam negeri lebih banyak bongkar dibanding muat yaitu

pada tahun 2005 bongkar 1.807.391,7 ton sedangkan muat 655.810,3

ton. Untuk arus barang luar negeri tahun 2005 dengan data bongkar

162,233,1 ton dan muat 537.975,5 ton.

Pelabuhan kearah pedalaman yang level provinsi terbanyak dilayani

oleh : Pelabuhan Nipah Kuning dan Pelabuhan Senghie untuk menuju

ke hulu dari Sungai Kapuas .

Bandar udara merupakan prasarana mobilisasi orang dan dan barang

yang cepat dengan biaya yang kompetitif dan bermanfaat untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, walaupun secara administratif

bukan di Kota Pontianak namun yang memperoleh manfaat terbesar

adalah Kota Pontianak.

Transportasi darat ke bandar udara hanya berupa taxi dan belum ada

angkutan umum yang bersifat masal atau transportasi umum lain

agar masyarakat punya pilihan.

6. Daya listrik kota Pontianak terjadi kesenjangan pasokan daya dengan

kebutuhan dunia usaha, rumah tangga dan industri, sehingga upaya

untuk mengatasi dengan mati bergiliran dan lomba hemat listrik.

Kapasitas rata-rata terpasang tahun 2003, 2004 & 2005 di wilayah V

sector kapuas sebesar 148.580 kw, 163.900 kw dan 163.900 kw,

kondisi ini dengan data tahun 2003 jumlah pelanggan 141.520 dan

tahun 2004 & 2005 sama yaitu : 147.459 pelangaan dengan penjualan

juga seiring dengan jumlah pelanggan.

Listrik yang diprodukti dijual sesuai kelompok pelanggan terbesar

adalah rumah tangga 16.934 kw, kedua kelompok usaha 9.935 kw,

ketiga publik & umum 3.844 kw dan terakhir industri 2.937 kw

2.1.4. Politik, Hukum dan Kamtib

1. Secara makro kondisi umum politik di Kota Pontianak cukup kondusif,

indikatornya dapat dilihat dari tingginya partisipasi masyarakat

menggunakan hak pilih dalam pemilu dan Pilkada. Sisi positif

tersebut, ternyata belum diimbangi dengan kelembagaan dan

kedewasaan para elit politik, mengingat dalam suksesi dan kompetisi

antar partai politik belum dilakukan secara sehat, masih sering

mempergunakan cara dan strategi yang dapat menimbulkan konflik,

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 19

seperti politisasi identitas etnik dan agama, pemaksaan kehendak

atas nama kepentingan kelompok.

2. Adanya perkembangan jumlah media cetak (koran, tabloid) dan TV

daerah serta peran media massa telah berjalan dengan baik, karena

berita yang merupakan output dari perusahaan media telah

disampaikan secara seimbang dan telah dapat memberikan informasi

yang tepat dan akurat kepada warga masyarakat serta dapat

dipergunaan sebagai media kontrol untuk mendorong kebijakan

pemerintah daerah yang lebih populis.

3. Iklim demokrasi yang berkembang pada saat ini juga mendorong

tumbuhnya organisasi kemasyarakatan baru, yayasan, perkumpulan

warga, dan termasuk organisasi non-pemerintah (Ornop-NGO),

sehingga aspirasi warga untuk berperan serta dalam jalannya

pemerintahan dapat lebih terakomodasi.

4. Kebijakan yang terkait dengan resolusi konflik seperti upaya untuk

membina perdamaian dalam jangka panjang (peace building) masih

perlu ditingkatkan, melalui mekanisme kerjasama antara eksekutif,

legilstif dan utamanya ORNOP.

5. Meskipun penyelenggaraan pembangunan hukum di Kota Pontianak

diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan; melalui perwujudan kepastian untuk tumbuh-

kembangnya dunia usaha dan industri, tanpa mengurangi fungsi

hukum sebagai pengatur/pedoman kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Namun realitasnya secara umum masih

belum optimal.

7. Belum optimalnya pembangunan hukum disebabkan karena belum

sinerginya antara aspek substansi, struktur dan kultur hukum.

Dalam substansi hukum, pembaruan materi hukum daerah idealnya

tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan

pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian

dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hak asasi

manusia (HAM), serta meningkatnya kesadaran hukum, serta

pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban

dan kesejahteraan. Sedangkan dari sisi struktur hukum idealnya

dilakukan percepatan reformasi birokrasi untuk meningkatkan

profesionalisme aparatur dan untuk mewujudkan tata pemerintahan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 20

yang baik, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di

bidang-bidang lain. Sedangkan dari budaya hukum masih belum

optimalnya perwujudan nilai yang berkesesuaian dan yang dapat

mendukung efektivitas bekerjanya hukum dan kesadaran hukum

masyarakat secara memadai.

8. Secara kelembagaan pendayagunaan program legislasi daerah dan

peran Panitia Ran HAM belum dioptimalkan dalam penyusunan

produk hukum daerah, akibatnya beberapa produk hukum daerah

menjadi kurang responsif dan akomodatif dengan kebutuhan

pembangunan.

9. Upaya menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta

penanggulangan kriminalitas telah memberikan kontribusi positif

yang memungkinkan aktivitas pemerintah, swasta dan masyarakat

menjadi lebih lancar. Di sisi lain memang masih ditemukan gangguan

terhadap rasa aman seperti penodongan, perampokan, pencurian,

penjambretan dan tindak kriminal lainnya dan masih kurangnya

kesadaran masyarakat berpartisipasi dalam menciptakan keamanan,

terbatasnya peralatan dalam pelaksanaan tugas, aparat yang masih

kurang dan belum ada tindak lanjut dari instansi terkait terhadap

berbagai temuan.

10.Kondisi aman dan tertib dalam masyarakat terkesan hanya menjadi

tugas Polisi. Semua orang mengharapkan rasa aman dan tertib, tetapi

mereka belum atau tidak berpartisipasi dalam menciptakan kemanan

dan ketertiban. Kesadaran partisipasi masyarakat dalam di bidang

keamanan dan ketertiban masih rendah. Begitupula koordinasi

pengelolaan lingkungan sosial yang terkait dengan pengungsi internal

korban kerusuhan dan dampak ditutupnya industri perkayuan

cenderung menyebabkan meningkatnya penduduk yang bermigrasi ke

kota Pontianak masih perlu ditingkatkan

11.Perhatian pemerintah terus meningkat dari waktu ke waktu dalam

upaya meminimalkan tingkat kriminalitas melalui kerjasama antara

pemerintah kota, Poltabes Pontianak dan dukungan masyarakat. Hal

ini dilakukan karena masalah kriminalitas dapat memberikan

gambaran tingkat keamaman dan ketertiban masyarakat atau menjadi

indikator utama untuk menilai tingkat ketahanan sosial. Namun

demikian ada beberapa jenis kriminalitas yang menonjol di Kota

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 21

Pontianak dan beberapa kecamatan di sekitar Kota Pontianak yang

perlu mendapat perhatian lebih serius yaitu Curanmor, Curat, Curas,

Penganiayaan berat, kebakaran/ pembakaran, perkosanaan/

pencabulan dan narkotika. Tren tentang tingkat kriminalitas dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kasus kriminalitas tahun

2002 yang dilaporkan masyarakat sebanyak 3.031 dan tahun 2003

sebanyak 3.501. Tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 15,51%

dan tahun 2005 menjadi 5.523 kasus.

2.1.5. Pemerintahan

1. Peningkatan kemampuan aparatur daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang sesuai prinsip tata kelola pemerintahan yang baik

dirasakan masih belum optimal. Penataan kelembagaan yang

beroreintasi pada pelayanan prima perlu ditingkatkan termasuk

didalamnya transparansi pelayanan yang adaptif terhadap

perubahan dan tuntutan masyarakat. Pada level Kecamatan dan

Kelurahan pelaksanaan pelayanan publik yang cepat, tepat dan

murah dirasakan masih belum optimal.

2. Organisasi pemerintah dalam pengembangan otonomi daerah masih

dihadapkan pada sistem perencanaan apartur yang belum sesuai

dengan struktur dan perangkat kelembagaan daerah serta masih

belum optimalnya dukungan budaya kerja.

3. Desentralisasi kewenangan ke wilayah kecamatan dan kelurahan

masih perlu ditingkatkan dalam rangka memangkas rentang kendali

pelayanan yang panjang dan tidak efesien. Mengingat selama ini

kewenangan lebih terkonsentrasi pada upaya penguatan kewenangan

dan kelembagaan kota, sementara sementara camat dan lurah belum

mendapat perhatian yang proporsional. Disisi lain dalam rangka

peningkatan pemerataan kegiatan di wilayah Kecamatan dan

Kelurahan diperlukan kesiapan seluruh aspek manajemen dari

tingkat kota, kecamatan dan kelurahan sesuai dengan

kewenangannya.

4. Otonomi daerah membawa dampak pada penyelengaraan Peme-

rintahan Kota Pontianak yang semakin kompleks. Belum optimalnya

koordinasi yang dinamis dan sinergitas antar instansi dapat menjadi

kendala dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 22

5. Peran pemerintah masih dominan dalam berbagai hal mulai sebagai pe-

ran regulator, stimulator dan fasilitator sampai peran investor. Peran

investor dari pemerintah tidak mungkin hilang terhadap bidang-bidang

yang tidak mampu diperankan oleh swasta dan masyarakat seperti

pembangunan jalan utama, drainase dan sarana public lainnya.

Pada saat ini kondisi yang serba berharap kepada peran dan

angggaran pemerintah mulai dikurangi dengan diberdayakan swata

dan masyarakat untuk berpartisipasi ikut berperan mencapai visi

daerah . Sehingga secara bertahap terwujudnya masyarakat yang

berdaya dan lebih berperan ( masyarakat madani ).

6. Kemampuan keuangan daerah yang terbatas mengharuskan setiap

perencanaan pembangunan berdasarkan atas skala prioritas.

Sementara ini dalam mengukur kinerja keuangan daerah masih

belum mendasarkan pada uraian kriteria jelas. Dalam hal mengukur

kinerja pembiayaan yang baik dan meningkat sebenarnya diarahkan

untuk menekan belanja aparatur dan meningkatkan belanja modal.

2.1.6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Tata ruang dan lingkungan hidup punya peran penting terkait dalam

upaya pencapaian visi – misi yang telah dirumuskan dalam RPJP ini .

1. Perencanaan tata ruang kota sudah ada perda tentang RTRW , namun

belum ada dokumen perencanaan yang lebih detail dan rinci untuk

lebih optimal dalam pemanfaatan dan pengendalian.

Kebutuhan data bangunan secara digital belum lengkap dan menjadi

salah satu penyebab memprediksi pertumbuhan kota dari tahun ke

tahun serta mempersulit prediksi thema lain yang terkait tata ruang.

Perencanaan tata ruang yang baik harus mampu mengantisipasi

kecenderungan pertumbuhan yang akan terjadi, memperhatikan daya

dukung lingkungan agar memperhatikan standard kenikmatan

lingkungan dan wilayah.

Perencanan tata ruang belum optimal dalam perencanaan karena

selama ini perlu ada aturan RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan ) sebagai guidance dalam memohon IMB.

Perencanaan tata ruang pada kawasan tepian sungai ( water front )

yang merupakan sebagian dari Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Kapuas

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 23

dan Landak belum terencana secara khusus, kondisi ini menyebabkan

tepian sungai merupakan bagian belakang yang tidak harus ditata

indah dan bahkan menjadi daerah buangan.

2. Pemanfaatan ruang penataan wilayah akibat dari pertumbuhan tata

ruang terjadi ketidak seimbang maka muncul masalah kesenjangan

pertumbuhan yaitu kecamatan Pontianak Utara dan Timur dengan

kecamatan di sisi selatan S. Kapuas.

Pemanfaatan lahan untuk ruang terbuka hijau sampai saat ini masih

lebih dari 30 % dan tidak tersebar merata ( masing berada ditepian

batas kota ), namun dalam perencanan alokasi peraturan tata ruang

belum mencapai 30 % seperti yang diamanatkan dalam undan-undang

tata ruang.

Pengendalian tata ruang sering mengalami perubahan fungsi ruang

dan kemampuan untuk menjaga konsistensi dari waktu ke waktu,

indikator ini ditandai dengan sering berubahnya fungsi ruang.

Beberapa kali terjadi pelanggaran tata ruang baik oleh pemerintah

atau oleh pihak swasta dalam mendapatkan keuntungan sesaat

berupa pelanggaran garis sempadan jalan dan parit atau sungai .

Pengendalian tata ruang ruang sering terjadi konflik yang disebabkan

kondisi bangunan telah berdiri tanpa izin atau ada izin tetapi

melanggar, hal ini diharapkan pengendalian lebih bersifat preventif

dan sosialisasi yang kurang.

3. Lingkungan hidup bila dikelompokan terdiri dari : air, udara dan tanah,

sedangkan lingkungan hidup yang punya pengaruh cukup besar ada-

lah air permukaan yang dari S. Kapuas dan S. Landak. Air tanah rela-

tif kecil pengaruhnya karena nya tidak memenuhi syarat untuk

dikonsumsi dan hanya sebagian kecil masyarakat memanfaatkan

untuk mencuci.

Sumber daya air permukaan yang mampu digunakan sebagai air baku

untuk air bersih dan air minum hanya dari Sungai Kapuas atau

Sungai Landak, oleh sebab itu dibutuhkan upaya menjaga untuk

menjaga volume dan kualitasnya.

Penurunan air permukaan akibatnya tercemar berasal dari banyaknya

aktifitas rumah sakit, industri karet dan pasar.

Uji kantor lingkungan hidup secara terus menerus menunjukan kecen-

derungan / trend yang makin tercemar terutama pada muara parit .

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 24

Kualitas air pada muara parit yang diuji secara acak dan data

lingkungan yang melebihi ambang batas mutu lingkungan yaitu besi

(Fe), BOD, COD, Senyawa Fenol dan Amonia ( NH4), Residu

tersuspensi ( TSS)

Publikasi data lingkungan belum menjadi kebiasaan diexpose untuk

diketahui publik bagi kota yang berwawasan lingkungan.

4. Kualitas mutu udara dinyatakan dengan satuan ISPU = Index Stan-

dard Pencemaran Udara, satuan internasional yang dibuat dengan

perhitungan tabel. Sedangkan satuan pengukurannya adalah

microgram/ m3 dari alat pemantau kualitas udara .

Data kualitas udara dalam kondisi 3 tahun terakhir adalah :

1. Tahun 2006 selama 3 bulan ISPU berbahaya & sangat tidak sehat.

2. Tahun 2005 selama 2 bulan ISPU berbahaya & sangat tidak sehat.

3. Tahun 2004 selama 4 bulan ISPU berbahaya & tidak sehat.

Hasil uji analisa mutu udara ambient Kota Pontianak yang diukur

adalah: Sulfur Dioksida, Carbon Monoksida, Nitrogen Dioksida,

Oksidan, Partikel dibawah 10 mm, Debu, Timah Hitam, Total

Fluorides, Klorin & Klorin Dioksida serta Kebisingan.

Emisi gas buang kendaraan bemotor yang mesinnnya sudah tua dan

jenis mesin 2 tak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas udara sbb : CO, NO2, SO dan HC.

Data alat ukur udara saat ini jumlahnya terbatas dan sangat tidak

memadai dipakai sebagai referensi .

2.2. TANTANGAN

Tantangan masyarakat maupun investor terhadap pembangunan masa

mendatang apabila Kota Pontianak tidak ingin tertinggal dengan ibukota provinsi

di Kalimantan yang lain harus mampu merespon tantangan dan tuntutan

dimasa yang akan datang.

2.2.1. Sosial Budaya

1. Untuk 20 tahun kedepan ada beberapa tantangan di bidang pendi-

dikan antara lain belum meratanya pendidikan, dukungan biaya

pendidikan yang belum mencapai 20 persen, biaya pendidikan yang

mahal, IPM yang masih rendah, sekolah masih terkendala dengan

masalah buku siswa, yang terkait kurikulum dan pelatihan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 25

kurikulum, dukungan fasilitas perpustaan yang minim, dukungan

buku untuk guru belum optimal dan masih kurangnya pelatihan

untuk ketrampilan mengajar, serta dukungan media pembelajaran

ysng masih kurang, kelayakan guru dalam mengajar yang perlu

ditingkatkan, lulusan SMK yang belum beragam dan belum sesuai

dengan pasaran kerja, muatan lokal untuk memperkuat bidang lain

yang masih kurang, proses pembelajaran yang belum efektif, sehingga

banyak peserta didik yang harus mengikuti les tambahan di luar,

dukungan prasarana dan sarana pendidikan masih kurang memadai,

perlu diusahakan pendidikan gratis secara bertahap serta perlu ditum-

buhkannya tekat dan semangat multi pihak dalam mendukung wajib

belajar 12 tahun, sehingga warga mampu dan siap hidup di kota yang

penuh dengan persaingan untuk mendapatkan akses sumberdaya

2. Pelayanan kesehatan yang mudah, murah, bermutu, tidak diskriminatif

dan lancar menjadi dambaan setiap warga kota dan harus diwujud-

kan. Warga yang sehat akan meningkat produktivitasnya dan mampu

mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain itu, di bidang kesehatan juga

menghadapi permasalahan yang terdiri dari dukungan biaya

kesehatan dari APBD yang masih sangat kurang, biaya kesehatan

terutama untuk obat dan dokter yang masih mahal, Index kesehatan

masih rendah atau usia harapan hidup baru tercapai 65,8 tahun,

harapan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24 jam belum

optimal, dukungan sarana dalam wujud tempat tindur di rumah sakit

dan Puskesmas masih sangat sedikit, penyakit enpidemi demam

berdarah dan diare yang menimbulkan kematian tinggi serta

kekurangan dokter spesialis, sekaligus harus diupayakan untuk

menggratiskan biaya kesehatan secara bertahap, dengan prioritas

keluarga kurang mampu tercapai 100 persen.

3. Persoalan utama untuk 20 tahun ke depan di bidang budaya antara

lain, masih kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya

patuh pada hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang negatif

dan penggalian budaya daerah yang potensial masih belum optimal,

pembinaan dan dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat terha-

dap insan pengembang dan pelestari budaya yang masih kurang.

Selain itu, derasnya arus globalisasi menjadi tantangan di bidang

budaya untuk dapat mempertahankan jati diri bangsa sekaligus me-

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 26

manfaatkannya untuk pengembangan toleransi terhadap keragaman

budaya dan peningkatan daya saing, peningkatan pembinaan generasi

muda di bidang budaya dan olah raga dalam rangka menumbuhkan

nasionalisme, wawasan kebangsaan dan sekaligus sebagai upaya

meminimalkan pengaruh narkoba.

4. Peningkatan dan kemajuan dalam pemberdayaan perempuan, anak

dan warga masyarakat baru dinikmati oleh kalangan yang terbatas,

perjuangan terhadap hak-hak perempuan masih menghadapi banyak

kendala, masih dijumpai kekerasan terhadap perempuan dan anak

dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga kerja perempuan yang

masih minim, perlindungan terhadap perempuan lanjut usia dan

penyandang cacat perlu terus ditingkatkan, peningkatan hidup

meraka, diberikan akses yang lebih luas dalam berbagai bidang

kehidupan seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum

dan HAM, politik, lingkungan, dan sosial budaya. Di samping itu,

pemerintah harus terus berupaya mendorong swasta dan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

5. Pontianak dalam 20 tahun mendatang akan menghadapi tekanan

jumlah penduduk yang makin besar dan diperkirakan mendekati

angka 1 juta jiwa. Hal ini menjadi indikasi kuat bahwa pemerintah,

swasta dan masyarakat untuk tetap dan secara konsisten melaksana-

kan program pengendalian angka kelahiran. Kegagalan dalam hal ini

akan menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan

kekumuhan kota. Di sisi lain, penyebaran penduduk antar kecamatan

yang kurang merata. Permasalahan tersebut akan semakin komplek

karena kota Pontianak selalu menjadi tujuan penduduk pendatang,

baik mereka yang berasal dari luar Pontianak maupun luar

Kalimantan Barat.

6. Bidang sosial yang terkait dengan masalah kemiskinan dan Penya-

ndang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) memiliki tantangan

tersendiri. Tantangan dalam penanggulangan kemiskinan melalui

berbagai kebijakan belum menampakkan hasil yang optimal, kebijakan

yang dibuat seringkali tidak berkelanjutan, waktu pelaksanaan tidak

sesuai dengan lama yang diprogramkan, kurang tersedia dana

pendampingan setelah proyek berakhir, penanggulangan masalah

kemiskinan terkesan kuat hanya menjadi tugas pemerintah dan data

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 27

tentang kemiskinan yang ada masih kurang akurat. Untuk PMKS,

perhatian pemerintah dalam menanggulangi PMKS selama ini memang

belum mendapat dukungan swasta dan masyarakat. Hal ini menjadi

salah satu penyebab utama PMKS tetap menjadi persoalan kota.

PMKS harus diupayakan menjadi masalah bersama warga kota mulai

dari penanggulangan fakir miskin, balita, anak dan usia lanjut terlatar,

gelandangan, pengemis, anak jalanan, korban penyalah penggunaan

NAFZA atau pecandu narkotik serta obat-obat terlarang, PSK dan

orang gila, korban HIV/AID, dukungan prasarana anak dan usia lanjut

terlantar masih kurang serta pendataan PMKS yang belum akurat.

2.2.2. Ekonomi Daerah

Mencermati kondisi ekonomi Kota Pontianak saat ini, terdapat beberapa

tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan ekonomi Kota

Pontianak untuk 20 tahun mendatang adalah:

1. Percepatan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai

dengan peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi harus

mampu menurunkan tingkat kemiskinan, memperluas lapangan kerja

dan pemerataan pendapatan. Terdapat beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian yang serius yaitu: Pertumbuhan ekonomi kota

Pontianak saat ini masih rendah jika dibandingkan pada skala

Nasional dan relatif kurang stabil. Sumber daya alam dimiliki sangat

minim sehingga dapat menghambat aktivitas ekonomi. Tingkat inflasi

yang tinggi akan mempengaruhi daya beli masyarakat yang pada

akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan.

2. Tantangan Utama dari segi penanaman adalah bagaimana

meningkatkan investasi baik, itu investasi pemerintah maupun

investasi swasta sehingga daya dorong utama dari pertumbuhan

ekonomi Kota Pontianak adalah investasi. Kondala yang dihadapi

sehubungan dengan penanaman modal di Kota Pontianak adalah:

a. masih rendahnya investasi di Kota Pontianak bila dibandingkan

dengan beberapa kabupaten lain di Kalbar.

b. Daya dorong kegiatan investasi dan belanja pemerintah yang masih

rendah

3. Tantangan dari pembangunan sektor industri adalah bagaimana

meningkatkan kinerja sector ini, sehingga memberikan peran yang

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 28

signifikan dalam perekonomian kota Pontianak untuk 20 tahun ke

depan. Kondisi obyektif yang ada dewasa ini adalah:

a. Belum berkembangnya industry kecil dan menengah yang

berorientasi pasar, sehingga belum memiliki produk unggulan yang

berdaya saing baik di tingkat nasional maupun internasional .

b. Kemampuan untuk memanfaatkan peluang pasar dan kemampuan

dalam menghasilkan produk yang mempunyai daya saing

(kompetitif dan komparatif) masih lemah

c. Peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kota

Pontianak masih rendah.

4. Tantangan pembangunan pada perdagangan dan jasa-jasa adalah

bagaimana mempertahankan peran sektor ini, sehingga bisa menjadi

leading sector dalam perekonomian Kota Pontianak untuk 20 tahun ke

depan sesuai dengan potensi dan karakter yang dimiliki.

Pembangunan ekonomi tidak dapat semata-mata bersandar pada

kekuatan dari luar, akan tetapi harus dimulai dengan kekuatan dari

dalam atau atas kemampuan diri sendiri. Membangun ekonomi daerah

berarti mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dipunyai

secara efisien dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri.

Sementara saat sekarang perkembangan sektor ini:

a. Masih sangat tergantung pada sumber daya dari daerah lain

b. Rendahnya daya saing dalam menghadapi perdagangan bebas.

Perdagangan bebas tersebut merupakan arena persaingan

ekonomi/pasar antara berbagai macam produk baik yang

dihasilkan di dalam negeri maupun dari luar negeri.

c. Disamping itu kemampuan untuk memanfaatkan pasar dan

kemampuan dalam menghasilkan produk yang mempunyai daya

saing (kompetitif dan komparatif) masih lemah.

d. Peran sub-sektor perdagangan kecil dan eceran yang berbasis UKM

masih rendah. Kemampuan untuk membangun sektor perdagangan

termasuk juga sub sektor perdagangan kecil dan eceran yang

berbasis UKM akan meningkatkan pendapatan golongan ekonomi

menengah kebawah dan menciptakan lapangan kerja .

e. fasilitas pendukung yang masih rendah untuk mendorong aktivitas

ekonomi. Dengan demikian dituntut kemampuan membangun

fasilitas pendukung seperti fasilitas angkutan, komunikasi, per-

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 29

bankan, asuransi, dll. Kurangnya perhatian terhadap perkem-

bangan fasilitas tersebut berakibat menghambat aktivitas ekonomi.

f. jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga yang masih belum terlihat

perannya dalam perekonomian Kota Pontianak.

5. Masalah ketenagakerjaan, merupakan masalah yang sangat serius

dalam pembangunan Kota Pontianak 20 tahun ke depan. Beberapa hal

yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan ketenagakerjaan:

a. Tingginya arus urbansasi, sehingga menimbulkan kemacetan lalu

lintas dan dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi

b. Jumlah tenaga ahli masih sangat terbatas, sehingga berpengaruh

terhadap pro-duktivitas sektoral.

c. Tingkat pengangguran yang masih relative tinggi dibandingkan

dengan daerah lain di Kalimantan Barat

d. Globalisasi ekonomi akan menimbulkan masalah peraingan tenaga

kerja. Tenaga kerja dari luar akan menggeser tenaga yang ada di

daerah ini, manakala tidak dibarengi dengan upaya untuk

meningkat keahlian dan ketrampilan pekerjanya.

6. Tantangan pembangunan Kota Pontianak berkaitan dengan

pengembangan Koperasi dan UKM adalah:

a. Peran Koperasi dan UKM dalam perekonomian Kota Pontianak

masih rendah.

b. Perkembangan koperasi masih sangat tergantung pada fasilitas dari

pemerintah.

c. Belum terjalin kemitraan antara pengusaha besar, Koperasi dan

UKM

d. Masih lemahnya urgensi pendidikan dan latihan dalam

mengembangkan usaha Koperasi dan UKM.

e. Daya dukung lahan untuk tempat tinggal yang semakin rendah

seiring dengan pembangunan pusat kegiatan ekonomi dan

perkembangan jumlah penduduk.

2.2.3. Sarana dan Prasarana

1. Tantangan pengembangan jalan berupa peningkatan kualitas, menam-

bah ruas jalan baru dan melebarkan jalan sesuai dengan ketentuan

fungsi jalan dalam peraturan perundang-undangan. Tantangan di era

global Kota Pontianak yang dapat dilalui kendaraan dari Negara

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 30

Malaysia dan Brunai menuntut kondisi jalan harus mem-pu

memberikan pelayanan kendaraan asing juga terhadap rasio jumlah

penduduk, luas wilayah agar tidak terjadi kemacetan dan upaya

menciptakan kenikmatan berkendaraan .

Pertumbuhan ruas jalan dan peningkatan konstruksi jalan supaya

lebih tahan lebih lama menjadi masalah yang harus mampu

diselesaikan untuk masa yang akan datang.

Jalan Kota Pontianak harus mampu distandardkan lebarnya sesuai

aturan perundang-undangan dan masalah ini yang paling memerlukan

biaya relatif mahal.

Pelayanan jalan harus mampu ditingkatkan, baik terhadap rasio jum-

lah penduduk dan rasio terhadap luas wilayah, kondisi yang terjadi

masih dibawah standard sehingga perlu penambahan ruas jalan.

Berdasarkan prediksi 20 tahun mendatang pertumbuhan jalan tidak

mampu mengimbangi petumbuhan kendaraan, jumlah penduduk dan

cakupan wilayah karena pembiayaan ini yang terbesar dari APBD.

Tantangan ini diharapkan bisa terjawab melalui keterlibatan swasta

untuk membangun dan mengelola jalan.

2. Air bersih merupakan tuntutan mutlak dalam kebutuhan rumah

tangga dan industri sehingga memenuhi hak masyarakat terhadap air

bersih belum optimal terpenuhi.

Prediksi layanan air bersih 20 tahun mendatang tidak mampu meng-

imbangi pertumbuhan keluarga dan industri, oleh karena itu perlu ada

operator lain sebagai kompetitor dalam kuantitas dan layanan

Tantangan terhadap kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota

Pontianak termasuk keluarga miskin .

Prediksi kebutuhan air bersih untuk keluarga miskin diharapkan ada

subsidi dari pemerintah yang diarahkan pada hidran umum.

Kebutuhan air baku semakin terbatas baik dari dan kuantitas dan

prediksi jangka panjang diharapkan adanya program pemerintah pusat

untuk memenuhi kebutuhan air baku ini .

3. Drainase harus mampu menjaga Kota Pontianak agar tidak banjir dan

genangan, maka akibat genangan dan banjir maka konstruksi jalan

cepat rusak, perekonomian terhenti dan produktifitas menurun .

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 31

Tantangan drainase ini diarahkan untuk memelihara dan mening-

katkan jumlah dan lebar saluran serta upaya mengantisipasi dampak

pembangunan yang justru lebih banyak menutup permukaan tanah.

Prediksi sepuluh tahun mendatang bisa banjir ketika pasang dan

hujan, diharapkan keterlibatan pemerintah membangun jaringan

tersier yang banyak dan lebih rapat jaraknya.

Penyebab banjir juga akibat pertumbuhan bangunan yang menutup

muka tanah sehingga daerah resapan air berkurang.

4. Perumahan-permukiman harus mampu menjawab 2 tantangan, yaitu :

Kota Pontianak berkembang tanpa perkim kumuh dan semua warga

memiliki rumah yang memenui kriteria sehat .

Sarana dan prasarana perkim terdiri dari sanitasi, jalan lingkungan,

tempat pembuatan sampah dan air bersih. Prediksi 20 tahun yang

akan datang perkim kumuh akan tumbuh walaupun saat ini sudah

ada program untuk mengurangi tetapi tetap akan tumbuh lagi di

kawasan lain.

5. Transportasi darat Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi harus

mampu memberikan sarana mobilisasi orang dan barang yang

memenuhi standard kelayakan, nyaman dan manusiawi.

Prediksi transpotasi umum mendatang semakin beragam dan kendali

pemerintah pada angkutan umum semakin sulit serta berdampak

pada ketidaknikmatan masyarakat pengguna jasa angkutan umum.

Oleh sebab itu perlu ada antisipasi yang lebih awal dan dirancang agar

antar moda transportasi darat, udara dan laut serta sungai ke

pedalaman saling bertemu.

Transportasi umum ke bandar udara perlu angkutan lain selain taxi

dan diharapkan banyak pilihan serta transportasi penghubung antara

Nipah Kuning ke Batu Layang agar pertumbuhan wilayah makin lebih

cepat untuk mengatasi kesenjangan.

6. Sumber daya listrik mendapat tantangan meningkatkan dan kuantitas

daya listrik agar dapat mengimbangi pertumbuhan industri,

perdagangan dan rumah tangga .

Tuntutan masyarakat terhadap tegangan listrik yang sesuai dan stabil

agar tidak mempengaruhi standard produksi.

Prediksi kelistrikan dalam 20 tahun mendatang tuntutan terhadap

lebih utama dibanding kuantitas .

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 32

2.2.4. Politik, Hukum dan Kamtib

1. Tantangan terberat dalam kurun waktu 20 tahun. mendatang dalam

pembangunan politik adalah pelembagaan dan penerapan nilai-nilai

demokrasi dan toleransi, karena masih kuatnya politisasi

primordialisme. Disisi lain belum kuatnya masyarakat sipil, baik dari

segi ekonomi maupun pendidikan yang akan berpengaruh terhadap

kapasitasnya dalam merespon dan memahami dinamika pasar global

dan pasar dalam negeri, mengingat kota Potianak relatif mudah

melakukan akses ke luar negeri. Tantangan lain mendorong

terbangunnya partai politik yang mandiri dan memiliki kapasitas

untuk melaksanakan pendidikan politik rakyat, menyalurkan aspirasi

politik rakyat dan menyeleksi pimpinan politik di daerah yang akan

mengelola penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tantangan lainnya

menempatkan peranan pers sebagai salah satu pilar

perkembangan demokrasi di daerah dan mengatasi berbagai

dampak negatif perkembangan industri pers yang cenderung

kurang berpihak pada kepentingan masyarakat luas.

2. Tantangan ke depan di dalam pembangunan hukum adalah

mewujudkan sistem hukum yang menjamin tegaknya

supremasi hukum dan HAM berdasarkan keadilan dan

kebenaran. Tantangan selanjutnya adalah melakukan

harmonisasi terhadap semua produk hukum daerah, agar

responsif dengan visi kota Pontianak dan mencegah materi

hukum daerah yang menghambat visi Kota Pontianak. Disisi

lain melakukan upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat

dan peningkatan profesional aparatur pemerintah kota yang terkait

dengan penegakan hukum. Tantangan lainnya adalah mendorong

partisipasi masyarakat, Panitia Ran HAM dan Panitia Legislasi dalam

proses lahirnya produk hukum daerah dan termasuk didalamnya

melakukan pengawasan terhadap birokrasi dalam rangka mewujudkan

tata pemerintahan yang baik.

3. Semua warga kota mendambakan jaminan rasa aman, termasuk

para investor. Dengan adanya jaminan rasa aman maka aktivitas

warga, investor, aparatur pemerintah dan siapapun yang datang

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 33

ke kota Pontianak akan merasa terlindungai dan tidak takut

keluar malam, takut kehilangan sepeda motor sewaktu parkir

dan rasa takut lainnya. Hal ini bermakna bahwa semua pihak

tidak bisa hanya berpikir dan berharap jaminan rasa aman

hanya tugas polisi. Semua pihak harus menyadari bahwa

jaminan keamanan hanya dapat diwujudkan apabila semua

pihak bekerjasama dan berupaya mewujudkannya. Setiap

lingkungan harus mengaktifkan sistem keamanan lingkungan

(Siskamling) tanpa kecuali dan saling bekerjasama tanpa harus

menunggu pemerintah.

Kondisi tertib atau tidak melakukan berbagai pelanggaran dalam

masyarakat seperti tidak melanggar aturan berlalu lintas dan patuh

aturan atau hukum masih menghadapi kendala yang sangat besar dan

sekaligus menjadi tantangan. Pertama masih banyak pelanggaran

aturan dan kedua masih sulit penegakan aturan kepada si pelanggar.

Hal ini menjadi tugas bersama petugas dan masyarakat.

Penyakit kota yang selalu memerlukan perhatian pemerintah secara

terus menerus bersama Poltabes dan masyarakat kota Pontianak

adalah mengatasi masalah kriminalitas. Keberhasilan dalam mengatasi

persoalan ini akan mendorong keberhasilan pemerintah, swasta dan

masyarakat melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi

kebutuhannya. Sebaliknya, tingkat kriminalitas yang makin meningkat

menjadi penyebab utama keengganan investor dan dunia usaha

memperbesar usaha karena mereka merasa tidak terjamin rasa aman

usahanya dan akhirnya, kesempatan kerja sangat terbatas dan

pengangguran terus meningkat dan menjadi penyebab serius

peningkatan kriminalitas seperti Curanmor, Curat, Curas,

Penganiayaan berat, kebakaran/ pembakaran, perkosanaan/

pencabulan dan narkotika. Ada dua pendekatan dalam meminimalkan

tingkat kriminalitas yaitu pendekatan keamanan dan pendekatan

kesejahteraan yang harus tepat penggunaannya.

2.2.5. Pemerintahan

1. Dalam membangun kapasitas kelembagaan, maka tantangan yang

dihadapi adalah pada penataan struktur organisasi dengan prinsip

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 34

rasional dan realistisk yang beroreintasi pada optimalisasi pelayanan

pada masyarakat dan peningkatan kemampuan aparatur dalam

merespons dinamika perubahan tuntutan masyarakat. Tantangan

berikutnya mengupaya tunjangan/insentif yang memadai terutama

kepada aparatur yang terkait langsung dengan pelaksanaan

pelayanan kepada masyarakat

2. Tantangan lainnya, dalam konteks kecenderungan liberalsasi ekonomi

kedepan sesuai dengan visi kota, maka diperlukan SDM yang dapat

menjembati antara pemerintah dan pasar (enterpreneursif) yang

sensitif dan responsif terhadap peluang dan tatangan baru dari pasar

melalui dukungan sarana berbasis teknologi modern.

3. Peran pemerintah kedepan lebih pada pengendalian dan fasilitasi

partisipasi masyarakat, sedangkan peran sebagai investor hanya pada

bidang-bidang yang tidak mampu diperankan oleh swasta dan

masyarakat.

4. Dalam bidangan regulasi dan kebijakan masih sering terjadi peru-

bahan aturan oleh pemerintah pusat, sehingga membingungkan

pemerintah daerah.

5. dalam bidang pengawasan tantangan utama yang sering dihadapi

adalah masih kurang berfungsinya secara signifikan pengawasan

fungsional, pengawasan melekat dan pengawasan masyarakat.

2.2.6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Tantangan yang dihadapi terhadap 20 tahun kedepan terhadap Kota

Pontianak bidang tata ruang dan lingkungan hidup cukup besar, yaitu :

1. Perencanan tata ruang yang mampu menumbuhkan wilayah agar lebih

merata dengan penyebaran fasilitas umum dan pelayanan sosial yang

relatif sama, sehingga pertumbuhan wilayah tidak terjadi kesenjangan

banyak hal cukup mencolok.

Tantangan lain terhadap sumber daya manusia bidang tata ruang

yang ada di pemda dan masyarakat profesional akan sangat

menentukan dokumen perencanan tata ruang dan implementasi dan

pengendaliannnya.

Tantangan terhadap amanat Undang-undang Nomor 26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang diantaranya penyediaaan ruang terbuka hijau

minimal 30 % dari lahan kota, kondisi yang ada tidak hanya

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 35

mengumpul ditepian kota sebagai pembatas hijau kota, namun perlu

menyebar sehingga mampu menekan penurunan kualitas udara .

Prediksi kedepan akan cukup SDM dari sisi dan kuantitas bidang tata

ruang, tetapi tentangan perencanaan juga akan semakin meningkat

dengan banyaknya ruang kota yang menuntut multi efisien, efektif dan

fungsi, sehingga tuntutan makin banyak rumah-toko, rumah-kantor

dan rumah multi guna.

2. Pengendalian pelaksanaan tata ruang harus secara konsisten sehingga

mampu menumbuh kembangkan wilayah Kota secara merata pemba-

ngunan dan merespon daya dukung lingkungan serta meningkatkan

kualitas lingkungan secara merata .

Tata ruang harus mampu menumbuh kembangkan fungsi ruang

secara tepat dengan pertimbangan daya dukung lingkungan.

lingkungan yang menjamin keberlanjuan daya dukung ling-kungan

dan menuju ke peningkatan lingkngan untuk perda-gangan dan jasa .

Tindak pengendalian tata ruang selama ini belum bersifat antisipatif

tetapi cenderung menjadi masalah ketika tata ruang dan bangunan

sudah terbangun baru ditertibkan.

Prediksi mendatang terhadap upaya pengendalian tata ruang semakin

sulit, rumit dan cepat. Oleh sebab itu dibutuhkan pengendalian tata

ruang yang bersifat pencegahan dan antisipatif terhadap segala ke-

mungkinan aturan tata ruang yang dilanggar.

3. Lingkungan hidup didominasi peran sumber daya air permukaan harus

mampu menjawab tantangan bahwa bahwa Kota Pontianak

memerlukan air baku yang tidak tercemar dan dapat diolah sebagai

bahan baku air bersih dan air minum.

Prediksi 20 tahun yang akan datang kebutuhan air baku dari air

pemukaan Sungai Kapuas makin terbatas pada saat kemarau serta

nya lebih tercemar karena kecenderungan data saat ini semakin

tercemar terutama dari muara parit-parit yang di Kapuas dan Landak,

walaupun kontribusi pencemaran bukan saja obyek yang berada di

wilayah Kota Pontianak .

Sumber daya air yang mampu digunakan sebagai air baku untuk air

bersih dan air minum hanya dari Sungai Kapuas atau Sungai Landak,

oleh sebab itu dibutuhkan upaya menjaga untuk menjaga volume dan

kualitasnya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 36

4. Pencemaran udara terbesar akibat kebakaran hutan dan yang menjadi

penyebab sebagian besar bukan di wilayah Kota Pontianak, untuk di

wilayah Kota Pontianak relativ kecil dalam aktifitas membakar lahan

dan sampah. Penurunan udara diakibatkan emisi gas buang kendara-

an bermotor yang sudah tua dan jenis mesin 2 tak .

Prediksi 20 tahun mendatang pencemaran udara semakin meningkat

akibat kendaraan, kurangnya penghijauan, bangunan dan lingkungan

yang mampu menahan pencemaran udara.

Tantangan ke depan harus mampu mengendalikan pencemaran udara

secara terus menerus sepanjang tahun.

2.3. MODAL DASAR

Modal dasar yang dimiliki Kota Pontianak adalah seluruh sumber kekuatan

daerah, baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan

sebagai asumsi perencanaan pembangunan daerah 2 tahun yang akan datang.

1. Penduduk dalam jumlah besar dengan budaya sangat beragam merupakan

sumber daya potensial dan produktif bagi pembangunan daerah.

Kota Pontianak terbuka, banyak suku bangsa daerah lain ada di Kalimantan

Barat dan punya keanekaragaman budaya sebagai kekayaan kota .

Persatuan, kesatuan dan penduduk dari berbagai etnis tetap kokoh dengan

aneka ragam budaya.

Pengalaman selama 60 tahun mengisi kemerdekaan merupakan modal yang

berharga dalam melangkah ke depan

2. Kota Pontianak merupakan pusat kegiatan ekonomi Propinsi Kalbar serta

Letak geografis yang relatif dekat dengan Serawak Malaysia Timur sangat

strategis untuk aneka kegiatan bisnis didukung oleh sarana dan prasarana

transportasi.

3. Berkembangnya perbankan dan lembaga pembiayaan mikro baik berupa

koperasi maupun lembaga pembiayaan yang berbasis syari’ah.

4. Berkembangnya industri pengolahan dan industri kerajinan rakyat yang

didukung oleh perkembangan sarana dan prasarana transportasi dan

komunikasi, sehingga memudahkan untuk memasarkan produk yang

dihasilkan baik dalam lingkup regional, nasional maupun internasional.

5. Tersedianya berbagai input produksi dalam jumlah yang memadai, seiring

dengan perkembangan produk hasil pertanian dari berbagai daerah di

Kalimantan Barat.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 37

6. Jumlah SDM baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang terus

meningkat, yang diimbangi dengan perkembangan lembaga pendidikan baik

formal maupun non formal di Kota Pontianak,

7. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong warga

masyarakat dalam memperoleh kesempatan kerja baik di lingkungan regional

maupun internasional.

8. Jumlah unit dan anggota koperasi yang terus meningkat, seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, yang didukung Landasan hukum bagi

pengembangan koperasi dan UKM sangat kuat

9. Wilayah Kota Pontianak yang dikenal sebagai daerah yang memiliki sungai

terbesar dan terpanjang serta seribu parit yang dapat diakses melalui laut

dan udara yang aman dan lancar sebagai jalur transportasi manusia dan

barang sebagai urat nadi perekonomian warga.

Sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk perdagangan masih bisa

dikembangkan dengan peluang lahan yang masih luas .

Sebagai ibukota provinsi tentu punya daya tarik dalam pembangunan fisik

dan memberi peluang kerja serta sarana mobilisasi yang beragam alternative

yang tidak dimiliki oleh kabupaten atau kota lain di Kalbar.

Walaupun dengan ketinggian lahan yang relatif datar, namun cukup strategis

untuk menjadi daerah distribusi dan mengoptimalkan peran sungai .

10. Situasi politik yang kondusif, peran media massa yang efektif dan

tumbuhnya kembangnya organisasi masyarakat, ornop, pagayuban serta

dukungan birokrasi yang netral (apolitis) merupakan modal dasar dalam

pengembangan politik daerah yang demokratis.

11. Proses pembentukan peraturan perundang-undangan dapat diwujudkan

dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar mengacu pada

Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan. Disamping itu telah dibentuknya Panitia Legislasi dan

Panitia Ran HAM, yang secara kelembagaan diharapkan dapat mendorong

penyusunan produk hukum daerah yang akomadatif dan dan responsif.

Wewenang pemerintah daerah dalam membentuk peraturan daerah

merupakan salah satu ciri yang menunjukkan bahwa pemerinah daerah

merupakan satuan pemerintah otonom yang berhak mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri.

12. Kebijakan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 merupakan landasan

yuridis yang efektif menjadikan pemberdayaan sebagai misi utama dan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 38

mendudukkan tugas pemerintahan daerah diatas landasan nilai pelayanan.

dan keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang

organisasi perangkat daerah, yang dapat dipergunakan sebagai pedoman

dalam penyusunan struktur organisasi perangkat daerah hingga level

kelurahan.

13. Pontianak masih punya peluang dalam hal pengaturan tata ruang karena

lahan masih luas dan yang terbangun baru 45 % .

Daya dukung lingkungan untuk bangunan masih mampu tumbuh melebar

secara alami dan belum mengarah kepada kerumitan dalam perkotaan besar

yang cenderung vertical .

lingkungan walaupun tercemar di muara parit makin meningkat, tetapi

masih dalam air sungai yang pasang surut akan mengurangi pencemaran.

tanah gambut punya potensial dalam hal menyerap air dan menyimpan air,

walaupun tingkat kesuburannnya kurang.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 39

BAB III

V I S I – M I S I D A E R A H

Visi daerah merupakan inti sari dari isi RPJP dan dijabarkan dalam kegiatan yang

harus dilakukan dalam bentuk misi serta rincian untuk mencapi titik yang dituju

adalah arah pembangunan daerah .

3.1. VISI KOTA PONTIANAK

Visi Kota Pontianak diharapkan tercapai pada 20 tahun yang akan datang :

Pontianak Kota Khatulistiwa Yang Sejahtera Melalui Perdagangan dan Jasa

Berwawasan Lingkungan

Pengertian Visi Kota Pontianak sbb :

1. Kota Khatulistiwa, punya pengertian bahwa ciri khas Kota Pontianak dile-

wati garis khatulistiwa dan tidak dimiliki oleh kota lain di Indonesia.

2. Sejahtera, punya pengertian bahwa 20 tahun kedepan diharapkan mayarakat

mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar :

pangan, sandang, papan, air bersih, keamanan, pendidikan, kesehatan,

pekerjaan, hak dasar lain dan partisipasi dalam pengambilan keputusan

Sehingga semua rencana jangka panjang, jangka menengah (5 tahun), ren-

cana tahunan, program dan semua kegiatan baik oleh pemerintah, swasta

dan masyarakat diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

3. Berwawasan lingkungan, punya pengertian bahwa berbagai pertimbangan

arah pembangunan daerah, kebijakan, program, kegiatan dan anggaran

harus didasarkan atas pertimbangan kondisi daya dukung lingkungan dan

dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Lingkungan mempunyai ruang lingkup lingkungan fisik yang akan memberi

nilai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat baik saat ini dan masa yang

akan datang dengan lebh memperhatikan kesinambungan.

Pengertian berwawasan lingkungan adalah bebagai hasil pembangunan yang

bersifat prasarana fisik diharapankan menghasilkan suatu kondisi ling-

kungan dengan kualtas tidak melebihi batas ambang baku mutu lingkungan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 40

4. Perdagangan dan Jasa, punya pengertian bahwa :

� Kehidupan ekonomi masyarakat didominasi oleh sektor perdagangan

(sektor ke 6 dalam statistik ) dan jasa (sektor ke : 7, 8 & 9 pada statistik)

� Tersedianya fasilitas perdagangan seperti : traiding house, mall,

supermarket dan wujud pasar modern yang lain .

� Tersedianya fasilitas jasa seperti : perkantoran, pameran, konvensi,

rekreasi, olah raga, jasa swasta dan jasa masyarakat.

Visi ini dilakukan uji publik untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan

akan ketetapan tujuan serta mengikat komitmen banyak pihak yang

berkepentingan (stakeholders).

Visi ini mempunyai jabaran ke dalam misi yang dilakukan uji publik untuk

memperkuat arah pembangunan daerah .

3.2. MISI KOTA PONTIANAK

Misi merupakan kalimat kerja dalam upaya untuk mencapai visi, maka perlu

suatu bahasan yang relatif panjang dan perlu diuji .

Misi Kota Pontianak :

1. Mewujudkan Masyarakat Yang Berkualitas, Berahlak Mulia, Berbudaya

dan Beradab adalah masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan minimal

lulusan Sekolah Lanjutan Atas (SLA), sehat jasmani dan rohani, usia

harapan hidup mencapai 72 tahun, IPM mencapai 80, memiliki jati diri,

melaksanakan interaksi antarbudaya, menerapkan nilai-nilai luhur, memiliki

budi pekerti yang baik, jujur, berani bertanggung jawab dan santun, penuh

toleransi, tenggang rasa, dan harmonis, sebagai gerakan bersama

pemerintah, swasta dan masyarakat.

2. Mewujudkan Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangnya masalah

sosial, makin berdaya dan terjamin hak-hak warga adalah masyarakat

yang menegakan supremasi sipil yang mandiri, menjunjung nilai-nilai

kemanusiaan, angka kemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan

sosial tidak lebih dari 5 persen, mendapat jaminan sosial dan dapat

mengakses berbagai bidang kehidupan terutama bidang ekonomi, hak asasi,

pendidikan dan kesehatan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah,

swasta dan masyarakat sebagai gerakan bersama.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 41

3. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk Ke-

sejahteraan dan Keadilan

Penjelasan : Mengedepankan pembangunan ekonomi yang ber melalui

pemanfaatan kemajuan iptek; menciptakan iklim investasi (penanaman

modal) yang kondusif; memperkuat perekonomian daerah berbasis

keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,

distribusi, dan pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang berkeadilan.

4. Mewujudkan Kota Perdagangan, Jasa, Koperasi dan UKM Untuk

Menyerap Tenaga Kerja dan Meningkatkan Kemakmuran.

Penjelasan : Mengedepankan pembangunan di bidang perdagangan, jasa,

koperasi dan UKM yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang

disertai dengan pemerataan pendapatan dan tingkat kesejahteraan bagi

seluruh warga masyarakat Kota Pontianak.

5. Mewujudkan Sarana, Prasarana, Tata Ruang dan Wilayah Perkotaan

Untuk Perdagangan dan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan

Penjelasan : Sarana dan prasarana dasar perkotaan dibangun sesuai kebu-

tuhan dan tuntutan perdagngan, jasa dan masyarakat dan diharpakan tidak

hanya untuk pertumbuhan, tetapi harus berorientasi daya dukung

lingkungan dan pencemaran yang mengakibatkan kerusakan.

6. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ),

Masyarakat yang Paham Politik dan Taat Hukum

Penjelasan : Pemerintahan dijalankan dengan pinsip-prinsip tata kelola yang

baik dan pemerintah berkewajiban memfasilitasi masyarakat untuk mening-

katkan partisipasi politik, dan taat terhadap hukum.

Misi ini akan dijabarkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) menjadi

Rencana Strategi ( Renstra ) SKPD.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 42

BAB IV

ARAH DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN DAERAH

RPJP tahun 2005 s/d 2025 adalah mewujudkan : Pontianak Kota Khatulistiwa

Perdagangan dan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan

Sebagai ukuran tercapainya pembangunan daerah dalam 20 tahun mendatang

diarahkan pada pencapaian sasaran-2 pokok sbb :

A. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, berahlak mulia, berbudaya dan

beradab yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya pendidikan yang merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat, dengan IPM mencapai 80, yang didukung dengan biaya

pendidikan melalui APBD sebesar 20 persen, wajib belajar yang dicapai 12

tahun, semua anak kurang mampu dari SD – SMU digratiskan, sertifikasi guru

tercapai 100 persen, kelayakan guru mengajar dari SD – SMA mendekati angka

100 persen, bebas buta aksara, memiliki ketrampilan yang beragam dan ber,

mendapat dukungan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, yang

dibarengi dengan watak dan perilaku yang berahklak mulia, jujur, berbudaya

dan beradap sebagai gerakan bersama pemerintah, swasta dan masyarakat,

dengan tetap berkepribadian Indonesia dan makin patriotik.

2. Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang merata untuk seluruh

lapisan masyarakat dan disertai dengan biaya yang murah, mudah, tidak

diskriminatif yang mendapat dukungan maksimal dari pemerintah, swasta dan

masyarakat, Keluarga miskin telah digratiskan melalui Askeskin ( Asuransi

Kesehatan Keluarga Miskin ), Asuransi bagi keluarga yang sakit sedikit jadi

miskin ( sadikin ) perlu dicover melalui asuransi kesehatan sehingga angka

harapan hidup mencapai 72,00 tahun. Sarana dan prasarana kesehatan

memadai, pelayanan Puskesmas dapat berlangsung selama 24 jam, dokter

spesialis mencukupi kebutuhan, sekaligus berkembang pola hidup sehat

sebagai gerakan bersama yang dapat meminimalkan serangan penyakit demam

berdarah, muntaber, diare dan siap mengantisipasi HIV/AID, NAPZA dan flu

burung.

3. Makin berkembangnya keteladanan para pemimpin, sekaligus mampu meng-

gerakkan rakyat untuk mencapai tujuan bersama, peningkatan budaya patuh

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 43

pada hukum, apresiasi seni dan budaya daerah untuk memperkokoh jati diri

bangsa, pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya, peningkatan

daya saing, penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah

lingkungan. penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis, peningkatan

pemahaman pengaruh positif dan negatif terhadap budaya global yang

mendapat dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat.

B. Terwujudnya Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangnya masalah

sosial, makin berdaya dan terjamin hak-hak warga yang ditandai oleh hal-

hal berikut:

1. Pemberdayaan terhadap perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung

mengalami kemajuan yang pesat dan mencakup berbagai bidang kehidupan

melalui hubungan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

2. Kepedulian swasta dan masyarakat dalam mendukung pengendalian pertum-

buhan penduduk terus meningkat melalui gerakan KB, sehingga pertumbuhan

penduduk tidak lebih dari 1,3 persen dan akhirnya masalah kependudukan

yang menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan kekumuhan kota

sangat kecil, dibarengi dengan tertib administrasi kependudukan yang mantap.

3. Kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung pemerintah dalam

upaya penangulangan masalah-masalah sosial, terutama kemiskinan dan

PMKS dapat menjadi gerakan bersama yang efektif dan dapat mengatasi

masalah, sehingga penduduk miskin dan PMKS tidak lebih dari 5 persen.

Penyalahgunaan NAPZA dan pertumbuhan HIV/AID di lingkungan generasi

muda terkontrol dengan optimal melalui kegiatan olah raga dan apresiasi

budaya.

C. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk Kesejah-

teraan dan Keadilan yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Tercapainya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% per tahun atau

sekurang-kurangnya sama dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

Nasional yang disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan,

memperluas lapangan kerja dan pemerataan pendapatan, dengan

memperkuat sektor Perdagangan dan Jasa sebagai leading sector, yang

didukung oleh sektor industri, pengangkutan dan komunikasi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 44

2. Terwujudnya iklim investasi yang memiliki multiplier effect terhadap

pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan ber; mendorong

penanaman modal asing bagi peningkatan aktivitas ekonomi Kota

Pontianak.

3. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk berdaya saing,

baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan

pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri

yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi

dengan tersedianya produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran

internasional.

4. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku ekonomi

yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor,

khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat

sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam

perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.

5. Terwujudnya peningkatan pendapatan, daya beli, dan kesejahte-raan

masyarakat yang berkeadilan

D. Terwujudnya kota perdagangan dan jasa dengan pertumbuhan koperasi-UKM

dan menyerap tenaga kerja yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya fasilitas perdagangan yang mendukung perkembangan

usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

2. Terwujudnya sistem dan prosedur pelayanan perizinan usaha yang

kondusip (efisien dan efektif) melalui pelayanan satu atap.

3. Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi

regional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha.

4. Meningkatnya peranan jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga dalam

perekonomian Kota Pontianak.

5. Terciptanya lapangan kerja yang luas dan berkeadilan bagi seluruh

warga masyarakat.

E. Terwujudnya sarana, prasarana, tata ruang dan wilayah untuk perdagangan

dan jasa yang berwawasan lingkungan yang ditandai oleh hal-hal berikut :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 45

1. Terwujudnya drainase kota, daerah resapan dan ruang terbuka hijau yang

mampu mengurangi genangan air dan mencegah terjadinya banjir terutama di

kawasan perdagangan, jasa ruas jalan dan permukiman.

2. Terwujudnya jalan dengan kualitas baik, kuantitas yang cukup untuk me-

nujang perdagangan dan jasa. Peningkatan ruas jalan baru agar mampu

menjaga keseimbangan pertumbuhan kendaraan dan mengurangi kemacetan.

Jalan memenuhi standard peraturan perundang-undangan baik terhadap

fungsi, lebar, ada daerah pengawasan jalan maupun adanya jalur hijau, trotoir

dan sarana penandang cacat .

3. Terwujudnya penduduk Kota Pontianak termasuk keluarga miskin memiliki

perumahan dan permukiman sehat dilengkapi sarana : air bersih, sanitasi,

aman, bebas genangan dan sarana persampahan .

4. Terwujudnya kota dengan banyak alternative transportasi umum yang terinte-

grasi baik moda transportasi darat, sungai dan udara yang aman, tanpa

kemacetan, nyaman dan efisien untuk menunjang kota perdagangan dan jasa.

5. Tewujudnya kota dengan daya listrik yang cukup kuantitas dan kuantitas

untuk menunjang visi kota yaitu : sektor perdagangan, jasa , industri dan

kebutuhan rumah tangga.

6. Terwujudnya kota yang mampu memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk

penyediaan listrik dan sumber energy alternative lain sesuai kebutuhan

perdagangan, jasa, industry dan rumah tangga.

7. Terwujudnya kota dengan tata ruang dalam tingkat perencanaan, pemanfaatan,

dan pengendalian yang memberi manfaat optimal bagi masyarakat dan

masyarakat lapis bawah, perdagangan serta jasa yang konsisten akan dicapai

dari waktu ke waktu .

8. Terwujudnya pertumbuhan kawasan perkotaan dengan kesenjangan wilayah

yang relative kecil serta berdasarkan daya dukung lingkungan.

9. Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat sebagai air baku

dan kondisi kualitas lingkungan udara, air dan tanah tidak melebihi ambang

batas baku mutu lingkungan .

F. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, masyarakat yang sadar

politik, taat hukum, aman dan tertib yang ditandai oleh hal-hal berikut :

1. Terwujudnya masyarakat yang faham politik, berkurangnya politisasi identitas

etnik, agama, dan efektifnya peran pendidikan politik dalam rangka mening-

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 46

katkan kesadaran masyarakat di bidang politik yang sehat, paham mengenai

hak dan kewajibannya sebagai warganegara serta beretika dalam berpolitik.

2. Arah pembangunan bidang hukum adalah mewujudkan optimalisasi sinergi

aspek substansi, struktur dan kultur hukum daerah;

� melakukan harmonisasi seluruh produk hukum daerah agar berkesesuaian

dengan visi Kota;

� Mengoptimalkan peran/partisipasi masyarakat, Panitia Ran HAM Kota dan

Prolegda dalam setiap penyusunan produk hukum daerah;

3. Terwujudnya keamanan dan ketertiban yang dapat menyentuh seluruh lapisan

masyarakat melalui kemitraan polisi, swata dan masyarakat.

Tumbuhnya kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga di bidang

keaman dan ketertiban yang menuntut tanggung jawab bersama

Penggunaan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang tepat sasaran

sebagai upaya menciptakan keamanan dan ketertiban.

4. Terwujudnya manajemen/tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

dan Good Corporate Governance.Peningkatan pelayanan publik yang efisien,

efektif dan transpaan serta dapat dipertanggungjawabkan.

5. Terwujudnya organisasi pemerintah yang ramping, kaya fungsi, efisien dan

efektif dalam menjalnkan koordinasi .

6. Terwujudnya derajad kemandirian daerah yang meningkat, peningkatan

optimalisasi angaran berbasis kinerja serta mensinergikan APBD sedikit

mungkin dan menghasilkan output sebesar mungkin. Arahnya untuk memper-

besar anggaran publik dan memperkecil anggaran aparatur.

4.1. ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

Arah pembangunan daerah merupakan bagian akhir dari isi RPJP dan

diharapkan pembangunan tidak salah arah .

4.1.1. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, terdidik, berakhlak mulia,

sehat dan berbudaya yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya pendidikan yang merata, yang didukung dengan

penyediaan anggaran sebesar 20 % dari APBD sesuai amanah UUD

1945 secara bertahap, wajib belajar 12 tahun dapat dicapai, IPM

meningkat menjadi 80, penyediaan sarana dan prasarana SD-SMA

yang layak, mengupayakan kelayakan guru dalam mengajar mendekati

angka 100 persen, peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi

dapat mencapai angka 100 persen, mengupayakan proses

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 47

pembelajaran yang makin efektif, peningkatan variasi materi lokal yang

sesuai dengan visi dan misi kota pontianak, mengupayakan

keragaman ketrampilan dengan bekerjasama dengan dunia usaha

melalui magang bagi murid SMK yang lebih intensif dan pariatif, terus

mendorong peran swasta dan masyarakat di bidang pelayanan

pendidikan dan mengupayakan biaya pendidikan gratis secara

bertahap untuk semua keluarga kurang mampu, mengurangi

ketimpangan pendidkan dan bebas buta aksara.

2. Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang merata untuk

seluruh lapisan masyarakat, peningkatan anggaran kesehatan dari

APBD yang terus meningkat dalam rangka mendukung upaya

menggratiskan pelayanan kesehatan secara bertahap, angka harapan

hidup mencapai 72,00 tahun, ada dukungan sarana dan prasarana

kesehatan yang memadai, mendorong peran swasta dan masyarakat di

bidang pelayanan kesehatan, memperbanyak dokter spesialis sesuai

kebutuhan, terus mengupayakan pelayanan Puskesmas terpadu dan

berlangsung 24 jam secara optimal, meminimalkan penyakit enpidemi

demam berdarah, muntaber dan diare dalam rangka menekan angka

kematian, menumbuhkan gerakan pola hidup sehat, peningkatan gizi

untuk bayi, balita, siap mengatasi HIP/AID, NAPZA dan plu burung.

3. Terwujudnya keteladanan para pemimpin, peningkatan budaya patuh

pada hukum, apresiasi seni dan budaya daerah untuk memperkokoh

jati diri bangsa, pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya,

peningkatan daya saing, penumbuhkan budaya wirausaha, budaya

cinta dan ramah lingkungan. peningkatan pemahaman pengaruh

positif dan negatif terhadap budaya global, penggalian budaya daerah

yang potensial sebagai kekayaan daerah, pembinaan dan peningkatan

dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap insan

pengembang dan pelestari budaya. Budaya demikian harus masuk

dalam muatan lokal pada pendidikan formal yang dimulai sejak dini.

4.1.2. Terwujudnya Masyarakat Madani, Manusiawi, serta Berkurangnya Ke-

miskinan dan Pengangguran yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya kemajuan dalam pemberdayaan terhadap perempuan,

anak dan masyarakat kurang beruntung, perjuangan terhadap hak-

hak perempuan, meminimalkan kekerasan terhadap perempuan dan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 48

anak dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga kerja perempuan,

kemudahan akses perempuan dalam berbagai bidang kehidupan

seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM,

politik, lingkungan, dan sosial budaya, memberikan perlindungan

terhadap perempuan lanjut usia dan penyandang cacat,

pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dan membantu upaya

pemasarannya. Di samping itu, pemerintah harus terus berupaya

mendorong swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam dalam

pemberdayaan tersebut.

2. Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat dalam penangulangan

masalah-masalah kependudukan yang menimbulkan masalah sosial

seperti kriminalitas dan kekumuhan kota, perhatian terhadap

pemerataan penyebaran penduduk antar kecamatan, penguatan

kembali Keluarga Berancana (KB) sebagai upaya pengendalian

pertumbuhan penduduk, sehingga pertumbuhan penduduk tidak lebih

dari 1,3 persen/tahun, pengendalian migrasi ke Pontianak dan

peningkatan tertib administrasi kependudukan yang mantap.

3. Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung

pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial,

terutama kemiskinan dan PMKS melalui upaya pembuatan kebijakan

penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan, tepat waktu dan

sasaran dalam pelaksanaan program, disediakan dana pendampingan

untuk pembinaan penduduk miskin, penghilangkan pandangan bahwa

penanggulangan masalah kemiskinan hanya menjadi tugas

pemerintah dan peningkatan keakuratan data kemiskinan, sehingga

angka kemiskinan tidak lebih dari 5 persen, diupayakan pengendalian

PMKS terutama gelandangan, pengemis, anak jalanan, PSK, korban

penyalahgunaan NAPZA dan banyaknya orang gila yang datang dari

luar kota, penyalahgunaan NAPZA yang banyak diderita oleh generasi

muda dan peningkatan korban HIV/AID, dukungan prasarana anak

dan usia lanjut terlantar masih kurang serta pendataan PMKS yang

belum akurat serta pembinaan gerasi muda dengan fokus dampak

negatif NAPZA dan HIV/AID terhadap diri, keluarga dan masyarakat

melalui olah raga dan budaya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 49

4.1.3. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk

Kesejahteraan dan Keadilan yang ditandai oleh hal-hal berikut:

Perekonomian dikembangkan kearah memperkuat pondasi ekonomi Kota

Pontianak yang berorientasi dan berdaya saing global. Untuk itu

dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan

komparatif sumber daya alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan

kompetitif sebagai berikut:

1. Terwujudnya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 % per tahun yang

disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan, memper-luas lapangan

kerja dan pemerataan pendapatan,

2. Terwujudnya struktur ekonomi yang memperkuat sektor Perdagangan

dan Jasa sebagai leading sector, yang didukung oleh sektor industri,

pengangkutan dan komunikasi.

3. Terwujudnya kemampuan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya

ekonomi yang dimiliki secara efisien, yang dilaksanakan dengan

kekuatan dan kemampuan diri sendiri,

4. Terwujudnya iklim investasi yang dapat mendorong tingginya

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan

ber; mendorong penanaman modal asing bagi peningkatan daya saing

ekonomi Kota Pontianak.

5. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk yang berdaya

saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan

pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri

yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi

dengan tersedianya produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran

internasional.

6. Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing di tingkat internasonal.

7. Terwujudnya kondisi ketegakerjaan yang full employment di Kota

Pontianak.

8. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku

ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk

impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan

masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan

dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 50

9. Terwujudnya Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi sebagai pelaku

ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif, kompetitif dan

mandiri.

10. Terwujudnya keharmonisan dan kemitraan antara Koperasi dan UKM

dengan usaha besar.

11. Terwujudnya kondisi usaha kecil dan menengah (UKM) dan Koperasi

yang dapat meningkatkan pendapatan golongan ekonomi menengah

ke bawah.

12. Terwujudnya peningkatan pendapatan, daya beli, dan kesejahteraan

masyarakat yang berkeadilan

4.1.4. Terwujudnya kota perdagangan dan jasa dengan pertumbuhan kope-

rasi-UKM dan menyerap tenaga kerja yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya fasilitas perdagangan berupa traiding house, mall,

supermarket dan wujud pasar modern yang mendukung usaha mikro,

kecil, menengah dan koperasi.

2. Terwujudnya Pontianak Town Square yang dapat mengakomoda-si

perkembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi serta berwawasan

lingkungan.

3. Terwujudnya system dan prosedur pelayanan perizinan usaha yang

kondusip (efisien dan efektif) melalui pelayanan satu atap.

4. Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi

regional yang efisien dan efektif serta menjamin kepastian berusaha.

5. Terwujudnya parawisata daerah untuk mengembangkan ekonomi dan

citra kebudayaan Nasional melalui penyerapan teknologi informasi (TI)

secara terkendali, peningkatan peranan jasa rekreasi dan olahraga,

pengembangan nilai-nilai tradisional dan kesejarahan guna mening-

katkan jati diri serta nilai-nilai asli daerah dan bangsa Indonesia.

6. Terciptanya lapangan kerja yang luas dan berkeadilan bagi seluruh

warga masyarakat.

4.1.5. Terwujudnya sarana, prasarana, tata ruang dan wilayah perkotaan un-

tuk perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan yang ditandai

oleh hal-hal berikut :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 51

1. Terwujudnya pembangunan drainase, daerah resapan air dan ruang

terbuka hijau yang mampu mengurangi genangan dan mencegah

banjir pada kawasan perdagangan, jasa, ruas jalan dan perkim.

2. Terwujudnya kualitas jalan kota yang baik, serta peningkatan ruas

jalan baru agar mampu mengimbangi pertumbuhan kendaraan dan

mengurangi kemacetan.

Kualitas jalan berstandard sesuai fungsi dan ketentuan lebar, sarana

penunjang berupa daerah pengawasan jalan, jalur hijau, trotoir dan

sarana penandang cacat .

3. Terwujudnya semua keluarga termasuk keluarga miskin memiliki

perumahan permukiman sehat yang dilengkapi sarana : air bersih,

sanitasi, sarana persampahan dalam lingkungan yang sehat

4. Dalam menuju masyarakat mandiri /madani/ civil society maka

strategi penyediaan air bersih juga diarahkan untuk peningkatkan

peran swasta sebagai operator air bersih agar tercapai efisiensi dan

efektifitas cukup tinggi dan terjadi kompetisi yang sehat .

5. Terwujudnya kota tanpa perkim kumuh, setiap keluarga punya sarana

sanitasi sendiri atau bersama, tinggal dalam lingkungan yang sehat

dan bersih dari sampah serta aman.

6. Terwujudnya pembangunan transportasi umum yang aman, nyaman,

tanpa kemacetan dan efisien. Alternatif transportasi lebih banyak

dalam upaya menunjang pertumbuhan wilayah dan ekonomi, seperti

penyeberangan Batu Layang dan Nipah Kuning.

7. Terwujudnya pembangunan transportasi antar moda yang terintegrasi

antara transportasi darat ke transportasi udara dan transportasi air

untuk antar pulau maupun ke pedalaman yang aman dan nyaman

8. Tersedianya daya listrik dari segi dan kuantitas yang cukup dan baik

untuk keperluan perdagangan, jasa , rumah tangga dan industri

seiring dengan pertumbuhan kota.

9. Terwujudnya perencanaan tata ruang untuk menunjang kota perda-

gangan, jasa yang berwawasan daya dukung lingkungan dan

berkesinambungan.

10.Terwujudnya perencanaan penataan ruang mampu menciptakan per-

tumbuhan wilayah relatif sama dan dengan kesenjangan yang relative

kecil serta memperhatikan fungsi lahan 30% untuk ruang terbuka

hijau yang tersebar.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 52

11.Terwujudnya penataan ruang pada hinterland kota Pontianak lebih

serasi dan sinergis antar wilayah kota dan kabupaten saling

menciptakan keuntungan.

12.Terwujudnya pemanfaatan ruang kota yang berfungsi optimal tidak

hanya untuk masyarakat menengah keatas, tetapi diharapkan lebih

berkeadilan bagi kelompok masyarakat lapis menengah kebawah.

13.Terwujudnya pengendalian dalam pelaksanaan tata ruang sesuai pera-

turan perundang-undangan, daya dukung lingkungan dan semua

pihak mempunyai komitmen untuk menggunakan cara preventif dalam

pengendalian tata ruang .

14.Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat sebagai

air baku dengan tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan.

untuk dioleh menjadi air bersih

15.Terwujudnya masyarakatkan, swasta dan pihak-pihak yang menim-

bulkan pencemaran untuk taat terhadap peraturan lingkungan serta

munculnya kelompok sadar lingkungan dengan berbagai bentuk.

16.Terwujudnya pembangunan sector perdagangan dan jasa yang mem-

perhatikan kualitas lingkungan air, udara dan tanah agar tidak

melebihi ambang batas baku mutu lingkungan.

4.1.6. Terwujudnya masyarakat yang sadar politik, taat hukum, aman dan

tertib kehidupan bermasyarakat serta pemerintahan yang

berkesesuian dengan prinsip-prinsip Good Governance dan anggaran

yang berbasis kinerja, yang ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Masyarakat yang paham politik, berkurangnya politisasi identitas

etnik, agama, dan efektifnya peran pendidikan politik dalam rangka

mening-katkan kesadaran masyarakat di bidang politik yang sehat,

beretika dan berbudaya.

2. Terwujudnya optimalisasi sinergi aspek substansi, struktur dan kultur

hukum daerah;

� melakukan harmonisasi seluruh produk hukum daerah agar

berkesesuaian dengan visi Kota;

� Mengoptimalkan peran/partisipasi masyarakat, pendayagunaan

kelembagaan Panitia Ran HAM Kota dan Panitia legislasi dalam

setiap penyusunan produk hukum daerah;

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 53

3. Terwujudnya keamanan dan ketertiban yang dapat menyentuh seluruh

lapisan masyarakat melalui kemitraan polisi, swata dan masyarakat.

Tumbuhnya kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga di

bidang keamanan dan ketertiban yang menuntut tanggung jawab

bersama. Penggunaan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang

tepat sasaran sebagai upaya menciptakan keamanan dan ketertiban.

4. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, organisasi yang

efisien dan efektif melalui penataan struktur oraganisasi yang lebih

rasional dan realistik guna mendukung terwujudnya pelayanan prima

bagi masyarakat. Disamping itu terwujudnya derajat optimalisasi

angaran berbasis kinerja serta mensinergikan APBD yang diarahkan

untuk mempebesar anggaran publik dan memperkecil angaran

aparatur.

4.2. TAHAP PEMBANGUNAN DAERAH

Arah pembangunan daerah dalam 2 bentuk adalah yaitu : wujud naskah dan

matrix, sedangkan dalam wujud naskah sbb :

4.2.1. RPJM ke 1 : Tahun 2005 s/d 2010

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan keberlanjutan tahapan pem-

bangunan sebelumnya maka RPJM ke-1 ditujukan untuk mewujudkan :

1. Prasarana dan sarana kesehatan yang dapat mendukung kenyamanan

dan kemudahan pelayanan kesehatan, penumbuhan gerakan pola

hidup sehat dalam rangka peningkatan usia harapan hidup,

peningkatan perhatian kesehatan keluarga miskin melalui

peningkatan anggaran kesehatan dan peningkatan manajemen

pelayanan Puskesmas terpadu dan dapat berlangsung selama 24 jam

secara optimal dan rekruitmen dokter spesialis yang dapat mencukupi

kebutuhan riil, sedangkan di bidang pendidikan diprioritaskan pada

penyiapan kelayakan guru mengajar, sertifikasi guru, pemberantasan

buta aksara dan perbaikan prasarana dan sarana pendidikan.

Selain itu, ada gerakan dalam wujud keteladanan para pemimpin,

peningkatan budaya patuh pada hukum, apresiasi seni dan budaya

daerah untuk memperkokoh jati diri bangsa, pengembangan toleransi

terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,

penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah

lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 54

Ada kemajuan yang sangat berarti dalam pemberdayaan perempuan,

anak dan masyarakat kurang beruntung melalui perlindungan

terhadap hak-haknya dan diberikan akses dalam berbagai bidang

kehidupan yang selama ini belum mendapat perhatian optimal,

didukung pula gerakan KB sebagai upaya pengendalian pertumbuhan

penduduk, pemerataan persebaran penduduk dan menekan

kekumuhan kota.

Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung

pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial

seperti kemiskinan dan PMKS, sehingga angka kemiskinan terus

menurun, termasuk penurunan korban penyalahgunaan NAPZA dan

korban HIV/AID terutama di kalangan generasi muda.

2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurun-

nya angka pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang

tinggi; berkurangnya kesenjangan pendapatan; meningkatnya sumber

daya manusia yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kondisi ini dicapai dengan mendorong pertumbuhan

ekonomi melalui penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif,

termasuk membaiknya infrastruktur.

Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi

regional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha.

Kondisi ini diwujudkan melalui sistem dan prosedur pelayanan

perizinan usaha yang kondusip (efisien dan efektif) dengan pelayanan

satu atap.

3. Tahap pertama pembangunan jangka menengah ini focus pada upaya

agar kota bebas genangan dan banjir pada kawasan perdagangan,

jasa, ruas jalan dan perkim berupa normalisasi drainase, peningkatan

saluran dan pengendalian koefisien dasar bangunan.

Kota tanpa perkim kumuh dan setiap keluarga punya rumah sehat

yang dilengapi sarana sanitasi sendiri atau bersama, tinggal dalam

lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah serta aman.

Daya listrik yang nya lebih baik untuk keperluan sektor perdagangan,

jasa , rumah tangga dan industri .

Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat untuk air

baku dan tidak terjadi pencemaran.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 55

Memasyarakatkan unit pengolah limbah kepada pihak yang

menimbulkan pencemaran dan munculnya kelompok peduli

lingkungan .

4. Adanya penyelenggaraan pendidikan politik secara terpadu dan berke-

lanjutan pada setiap warga negara dan meningkatnya partisipasi

masyarakat berpolitik yang sehat dan benar. Terwujudnya

peningkatan harmonisasi produk hukum daerah yang taat asas dan

berperspektif visi Kota serta tumbuhnya kesadaran hokum dan

meningkatnya keamanan, ketertiban sebagai hak dan kewajiban kita

bersama. Penyelenggaraan pemerintahan menuju pada tata kelola

pemerintahan yang baik serta terciptanya struktur organisasi

pemerintahan yang rasional dan realistik sesuai dengan kebutuhan

daerah.

4.2.2. RPJM ke 2 : Tahun 2011 s/d 2015

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM

sebelumnya, maka RPJM ke-2 ditujukan untuk mewujudkan :

1. Pendidikan yang berkualitas yang dapat terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat dengan didukung biaya pendidikan yang

bersumber dari APBD yang makin meningkat dan swasta yang makin

berperan aktif positif, terus mengupayakan wajib belajar 12 tahun,

peningkatan IPM, terus menurunkan angka buta aksara, melanjutkan

perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai,

kelayakan mengajar, sertifikasi guru, terus mengupayakan pendidikan

gratis bagi anak kurang mampu secara bertahap, didukung oleh pola

hidup sehat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan,

penyediaan anggaran kesehatan yang makin meningkat, sekaligus

dibarengi dengan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24

jam yang makin optimal dan penambahan dokter spesialis yang

mencukupi kebutuhan.

Gerakan keteladanan para pemimpin terus berkembang, budaya patuh

pada hukum makin kuat, apresiasi seni dan budaya daerah untuk

memperkokoh jati diri bangsa terus diperkuat, pengembangan

toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,

penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah

lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 56

Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung

terus meningkat dan mencakup berbagai bidang kehidupan, gerakan

KB makin kuat dan pemerataan persebaran penduduk antar

kecamatan makin terwujud, masalah sosial makin terkendali dan

angka kemiskinan terus menurun, termasuk korban NAPZA dan

HIV/AID.

2. Terwujudnya struktur ekonomi yang memperkuat sektor Perdagangan

dan Jasa sebagai leading sector, yang didukung oleh sektor industri,

pengangkutan dan komunikasi. Kondisi ini dicapai melalui penanaman

modal, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ekonomi yang

dimiliki secara efisien, yang dilaksanakan dengan kekuatan dan

kemampuan diri sendiri

Tersedianya fasilitas perdagangan berupa traiding house, mall,

supermarket dan wujud pasar modern lainnya yang mendukung usaha

mikro, kecil, menengah dan koperasi. Kondisi ini diwujudkan melalui

peningkatan PMDN dan PMA.

3. Kondisi kota tahap kedua pembangunan jangka menengah ini mela-

njutkan pada upaya agar kota bebas genangan dan banjir pada

kawasan perdagangan, jasa, ruas jalan dan perkim.

Secara bertahap focus bergeser ke jalan kota dengan kualitas baik,

umur teknisnya meningkat dan biaya pemeliharaan lebih hemat serta

peningkatan ruas jalan baru agar mampu menjaga keseimbangan

pertumbuhan kendaraan dan mengurangi kemacetan.

Terwujudnya jalan yang standard sesuai fungsi dan ketentuan lebar,

kualitas, sarana penunjang adanya jalur hijau, trotoir dan sarana

penandang cacat yang memenuhi standard .

Terwujudnya perencanaan penataan wilayah dan tata ruang yang lebih

merata dalam pengembangan dan pertumbuhan .

Penataan hinterland kota Pontianak lebih serasi dan sinergis antar

wilayah kota dan kabupaten .

Terwujudnya pemanfaatan ruang yang optimal dan berkeadilan bagi

kelompok masyarakat lapis menengah kebawah.

Pengendalian tata ruang diharapan dalam wujud upaya preventif (

pencegahan ) agar tidak terjadi gejolak untuk menegakan aturan yang

sesuai daya dukung lingkungan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 57

4. Sudah dapat terselenggaranya pendidikan politik secara terpadu dan

berkelanjutan yang melibatkan setiap warga negara melalui format

yang baku yang dengan mendorong penguatan partisipasi organisasi

politik, pemerintah daerah, perss dan organisasi non pemerintah

dalam pendidikan politik. Terwujudnya iklim politik yang sehat.

Tersusunnya produk hukum daerah yang responsif dan berperspktif

visi kota dan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan

tumbuhnya kesadaran bahwa keamanan, ketertiban sebagai hak dan

kewajiban kita bersama. Semakin mantapnya penyelenggaraan tata

kelola pemerintahan yang baik melalui struktur organisasi

pemerintahan yang rasional dan realistik dengan mendorong peran

pemerintah sebagai stimulator, fasilitator dan regulator.

4.2.3. RPJM ke 3 : Tahun 2016 s/d 2020

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM

sebelumnya, maka RPJM ke-3 ditujukan untuk mewujudkan :

1. Pendidikan yang berkualitas yang dapat terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat dengan didukung biaya pendidikan yang

bersumber dari APBD yang makin meningkat dan swasta yang makin

berperan aktif positif, terus mengupayakan wajib belajar 12 tahun,

peningkatan IPM, terus menurunkan angka buta aksara, melanjutkan

perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai,

kelayakan mengajar, sertifikasi guru, terus mengupayakan pendidikan

gratis bagi anak kurang mampu secara bertahap, didukung oleh pola

hidup sehat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan,

penyediaan anggaran kesehatan yang makin meningkat, sekaligus

dibarengi dengan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24

jam yang makin optimal dan penambahan dokter spesialis yang

mencukupi kebutuhan.

Gerakan keteladanan para pemimpin terus berkembang, budaya patuh

pada hukum makin kuat, apresiasi seni dan budaya daerah untuk

memperkokoh jati diri bangsa terus diperkuat, pengembangan

toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,

penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah

lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 58

Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung

terus meningkat dan mencakup berbagai bidang kehidupan, gerakan

KB makin kuat dan pemerataan persebaran penduduk antar

kecamatan makin terwujud, masalah sosial makin terkendali dan

angka kemiskinan terus menurun, termasuk korban NAPZA dan

HIV/AID.

2. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk berdaya saing,

terkait dengan pengembangan industri kecil dan menengah, dengan

struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong

perkembangan ekonomi dengan tersedianya produk unggulan yang

mampu bersaing baik di pasar regional maupun di pasar

internasional.

Terwujudnya koperasi dan usaha kecil menjadi pelaku ekonomi yang

memiliki keunggulan komparatif, kompetitif dan mandiri. Kondisi ini

dicapai dengan mewujudnya keharmonisan dan kemitraan antara

Koperasi dan UKM dengan usaha besar.

3. Pembangunan jangka menengah ketiga ini untuk peningkatan jalan

sesuai standard, fungsi dan lebar, kualitas, sarana penunjang adanya

jalur hijau, trotoir dan sarana penyandang cacat.

Disamping focus pada kualitas jalan juga secar bertahap bergeser ke

arah peningkatan kualitas lingkungan yang menjadi visi kota.

Masyarakat mandiri /madani/ civil society maka dalam penyediaan air

bersih juga ditingkatkan peran swasta mengelola air bersih agar

tercapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi dan daya saing .

Transportasi umum dan pribadi yang aman tanpa kecelakaan, tanpa

kemacetan, nyaman dan efisien .

Perencanaan tata ruang dan wilayah diarahkan agar lebih merata

dalam pengembangan dan pertumbuhan serta mengurangi

kesenjangan.

Pemanfaatan ruang yang optimal dan berkeadilan bagi kelompok

masya-rakat lapis menengah kebawah dalam wujud ruang untuk

terbuka umum yang dimungkinkan untuk sector in formal.

Terwujudnya pengendalkan tata ruang sesuai daya dukung lingkungan

dan upaya untuk mendukung tercapainya kota perdagangan dan jasa .

4. Tahap ketiga RPJM ini diarahkan pada pemantapan pada pemahaman

politik masyarakat dan kesadaran hokum. Keamanan dan ketertiban

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 59

ditingkatkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta

angka kriminalitas secara struktural dikurangi dengan penyediaaan

lapangan pekerjaan. Peran pemerintah ditahap ini sudah mulai

bergeser ke peran regulator, fasilitator dan stimulator, sedangkan

peran sebagi investor pada sarana dan prasarana publik yang bisa

diperankan oleh swasta agar didorong untuk terus dikembangkan.

.

4.2.4. RPJM ke 4 : Tahun 2021 s/d 2025

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM

sebelumnya, maka RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan :

1. Pendidikan dan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh

lapisan masyarakat, yang ditandai terwujudnya wajib belajar 12

tahun, angka IPM mencapai 81,99, bebas buta aksara, sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai, kelayakan mengajar mendekati

anggka 100 persen, sertifikasi guru tercapai secara maksimal dan

tersedianya biaya pendidikan sebesar 20 persen dari APBD, anak

kurang mampu gratis dalam mengikuti pendidikan, didukung oleh

pola hidup sehat, biaya murah, mudah, tidak diskriminatif dan

mendapat dukungan biaya dari APBD secara maksimal, sehingga bisa

dicapai angka harapan hidup 70,00 tahun, sekaligus dibarengi dengan

pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24 jam, terus

diupayakan ada peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang

memadai dan dokter spesialis mencukupi kebutuhan.

Di sisi lain, dibarengi pula gerakan dalam wujud keteladanan para

pemimpin, peningkatan budaya patuh pada hukum, apresiasi seni dan

budaya daerah untuk memperkokoh jati diri bangsa, pengembangan

toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,

penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah

lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.

Ada kemajuan yang sangat berarti dalam pemberdayaan perempuan,

anak dan masyarakat kurang beruntung melalui perlindungan

terhadap hak-haknya dan diberikan akses dalam berbagai bidang

kehidupan, didukung pula gerakan KB sebagai upaya pengendalian

pertumbuhan penduduk hanya tumbuh sebesar 1,3 persen, terwujud

pemerataan persebaran penduduk antar kecamatan dan dapat

meminimalkan kekumuhan kota.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 60

Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung

pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial

seperti kemiskinan dan PMKS, sehingga angka kemiskinan tidak lebih

dari 5 persen antara lain melalui upaya penurunan korban

penyalahgunaan NAPZA dan korban HIV/AID terutama di kalangan

generasi muda.

2. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku ekonomi

yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor,

khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan

masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan

dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.

3. Tahap keempat pembangunan jangka menengah ini dititik beratkan

pada upaya meningkatkan kualitas lingkungan agar air, udara dan

tanah tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan

Adanya ruang terbuka hijau dan memasyarakatkan unit pengolah

limbah ( upl ) kepada pihak-pihak yang menimbulkan pencemaran dan

akhir kegiatan di tandai dengan tidak melebihi pencemaran

lingkungan.

Sarana dan prasarana fisik kota yang dimungkinkan dibangun dan

dikelola oleh swasta untuk menghasilkan profit terus didorong

dilaksanakan agar beban pemerintah tidak semakin berat.

Terwujudnya pembangunan transportasi umum masal kota yang aman

tanpa kecelakaan, tanpa kemacetan, nyaman dan efisien .

Perencanaan tata ruang dan wilayah lebih merata dan berorientasi

lingkungan serta hinterland kota Pontianak lebih serasi dan sinergis

antar wilayah kota dan kabupaten.

4. Semakin mantap dan kuatnya pemahaman politik masyarakat dan

kesadaran hukumnya. Keamanan dan ketertiban sudah semakin

mantap dan kondusif bagi perwujudan iklim investasi yang kondusif

serta angka kriminalitas secara struktural dikurangi dengan

penyediaaan lapangan pekerjaan. Peran pemerintah ditahap ini sudah

bergeser ke peran regulator, fasilitator dan stimulator, sedangkan

peran sebagi investor pada sarana dan prasarana publik sudah yang

bisa diperankan oleh swasta.

Demikian tahapan perencanaan pembangunan jangka panjang 2005 s/d 2025

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 61

BAB V

PENGENDALIAN DAN EVALUASI RPJP

Pengendalian dan evaluasi harus berdasarkan pada indikator, data atau informasi

lima tahunan RPJM, dengan melalui analisa data dan indikator yang telah ada akan

terlihat sikap optimis, pesimis atau realistis akan tercapainya visi daerah.

Apabila hasil evaluasi terlihat ada bias/ penyimpangan dalam meramalkan per-

kembangan daerah, maka akan dilakukan Revisi RPJP.

Namun ketika kondisi dan kebijakan yang lebih luas ( makro ) tingkat nasional dapat

mengakibatkan perubahan tentu akan membawa dampak ke indikator RPJP yang

tidak memenuhi target harus diberi catatan bahwa hal-hal tersebut bukan karena

salah dalam kebijakan perencanaan daerah, tetapi kondisi makro yang dinamis,

faktor yang muncul sulit diprediksi dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun dan

menuntut perubahan atau revisi RPJP.

5.1. PENGENDALIAN RPJP

Pengendalian RPJP dilakukan dengan melihat indikator yang merupakan tanda

untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu arah pembangunan daerah yang

berisi program, baik berupa : informasi, data, index atau tanda lain, baik yang

langsung berpengaruh maupun tidak langsung berpengaruh serta bersifat

kwalitatif maupun kwantitatif .

1. MENGUKUR INDIKATOR RPJP

Sumber indikator yang baik harus merupakan tanda / tolok ukur untuk

mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan yang dapat dipertanggung-

jawabkan, yang dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya atau dengan

daerah lain atau rata-rata suatu daerah.

Data “ statistik dasar “ dipersiapkan oleh BPS merupakan instansi vertikal

yang independen dan dilindungi undang-undang, walaupun demikian tidak

menutup kemungkinan adanya lembaga lain yang mengeluarkan.

Laporan keuangan dan berbagi terbitan Bank Indonesia ( BI ) juga

merupakan sumber indikator yang dapat dipakai referensi perencanaan

maupun evaluasinya.

Institusi lain seperti : lembaga penelitian, survey, polling dan konsumen

merupakan alat ukur juga dalam memberikan masukan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 62

Untuk mengukur indikator dibutuh waktu, keahlian dan biaya untuk

menghitungnya. Indikator ada 3 :

1. Absolut atau angka reel.

2. Index yang menggambarkan standard

3. Perbandingan tahun sebelumnya & daerah lain yang setara.

Mengukur indikator pada prinsipnya dimulai dengan menetapkan kondisi

awal atau asumsi dan mengukur kondisi berikutnya.

Cara-cara polling oleh lembaga independen merupakan cara yang populer

dan banyak diterima masyarakat, oleh sebab itu cara ini lebih dapat dipakai

pertimbangan. Indikator dengan narasi singkat dan jelas untuk mengevaluasi

RPJP ini terdiri dari indikator :

1. Oucome / Manfaat : Nilai yang timbul akibat adanya program yang telah

dilaksanakan memberi manfaat bagi masyarakat.

2. Dampak : Tingkat manfaat yang ditimbulkan sebagai nilai tambah yang

diinginkan terhadap berbagai kegiatan dan kondisi masyarakat.

3. Impak : Pengaruh makro ( luas ) berjangka panjang terhadap daerah,

masyarakat, pemda dan DPRD

2. INDIKATOR AKHIR RPJP

Indikator akhir periode perencanaan jangka panjang ( 20 tahun yang akan

datang ) akan dipakai sebagai pedoman/ referensi penyusunan RPJM dan

penyusunan Visi-Misi Calon Kepala Daerah .

Dalam indicator ini ditentukan yang terkait pencapaian visi adalah sbb :

1. Sosial Budaya, yaitu terwujudnya :

1. Meningkatnya Index pendidikan yang terdiri dari gabungan angka

partisipasi sekolah mencapai 12 tahun dan angka melek huruf

mencapai 100 %

2. Meningkatnya Index kesehatan denan indikatr usia harapan hidup

menjadi 72 tahun .

3. Peningkatan kualitas penduduk yang berupa sumberdaya manusia (

IPM ) menjadi 80

4. Tumbuhnya budaya cinta lingkungan dan cinta perdagangan

5. Pemberdayaan masyarakat dan perempuan meningkat dan bagi

perempuan makin meningkat perannya dengan IPJ meningkat .

6. Kota Pontianak bebas kemiskinan maximal 5 % dan berkurangnya

PMKS

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 63

2. Ekonomi daerah, yaitu terwujudnya :

1. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional atau 5 % untuk

kesejahteraan yang berkeadilan pada kelompok menengah kebawah.

2. Kesenjangan ekonomi kelompok lapisan masyarakat relatif kecil

3. Pertumbuhan investasi ke arah sektor sekunder dan tersier yang

mengarah penyerapan tenaga kerja.

4. Peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) mencapai 90

% untuk mengurangi pengangguran.

5. Peningkatan dan kuantitas koperasi & UKM mampu menyerap tenaga

kerja.

3. Sarana dan prasarana, yaitu terwujudnya :

1. Jalan yang memenuhi syarat meningkat dan tingkat kerusakan

mengecil dengan biaya perawatan yang relatif hemat.

Jalan tumbuh mampu mengiringi pertambahan kendaraan dengan

indi-kator tidak macet dan standard jalan terpenuhi .

2. Air bersih mampu dinikmati keluarga miskin dan semua keluarga di

Kota Pontianak baik dari sisi kuantitas maupun .

3. Indikator drainase kota mampu untuk membebaskan Kota Pontianak

dari genangan dan banjir terutama kawasan perdagangan dan jasa .

4. Perumahan permukiman di Kota Pontianak bebas dari kawasan

kumuh dan semua keluarga punya sanitasi sendiri / bersama serta

semua keluarga punya rumah sehat

5. Transportasi darat dengan kendaraan umum diarahkan untuk mampu

menghubungkan dalam kota dengan trayek yang merata dan dengan

kota hinterlandnya dapat terhubung .

6. Pembangunan sumber daya listrik terpenuhi untuk mencukupi kebu-

tuhan rumah tangga dan industri .

4. Politik, Hukum dan Kamtib , yaitu terwujudnya :

1. Politik terwujudnya iklim politik yang sehat

2. Hukum bersinerginya aspek substansi, struktur dan kultur hukum

serta lahirnya peraturan daerah yang responsif dan akomodatif

3. Keamanan dan ketertiban makin meningkat serta berkurangnya

kriminalitas .

5. Pemerintahan, yaitu terwujudnya :

1. Pelayanan publik menuju satu atap, satu pintu dan satu meja.

2. Otonomi daerah berjalan optimal untuk kesejahteraan dan keadilan .

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 64

3. Peningkatan derajad kemandirian daerah, pembiayan berbasis kinerja

serta prosentase belanja publik semakin tinggi

4. Tata kelola pemerintahan telah terbiasa azaz Good Govenance

6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

1. Perencanan penataan ruang mampu mengembangkan wilayah kota

agar lebih merata, terjadi kesenjangan yang kecil dan hinterland kota

bisa saling menunjang dan tertata secara lebih sinergis.

Peraturan tata ruang tidak hanya RTRW, tetapi perlu lebih detail agar

yang baik apat menjamin terhadap ketaatan dalam pelaksanaan .

2. Pemanfaatan produk hukum perencanaan tata ruang dilakukan agar

memudahkan investor/pengembang dalam melakukan kegiatan

bisnisnya dan kepastian langkah dalam pembangunan

3. Pengendalian tata ruang agar menjamin konsistensi kebijakan peman-

faatan ruang dan menghindari perubahan fungsi ruang sekecil

mungkin.

4. Lingkungan hidup yang terdiri dari air dan udara agar kualitas air air

baku Sungai Kapuas tidak diatas ambang batas baku mutu lingkungan

serta udara tidak dalam kondisi ISPU bahaya .

Indikator inilah yang direncanakan akan terjadi pada 20 tahun yang akan

datang, ada yang bersifat kwantitatif ada yang kwalitatif dan dengan

keterbatasan data dan informasi diharapkan menjadi referensi penyusunan

RPJM tiap ganti kepala daerah .

5.2. EVALUASI RPJP

Pengendalian dan evaluasi RPJP akan dilakukan oleh : Bappeda Kota Pontianak

sebagai satuan kerja yang mengkoordinir semua perencanaan, pengendalian

dan evaluasi apabila RPJP terjadi penyimpangan.

Pengendalian dilakukan apabila akan terjadi pergantian kepemimpinan di

daerah dengan cara menyapaikan indikator saat itu dan arah pembangunan

yang ada dalam RPJP yaitu upaya untuk mencapai Visi Daerah.

Dalam proses publikasi ini untuk dipakai referensi dalam menyusun : Visi, Misi

dan Program Calon Kepala Daerah.

Pengendalian juga dilakukan manakala ada evalusi dan bila memungkinkan tiap

tahun melalui Kebijakan Umum APBD, agar bias tidak terlampau besar dalam

mencapai Visi Daerah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 65

B A B VI

P E N U T U P

Sebagai pentup RPJP Daerah yang berisi visi, misi, & arah pembangunan daeah

merupakan pedoman bagi pemerintah & masyarakat di dalam penyelenggaraan

pembangunan nasional 20 tahun ke depan.

RPJP Daerah ini menjadi acuan di dalam penyusunan RPJM Daerah dan menjadi

pedoman bagi calon kepala daerah & calon wakil kepala daerah dalam menyusun visi,

misi, & program prioritas yang akan menjadi dasar dalam penyusunan RPJM lima

tahunan & RKP.

Keberhasilan pembangunan daerah dalam mewujudkan visinya perlu didukung (1)

komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat; (2) konsistensi kebijakan pemerintah

daerah ; (3) keberpihakan kepada rakyat; & (4) peran serta masyarakat & dunia

usaha secara aktif.