rencana pembangunan jangka panjang ( r p j p )...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
KOTA PONTIANAK TAHUN 2005
BADAN PERENCANAAN
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
( R P J P ) KOTA PONTIANAK TAHUN 2005 – 2025
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
( B A P P E D A )
KOTA PONTIANAK
TAHUN 2007
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
2025
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur KEhadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bappeda Kota Pontianak Tahun
Anggaran 2007 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2007 tangggal
8 Januari 2007 dan Peraturan Daerah Nomor : 4 Tahun 2007 tanggal 8 Oktober 2007 telah
dilaksanakan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai suatu rencana tahunan bagi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyediakan pelayanan bagi masyarakat harus dapat
dipertanggungjawabkan anggaran tersebut adalah melalui Penyusunan Laporan Keuangan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan pada Pasal 232 ayat (6) menyatakan :
Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi :
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca; dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan
Semoga dengan materi laporan keuangan yang telah meliputi 3 (tiga) hal tersebut di atas
dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kota Pontianak dalam rangka mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance) khususnya yang berkaitan dengan transparansi dan
akuntabilitas.
Akhirnya kami atas nama pimpinan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Pontianak menyampaikan permohonan maaf, jika dalam penyampaian laporan keuangan ini
masih terdapat kekurangan atau kelemahan dan untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak
sangat kami harapkan demi peyempurnaannya.
Pontianak, Pebruari 2008
Kepala Bappeda
Kota Pontianak
Ir. Toni Herianto, MT
Pembina Utama Muda
NIP. 010108643
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 1
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1. PENGANTAR
1. Cikal bakal berdirinya Kota Pontianak dimulai dari delta yang memecah
Sungai Kapuas menjadi Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak yang ditandai
dengan adanya Kesultanan Kadriyah. Dari kehidupan tepian sungai inilah
dimulai tumbuh kembangnya Kota Pontianak hingga saat ini .
2. Kota Pontianak sebagai ibukota Kalimantan Barat memberikan gambaran
umum bahwa kota nomor satu di Kalbar ini luasnya 107,82 km2 terletak di
lintasan garis khatulistiwa dan dilintasi Sungai Kapuas, batas wilayah
keseluruhan dikelilingi Kabupaten Potianak dengan batas kecamatan sebelah :
1. Utara : Kecamatan Siantan
2. Selatan : Kecamatan Siantan, Sungai Raya dan Sungai Kakap
3. Barat : Kecamatan Sungai Kakap
4. Timur : Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Ambawang
Wilayah administrative kota ini terdiri dari 5 kecamatan dan 24 kelurahan serta
seperti kota daerah tropis dengan suhu rata-rata : ( 26,1 - 27,4 ) C dengan
kelembaban udara berkisar antara ( 86 - 92 ) % dengan lama penyinaran
matahari antara ( 34- 78 ) % sebagai data awal perlu kita kenali .
Permukaan tanah antara : 0.1 s/d 1.5 meter diatas permukaan laut dan dibatasi
: 0 0 02’ 24” Lintang Utara s/d 0 0 05’ 37’’ Lintang Selatan
109 0 16’ 25’’ Bujur Timur s/d 109 0 23’ 01’’ Bujur Timur
3. Krisis moneter tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multi-dimensi,
yang selanjutnya berdampak pada perubahan (reformasi) di seluruh sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi tersebut memberikan semangat
politik dan cara pandang baru untuk melakukan desentralisasi dan penguatan
otonomi daerah.
4. Era otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 telah membawa perubahan
daerah dan berpotensi mengakibatkan perencanaan pembangunan daerah tidak
sinergi antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya serta antara
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 2
pembangunan daerah dan pembangunan secara nasional. Otonomi telah
memberi kewenangan yang luas dengan harapan daerah mampu mengelola
segala potensi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam upaya
mencapai kesejahteraan masyarakat.
5. Pada umumnya hampir setiap perencanaan dengan asumsi kondisi sumber
daya terbatas, isinya berbagai masalah dan potensi yang diprediksi banyak
tindakan masa depan agar mampu menyelesaikan banyak persoalan pada saat
yang akan datang. Apabila tidak ada perencanaan terhadap masalah pada saat
ini tentu di masa mendatang akan semakin parah kondisinya, sedangkan
potensi yang ada bisa terjadi jauh lebih baik tanpa ada tindakan.
1.2. PENGERTIAN
RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan umum dan bersifat makro
pembangunan daerah yang merupakan jabaran pembangunan kota Pontianak
dalam upaya mencapai visi, misi, dan arah pembangunan daerah untuk periode
perencanaan 20 tahun ke depan .
Dokumen perencanaan ini untuk mengikat kesinambungan program apabila
terjadi pergantian kepemimpinan daerah, agar kesinambungan dan konsistensi
kebijakan daerah bisa lebih terjamin. Kesinambungan dan konsistensi kebi-
jakan tidak hanya menjadi harapan investor, tetapi masyarakat dan perangkat
daerah tidak menimbulkan kebingungan.
Visi dan misi disini adalah visi –misi daerah yang akan dipakai sebagai pedoman
calon kepala daerah dalam proses pemilihan kepala daerah.
Penjabaran lebih detail RPJP akan diterjemahkan dalam RPJM setiap pelantikan
dan pergantian kepala daerah, berikutnya akan diikuti dengan perubahan
rencana strategis ( renstra ) masing-masing satuan kerja perangkat daerah dan
tiap tahun menjadi dokumen Rencana Kerja Pemerintah Darah ( RKPD ) yang
diikuti dengan rencana penganggaran.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
RPJP Daerah Tahun 2005 – 2025, adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak 2005 s/d 2025, ditetapkan
dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam
mewujudkan visi, misi, & arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 3
seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis,
koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap
dan pola tindak.
RPJP diuji melalui Musrenbang Jangka Panjang dengan focus pembahasan :
Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah.
1.4. LANDASAN HUKUM
Landasan idiil RPJP Daerah adalah ketentuan peraturan perundang2an yang
berkaitan langsung dengan pembangunan nasional, yaitu:
1. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
2. UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
3. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. UU No. 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
6. UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 s/d 2025
7. PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelak-
sanaan Rencana Pembangunan
1.5. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
RPJP Daerah Tahun 2010–2025 disusun dalam tata urut sbb :
Bab I Pendahuluan.
Bab II Kondisi Umum.
Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah
Bab IV Arah dan Tahapan Pembangunan Jangka Panjang
Bab V Pengendalian dan Evaluasi RPJP
Bab VI Penutup.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 4
BAB II
K O N D I S I U M U M
Kondisi umum ini dibagi menjadi kondisi saat ini sebagai titik tolak perencanaan,
tantangan sebagai wujud tuntutan dan harapan masyarakat dan diakhiri dengan
modal dasar yang dimiliki oleh daerah sebagai sumber daya dalam proses penentuan
tindakan masa depan
Pembangunan Kota Pontianak Kalimantan Barat sebagai bagian dari pembangunan
nasional yang telah dilaksanakan dalam berbagai bidang selama ini telah
menunjukkan kemajuan dan hasil-hal positif yang meliputi bidang sosial budaya,
ekonomi daerah, iptek, Sarana dan Prasarana, politik, hukum dan keadilan,
keamanan dan ketertiban, pelayanan publik dan pemerintahan, Tata Ruang dan
Lingkungan hidup, Keuangan Daerah, Kependudukan dan Ketenaga-kerjaan,
Pemberdayaan masyarakat dan perempuan. Di samping banyak kemajuan yang telah
dicapai, masih banyak pula tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya
terselesaikan.
2.1. KONDISI SAAT INI
Kondisi saat ini merupakan data umum dari 5 tahun s/d 10 tahun yang lalu
sampai kondisi saat ini sebagai titik tolak perencanaan jangka panjang 20 tahun
yang akan datang.
2.1.1. Sosial Budaya
1. Pendidikan penduduk kota Pontianak terus menerus mengalami pe-
ningkatan. Kota Pontianak memiliki Index Pembangunan Manusia
(IPM) sebesar 69,1 pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 69,5 pada
tahun 2005, dengan lama sekolah 8,5 tahun pada tahun 2004 dan
meningkat menjadi 8,6 tahun pada tahun 2005. Selain itu,
pembangunan pendidikan terlihat pula dari hasil perolehan Nilai
Ebtanas Murni (NEM) dari tingkat Sekolah Dasar (SD) – Sekolah
Menengah Atas (SMA). Perolehan NEM untuk tingkat SD pada tahun
tahun 2004 sebesar 6.23 dan pada tahun 2005 meningkat menjadi
sebesar 6.45. NEM untuk tingkat SMP Pada tahun 2004 sebesar 4.41
dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 6.14. NEM untuk SMA pada
tahun 2004 rata-rata sebesar 5.43 dan tahun 2005 meningkat menjadi
sebesar 5.47, sedangkan NEM Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 5
pada tahun 2004 sebesar 3,25 dan tahun 2005 menjadi sebesar 3,75.
Indikator penting berikutnya tentang keberhasilan pendidikan terlihat
dari angka melek aksara tahun 2004 sebesar 90,7 menjadi sebesar
91,00 persen tahun 2005. Ada pula Peningkatan angka partisipasi
sekolah, baik Angka Partisipasi Murni (APM) maupun Angka
Partisipasi Kasar (APK) untuk semua kelompok usia. APM untuk
tingkat SD/MI tahun 2004 sebesar 87.00% dan menurun sedikit pada
tahun 2005 menjadi 86.94%. Untuk APM tingkat SLTP tahun 2004
sebesar 71,00% dan tahun 2005 menurun sedikit menjadi sebesar
70.77%. APM tingkat SLTA tahun 2004 sebesar 70,00% dan tahun
2005 menurun menjadi sebesar 65.97%, sedangkan APK untuk tingkat
SD/MI tahun 2004 sebesar 104,79% dan menurun sedikit pada tahun
2005 menjadi 102,36%. Untuk APK tingkat SLTP tahun 2004 sebesar
99.17% dan tahun 2005 naik sedikit menjadi sebesar 99,31%. APK
tingkat SLTA tahun 2004 sebesar 99,74% dan tahun 2005 naik
menjadi sebesar 100,66%, kelayakan guru mengajar untuk tingkat SD
tahun 2004 sebesar 91,25% naik sedikit menjadi sebesar 92,36%
tahun 2005 dan kelayakan gedung SD tahun 2004 sebesar 75,05 dan
meningkat menjadi sebesar 80,47 tahun 2005. Sebagian besar data
sebagai gambaran saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup
menggembirakan di bidang pendidikan. Hal tersebut juga mendapat
dukungan swasta yang tumbuh makin banyak dalam menyediakan
sekolah mulai dari SD sampai SMA. Problim pendidikan saat ini
adalah dukungan biaya pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang masih kurang, sekolah masih terkendala
dengan masalah buku siswa, yang terkait kurikulumm dan pelatihan
kurikulum, dukungan fasilitas perpustaan yang minim, dukungan
buku untuk guru belum optimal dan masih kurangnya pelatihan
untuk ketrampilan mengajar, serta dukungan media pembelajaran
ysng masih kurang, beberapa SD kekurangan murid, sarana dan
prasarana SD rusak atau kurang mendukung, kelayakan guru
mengajar yang kurang, proses pembelajaran yang kurang efektif dan
memerlukan tambahan les di luar dengan biaya yang besar, variasi
materi lokal yang sesuai dengan visi dan misi kota pontianak masih
kurang, keragaman ketrampilan bagi murid tingkat SMK yang
terbatas.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 6
2. Sarana dan prasarana kesehatan yang terdiri dari banyak rumah sakit,
Puskesmas. Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling serta
dukungan tenaga medis mengalami perkembangan yang menggembi-
rakan. Data sarana dan prasarana kesehatan pada tahun 2005 yang
terdiri dari Rumah sakit sebanyak 5 buah dengan kapasitas tempat
tidur (TT) sebanyak 705, rumah sakit bersalin dan klinik bersalin
sebanyak 8 buah, dengan kapasitas TT sebanyak 120 kamar,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling sebanyak
28 buah, dengan kapasitas TT 22 buah, apotik dan toko obat sebanyak
144 buah, dokter spesialis 27 orang, dokter gigi 50 orang, dokter
umum 75 orang, bidan sebanyak 217 dan perawat sebanyak 886
orang. Perkembangan positif lain adalah dukungan swasta dalam
membangun prasarana kesehatan dan warga kota, termasuk warga
Kalbar mudah mengakses prasarana dan sarana kesehatan yang ada.
Data penting berikutnya terkait dengan Angka Kematian Balita tahun
2004 sebesar 7,53 persen per 1000 kelahiran hidup dan menurun
menjadi 7,33 pada tahun 2005, angka kematian bayi pada tahun 2004
sebesar 4,46 dan meningkat menjadi 5,98 tahun 2005, angka
kematian kasar 4,27 tahun 2004 dan meningkat menjadi 4,38 tahun
2005. Index kesehatan (usia harapan hidup) 65,8 tahun pada tahun
2004 dan meningkat menjadi 66,10 pada tahun 2005. Persoalan yang
dihadapi di bidang kesehatan antara lain terdiri dari dukungan biaya
kesehatan dari APBD yang sangat kurang, dukungan sarana dalam
wujud tempat tindur di rumah sakit dan Puskesmas masih sangat
sedikit, biaya kesehatan terutama untuk obat dan dokter yang masih
mahal, harapan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24
jam belum optimal, penyakit enpidemi demam berdarah, muntaber
dan diare yang menimbulkan kematian tinggi masih tetap terjadi
untuk setiap tahunnya serta kekurangan dokter spesialis.
3. Pembangunan di bidang budaya sudah mengalami kemajuan yang di-
tandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman
budaya antar etnis dominan dan etnis lainnya, berkembangnya
toleransi dan penyelesaian masalah tanpa kekerasan, serta mulai
berkembangnya interaksi antarbudaya. Namun, di sisi lain masih
kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya patuh pada
hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang negatif dan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 7
penggalian budaya daerah yang potensial masih belum optimal,
pembinaan dan dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat
terhadap insan pengembang dan pelestari budaya yang masih kurang.
4. Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung
telah menunjukan kemajuan yang tercermin di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), politik,
lingkungan, dan sosial budaya. Keberhasilan tersebut karena didu-
kung kebijakan pemerintah Kota Pontianak dan dukungan dari
berbagai lembaga seperti Pusat Studi Wanita (PSW), Asosisiasi
Advokasi Perempuan dan anak (ASAPUAN) dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) lainnya. Persoalannya adalah peningkatan dan
kemajuan dalam pemberdayaan tersebut baru dinikmati oleh kalangan
yang terbatas, perjuangan terhadap hak-hak perempuan masih
menghadapi banyak kendala, masih dijumpai kekerasan terhadap
perempuan dan anak dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga
kerja perempuan yang masih minim.
5. Pembangunan di bidang kependudukan terus menerus diupayakan
dalam rangka pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Jumlah
penduduk kota Pontianak terus meningkat dari tahun ke tahun dan
sampai dengan tahun 2005 sebanyak 521.369 jiwa. Penduduk yang
besar ini menjadi modal dasar pembangunan dan potensi pasar yang
menjanjikan. Pertumbuhan pendudukan tersebut bukan hanya karena
faktor kelahiran, melainkan juga dibarengi dengan tingginya
urbanisasi dari warga Kalimantan Barat (Kalbar) maupun luar Kalbar
yang dapat menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan
kekumuhan kota. Di sisi lain, penyebaran penduduk antar kecamatan
yang kurang merata.
6. Bidang sosial menjelaskan masalah kemiskinan dan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). (1) Angka kemiskinan Kota
Pontianak tahun 2004 sebesar 19,3 % dan menurun menjadi 15,2
tahun 2005, sedangkan Kepala keluarga (KK) miskin sebesar 19.427
KK pada tahun 2005. Penurunan kemiskinan tersebut karena
berbagai kebijakan pemerintah mulai Inpres Desa Tertinggal (IDT),
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT),
Kecamatan Development Program (KDP), Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP), program pengembangan kecamatan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 8
(PKK) yang sumberdanya dari APBD Kota Pontianak, Neighborhood
upgrading and shelter sector project (NUSSP) dan Jaring Pengaman
Sosial (JPS) seperti Bantuan beras untuk kelurga miskin (Raskin) dan
Askeskin yang dilaksanakan selama krisis ekonomi tahun 1998-2000
serta kebijakan atau pendekatan berbasis hak (rights based approach).
Kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut seringkali tidak
berkelanjutan, waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan lama yang
diprogramkan, kurang tersedia dana pendampingan setelah proyek
berakhir, penanggulangan masalah kemiskinan terkesan kuat hanya
menjadi tugas pemerintah dan yang lebih penting bahwa data tentang
kemiskinan yang ada masih kurang akurat, (2) Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) juga mendapat perhatian pemerintah,
tetapi belum optimal. Data terbaru PMKS adalah data tahun 2004
yang terdiri dari fakir miskin sebanyak 5.829, Balita terlantar 1.151,
anak terlantar sebanyak 1.943 dan usia lanjut terlantar sebanyak 762
orang. Kecenderungan yang terjadi di banyak kota, termasuk
Pontianak adalah adanya peningkatan dari tahun-ke tahun tentang
masalah sosial, terutama gelandangan, pengemis, anak jalanan, PSK,
korban penyalahgunaan NAPZA dan banyaknya orang gila yang datang
dari luar kota, penyalahgunaan NAPZA yang banyak diderita oleh
generasi muda dan peningkatan korban HIV/AID, dukungan
prasarana anak dan usia lanjut terlantar masih kurang serta
pendataan PMKS yang belum akurat.
2.1.2. Ekonomi Daerah
1. Setelah dilanda krisis ekonomi secara nasional sejak tahun 1997 yang
lalu, kondisi perekonomian Kota Pontianak sedikit demi sedikit
mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukan dengan tingkat pertumbuhan
yang relatif tinggi, walaupun masih di bawah angka pertumbuhan
nasional. Selama kurun waktu 2001 s/d 2005 menunjukkan
pertumbuhan dengan trend /cenderung meningkat. Selama kurun
waktu tersebut, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak
sebesar 3,42%.
Dilihat dari kontribusi sektoral terhadap PDRB perekonomian Kota
Pontianak didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran,
sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan & komunikasi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 9
Sektor perdagangan, hotel & restoran memberikan kontribusi dalam
pembentukan PDRB Kota Pontiana sebesar 22,92%. Peranan sektor ini
terhadap pembentukan PDRB Kota Pontianak, sebesar 20,01%
disumbang oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.
Sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi besar dalam
pembentukan PDRB Kota Pontianak. Kontribusi sektor jasa-jasa dalam
pembentukan PDRB sebesar 21,93%, yang dominan disumbang oleh
sub sektor jasa pemerintahan umum (21,06%).
Sektor pengangkutan & komunikasi sebagai penyumbang terbesar
ketiga dalam pembentukan PDRB Kota Pontianak. Kontribusi sektor
ini dalam pembentukan PDRB sebesar 20,34%. Penyumbang terbesar
dalam pembentukan PDRB sektor ini adalah sub sektor pengangkutan,
dengan kontribusi sebesar 16,93%.
Selain ketiga sektor tersebut, sektor-sektor yang memberi kontribusi
yang relatif besar terhadap pembentukan PDRB Kota Pontianak, yaitu
Sektor bangunan dan konstrksi sebesar 16,90 %; sektor keuangan,
persewaan & jasa pemerintah memberi kontribusi sebesar 11,10%
dengan sub sektor pendukungnya yaitu sub sektor bank (4,41%), sub
sektor lembaga keuangan bukan bank (3,23%), sub sektor sewa
bangunan (3,37%).
Ada tiga sektor yang rendah bahkan menurun peranannya dalam
pembentukan PDRB Kota Pontianak, yaitu sektor : pertanian sebesar
0,61%, industri pengolahan 5,14% dan listrik/air bersih 0,17%.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat
diukur dari manfaat apa yang dapat diperoleh masyarakat dari
kegiatan pembangunan tersebut. Indikator yang sering digunakan
untuk melihat keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah tingkat pendapatan per Kapita
penduduk. Tahun 2001 PDRB per Kapita Kota Pontianak sebesar Rp
9.345.472, tahun 2005 meningkat menjadi Rp 12.675.316. Selama
kurun waktu 2001–2005 pertumbuhan PDRB per Kapita Kota
Pontianak rata-rata sebesar 8,11% Peningkatan yang sangat besar
menandakan bahwa secara rata-rata telah terjadi peningkatan
kemakmuran masyarakat Kota Pontianak.
Kenaikan PDRB per Kapita akan memberi makna dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat suatu daerah, manakala diikuti dengan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 10
peningkatan daya beli masyarakat daerah yang bersangkutan. Daya
beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya tingkat
inflasi. Selama kurun waktu 2001 – 2005 tingkat inflasi di Kota
Pontianak rata-rata sebesar 7,13%. Dengan membandingkan antara
tingkat pertumbuhan PDRB per Kapita dan tingkat inflasi selama
kurun waktu tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat Kota Pontianak mengalami peningkatan
yang relatif kecil yakni sebesar 0.98%.
2. Penanaman modal merupakan bidang strategis, sebab tanpa investasi
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan setiap sektor akan lambat.
Tujuan makro ekonomi suatu daerah adalah bahwa pelaksanaan
pembangunan harus membawa pengaruh pada meningkatnya aktivitas
perekonomian suatu daerah, sehingga dicapai pertumbuhan ekonomi
yang semakin meningkat tiap tahunnya. Untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan investasi dengan nilai yang
cukup besar. Untuk itu pemerintah harus berusaha menciptakan iklim
usaha yang kondusif agar investasi terus meningkat, baik yang berasal
dari PMDN maupun PMA.
Realisasi investasi yang berasal dari PMDN di Kota Pontianak semester
2 tahun 2004 sebanyak Rp 46.443.620.000,- dengan jumlah proyek 11
dengan 19 badan usaha dan jumlah tenaga kerja yang digunakan
sebanyak 1.329 orang. Jumlah ini memang lebih kecil dari nilai
investasi kabupaten lain di Kalimantan Barat, terutama Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Pontianak bahkan Kabupaten Landak.
Sedangkan realisasi investasi yang berasal dari PMA di Kota Pontianak
tahun 2004 sebanyak US $ 18.711.340, dengan jumlah proyek 6 buah
dan 19 badan usaha. Sedangkan tenaga kerja yang dipekerjakan
sebanyak 808 orang dari Indonesia dan 29 orang tenaga kerja asing.
Nilai investasi ini kalau dibandingkan dengan kabupaten lain juga
lebih kecil dari kabupaten lain, seperti Kabupaten Sanggau, Kabupaten
Ketapang, Kabupaten Kabupaten Landak dan Kabupaten Pontianak.
Realisasi investasi di Kota Pontianak tersebar pada beberapa proyek
kegiatan yang mendukung perkembangan sektor ekonomi. Investasi
pada sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan relatif kecil,
yaitu senilai Rp 1.556.000.000 atau 47,15% dari rencana investasi Rp
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 11
3.300.100.000,-. Kecilnya nilai investasi pada sub sektor ini
dikarenakan bahwa sebagai daerah perkotaan, maka lahan yang
diperuntukan untuk kegiatan pengembangan sektor pertanian sangat
terbatas. Sedangkan investasi pada sektor yang mendukung
berkembangnya wilayah perkotaan nilainya cukup besar seperti sektor
industri, hotel & restoran dan jasa.
Investasi sektor industri di Kota Pontianak dengan total nilai investasi
sebesar Rp 41.929.870.000,- atau 57,24% dari target investasi Rp
73.256.170.000,-. Dari total realisasi investasi sektor industri tersebut,
investasi industri kayu mempunyai nilai paling besar yaitu Rp
37.721.870.000,-. Kemudian investasi industri makanan dengan nilai
Rp 3.309.000.000,- dan investasi industri kimia dengan nilai Rp
899.000.000,-. Besarnya investasi sektor industri ini, pada
perekonomian Kota Pontianak didukung oleh perkembangan sektor
perdagangan.
Sejalan dengan berkembangnya Kota Pontianak sebagai kota
perdagangan, maka permintaan akan pelayanan hotel dan restoran
juga meningkat. Akibatnya realisasi investasi sub sektor ini melebihi
dari target yang direncanakan. Nilai investasi sub sektor hotel dan
restoran cukup besar, yaitu Rp 50.781.000.000,- atau 105,21% dari
target investasi Rp 48.264.500.000,-.
Realisasi investasi yang cukup besar adalah untuk sektor jasa dengan
nilai Rp 35.802.430.000 atau sebesar 46,50% dari target investasi
sebesar Rp 76.988.890.000. Dan investasi terkecil yang bersumber
dari PMDN adalah untuk sektor angkutan, gudang dan telkom senilai
Rp 1.214.640.000. Sedangkan ada 2 (dua) proyek yang tidak ada
realisasi investasinya yaitu investasi sub sektor industri mineral non
logam senilai Rp 5.501.000.000,- dan investasi industri lainnya Rp
37.500.000.000,-.
Pada tahun 2005, realisasi investasi yang berasal dari PMA sangat
kecil yaitu hanya sebesar Rp 18.732.720.000,- atau 6,06% dari target
yang direncanakan Rp 309.110.360.000 atau realisasi 7 proyek dari 27
proyek target. Investasi tersebut tersebar pada beberapa kegiatan
investasi seperti investasi pada sub sektor industri, hotel & restoran
dan angkutan, gudang, telekomunikasi. Sealin itu ada beberapa
kegiatan investasi yang tidak terealisasi seperti investasi sub sektor
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 12
peternakan, industri kayu, industri logam dasar dan jasa lainnya.
Investasi industri makanan yang paling besar nilainya yaitu US $
11.461.450.000,- walaupun kalau dibandingkan dengan targetnya
sangat kecil, yaitu hanya sebesar 4,51% dari target sebesar US $
253.970.450.000,-. Dan investasi industri kimia, walaupun nilainya
relatif kecil Rp US $ 3.477.290.000,- tapi melampaui target yaitu
180,57% dari target US $ 1.927.760.000,-.
Investasi sub sektor angkutan, gudang dan telekomunikasi juga
melampaui target, walaupun nilainya juga relatif kecil yaitu US $
3.772.600.000,-(104,07%) dari US $ 3.625.050.000,-. Dan realisasi
investasi sub sektor hotel dan restoran hanya sebesar US $
21.380.000,-(72,35%) dari US $ 2.955.000.
Dari segi penyaluran kredit selama kurun waktu 2001 – 2005 telah
terjadi peningkatan. Tahun 2001 jumlah kredit tersalur sebanyak RP
1.219.973.000.000, sebanyak 33,26% untuk kredit Modal Kerja,
46,74% Investasi dan 20% untuk kredit Konsumsi. Tahun 2005 total
kredit yang disalurkan Rp 2.604.813.000, sebanyak 39,30% untuk
kredit Modal Kerja, 31,10% Investasi dan 29,6% untuk kredit
Konsumsi. Dalam kurun waktu 2001 – 2006 terjadi pertumbuhan
investasi rata-rata sebesar 8,54%, yakni dari RP 570.196.000.000
tahun 2001 menjadi Rp 859.157.000.000 per juni 2006.
Sedangkan kalau dilihat dari penggunaannya, maka penyaluran kredit
pada sektor pertanian relatif besar yaitu 18,93%. Hal ini menjadi
menarik, karena dengan kontribusi yang diberikan sektor pertanian
terhadap pembentukan PDRB relatif kecil, tetapi kredit untuk usaha
pertanian cukup besar walaupun tidak dominan. Selanjutnya
penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 25,96% dan sektor jasa sebesar 28,93%. Besarnya penyaluran
kredit pada 2 (dua) sektor ini, karena memang sektor ini penyumbang
terbesar pembentukan PDRB.
Kredit tersebut disalurkan dalam bentuk kredit usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dengan pangsa terbesar kredit mikro (dengan
plafon s.d. Rp 50.000.000). Untuk kredit kecil dengan plafon Rp
50.000.000,- s.d Rp 500.000.000,- dan kredit menengah dengan
plafon Rp 500.000.000,- s/d Rp 5 miliar. Untuk kredit mikro, kecil
dan menengah di Kota Pontianak tersalur dalam bentuk kredit modal
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 13
kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi.
Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, maka penyaluran kredit
UKMK di kota Pontianak yang terbesar pada 3 (tiga) sektor, yaitu pada
sektor pertanian (49,02%), sektor perdagangan, hotel dan restoran
(27,43%) dan di sektor jasa-jasa (14,53%). Yang menarik adalah
penyaluran kredit pada sektor petanian, walaupun kontribusi sektor
terhadap PDRB relatif kecil, justru pemanfaatan kredit UMKM pada
sektor pertanian relatif besar. Hal ini disebabkan bahwa usaha yang
dijalankan pada sektor pertanian digeluti secara serius walaupun tidak
oleh banyak orang.
3. Berdasarkan pengelompokan industri (KLUI), jumlah perusahaan in-
dustri di Kota Pontianak tahun 2004 terdapat 30 perusahaan industri
besar, 600 perusahaan industri kecil dan menengah.
Dari 30 industri besar tersebut, 12 perusahaan terletak di Kecamatan
Pontianak Utara, 6 perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak
Selatan, 3 perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Timur, 8
perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Barat, dan 1
perusahaan terletak di Kecamatan Pontianak Kota.
Untuk Perusahaan industri kecil dan menengah, dari 600 buah
perusahaan tersebar di 5 Kecamatan yang ada di Kota Pontianak.
Adapun dilihat dari jenis usahanya, maka pengelompokan industri
tersebut adalah industri kimia sebanyak 221 buah, Industri agro
sebanyak 209 buah, industri hasil hutan sebanyak 21 buah, in- dustri
mesin sebanyak 43 buah, dan industri aneka sebanyak 106 buah.
4. Secara geografis Kota Pontianak memang sangan cocok sebagai kota
perdagangan, baik perdagangan antar daerah dalam provinsi maupun
perdagangan dari dan ke luar negeri, ini dimungkinkan karena letak
pelabuhan Pontianak yang cukup strategis.
Penunjang perkembangan sektor perdagangan adalah tersedianya
pasar. Jumlah pasar tradisional di Kota Pontianak sebanyak 10 buah
dengan jumlah kios sebanyak 727 buah, jumlah los/tenda sebangauk
2.602 buah yang secara keseluruhan dapat menampung sebanyak
3.414 pedagang. Sebagian pasar tradisional tersebut kondisinya
kurang layak untuk memberikan pelayanan kepada konsumen.
Sementara daya tampung untuk pedagang dengan berbagai jenis
dagangannya relatif sangat terbatas. Dengan kondisi yang demikian
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 14
Pemerintah Kota Pontianak menempuh kebijakan untuk merevitalisasi
pasar-pasar tradisional dengan bekerjasama pihak investor.
Selain pasar tradisional tersebut, di Kota Pontianak telah tumbuh dan
berkembang pasar modern, sampai dengan tahun 2005 telah terdapat
12 buah.
5. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang sangat penting dalam
aktivitas pere-konomian suatu daerah. Penggerak utama roda
perekonomian suatu daerah adalah tenaga kerja. Berdasarkan hasil
Susenas tahun 2003 jumlah penduduk yang bekerja di Kota Pontianak
sebesar 94.75% dari total angkatan kerja.
Berdasarkan hasil Susenas, tahun 2003 tingkat pengangguran terbuka
(TPT) Kota Pontianak mencapai 17,79 persen. Angka tersebut tertinggi
di Kabar. Berdasarkan jenis kelaminnya, TPT laki-laki sebesar 16,99 %
sedangkan TPT perempuan sebesar 19,35 %.
6. Koperasi dan lembaga keuangan lainnya merupakan suatu lembaga
yang mampu-nyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
modal/investasi pembangunan di suatu daerah. Salah satu kebijakan
ekonomi makro adalah kebijakan moneter, yang salah satunya berupa
penentuan tingkat suku bunga. Dengan tingkat suku bunga yang
sesuai diharapkan dapat menggerakkan sektor swasta untuk
menanamkan modalnya/investasi di Kota Pontianak. Jumlah koperasi
sampai Desember 2005 sebanyak 675 koperasi dengan anggota
sebanyak 89.905 orang. Koperasi yang aktif sebanyak 513 unit dan
tidak aktif sebanyak 162 unit. Dari segi modal yang dimiliki sebanyak
35,24% milik sendiri. Jumlah usaha kecil sebanyak 803 unit dan
usaha menengah sebanyah 213 unit.
2.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dasar menjadi pembahasan lebih dominan di kota
bila dibandingkan dengan daerah yang berstatus kabupaten .
1. Jalan di Kota Pontianak yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
37.5 km, pemerintah provinsi 10,6 km dan pemerintah kota Pontianak
243,554 km. Jalan yang menjadi kewenangan Kota Pontianak pada
tahun 2005 terdiri dari 95,827 km rusak berat, 62,034 km rusak dan
kondisi jalan yan mantap 66,31 %. Sedangkan menurut permukaan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 15
jalan beraspal 233,563 km, masih tanah 9,991 km dan permukaan
beton belum terdata .
Dalam pelayanan jalan terhadap rasio jumlah penduduk standardnya
kurang dan terjadi kepadatan yang tidak merata.
Pelayanan jalan terhadap rasio luas kecamatan standardnya kurang
dan tidak terjadi penambahan ruas jalan baru dalam kurun waktu 7
tahun terakhir.
Sebagian konstruksi jalan umur teknisnya tidak panjang karena ter-
kena genangan air dan beban akibat kendaraan melebihi kapasitas
jalan sehingga beberapa ruas mulai dilakukan perubahan konstruksi .
Langkah untuk meningkatkan umur teknis jalan dilakukan agar
bermanfaat menekan biaya perawatan, masalah ini tidak akan mampu
diselesaikan secara cepat karena kemampuan pembiayaan pemerintah
jauh dibawah kebutuhan yang harus disiapkan.
Dalam peraturan perundang-undangan jalan ditentukan fungsi dengan
ketentuan lebar yang distandardkan dan kondisi ini sebagian besar
ruas jalan yang ada tidak memenuhi syarat lebar, daerah milik jalan
dan kondisi ini terjadi sejak awal pertumbuhan kota Pontianak.
2. Air bersih merupakan kebutuhan dasar dan salah satu faktor penentu
kriteria keluarga miskin yaitu : apabila keluarga tidak punya sarana
air bersih sendiri atau bersama-sama maka dikategorikan miskin.
Tingkat pelayanan air bersih dari PDAM Kota Pontianak 73 % dan
tahun 2004 memberikan 60.065 sambungan dan tahun 2005
meningkat 61.699 sambungan. Sedangkan yang belum tersambung
kebutuhan masyarakat terutama di daerah yang jauh dari instalasi
dan berada di pingiran sungai .
Persoalan air bersih ini dimulai dari mendapatkan air baku dan
menekan biaya produksi agar air bersih mampu dibeli oleh masyarakat
lapis bawah. Sedangkan air baku untuk diolah menjadi air bersih yang
berasal dari sungai kapuas dalam kondisi debit dan kualitas yang
tidak stabil apabila kemarau kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi .
Instalasi air bersih PDAM Kota Pontianak sudah terlalu tua dan
waktunya diganti, maka kondisi ini menyebabkan produksi hanya
sampai air bersih dan bukan untuk air minum. Instalasi ini yang
menjadi hambatan dalam pengembangan air bersih di gang-gang yang
jauh dari jalan utama
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 16
Pengelolaan air bersih tidak ada alternatif lain selain PDAM Kota
Pontinak dan tidak bisa dibandingkan kinerjanya dalam mengolah dan
mendistribusikan air bersih sehingga tidak terjadi kompetisi yang
sehat. Apabila ada operator lain tentu pada akhirnya bisa diban-
dingkan kinerjanya dalam memproduksi air bersih akan jauh lebih
efisien dan efektif dapat dinikmati masyarakat .
3. Drainase bagi kota Pontianak sangat penting karena ketinggian
permukaan tanah teringgi 1.50 meter dari permukaan laut, sehingga
yang menjadi persoalan adalah : kalau air pasang bisa banjir dan bila
turun hujan maka lambat dialirkan ke sungai atau kelaut. Oleh sebab
itu pentingnya drainase untuk menjaga agar Kota Pontianak tidak
mengalami genangan dan banjir.
Drainase Kota Pontianak tediri dari saluran primer 102,721 km,
sekunder 479,093 km dan tersier 89,449 km . Sedangkan daerah yang
masih terbuka masih mengandalkan tanah untuk mampu meresap di
tanah terutama daerah gambut.
Kondisi sepuluh tahun terakhir terjadi pertumbuhan bangunan yang
cukup cepat dari jumlah dan besarannya yang menutupi permukaan
tanah, kondisi ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan jumlah, panjang
dan lebar drainase, bahkan yang terjadi pengurangan lebar, panjang,
jumlah dan seringkali peningkatan jalan mengakibatkan lebar dra-
inase berkurang.
Hampir sumua sarana dan prasarana fisik bertambah, namun perso-
alan paling sulit hampir tidak ada penambahan drainase, apalagi
sampai ada pembebasan lahan untuk drainase. Kondisi ini diperparah
dengan adanya bangunan baru dan rumah tingggal mewah melakukan
optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatkan ketinggian lahan
agar bebas genangan .
4. Perumahan-permukiman Kota Pontianak lebih kurang 6 % tidak
memenuhi syarat kesehatan/kumuh dan umumnya di lokasi tepian
S. Kapuas, S. Landak dan tepian beberapa parit .
Perkim yang kumuh umumnya berupa atap daun, dinding kayu yang
sudah rapuh dan menyebabkan kelembaban serta dalam lingkungan
yang dapat memberi efek tidak sehat.
Masalah kekumuhan di perkotaan menjadi satu agenda nasional dan
agenda dunia, karena kekumuhan erat kaitan dengan kemiskinan .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 17
Kepemilikan perkim penduduk kota Pontianak banyak yang belum
punya rumah sehat sendiri sekitar 15 % atau bila ini dikatakan back
log ( kekurangan jumlah keluarga dengan jumlah rumah ) maka yang
terjadi rumah cukup tetapi kepemilikan rumah dari satu keluarga bisa
lebih dari satu bagi yang mampu dan ada keluarga yang tidak mampu
dengan pola rumah kontrak yang murah serta perumahan yang tidak
laku atau dibeli tapi belum ditempati.
Banyak keluarga miskin dengan rumah yang tidak memiliki sarana
sanitasi sendiri atau bersama dalam kondisi jalan lingkungan yang
tidak layak. Umumnya di lokasi tepian sungai atau parit yang tidak
layak huni dan dalam lingkungn air yang tergenang .
Pada tahun 2005 cakupan pelayanan kebersihan 82,25 % dan sisanya
masih dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan cara dibakar atau
ada yang membuang kesungai atau parit
5. Transportasi darat dalam Kota Pontianak berupa angkutan umum dan
taxi, sedangkan angkutan umum ada 8 trayek untuk angkutan umum
( oplet ) dan bus kota ada 2 trayek, prasarana penunjang angkutan
darat berupa terminal ada 9 buah dan yang memberikan layanan
kendaraan terbanyak adalah : Terminal Batu Layang dan Terminal
RSU Sudarso. Sedangkan terminal yang paling sedikit melayani
kendaraan adalah : Terminal Pal Lima. Banyaknya layanan angkutan
umum tergantung dari posisi terminal apakah melayani angkutan
antar kota dalam provinsi atau tidak.
Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama milik pribadi jumlahnya
cepat antara bertambah 12 % s/d 14 % dibanding pertumbuhan jalan
yang hanya 2 % dan kondisi ini menyebabkan kemacetan. Kinerja
jalan di pusat kota mendekati 1 yaitu diatas 0,75 maka kinerja ini
memberikan tanda sering terjadi kemacetan.il barang dan hanya bus
yang mengalami penurunan.
Jumlah pertambahan kendaraan yang terbesar adalah sepeda motor,
kedua mobil penumpang, ketiga mob
Angkutan laut dilayani melalui Pelabuhan Pontianak /Dwikora dengan
kelas nasional dalam melayani penumpang dengan data embarkasi
tahun 2004, 2005 sbb : 53.125 dan 67.449 orang sedangkan debarkasi
tahun 2004, 2005 sbb : 76.323 dan 49.585 orang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 18
Arus barang dalam negeri lebih banyak bongkar dibanding muat yaitu
pada tahun 2005 bongkar 1.807.391,7 ton sedangkan muat 655.810,3
ton. Untuk arus barang luar negeri tahun 2005 dengan data bongkar
162,233,1 ton dan muat 537.975,5 ton.
Pelabuhan kearah pedalaman yang level provinsi terbanyak dilayani
oleh : Pelabuhan Nipah Kuning dan Pelabuhan Senghie untuk menuju
ke hulu dari Sungai Kapuas .
Bandar udara merupakan prasarana mobilisasi orang dan dan barang
yang cepat dengan biaya yang kompetitif dan bermanfaat untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, walaupun secara administratif
bukan di Kota Pontianak namun yang memperoleh manfaat terbesar
adalah Kota Pontianak.
Transportasi darat ke bandar udara hanya berupa taxi dan belum ada
angkutan umum yang bersifat masal atau transportasi umum lain
agar masyarakat punya pilihan.
6. Daya listrik kota Pontianak terjadi kesenjangan pasokan daya dengan
kebutuhan dunia usaha, rumah tangga dan industri, sehingga upaya
untuk mengatasi dengan mati bergiliran dan lomba hemat listrik.
Kapasitas rata-rata terpasang tahun 2003, 2004 & 2005 di wilayah V
sector kapuas sebesar 148.580 kw, 163.900 kw dan 163.900 kw,
kondisi ini dengan data tahun 2003 jumlah pelanggan 141.520 dan
tahun 2004 & 2005 sama yaitu : 147.459 pelangaan dengan penjualan
juga seiring dengan jumlah pelanggan.
Listrik yang diprodukti dijual sesuai kelompok pelanggan terbesar
adalah rumah tangga 16.934 kw, kedua kelompok usaha 9.935 kw,
ketiga publik & umum 3.844 kw dan terakhir industri 2.937 kw
2.1.4. Politik, Hukum dan Kamtib
1. Secara makro kondisi umum politik di Kota Pontianak cukup kondusif,
indikatornya dapat dilihat dari tingginya partisipasi masyarakat
menggunakan hak pilih dalam pemilu dan Pilkada. Sisi positif
tersebut, ternyata belum diimbangi dengan kelembagaan dan
kedewasaan para elit politik, mengingat dalam suksesi dan kompetisi
antar partai politik belum dilakukan secara sehat, masih sering
mempergunakan cara dan strategi yang dapat menimbulkan konflik,
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 19
seperti politisasi identitas etnik dan agama, pemaksaan kehendak
atas nama kepentingan kelompok.
2. Adanya perkembangan jumlah media cetak (koran, tabloid) dan TV
daerah serta peran media massa telah berjalan dengan baik, karena
berita yang merupakan output dari perusahaan media telah
disampaikan secara seimbang dan telah dapat memberikan informasi
yang tepat dan akurat kepada warga masyarakat serta dapat
dipergunaan sebagai media kontrol untuk mendorong kebijakan
pemerintah daerah yang lebih populis.
3. Iklim demokrasi yang berkembang pada saat ini juga mendorong
tumbuhnya organisasi kemasyarakatan baru, yayasan, perkumpulan
warga, dan termasuk organisasi non-pemerintah (Ornop-NGO),
sehingga aspirasi warga untuk berperan serta dalam jalannya
pemerintahan dapat lebih terakomodasi.
4. Kebijakan yang terkait dengan resolusi konflik seperti upaya untuk
membina perdamaian dalam jangka panjang (peace building) masih
perlu ditingkatkan, melalui mekanisme kerjasama antara eksekutif,
legilstif dan utamanya ORNOP.
5. Meskipun penyelenggaraan pembangunan hukum di Kota Pontianak
diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan; melalui perwujudan kepastian untuk tumbuh-
kembangnya dunia usaha dan industri, tanpa mengurangi fungsi
hukum sebagai pengatur/pedoman kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun realitasnya secara umum masih
belum optimal.
7. Belum optimalnya pembangunan hukum disebabkan karena belum
sinerginya antara aspek substansi, struktur dan kultur hukum.
Dalam substansi hukum, pembaruan materi hukum daerah idealnya
tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan
pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian
dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hak asasi
manusia (HAM), serta meningkatnya kesadaran hukum, serta
pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban
dan kesejahteraan. Sedangkan dari sisi struktur hukum idealnya
dilakukan percepatan reformasi birokrasi untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur dan untuk mewujudkan tata pemerintahan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 20
yang baik, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di
bidang-bidang lain. Sedangkan dari budaya hukum masih belum
optimalnya perwujudan nilai yang berkesesuaian dan yang dapat
mendukung efektivitas bekerjanya hukum dan kesadaran hukum
masyarakat secara memadai.
8. Secara kelembagaan pendayagunaan program legislasi daerah dan
peran Panitia Ran HAM belum dioptimalkan dalam penyusunan
produk hukum daerah, akibatnya beberapa produk hukum daerah
menjadi kurang responsif dan akomodatif dengan kebutuhan
pembangunan.
9. Upaya menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
penanggulangan kriminalitas telah memberikan kontribusi positif
yang memungkinkan aktivitas pemerintah, swasta dan masyarakat
menjadi lebih lancar. Di sisi lain memang masih ditemukan gangguan
terhadap rasa aman seperti penodongan, perampokan, pencurian,
penjambretan dan tindak kriminal lainnya dan masih kurangnya
kesadaran masyarakat berpartisipasi dalam menciptakan keamanan,
terbatasnya peralatan dalam pelaksanaan tugas, aparat yang masih
kurang dan belum ada tindak lanjut dari instansi terkait terhadap
berbagai temuan.
10.Kondisi aman dan tertib dalam masyarakat terkesan hanya menjadi
tugas Polisi. Semua orang mengharapkan rasa aman dan tertib, tetapi
mereka belum atau tidak berpartisipasi dalam menciptakan kemanan
dan ketertiban. Kesadaran partisipasi masyarakat dalam di bidang
keamanan dan ketertiban masih rendah. Begitupula koordinasi
pengelolaan lingkungan sosial yang terkait dengan pengungsi internal
korban kerusuhan dan dampak ditutupnya industri perkayuan
cenderung menyebabkan meningkatnya penduduk yang bermigrasi ke
kota Pontianak masih perlu ditingkatkan
11.Perhatian pemerintah terus meningkat dari waktu ke waktu dalam
upaya meminimalkan tingkat kriminalitas melalui kerjasama antara
pemerintah kota, Poltabes Pontianak dan dukungan masyarakat. Hal
ini dilakukan karena masalah kriminalitas dapat memberikan
gambaran tingkat keamaman dan ketertiban masyarakat atau menjadi
indikator utama untuk menilai tingkat ketahanan sosial. Namun
demikian ada beberapa jenis kriminalitas yang menonjol di Kota
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 21
Pontianak dan beberapa kecamatan di sekitar Kota Pontianak yang
perlu mendapat perhatian lebih serius yaitu Curanmor, Curat, Curas,
Penganiayaan berat, kebakaran/ pembakaran, perkosanaan/
pencabulan dan narkotika. Tren tentang tingkat kriminalitas dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kasus kriminalitas tahun
2002 yang dilaporkan masyarakat sebanyak 3.031 dan tahun 2003
sebanyak 3.501. Tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 15,51%
dan tahun 2005 menjadi 5.523 kasus.
2.1.5. Pemerintahan
1. Peningkatan kemampuan aparatur daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang sesuai prinsip tata kelola pemerintahan yang baik
dirasakan masih belum optimal. Penataan kelembagaan yang
beroreintasi pada pelayanan prima perlu ditingkatkan termasuk
didalamnya transparansi pelayanan yang adaptif terhadap
perubahan dan tuntutan masyarakat. Pada level Kecamatan dan
Kelurahan pelaksanaan pelayanan publik yang cepat, tepat dan
murah dirasakan masih belum optimal.
2. Organisasi pemerintah dalam pengembangan otonomi daerah masih
dihadapkan pada sistem perencanaan apartur yang belum sesuai
dengan struktur dan perangkat kelembagaan daerah serta masih
belum optimalnya dukungan budaya kerja.
3. Desentralisasi kewenangan ke wilayah kecamatan dan kelurahan
masih perlu ditingkatkan dalam rangka memangkas rentang kendali
pelayanan yang panjang dan tidak efesien. Mengingat selama ini
kewenangan lebih terkonsentrasi pada upaya penguatan kewenangan
dan kelembagaan kota, sementara sementara camat dan lurah belum
mendapat perhatian yang proporsional. Disisi lain dalam rangka
peningkatan pemerataan kegiatan di wilayah Kecamatan dan
Kelurahan diperlukan kesiapan seluruh aspek manajemen dari
tingkat kota, kecamatan dan kelurahan sesuai dengan
kewenangannya.
4. Otonomi daerah membawa dampak pada penyelengaraan Peme-
rintahan Kota Pontianak yang semakin kompleks. Belum optimalnya
koordinasi yang dinamis dan sinergitas antar instansi dapat menjadi
kendala dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 22
5. Peran pemerintah masih dominan dalam berbagai hal mulai sebagai pe-
ran regulator, stimulator dan fasilitator sampai peran investor. Peran
investor dari pemerintah tidak mungkin hilang terhadap bidang-bidang
yang tidak mampu diperankan oleh swasta dan masyarakat seperti
pembangunan jalan utama, drainase dan sarana public lainnya.
Pada saat ini kondisi yang serba berharap kepada peran dan
angggaran pemerintah mulai dikurangi dengan diberdayakan swata
dan masyarakat untuk berpartisipasi ikut berperan mencapai visi
daerah . Sehingga secara bertahap terwujudnya masyarakat yang
berdaya dan lebih berperan ( masyarakat madani ).
6. Kemampuan keuangan daerah yang terbatas mengharuskan setiap
perencanaan pembangunan berdasarkan atas skala prioritas.
Sementara ini dalam mengukur kinerja keuangan daerah masih
belum mendasarkan pada uraian kriteria jelas. Dalam hal mengukur
kinerja pembiayaan yang baik dan meningkat sebenarnya diarahkan
untuk menekan belanja aparatur dan meningkatkan belanja modal.
2.1.6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Tata ruang dan lingkungan hidup punya peran penting terkait dalam
upaya pencapaian visi – misi yang telah dirumuskan dalam RPJP ini .
1. Perencanaan tata ruang kota sudah ada perda tentang RTRW , namun
belum ada dokumen perencanaan yang lebih detail dan rinci untuk
lebih optimal dalam pemanfaatan dan pengendalian.
Kebutuhan data bangunan secara digital belum lengkap dan menjadi
salah satu penyebab memprediksi pertumbuhan kota dari tahun ke
tahun serta mempersulit prediksi thema lain yang terkait tata ruang.
Perencanaan tata ruang yang baik harus mampu mengantisipasi
kecenderungan pertumbuhan yang akan terjadi, memperhatikan daya
dukung lingkungan agar memperhatikan standard kenikmatan
lingkungan dan wilayah.
Perencanan tata ruang belum optimal dalam perencanaan karena
selama ini perlu ada aturan RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan ) sebagai guidance dalam memohon IMB.
Perencanaan tata ruang pada kawasan tepian sungai ( water front )
yang merupakan sebagian dari Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Kapuas
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 23
dan Landak belum terencana secara khusus, kondisi ini menyebabkan
tepian sungai merupakan bagian belakang yang tidak harus ditata
indah dan bahkan menjadi daerah buangan.
2. Pemanfaatan ruang penataan wilayah akibat dari pertumbuhan tata
ruang terjadi ketidak seimbang maka muncul masalah kesenjangan
pertumbuhan yaitu kecamatan Pontianak Utara dan Timur dengan
kecamatan di sisi selatan S. Kapuas.
Pemanfaatan lahan untuk ruang terbuka hijau sampai saat ini masih
lebih dari 30 % dan tidak tersebar merata ( masing berada ditepian
batas kota ), namun dalam perencanan alokasi peraturan tata ruang
belum mencapai 30 % seperti yang diamanatkan dalam undan-undang
tata ruang.
Pengendalian tata ruang sering mengalami perubahan fungsi ruang
dan kemampuan untuk menjaga konsistensi dari waktu ke waktu,
indikator ini ditandai dengan sering berubahnya fungsi ruang.
Beberapa kali terjadi pelanggaran tata ruang baik oleh pemerintah
atau oleh pihak swasta dalam mendapatkan keuntungan sesaat
berupa pelanggaran garis sempadan jalan dan parit atau sungai .
Pengendalian tata ruang ruang sering terjadi konflik yang disebabkan
kondisi bangunan telah berdiri tanpa izin atau ada izin tetapi
melanggar, hal ini diharapkan pengendalian lebih bersifat preventif
dan sosialisasi yang kurang.
3. Lingkungan hidup bila dikelompokan terdiri dari : air, udara dan tanah,
sedangkan lingkungan hidup yang punya pengaruh cukup besar ada-
lah air permukaan yang dari S. Kapuas dan S. Landak. Air tanah rela-
tif kecil pengaruhnya karena nya tidak memenuhi syarat untuk
dikonsumsi dan hanya sebagian kecil masyarakat memanfaatkan
untuk mencuci.
Sumber daya air permukaan yang mampu digunakan sebagai air baku
untuk air bersih dan air minum hanya dari Sungai Kapuas atau
Sungai Landak, oleh sebab itu dibutuhkan upaya menjaga untuk
menjaga volume dan kualitasnya.
Penurunan air permukaan akibatnya tercemar berasal dari banyaknya
aktifitas rumah sakit, industri karet dan pasar.
Uji kantor lingkungan hidup secara terus menerus menunjukan kecen-
derungan / trend yang makin tercemar terutama pada muara parit .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 24
Kualitas air pada muara parit yang diuji secara acak dan data
lingkungan yang melebihi ambang batas mutu lingkungan yaitu besi
(Fe), BOD, COD, Senyawa Fenol dan Amonia ( NH4), Residu
tersuspensi ( TSS)
Publikasi data lingkungan belum menjadi kebiasaan diexpose untuk
diketahui publik bagi kota yang berwawasan lingkungan.
4. Kualitas mutu udara dinyatakan dengan satuan ISPU = Index Stan-
dard Pencemaran Udara, satuan internasional yang dibuat dengan
perhitungan tabel. Sedangkan satuan pengukurannya adalah
microgram/ m3 dari alat pemantau kualitas udara .
Data kualitas udara dalam kondisi 3 tahun terakhir adalah :
1. Tahun 2006 selama 3 bulan ISPU berbahaya & sangat tidak sehat.
2. Tahun 2005 selama 2 bulan ISPU berbahaya & sangat tidak sehat.
3. Tahun 2004 selama 4 bulan ISPU berbahaya & tidak sehat.
Hasil uji analisa mutu udara ambient Kota Pontianak yang diukur
adalah: Sulfur Dioksida, Carbon Monoksida, Nitrogen Dioksida,
Oksidan, Partikel dibawah 10 mm, Debu, Timah Hitam, Total
Fluorides, Klorin & Klorin Dioksida serta Kebisingan.
Emisi gas buang kendaraan bemotor yang mesinnnya sudah tua dan
jenis mesin 2 tak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas udara sbb : CO, NO2, SO dan HC.
Data alat ukur udara saat ini jumlahnya terbatas dan sangat tidak
memadai dipakai sebagai referensi .
2.2. TANTANGAN
Tantangan masyarakat maupun investor terhadap pembangunan masa
mendatang apabila Kota Pontianak tidak ingin tertinggal dengan ibukota provinsi
di Kalimantan yang lain harus mampu merespon tantangan dan tuntutan
dimasa yang akan datang.
2.2.1. Sosial Budaya
1. Untuk 20 tahun kedepan ada beberapa tantangan di bidang pendi-
dikan antara lain belum meratanya pendidikan, dukungan biaya
pendidikan yang belum mencapai 20 persen, biaya pendidikan yang
mahal, IPM yang masih rendah, sekolah masih terkendala dengan
masalah buku siswa, yang terkait kurikulum dan pelatihan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 25
kurikulum, dukungan fasilitas perpustaan yang minim, dukungan
buku untuk guru belum optimal dan masih kurangnya pelatihan
untuk ketrampilan mengajar, serta dukungan media pembelajaran
ysng masih kurang, kelayakan guru dalam mengajar yang perlu
ditingkatkan, lulusan SMK yang belum beragam dan belum sesuai
dengan pasaran kerja, muatan lokal untuk memperkuat bidang lain
yang masih kurang, proses pembelajaran yang belum efektif, sehingga
banyak peserta didik yang harus mengikuti les tambahan di luar,
dukungan prasarana dan sarana pendidikan masih kurang memadai,
perlu diusahakan pendidikan gratis secara bertahap serta perlu ditum-
buhkannya tekat dan semangat multi pihak dalam mendukung wajib
belajar 12 tahun, sehingga warga mampu dan siap hidup di kota yang
penuh dengan persaingan untuk mendapatkan akses sumberdaya
2. Pelayanan kesehatan yang mudah, murah, bermutu, tidak diskriminatif
dan lancar menjadi dambaan setiap warga kota dan harus diwujud-
kan. Warga yang sehat akan meningkat produktivitasnya dan mampu
mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain itu, di bidang kesehatan juga
menghadapi permasalahan yang terdiri dari dukungan biaya
kesehatan dari APBD yang masih sangat kurang, biaya kesehatan
terutama untuk obat dan dokter yang masih mahal, Index kesehatan
masih rendah atau usia harapan hidup baru tercapai 65,8 tahun,
harapan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24 jam belum
optimal, dukungan sarana dalam wujud tempat tindur di rumah sakit
dan Puskesmas masih sangat sedikit, penyakit enpidemi demam
berdarah dan diare yang menimbulkan kematian tinggi serta
kekurangan dokter spesialis, sekaligus harus diupayakan untuk
menggratiskan biaya kesehatan secara bertahap, dengan prioritas
keluarga kurang mampu tercapai 100 persen.
3. Persoalan utama untuk 20 tahun ke depan di bidang budaya antara
lain, masih kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya
patuh pada hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang negatif
dan penggalian budaya daerah yang potensial masih belum optimal,
pembinaan dan dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat terha-
dap insan pengembang dan pelestari budaya yang masih kurang.
Selain itu, derasnya arus globalisasi menjadi tantangan di bidang
budaya untuk dapat mempertahankan jati diri bangsa sekaligus me-
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 26
manfaatkannya untuk pengembangan toleransi terhadap keragaman
budaya dan peningkatan daya saing, peningkatan pembinaan generasi
muda di bidang budaya dan olah raga dalam rangka menumbuhkan
nasionalisme, wawasan kebangsaan dan sekaligus sebagai upaya
meminimalkan pengaruh narkoba.
4. Peningkatan dan kemajuan dalam pemberdayaan perempuan, anak
dan warga masyarakat baru dinikmati oleh kalangan yang terbatas,
perjuangan terhadap hak-hak perempuan masih menghadapi banyak
kendala, masih dijumpai kekerasan terhadap perempuan dan anak
dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga kerja perempuan yang
masih minim, perlindungan terhadap perempuan lanjut usia dan
penyandang cacat perlu terus ditingkatkan, peningkatan hidup
meraka, diberikan akses yang lebih luas dalam berbagai bidang
kehidupan seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum
dan HAM, politik, lingkungan, dan sosial budaya. Di samping itu,
pemerintah harus terus berupaya mendorong swasta dan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
5. Pontianak dalam 20 tahun mendatang akan menghadapi tekanan
jumlah penduduk yang makin besar dan diperkirakan mendekati
angka 1 juta jiwa. Hal ini menjadi indikasi kuat bahwa pemerintah,
swasta dan masyarakat untuk tetap dan secara konsisten melaksana-
kan program pengendalian angka kelahiran. Kegagalan dalam hal ini
akan menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan
kekumuhan kota. Di sisi lain, penyebaran penduduk antar kecamatan
yang kurang merata. Permasalahan tersebut akan semakin komplek
karena kota Pontianak selalu menjadi tujuan penduduk pendatang,
baik mereka yang berasal dari luar Pontianak maupun luar
Kalimantan Barat.
6. Bidang sosial yang terkait dengan masalah kemiskinan dan Penya-
ndang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) memiliki tantangan
tersendiri. Tantangan dalam penanggulangan kemiskinan melalui
berbagai kebijakan belum menampakkan hasil yang optimal, kebijakan
yang dibuat seringkali tidak berkelanjutan, waktu pelaksanaan tidak
sesuai dengan lama yang diprogramkan, kurang tersedia dana
pendampingan setelah proyek berakhir, penanggulangan masalah
kemiskinan terkesan kuat hanya menjadi tugas pemerintah dan data
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 27
tentang kemiskinan yang ada masih kurang akurat. Untuk PMKS,
perhatian pemerintah dalam menanggulangi PMKS selama ini memang
belum mendapat dukungan swasta dan masyarakat. Hal ini menjadi
salah satu penyebab utama PMKS tetap menjadi persoalan kota.
PMKS harus diupayakan menjadi masalah bersama warga kota mulai
dari penanggulangan fakir miskin, balita, anak dan usia lanjut terlatar,
gelandangan, pengemis, anak jalanan, korban penyalah penggunaan
NAFZA atau pecandu narkotik serta obat-obat terlarang, PSK dan
orang gila, korban HIV/AID, dukungan prasarana anak dan usia lanjut
terlantar masih kurang serta pendataan PMKS yang belum akurat.
2.2.2. Ekonomi Daerah
Mencermati kondisi ekonomi Kota Pontianak saat ini, terdapat beberapa
tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan ekonomi Kota
Pontianak untuk 20 tahun mendatang adalah:
1. Percepatan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai
dengan peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi harus
mampu menurunkan tingkat kemiskinan, memperluas lapangan kerja
dan pemerataan pendapatan. Terdapat beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian yang serius yaitu: Pertumbuhan ekonomi kota
Pontianak saat ini masih rendah jika dibandingkan pada skala
Nasional dan relatif kurang stabil. Sumber daya alam dimiliki sangat
minim sehingga dapat menghambat aktivitas ekonomi. Tingkat inflasi
yang tinggi akan mempengaruhi daya beli masyarakat yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan.
2. Tantangan Utama dari segi penanaman adalah bagaimana
meningkatkan investasi baik, itu investasi pemerintah maupun
investasi swasta sehingga daya dorong utama dari pertumbuhan
ekonomi Kota Pontianak adalah investasi. Kondala yang dihadapi
sehubungan dengan penanaman modal di Kota Pontianak adalah:
a. masih rendahnya investasi di Kota Pontianak bila dibandingkan
dengan beberapa kabupaten lain di Kalbar.
b. Daya dorong kegiatan investasi dan belanja pemerintah yang masih
rendah
3. Tantangan dari pembangunan sektor industri adalah bagaimana
meningkatkan kinerja sector ini, sehingga memberikan peran yang
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 28
signifikan dalam perekonomian kota Pontianak untuk 20 tahun ke
depan. Kondisi obyektif yang ada dewasa ini adalah:
a. Belum berkembangnya industry kecil dan menengah yang
berorientasi pasar, sehingga belum memiliki produk unggulan yang
berdaya saing baik di tingkat nasional maupun internasional .
b. Kemampuan untuk memanfaatkan peluang pasar dan kemampuan
dalam menghasilkan produk yang mempunyai daya saing
(kompetitif dan komparatif) masih lemah
c. Peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kota
Pontianak masih rendah.
4. Tantangan pembangunan pada perdagangan dan jasa-jasa adalah
bagaimana mempertahankan peran sektor ini, sehingga bisa menjadi
leading sector dalam perekonomian Kota Pontianak untuk 20 tahun ke
depan sesuai dengan potensi dan karakter yang dimiliki.
Pembangunan ekonomi tidak dapat semata-mata bersandar pada
kekuatan dari luar, akan tetapi harus dimulai dengan kekuatan dari
dalam atau atas kemampuan diri sendiri. Membangun ekonomi daerah
berarti mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dipunyai
secara efisien dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri.
Sementara saat sekarang perkembangan sektor ini:
a. Masih sangat tergantung pada sumber daya dari daerah lain
b. Rendahnya daya saing dalam menghadapi perdagangan bebas.
Perdagangan bebas tersebut merupakan arena persaingan
ekonomi/pasar antara berbagai macam produk baik yang
dihasilkan di dalam negeri maupun dari luar negeri.
c. Disamping itu kemampuan untuk memanfaatkan pasar dan
kemampuan dalam menghasilkan produk yang mempunyai daya
saing (kompetitif dan komparatif) masih lemah.
d. Peran sub-sektor perdagangan kecil dan eceran yang berbasis UKM
masih rendah. Kemampuan untuk membangun sektor perdagangan
termasuk juga sub sektor perdagangan kecil dan eceran yang
berbasis UKM akan meningkatkan pendapatan golongan ekonomi
menengah kebawah dan menciptakan lapangan kerja .
e. fasilitas pendukung yang masih rendah untuk mendorong aktivitas
ekonomi. Dengan demikian dituntut kemampuan membangun
fasilitas pendukung seperti fasilitas angkutan, komunikasi, per-
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 29
bankan, asuransi, dll. Kurangnya perhatian terhadap perkem-
bangan fasilitas tersebut berakibat menghambat aktivitas ekonomi.
f. jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga yang masih belum terlihat
perannya dalam perekonomian Kota Pontianak.
5. Masalah ketenagakerjaan, merupakan masalah yang sangat serius
dalam pembangunan Kota Pontianak 20 tahun ke depan. Beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan ketenagakerjaan:
a. Tingginya arus urbansasi, sehingga menimbulkan kemacetan lalu
lintas dan dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi
b. Jumlah tenaga ahli masih sangat terbatas, sehingga berpengaruh
terhadap pro-duktivitas sektoral.
c. Tingkat pengangguran yang masih relative tinggi dibandingkan
dengan daerah lain di Kalimantan Barat
d. Globalisasi ekonomi akan menimbulkan masalah peraingan tenaga
kerja. Tenaga kerja dari luar akan menggeser tenaga yang ada di
daerah ini, manakala tidak dibarengi dengan upaya untuk
meningkat keahlian dan ketrampilan pekerjanya.
6. Tantangan pembangunan Kota Pontianak berkaitan dengan
pengembangan Koperasi dan UKM adalah:
a. Peran Koperasi dan UKM dalam perekonomian Kota Pontianak
masih rendah.
b. Perkembangan koperasi masih sangat tergantung pada fasilitas dari
pemerintah.
c. Belum terjalin kemitraan antara pengusaha besar, Koperasi dan
UKM
d. Masih lemahnya urgensi pendidikan dan latihan dalam
mengembangkan usaha Koperasi dan UKM.
e. Daya dukung lahan untuk tempat tinggal yang semakin rendah
seiring dengan pembangunan pusat kegiatan ekonomi dan
perkembangan jumlah penduduk.
2.2.3. Sarana dan Prasarana
1. Tantangan pengembangan jalan berupa peningkatan kualitas, menam-
bah ruas jalan baru dan melebarkan jalan sesuai dengan ketentuan
fungsi jalan dalam peraturan perundang-undangan. Tantangan di era
global Kota Pontianak yang dapat dilalui kendaraan dari Negara
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 30
Malaysia dan Brunai menuntut kondisi jalan harus mem-pu
memberikan pelayanan kendaraan asing juga terhadap rasio jumlah
penduduk, luas wilayah agar tidak terjadi kemacetan dan upaya
menciptakan kenikmatan berkendaraan .
Pertumbuhan ruas jalan dan peningkatan konstruksi jalan supaya
lebih tahan lebih lama menjadi masalah yang harus mampu
diselesaikan untuk masa yang akan datang.
Jalan Kota Pontianak harus mampu distandardkan lebarnya sesuai
aturan perundang-undangan dan masalah ini yang paling memerlukan
biaya relatif mahal.
Pelayanan jalan harus mampu ditingkatkan, baik terhadap rasio jum-
lah penduduk dan rasio terhadap luas wilayah, kondisi yang terjadi
masih dibawah standard sehingga perlu penambahan ruas jalan.
Berdasarkan prediksi 20 tahun mendatang pertumbuhan jalan tidak
mampu mengimbangi petumbuhan kendaraan, jumlah penduduk dan
cakupan wilayah karena pembiayaan ini yang terbesar dari APBD.
Tantangan ini diharapkan bisa terjawab melalui keterlibatan swasta
untuk membangun dan mengelola jalan.
2. Air bersih merupakan tuntutan mutlak dalam kebutuhan rumah
tangga dan industri sehingga memenuhi hak masyarakat terhadap air
bersih belum optimal terpenuhi.
Prediksi layanan air bersih 20 tahun mendatang tidak mampu meng-
imbangi pertumbuhan keluarga dan industri, oleh karena itu perlu ada
operator lain sebagai kompetitor dalam kuantitas dan layanan
Tantangan terhadap kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota
Pontianak termasuk keluarga miskin .
Prediksi kebutuhan air bersih untuk keluarga miskin diharapkan ada
subsidi dari pemerintah yang diarahkan pada hidran umum.
Kebutuhan air baku semakin terbatas baik dari dan kuantitas dan
prediksi jangka panjang diharapkan adanya program pemerintah pusat
untuk memenuhi kebutuhan air baku ini .
3. Drainase harus mampu menjaga Kota Pontianak agar tidak banjir dan
genangan, maka akibat genangan dan banjir maka konstruksi jalan
cepat rusak, perekonomian terhenti dan produktifitas menurun .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 31
Tantangan drainase ini diarahkan untuk memelihara dan mening-
katkan jumlah dan lebar saluran serta upaya mengantisipasi dampak
pembangunan yang justru lebih banyak menutup permukaan tanah.
Prediksi sepuluh tahun mendatang bisa banjir ketika pasang dan
hujan, diharapkan keterlibatan pemerintah membangun jaringan
tersier yang banyak dan lebih rapat jaraknya.
Penyebab banjir juga akibat pertumbuhan bangunan yang menutup
muka tanah sehingga daerah resapan air berkurang.
4. Perumahan-permukiman harus mampu menjawab 2 tantangan, yaitu :
Kota Pontianak berkembang tanpa perkim kumuh dan semua warga
memiliki rumah yang memenui kriteria sehat .
Sarana dan prasarana perkim terdiri dari sanitasi, jalan lingkungan,
tempat pembuatan sampah dan air bersih. Prediksi 20 tahun yang
akan datang perkim kumuh akan tumbuh walaupun saat ini sudah
ada program untuk mengurangi tetapi tetap akan tumbuh lagi di
kawasan lain.
5. Transportasi darat Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi harus
mampu memberikan sarana mobilisasi orang dan barang yang
memenuhi standard kelayakan, nyaman dan manusiawi.
Prediksi transpotasi umum mendatang semakin beragam dan kendali
pemerintah pada angkutan umum semakin sulit serta berdampak
pada ketidaknikmatan masyarakat pengguna jasa angkutan umum.
Oleh sebab itu perlu ada antisipasi yang lebih awal dan dirancang agar
antar moda transportasi darat, udara dan laut serta sungai ke
pedalaman saling bertemu.
Transportasi umum ke bandar udara perlu angkutan lain selain taxi
dan diharapkan banyak pilihan serta transportasi penghubung antara
Nipah Kuning ke Batu Layang agar pertumbuhan wilayah makin lebih
cepat untuk mengatasi kesenjangan.
6. Sumber daya listrik mendapat tantangan meningkatkan dan kuantitas
daya listrik agar dapat mengimbangi pertumbuhan industri,
perdagangan dan rumah tangga .
Tuntutan masyarakat terhadap tegangan listrik yang sesuai dan stabil
agar tidak mempengaruhi standard produksi.
Prediksi kelistrikan dalam 20 tahun mendatang tuntutan terhadap
lebih utama dibanding kuantitas .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 32
2.2.4. Politik, Hukum dan Kamtib
1. Tantangan terberat dalam kurun waktu 20 tahun. mendatang dalam
pembangunan politik adalah pelembagaan dan penerapan nilai-nilai
demokrasi dan toleransi, karena masih kuatnya politisasi
primordialisme. Disisi lain belum kuatnya masyarakat sipil, baik dari
segi ekonomi maupun pendidikan yang akan berpengaruh terhadap
kapasitasnya dalam merespon dan memahami dinamika pasar global
dan pasar dalam negeri, mengingat kota Potianak relatif mudah
melakukan akses ke luar negeri. Tantangan lain mendorong
terbangunnya partai politik yang mandiri dan memiliki kapasitas
untuk melaksanakan pendidikan politik rakyat, menyalurkan aspirasi
politik rakyat dan menyeleksi pimpinan politik di daerah yang akan
mengelola penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tantangan lainnya
menempatkan peranan pers sebagai salah satu pilar
perkembangan demokrasi di daerah dan mengatasi berbagai
dampak negatif perkembangan industri pers yang cenderung
kurang berpihak pada kepentingan masyarakat luas.
2. Tantangan ke depan di dalam pembangunan hukum adalah
mewujudkan sistem hukum yang menjamin tegaknya
supremasi hukum dan HAM berdasarkan keadilan dan
kebenaran. Tantangan selanjutnya adalah melakukan
harmonisasi terhadap semua produk hukum daerah, agar
responsif dengan visi kota Pontianak dan mencegah materi
hukum daerah yang menghambat visi Kota Pontianak. Disisi
lain melakukan upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat
dan peningkatan profesional aparatur pemerintah kota yang terkait
dengan penegakan hukum. Tantangan lainnya adalah mendorong
partisipasi masyarakat, Panitia Ran HAM dan Panitia Legislasi dalam
proses lahirnya produk hukum daerah dan termasuk didalamnya
melakukan pengawasan terhadap birokrasi dalam rangka mewujudkan
tata pemerintahan yang baik.
3. Semua warga kota mendambakan jaminan rasa aman, termasuk
para investor. Dengan adanya jaminan rasa aman maka aktivitas
warga, investor, aparatur pemerintah dan siapapun yang datang
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 33
ke kota Pontianak akan merasa terlindungai dan tidak takut
keluar malam, takut kehilangan sepeda motor sewaktu parkir
dan rasa takut lainnya. Hal ini bermakna bahwa semua pihak
tidak bisa hanya berpikir dan berharap jaminan rasa aman
hanya tugas polisi. Semua pihak harus menyadari bahwa
jaminan keamanan hanya dapat diwujudkan apabila semua
pihak bekerjasama dan berupaya mewujudkannya. Setiap
lingkungan harus mengaktifkan sistem keamanan lingkungan
(Siskamling) tanpa kecuali dan saling bekerjasama tanpa harus
menunggu pemerintah.
Kondisi tertib atau tidak melakukan berbagai pelanggaran dalam
masyarakat seperti tidak melanggar aturan berlalu lintas dan patuh
aturan atau hukum masih menghadapi kendala yang sangat besar dan
sekaligus menjadi tantangan. Pertama masih banyak pelanggaran
aturan dan kedua masih sulit penegakan aturan kepada si pelanggar.
Hal ini menjadi tugas bersama petugas dan masyarakat.
Penyakit kota yang selalu memerlukan perhatian pemerintah secara
terus menerus bersama Poltabes dan masyarakat kota Pontianak
adalah mengatasi masalah kriminalitas. Keberhasilan dalam mengatasi
persoalan ini akan mendorong keberhasilan pemerintah, swasta dan
masyarakat melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi
kebutuhannya. Sebaliknya, tingkat kriminalitas yang makin meningkat
menjadi penyebab utama keengganan investor dan dunia usaha
memperbesar usaha karena mereka merasa tidak terjamin rasa aman
usahanya dan akhirnya, kesempatan kerja sangat terbatas dan
pengangguran terus meningkat dan menjadi penyebab serius
peningkatan kriminalitas seperti Curanmor, Curat, Curas,
Penganiayaan berat, kebakaran/ pembakaran, perkosanaan/
pencabulan dan narkotika. Ada dua pendekatan dalam meminimalkan
tingkat kriminalitas yaitu pendekatan keamanan dan pendekatan
kesejahteraan yang harus tepat penggunaannya.
2.2.5. Pemerintahan
1. Dalam membangun kapasitas kelembagaan, maka tantangan yang
dihadapi adalah pada penataan struktur organisasi dengan prinsip
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 34
rasional dan realistisk yang beroreintasi pada optimalisasi pelayanan
pada masyarakat dan peningkatan kemampuan aparatur dalam
merespons dinamika perubahan tuntutan masyarakat. Tantangan
berikutnya mengupaya tunjangan/insentif yang memadai terutama
kepada aparatur yang terkait langsung dengan pelaksanaan
pelayanan kepada masyarakat
2. Tantangan lainnya, dalam konteks kecenderungan liberalsasi ekonomi
kedepan sesuai dengan visi kota, maka diperlukan SDM yang dapat
menjembati antara pemerintah dan pasar (enterpreneursif) yang
sensitif dan responsif terhadap peluang dan tatangan baru dari pasar
melalui dukungan sarana berbasis teknologi modern.
3. Peran pemerintah kedepan lebih pada pengendalian dan fasilitasi
partisipasi masyarakat, sedangkan peran sebagai investor hanya pada
bidang-bidang yang tidak mampu diperankan oleh swasta dan
masyarakat.
4. Dalam bidangan regulasi dan kebijakan masih sering terjadi peru-
bahan aturan oleh pemerintah pusat, sehingga membingungkan
pemerintah daerah.
5. dalam bidang pengawasan tantangan utama yang sering dihadapi
adalah masih kurang berfungsinya secara signifikan pengawasan
fungsional, pengawasan melekat dan pengawasan masyarakat.
2.2.6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Tantangan yang dihadapi terhadap 20 tahun kedepan terhadap Kota
Pontianak bidang tata ruang dan lingkungan hidup cukup besar, yaitu :
1. Perencanan tata ruang yang mampu menumbuhkan wilayah agar lebih
merata dengan penyebaran fasilitas umum dan pelayanan sosial yang
relatif sama, sehingga pertumbuhan wilayah tidak terjadi kesenjangan
banyak hal cukup mencolok.
Tantangan lain terhadap sumber daya manusia bidang tata ruang
yang ada di pemda dan masyarakat profesional akan sangat
menentukan dokumen perencanan tata ruang dan implementasi dan
pengendaliannnya.
Tantangan terhadap amanat Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang diantaranya penyediaaan ruang terbuka hijau
minimal 30 % dari lahan kota, kondisi yang ada tidak hanya
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 35
mengumpul ditepian kota sebagai pembatas hijau kota, namun perlu
menyebar sehingga mampu menekan penurunan kualitas udara .
Prediksi kedepan akan cukup SDM dari sisi dan kuantitas bidang tata
ruang, tetapi tentangan perencanaan juga akan semakin meningkat
dengan banyaknya ruang kota yang menuntut multi efisien, efektif dan
fungsi, sehingga tuntutan makin banyak rumah-toko, rumah-kantor
dan rumah multi guna.
2. Pengendalian pelaksanaan tata ruang harus secara konsisten sehingga
mampu menumbuh kembangkan wilayah Kota secara merata pemba-
ngunan dan merespon daya dukung lingkungan serta meningkatkan
kualitas lingkungan secara merata .
Tata ruang harus mampu menumbuh kembangkan fungsi ruang
secara tepat dengan pertimbangan daya dukung lingkungan.
lingkungan yang menjamin keberlanjuan daya dukung ling-kungan
dan menuju ke peningkatan lingkngan untuk perda-gangan dan jasa .
Tindak pengendalian tata ruang selama ini belum bersifat antisipatif
tetapi cenderung menjadi masalah ketika tata ruang dan bangunan
sudah terbangun baru ditertibkan.
Prediksi mendatang terhadap upaya pengendalian tata ruang semakin
sulit, rumit dan cepat. Oleh sebab itu dibutuhkan pengendalian tata
ruang yang bersifat pencegahan dan antisipatif terhadap segala ke-
mungkinan aturan tata ruang yang dilanggar.
3. Lingkungan hidup didominasi peran sumber daya air permukaan harus
mampu menjawab tantangan bahwa bahwa Kota Pontianak
memerlukan air baku yang tidak tercemar dan dapat diolah sebagai
bahan baku air bersih dan air minum.
Prediksi 20 tahun yang akan datang kebutuhan air baku dari air
pemukaan Sungai Kapuas makin terbatas pada saat kemarau serta
nya lebih tercemar karena kecenderungan data saat ini semakin
tercemar terutama dari muara parit-parit yang di Kapuas dan Landak,
walaupun kontribusi pencemaran bukan saja obyek yang berada di
wilayah Kota Pontianak .
Sumber daya air yang mampu digunakan sebagai air baku untuk air
bersih dan air minum hanya dari Sungai Kapuas atau Sungai Landak,
oleh sebab itu dibutuhkan upaya menjaga untuk menjaga volume dan
kualitasnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 36
4. Pencemaran udara terbesar akibat kebakaran hutan dan yang menjadi
penyebab sebagian besar bukan di wilayah Kota Pontianak, untuk di
wilayah Kota Pontianak relativ kecil dalam aktifitas membakar lahan
dan sampah. Penurunan udara diakibatkan emisi gas buang kendara-
an bermotor yang sudah tua dan jenis mesin 2 tak .
Prediksi 20 tahun mendatang pencemaran udara semakin meningkat
akibat kendaraan, kurangnya penghijauan, bangunan dan lingkungan
yang mampu menahan pencemaran udara.
Tantangan ke depan harus mampu mengendalikan pencemaran udara
secara terus menerus sepanjang tahun.
2.3. MODAL DASAR
Modal dasar yang dimiliki Kota Pontianak adalah seluruh sumber kekuatan
daerah, baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan
sebagai asumsi perencanaan pembangunan daerah 2 tahun yang akan datang.
1. Penduduk dalam jumlah besar dengan budaya sangat beragam merupakan
sumber daya potensial dan produktif bagi pembangunan daerah.
Kota Pontianak terbuka, banyak suku bangsa daerah lain ada di Kalimantan
Barat dan punya keanekaragaman budaya sebagai kekayaan kota .
Persatuan, kesatuan dan penduduk dari berbagai etnis tetap kokoh dengan
aneka ragam budaya.
Pengalaman selama 60 tahun mengisi kemerdekaan merupakan modal yang
berharga dalam melangkah ke depan
2. Kota Pontianak merupakan pusat kegiatan ekonomi Propinsi Kalbar serta
Letak geografis yang relatif dekat dengan Serawak Malaysia Timur sangat
strategis untuk aneka kegiatan bisnis didukung oleh sarana dan prasarana
transportasi.
3. Berkembangnya perbankan dan lembaga pembiayaan mikro baik berupa
koperasi maupun lembaga pembiayaan yang berbasis syari’ah.
4. Berkembangnya industri pengolahan dan industri kerajinan rakyat yang
didukung oleh perkembangan sarana dan prasarana transportasi dan
komunikasi, sehingga memudahkan untuk memasarkan produk yang
dihasilkan baik dalam lingkup regional, nasional maupun internasional.
5. Tersedianya berbagai input produksi dalam jumlah yang memadai, seiring
dengan perkembangan produk hasil pertanian dari berbagai daerah di
Kalimantan Barat.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 37
6. Jumlah SDM baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang terus
meningkat, yang diimbangi dengan perkembangan lembaga pendidikan baik
formal maupun non formal di Kota Pontianak,
7. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong warga
masyarakat dalam memperoleh kesempatan kerja baik di lingkungan regional
maupun internasional.
8. Jumlah unit dan anggota koperasi yang terus meningkat, seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, yang didukung Landasan hukum bagi
pengembangan koperasi dan UKM sangat kuat
9. Wilayah Kota Pontianak yang dikenal sebagai daerah yang memiliki sungai
terbesar dan terpanjang serta seribu parit yang dapat diakses melalui laut
dan udara yang aman dan lancar sebagai jalur transportasi manusia dan
barang sebagai urat nadi perekonomian warga.
Sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk perdagangan masih bisa
dikembangkan dengan peluang lahan yang masih luas .
Sebagai ibukota provinsi tentu punya daya tarik dalam pembangunan fisik
dan memberi peluang kerja serta sarana mobilisasi yang beragam alternative
yang tidak dimiliki oleh kabupaten atau kota lain di Kalbar.
Walaupun dengan ketinggian lahan yang relatif datar, namun cukup strategis
untuk menjadi daerah distribusi dan mengoptimalkan peran sungai .
10. Situasi politik yang kondusif, peran media massa yang efektif dan
tumbuhnya kembangnya organisasi masyarakat, ornop, pagayuban serta
dukungan birokrasi yang netral (apolitis) merupakan modal dasar dalam
pengembangan politik daerah yang demokratis.
11. Proses pembentukan peraturan perundang-undangan dapat diwujudkan
dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar mengacu pada
Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Disamping itu telah dibentuknya Panitia Legislasi dan
Panitia Ran HAM, yang secara kelembagaan diharapkan dapat mendorong
penyusunan produk hukum daerah yang akomadatif dan dan responsif.
Wewenang pemerintah daerah dalam membentuk peraturan daerah
merupakan salah satu ciri yang menunjukkan bahwa pemerinah daerah
merupakan satuan pemerintah otonom yang berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.
12. Kebijakan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 merupakan landasan
yuridis yang efektif menjadikan pemberdayaan sebagai misi utama dan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 38
mendudukkan tugas pemerintahan daerah diatas landasan nilai pelayanan.
dan keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang
organisasi perangkat daerah, yang dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam penyusunan struktur organisasi perangkat daerah hingga level
kelurahan.
13. Pontianak masih punya peluang dalam hal pengaturan tata ruang karena
lahan masih luas dan yang terbangun baru 45 % .
Daya dukung lingkungan untuk bangunan masih mampu tumbuh melebar
secara alami dan belum mengarah kepada kerumitan dalam perkotaan besar
yang cenderung vertical .
lingkungan walaupun tercemar di muara parit makin meningkat, tetapi
masih dalam air sungai yang pasang surut akan mengurangi pencemaran.
tanah gambut punya potensial dalam hal menyerap air dan menyimpan air,
walaupun tingkat kesuburannnya kurang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 39
BAB III
V I S I – M I S I D A E R A H
Visi daerah merupakan inti sari dari isi RPJP dan dijabarkan dalam kegiatan yang
harus dilakukan dalam bentuk misi serta rincian untuk mencapi titik yang dituju
adalah arah pembangunan daerah .
3.1. VISI KOTA PONTIANAK
Visi Kota Pontianak diharapkan tercapai pada 20 tahun yang akan datang :
Pontianak Kota Khatulistiwa Yang Sejahtera Melalui Perdagangan dan Jasa
Berwawasan Lingkungan
Pengertian Visi Kota Pontianak sbb :
1. Kota Khatulistiwa, punya pengertian bahwa ciri khas Kota Pontianak dile-
wati garis khatulistiwa dan tidak dimiliki oleh kota lain di Indonesia.
2. Sejahtera, punya pengertian bahwa 20 tahun kedepan diharapkan mayarakat
mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar :
pangan, sandang, papan, air bersih, keamanan, pendidikan, kesehatan,
pekerjaan, hak dasar lain dan partisipasi dalam pengambilan keputusan
Sehingga semua rencana jangka panjang, jangka menengah (5 tahun), ren-
cana tahunan, program dan semua kegiatan baik oleh pemerintah, swasta
dan masyarakat diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
3. Berwawasan lingkungan, punya pengertian bahwa berbagai pertimbangan
arah pembangunan daerah, kebijakan, program, kegiatan dan anggaran
harus didasarkan atas pertimbangan kondisi daya dukung lingkungan dan
dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Lingkungan mempunyai ruang lingkup lingkungan fisik yang akan memberi
nilai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat baik saat ini dan masa yang
akan datang dengan lebh memperhatikan kesinambungan.
Pengertian berwawasan lingkungan adalah bebagai hasil pembangunan yang
bersifat prasarana fisik diharapankan menghasilkan suatu kondisi ling-
kungan dengan kualtas tidak melebihi batas ambang baku mutu lingkungan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 40
4. Perdagangan dan Jasa, punya pengertian bahwa :
� Kehidupan ekonomi masyarakat didominasi oleh sektor perdagangan
(sektor ke 6 dalam statistik ) dan jasa (sektor ke : 7, 8 & 9 pada statistik)
� Tersedianya fasilitas perdagangan seperti : traiding house, mall,
supermarket dan wujud pasar modern yang lain .
� Tersedianya fasilitas jasa seperti : perkantoran, pameran, konvensi,
rekreasi, olah raga, jasa swasta dan jasa masyarakat.
Visi ini dilakukan uji publik untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
akan ketetapan tujuan serta mengikat komitmen banyak pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
Visi ini mempunyai jabaran ke dalam misi yang dilakukan uji publik untuk
memperkuat arah pembangunan daerah .
3.2. MISI KOTA PONTIANAK
Misi merupakan kalimat kerja dalam upaya untuk mencapai visi, maka perlu
suatu bahasan yang relatif panjang dan perlu diuji .
Misi Kota Pontianak :
1. Mewujudkan Masyarakat Yang Berkualitas, Berahlak Mulia, Berbudaya
dan Beradab adalah masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan minimal
lulusan Sekolah Lanjutan Atas (SLA), sehat jasmani dan rohani, usia
harapan hidup mencapai 72 tahun, IPM mencapai 80, memiliki jati diri,
melaksanakan interaksi antarbudaya, menerapkan nilai-nilai luhur, memiliki
budi pekerti yang baik, jujur, berani bertanggung jawab dan santun, penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmonis, sebagai gerakan bersama
pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Mewujudkan Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangnya masalah
sosial, makin berdaya dan terjamin hak-hak warga adalah masyarakat
yang menegakan supremasi sipil yang mandiri, menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan, angka kemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial tidak lebih dari 5 persen, mendapat jaminan sosial dan dapat
mengakses berbagai bidang kehidupan terutama bidang ekonomi, hak asasi,
pendidikan dan kesehatan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat sebagai gerakan bersama.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 41
3. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk Ke-
sejahteraan dan Keadilan
Penjelasan : Mengedepankan pembangunan ekonomi yang ber melalui
pemanfaatan kemajuan iptek; menciptakan iklim investasi (penanaman
modal) yang kondusif; memperkuat perekonomian daerah berbasis
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan.
4. Mewujudkan Kota Perdagangan, Jasa, Koperasi dan UKM Untuk
Menyerap Tenaga Kerja dan Meningkatkan Kemakmuran.
Penjelasan : Mengedepankan pembangunan di bidang perdagangan, jasa,
koperasi dan UKM yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang
disertai dengan pemerataan pendapatan dan tingkat kesejahteraan bagi
seluruh warga masyarakat Kota Pontianak.
5. Mewujudkan Sarana, Prasarana, Tata Ruang dan Wilayah Perkotaan
Untuk Perdagangan dan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan
Penjelasan : Sarana dan prasarana dasar perkotaan dibangun sesuai kebu-
tuhan dan tuntutan perdagngan, jasa dan masyarakat dan diharpakan tidak
hanya untuk pertumbuhan, tetapi harus berorientasi daya dukung
lingkungan dan pencemaran yang mengakibatkan kerusakan.
6. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ),
Masyarakat yang Paham Politik dan Taat Hukum
Penjelasan : Pemerintahan dijalankan dengan pinsip-prinsip tata kelola yang
baik dan pemerintah berkewajiban memfasilitasi masyarakat untuk mening-
katkan partisipasi politik, dan taat terhadap hukum.
Misi ini akan dijabarkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) menjadi
Rencana Strategi ( Renstra ) SKPD.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 42
BAB IV
ARAH DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN DAERAH
RPJP tahun 2005 s/d 2025 adalah mewujudkan : Pontianak Kota Khatulistiwa
Perdagangan dan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan
Sebagai ukuran tercapainya pembangunan daerah dalam 20 tahun mendatang
diarahkan pada pencapaian sasaran-2 pokok sbb :
A. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, berahlak mulia, berbudaya dan
beradab yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya pendidikan yang merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, dengan IPM mencapai 80, yang didukung dengan biaya
pendidikan melalui APBD sebesar 20 persen, wajib belajar yang dicapai 12
tahun, semua anak kurang mampu dari SD – SMU digratiskan, sertifikasi guru
tercapai 100 persen, kelayakan guru mengajar dari SD – SMA mendekati angka
100 persen, bebas buta aksara, memiliki ketrampilan yang beragam dan ber,
mendapat dukungan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, yang
dibarengi dengan watak dan perilaku yang berahklak mulia, jujur, berbudaya
dan beradap sebagai gerakan bersama pemerintah, swasta dan masyarakat,
dengan tetap berkepribadian Indonesia dan makin patriotik.
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang merata untuk seluruh
lapisan masyarakat dan disertai dengan biaya yang murah, mudah, tidak
diskriminatif yang mendapat dukungan maksimal dari pemerintah, swasta dan
masyarakat, Keluarga miskin telah digratiskan melalui Askeskin ( Asuransi
Kesehatan Keluarga Miskin ), Asuransi bagi keluarga yang sakit sedikit jadi
miskin ( sadikin ) perlu dicover melalui asuransi kesehatan sehingga angka
harapan hidup mencapai 72,00 tahun. Sarana dan prasarana kesehatan
memadai, pelayanan Puskesmas dapat berlangsung selama 24 jam, dokter
spesialis mencukupi kebutuhan, sekaligus berkembang pola hidup sehat
sebagai gerakan bersama yang dapat meminimalkan serangan penyakit demam
berdarah, muntaber, diare dan siap mengantisipasi HIV/AID, NAPZA dan flu
burung.
3. Makin berkembangnya keteladanan para pemimpin, sekaligus mampu meng-
gerakkan rakyat untuk mencapai tujuan bersama, peningkatan budaya patuh
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 43
pada hukum, apresiasi seni dan budaya daerah untuk memperkokoh jati diri
bangsa, pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya, peningkatan
daya saing, penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah
lingkungan. penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis, peningkatan
pemahaman pengaruh positif dan negatif terhadap budaya global yang
mendapat dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat.
B. Terwujudnya Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangnya masalah
sosial, makin berdaya dan terjamin hak-hak warga yang ditandai oleh hal-
hal berikut:
1. Pemberdayaan terhadap perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung
mengalami kemajuan yang pesat dan mencakup berbagai bidang kehidupan
melalui hubungan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Kepedulian swasta dan masyarakat dalam mendukung pengendalian pertum-
buhan penduduk terus meningkat melalui gerakan KB, sehingga pertumbuhan
penduduk tidak lebih dari 1,3 persen dan akhirnya masalah kependudukan
yang menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas dan kekumuhan kota
sangat kecil, dibarengi dengan tertib administrasi kependudukan yang mantap.
3. Kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung pemerintah dalam
upaya penangulangan masalah-masalah sosial, terutama kemiskinan dan
PMKS dapat menjadi gerakan bersama yang efektif dan dapat mengatasi
masalah, sehingga penduduk miskin dan PMKS tidak lebih dari 5 persen.
Penyalahgunaan NAPZA dan pertumbuhan HIV/AID di lingkungan generasi
muda terkontrol dengan optimal melalui kegiatan olah raga dan apresiasi
budaya.
C. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk Kesejah-
teraan dan Keadilan yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Tercapainya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% per tahun atau
sekurang-kurangnya sama dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
Nasional yang disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan,
memperluas lapangan kerja dan pemerataan pendapatan, dengan
memperkuat sektor Perdagangan dan Jasa sebagai leading sector, yang
didukung oleh sektor industri, pengangkutan dan komunikasi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 44
2. Terwujudnya iklim investasi yang memiliki multiplier effect terhadap
pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan ber; mendorong
penanaman modal asing bagi peningkatan aktivitas ekonomi Kota
Pontianak.
3. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk berdaya saing,
baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan
pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri
yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi
dengan tersedianya produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran
internasional.
4. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku ekonomi
yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor,
khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat
sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam
perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.
5. Terwujudnya peningkatan pendapatan, daya beli, dan kesejahte-raan
masyarakat yang berkeadilan
D. Terwujudnya kota perdagangan dan jasa dengan pertumbuhan koperasi-UKM
dan menyerap tenaga kerja yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya fasilitas perdagangan yang mendukung perkembangan
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
2. Terwujudnya sistem dan prosedur pelayanan perizinan usaha yang
kondusip (efisien dan efektif) melalui pelayanan satu atap.
3. Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi
regional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha.
4. Meningkatnya peranan jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga dalam
perekonomian Kota Pontianak.
5. Terciptanya lapangan kerja yang luas dan berkeadilan bagi seluruh
warga masyarakat.
E. Terwujudnya sarana, prasarana, tata ruang dan wilayah untuk perdagangan
dan jasa yang berwawasan lingkungan yang ditandai oleh hal-hal berikut :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 45
1. Terwujudnya drainase kota, daerah resapan dan ruang terbuka hijau yang
mampu mengurangi genangan air dan mencegah terjadinya banjir terutama di
kawasan perdagangan, jasa ruas jalan dan permukiman.
2. Terwujudnya jalan dengan kualitas baik, kuantitas yang cukup untuk me-
nujang perdagangan dan jasa. Peningkatan ruas jalan baru agar mampu
menjaga keseimbangan pertumbuhan kendaraan dan mengurangi kemacetan.
Jalan memenuhi standard peraturan perundang-undangan baik terhadap
fungsi, lebar, ada daerah pengawasan jalan maupun adanya jalur hijau, trotoir
dan sarana penandang cacat .
3. Terwujudnya penduduk Kota Pontianak termasuk keluarga miskin memiliki
perumahan dan permukiman sehat dilengkapi sarana : air bersih, sanitasi,
aman, bebas genangan dan sarana persampahan .
4. Terwujudnya kota dengan banyak alternative transportasi umum yang terinte-
grasi baik moda transportasi darat, sungai dan udara yang aman, tanpa
kemacetan, nyaman dan efisien untuk menunjang kota perdagangan dan jasa.
5. Tewujudnya kota dengan daya listrik yang cukup kuantitas dan kuantitas
untuk menunjang visi kota yaitu : sektor perdagangan, jasa , industri dan
kebutuhan rumah tangga.
6. Terwujudnya kota yang mampu memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk
penyediaan listrik dan sumber energy alternative lain sesuai kebutuhan
perdagangan, jasa, industry dan rumah tangga.
7. Terwujudnya kota dengan tata ruang dalam tingkat perencanaan, pemanfaatan,
dan pengendalian yang memberi manfaat optimal bagi masyarakat dan
masyarakat lapis bawah, perdagangan serta jasa yang konsisten akan dicapai
dari waktu ke waktu .
8. Terwujudnya pertumbuhan kawasan perkotaan dengan kesenjangan wilayah
yang relative kecil serta berdasarkan daya dukung lingkungan.
9. Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat sebagai air baku
dan kondisi kualitas lingkungan udara, air dan tanah tidak melebihi ambang
batas baku mutu lingkungan .
F. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, masyarakat yang sadar
politik, taat hukum, aman dan tertib yang ditandai oleh hal-hal berikut :
1. Terwujudnya masyarakat yang faham politik, berkurangnya politisasi identitas
etnik, agama, dan efektifnya peran pendidikan politik dalam rangka mening-
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 46
katkan kesadaran masyarakat di bidang politik yang sehat, paham mengenai
hak dan kewajibannya sebagai warganegara serta beretika dalam berpolitik.
2. Arah pembangunan bidang hukum adalah mewujudkan optimalisasi sinergi
aspek substansi, struktur dan kultur hukum daerah;
� melakukan harmonisasi seluruh produk hukum daerah agar berkesesuaian
dengan visi Kota;
� Mengoptimalkan peran/partisipasi masyarakat, Panitia Ran HAM Kota dan
Prolegda dalam setiap penyusunan produk hukum daerah;
3. Terwujudnya keamanan dan ketertiban yang dapat menyentuh seluruh lapisan
masyarakat melalui kemitraan polisi, swata dan masyarakat.
Tumbuhnya kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga di bidang
keaman dan ketertiban yang menuntut tanggung jawab bersama
Penggunaan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang tepat sasaran
sebagai upaya menciptakan keamanan dan ketertiban.
4. Terwujudnya manajemen/tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
dan Good Corporate Governance.Peningkatan pelayanan publik yang efisien,
efektif dan transpaan serta dapat dipertanggungjawabkan.
5. Terwujudnya organisasi pemerintah yang ramping, kaya fungsi, efisien dan
efektif dalam menjalnkan koordinasi .
6. Terwujudnya derajad kemandirian daerah yang meningkat, peningkatan
optimalisasi angaran berbasis kinerja serta mensinergikan APBD sedikit
mungkin dan menghasilkan output sebesar mungkin. Arahnya untuk memper-
besar anggaran publik dan memperkecil anggaran aparatur.
4.1. ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
Arah pembangunan daerah merupakan bagian akhir dari isi RPJP dan
diharapkan pembangunan tidak salah arah .
4.1.1. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, terdidik, berakhlak mulia,
sehat dan berbudaya yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya pendidikan yang merata, yang didukung dengan
penyediaan anggaran sebesar 20 % dari APBD sesuai amanah UUD
1945 secara bertahap, wajib belajar 12 tahun dapat dicapai, IPM
meningkat menjadi 80, penyediaan sarana dan prasarana SD-SMA
yang layak, mengupayakan kelayakan guru dalam mengajar mendekati
angka 100 persen, peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi
dapat mencapai angka 100 persen, mengupayakan proses
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 47
pembelajaran yang makin efektif, peningkatan variasi materi lokal yang
sesuai dengan visi dan misi kota pontianak, mengupayakan
keragaman ketrampilan dengan bekerjasama dengan dunia usaha
melalui magang bagi murid SMK yang lebih intensif dan pariatif, terus
mendorong peran swasta dan masyarakat di bidang pelayanan
pendidikan dan mengupayakan biaya pendidikan gratis secara
bertahap untuk semua keluarga kurang mampu, mengurangi
ketimpangan pendidkan dan bebas buta aksara.
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang merata untuk
seluruh lapisan masyarakat, peningkatan anggaran kesehatan dari
APBD yang terus meningkat dalam rangka mendukung upaya
menggratiskan pelayanan kesehatan secara bertahap, angka harapan
hidup mencapai 72,00 tahun, ada dukungan sarana dan prasarana
kesehatan yang memadai, mendorong peran swasta dan masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan, memperbanyak dokter spesialis sesuai
kebutuhan, terus mengupayakan pelayanan Puskesmas terpadu dan
berlangsung 24 jam secara optimal, meminimalkan penyakit enpidemi
demam berdarah, muntaber dan diare dalam rangka menekan angka
kematian, menumbuhkan gerakan pola hidup sehat, peningkatan gizi
untuk bayi, balita, siap mengatasi HIP/AID, NAPZA dan plu burung.
3. Terwujudnya keteladanan para pemimpin, peningkatan budaya patuh
pada hukum, apresiasi seni dan budaya daerah untuk memperkokoh
jati diri bangsa, pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya,
peningkatan daya saing, penumbuhkan budaya wirausaha, budaya
cinta dan ramah lingkungan. peningkatan pemahaman pengaruh
positif dan negatif terhadap budaya global, penggalian budaya daerah
yang potensial sebagai kekayaan daerah, pembinaan dan peningkatan
dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap insan
pengembang dan pelestari budaya. Budaya demikian harus masuk
dalam muatan lokal pada pendidikan formal yang dimulai sejak dini.
4.1.2. Terwujudnya Masyarakat Madani, Manusiawi, serta Berkurangnya Ke-
miskinan dan Pengangguran yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya kemajuan dalam pemberdayaan terhadap perempuan,
anak dan masyarakat kurang beruntung, perjuangan terhadap hak-
hak perempuan, meminimalkan kekerasan terhadap perempuan dan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 48
anak dalam rumah tangga dan perlindungan tenaga kerja perempuan,
kemudahan akses perempuan dalam berbagai bidang kehidupan
seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM,
politik, lingkungan, dan sosial budaya, memberikan perlindungan
terhadap perempuan lanjut usia dan penyandang cacat,
pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dan membantu upaya
pemasarannya. Di samping itu, pemerintah harus terus berupaya
mendorong swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam dalam
pemberdayaan tersebut.
2. Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat dalam penangulangan
masalah-masalah kependudukan yang menimbulkan masalah sosial
seperti kriminalitas dan kekumuhan kota, perhatian terhadap
pemerataan penyebaran penduduk antar kecamatan, penguatan
kembali Keluarga Berancana (KB) sebagai upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk, sehingga pertumbuhan penduduk tidak lebih
dari 1,3 persen/tahun, pengendalian migrasi ke Pontianak dan
peningkatan tertib administrasi kependudukan yang mantap.
3. Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung
pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial,
terutama kemiskinan dan PMKS melalui upaya pembuatan kebijakan
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan, tepat waktu dan
sasaran dalam pelaksanaan program, disediakan dana pendampingan
untuk pembinaan penduduk miskin, penghilangkan pandangan bahwa
penanggulangan masalah kemiskinan hanya menjadi tugas
pemerintah dan peningkatan keakuratan data kemiskinan, sehingga
angka kemiskinan tidak lebih dari 5 persen, diupayakan pengendalian
PMKS terutama gelandangan, pengemis, anak jalanan, PSK, korban
penyalahgunaan NAPZA dan banyaknya orang gila yang datang dari
luar kota, penyalahgunaan NAPZA yang banyak diderita oleh generasi
muda dan peningkatan korban HIV/AID, dukungan prasarana anak
dan usia lanjut terlantar masih kurang serta pendataan PMKS yang
belum akurat serta pembinaan gerasi muda dengan fokus dampak
negatif NAPZA dan HIV/AID terhadap diri, keluarga dan masyarakat
melalui olah raga dan budaya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 49
4.1.3. Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Untuk
Kesejahteraan dan Keadilan yang ditandai oleh hal-hal berikut:
Perekonomian dikembangkan kearah memperkuat pondasi ekonomi Kota
Pontianak yang berorientasi dan berdaya saing global. Untuk itu
dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan
komparatif sumber daya alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan
kompetitif sebagai berikut:
1. Terwujudnya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 % per tahun yang
disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan, memper-luas lapangan
kerja dan pemerataan pendapatan,
2. Terwujudnya struktur ekonomi yang memperkuat sektor Perdagangan
dan Jasa sebagai leading sector, yang didukung oleh sektor industri,
pengangkutan dan komunikasi.
3. Terwujudnya kemampuan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
ekonomi yang dimiliki secara efisien, yang dilaksanakan dengan
kekuatan dan kemampuan diri sendiri,
4. Terwujudnya iklim investasi yang dapat mendorong tingginya
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan
ber; mendorong penanaman modal asing bagi peningkatan daya saing
ekonomi Kota Pontianak.
5. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk yang berdaya
saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan
pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri
yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi
dengan tersedianya produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran
internasional.
6. Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing di tingkat internasonal.
7. Terwujudnya kondisi ketegakerjaan yang full employment di Kota
Pontianak.
8. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku
ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk
impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan
masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan
dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 50
9. Terwujudnya Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi sebagai pelaku
ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif, kompetitif dan
mandiri.
10. Terwujudnya keharmonisan dan kemitraan antara Koperasi dan UKM
dengan usaha besar.
11. Terwujudnya kondisi usaha kecil dan menengah (UKM) dan Koperasi
yang dapat meningkatkan pendapatan golongan ekonomi menengah
ke bawah.
12. Terwujudnya peningkatan pendapatan, daya beli, dan kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan
4.1.4. Terwujudnya kota perdagangan dan jasa dengan pertumbuhan kope-
rasi-UKM dan menyerap tenaga kerja yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya fasilitas perdagangan berupa traiding house, mall,
supermarket dan wujud pasar modern yang mendukung usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi.
2. Terwujudnya Pontianak Town Square yang dapat mengakomoda-si
perkembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi serta berwawasan
lingkungan.
3. Terwujudnya system dan prosedur pelayanan perizinan usaha yang
kondusip (efisien dan efektif) melalui pelayanan satu atap.
4. Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi
regional yang efisien dan efektif serta menjamin kepastian berusaha.
5. Terwujudnya parawisata daerah untuk mengembangkan ekonomi dan
citra kebudayaan Nasional melalui penyerapan teknologi informasi (TI)
secara terkendali, peningkatan peranan jasa rekreasi dan olahraga,
pengembangan nilai-nilai tradisional dan kesejarahan guna mening-
katkan jati diri serta nilai-nilai asli daerah dan bangsa Indonesia.
6. Terciptanya lapangan kerja yang luas dan berkeadilan bagi seluruh
warga masyarakat.
4.1.5. Terwujudnya sarana, prasarana, tata ruang dan wilayah perkotaan un-
tuk perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan yang ditandai
oleh hal-hal berikut :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 51
1. Terwujudnya pembangunan drainase, daerah resapan air dan ruang
terbuka hijau yang mampu mengurangi genangan dan mencegah
banjir pada kawasan perdagangan, jasa, ruas jalan dan perkim.
2. Terwujudnya kualitas jalan kota yang baik, serta peningkatan ruas
jalan baru agar mampu mengimbangi pertumbuhan kendaraan dan
mengurangi kemacetan.
Kualitas jalan berstandard sesuai fungsi dan ketentuan lebar, sarana
penunjang berupa daerah pengawasan jalan, jalur hijau, trotoir dan
sarana penandang cacat .
3. Terwujudnya semua keluarga termasuk keluarga miskin memiliki
perumahan permukiman sehat yang dilengkapi sarana : air bersih,
sanitasi, sarana persampahan dalam lingkungan yang sehat
4. Dalam menuju masyarakat mandiri /madani/ civil society maka
strategi penyediaan air bersih juga diarahkan untuk peningkatkan
peran swasta sebagai operator air bersih agar tercapai efisiensi dan
efektifitas cukup tinggi dan terjadi kompetisi yang sehat .
5. Terwujudnya kota tanpa perkim kumuh, setiap keluarga punya sarana
sanitasi sendiri atau bersama, tinggal dalam lingkungan yang sehat
dan bersih dari sampah serta aman.
6. Terwujudnya pembangunan transportasi umum yang aman, nyaman,
tanpa kemacetan dan efisien. Alternatif transportasi lebih banyak
dalam upaya menunjang pertumbuhan wilayah dan ekonomi, seperti
penyeberangan Batu Layang dan Nipah Kuning.
7. Terwujudnya pembangunan transportasi antar moda yang terintegrasi
antara transportasi darat ke transportasi udara dan transportasi air
untuk antar pulau maupun ke pedalaman yang aman dan nyaman
8. Tersedianya daya listrik dari segi dan kuantitas yang cukup dan baik
untuk keperluan perdagangan, jasa , rumah tangga dan industri
seiring dengan pertumbuhan kota.
9. Terwujudnya perencanaan tata ruang untuk menunjang kota perda-
gangan, jasa yang berwawasan daya dukung lingkungan dan
berkesinambungan.
10.Terwujudnya perencanaan penataan ruang mampu menciptakan per-
tumbuhan wilayah relatif sama dan dengan kesenjangan yang relative
kecil serta memperhatikan fungsi lahan 30% untuk ruang terbuka
hijau yang tersebar.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 52
11.Terwujudnya penataan ruang pada hinterland kota Pontianak lebih
serasi dan sinergis antar wilayah kota dan kabupaten saling
menciptakan keuntungan.
12.Terwujudnya pemanfaatan ruang kota yang berfungsi optimal tidak
hanya untuk masyarakat menengah keatas, tetapi diharapkan lebih
berkeadilan bagi kelompok masyarakat lapis menengah kebawah.
13.Terwujudnya pengendalian dalam pelaksanaan tata ruang sesuai pera-
turan perundang-undangan, daya dukung lingkungan dan semua
pihak mempunyai komitmen untuk menggunakan cara preventif dalam
pengendalian tata ruang .
14.Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat sebagai
air baku dengan tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan.
untuk dioleh menjadi air bersih
15.Terwujudnya masyarakatkan, swasta dan pihak-pihak yang menim-
bulkan pencemaran untuk taat terhadap peraturan lingkungan serta
munculnya kelompok sadar lingkungan dengan berbagai bentuk.
16.Terwujudnya pembangunan sector perdagangan dan jasa yang mem-
perhatikan kualitas lingkungan air, udara dan tanah agar tidak
melebihi ambang batas baku mutu lingkungan.
4.1.6. Terwujudnya masyarakat yang sadar politik, taat hukum, aman dan
tertib kehidupan bermasyarakat serta pemerintahan yang
berkesesuian dengan prinsip-prinsip Good Governance dan anggaran
yang berbasis kinerja, yang ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Masyarakat yang paham politik, berkurangnya politisasi identitas
etnik, agama, dan efektifnya peran pendidikan politik dalam rangka
mening-katkan kesadaran masyarakat di bidang politik yang sehat,
beretika dan berbudaya.
2. Terwujudnya optimalisasi sinergi aspek substansi, struktur dan kultur
hukum daerah;
� melakukan harmonisasi seluruh produk hukum daerah agar
berkesesuaian dengan visi Kota;
� Mengoptimalkan peran/partisipasi masyarakat, pendayagunaan
kelembagaan Panitia Ran HAM Kota dan Panitia legislasi dalam
setiap penyusunan produk hukum daerah;
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 53
3. Terwujudnya keamanan dan ketertiban yang dapat menyentuh seluruh
lapisan masyarakat melalui kemitraan polisi, swata dan masyarakat.
Tumbuhnya kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga di
bidang keamanan dan ketertiban yang menuntut tanggung jawab
bersama. Penggunaan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang
tepat sasaran sebagai upaya menciptakan keamanan dan ketertiban.
4. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, organisasi yang
efisien dan efektif melalui penataan struktur oraganisasi yang lebih
rasional dan realistik guna mendukung terwujudnya pelayanan prima
bagi masyarakat. Disamping itu terwujudnya derajat optimalisasi
angaran berbasis kinerja serta mensinergikan APBD yang diarahkan
untuk mempebesar anggaran publik dan memperkecil angaran
aparatur.
4.2. TAHAP PEMBANGUNAN DAERAH
Arah pembangunan daerah dalam 2 bentuk adalah yaitu : wujud naskah dan
matrix, sedangkan dalam wujud naskah sbb :
4.2.1. RPJM ke 1 : Tahun 2005 s/d 2010
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan keberlanjutan tahapan pem-
bangunan sebelumnya maka RPJM ke-1 ditujukan untuk mewujudkan :
1. Prasarana dan sarana kesehatan yang dapat mendukung kenyamanan
dan kemudahan pelayanan kesehatan, penumbuhan gerakan pola
hidup sehat dalam rangka peningkatan usia harapan hidup,
peningkatan perhatian kesehatan keluarga miskin melalui
peningkatan anggaran kesehatan dan peningkatan manajemen
pelayanan Puskesmas terpadu dan dapat berlangsung selama 24 jam
secara optimal dan rekruitmen dokter spesialis yang dapat mencukupi
kebutuhan riil, sedangkan di bidang pendidikan diprioritaskan pada
penyiapan kelayakan guru mengajar, sertifikasi guru, pemberantasan
buta aksara dan perbaikan prasarana dan sarana pendidikan.
Selain itu, ada gerakan dalam wujud keteladanan para pemimpin,
peningkatan budaya patuh pada hukum, apresiasi seni dan budaya
daerah untuk memperkokoh jati diri bangsa, pengembangan toleransi
terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,
penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah
lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 54
Ada kemajuan yang sangat berarti dalam pemberdayaan perempuan,
anak dan masyarakat kurang beruntung melalui perlindungan
terhadap hak-haknya dan diberikan akses dalam berbagai bidang
kehidupan yang selama ini belum mendapat perhatian optimal,
didukung pula gerakan KB sebagai upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk, pemerataan persebaran penduduk dan menekan
kekumuhan kota.
Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung
pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial
seperti kemiskinan dan PMKS, sehingga angka kemiskinan terus
menurun, termasuk penurunan korban penyalahgunaan NAPZA dan
korban HIV/AID terutama di kalangan generasi muda.
2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurun-
nya angka pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi; berkurangnya kesenjangan pendapatan; meningkatnya sumber
daya manusia yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kondisi ini dicapai dengan mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif,
termasuk membaiknya infrastruktur.
Terwujudnya Perdagangan yang dapat memperkokoh sistem distribusi
regional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha.
Kondisi ini diwujudkan melalui sistem dan prosedur pelayanan
perizinan usaha yang kondusip (efisien dan efektif) dengan pelayanan
satu atap.
3. Tahap pertama pembangunan jangka menengah ini focus pada upaya
agar kota bebas genangan dan banjir pada kawasan perdagangan,
jasa, ruas jalan dan perkim berupa normalisasi drainase, peningkatan
saluran dan pengendalian koefisien dasar bangunan.
Kota tanpa perkim kumuh dan setiap keluarga punya rumah sehat
yang dilengapi sarana sanitasi sendiri atau bersama, tinggal dalam
lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah serta aman.
Daya listrik yang nya lebih baik untuk keperluan sektor perdagangan,
jasa , rumah tangga dan industri .
Terwujudnya kualitas air permukaan yang memenuhi syarat untuk air
baku dan tidak terjadi pencemaran.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 55
Memasyarakatkan unit pengolah limbah kepada pihak yang
menimbulkan pencemaran dan munculnya kelompok peduli
lingkungan .
4. Adanya penyelenggaraan pendidikan politik secara terpadu dan berke-
lanjutan pada setiap warga negara dan meningkatnya partisipasi
masyarakat berpolitik yang sehat dan benar. Terwujudnya
peningkatan harmonisasi produk hukum daerah yang taat asas dan
berperspektif visi Kota serta tumbuhnya kesadaran hokum dan
meningkatnya keamanan, ketertiban sebagai hak dan kewajiban kita
bersama. Penyelenggaraan pemerintahan menuju pada tata kelola
pemerintahan yang baik serta terciptanya struktur organisasi
pemerintahan yang rasional dan realistik sesuai dengan kebutuhan
daerah.
4.2.2. RPJM ke 2 : Tahun 2011 s/d 2015
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM
sebelumnya, maka RPJM ke-2 ditujukan untuk mewujudkan :
1. Pendidikan yang berkualitas yang dapat terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat dengan didukung biaya pendidikan yang
bersumber dari APBD yang makin meningkat dan swasta yang makin
berperan aktif positif, terus mengupayakan wajib belajar 12 tahun,
peningkatan IPM, terus menurunkan angka buta aksara, melanjutkan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai,
kelayakan mengajar, sertifikasi guru, terus mengupayakan pendidikan
gratis bagi anak kurang mampu secara bertahap, didukung oleh pola
hidup sehat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan,
penyediaan anggaran kesehatan yang makin meningkat, sekaligus
dibarengi dengan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24
jam yang makin optimal dan penambahan dokter spesialis yang
mencukupi kebutuhan.
Gerakan keteladanan para pemimpin terus berkembang, budaya patuh
pada hukum makin kuat, apresiasi seni dan budaya daerah untuk
memperkokoh jati diri bangsa terus diperkuat, pengembangan
toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,
penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah
lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 56
Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung
terus meningkat dan mencakup berbagai bidang kehidupan, gerakan
KB makin kuat dan pemerataan persebaran penduduk antar
kecamatan makin terwujud, masalah sosial makin terkendali dan
angka kemiskinan terus menurun, termasuk korban NAPZA dan
HIV/AID.
2. Terwujudnya struktur ekonomi yang memperkuat sektor Perdagangan
dan Jasa sebagai leading sector, yang didukung oleh sektor industri,
pengangkutan dan komunikasi. Kondisi ini dicapai melalui penanaman
modal, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ekonomi yang
dimiliki secara efisien, yang dilaksanakan dengan kekuatan dan
kemampuan diri sendiri
Tersedianya fasilitas perdagangan berupa traiding house, mall,
supermarket dan wujud pasar modern lainnya yang mendukung usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi. Kondisi ini diwujudkan melalui
peningkatan PMDN dan PMA.
3. Kondisi kota tahap kedua pembangunan jangka menengah ini mela-
njutkan pada upaya agar kota bebas genangan dan banjir pada
kawasan perdagangan, jasa, ruas jalan dan perkim.
Secara bertahap focus bergeser ke jalan kota dengan kualitas baik,
umur teknisnya meningkat dan biaya pemeliharaan lebih hemat serta
peningkatan ruas jalan baru agar mampu menjaga keseimbangan
pertumbuhan kendaraan dan mengurangi kemacetan.
Terwujudnya jalan yang standard sesuai fungsi dan ketentuan lebar,
kualitas, sarana penunjang adanya jalur hijau, trotoir dan sarana
penandang cacat yang memenuhi standard .
Terwujudnya perencanaan penataan wilayah dan tata ruang yang lebih
merata dalam pengembangan dan pertumbuhan .
Penataan hinterland kota Pontianak lebih serasi dan sinergis antar
wilayah kota dan kabupaten .
Terwujudnya pemanfaatan ruang yang optimal dan berkeadilan bagi
kelompok masyarakat lapis menengah kebawah.
Pengendalian tata ruang diharapan dalam wujud upaya preventif (
pencegahan ) agar tidak terjadi gejolak untuk menegakan aturan yang
sesuai daya dukung lingkungan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 57
4. Sudah dapat terselenggaranya pendidikan politik secara terpadu dan
berkelanjutan yang melibatkan setiap warga negara melalui format
yang baku yang dengan mendorong penguatan partisipasi organisasi
politik, pemerintah daerah, perss dan organisasi non pemerintah
dalam pendidikan politik. Terwujudnya iklim politik yang sehat.
Tersusunnya produk hukum daerah yang responsif dan berperspktif
visi kota dan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan
tumbuhnya kesadaran bahwa keamanan, ketertiban sebagai hak dan
kewajiban kita bersama. Semakin mantapnya penyelenggaraan tata
kelola pemerintahan yang baik melalui struktur organisasi
pemerintahan yang rasional dan realistik dengan mendorong peran
pemerintah sebagai stimulator, fasilitator dan regulator.
4.2.3. RPJM ke 3 : Tahun 2016 s/d 2020
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM
sebelumnya, maka RPJM ke-3 ditujukan untuk mewujudkan :
1. Pendidikan yang berkualitas yang dapat terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat dengan didukung biaya pendidikan yang
bersumber dari APBD yang makin meningkat dan swasta yang makin
berperan aktif positif, terus mengupayakan wajib belajar 12 tahun,
peningkatan IPM, terus menurunkan angka buta aksara, melanjutkan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai,
kelayakan mengajar, sertifikasi guru, terus mengupayakan pendidikan
gratis bagi anak kurang mampu secara bertahap, didukung oleh pola
hidup sehat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan,
penyediaan anggaran kesehatan yang makin meningkat, sekaligus
dibarengi dengan pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24
jam yang makin optimal dan penambahan dokter spesialis yang
mencukupi kebutuhan.
Gerakan keteladanan para pemimpin terus berkembang, budaya patuh
pada hukum makin kuat, apresiasi seni dan budaya daerah untuk
memperkokoh jati diri bangsa terus diperkuat, pengembangan
toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,
penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah
lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 58
Pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat kurang beruntung
terus meningkat dan mencakup berbagai bidang kehidupan, gerakan
KB makin kuat dan pemerataan persebaran penduduk antar
kecamatan makin terwujud, masalah sosial makin terkendali dan
angka kemiskinan terus menurun, termasuk korban NAPZA dan
HIV/AID.
2. Terwujudnya industri yang dapat menghasilkan produk berdaya saing,
terkait dengan pengembangan industri kecil dan menengah, dengan
struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong
perkembangan ekonomi dengan tersedianya produk unggulan yang
mampu bersaing baik di pasar regional maupun di pasar
internasional.
Terwujudnya koperasi dan usaha kecil menjadi pelaku ekonomi yang
memiliki keunggulan komparatif, kompetitif dan mandiri. Kondisi ini
dicapai dengan mewujudnya keharmonisan dan kemitraan antara
Koperasi dan UKM dengan usaha besar.
3. Pembangunan jangka menengah ketiga ini untuk peningkatan jalan
sesuai standard, fungsi dan lebar, kualitas, sarana penunjang adanya
jalur hijau, trotoir dan sarana penyandang cacat.
Disamping focus pada kualitas jalan juga secar bertahap bergeser ke
arah peningkatan kualitas lingkungan yang menjadi visi kota.
Masyarakat mandiri /madani/ civil society maka dalam penyediaan air
bersih juga ditingkatkan peran swasta mengelola air bersih agar
tercapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi dan daya saing .
Transportasi umum dan pribadi yang aman tanpa kecelakaan, tanpa
kemacetan, nyaman dan efisien .
Perencanaan tata ruang dan wilayah diarahkan agar lebih merata
dalam pengembangan dan pertumbuhan serta mengurangi
kesenjangan.
Pemanfaatan ruang yang optimal dan berkeadilan bagi kelompok
masya-rakat lapis menengah kebawah dalam wujud ruang untuk
terbuka umum yang dimungkinkan untuk sector in formal.
Terwujudnya pengendalkan tata ruang sesuai daya dukung lingkungan
dan upaya untuk mendukung tercapainya kota perdagangan dan jasa .
4. Tahap ketiga RPJM ini diarahkan pada pemantapan pada pemahaman
politik masyarakat dan kesadaran hokum. Keamanan dan ketertiban
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 59
ditingkatkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta
angka kriminalitas secara struktural dikurangi dengan penyediaaan
lapangan pekerjaan. Peran pemerintah ditahap ini sudah mulai
bergeser ke peran regulator, fasilitator dan stimulator, sedangkan
peran sebagi investor pada sarana dan prasarana publik yang bisa
diperankan oleh swasta agar didorong untuk terus dikembangkan.
.
4.2.4. RPJM ke 4 : Tahun 2021 s/d 2025
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian & sebagai keberlanjutan RPJM
sebelumnya, maka RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan :
1. Pendidikan dan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh
lapisan masyarakat, yang ditandai terwujudnya wajib belajar 12
tahun, angka IPM mencapai 81,99, bebas buta aksara, sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai, kelayakan mengajar mendekati
anggka 100 persen, sertifikasi guru tercapai secara maksimal dan
tersedianya biaya pendidikan sebesar 20 persen dari APBD, anak
kurang mampu gratis dalam mengikuti pendidikan, didukung oleh
pola hidup sehat, biaya murah, mudah, tidak diskriminatif dan
mendapat dukungan biaya dari APBD secara maksimal, sehingga bisa
dicapai angka harapan hidup 70,00 tahun, sekaligus dibarengi dengan
pelayanan Puskesmas terpadu dan berlangsung 24 jam, terus
diupayakan ada peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai dan dokter spesialis mencukupi kebutuhan.
Di sisi lain, dibarengi pula gerakan dalam wujud keteladanan para
pemimpin, peningkatan budaya patuh pada hukum, apresiasi seni dan
budaya daerah untuk memperkokoh jati diri bangsa, pengembangan
toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing,
penumbuhkan budaya wirausaha, budaya cinta dan ramah
lingkungan dan adanya antisipasi pengaruh negatif budaya global.
Ada kemajuan yang sangat berarti dalam pemberdayaan perempuan,
anak dan masyarakat kurang beruntung melalui perlindungan
terhadap hak-haknya dan diberikan akses dalam berbagai bidang
kehidupan, didukung pula gerakan KB sebagai upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk hanya tumbuh sebesar 1,3 persen, terwujud
pemerataan persebaran penduduk antar kecamatan dan dapat
meminimalkan kekumuhan kota.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 60
Terwujudnya kepedulian swasta dan masyarakat untuk mendukung
pemerintah dalam upaya penangulangan masalah-masalah sosial
seperti kemiskinan dan PMKS, sehingga angka kemiskinan tidak lebih
dari 5 persen antara lain melalui upaya penurunan korban
penyalahgunaan NAPZA dan korban HIV/AID terutama di kalangan
generasi muda.
2. Terwujudnya usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pelaku ekonomi
yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor,
khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan
masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan
dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian.
3. Tahap keempat pembangunan jangka menengah ini dititik beratkan
pada upaya meningkatkan kualitas lingkungan agar air, udara dan
tanah tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan
Adanya ruang terbuka hijau dan memasyarakatkan unit pengolah
limbah ( upl ) kepada pihak-pihak yang menimbulkan pencemaran dan
akhir kegiatan di tandai dengan tidak melebihi pencemaran
lingkungan.
Sarana dan prasarana fisik kota yang dimungkinkan dibangun dan
dikelola oleh swasta untuk menghasilkan profit terus didorong
dilaksanakan agar beban pemerintah tidak semakin berat.
Terwujudnya pembangunan transportasi umum masal kota yang aman
tanpa kecelakaan, tanpa kemacetan, nyaman dan efisien .
Perencanaan tata ruang dan wilayah lebih merata dan berorientasi
lingkungan serta hinterland kota Pontianak lebih serasi dan sinergis
antar wilayah kota dan kabupaten.
4. Semakin mantap dan kuatnya pemahaman politik masyarakat dan
kesadaran hukumnya. Keamanan dan ketertiban sudah semakin
mantap dan kondusif bagi perwujudan iklim investasi yang kondusif
serta angka kriminalitas secara struktural dikurangi dengan
penyediaaan lapangan pekerjaan. Peran pemerintah ditahap ini sudah
bergeser ke peran regulator, fasilitator dan stimulator, sedangkan
peran sebagi investor pada sarana dan prasarana publik sudah yang
bisa diperankan oleh swasta.
Demikian tahapan perencanaan pembangunan jangka panjang 2005 s/d 2025
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 61
BAB V
PENGENDALIAN DAN EVALUASI RPJP
Pengendalian dan evaluasi harus berdasarkan pada indikator, data atau informasi
lima tahunan RPJM, dengan melalui analisa data dan indikator yang telah ada akan
terlihat sikap optimis, pesimis atau realistis akan tercapainya visi daerah.
Apabila hasil evaluasi terlihat ada bias/ penyimpangan dalam meramalkan per-
kembangan daerah, maka akan dilakukan Revisi RPJP.
Namun ketika kondisi dan kebijakan yang lebih luas ( makro ) tingkat nasional dapat
mengakibatkan perubahan tentu akan membawa dampak ke indikator RPJP yang
tidak memenuhi target harus diberi catatan bahwa hal-hal tersebut bukan karena
salah dalam kebijakan perencanaan daerah, tetapi kondisi makro yang dinamis,
faktor yang muncul sulit diprediksi dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun dan
menuntut perubahan atau revisi RPJP.
5.1. PENGENDALIAN RPJP
Pengendalian RPJP dilakukan dengan melihat indikator yang merupakan tanda
untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu arah pembangunan daerah yang
berisi program, baik berupa : informasi, data, index atau tanda lain, baik yang
langsung berpengaruh maupun tidak langsung berpengaruh serta bersifat
kwalitatif maupun kwantitatif .
1. MENGUKUR INDIKATOR RPJP
Sumber indikator yang baik harus merupakan tanda / tolok ukur untuk
mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan yang dapat dipertanggung-
jawabkan, yang dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya atau dengan
daerah lain atau rata-rata suatu daerah.
Data “ statistik dasar “ dipersiapkan oleh BPS merupakan instansi vertikal
yang independen dan dilindungi undang-undang, walaupun demikian tidak
menutup kemungkinan adanya lembaga lain yang mengeluarkan.
Laporan keuangan dan berbagi terbitan Bank Indonesia ( BI ) juga
merupakan sumber indikator yang dapat dipakai referensi perencanaan
maupun evaluasinya.
Institusi lain seperti : lembaga penelitian, survey, polling dan konsumen
merupakan alat ukur juga dalam memberikan masukan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 62
Untuk mengukur indikator dibutuh waktu, keahlian dan biaya untuk
menghitungnya. Indikator ada 3 :
1. Absolut atau angka reel.
2. Index yang menggambarkan standard
3. Perbandingan tahun sebelumnya & daerah lain yang setara.
Mengukur indikator pada prinsipnya dimulai dengan menetapkan kondisi
awal atau asumsi dan mengukur kondisi berikutnya.
Cara-cara polling oleh lembaga independen merupakan cara yang populer
dan banyak diterima masyarakat, oleh sebab itu cara ini lebih dapat dipakai
pertimbangan. Indikator dengan narasi singkat dan jelas untuk mengevaluasi
RPJP ini terdiri dari indikator :
1. Oucome / Manfaat : Nilai yang timbul akibat adanya program yang telah
dilaksanakan memberi manfaat bagi masyarakat.
2. Dampak : Tingkat manfaat yang ditimbulkan sebagai nilai tambah yang
diinginkan terhadap berbagai kegiatan dan kondisi masyarakat.
3. Impak : Pengaruh makro ( luas ) berjangka panjang terhadap daerah,
masyarakat, pemda dan DPRD
2. INDIKATOR AKHIR RPJP
Indikator akhir periode perencanaan jangka panjang ( 20 tahun yang akan
datang ) akan dipakai sebagai pedoman/ referensi penyusunan RPJM dan
penyusunan Visi-Misi Calon Kepala Daerah .
Dalam indicator ini ditentukan yang terkait pencapaian visi adalah sbb :
1. Sosial Budaya, yaitu terwujudnya :
1. Meningkatnya Index pendidikan yang terdiri dari gabungan angka
partisipasi sekolah mencapai 12 tahun dan angka melek huruf
mencapai 100 %
2. Meningkatnya Index kesehatan denan indikatr usia harapan hidup
menjadi 72 tahun .
3. Peningkatan kualitas penduduk yang berupa sumberdaya manusia (
IPM ) menjadi 80
4. Tumbuhnya budaya cinta lingkungan dan cinta perdagangan
5. Pemberdayaan masyarakat dan perempuan meningkat dan bagi
perempuan makin meningkat perannya dengan IPJ meningkat .
6. Kota Pontianak bebas kemiskinan maximal 5 % dan berkurangnya
PMKS
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 63
2. Ekonomi daerah, yaitu terwujudnya :
1. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional atau 5 % untuk
kesejahteraan yang berkeadilan pada kelompok menengah kebawah.
2. Kesenjangan ekonomi kelompok lapisan masyarakat relatif kecil
3. Pertumbuhan investasi ke arah sektor sekunder dan tersier yang
mengarah penyerapan tenaga kerja.
4. Peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) mencapai 90
% untuk mengurangi pengangguran.
5. Peningkatan dan kuantitas koperasi & UKM mampu menyerap tenaga
kerja.
3. Sarana dan prasarana, yaitu terwujudnya :
1. Jalan yang memenuhi syarat meningkat dan tingkat kerusakan
mengecil dengan biaya perawatan yang relatif hemat.
Jalan tumbuh mampu mengiringi pertambahan kendaraan dengan
indi-kator tidak macet dan standard jalan terpenuhi .
2. Air bersih mampu dinikmati keluarga miskin dan semua keluarga di
Kota Pontianak baik dari sisi kuantitas maupun .
3. Indikator drainase kota mampu untuk membebaskan Kota Pontianak
dari genangan dan banjir terutama kawasan perdagangan dan jasa .
4. Perumahan permukiman di Kota Pontianak bebas dari kawasan
kumuh dan semua keluarga punya sanitasi sendiri / bersama serta
semua keluarga punya rumah sehat
5. Transportasi darat dengan kendaraan umum diarahkan untuk mampu
menghubungkan dalam kota dengan trayek yang merata dan dengan
kota hinterlandnya dapat terhubung .
6. Pembangunan sumber daya listrik terpenuhi untuk mencukupi kebu-
tuhan rumah tangga dan industri .
4. Politik, Hukum dan Kamtib , yaitu terwujudnya :
1. Politik terwujudnya iklim politik yang sehat
2. Hukum bersinerginya aspek substansi, struktur dan kultur hukum
serta lahirnya peraturan daerah yang responsif dan akomodatif
3. Keamanan dan ketertiban makin meningkat serta berkurangnya
kriminalitas .
5. Pemerintahan, yaitu terwujudnya :
1. Pelayanan publik menuju satu atap, satu pintu dan satu meja.
2. Otonomi daerah berjalan optimal untuk kesejahteraan dan keadilan .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 64
3. Peningkatan derajad kemandirian daerah, pembiayan berbasis kinerja
serta prosentase belanja publik semakin tinggi
4. Tata kelola pemerintahan telah terbiasa azaz Good Govenance
6. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
1. Perencanan penataan ruang mampu mengembangkan wilayah kota
agar lebih merata, terjadi kesenjangan yang kecil dan hinterland kota
bisa saling menunjang dan tertata secara lebih sinergis.
Peraturan tata ruang tidak hanya RTRW, tetapi perlu lebih detail agar
yang baik apat menjamin terhadap ketaatan dalam pelaksanaan .
2. Pemanfaatan produk hukum perencanaan tata ruang dilakukan agar
memudahkan investor/pengembang dalam melakukan kegiatan
bisnisnya dan kepastian langkah dalam pembangunan
3. Pengendalian tata ruang agar menjamin konsistensi kebijakan peman-
faatan ruang dan menghindari perubahan fungsi ruang sekecil
mungkin.
4. Lingkungan hidup yang terdiri dari air dan udara agar kualitas air air
baku Sungai Kapuas tidak diatas ambang batas baku mutu lingkungan
serta udara tidak dalam kondisi ISPU bahaya .
Indikator inilah yang direncanakan akan terjadi pada 20 tahun yang akan
datang, ada yang bersifat kwantitatif ada yang kwalitatif dan dengan
keterbatasan data dan informasi diharapkan menjadi referensi penyusunan
RPJM tiap ganti kepala daerah .
5.2. EVALUASI RPJP
Pengendalian dan evaluasi RPJP akan dilakukan oleh : Bappeda Kota Pontianak
sebagai satuan kerja yang mengkoordinir semua perencanaan, pengendalian
dan evaluasi apabila RPJP terjadi penyimpangan.
Pengendalian dilakukan apabila akan terjadi pergantian kepemimpinan di
daerah dengan cara menyapaikan indikator saat itu dan arah pembangunan
yang ada dalam RPJP yaitu upaya untuk mencapai Visi Daerah.
Dalam proses publikasi ini untuk dipakai referensi dalam menyusun : Visi, Misi
dan Program Calon Kepala Daerah.
Pengendalian juga dilakukan manakala ada evalusi dan bila memungkinkan tiap
tahun melalui Kebijakan Umum APBD, agar bias tidak terlampau besar dalam
mencapai Visi Daerah.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------rancangan perda RPJP Kota Pontianak, hal : 65
B A B VI
P E N U T U P
Sebagai pentup RPJP Daerah yang berisi visi, misi, & arah pembangunan daeah
merupakan pedoman bagi pemerintah & masyarakat di dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional 20 tahun ke depan.
RPJP Daerah ini menjadi acuan di dalam penyusunan RPJM Daerah dan menjadi
pedoman bagi calon kepala daerah & calon wakil kepala daerah dalam menyusun visi,
misi, & program prioritas yang akan menjadi dasar dalam penyusunan RPJM lima
tahunan & RKP.
Keberhasilan pembangunan daerah dalam mewujudkan visinya perlu didukung (1)
komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat; (2) konsistensi kebijakan pemerintah
daerah ; (3) keberpihakan kepada rakyat; & (4) peran serta masyarakat & dunia
usaha secara aktif.