partisipasi masyarakat - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada...

133

Upload: dophuc

Post on 08-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan
Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

(KASUS Dl DESA WISATA SAMBI, KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN)

COMMUNITY PARTICIPATION IN THE DEVELOPMENT OF TOURISM VILLAGE

(A CASE AT SAMBI TOURISM VILLAGE, PAKEM DISTRICT, SLEMAN REGENCY)

F. YHANI SAKTIAWAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2008

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

(KASUS 01 DESA WISATA SAMBI, KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN)

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh

F. YHANI SAKTIAWAN

. Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2008

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

TESIS

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

(KASUS Dl DESA WISATA SAMBI, KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN)

Disusun dan diajukan oleh

F. YHANI SAKTIAWAN

Nomor Pokok P0204207506

telah dipertahankan di depan Panitia Ujian T esis

pada tanggal 22 September 2008

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dr. lr. Sitti Bulkis, MS. Ketua

Ketua Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah,

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Prof. Dr. Hamka Naping, MA. Anggota

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda di bawah ini

Nama F. Yhani Saktiawan P0204207506 Nomor mahasiswa

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, September 2008 Yang menyatakan ·

F. Yhani Saktiawan

iii

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pengasih dan Penyayang, atas karunia dan rahmat-Nya penyusunan tesis ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Ide yang melatarbelakangi penulis memilih judul "Partisipasi

Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata (Kasus di Desa Wisata

Sambi, Kecamatan Pakem, kabupaten Sleman) " adalah keinginan penulis

untuk mengetahui permasalahan pengembangan desa wisata dan partisipasi

masyarakat di Desa Wisata Sambi. Oleh karena itu penulis berharap adanya

kemitraan yang sinergis antar stakeholders terkait, baik masyarakat, swasta

dan pemda setempat. Disamping itu, penulis ingin memberikan rekomendasi

atau solusi permasalahan melalui model pengembangan desa wisata.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. lr. Sitti Bulkis, MS. dan Prof. Dr. Hamka Naping, MA selaku Ketua

Komisi Penasehat dan Anggota Komisi Penasehat atas bantuan dan

bimbingannya, mulai dari usulan penelitian hingga penyelesaian tesis ini.

2. Para Dosen Penguji, Dosen Pengajar, Pengelola dan Stat administrasi

pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, Program Studi

Perencanaan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin.

3. Kepala Pusdiklat Kehutanan di Bogar yang telah mendukung

pelaksanaan tugas belajar melalui beasiswa S2 Dalam Negeri Bappenas.

iv

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan segala bentuk

bantuan dan perhatiannya, selama menempuh pendidikan program

beasiswa S2 Dalam Negeri selama 13 bulan.

5. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi yang telah memberikan

kesempatan waktu tugas belajar di Universitas Hasanuddin.

6. Segenap lnstansi terkait di Pemda Sleman, Pusat Studi Pariwisata UGM,

GAIA Yogyakarta, Pengelola dan masyarakat Desa Wisata Sambi yang

telah membantu selama pelaksanaan penelitian ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan V PSKMP UNHAS yang telah

banyak membantu dalam rangka penyelesaian tesis ini.

Secara istimewa, penulis mengucapkan rasa kasih sayang yang

paling mendalam kepada isteriku tersayang Tri Hapsari Sapta Nugraha,

anakku terkasih Albertus lndra Parahita dan Bernadetta Clarissa Nugrahani.

Doa dan kasih setia mereka senantiasa memberikan semangat dalam

penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari penulisan tesis ini masih banyak

kekurangan, ibarat tidak ada gading yang tak retak. Segala bentuk kritik dan

saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman, Amien.

Makassar, September 2008

F. Yhani Saktiawan

v

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

ABSTRAK

F. YHANI SAKTIAWAN. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Oesa Wisata: Kasus di Oesa Wisata Sambi Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (dibimbing oleh Sitti Bulkis dan Hamka Naping).

Penelitian ini bertujuan mengetahui partisipasi masyarakat dan pengembangan desa wisata ditinjau dari aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana prasarana wisata di Desa Wisata Sambi.

Jenis penelitian 1n1 deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis deskriptif 'kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pengembangan kelembagaan Desa Wisata Sambi berupa pelatihan sumberdaya manusia, pembentukan kelompok sadar wisata, dan kemitraaan dengan pihak-pihak terkait. Bentuk pengembangan objek dan daya tarik wisata berupa pengembangan desa wisata terpadu dan penggalakan sapta pesona. Bentuk pengembangan sarana prasarana wisata berupa pengadaan sarana outbond, pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata, dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. Dari ketiga aspek pengembangan Desa Wisata Sambi, partisipasi masyarakat masih rendah. Keterlibatan swasta paling tinggi dalam pengembangan kelembagaan dan objek serta daya tarik wisata. Pengembangan objek dan daya tarik wisata, keterlibatan pemerintah paling tinggi. Hal ini sejalan dengan partisipasi pasif (kepatuhan) dengan komunitas berpartisipasi melalui penyampaian apa yang terjadi atau dilakukan oleh pihak pemerintah/pelaku pembangunan dan informasi hanya menjadi milik profesional dari luar.

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

ABSTRACT

F. YHANI SAKTIAWAN. Public Participation in the Development of Tourism Village: A Case at Sambi Tourism Village, Pa/em District, Sleman Regency (supervised by Sitti Bulkis and Hamka Naping).

The aim of the study was to discover public participation and development of tourism village viewed from 1he aspects of institutional, object, tourist attraction, tourism facility and infrastructure at Sambi tourism village.

The study was descriptive qualitative. The data were collected through in-depth interview, observation, and documentation and analyzed descriptively and qualitatively.

The results of the study indicate that the types of development at Sambi tourism village are training of human resources, establishment of tourism awareness group, and partnership with related institutions. The development of tourism object and tourism attraction is done by integrated tourism village development and increasing of seven tourism charms. The development of facility and infrastructure is done through the procurement of outbound, gateway building, special building for organizers, and restaurant of natural village environment. In the development of Sambi tourism village, public participation is low, but the involvement of government and private party is high. This is in line with passive participation (obedience), where the community participates through information on what is going on or what has been done by the government/agent of development Information only belongs to professional from outside the area.

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

PRAKATA

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR lSI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR lSI

A. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

B. Partisipasi Masyarakat

C. Konsep Masyarakat

D. Pengembangan Desa Wisata

E. Desa Wisata

F. Produk Pariwisata

G. Hasil Penelitian T entang Partisipasi Dalam Pariwisata

viii

Halaman

iv

vi

vii

viii

xi

xii

xiii

1

8

9

9

11

17

22

23

26

28

30

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

H. Kerangka Pemikiran Penelitian 32

I. Definisi Operasional 34

Ill. METODOLOGI PENELITIAN

A Pendekatan dan Jenis Penelitian 36

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 36

C. Jenis dan Sumber Data 37

D. Unit Analisis dan Penentuan lnforman 39

E. Teknik Pengumpulan Data 39

F. Teknik. Analsis Data 41

G. Tahapan Penelitian 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Gambaran Umum Lokasi Peneutian 44

B. Kependudukan Kabupaten Sleman 47

C. Kondisi Perekonomian Kabupaten Sleman 49

D. Arah Pengembangan, Strategi dan Kebijakan Pariwisata 55

E. Profil Desa Wisata Sambi 58

F. Pengembangan Desa Wisata Sambi 62

G. Partisipasi Masyarakat Datam Pengembangan Desa Wisata 80

H. Model Pengembangan Desa Wisata Sambi 94

ix

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

B. Saran

DAFT AR PUSTAKA

DAFT AR LAMPl RAN

X

99

100

101

105

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

DAFTAR TABEL

Nom or hal a man

1. Pengunjung dan Objek Wisata di Kabupaten Sleman 4

2. Unsur dan lnforman Pengembangan Desa Wisata Sambi 39

3. Tahapan Penelitian 42

4. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman 44

5. Tata Guna Tanah di Kabupaten Sleman 46

6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 48

7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sleman 49

8. PDRB Kabupaten Sleman 2000-2004 49

9. Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman 2000-2004 51

10. Jumlah Penduduk Sambi Menurut Pendidikan 59

11. Jumlah Penduduk Sambi Menurut Mata Pencaharian 60

12. Jenis Potensi dan Bentuk Atraksi Wisata di Desa Wisata Sambi 73

13. Hasil Perencanaan Desa Wisata Sambi 83

xi

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian 33

2. Struktur Kelembagaan Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi 64

xii

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

DAFTAR LAMPIRAN

Nom or halaman

1. Daftar Pertanyaan Penelitian : Wawancara Mendalam 105

2. Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman Nomor 556/43/Kep.Budpar/2008 Tanggal25 Maret 2008 Tentang Tim Pelaksana Kegiatan Operasional Petugas Desa Wisata Kabupaten Sleman 110

3. Peta Wisata Kabupaten Sleman 115

4. Matriks Hubungan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi 116

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32

tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten/Kota

untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri,

berdasarkan potensi dan masalah yang ada di daerahnya. Era ini juga

membawa tuntutan akan pengelolaan pembangunan yang lebih

demokratis dan terbuka, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat

dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi.

Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan

pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam

menunjang pembangunan pariwisata daerah. Berkaitan dengan hal

tersebut di atas, pengembangan pariwisata daerah hendaknya mengacu

pad a prinsip: (1) berpijak pad a aspek pelestarian, (2) menekankan

manfaat bagi masyarakat, (3) pengelolaan yang ramah lingkungan, (4)

menjaga terciptanya keseimbangan antar stakeholder, (5) keselarasan

yang sinergis antara wisatawan, lingkungan dan masyarakat yang peka

terhadap warisan budaya, adat istiadat, lingkungan hidup, dan jati diri

bangsa (Anonim, 2007).

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

2

Berdasarkan RIPPDA Sleman (2006), pengembangan pariwisata

daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber

dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi

bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pendekatan

perencanaan pengembangan desa wisata di Sleman menggunakan

community approach atau community based development. Dalam hal ini

masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki dan mengelola

langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian

masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan

ekonomi dan mengurangi urbanisasi.

Menurut Nasikun (1999) dalam lokakarya Penataan Kepariwisataan

Menyongsong Indonesia Baru menjelaskan bahwa pariwisata berbasis

komunitas memiliki ciri yang berbeda dengan kegiatan pariwisata bentuk

lama. Karakter pariwisata berbasis kominitas (1) lebih mudah

diorganisasi dalam skala kecil, (2) lebih mudah mengembangkan objek­

objek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil, dan dapat dikelola oleh

komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal serta menimbulkan dampak

sosio-kultural yang minimal, (3) lebih besar memberikan peluang bagi

partisipasi komunitas dalam menikmati keuntungan bersama

perkembangan industri pariwisata, (4) memberikan tekanan pada

pentingnya keberlanjutan kultural dan berupaya membangkitkan rasa

hormat wisatawan pada kebudayaan lokal.

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

3

Lebih lanjut menurut Nasikun (1999), rasanya tidak semudah

membalikkan telapak tangan untuk menuju model pembangunan

kepariwisataan berbasis komunitas mengingat beberapa halangan, antara

lain: (1) kurangnya pemahaman akan visi pembangunan pariwisata

berkelanjutan, bukan hanya di tingkat masyarakat masyarakat namun juga

kalangan elit, (2) rendahnya profesionalisme masyarakat dalam bisnis

pariwisata, (3) penguasaan yang rendah atas modal sosio-kultural berupa

kemampuan komunitas lintas kultural dengan wisatawan, dan (4) kurang

mempunyai investasi kapital di pihak masyarakat lokal.

Di sisi lain menurut Destha (2007), perlunya peran masyarakat

untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik

sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan

dan kebersihan lingkungan, serta memberikan kenangan dan kesan yang

baik bagi wisatawan. Hal ini selayaknya dilakukan oleh masyarakat dalam

rangka mendukung program sapta pesona, dan menanamkan kesadaran

masyarakat dalam mengembangkan desa wisatanya.

Namun demikian menurut Panji (2005), usaha-usaha

pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal

masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan

secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau

terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan

budaya. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

4

dan ini tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan

keahlian yang dimiliki oleh individu atau masyarakat lokal tersebut.

Selama ini Pemerintah Kabupaten Sleman terus berbenah serta

mencari peluang baru guna mengoptimalkan sumberdaya pariwisata

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja

dan pendapatan masyarakat. Sumberdaya pariwisata di Kabupaten

Sleman memiliki berbagai objek wisata, meliputi: 19 obyek wisata budaya

dan 3 obyek wisata alam, 3 obyek wisata minat khusus serta beberapa

obyek wisata buatan yang cukup representatif. Data jumlah pengunjung

dan obyek wisata di Kabupaten Sleman, dapat dilihat pada tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1. Pengunjung dan Objek Wisata di Kabupaten Sleman tahun 2004-2005

JENIS OBYEK 2004 2005 No

WISATA Wisnus Wisman JML Wisnus Wisman JML

1. CANOl 938.905 80.170 1.019.075 921.321 76.549 997.870

2. WISATAALAM 974.560 7.142 981.702 992.282 3.295 995.577

3. MUSEUMIMONUMEN 373.998 1.613 375.611 368.966 1.156 370.122

4. DESAWISATA 31.470 174 31.644 42.271 384 42.655

5. ATRAKSI KESENIAN 28.774 7.976 36.750 34.928 7.904 42.832

JUMLAH 2.347.707 97.075 2.444.782 2.359.768 89.288 2.449.056

Sumber: Dmas Kebudayaan dan Pariwtsata Kabupaten Sleman, 2005

Dari tabel 1 diatas menunjukkan dari tahun 2004 ke tahun 2005,

kecenderungan kunjungan wisatawan (mancanegara maupun nusantara)

pada objek Desa Wisata mengalami kenaikan paling signifikan (34,80%)

dibandingkan objek wisata lainnya. Hal ini dikarenakan oleh semakin

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

5

banyak wisatawan yang menggemari wisata lingkungan atau kembali ke

alam menyebabkan trend desa wisata semakin bertambah jumlahnya di

masa mendatang. Meski demikian upaya pengembangan desa wisata

dihadapkan pada persoalan kurang maksimalnya pengembangan potensi

desa wisata. Belum berkembangnya desa wisata, disebabkan masing­

masing tumbuh dan berkembang sendiri-sendiri (www.kr.co.id).

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata, berdasarkan

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman

Nomor 556/43/Kep.Budpar/2008 tentang Tim Pelaksana Kegiatan

Operasional Petugas Desa Wisata Kabupaten Sleman, perlu dilaksanakan

pendampingan, pembinaan dan pelatihan pengelola desa wisata secara

efektif, efisien, dan berkesinambungan, serta memfasilitasi Forum

Komunikasi Desa Wisata Sleman sebagai wadah pertemuan antar desa

wisata untuk saling bertukar pengalaman dan proses saling belajar, serta

memperluas jaringan pemasaran melalui pertukaran informasi dan

membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait, baik instansi di

tingkat kabupaten maupun propinsi, Pusat Studi Pariwisata UGM, LSM,

Biro Perjalanan, Asosiasi pemandu wisata, dan kalangan swasta.

Forum Komunikasi Desa Wisata Sleman juga berfungsi sebagai

wadah koordinasi kegiatan bersama, seperti penyelenggaraan kegiatan

pelatihan sumberdaya manusia dan outbond training pelaku desa wisata

yang lokasi prakteknya di Desa Wisata Sambi. Hal ini dilakukan dalam

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

6

dalam rangka peningkatan sadar wisata pengembangan pariwisata di

Kabupaten Sleman. Keselarasan dukungan kegiatan dari instansi terkait

dan pelaku desa wisata diharapkan mampu menumbuhkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sambi.

Saat ini di Kabupaten Sleman memiliki 33 lembaga lokal desa

wisata dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata

pedesaan. Namun menurut Anonim (2007), masih ada kekurangan dan

kelemahan yang berkaitan dengan kompetensi sumberdaya manusia,

kekurangmampuan untuk mengelola akomodasi dan produk wisata yang

ada, serta belum optimalnya pelayanan warga. Oleh karena kelembagaan

desa wisata memiliki peranan penting dalam mengelola sumberdaya yang

ada, dengan aturan main yang disepakati bersama oleh masyarakat

Selama ini kelembagaan Sekretariat Bersama Desa Wisata

Sambi belum be~alan secara optimal dan belum didukung sepenuhnya

oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh belum tergugah kesadarannya

masyarakat secara penuh dan belum memahami konsep desa wisata

secara utuh dalam upaya pengembangan Desa Wisata Sambi. Di samping

itu latar belakang terbentuknya Desa Wisata Sambi bukan murni berasal

dari inisiatif masyarakat, sehingga mutual trust dari masyarakat terhadap

pengelola Desa Wisata Sambi belum terbangun sepenuhnya, dalam

rangka mengembangkan objek dan daya tarik wisatanya.

Berbagai objek dan daya tarik wisata di Desa Wisata Sambi,

meliputi: atraksi wisata pertanian (bajak sawah), atraksi wisata budaya

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

7

(kesenian tradisional, bangunan rumah adat kuno, upacara tradisi adat),

dan atraksi wisata alam (outbound). Di samping itu keberadaan Desa

Wisata Sambi juga didukung dengan adanya sarana prasarana wisata,

meliputi: homestay, sanggar padepokan pamengku, lembah alam Kali

Kuning, infrastruktur jalan beraspal, transportasi, dan sarana air bersih.

Hal tersebut di atas tentunya berhubungan dengan wisatawan atau

pengunjung yang tinggal di Desa Wisata Sambi. Wisatawan tidak hanya

menikmati suasana alam dan menyaksikan berbagai atraksi wisatanya,

tetapi biasanya ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat

setempat. Motivasi tersebut biasanya dikaitkan dengan keinginan

wisatawan untuk menambah/memperkaya wawasan, mengembangkan

kapasitas diri dan petualangan (adventure), serta belajar kebudayaan

lokal.

Dengan pertimbangan di atas, Peneliti tertarik untuk mengungkap

fenomena aktual mengenai bentuk pengembangan Desa Wisata Sambi

ditinjau dari aspek kelembagaan, aspek objek dan daya tarik wisata,

aspek sarana prasarana wisata, serta mengetahui partisipasi masyarakat

dalam pengembangan Desa Wisata Sambi.

Page 23: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

8

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, dapat

dikemukakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pengembangan Desa Wisata Sambi ditinjau dari

aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana

prasarana wisata ?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata

Sambi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan diatas,

maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bentuk pengembangan Desa Wisata Sambi ditinjau dari

aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana

prasarana wisata.

2. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa

Wisata Sambi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata, yaitu :

1. Memberikan gambaran dan masukan bagi pengelola Desa Wisata

Sambi terkait dengan pengembangan desa wisata dilihat dari aspek

kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana prasarana

wisata.

Page 24: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

9

2. Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi Pemda Sleman terkait

dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata

Sambi khususnya maupun desa wisata lainnya pada umumnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran untuk

penelitian selanjutnya, khususnya mengenai partisipasi masyarakat

dalam pengembangan desa wisata.

Page 25: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Pada hakekatnya, perencanaan dilakukan oleh setiap orang dengan

pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan tertentu. Pemahaman

tentang perencanaan sangatlah penting karena hal ini secara tidak langsung

berpengaruh terhadap keterlibatan dan peran pelaku pembangunan dalam

proses perencanaan.

Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari pembangunan.

Menurut Todaro dalam Bryant and White (1987) pembangunan adalah

"proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam

struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional, dan juga

akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality),

dan pemberantasan kemiskinan absolut".

Menurut Kunarjo (2002) perencanaan merupakan penyiapan

seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang

yang akan diarahkan pada tujuan tertentu. Definisi ini menunjukkan

bahwa perencanaan mempunyai unsur-unsur: (1) berhubungan dengan

hari depan, (2) menyusun seperangkat kegiatan secara sistematis, dan (3)

dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses perencanaan dapat dipahami sebagai suatu proses yang

sistematis untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

Page 26: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

11

untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan menentukan apa, bagaimana,

bilamana, dimana dan oleh siapa, kegiatan pembangunan dilaksanakan

serta mengapa kegiatan itu perlu untuk dilakukan. Perencanaan memberikan

suatu hasil yaitu : 1) adanya pengarahan dan pedoman bagi pelaksana

kegiatan untuk mencapai tujuan pembangunan, 2) adanya suatu prakiraan

(forecasting) atau kegiatan yang dilakukan dan hasil yang dicapai, sehingga

mengurangi ketidakpastian tentang kondisi-kondisi dimasa yang akan

datang. 3) adanya peluang untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dapat

menentukan skala prioritas untuk kegiatan yang dilakukan, adanya pedoman

dan alat ukur untuk melakukan pengawasan. 4) pada dasarnya kegiatan

perencanaan berusaha menjawab : apa yang perlu dilakukan dalam kurun

waktu tertentu, siapa yang bertugas dan bertanggung jawab untuk

melakukan kegiatan tertentu. 5) bagaimana prosedur, mekanisme dan tata

cara yang harus ditempuh, 6) berapa biaya yang diperlukan untuk semua

kegiatan dan darimana sumberdaya yang diperlukan dapat diperoleh dan

kapan tujuan, sasaran dan target akan dicapai dan bagaimana

penjadwalannya. {PSKMP, 2002).

Menurut Syahroni (2002) perencanaan pembangunan merupakan

suatu usaha yang sistimatik dari berbagai pelaku (aktor), baik pemerintah,

swasta maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkat yang berbeda

untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik,

sosial ekonomi dan aspek-aspek lingkungan lainnya dengan cara; (1) secara

terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan; (2)

Page 27: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

12

merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan; (3)

menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (so/ust); dan (4)

melaksanakannya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia,

sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dapat ditangkap secara berkelanjutan.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif atau biasa disebut

sebagai participatory planning ini, Menurut Friedmann dalam (Paskarina,

2005:9) sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk memperoleh

kesepakatan bersama (collective agreement) melalui aktivitas negosiasi

antar seluruh pelaku pembangunan (stakeholders). Proses politik ini

dilakukan secara transparan dan aksesibel sehingga masyarakat

memperoleh kemudahan setiap proses pembangunan yang dilakukan serta

setiap tahap perkembangannya. Dalam hal ini perencanaan partisipatif dapat

dipandang sebagai sebuah alat pengambilan keputusan yang diharapkan

dapat meminimalkan konflik antar stakeholders. Perencanaan partisipatif

juga dapat dipandang sebagai instrumen pembelajaran masyarakat (social

teaming) secara kolektif melalui interaksi antar seluruh pelaku pembangunan

atau stakeholders tersebut. Pembelajaran ini pada akhirnya akan

meningkatkan kapasitas seluruh stakeholders dalam upaya memobilisasi

sumberdaya yang dimilikinya secara luas.

Disamping itu perencanaan partisipatif dapat dipandang sebagai

proses teknis yang lebih menekankan pada peran dan kapasitas fasilitator

untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi stakeholders secara tepat. Proses

Page 28: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

13

teknis ini juga diarahkan untuk memformulasikan masalah secara kolektif,

merumuskan strategi dan rencana tindak kolektif, serta melakukan mediasi

konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya publik. Salah satu hal

penting dalam proses teknis ini adalah upaya pembangunan institusi

masyarakat sebagai wadah bagi masyarakat untuk melakukan proses

mobilisasi tentang pemahaman, pengetahuan, dan ide menuju terbangunnya

sebuah konsensus, sebagai awal tindak kolektif penyelesaian persoalan

publik.

Proses demokratisasi dalam pendekatan partisipatif, selalu dikaitkan

dengan masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu tatanan

masyarakat, yang diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam proses

penentuan arah pembangunan. Sutrisno 1985 dalam Suhirman (2003)

menyatakan perencanaan partisipatif adalah keikutsertaan seluruh

stakeholder termasuk masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,

dan memiliki kemitraan serta pengambilan keputusan diambil melalui dialog

yang sehat antar stakeholders, dan masyarakat bukan hanya sebagai obyek

malainkan juga sebagai subyek pembangunan.

Menurut Salman (2005), perencanaan partisipatif pada awalnya

menempatkan rakyat hanya sebagai partisan dalam pembangunan, dengan

adanya' paradigma baru dalam pembangunan, berkembang pemikiran bahwa

pembangunan seharusnya oleh rakyat itu sendiri sedangkan pihak luar

hanyalah fasilitator. Agenda ini mengantarkan rakyat sebagai pelaku utama

dalam pembangunan. Pergeseran makna konsep partisipasi ini dari ka,\~

Page 29: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

14

keadaan (keterlibatan rakyat dalam pembangunan) menjadi kata kerja

(pendekatan untuk mengantar rakyat menjadi pelaku pembangunan yang

dikenal dengan pendekatan partisipatoris).

Menu rut Garrod (2001 ), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan

penerapan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata.

Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan

formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata.

Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang

partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih

seimbang antara pembangunan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini

lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak

pembangunan ekowisata.

Lebih lanjut Garrod (2001) menyampaikan elemen-elemen dari

perencanaan pariwisata partisipatif yang sukses yaitu: (1) membutuhkan

kepemimpinan yang efektif (memiliki kredibilitas sebagai orang yang

memahami, empati dan peduli dengan pendapat stakeholder, memiliki

kredibilitas sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di

daerah tersebut, mandiri, memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah

yang nyata dan tidak nyata, memiliki kemampuan mengatur partisipan, ber

sedia mengem-bangkan kelompok), mampu mengarahkan keterlibatan yang

sifatnya top down ke bottom up), (2) pemberdayaan masyarakat lokal, (3)

mengkaitkan keuntungan ekonomi dengan konservasi, (4) melibatkan

Page 30: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

15

stakeholder lokal dalam setiap tahapan proyek, (5) adanya partisipasi lokal

dalam monitoring dan evaluasi proyek.

Menurut Nurhidayati (2002), salah satu bentuk perencanaan yang

partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan

Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan.

Definisi Community Based Tourism yaitu: (1) bentuk pariwisata yang

memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan

terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, (2) masyarakat

yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat

keuntungan, (3) menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi

dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di

pedesaan.

Pada dasarnya Community Based Tourism berkaitan erat dengan

adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut Timothy (1999) partisipasi

masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif, yaitu partisipasi lokal

dalam proses pengambilan keputusan dan partisipasi lokal berkaitan dengan

keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata.

Selanjutnya, Timothy menggagas model normatif partisipasi dalam

pembangunan pariwisata terdiri dari 3 hal pokok, yaitu: (1) berkaitan dengan

upaya mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan

keputusan, (2) adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat

dari kegiatan pariwisata, dan (3) pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat

lokal, yang dikenal dengan nama Albeit Western Perspektif. Ciri-ciri khusus

Page 31: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

16

dari Community Based Tourism menurut Hudson dalam (Timothy, 1999)

adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya

perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain

kelompok memiliki ketertarikan/minat, yang memberi kontrol lebih besar

dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan.

B. Partisipasi Masyarakat

Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan "keterlibatan

suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain". Dalam konteks

pembangunan, partisipasi masyarakat selalu terkait dengan keterlibatan

masyarakat dalam program/proyek/kegiatan pembangunan yang dilakukan

oleh pemerintah/negara. Sehingga disini terbedakan dengan jelas antara

pihak yang berperan sebagai pelaku/penginisiatif dengan pihak yang hanya

terlibat/partisipan (Salman, 2005).

Menurut Muhaimim (1997) dalam Syamsuddin (2005), teori partisipasi

masyarakat dapat dilihat dalam bentuk 2 (dua) matra, yakni matra sektoral

dan matra modernisasi. Pada kedua matra ini terlihat nuansa partisipasi

masyarakat secara horizontal maupun secara vertikal. Untuk matra sektoral

ini pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) bentuk yaitu:

a. Pola Umum: partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan oleh

pemerintah dan non pemerintah nyaris berimbang, artinya apabila terjadt

ke~asama antara keduanya dimana yj\ng terwujud adalah he~n semi

Page 32: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

17

pemerintah, maka partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut

cenderung akan meningkat.

b. Pola Dualistik: partisipasi masyarakat dalam kegiatan non pemerintah

lebih tinggi daripada yang disponsori oleh pemerintah. Dengan kata lain,

kegiatan yang dimotori oleh pihak non pemerintah lebih mampu menarik

partisipasi masyarakat daripada yang disponsori oleh pemerintah.

Untuk matra modernisasi terdiri dari 2 (dua) bentuk pola, yaitu:

a. Pola Tradisonal: Partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang bersifat

tradisional lebih tinggi daripada partisipasi masyarakat dalam kegiatan

yang bersifat pasca tradisonal (modern). Masyarakat cenderung

berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang menggunakan organisasi

dalam lambang tradisional. Semakin banyak digunakan saluran-saluran

organisasi ataupun lambang-lambang tradisional, maka semakin tinggi

pula bentuk partisipasi masyarakat.

b. Pola Kreatif: Partisipasi masyarakat dalam pasca tradisonal untuk

beberapa hal tertentu adalah berbeda dengan kedua sektor lainnya, ada

kelompok masyarakat yang belum sepenuhnya dapat menerima bentuk

lambang-lambang modernisasi. Pada saat yang sama, kelompok

masyarakat tadi melakukan pula pendekatan terhadap pola tradisional

maupun modern yang terlalu ekstrim, sembari kreatif pula mei1CiF'~C

lambang-lambang baru dengan tetap menyeleksi secara ket~t ilhsur­

unsur modern tadi.

Page 33: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

18

Menurut Tikson (2001) partisipasi merupakan sebuah proses

dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan

mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat

turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui

proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan

penggunaannya. Selanjutnya Amien (2003) menyatakan perlunya pelibatan

masyarakat dalam proses pembangunan setidaknya berbasis pada tiga

pertimbangan. Pertama, untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi

yang diperlukan agar proses pembangunan memiliki kemungkinan yang

semakin besar yang diperlukan untuk berhasil atau dengan kata lain

mengurangi ketidakpastian. Kedua, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.

Ketiga, sebagai perwujudan dan aktifitas proses pengambilan keputusan.

Davis dan Newstrom (1988) dalam Salman (2005) mengartikan

partisipasi sebagai "keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam

situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi

kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan

itu". Oari definisi ini terkandung tiga esensi yakni: (1) keterlibatan, partisipasi

berarti adanya keterlibatan mental dan emosional dibanding hanya aktivitas

fisik, sehingga dengan itu makna partisipasi secara sukarela menjadi

terbedakan dari mobilisasi; (2) kontribusi, partisipasi berarti mendorong

orang untuk mendukung/menyumbang bagi situasi tertentu, sehingga

berbeda dengan sikap memberi ses~ ~3} tanggungjawab, partisipasi

mendorong orang untuk bertanggungjawab dalam suatu kegiatan karena apa

Page 34: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

19

yang disumbangkannya itu adalah atas dasar sukarela sehingga timbul self­

involve.

Pretty (1995) dalam Salman (2005) mengilustrasikan partisipasi

masyarakat dalam program pembangunan bersifat kontinum, mulai dari

partisipasi yang dimanipulasi (manipulative participation) yang dilakukan

pihak luar terhadap masyarakat, sampai pada mobilisasi diri (self

mobilisation) oleh inisiatif masyarakat itu sendiri dalam memecahkan

masalah/memenuhi kebutuhan sesuai keberadaannya.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dari yang

terendah sampai tertinggi adalah sebagai berikut: 1) Partisipasi Manipulasi

(Kooptast), partisipasi komunitas dipretensi secara sederhana, dimana

keterwakilan rakyat pada badan pemerintah tidak melalui pemilihan secara

demokratis, dan representasi komunitas pada badan pemerintah tidak

memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan; 2) Partisipasi Pasif

(Kepatuhan), komunitas berpartisipasi melalui penyampaian apa yang te~adi

atau dilakukan oleh pihak pemerintah/pelaku pembangunan. Melibatkan

pengumuman sepihak dari manajemen/administrasi proyek tanpa

mendengarkan jawaban komunitas. lnformasi hanya menjadi milik

professional dari luar; 3) Partisipasi Konsultasi (Konsultatif), komunitas

berpartisipasi melalui konsultasi atau menjawab pertanyaan. Agen eksternal

menetapkan masalah dan proses pengumpulan informasi serta mengontrol

analisanya. Sebagian besal proses konsultatif berlangsung tanpa berbagi

pendapat dalam pengambilan keputusan, dan professional eksternal tidak

Page 35: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

20

memiliki kewajiban untuk mengakomodir pandangan masyarakat dalam

formulasi rencana/keputusannya; 4) Partisipasi Material (Kontribust),

komunitas berpartisipasi melalui kontribusi sumberdaya seperti tenaga kerja,

atau bentuk material seperti bahan makanan atau dana. Bentuk seperti ini

sangat umum, yang didalamnya komunitas belum menjadi pemangku dari

praktek pembangunan yang berlangsung; 5) Partisipasi Fungsional

(Kerjasama), partisipasi komunitas dilihat oleh orang luar sebagai cara

(means) untuk mencapai tujuan dari proyek. Rakyat berpartisipasi melalui

pembentukan kelompok-kelompok untuk menemukan kelompok yang

berpengaruh; mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tetapi nanti

setelah keputusan besar dan mendasar sudah disiapkan oleh agen luar;

6) Partisipasi lnteraktif (Saling Belajat), rakyat terlibat dalam analisis

bersama, pengembangan rencana aksi dan pembentukan/penguatan

kelembagaan lokal. Partisipasi dilihat dalam makna yang benar, bukan

sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek. Proses ini melibatkan

metodologi interdisipliner untuk mendapatkan perspektif yang lebih beragam

dan proses belajar yang sistematik dan terstruktur. Karena kelompok

memainkan kontrol dalam pengambilan keputusan dan menentukan

bagaimana sumberdaya digunakan, maka mereka menjadi pemangku dalam

memelihara struktur dan praktek; 7) Mobilisasi Diri (Pemberdayaan}, rakyat

berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif secara indepel'\den dari

lembaga eksternal dalam mengubah sistem. Mereka membangun kontak

dengan lembaga luar untuk dukungan sumberya dan bimbingal1 \eknis yang

Page 36: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

21

diperlukan, tetapi tetap mengontrol bagaimana sumberdaya yang ada

digunakan.

C. Konsep Masyarakat

Menurut Koentjaraningrat (1996), masyarakat (society) adalah

kelompok manusia yang saling berinteraksi, memiliki prasarana untuk

kegiatan tersebut, dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan

bersama.

Menurut Soekanto (2000), alam masyarakat setidaknya memuat unsur

sebagai berikut ini : (1) beranggotakan minimal dua orang, (2) anggotanya

sadar sebagai satu kesatuan, (3) berhubungan dalam waktu yang cukup

lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan

membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat, (4) menjadi

sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu

sama lain sebagai anggota masyarakat.

Masyarakat Pariwisata adalah masyarakat umum, masyarakat

tempatan/lokal, kelompok dan organisasi masyarakat, serta perguruan tinggi

dan badan/lembaga penelitian yang dalam kegiatan sehari-harinya terkait

baik secara langsung maupun tidak dengan perencanaan dan

pengembangan pariwisata (Tim Perumus, 2002).

Page 37: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

22

D. Pengembangan Desa Wisata

Mengacu pada konsep pengembangan desa wisata dari Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata (2001 ), maka pola pengembangan desa wisata

diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :

a). Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat

Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola

kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi

wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.

b). Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa

Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah

apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah

apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa

sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang

dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan

sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan

prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan

kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi

dan dinikmati wisatawan.

c). Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian

Arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang digunakan dalam

pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa tersebut sehingga

dapat mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat.

d). Memberdayakan masyarak'at desa wisata

Page 38: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

23

Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan

masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut.

Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep

Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa

memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan

pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam

bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari-hari

e). Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan

Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata harus memperhatikan

kapasitas desa tersebut, baik kapasitas fisik maupun kesiapan

masyarakat. Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan (sustainable

tourism) harus mendasari pengembangan desa wisata. Pengembangan

yang melampaui daya dukung akan menimbulkan dampak yang besar

tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada kehidupan sosial

budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik

desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah

penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk (home

stay), penyediaan kebutuhan konsum~ wisatawan, pemandu wisata,

penyediaan transportasi lokal seperti a~dong/dokar, kuda, pertunjukan

kesenian, dan lain-lain.

Prinsip dasar pengembangan desa wisata, meliputi: (1)

pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam sk~\a kecil beserta pelayanan

Page 39: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

24

di dalam atau dekat dengan desa, (2) fasilitas-fasilitas dan pelayanan

tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja

sama atau individu yang memiliki, (3) pengembangan desa wisata

didasarkan pada salah satu "sifat" budaya tradisional yang lekat pada suatu

desa atau "sifat" atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan

desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Rl menetapkan beberapa

kriteria pengembangan pariwisata dimasa yang akan datang adalah : (1)

Pengembangan pariwisata harus didasarkan atas hasil musyawarah dengan

kemufakatan seluruh stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat), (2)

Pengembangan pariwisata harus memberikan manfaat, baik manfaat

material, spiritual, kultural maupun intelektual, (3) Pengembangan pariwisata

harus didasarkan atas prinsip-prinsip lingkungan dan ekologi yang sehat,

peka terhadap atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, budaya, dan

tradisi keagamaan yang dianut oleh penduduk setempat, serta tidak

menempatkan penduduk setempat pada posisi yang dapat merendahkan

martabatnya sebagai manusia, (4) Pengembangan pariwisata hendaknya

dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak melebihi ambang batas daya

dukung lingkungan dan menjadi kendala bagi peningkatan kualitas hubungan

manusia yang sehat berdasarkan keadilan dan kesetaraan (Renstra

Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasionai2005-2009J.

Page 40: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

25

E. Desa Wisata

Desa wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah pedesaan yang

memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa

karakter fisik lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya

masyarakat, yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan

pengembangan fasilitas pendukung wisatanya. Selanjutnya desa wisata

adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas

pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993).

Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a)

berawal dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen

bersama masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan

anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya

motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum Komunikasi, G) adanya

studi orientasi.

Pemahaman mengenai desa wisata (village tourism) seringkali

dirancukan dengan istilah wisata desa (rural tourism). Ahimsa Putra dkk

(2000) menyatakan bila desa wisata berbeda dengan wisata perdesaan.

Pengertian desa wisata mengarah kepada suatu bentuk kawasan

permukiman yang terdapat pada daerah perdesaan, baik secara sengaja

ataupun tidak, telah menjadi sebuah kawasan yang menjadi tujuan

kunjungan wisatawan karena memiliki daya tarik atau objek wisata, dan di

desa ini wisatawan dapat melakukan kegiatan menginap. Desa wisata

Page 41: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

26

merupakan salah satu perwujudan pariwisata inti rakyat (PIR) karena di

dalamnya terkandung upaya untuk pemberdayaan sumberdaya lokal dan

mempergunakan pengetahuan serta kemampuan masyarakat lokal.

Sedangkan pariwisata perdesaan berupa kunjungan yang

berlangsung di daerah perdesaan, namun tidak menginap di daerah tujuan

tersebut. Wisatawan tetap tinggal di hotel atau di kota, sebab masih

minimnya fasilitas untuk wisatawan di perdesaan. Persoalan "menginap di

desa" inilah yang menjadikan perbedaan antara wisata desa dengan desa

wisata. Lebih lanjut, usaha menciptakan sebuah desa wisata tidak lagi hanya

terbatas pada upaya meninngkatkan daya tarik atau objek wisata yang ada di

desa tersebut, namun juga perlu diimbangi dengan peningkatan kuallitas

kondisi fisik, sosial dan budaya objek wisata tersebut, termasuk dalam hal

penyiapan penduduk lokal untuk menerima, memberikan pelayanan kepada

wisatawan, serta menciptakan suasana yang membuat mereka lebih betah

daripada di kota ..

Menu rut Nuryanti (1993), kriteria desa wisata meliputi : (1) atraksi

wisata yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia.

Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa, (2) jarak .,

tempuh adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutamcl tempat tinggal

wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota

kabupaten, (3) besaran desa menyangkut jumlah rumah, jumlah penduduk,

karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya

dukung kepariwisataan pada suatu desa, (4) sistem kepercayaan dan

Page 42: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

27

kemasyarakatan merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan

yang khusus pada komunitas sebuah desa, (5) ketersediaan infrastruktur;

meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih,

drainase, telepon dan sebagainya.

F. Produk Pariwisata

Produk pariwisata sebagai komponen penting dalam industri pariwisata

mencakup tiga aspek yang dikenal dengan istilah Triple A yaitu Atraksi, Amenitas,

dan Aksesibilitas (Wijono, 1999). Produk pariwisata dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat 'dijual' sebagai komoditas pariwisata. Menurut UU No

9/1990, Atraksi atau objek dan daya tarik wisata (ODT\1\1 adalah objek yang

memiliki daya tarik untuk dilihat, ditonton, dinikmati yang layak 'dijual' ke pasar

wisata. Seringkali atraksi ditafsirkan dalam dua komponen yakni sebagai objek

wisata (tourism object) dan atraksi wisata (tourist attraction). Dalam hal ini objek

dan daya tarik wisata adalah segala macam objek bergerak maupun tidak

bergerak yang layak ditawarkan, dijual kepada pasar wisata, baik wisatawan

domestik ataupun mancanegara.

Dalam konteks pariwisata perdesaan, produk wisata mencakup segala

macam objek bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki daya tarik dan

layak ditawarkan, dijual kepada wisatawan, baik wisatawan domestik ataupun

mancanegara. Atraksi wisata perdesaan dapat dibedakan dalam dua bentuk,

yakni atraksi yang dapat dinikmati atau dicerap panca indera (tangible/material)

dan atraksi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata (inmateriaVintangible). Dua

Page 43: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

28

bentuk ini sebetulnya dapat dikemas secara bersama ataupun berbeda.

Amenitas adalah segala macam fasilitas yang menunjang kegiatan

pariwisata. Diantaranya rumah makan, hotel, sarana komunikasi, papan

informasi, money changer dll. Keberadaan dan kelengkapan berbagai jenis

fasilitas menjadi prasyarat mutlak bagi peningkatan kunjungan wisatawan pada

suatu objek wisata. Dalam kaitannya dengan wisatawan perdesaan, sarana

amenitas yang dipertukan wisatawan tidak pertu seperti yang terdapat di

perkotaan. Wisatawan yang hendak menginap di desa tidak mencari sarana

penginapan seperti hotel berbintang namun justru kesederhanaan seperti

hakekat kegiatan wisata perdesaan yakni mengajak tamu untuk tinggal bersama

(live in) pada rumahtangga perdesaan. Keberadaan beberapa rumah khas di

perdesaan Jawa, seperti joglo, sinom ataupun Iimas dapat direnovasi dan

digunakan untuk sarana menginap para tamu. Adanya bangunan dan ruang­

ruang dalam sebuah rumah khas Jawa juga menarik untuk menjadi cerita

tersendiri bagi wisatawan.

Produk wisata lainnya adalah aksesibilitas, berupa sarana prasarana yang

menyebabkan wisatawan dapat berkunjung di sebuah kawasan wisata. Dalam

konteks ini, sarana dan prasarana dibangun agar wisatawan dapat mencapai

objek dengan mudah, aman, dan nyaman.

Dari ketiga aspek produk wisata di atas, , model pengembangan produk

wisata haruslah mempertahankan keasliannya agar dapat bersaing dengan

daerah lainnya. Dengan kata lain, masing-masing objek harus memiliki style

tersendiri yang berbeda dengan objek wisata lainnya. Style merupakan faktor

Page 44: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

29

penting dalam menentukan penjualan. Dalam pariwisata yang dikatakan sebagai

product style yang baik adalah (a) daya atrik objek itu sendiri, (b) memiliki

perbedaan dengan objek lainnya, (c) dukungan kondisi prasarana yang

terpelihara dengan baik, (d) ketersediaan fasilitas "something to see, something

to do, something to buy", (e) dilengkapi dengan sarana prasarana lainnya

(RIPPDA Sleman, 2006).

G. Hasil Penelitian Tentang Partisipasi Dalam Pariwisata

Menurut Timothy (1999), partisipasi masyarakat dalam pariwisata

terdiri dari dua perspektif yaitu: (1) partisipasi lokal dalam proses

pengambilan keputusan, dan (2) partisipasi lokal berkaitan dengan

keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata.

Sedangkan menurut Murphy (1985), setiap masyarakat harus didorong untuk

mengidentifikasi tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk

meningkatkan kebutuhan masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan

perencanaan sedemikian rupa sehingga aspek sosial dari lingkungan masuk

dalam perencanaan dan industri pariwisata memperhatikan wisatawan dan

juga masyarakat setempat.

Pemahaman mengenai aktivitas pariwisata di lingkungan perdesaan

antar negara cukup beragam (Lane, 1994). Di Finlandia berbentuk

penyewaan cottage-cottage atau lewat penyediaan pelayanan makanan di

pinggiran kota. Di Hungaria berupa village tourism yakni aktivitas beserta

pelayanan di desa-desa ter"WPuk pula berbagai bentuk wisatanya. Di

Page 45: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

30

Belanda, aktivitas wisata perdesaan dengan cara berkemah di lahan

pertanian dan menekankan aktivitas di sekitar lokasi pertanian, baik sekedar

bersepeda atau berkuda (Rats dan Laszlo Pucko, 1998).

Hasil penelitian menurut Nurhasan (2002) pada Objek Wisata Alam

dan Budaya Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut menunjukkan

bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi objek ini adalah

baik, dengan tingkat partisipasi pada perencanaan sebesar 28,4%, pada

pelaksanaan sebesar 14,2%, pada pemanfaatan sebesar 31 ,6%, dan pada

pelestarian sebesar 25,8%. Sehingga tujuan wisata bisa diarahkan juga

sebagai objek wisata tirta, seperti pemancingan, dayung, dan renang.

Sedangkan untuk persepsi wisatawan tentang fasilitas objek wisata,

kebersihan, keamanan dan pelayanan di objek wisata adalah baik. Sehingga

untuk mendukung upaya pengembangan perlu diadakan upaya perbaikan

dan penambahan fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung terhadap

upaya pengembangan objek wisata.

Pengembangan kawasan perdesaan sebagai objek wisata di Pulau

Bali, tidak dapat dipisahkan antara pariwisata dan kebudayaannya.

Perkembangan kegiatan pariwisata di daerah ini didasarkan pada kehidupan

agama Hindu yang tercerminkan dalam struktur banjar adat dan desa adat.

Keberadaan desa adat dan banjar memegang peran penting dalam

keberlanjutan kepariwisataan di Pulau Dewata (Kusumaedi, 2003).

Page 46: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

31

H. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pembangunan kepariwisataan dalam rangka pengembangan desa

wisata menggunakan pendekatan community based tourism, di mana

masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang

pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan

swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai

pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami

tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas

produk wisata yang ada di desa wisatanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, keterlibatan pemerintah, swasta dan

masyarakat dalam pengembangan desa wisata akan membawa tuntutan

bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman

yang sama dari stakeholders yang terkait dan memberikan ruang yang

seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa

wisata.

Desa Wisata Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten

Sleman yang masih mengandalkan keaslian alam dan potensi desanya,

memiliki banyak potensi wisata alam dan wisata budaya. Namun potensi

wisata ini belum didukung adanya partisipasi aktif dari masyarakat secara

·penuh, sehingga hal ini akan mempengaruhi pada kelembagaan Desa

Wisata Sambi yang belum berjalan secara optimal.

Oleh karena itu pengembangan Desa Wisata Sambi perru diafahttitf

pada pengembangan aspek keJ~aan desa wisata, objek dl!ln daya tarik .~.

Page 47: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

32

wisata, serta sarana prasarana wisata. Ketiga aspek ini sangat berperan

besar dalam meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata yang lebih

baik kepada wisatawan. Selanjutnya, diharapkan akan mampu mendesain

model pengembangan desa wisata dan meningkatkan partisipasi

masyarakat, serta memberikan rekomendasi bagi keterlibatan pemerintah

dan swasta untuk lebih intensif memfasilitasi dan memotivasi dalam

pembinaan dan pelatihan-pelatihan terutama yang terkait dengan pelayanan

(services) kepada wisatawan.

Pengembangan Desa Wisata Sambi: a. Aspek Kelembagaan b. Aspek Objek dan Daya Tarik Wisata c. Sarana Prasarana Wisata

Partisipasi Masyarakat

Dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi

Model Pengembangan Desa Wisata Sambi

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Page 48: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

33

I. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, maka

variabel-variabel tersebut dioperasionalkan dengan definisi sebagai berikut:

1. Partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan masyarakat baik secara

mental maupun emosional yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi kepada tujuan dan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian

tujuan itu. Definisi partisipasi memberikan 3 gagasan penting: (1).

Keterlibatan, menyangkut mental dan emosional bukan sekedar hanya

aktifitas fisik karena tugasnya melainkan bersifat fisiologis; (2) kontribusi,

motivasi untuk menyalurkan inisiatif dan kreatifitasnya untuk berkontribusi

terhadap pencapaian tujuan; (3) tanggung jawab, dimana karena

keterlibatannya dalam proses sosial mereka akan bertanggung jawab

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang maksimal. Partisipasi

masyarakat dapat dilihat dari tingkat kehadiran, penyampaian gagasan

atau ide dalam musyawarah, dan keterlibatan dalam pengambilan

keputusan.

2. Masyarakat (Society) adalah orang perorangan, kelompok masyarakat

yang bersifat sosiologis, profesional, sektor informal dan lembaga

penelitian yang saling berinteraksi, memiliki prasarana untuk kegiatan

tersebut, dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Pemerintah adalah aparat/pegawai negeri sipil yang terlibat langsung

dalam pengembangan desa wisata.

Page 49: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

34

4. Swasta adalah pelaku usaha yang memiliki integritas proses bisnis, dan

terlibat langsung dalam pengembangan desa wisata.

5. Pengembangan adalah suatu tindakan untuk membuat suatu usaha yang

dikelola menjadi lebih besar.

6. Kelembagaan desa wisata merupakan wadah komunitas lokal suatu

desa wisata yang dikelola dengan aturan main yang disepakati

bersama.

7. Desa Wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi

keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik

lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat,

yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan fasilitas

pendukung wisatanya.

8. Obyek dan daya tarik wisata atau merupakan lokasi atau tempat tertentu

yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata, baik wisata alam dan wisata

budaya.

9. Sarana prasarana wisata adalah segala fasilitas yang mendukung

kelancaran kegiatan wisata agar dapat memberikan kepuasan pelayanan

bagi wisatawan.

10. Model pengembangan desa wisata merupakan perwujudan dari model

pengembangan ekonomi kerakyatan melalui kegiatan pariwisata di pedesaan

dengan ciri khas budaya setempat, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya.

Page 50: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

BAB Ill

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu

memberikan gambaran secara menyeluruh tentang bentuk pengembangan

Desa Wisata Sambi ditinjau dari aspek kelembagaan, objek dan daya tarik,

serta sarana prasarana wisatanya. Selanjutnya ingin diketahui integrasi

antara partisipasi masyarakat dengan pengembangan Desa Wisata Sambi,

yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat dari

perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yang digunakan untuk

menggali partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sambi

dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta mendiskripsikan tentang

bentuk pengembangan Desa Wisata Sambi ditinjau dari aspek kelembagaan,

aspek objek dan daya tari wisata, serta aspek sarana prasarana wisata.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan (Mei-Agustus 2008).

Lokasi penelitian ditetapkan di Desa Wisata Sambi Kecamatan Pakem

Kabupaten Sleman dengan sejumlah pertimbangan sebagai berikut:

Page 51: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

36

1. Desa Wisata Sambi masih mengandalkan keaslian alam dan potensi

desanya, dengan daya tarik wisata alam maupun wisata budaya.

2. Desa Wisata Sambi memiliki letak strategis yang berada pada jalur

wisata unggulan Kaliurang.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dan digunakan dalam penelitian ini

berasal dari dua sumber data yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui metode

wawancara mendalam, dan observasi. Data primer tersebut dapat berupa

informasi dan opini informan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sambi dilihat dari 3 aspek, meliputi:

1. Kelembagaan, menggambarkan tentang kelembagaan desa wisata

Sambi dan cara pengembangannya, pembentukan kelompok sadar

wisata, kemitraan dengan swasta dan pemerintah, serta kegiatan

pelatihan sumberdaya manusia dan outbound training bagi pelaku

desa wisata.

2. Objek dan Daya Tarik Wisata, menggambarkan jenis potensi dan

bentuk atraksi, paket desa wisata terpadu, penggalakkan sapta

pesona dan manfaat desa wisata Sambi.

3. Sarana Prasarana Wisata, menggambarkan sarpras yang

dikembangkan berkaitan dengan pengadaan alat-alat outbound,

pembuatan gapura dan bangunan khusus pengelola desa wisata,

pengadaan cinderamata dan makanan khas Desa Wisata Sambi.

Page 52: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

37

b. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi:

1. Tahap Perencanaan, menggambarkan tentang keterlibatan

pemerintah, swasta dan masyarakat dalam perencanaan

pengembangan Desa Wisata Sambi.

2. Tahap Pelaksanaan, menggambarkan tentang atraksi wisata dan

keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pelaksanaan

pengembangan Desa Wisata Sambi.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh tidak melalui upaya

pengumpulan sendiri, melainkan melalui dokumen-dokumen tertulis,

meliputi:

a. Data tentang lokasi penelitian, kondisi geografis, keadaan penduduk,

serta aspek lain yang menyangkut kondisi dan wilayah penelitian.

b. Dokumen-dukumen yang berkaitan dengan usulan-usulan program,

laporan kegiatan, laporan evaluasi, dan dokumen pendukung lainnya.

D. Unit Analisis dan Penentuan lnforman

Unit analisis dalam penelitian ini adalah stakeholders yaitu

pemerintah, swasta, dan masyarakat yang terlibat langsung dalam

pengembangan Desa Wisata Sambi.

Sumber informasi atau informan ditentukan secara acak dengan

tujuan tertentu (purposive random sampling), meliputi: (1) Pemerintah

(Kepala Bidang Sosial Ekonomi Bappeda Sleman, Kepala Seksi ODTW

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, Kepala Seksi Pemasaran Dinas

Page 53: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

38

Pertanian dan Kehutanan Sleman, Kepala Seksi Ekonomi Pembangunan

Kecamatan Pakem, Kepala Desa Pakembinangun), (2) Swasta (Direktur

Yayasan GAIA Yogyakarta, Stat Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas

Gadjah Mada), (3) Masyarakat (Kepala Dukuh, Ketua Forum Komunikasi

Desa Wisata, Ketua Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi, Ketua LPMD

Sambi, Ketua Kelompok Tani Manunggal, Wakil Ketua Karang Taruna,

Pembina PKK, Pemilik Homestay).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat penting diperhatikan guna

memperoleh data yang tepat, valid dan akurat. Penelitian ini menggunakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui :

1. Wawancara mendalam (in dept interview)

Wawancara mendalam dilakukan secara terbuka, dimana peneliti

bertanya pada informan kunci mengenai fakta-fakta empiris maupun opini

informan tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa

Wisata Sambi. Pelaksanaan wawancara mendalam menggunakan alat

bantu berupa pedoman wawancara dan alat perekam. Wawancara

mendalam dilaku~an terhadctp 15 informan, secara rinci dapat dilihat

pada tabel 2 di baw~h ini.

Page 54: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

39

Tabel 2. Unsur dan lnforman terkait dalam pengembangan Desa Wisata Sambi

Unsur Inform an Jumlah

1. Pemerintah a. Kepala Bidang Sosek Bappeda 1

b. Kepala Seksi ODTW Disbudpar 1

c. Kepala Seksi Pemasaran Distanhut 1

d. Kepala Seksi Ekobang Kecamatan Pakem 1

e. Kepala Desa Pakembinangun 1

2. Swasta a. Direktur GAIA Yogyakarta 1

b. Stat Peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM 1

3. Masyarakat a. Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata 1

b. Kepala Dukuh Sambi 1

c. Ketua Sekber Desa Wisata Sambi 1

d. Ketua LPMD Sambi 1

e. Ketua Kelompok Tani "Manunggal" Sambi 1

f. Wakil Ketua Sub Unit Karang Taruna Sambi 1

g. Pembina PKK Sambi 1

h. Pemilik Homestay Sambi 1

Totallnforman 15

2. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang

dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek

penelitian untuk mengungkap fenomena yang belum terungkap lewat

wawancara mendalam, yaitu pengamatan terhadap kondisi lokasi

penelitian, aspek sosial dan budaya masyarakat, serta aspek-aspek

lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

3. Studi Dokumen yaitu menelaah berbagai informasi dan data yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti baik berupa peraturan-peraturan,

Page 55: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

40

keputusan-keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda yang

terkait dengan objek penelitian, buku-buku literatur maupun laporan

pelaksanaan kegiatan dan evaluasi, serta dokumen lainnya.

F. Teknik Analisis Data

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka

dipergunakan analisis kualitatif. Variabel-variabel penelitian yang diperoleh

melalui wawancara mendalam dengan informan didiskripsikan, selanjutnya

seluruh data akan dianalisis secara kualitatif untuk menjelaskan secara

objektif fakta yang ada, tentang partisipasi masyarakat dalam

pengembangan Desa Wisata Sambi.

Metode analisis yang digunakan untuk menilai data dari lapangan

dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Fenomena yang

te~adi dievaluasi secara deskriptif. Hasil pengumpulan data direduksi,

selanjutnya dikelompokkan dalam bentuk segmen tertentu (display data) dan

selanjutnya dibuat kesimpulan (Bungin, 2003). Langkah-langkah dalam

analisis data deskriptif kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses memilih dan merangkum hal-hal pokok

yang sesuai dengan fokus penelitian sehingga memberikan gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan maupun hasil wawancara mendalam.

Page 56: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

41

2. Display Data

Display data adalah cara menyajikan data dengan memberikan variasi

berupa bagan, gambar, tabel/matriks atau grafik. Dalam hasil penelitian ini

sebagian besar display data ditampilkan dalam bentuk tabel.

Tujuan pertama penelitian ini untuk mendiskripsikan pengembangan

Desa Wisata Sambi ditinjau dari aspek kelembagaan, objek dan daya tarik

wisata, serta sarana prasarana wisata dalam bentuk uraian secara

kronologis. Display data disajikan menggunakan bagan dan tabel.

Sedangkan tujuan kedua dari penelitian ini untuk mengetahui partisipasi

masyarakat dalam pengembangan desa wisata Sambi dari perencanaan

hingga evaluasi, display data disajikan dalam bentuk tabel.

3. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Data yang diperoleh dari lapangan, dilakukan pencarian makna dan

hubungan serta keterkaitan antara data yang satu dengan lainnya. Melalui

potongan-potongan data yang ada dapat membentuk suatu cerita utuh

mengenai topik yang diambil dan terakhir ditarik suatu kesimpulan.

H. Tahapan Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian mulai dari tahap persiapan hingga

sidang komisi tesis rnembutuhkan waktu kurang lebih empat bulan,

diperkirakan mu~ai bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008

dengan tahapan kegiatan sebagaimana terlihat pada tabel 3 di bawah ini.

Page 57: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

No

1.

6.

c. Konsultasi

d.Seminar Proposal/

seminar Sidang komisi tesis

42

Tabel 3. Tahapan Penelitian

Page 58: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

No

1.

2.

3.

6.

c. Konsultasi

d.Seminar Proposal/ revisi

Pengumpulan data, dan analisis data Penulisan Bab IV dan

seminar Sidang komisi tesis

42

T abel 3. Tahapan Penelitian

Page 59: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum lokasi Penelitian

1. letak dan luas Wilayah Administrasi

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, terletak pada titik koordinat

10715'03" sampai dengan 10029'30" Bujur Timur dan 734'51" sampai

dengan 747'03" Lintang Selatan. Sebelah utara, berbatasan dengan

Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa

Tengah. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo,

Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi

Jawa Tengah. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta,

Kabupaten Bantu!, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah

lstimewa Yogyakarta.

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2

atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta

yang seluas 3.185,80 km2. Jarak te~auh utara-selatan wilayah Kabupaten

Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam

perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga

dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara.

Page 60: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

44

Berdasarkan wilayah administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas

17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 padukuhan. Kecamatan

Cangkringan dengan wilayah terluas yaitu 4. 799 Ha atau 8,35% dari total

luas wilayah Kabupaten Sleman, dan yang paling sempit adalah

Kecamatan Berbah seluas 2.299 Ha atau 3,99% dari total luas wilayah

Kabupaten Sleman, secara rinci dapat dilihat pada Tabel4 di bawah ini.

Tabel 4. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

No Kecamatan Jumlah Luas % Thd Luas Des a Padukuhan (Ha) Kab.

1. Moyudan 4 65 2.762 4,80 2. Godean 7 77 2.684 4,67 3. Minggir 5 68 2.727 4,74 4. Gam ping 5 59 2.925 5,09 5. Seyegan 5 67 2.663 4,63 6. Turi 4 54 4.309 7,49 7. Tempel 8 98 3.249 5,65 8. Sleman 6 83 3.132 5,45 9. Ngaglik 5 87 3.852 6,70 10. Mlati 5 74 2.852 4,96 11. Depok 3 58 3.555 6,18 12. Cangknngan 5 73 4.799 8,35 13. Pakem 5 61 4.384 7,62 14. Ngemplak 5 82 3.571 6,21 15. Kalasan 4 80 3.584 6,23 16. Berbah 4 58 2.299 3,99 17. Prambanan 6 68 4.135 7,19

Jumlah 86 1.212 57.482 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2005

2. Keadaan Geografis

Keadaan topografi tanah di bagian selatan relatif datar kecuali

daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan

sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di

bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah

Page 61: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

45

Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter

di atas permukaan laut (m dpl). Kondisi geologi didominasi dari

keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan

vulkanik, sedimen, dan batuan terobosan, di mana endapan vulkanik

mewakili lebih dari 90% luas wilayah.

Di Kabupaten Sleman terdapat sekitar 100 sumber mata air, yang

airnya mengalir ke sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning,

Gendol, dan Krasak. Di samping itu terdapat anak-anak sungai yang

mengalir ke arah selatan dan bermuara di samudera Indonesia. Air tanah

Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak

menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan atau

patahan maka akan muncul mata air. Di samping itu terdapat 4 jalur mata

air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman­

Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air

ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.

Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk

tropis basah dengan curah hujan rata-rata tertinggi 16,1 mm pada tahun

2003 dan 39,85 mm pada tahun 2004. Untuk tahun 2004, hari hujan dalam

sebulan maksimum 23 hari dan minimun 1 hari; kecepatan angin

maksimum 5,92 knots dan minimum 1,3 knots; kelembaban nisbi tertinggi

95,1% dan terendah 49,2%; sedangkan temperatur udara tertinggi 33,8°C

dan terendah 21 ,5°C.

Page 62: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

46

Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah

Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor

pertanian. Sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman merupakan tanah

pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan

selatan. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa proporsi penggunaan lahan

pada tahun 2004 meliputi sawah 23.255 ha, tegalan 6.417 ha, pekarangan

18.956 ha, dan lain-lain 8.854 ha. Perkembangan penggunaan lahan

selama 5 tahun terakhir menunjukkan luas jenis tanah sawah turun rata-

rata per tahun sebesar 0,24%, luas tegalan naik 0,09%, luas pekarangan

naik 0,31 %, dan luas tanah untuk penggunaan lain-lain naik 0,06 %.

Tabel 5. Tata Guna Tanah di Kabupaten Sleman

No Jenis Tanah Luas (Ha)

2000 2001 2002 2003 2004

1. Sawah 23.483 23.426 23.403 23.361 23.255

2. Tegalan 6.394 6.429 6.429 6.440 6.417

3. Pekarangan 18.722 18.794 18.810 18.832 18.956

4. Lain-lain *) 8.833 8.833 8.840 8.849 8.854

5. Jumlah 57.482 57.482 57.482 57.482 57.482

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2004 *) Meliputi:hutan rakyat, hutan negara, kolam/empangftebat, tanah kuburan, jalan, dan lapangan.

3. Karakteristik Sumberdaya

Rata-rata

pertahun

Turun 0,24%

Naik 0,09%

Naik 0,31%

Naik 0,06%

Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah

Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu :

a. Kawasan lereng gunung Merapi, dimulai dari jalan yang

menghubungkan kota Tempel, Pakem, dan Cangkringan (ringbelt)

sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan

Page 63: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

47

sumberdaya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan

gunung Merapi dan ekosistemnya.

b. Kawasan timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan

Kalasan, dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat

peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya

dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.

c. Wilayah tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang

meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan

Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan

jasa.

d. Wilayah barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan

Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia

cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan

mendong, bambu, dan gerabah.

B. Kependudukan Kabupaten Sleman

Kependudukan merupakan unsur utama dalam perencanaan, hal

ini didasarkan pada kegiatan atau aktivitas yang akan ditetapkan dan

terkait dengan besamya jumlah penduduk di masa yang akan datang.

Penduduk merupakan faktor utama dalam kegiatan perencanaan baik

sebagai pelaku utama maupun yang akan menikmati hasil-hasil

pembangunan itu sendiri dan menentukan proses perkembangan dan

pertumbuhan suatu wilayah, dengan asumsi semakin banyak jumlah

penduduk maka pergerakan dan aktivitas penduduk semakin dinamis.

Page 64: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

48

Dari Tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa penduduk

Kabupaten Sleman pada akhir tahun 2004 berjumlah 895.327 jiwa, terdiri

dari 443.471 jiwa laki-laki dan 451.856 jiwa perempuan. Dari data yang

ada maka sex ratio sebesar 98 yang berarti terdapat 98 orang laki-laki

dari setiap 100 penduduk perempuan.

Tabel6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Jiwa % Jiwa % 1 2000 420.159 49,42 430.017 I 50,58 850.176

2 2001 426.329 49,44 435.985 50,56 862.314

3 2002 432.895 49,49 441.900 50,51 874.795

4 2003 437.967 49,50 446.760 50,50 884.727

5 2004 443.471 49,53 451.856 50,47 895.327

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2004

Pada Tabel 7 di bawah ini menunjukkan bahwa selama periode

tahun 2000-2004 jumlah penduduk Kabupaten Sleman bertambah

sebesar 56.669 jiwa yaitu dari 838.628 jiwa pada awal tahun 2000 menjadi

895.327 jiwa pada akhir tahun 2004, atau rata-rata per tahun meningkat

sebesar 1,30%. Penduduk yang datang selama 5 tahun sebanyak 48.447

jiwa, sedangkan penduduk yang pindah sebanyak 37.703 jiwa, sehingga

te~adi migrasi masuk netto sebanyak 1 0. 7 44 jiwa. Pertumbuhan penduduk

alami tahun 2000-2004 sebesar 0,85%/tahun.

Page 65: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Tabel7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2000-2004

No I Tahun Penduduk Mutasi Penduduk Per-Awal Lahir Datang Pindah Mati Akhir . tambah-

Tahun Tahun an

1 I 2000 838.628 10.808 10.076 5.386 3.950 850.176 11.548 !

2 2001 850.176 10.668 11.791 6.220 4.101 862.314 12.138

I 3 2002 862.314 10.41S 4.210 12.769 6.496 874.795 12.481 r- ·---- -------- ----- ----o---:: ----------:---:-: 1------- --- 4.186 ---------! 4 2003 874.795 10.136 10.544 6.562 884.727 9.932 I

5 2004 884.727 9.824 11.826 6.766 4.284 895.327 10.60~1 ------

I Jumlah 51.854 48.447 37.703 23.017 56.669

Sumber: Badan Pusat Stat1st1k Kabupaten Sleman, 2004

C. Kondisi Perekonomian Kabupaten Sleman

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

49

Pada Tabel 8 menunjukkan PDRB atas harga berlaku (ADHB)

selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata per tahun 14,35%

yaitu dari Rp3.572,57 milyar tahun 2000 menjadi Rp 6.107,69 milyar pada

tahun 2004, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK)

mengalami kenaikan rata-rata per tahun 4,56% yaitu dari Rp1.453,85

milyar tahun 2000 menjadi Rp1.737,75 milyar pada tahun 2004.

No

1.

2.

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun 2000-2004 (Milyar Rupiah)

PDRB 2000 2001 2002 2003

ADHB 3.572,57 4.135,88 4.874,05 5.467,83

ADHK 1.453,85 1.507,37 1.578,86 1.654,68

Sumber: Badan Pusat Stat1st1k Kabupaten Sleman, 2004

2004

6.107,69

1.737,75

Page 66: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

50

2. Struktur Perekonomian Daerah

Struktur perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan

melihat komposisi PDRB atas dasar harga konstan daerah tersebut

menurut lapangan usaha. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB

Kabupaten Sleman pada tahun 2004, telah mengalami pergeseran

kontribusi sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sleman selama 5

tahun terakhir. Sektor-sektor tersier masih menjadi kontributor dominan,

namun mengalami sedikit penurunan. Sektor-sektor sekunder semakin

membesar kontribusinya dengan peningkatan yang signifikan, sementara

sektor-sektor primer terus mengalami penurunan kontribusi. Kontribusi

kelompok sektor primer mengalami penurunan rata-rata 4,38%/tahun yaitu

dari 20,14% pada tahun 2000 menjadi 16,84% pada tahun 2004.

Penurunan kontribusi terbesar dialami oleh sektor pertanian, yaitu

dari 19,73% pada tahun 2000 menjadi tinggal 16,84% pada tahun 2004

(rata-rata menurun 3,88%/tahun). Hal ini disebabkan oleh adanya alih

fungsi lahan sawah menjadi tempat permukiman baru. Kontribusi

kelompok sektor sekunder terus mengalami kenaikan dari 24,29% pada

tahun 2000 menjadi 30,19% pada tahun 2004 atau rata-rata meningkat

5,59%/tahun. Semua sektor dalam kelompok sekunder mengalami

kenaikan kontribusi. Perubahan terbesar terjadi pada sektor industri

pengolahan dengan kenaikan rata-rata 5,37%/tahun. Kontribusi kelompok

sektor tersier cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan

Page 67: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

51

yaitu dari 54,57% pada tahun 2000 menjadi 52,97% pada tahun 2004

(rata-rata menurun 0,74%/tahun).

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan

kontribusi rata-rata 1 ,62%/tahun, sementara 3 sektor lainnya mengalami

penurunan. Sektor pengangkutan dan komunikasi menurun rata-rata

2,38%/tahun, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

mengalami penurunan rata-rata 0, 70%/tahun, dan sektor jasa-jasa

mengalami penurunan rata-rata 2,92%/tahun, secara rinci dapat terlihat

pad a T abel 9 di bawah ini.

Tabel9. Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman 2000-2004

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2000 2001 2002 2003 2004

1. Primer 20,14 19,39 18,25 16.93 16,84

a. Pertanian 19,73 18,97 17,67 16,36 16,26

b. Pertambangan & Penggalian 0,41 0,42 0,56 0,57 0,58

2. Sekunder 24,29 25,29 28,62 29.37 30,19 '

a. lndustri Pengolahan 15,30 15,53 18,91 18,83 18,86

b. Listrik, Gas & Air Bersih 0,80 0,79 1,23 1,27 1,29

c. Bangunan 9,19 8,97 8,48 9,28 10,04

3. Tersier 54,57 55,32 53,15 53.69 52,97

a. Perdag.,Hotei,Rest. 19,83 20,55 20,37 21,44 21,15

b. Pengangkutan dan Komunikasi 8,61 8,61 8,22 8,05 7,82

c. Keuangan,Persew, Jasa Persh 9,40 9,69 9,30 9,05 9,14 d. Jasa-jasa 16,73 16,47 15,26 15,15 14,86

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Stat1st1k Sleman, 2004

Dari komposisi kontribusi sektor pada Tabel 9 di atas, dapat dilihat

seberapa besar peranan masing-masing sektor perekonomian dalam

Page 68: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

52

pembentukan PDRB suatu daerah. Hal ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah.

3. Prasarana dan Sarana Ekonomi

Prasarana dan sarana ekonomi di Kabupaten Sleman terdiri dari :

a. Sarana jalan kabupaten di Sleman sepanjang 1. 085,13 km meliputi:

355,80 km dengan kondisi baik, 477,72 km dengan kondisi sedang,

261,95 km dengan kondisi rusak, dan 19,66 km kondisi rusak berat.

Jalan desa sepanjang 2.764,13 km meliputi 758,906 km jalan aspal,

148,590 jalan batu, dan 877,389 km jalan tanah.

b. Jembatan sebanyak 444 buah, dengan kondisi baik 70 buah, kondisi

sedang 193 buah, kondisi rusak 119 buah, 62 dalaam keadaan rusak

berat. Sarana irigasi terdiri atas bendung sebanyak 1.043 buah,

embung sebanyak 2 buah, saluran pembawa sepanjang 299,80 km,

saluran pembuang sepanjang 4.662 km, bangunan pelengkap

sebanyak 3.430 buah, dan tanggul banjir sepanjang 6,5 km.

c. Sarana Jaringan Listrik

Kebutuhan listrik masyarakat kabupaten Sleman berasal dari PT. PLN

(Persero). Daya terpasang sebesar 207.868 KVA untuk melayani

212.151 pelanggan. Sebagian besar ruas jalan kabupaten dan ruas

jalan desa sudah dilengkapi dengan lampu penerangan jalan umum

(LPJU). Saat ini jumlah LPJU yang berijin dan biaya beban daya

listriknya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sebanyak 5.482

buah yang terdiri 2.632 buah lampu jenis mercuri/natrium, 1.241 buah

Page 69: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

53

lampu TL, dan 469 buah lampu pijar.

d. Telekomunikasi

Sarana pelayanan pos dan telekomunikasi terdiri dari Kantor Pos dan

Giro sebanyak 25 buah, jaringan telepon sebanyak 39.598 SST,

warung telekomunikasi sebanyak 657 buah, sarana telpon umum koin

sebanyak 372 buah, telepon umum kartu dan ponpin 210 buah,

pelayanan instansi pemerintah 5.492 buah, pelayanan swasta

perorangan 32.866 buah.

e. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan, berupa pasar sebanyak 36 buah dengan luas

155.126 m2, ditempati oleh 12.435 pedagang, dan dilengkapi dengan

sarana kios sebanyak 1.281 buah, los sebanyak 477 buah, dan bango

sebanyak 1.519 buah.

f. Koperasi

Jumlah koperasi ada 506 buah tersebar di 17 Kecamatan terdiri 7 jenis

koperasi yaitu koperasi serba usaha, koperasi simpan pinjam, koperasi

kerajinan, koperasi jasa, koperasi pertanian, koperasi perikanan, dan

koperasi petemakan. Keanggotaan koperasi be~umlah 198.587 orang

dengan simpanan senilai Rp 34.443.020.000,00 sedang modal

koperasi terdiri modal sendiri Rp 36.397.360.000,00. Keanggotaan

koperasi terdiri dari petanilmasyarakat desa, pegawai negeri, karyawan

perusahaan, TNI/POLRI, mahasiswa, pumawirawan TNI/Polri, dll.

Page 70: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

54

g. Lembaga Keuangan

Lembaga perbankan yang ada terdiri kantor cabang PT. BNI 1 buah

dengan 8 kantor cabang pembantu dan 4 kantor kas unit, kantor

cabang Bank Pembangunan Daerah 1 buah dengan 5 kantor cabang

pembantu dan 1 0 kantor kas unit, kantor cabang BRI 1 buah dengan

kantor kas 27 unit, kantor cabang Bank Danamon 1 buah, Bank Mandiri

1 buah, Bank Panin Tbk 1 buah, Badan Kredit Desa 22 buah, Badan

Usaha Kredit Pedesaan 17 buah, BPR 36 buah, dan BMT 12 buah.

h. Sarana Pendukung Pariwisata

Sarana pendukung pariwisata meliputi hotel berbintang 5 sebanyak 2

buah,hotel berbintang 4 sebanyak 5 buah, hotel berbintang 3 sebanyak

2 buah, hotel berbintang 1 sebanyak 5 buah, hotel melati 3 sebanyak 2

buah,hotel melati 2 sebanyak 10 buah, dan hotel melati 1 sebanyak 73

buah, dan pondok wisata sebanyak 127 buah. Kapasitas dari hotel

berbintang sebanyak 1. 723 kamar, hotel non bintang 1.290 kamar, dan

pondok wisata 584 kamar.

Restoran tipe Talam Gangsa sebanyak 7 buah dan Talam Seloka ada

5 buah. Rumah makan kelas A sebanyak 27 buah, kelas B sebanyak 36

buah, dan kelas C sebanyak 55 buah. Sarana penunjang pariwisata

lainnya tersedia 43 biro pe~alanan, 19 cabang biro perjalanan, dan 4

agen pe~alanan wisata.

Page 71: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

55

i. Sarana Jaringan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk dengan menyediakan

jasa pelayanan air minum dari 5 kantor cabang PDAM yaitu di Sleman,

Godean, Minomartani, Kalasan, dan Depok, dengan cakupan untuk 17

kecamatan. Sambungan rumah sebanyak 18.888 buah dengan tingkat

pelayanan 41 ,85% dari jumlah penduduk. Air yang diolah dan dialirkan

kepada pelanggan PDAM berasal dari mata air, terutama dari Umbul

Wad on.

D. Arah Pengembangan, Strategi dan Kebijakan Pariwisata Sleman

1. Arah Pengembangan

Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman 2005-2010

memiliki dua arah pengembangan adalah sebagai berikut:

1. Arah Pengembangan Kebudayaan, meliputi: (a) Mengembangkan

kebudayaan daerah melalui pelestarian dan perlindungan nilai-nilai luhur

budaya daerah untuk memperkuat jati diri, meningkatkan harkat dan

marta bat serta kepribadian bangsa; (b) Meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menggali nilai-nilai luhur budaya daerah dan menerima

nilai-nilai positif yang berasal dari luar melalui pengembangan karya, cipta,

rasa dan karsa untuk memperkaya khasanahlkeanekaragaman budaya

bangsa di daerah; (c) Melestarikan nilai-nilai budaya serta peninggalan

sejarah dan purbakala termasuk kawasan eagar budaya, sistem nilai dan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat serta mengembangkan

Page 72: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

56

kesenian tradisional dan kreasi baru untuk menunjang pariwisata; dan (d)

Meningkatkan upaya-upaya untuk menghindarkan, mencegah dan

menangkal masuknya unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai dan

berkecenderungan merusak nilai-nilai luhur budaya daerah.

2. Arah Pengembangan Pariwisata, meliputi: (a) Mengembangkan

pariwisata dengan pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat

multidisipliner dan parsipatoris untuk meningkatkan daya tarik obyek

wisata; (b) Meningkatkan ragam dan kualitas produk pariwisata serta

promosi dan pemasaran, baik di dalam maupun di luar negeri dengan

memanfaatkan kerjasama kepariwisataan regional secara optimal; (c)

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan

untuk mendukung program Sapta Pesona; dan (d) Mewujudkan pariwisata

berwawasan agama, lingkungan dengan berdasar pada kearifan budaya

lokal agar mampu berdaya saing global untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

2. Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sleman

Penentuan strategi dalam pengembangan pariwisata sangatlah

penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model

pengembangan pariwisata sebagai rekomendasi tindak lanjut dari

perencanaan wilayah kepariwisataan. Disamping itu dapat digunakan

sebagai masukan dalam mendukung peningkatan sumberdaya manusia

yang terlibat, peningkatan pemerataan dan pendapatan perekonomian

daerah, serta peningkatan kondisi lingkungan dan infrastruktur.

Page 73: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

57

Sesuai dengan visi pembangunan kebudayaan dan pariwisata

Kabupaten Sleman tahun 2005-2010 "Terwujudnya Masyarakat Sleman

Yang Sejahtera Maju Dan Dinamis Melalui Pe/estarian Dan

Pengembangan Kebudayaan Serta Pariwisata Yang Berwawasan

Lingkungan ", maka berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis pad a

Renstra Din as Kebudayaan dan Pariwisata Sleman 2005-2010, strategi

yang dipilih adalah sebagai berikut :

1. Melakukan sosialisasi/penyebaran informasi tentang Kab. Sleman

melalui berbagai media, baik elektronik maupun media lain.

2. Meningkatkan daya saing dan daya tahan dalam menghadapi

persaingan.

3. Meningkatkan inovasi pengembangan jenis-jenis objek dan daya tarik

wisata yang sejenis dengan daerah lain.

3. Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Sleman

Kebijakan pengembangan pariwisata merupakan upaya untuk

mendorong para pelaku di sektor pariwisata dalam mencapai sasaran

yang digariskan dan tujuan yang ditetapkan, mengarah pada :

a. Pengembangan objek dan daya tarik wisata (ODTW) alam, serta

mengangkat ciri khas lokal sebagai objek yang dikenal secara luas

sebagai prioritas utama.

b. Penggalian objek dan daya tarik wisata yang baru sebagai upaya untuk

memperpanjang waktu tinggal (lenght of stay) bagi wisatawan.

Page 74: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

58

c. Pemanfaatan potensi yang sudah ada, guna mendukung

pengembangan wisata dengan mempertimbangkan aspek

persebarannya.

d. Pengembangan objek wisata yang dapat membantu pengembangan

kegiatan ekonomi di daerah sekitarnya

E. Profil Desa Wisata Sambi

1. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Wisata Sambi termasuk dalam kelompok desa wisata budaya

dengan kategori desa wisata siap dijual laku di pasar, berada di Jalan

Kaliurang Km 19,5 Padukuhan Sambi Desa Pakembinangun Kecamatan

Pakem Kabupaten Sleman, dan memiliki letak strategis karena berada di

kawasan lereng Gunung Merapi bagian selatan, yang menghubungkan

jalur dari kota Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkrlngan

(ringbelt) ke utara sampai dengan puncak gunung Merapi. Kawasan inl

memiliki sumberdaya air dan potensi ekowisata yang berorientasi pada

daya tarik kegiatan Gunung Merapi beserta ekosistemnya.

Desa Wisata Sambi merupakan dukuh dengan wilayah administratif

yang relatif kecil yaitu sebesar 25,4 Ha. Secara administratif, Desa Wisata

Sambi berbatasan :

Sebelah Utara

Sebelah Timur

Sebelah Selatan

Sebelah Barat

: berbatasan dengan Dukuh Pentingsari

: berbatasan dengan Dukuh Bedoyo

: berbatasan dengan Dukuh Balong

: berbatasan dengan Dukuh Purwodadi

Page 75: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

59

Kondisi geografis Desa Wisata Sambi berada pada ketinggian

wilayah 382-525 m di atas muka permukaan laut, dengan suhu rata-rata

25 derajat Celcius. Banyaknya curah hujan 2000 mm/tahun, dan memiliki

dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Topografi berupa

dataran tinggi dengan udara yang sejuk.

2. Demografi

Berdasarkan monografi dukuh Sambi (2007), Jumlah penduduk

Sambi sebanyak 235 jiwa dengan jumlah laki-laki 108 jiwa dan jumlah

perempuan 127 jiwa, sehingga sex rationya adalah 85 yang artinya setiap

85 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan. Dilihat dari

kelompok usia, sebagian besar masyarakat berada pada kelompok usia

produktif 15-60 tahun sebanyak 132 jiwa (56, 17% ). Sementara kelompok

usia belum produktif usia 0-15 tahun sebanyak 56 jiwa (23,83%) dan usia

non produktif lebih dari 60 tahun sebanyak 47 jiwa (20%). Jumlah

pengangguran usia produktif (laki-laki 3 orang dan perempuan 4 orang).

Tabel10. Jumlah Penduduk Sambi Menurut Pendidikan

Penduduk Sambi Menurut Pendidikan Tingkat Penduduk Prosentase

No Pendidikan (orang) (%) 1. Tidak Tamat SO 42 24 70 2. TamatSD 43 25,29 3. TamatSLTP 30 17,65 4. Tamat SLTA 35 20,59 5. Tamat Perguruan Tinggi:

- Tamat03 5 2,94 - TamatS1 14 8,24 - TamatS2 1 0,59

Jumlah 170 100 Sumber: Olahan Data Sekunder, 2008

Page 76: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

60

Jumlah penduduk Sambi menurut pendidikan pada tabel 10 di atas

menunjukkan bahwa jumlah pendududuk yang tidak tamat SO dan tamat

SO mendominasi yaitu sebesar 85 orang (49,99%).Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata hampir separo penduduk Sambi memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Berdasarkan informasi dari Ketua Sekretariat

Bersama Oesa Wisata Sambi diakuinya dengan tingkat pendidikan yang

rendah pada masyarakat cenderung kurang memiliki kesadaran wisata

dan acuh tak acuh terhadap pengembangan Oesa Wisata Sambi.

Pada tabel 11 di bawah ini menunjukkan bahwa mata pencaharian

penduduk Sambi sangat variatif dan didominasi bermata pencaharian

sebagai petemak yaitu sebesar 71 orang (49,31 %) dan hampir separo

dari jumlah penduduk Sambi berdasarkan mata pencahariannya.

Tabel11. Jumlah Penduduk Sambi Menurut Mata Pencaharian

Penduduk Sambi Menurut Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase

Penduduk (orang) (%)

1. Petani 50 34,72 2. Buruh Tani 4 2,78 3. PNS 4 2,78 4. Guru 10 5,88 5. Pedagang 3 2,08 6. Peternak 71 49,31 7. Montir 2 1,39

Jumlah 144 100 Sumber: Olahan Data Sekunder, 2008

Berdasarkan informasi dari Kepala Oukuh Sambi menunjukkan

bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai peternak

dan petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah (tidak tamat SO dan

Page 77: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

61

tamat SO). Selama ini peternak dan petani terlibat dalam kelompok tani

dan juga terlibat dalam kelembagaan desa wisata Sambi. Oleh karena itu

kepengurusan Desa Wisata Sambi selama ini memiliki SDM dengan

tingkat pendidikan yang masih rendah dan hal ini tentunya berpengaruh

pada kelembagaan Desa Wisata Sambi yang belum berjalan secara

optimal.

3. Potensi Wisata di Desa Wisata Sambi

Berbagai potensi budaya dan potensi alam yang dapat dijual bagi

wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Sambi, meliputi:

a. Rumah tradisional Jawa yang khas dan unik berbentuk Joglo dapat

menjadi daya tarik bagi wisatawan. Disamping itu rumah tradisional

tersebut memiliki nilai sejarah bagi masyarakat, sebagai tempat

sarasehan kegiatan kampung maupun kegiatan pariwisata (rapat,

pertemuan, seminar, resepsi pernikahan, dan kegiatan lain) yang

berkaitan dengan budaya tradisi Jawa. Pada tanggal 25 Mei 2002

rumah tradisional joglo di Desa Wisata Sambi ini pernah dijadikan

sebagai lokasi kegiatan kunjungan lapang bagi peserta Konferensi

Sutera Alam tingkat internasional yang diikuti oleh 11 negara se-Asia

Tenggara, dan moment inilah sekaligus dijadikan hari lahirnya Desa

Wisata Sambi.

b. Mempunyai potensi pengembangan kegiatan pertanian dalam arti luas,

meliputi: atraksi bajak sawah, atraksi peras susu sapi, atraksi tangkap

Page 78: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

62

ikan, dan atraksi persiapan lahan dan penanaman tanaman selada

yang diharapkan mampu menarik kunjungan wisatawan.

c. Keberadaan lembah Sambi yang telah dikembangkan oleh Yayasan

GAIA Yogyakarta menjadi kegiatan wisata pendidikan di Ledok Sambi

melalui kegiatan outbound dengan berbagai permainan dan tantangan

di alam terbuka. Lokasi ini memiliki pemandangan alam yang menarik

dan menjadi daya tarik bagi pengunjung

d. Masyarakat Sambi masih menjunjung tinggi kebudayaan/tradisi jawa,

dapat dibuktikan dengan masih kentalnya masyarakat melakukan

tradisi jawa seperti: memperingati bulan-bulan tertentu dengan kenduri

(Suran, Saparan, Muludan, Rejeban, Ruwahan, Selikuran, Syawalan,

Besaran, dan 17 agustusan). Kenduri keselamatan dilakukan sejak

anak dalam kandungan (mitoni), lahir (Aqiqah), anak, dewasa hingga

meninggal. Kegiatan selamatan untuk tanaman di sawah dengan

jenangi dan wiwit.

e. Adanya kegiatan seni tradisional jawa seperti: uyon-uyon, wayang, dan

ketoprak, serta belajar karawitan bagi pengunjung di Sanggar

Padepokan Pamengku Sambi.

F. Pengembangan Desa Wisata Sambi

Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari

penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa

pelayanan, yang membutuhkan ke~asama dengan berbagai komponen

Page 79: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

63

penyelenggara pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Menurut UU No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyatakan

bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya

untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta

masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang

dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik

wisata.

Pengembangan wisata alam dan wisata budaya dalam perspektif

kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam tatanan

masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna

meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam

dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya

yang ada (Nurmawati, 2006).

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pengembangan desa

wisata sebagai procluk wisata baru sangat dipengaruhi oleh aspek

kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana prasarana wisata.

Hal ini disebabkan ketiga aspek pengembangan desa wisata tersebut

memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas

produk wisata.

1. Pengembangan Kelembagaan Desa Wisata Sambi

Kelembagaan Desa Wisata Sambi merupakan wadah

interkoneksitas antara masyarakat dengan sumberdaya yang ada melalui

organisasi yang terbentuk berdasarkan norma-norma atau aturan yang

Page 80: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

64

disepakati dan berlaku dalam rangka pengembangan wisata alam dan

wisata budayanya.

Kelembagaan Desa Wisata Sambi yang diberi nama "Sekretariat

Bersama Desa Wisata Sambi" dibentuk berdasarkan hasil musyawarah

masyarakat Padukuhan Sambi, memiliki struktur kelembagaan seperti

terlihat pada bagan 2 berikut ini.

Bagan 2. Struktur Kelembagaan "Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi"

Periode 2006-2009

I Masyarakat Padukuhan Sambi I ~

I Ketua I

I Sekretaris I Bendahara I

r

Pokja Pokja Pokja Pokja Pokja Pokja Pengembgn Pendanaan Produk Produk Pemasaran Monev

Produk Individu Desa Informasi

Berdasarkan kepengurusan Desa Wisata Sambi yang terbentuk,

maka masing-masing pengurus memiliki tugas sebagai berikut:

a. Ketua, memiliki tugas mengambil kebijakan, memutuskan hasil rapat,

menghadiri undangan, dan mempertanggungjawabkan seluruh

kegiatan yang ada di Desa Wisata Sambi.

Page 81: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

65

b. Sekretaris, bertugas mencatat dan membukukan seluruh kegiatan

organisasi, memimpin jalannya rapat, dan mewakili Ketua bila

berhalangan hadir.

c. Bendahara, bertugas mencatat, membukukan dan menyimpan keluar

masuknya dana organisasi, serta mempertanggungjawabkan dana

kegiatan kepada Ketua.

d. Kelompok Kerja (Pokja)

Pengurus Pokja bertanggungjawab dalam menyusun program

jangka panjang dan jangka pendek, mengkoordinir dan melakukan

bimbingan terhadap bidang yang ditangani, terkait dengan pengembangan

produk, pendanaan, pemasaran, produk individu, produk desa, monitoring

evaluasi, dan informasi.

Pada awalnya kelembagaan Desa Wisata Sambi (pada tahun 2002

dinamakan Tim Wisata) dibentuk atas tunjukan Kepala Dukuh, namun

seiring dengan perkembangannya mengalami pergantian menjadi

Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi (periode 2006-2009) yang

dibentuk sebagai hasil musyawarah dari masyarakat Sambi.

Dalam rangka menumbuhkan kesadaran wisata dan meningkatkan

partisipasi masyarakat, diperlukan pengembangan kelembagaan. desa

wisata Sambi dalam bentuk sebagai berikut:

1. Pelatihan Peningkatan Sumberdaya manusia Pelaku Desa Wisata di

Gedung Pertemuan ratu Boko Prambanan dan Outbound Training di

Desa Wisata Sambi.

Page 82: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

66

Pelatihan Peningkatan Sumberdaya manusia Pelaku Desa Wisata

ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi

pengelola desa wisata agar mampu memberikan pelayanan prima, dan

mengemas produk wisata yang menarik bagi wisatawan, serta meningkatkan

sadar wisata bagi masyarakat. Penyeienggara kegiatan ini adalah D1nas

Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, yang dilakukan dengan melibatkan

"'ebanvak :::::n Of"""ii pe"·-w+a .,..,.,tatihan tc-~rl·l~i rl--.n· 30 orang dar·l "'01aLru deS" ~:t • ·] \ ,_n_l 0.1 1.;::7 .,:,.c;i l JJCI lfl I ! 1 VI U If UOI f. tJCI r\. 0.

wisata, 10 orang dari forum komunikasi desa wisata, 20 orang dari

pendamping desa wisata.

Selanjutnya dilakukan kegiatan Outbound Training di Desa Wisata

Sambi pada tanggal 11 September 2007 dengan jumlah peserta pelatihan

sebanyak 60 orang, terdiri dari: 30 orang pelaku desa wisata dari pengelo!a

desa wisata; 14 orang dari forum komunikasi desa wisata. 15 orang d~ri

pendamping desa wisata, dan 4 orang dari polisi pariwisata.

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran berwisata di

kalangan kaum muda bahwa tindakan mereka mempunyai konsekwensi dan

menumbullkan rasa kebersamaan dan kasih sayang pada orang lain.

Kegiatan ini dilaksanakan Sasaran metode pe!ati!-tan ini adalall semacam

Latihan Kepekaan (sensitivity training) yaitu untuk mengetahui sejauh mana

periiaku seserang dalam rnempengaruhi individu !ainnya dalam kelompok

atau sebaliknya.

Page 83: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

67

2. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata

Pembentukan kelompok sadar wisata yang diberi nama "Tim Peduli

Wisata atau Tim Sebelas" ini diprakarsai oleh Bapak Supriyanto selaku

Sekretaris Desa Wisata Sambi, dan dilatarbelakangi oleh keprihatinan

bersama terhadap keberadaan Desa Wisata Sambi akibat kurangnya

kebersamaan dan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan desa

wisatanya.

Tim Sebelas ini diketuai oleh Bapak Supriyanto dan memiliki anggota

sebanyak sepuluh orang. Keberadaan Tim Sebelas ini bertujuan untuk

menanamkan kesadaran berwisata bagi masyarakat Sambi, dan secara

khusus untuk menggerakkan generasi muda untuk lebih peduli terhadap

pengembangan desa wisatanya. Kelompok sadar wisata ini belum lama

terbentuk dan masih membutuhkan proses yang panjang untuk

memberdayakan masyarakat guna mengembangkan desa wisatanya.

Terkait dengan pengembangan desa wisata, berikut komentar dari

Staf Peneliti Pusat Pariwisata UGM:

"Pengembangan desa wisata merupakan produk baru pariwisata berbasis masyarakat, dan hendaknya dilihat sebagai sebuah investasi yang membutuhkan waktu yang panjang. Tentunya penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi menjadi tantangan bagi anda. Hal ini dikarenakan selama ini kunjungan wisatawan di Desa Wisata Sambi cenderung didatangkan oleh pihak GAIA dan bukan didatangkan oleh masyarakat sendiri." (DTR, wawancara tangga/14 Juli 2008).

Page 84: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

68

3. Mengembangkan kemitraan dengan pemerintah dan swasta

Pengembangan kemitraan dengan pemerintah dan swasta

merupakan upaya menjalin ke~asama atas dasar komitmen bersama

dalam rangka penguatan kelembagaan desa wisata. Jalinan kemitraan

dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman terhadap kelembagaan

Desa Wisata Sambi dilakukan dengan cara memfasilitasi dan memperluas

jaringan kelompok dalam forum komunikasi desa wisata sebagai wadah

pertemuan antar desa wisata untuk saling bertukar pengalaman dan

proses saling belajar, serta memperluas jaringan pemasaran.

Pengembangan kemitraan yang dilakukan dengan pihak swasta

Yayasan GAIA Yogyakarta dengan cara menyewa lahan kas Desa

Pakembinangun seluas 4,2 ha dan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata

pendidikan yang dikemas dalam bentuk paket-paket wisata.

Sejak awal mulai dari pembentukan sampai perkembangannya

saat ini, Desa Wisata Sambi telah melibatkan pihak swasta. Adanya

kerjasama dengan pihak swasta menjadikan ketergantungan

kelembagaan Desa Wisata Sambi kepada pihak swasta sebagai partner

dan kurang mendidik kemandirian bagi masyarakat untuk

mengembangkan sendiri desa wisatanya. Dengan demikian

mengakibatkan kelembagaan desa wisata Sambi belum berjalan secara

optimal.

Pemahaman terhadap pengembangan kelembagaan desa wisata

tentunya tidak terlepas dari proses pembentukan desa wisata itu sendiri.

Page 85: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

69

Desa Wisata Sambi merupakan salah satu cikal bakal munculnya desa

wisata di Kabupaten Sleman dan hingga kini telah berkembang mencapai

33 desa wisata. Proses pembentukan Desa Wisata Sambi dilatarbelakangi

dari banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Desa Wisata Sambi dengan cara mengontrak atau menyewa rumah

warga.

Pada September 2001 ditindaklanjuti oleh seorang praktisi

pariwisata dan Dosen di lnstitut Pertanian (lntan) Yogyakarta Jr. Larasati

Suliantoro dengan menyewa rumah tradisional berbentuk sinom, yang

diberi nama "Griya lntan". Beliau melihat kondisi sosial budaya dan

lingkungan alam yang indah sangat potensial dan mendukungnya untuk

mempersiapkan Sambi sebagai desa wisata, dengan mengadakan

bimbingan kepada kelompok PKK tentang Tata Boga, yaitu dengan

memperkenalkan tata cara pembuatan beraneka ragan masakan dan

berbagai tata cara penyajiannya. Persiapan sarana prasarana fisik juga

dilakukakan dengan pengaspalan jalan, baik jalan utama dan jalan di

dalam dukuh Sambi. Seiring dengan persiapan tersebut, Kepala Dukuh

Sumantri memiliki inisiatif mengumpulkan pengurus padukuhan untuk

membentuk tim Pengelola Pra Desa Wisata Sambi yang bersifat

sementara dengan sistem tunjukan.

Setelah berjalan 4 bulan kepengurusan sementara tersebut,

tepatnya pada tanggal 25 Mei 2002 Desa Wisata Sambi ditunjuk sebagai

Jokasi kegiatan kunjungan lapang bagi peserta Konferensi Sutera Alam

Page 86: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

70

tingkat internasional. Kegiatan akbar ini dihadiri oleh Bupati Sleman dan

perwakilan dari 11 negara se-Asia Tenggara yang menggunakan rumah

tradisional Sambi sebagai tempat pameran, kesenian tradisional dan

tempat istirahat. Bersamaan dengan event akbar ini, masyarakat Sambi

menyepakati tanggal 25 Mei dijadikan hari lahirnya Desa Wisata Sambi.

Selanjutnya Kepala Dukuh Sambi memiliki inisiatif mengumpulkan

kembali warganya untuk membubarkan kepengurusan sementara dan

membentuk kepengurusan definitif dengan nama Tim Pengelola Desa

Wisata Sambi periode 2002-2005. Kepengurusan ini berjalan satu periode,

dan diganti kepengurusan baru dengan nama Badan Pengelola Desa

Wisata Sambi (BPDWS). Sehubungan dengan adanya ketidakharmonisan

pengurus BPDWS, maka pe~alanan kegiatan kepariwisataan di Sambi

tidak be~alan sesuai yang diharapkan bersama. Sehingga pada bulan

Maret 2006 dibentuk kepengurusan baru dengan nama Sekretariat

Bersama Desa Wisata Sambi, dan masih berjalan hingga sekarang.

Namun dalam perkembangannya justru mengalami hambatan

internal dari masyarakat sendiri. Kurangnya kebersamaan antara

masyarakat dan pengelola desa wisata Sambi mengakibatkan

kelembagaan ini tidak be~alan optimal karena tidak didukung sepenuhnya

oleh segenap masyarakat. Terkait dengan modal sosial, selama ini

masyarakat belum memiliki mutual trust dalam pengembangan desa

wisatanya. Hal ini disebabkan masih adanya kecurigaan dan ketidak

percayaan sebagian masyarakat terhadap pengelola Desa Wisata Sambi.

Page 87: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

71

Dari berbagai permasalahan kelembagaan desa wisata, berikut

komentar dari Ketua Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi :

" Selama ini masyarakat sulit diatur dan kurang kebersamaan (guyub:Jawa). Diakuinya masih terdapat konflik internal dan ketidakpercayaan sebagian masyarakat pada pengelola Desa Wisata Sambi. Periode masa kepengurusan kami dari tahun 2006-2009, namun rencana tahun 2008 ini kepengurusan kami akan mundur. Kami lebih condong kepengurusan ke depan diserahkan kepada Karang taruna Sambi, dan saya kira inilah solusi yang terbaik dalam menghindari konflik yang berkepanjangan. " (Hyn, Wawancara tanggal12 Juli 2008).

Terkait dengan belum berfungsinya kelembagaan desa wisata

secara optimal, berikut komentar Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata

di Sleman saat ditemui di rumahnya di Dukuh Ketingan, Desa Tirtoadi,

Kecamatan Mlati :

" Sebenamya pertemuan rutin setiap 3 bulan sekali ini sangatlah penting dilakukan dalam rangka mempermudah koordinasi dan membantu pelaksanaan pelayanan kunjungan bagi wisatawan. Namun kenyataan setiap ada pertemuan, kehadiran dari pengelola masing-masing desa wisata tidak mencapai separo dari jumlah desa wisata yang ada di Sleman. Semoga melalui rencana usulan pada bulan Juli 2008 dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman tentang penetapan Forum Komunikasi Desa Wisata Sleman dalam bentuk SK Bupati, akan lebih membantu memperjelas peran, fungsi dan manfaat kelembagaan desa wisata bagi masyarakat." (Hry, Wawancara tanggal 17 Juli 2008).

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan

pengembangan desa wisata, mulai tahun anggaran 2008 ini Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Sleman memfasilitasi 4 kali pertemuan dalam

setahun bagi Forum Komunikasi Desa Wisata di Sleman yang berfungsi

sebagai wadah pertemuan antar desa wisata untuk saling bertukar

Page 88: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

72

pengalaman dan proses saling belajar, serta memperluas jaringan

pemasaran.

Di samping itu adanya Tim Pelaksana Kegiatan Operasional

Petugas Desa Wisata Kabupaten Sleman yang tertuang dalam Surat

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman

Nomor 556/43/Kep.Budpar/2008 tanggal 25 Maret 2008, diharapkan dapat

menciptakan pembinaan dan pengelolaan desa wisata secara efektif,

efisien dan berkesinambungan, serta mampu meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pengembangan desa wisatanya.

Berkaitan dengan pengembangan desa wisata, berikut kutipan

wawancara dengan Kepala Seksi ODTW Disbudpar Kabupaten Sleman:

"Pada prinsipnya desa wisata dibangun atas keinginan masyarakat itu sendiri, perkecualian di Desa Wisata Sambi dibangun bukan murni dari masyarakat tetapi atas inisiatif dari lbu Sulliantoro Sulaiman sebagai seorang praktisi pariwisata DIY. Selama ini di Kabupaten Sleman telah berkembang 33 desa wisata, dan masyarakatlah yang diberi kesempatan untuk menilai kesiapan desa wisatanya sendiri. Kalaupun ada pihak ketiga di dalamnya, seharusnya .masyarakat dilibatkan secara bersama­sama mengelola kegiatan wisata yang ada, sehingga masyarakat betul-betul merasakan manfaat dari keberadaan desa wisatanya. (Skd, wawancara tanggal 11 Juli 2008).

2. Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Sambi

Objek dan daya tarik wisata atau atraksi wisata merupakan lokasi atau

tempat tertentu yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata, baik wisata

alam dan wisata budaya. Dengan kata lain, atraksi wisata dapat dijadikan

sebagai pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Page 89: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

73

Tanpa adanya daya tarik pada suatu tempat mustahil pariwisata dapat

ber1<embang. Pariwisata biasanya akan lebih ber1<embang, jika di suatu

tempat terdapat pengusahaan objek dan daya tarik wisata.

Ber1<aitan dengan pengembangan objek dan daya tarik wisata, Desa

Wisata Sambi memiliki berbagai jenis potensi dan bentuk atraksi wisata

yang dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.

Tabel12. Jenis Potensi dan Bentuk Atraksi Wisata di Desa Wisata Sambi

No Jenis Potensi Bentuk Wisata Atraksi Wisata

1. Wisata Alam a. Outbound dengan berbagai ( dikelola oleh GAIA dalam paket Ledok permainan. Sambi) b. Rekreasi (kemah keluarga).

2. Wisata Pertanian( dalam arti luas), dikelola oleh pengelola Desa Wisata a. Tanam Selada Sambi bekerjasama dgn GAIA dim b. Bajak sawah paket Ledok Sambi c. Tangkaplkan

d. Peras Susu S~pi. 3. Wisata Budaya

( dikelola oleh pengelola Desa Wisata a. Belajar karawitan Sambi bekerjasama dgn GAIA dim b. Kunjungan ke rumah ad at paket Ledok Sambi) joglo

c. U_Q_acara tradisi adatjawa

Sumber: Olahan Data Primer, 2008

Dari tabel 12 di atas menunjukkan Atraksi wisata alam berupa

rekreasi dan outbond di alam terbuka ini dikelola oleh Yayasan GAIA

Yogyakarta dengan berbagai paket Program Ledok Sambi dan

menggunakan instruktur yang h~ndal dan profesional. Program LEGI

(Lahan Event Gathering dan Internship) Weekend dan PADI (Pengenalan

dan Pengembangan Din) menjadi favorit bagi kunjungan wisatawan di

Ledok Sambi, baik dari instansi/lembaga maupun dari sekolah-sekolah

Page 90: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

74

yang memanfaatkan moment liburan sekolah sebagai ajang refreshing

dalam rangka menikmati kesejukan dan keindahan alam di Ledok Sambi.

Selama ini kunjungan wisatawan di Desa Wisata Sambi cenderung

didatangkan oleh Yayasan GAIA Yogyakarta. Terbukti kunjungan

wisatawan selama 7 bulan pada bulan Januari-Juli 2008 untuk kegiatan

rekreasi sebanyak 551 orang dan outbound di Ledok Sambi sebanyak

2.161 orang dari 62 lembaga.

Terkait dengan pengembangan Desa Wisata Sambi, berikut petikan

wawancara dengan Direktur Yayasan GAIA Yogyakarta di Ledok Sambi:

" Sebenamya banyak potensi wisata di Sambi, namun selama ini masyarakat belum tergugah kesadarannya untuk mengembangkan desa wisatanya. Sebelumnya kami pemah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan tata boga dan cinderamata, namun tidak ada tindak lanjut dari masyarakat sendiri. Berkenaan dengan kegiatan GAIA di Ledok Sambi, sewaktu-waktu kami siap lepas dari lokasi ini kalau masyarakat Sambi sendiri sudah mampu mengemas atraksi wisata di Ledok Sambi ini. Orientasi kegiatan kami tidak semata-mata profit oriented, tapi lebih pada pengembangan masyarakat (community development). (Div, Wawancara tanggal 8 Juli 2008).

Atraksi wisata pertanian di Sambi, meliputi: tanam selada, bajak

sawah, tangkap ikan, dan peras susu sapi. Atraksi ini dikelola oleh

pengelola Desa Wisata Sambi bekerjasama dengan GAIA dalam paket

Ledok Sambi dan melibatkan kepengurusan kelompok tani "Manunggal"

terutama dalam pendampingan yang berhubungan dengan bentuk atraksi

wisata pertanian yang ditawarkan kepada wisatawan.

Atraksi wisata budaya Sambi yang dapat menjadi daya tarik bagi

Page 91: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

75

wisatawan, dibedakan menjadi dua bagian, meliputi: (a) Bendawi

(materia~: Bangunan kono (rumah joglo, sinom dan limasan), alat

pertanian (alat untuk membajak sawah dengan sapi dan alat penumbuk

padi (lesung), alat kesenian karawitan), dan (b) Aktivitas (immaterial):

Pertanian (wiwit, nandur, njenangi), kesenian tradisonal dan tradisi adat

Jawa.

Atraksi wisata budaya yang menjadi favorit adalah atraksi kesenian

tradisional berupa be/ajar karawitan yang dipusatkan di Sanggar

Padepokan Pamengku milik ibu Hadi. Atraksi ini melibatkan pemandu

lokal khususnya pemuda Sambi dan pengelola Desa Wisata Sambi, dan

lebih ditujukan bagi generasi muda yang ingin belajar mendalami kesenian

tradisional. Paket wisata ini dtawarkan kepada pengunjung seharga Rp

15.000,00 per orang berdurasi 1-2 jam.

Upaya pengembangan objek dan daya tarik wisata di Desa Wisata

Sambi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a). Pengembangan Desa Wisata Terpadu (Sambi-Garongan-Kelor)

Pengembangan desa wisata terpadu merupakan terobosan wisata

altematif bagi wisatawan yang disesuaikan dengan lokasi dan keragaman

potensi di masing-masing desa wisata yang menggabungkan diri dalam paket

wisata terpadu. Berdasarkan hasil kaji ulang RIPPDA Sleman tahun 2006

ke~asama antara Bappeda Kabupaten Sleman dengan Pusat Studi

Pariwisata UGM, terdapat enam jalur paket desa wisata terpadu, meliputi :

Desa Wisata Terpadu (Jamur-Brajan-Grogol), Desa Wisata Terpadu

Page 92: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

76

(Malangan-Sangu Banyu-Ketingan), Desa Wisata Terpadu (Miangi­

Gamplong-Ketingan), Desa Wisata Terpadu (Kadisobo 11-Pajangan-Sendari),

Desa Wisata Terpadu (Sambi-Garongan-Kelor), Desa Wisata Terpadu

(Turgo-Kinahrejo-Petung).

Dalam rangka pengembangan desa wisata terpadu diperlukan

koordinasi antar pelaku desa wisata. Menurut Damanik dan Weber (2006),

masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan

wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena

sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi

sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Melalui paket desa wisata

terpadu (Sambi-Garongan-Kelor) dengan paket atraksi outbound di Sambi,

atraksi perikanan darat di Garongan, dan atraksi wisata pertanian salak

pondoh di Kelor, diharapkan ketiga objek desa wisata tersebut menjadi

tujuan wisata alternatif, sekaligus solusi bagi tempat tinggal para

wisatawan.

b). Penggalakan Sapta Pesona, meliputi: Aman (tenteram, tidak takut,

terlindung, damai), Tertib (teratur, lancar , disiplin), Bersih (bebas dari :

kotoran, sampah, limbah, penyakit, pencemaran), Sejuk (segar, rapi,

nyaman), lndah (menarik, sedap dipandang, tata letak, tata ruang, serasi,

selaras, cantik ), Ramah tamah (sikap dan perilaku, keakraban, sopan,

suka membantu, tersenyum), Kenangan (kesan yang baik, kenangan yang

indah selama kunjungan).

Page 93: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

77

Pemahaman tentang sapta pesona perlu disosialisasikan oleh

instansi terkait dan pelaku pariwisata lainnya agar masyarakat lebih

memahami dan tergugah kesadaran wisatanya, guna mendapatkan

manfaat bersama dari adanya objek dan daya tarik wisata di desa wisata

Sambi. Berikut ini manfaat bersama yang diperoleh dari keberadaan Desa

Wisata Sambi adalah sebagai berikut :

1) Bagi Masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan kesempatan

usaha bagi masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan

pariwisata. Terkait dengan manfaat yang diterima masyarakat Sambi,

berikut petikan wawancara dari Bendahara Sekretariat Bersama Desa

Wisata Sambi sekaligus Pembina lbu-ibu PKK adalah sebagai berikut:

" Selama 2 tahun kepengurusan berjalan (2006-2008), pendapatan bersih yang masuk ke Kas Desa Wisata Sambi sampai akhir Juli 2008 sebesar Rp 10.697.000,00 memiliki nilai jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan masyarakat yang diterima dari keberadaan desa wisata Sambi sekitar 10 kali lipat dari pendapatan bersih kas desa wisata Sambi. Sehingga manfaat desa wis~ta dapat dirasakan bagi masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pariwisata." (SS, Wawancara tanggal18 Juli 2008).

Pendapatan masyarakat dan kas desa wisata Sambi bersumber dari :

a) Catering dan Homestay

Total nilai pendapatan kotor masyarakat dari hasil penyediaan catering

dan homestay dipotong 1 0% masuk ke kas desa wisata dan

selanjutnya dikelola oleh bendahara desa wisata, serta didistribusikan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 94: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

78

b). Retribusi kunjungan Rp 1.000,00 per orang.

Selama ini diakui kecenderungan kunjungan wisatawan didatangkan

oleh pihak swasta (GAIA Yogyakarta), sehingga retribusi kunjungan

dominan berasal dari yayasan GAIA yang mengelola paket wisata

Ledok Sambi. Berdasarkan laporan jumlah pengunjung dari bulan

Januari-Juli 2008 terdapat 562 wisatawan untuk rekreasi dan 2.165

orang untuk outbound. Hasil retribusi tersebut masuk ke kas desa

wisata dan dikelola sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti :

pembangunan sarana prasarana fisik, membantu menyalurkan tenaga

kerja bagi pemuda Sambi.

c). Retribusi parkir yang dikelola oleh sub unit Karang Taruna Sambi

Penanganan parkir terhadap kunjungan wisatawan yang menggunakan

kendaraan roda empat dikenakan tarif sebesar Rp 3.000,00 per

mobil/bis, dan kendaraan roda dua dengan tarif sebesar Rp 1.000,00

per motor. Selanjutnya Ketua Karang Taruna Sambi mengelola hasil

parkir untuk dimasukkan ke kas Karang Taruna, dengan terlebih

dahulu menyisihkan 10% masuk ke kas desa wisata.

2). Bagi dunia usaha/swasta : melalui Program Ledok Sambi yang

dikemas secara menarik di Desa Wisata Sambi dapat diperoleh

keuntungan dari atraksi wisata alam. Selama ini kunjungan wisatawan

yang dibawa oleh pihak GAIA Yogyakarta relatif banyak dan secara

langsung juga berdampak pada meningkatnya pemasukan kas desa

wisata.

Page 95: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

79

3). Bagi Pemerintah Daerah : meningkatkan kapasitas pemerintah dalam

memfasilitasi pemberdayaan masyarakat, mendorong peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD), dan meningkatnya kunjungan

wisatawan.

4). Bagi Pengunjung/Wisatawan : (a) mempelajari pertanian masyarakat

setempat, (b) menikmati suasana alam nan indah dan menarik, serta

sejuknya udara (c) mempelajari tradisi dan budaya masyarakat

setempat.

3. Pengembangan Sarana Prasarana Wisata di Desa Wisata Sambi

Pengembangan sarana prasarana wisata merupakan bentuk

pengembangan segala fasilitas yang mendukung kelancaran kegiatan wisata

agar dapat memberikan kepuasan pelayanan bagi wisatawan. Berkaitan

dengan hal tersebut, terdapat berbagai sarana prasarana wisata di Desa

Wisata Sambi, meliputi :

a. Sarana wisata di Desa Wisata sambi, berupa: homestay, sanggar

seni "padepokan pamengku".

b. Prasarana wisata di Desa Wisata Sambi, berupa : papan nama, jalan

aspat, transportasi, jaringan telepon, jaringan listrik, air bersih.

Bentuk pengembangan sarana prasarana wisata di Desa Wisata

Sambi yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengadaan papan nama desa wisata dan pengadaan alat-alat

outbound. Oleh karena itu dipertukan ke~asama dengan berbagai pihak,

baik pemerintah maupun swasta. Ke~asama dengan Dinas Kebudayaan

Page 96: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

80

dan Pariwisata Sleman terkait dengan pengadaan alat-alat outbound,

dan papan nama desa wisata.

b. Membangun fasilitas pendukung wisata seperti: penambahan homestay,

pengembangan area outbound di lokasi yang baru, pembangunan

gapura dan bangunan khusus pengelola desa wisata.

c. Perbaikan infrastruktur jalan melalui rehab jalan aspal dalam rangka

mendukung kelancaran wisatawan menuju objek wisata.

d. Pengadaan cinderamata dan makanan khas Sambi sebagai produk lokal

yang dapat memberikan kenangan bagi kunjungan wisatawan.

H. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi

1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kelembagaan Desa Wisata Sambi

Sejalan dengan maraknya pengembangan desa wisata, maka

dalam masyarakat desa telah te~adi institusionalisasi atau pelembagaan

aktivitas pelayanan wisata. Dengan demikian kapasitas kelembagaan

desa wisata Sambi sangat ditentukan oleh kontinuitas dan kualitas

aktivitas dan pelayanan wisata. Sehingga pengembangan kelembagaan

Desa Wisata Sambi memiliki peranan penting dalam menopang ekonomi

masyarakat. Namun dalam pengembangannya mengalami banyak

permasalahan baik internal maupun eksternal kelembagaan.

Permasalahan internal kelembagaan desa wisata Sambi

disebabkan oleh masih ~endahnya sumberdaya manusia pelaku desa

Page 97: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

81

wisata dalam memahami konsep desa wisata, belum adanya tokoh

masyarakat yang dijadikan panutan dalam menggerakkan masyarakat,

dan mutual trust dari masyarakat belum terbangun secara utuh.

Permasalahan eksternal lebih disebabkan oleh kurangnya jalinan

ke~asama atau kemitraan dengan pihak-pihak terkait, baik pemerintah,

pusat studi pariwisata UGM, forum komunikasi desa wisata, dan dunia

usaha/swasta lainnya.

Dari permasalahan tersebut di atas, pengembangan kelembagaan

Desa Wisata Sambi memerlukan perencanaan partisipatif (participatory

planning), di mana masyarakat dianggap sebagai mitra dalam

perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal

penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun

masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah

produk rencana (Ndraha, 1990).

Untuk memulai suatu perencanaan pembangunan di desa telah

dilakukan penyusunan rencana tahap awal melalui musyawarah

partisipatif di tingkat dukuh untuk merencanakan dan mengatasi masalah­

masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi

yang ada. Perumusan rencana pada tingkat dukuh disusun oleh

masyarakat sendiri, sehingga tidak perlu tergantung pada orang luar yang

tidak mengetahui dengan pasti.

Berdasarkan hasil diskusi musyawarah rencana pembangunan

padukuhan (musrenduk) Sambi Tahun 2007, diperoleh rumusan usulan

Page 98: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

82

program/kegiatan pembangunan di Desa Wisata Sambi tahun 2008, untuk

pembangunan fisik, meliputi:(a) Pembuatan jalan lingkar dan gapura, (b)

Pembangunan talud jalan, (c) Rehab jalan aspal, (d) Pembangunan sumur

resapan. Sedangkan pembangunan non fisik yang diusulkan, meliputi: (a)

Pemberdayaan siskamling, (d) Pembinaan kelompok tani.

Berkaitan dengan hal tersebut, berikut hasil wawancara dengan

Ketua LPMD dan Ketua Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi:

" Selama ini usulan kegiatan dari warga masyarakat Sambi lebih terfokus pada pembangunan fisik seperti rehab jalan aspal, pembangunan jalan lingkar dan gapura, talud jalan, sumur resapan, pemberdayaan simkamling, dan pembinaan kelompok tani. Sementara kegiatan non fisik yang terkait dengan pelatihan tentang pariwisata masih sangat minim. Hal ini menunjukkan bahwa belum adanya prioritas pembangunan non fisik dalam pengembangan Desa Wisata Sambi. Namun demikian pembangunan fisik tersebut juga menopang dalam pengembangan Desa Wisata Sambi." (Sbd, Hyn, Wawancara tanggal 9 Juli 2008).

Usulan program/kegiatan hasil musrenduk Sambi ternyata belum

semua terakomodir dalam program kerja hasil musrenbang Desa

Pakembinangun. Usulan dari masyarakat Sambi dalam pelaksanaan

hanya terealisasi dua kegiatan yaitu rehab jalan aspal dan pembinaan

kelompok tani. Pelaksanaan rehab jalan aspal didanai dari Anggaran dan

Pendapatan Belanja Desa Pakembinangun. Selanjutnya kegiatan

pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh penyuluh dari BPP Pakem

didanai dari APBD DPA-SKPD Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Sleman. Sedangkan pembangunan talud jalan didanai dari

dana gotong royong Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten

Sleman. Hal ini dapat terlihat pada tabel 13 di bawah ini.

Page 99: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

83

Tabel13. Tabel Hasil Perencanaan Desa Wisata Sambi

No Hasil Hasil Pelaksanaan Pelaksana Sumber Musrenduk Musrenbang Dana

Sambi De sa 1. Pembuatan Pembinaan -

jalan lingkar LPMD -dan gapura -

---- -- ------·----- . -----------2. Pembangunan Gotong royong Pembangunan Kec. Dana Gotong

talud jalan kebersihan lingk. talud jalan Pakem Royong Bapermas

Sleman 3. Rehab jalan Rehap jalan Rehab jalan Des a APBDesa,

as pal aspal Pakem- Bantuan Kas binangun Desa Wisata

4. Pembangunan Pembangunan sumur resapan sumur resapan - - -

5. Pemberdayaan Pemberdayaan siskamling Siskamling - - -

6. Pembinaan Pertemuan Pembinaan BPP APBD DPA-kelompok tani Kelompok tani Kelompok tani Pakem- SKPD

Distanhut Distanhut

Sumber: Olahan Data Pnmer, 2008

Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan

kelembagaan desa wisata terkait dengan usulan dari tokoh masyarakat

dalam mengemukakan ide dalam musyawarah dukuh terkait dengan

partisipasi masyarakat dalam pengembangan kelembagaan Desa Wisata

Sambi berasal dari :

Ketua Sekber Desa Wisata Sambi, berikut wawancara singkatnya:

Pembentukan kelompok sadar wisata "Tim Sebelas" dilatarbelakangi dari adanya keprihatinan bersama kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengembangan desa wisata". (Hyn, wawancara tanggal 9 Juli 2008).

Ketua Kelompok T ani "Manunggal", berikut wawancara singkatnya:

" Kami akui mengalami kesulitan dalam memberdayakan masyarakat akibat masyarakat tidak kompak, dan harapan kami ada tokoh masyarakat yang mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam kelembagaan desa wisata Sambi. " (Sbd, wawancara tanggal 16 Juli 2008).

-·-

Page 100: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

84

Wakil Ketua Karang taruna Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kelembagaan desa wisata Sambi, kami ingin adanya studi banding ke desa wisata yang sudah maju. " (Stj, wawancara tanggal 11 Juli 2008).

Dari hasil wawancara ketiga tokoh masyarakat yang diwawancarai

menunjukkan bahwa peneliti melihat bahwa partisipasi masyarakat masih

rendah dan belum banyaknya ide-ide yang mengarah pada

pengembangan kelembagaan Desa Wisata Sambi.

Dalam perencanaan kelembagaan Desa Wisata Sambi, selama ini

pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman terlibat

dalam memfasilitasi pertemuan dalam forum komunikasi desa wisata

sebagai wadah pertemuan antar desa wisata untuk saling bertukar

pengalaman dan proses saling belajar, serta memperluas jaringan

pemasaran melalui pertukaran informasi dan membangun kerjasama

dengan berbagai pihak terkait. Di samping itu melalui Keputusan Kepala

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Nomor

556/43/Kep.Budpar/2008 tentang Tim Pelaksana Kegiatan Operasional

Petugas Desa Wisata Kabupaten Sleman, tim pelaksana melakukan

pembinaan dan pendampingan pada setiap desa wisata di Sleman,

termasuk pembinaan kepada kelompok sadar wisata "Tim Sebelas".

Namun kenyataannya pembinaan dan pendampingan yang ada belum

efektif dikarenakan kendala anggaran dan kurangnya koordinasi.

Page 101: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

85

Keterlibatan pemerintah Desa Pakembinangun berkaitan dengan

program pembangunan fisik maupun non fisik. Selama ini pembinaan atau

sosialisasi dilakukan oleh Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan

Desa Pakembinangun pada saat pertemuan padukuhan Sambi.

Sementara keterlibatan Bappeda Sleman belum nampak secara fisik

dikarenakan pengembangan kelembagaan desa wisata menggunakan

pendekatan pariwisata berbasis masyarakat, dimana masyarakatlah yang

memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan desa

wisatanya.

Menanggapi hal tersebut di atas, berikut kutipan wawancara

dengan Kepala Bidang Sosial Ekonomi Bappeda Sleman:

" Pada dasarnya kami menangani perencanaan pembangunan yang bersifat makro. Terkait dengan perencanaan pengembangan pariwisata, kami membuat RIPPDA (Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah) Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Pusat Studi Pariwisata UGM. Selanjutnya dari kaji ulang RIPPDA Sleman diharapkan secara lebih mikro dapat disusun Rl POW (Rencana lnduk Pengembangan Objek Wisata) oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman. Berkenaan dengan pengembangan desa wisata, pemerintah hanya sebatas menjadi fasilitator dan motivator dalam pengembangan desa wisata yang menggunakan pendekatan community based tourism." (JDW, Wawancara tanggal 15 Juli 2008).

Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan kelembagaan

desa wisata pada perencanaan awal terkait dengan pelatihan tata boga

dan homestay yang pernah dilakukan oleh pihak GAIA Yogyakarta.

Namun kenyataannya dengan terbatasnya kemampuan finansial dan

Page 102: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

86

teknis yang dimiliki oleh masyarakat belum mampu untuk

mengembangkannya. Keterlibatan swasta dalam pelaksanaan

kelembagaan desa wisata Sambi terkait dengan informasi pengunjung dan

koordinasi dalam kaitannya dengan paket program Ledok Sambi

bekerjasama dengan paket atraksi wisata yang telah dipersiapkan oleh

masyarakat.

Dalam pengembangan kelembagaan desa wisata Sambi,

keterlibatan pihak swasta mendominasi dikarenakan selama ini

pembentukan awal kelembagaan desa wisata diprakarsai oleh lbu

Suliantoro Sulaeman selaku pihak swasta (Pengelola Griya lntan) yang

menggerakkan tokoh masyarakat Sambi untuk membentuk desa wisata.

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kelembagaan desa wisata

Sambi hanya didominasi oleh tokoh-tokoh masyarakat, dan ide-ide hanya

terwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

partisipasi masyarakat masih rendah, hal ini sejalan dengan partisipasi

pasif (kepatuhan). di mana komunitas berpartisipasi melalui penyampaian

apa yang terjadi atau dilakukan oleh pihak pemerintah/pelaku

pembangunan. lnformasi hanya menjadi milik profesional dari luar.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Sambi

Dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata di Desa Wisata

sambi, permasalahan yang muncul lebih disebabkan oleh adanya

perencanaan awal terhadap objek dan daya tarik wisata justru datang dari

Page 103: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

87

pihak swasta, atraksi wisata dari masyarakat belum dikemas secara

menarik, dan sapta pesona belum disosialisasikan dengan baik.

Dalam perencanaan pengembangan objek dan daya tarik wisata,

keterlibatan pemerintah lebih didominasi oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Sleman terutama terkait dengan keterlibatan awal dalam

identifikasi potensi dan kebutuhan wisata, serta promosi wisatanya.

Keterlibatan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman nampak sebagai

penyelenggara atraksi wisata pertanian yaitu atraksi bajak sawah di Desa

Wisata Sambi. Sedangkan Bappeda Sleman bekerjasama dengan Pusat

Studi Pariwisata UGM terkait dengan penyusunan dan sosialisasi rencana

pengembangan desa wisata terpadu. Kenyataannya paket desa wisata

terpadu (Sambi-Garongan-Kelor) belum berjalan dan masih membutuhkan

sosialisasi dan koordinasi antar desa wisata dengan mempertimbangkan

jenis atraksi yang berbeda dari masing-masing desa wisata.

Dalam pelaksanaan pengembangan objek dan daya tarik wisata,

pihak pemerintah lebih didominasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sleman terutama terkait dengan kegiatan outbound training. Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Sleman selaku penyelenggara bekerjasama

dengan pihak GAIA dan pengelola Desa Wisata Sambi dalam

mengadakan pelatihan outbound.

Keterlibatan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman nampak

sebagai penyelenggara Iomba ngluku (bajak sawah) di Oesa Wisata

Sambi. Dalam pelaksanaannya memerlukan koordinasi dan persiapan

Page 104: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

88

peralatan bajak sawah dengan Ketua Sekretariat Bersama Desa Wisata

Sambi dan Ketua Kelompok Tani Manunggal Sambi. Terkait dengan

Lomba Ngluku tersebut, berikut komentar dari Kepala Seksi Pemasaran

Pertanian Liem Astuti, SP. MSi. :

" Pada dasarnya pertanian bukan hanya sebagai teknologi, tetapi menjadi sebuah tradisi budaya yang layak menjadi aset pariwisata. Dalam rangka mendukung wisata pertanian, pada tahun 2008 ini kami telah mengadakan Iomba bajak sawah (ngluku), Iomba burung berkicau dan Iomba panen padi dengan alat tradisional ani-ani. Khusus untuk Iomba ngluku dipusatkan di Desa Wisata Sambi bertujuan untuk mendorong generasi muda di pedesaan kembali mencintai pertanian, mampu mengakomodasi kebutuhan teknologi, kebudayaan dan kelestarian alam. Event ini telah mendapat respon baik dari masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sambi. " (wawancara tanggal 11 Agustus 2008).

Sedangkan Bappeda Sleman bekerjasama dengan Puspar UGM

terlibat dalam pengembangan desa wisata terpadu (Sambi-Garongan-

Kelor) yang disesuaikan dengan jenis dan potensi masing-masing desa

wisatanya. Paket desa wisata terpadu ini dikemas dalam bentuk atraksi

utama (paket: dua hari satu malam) dengan rangkaian kegiatan sebagai

berikut: Hari pertama mengikuti kegiatan outbound di Desa Wisata Sambi.

Hari kedua menuju Desa Wisata Garongan untuk mengikuti atraksi

perikanan darat, dengan menu pagi adalah ikan. Sebelum makan siang

menuju ke Desa Wisata Kelor untuk melihat perkebunan salak pondoh

dan dilanjutkan makan siang di perkebunan salak.

Keterlibatan swasta paling dominan dikarenakan memiliki

perencanaan awal tentang objek dan daya tarik wisata. Pada tahun 2003

pihak GAIA Yogyakarta memiliki rencana jangka panjang untuk

Page 105: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

89

menjadikan tempat permainan di alam terbuka pertama di Yogyakarta.

Rencana ini disampaikan pihak GAIA pada saat pertemuan dengan

pemuda Sambi, yang memperlihatkan dokumentasi tentang keberhasilan

sebuah tempat wisata di Jawa Barat yang mengelola permainan di alam

terbuka dengan menonjolkan perpaduan antara permainan kelompok

dengan menggunakan media alam terbuka. Pertemuan ini bertujuan untuk

memberikan motivasi pada pemuda Sambi agar tergugah kesadarannya

untuk mengembangkan desa wisatanya.

Terkait dengan pengembangan Desa Wisata Sambi, berikut petikan

wawancara dengan Direktur Yayasan GAIA Yogyakarta di Ledok Sambi:

" Sebenarnya banyak potensi wisata di Sambi, namun selama ini masyarakat belum tergugah kesadarannya untuk mengembangkan desa wisatanya. Sebelumnya kami pernah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan tata boga dan cinderamata, namun tidak ada tindak lanjut dari masyarakat sendiri. Berkenaan dengan kegiatan GAIA di Ledok Sambi, sewaktu-waktu kami siap lepas dari lokasi ini kalau masyarakat Sambi sendiri sudah mampu mengemas atraksi wisata di Ledok Sambi ini. Orientasi kegiatan kami tidak semata-mata profit oriented, tapi lebih pada pemberdayaan masyarakat (community empowerment). (Div, Wawancara tanggal 8 Juli 2008) .

. Keterlibatan swasta dalam pelaksanaan pengembangan objek dan

daya tarik wisata terkait dalam menyediakan atraksi yang dikemas secara

menarik melalui program-program Ledok Sambi dengan berbagai

permainan di alam terbuka dan memadukan antara permainan kelompok

dengan menggunakan media alam terbuka. Atraksi wisata alam ini

dikelola oleh Yayasan GAIA Yogyakarta meliputi kegiatan rekreasi dan

outbound di alam terbuka, dan selama ini mampu mendatangkan

Page 106: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

90

kunjungan wisatawan cukup banyak. Terbukti kunjungan wisatawan pada

bulan Januari-Juli 2008 untuk kegiatan rekreasi sebanyak 551 orang dan

outbound di Ledok Sambi sebanyak 2.161 orang dari 62 lembaga.

Dari berbagai paket Program Ledok Sambi yang ditawarkan kepada

wisatawan, ternyata program LEGI (Lahan Event Gathering dan

Internship) Weekend dan PADI (Pengenalan dan Pengembangan Din)

menjadi favorit bagi kunjungan wisatawan di Ledok Sambi, baik dari

instansi/lembaga maupun dari sekolah-sekolah yang memanfaatkan

moment liburan sekolah sebagai ajang refreshing dalam rangka menikmati

kesejukan dan keindahan alam di Ledok Sambi. Kegiatan ini juga

melibatkan masyarakat Sambi dalam hal menyediakan catering,

mempersiapkan homestay bagi wisatawan, dan mengelola parkir oleh

karang taruna Sambi.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan objek

dan daya tarik wisata nampak dalam mengemukakan ide/gagasan pada

pertemuan dukuh Sambi yang berasal dari:

Ketua Sekber Desa Wisata Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Potensi wisata di Sambi cukup banyak, namun objek wisata belum dikemas secara menarik. Kami mengusulkan perlunya pelatihan mengenai tata cara penyajian catering dan penataan homestay bagi masyarakat". (Hyn, wawancara tanggal 10 Juli 2008).

Wakil Ketua Karang taruna Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Dalam pengembangkan objek dan daya tarik wisata Sambi, kami selaku generasi muda siap menerima tawaran dari GAIA untuk dilatih menjadi instruktur outbound, agar dapat secara mandiri mengembangkan desa wisatanya." (Stj, wawancara 9 Juli 2008).

Page 107: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

91

Di samping itu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pengembangan objek dan daya tarik wisata nampak dalam

mengemukakan ide/gagasan pada pertemuan dukuh Sambi berasal dari :

Ketua Sekber Desa Wisata Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Objek wisata di Sambi cukup beragam, namun kenyataannya masyarakat belum mampu mengemas paket wisatanya secara menarik. Kami sangat mengharapkan adanya paket desa wisata terpadu mampu meningkatkan partisipasi dan kesadaran wisata bagi masyarakat Sambi". (Hyn, wawancara tanggal13 Juli 2008).

Wakil Ketua Karang taruna Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Terkait dengan banyaknya kunjungan wisatawan di Ledok Sambi, biasanya kami mengerahkan karang taruna untuk terlibat dalam mengelola parkir, dan hal ini dapat membantu bagi pemasukan kas karang taruna dan mendukung aktivitas kepemudaan Sambi. " (Stj, wawancara tanggal11 Juli 2008).

Dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata di desa wisata

Sambi, keterlibatan pihak swasta mendominasi dikarenakan yang banyak

mendatangkan wisatawan adalah pihak GAIA Yogyakarta. Selama ini

promosi wisatanya telah dilakukan dengan baik. Sedangkan masyarakat

Sambi cenderung pasif dalam mendatangkan wisatawan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat masih rendah, hal ini sejalan

dengan partisipasi pasif (kepatuhan}, di mana komunitas berpartisipasi

melalui penyampaian apa yang terjadi atau dilakukan oleh pihak

pemerintah/pelaku pembangunan. lnformasi hanya menjadi milik

profesional dari luar.

Page 108: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

92

3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Sarana Prasarana Wisata di Desa Wisata Sambi

Dalam pengembangan sarana prasarana wisata di Desa Wisata

Sambi, peneliti menemukan adanya keterbatasan saran a prasarana

wisata. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengembangan sarana

prasarana wisata, keterlibatan pemerint~h nampak pada pengadaan

peralatan outbound di Desa Wisata Sambi yang dianggarkan dari sumber

dana APBD DPA-SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman Tahun

Anggaran 2008 merupakan langkah maju bagi masyarakat dan pengelola

Desa Wisata Sambi untuk mengembangkan desa wisatanya. Sedangkan

Pemerintah Kecamatan Pakem terlibat dalam merealisasikan dana gotong

royong untuk pembangunan talud jalan di Desa Wisata Sambi.

Keterlibatan Desa Pakembinangun terkait dengan adanya realisasi

bantuan rehab jalan aspal yang dianggarkan dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa Pakembinangun Tahun 2008.

Keterlibatan pihak GAIA belum nampak secara fisik dalam

perencanaan dan pelaksanaan pengembangan sarana prasarana wisata,

hal ini disebabkan pihak GAIA hanya memberikan bantuan dana

pengembangan sarana prasarana wisata seperti: pembangunan sarana

prasarana air bersih, rehab jalan aspal.

Dalam rangka merealisasikan keinginan masyarakat untuk

pembangunan gapura, dan gedung khusus pengelola desa wisata, serta

cinderamata khas Sambi dan rumah makan bernuansa alami pedesaan,

pengelola Desa Wisata Sambi terus berusaha mencari bantuan modal

Page 109: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

93

pengembangan/usaha dan menjalin kemitraan dengan investor/pihak

swasta lainnya demi pengembangan desa wisatanya.

Partisipasi masyarakat dalam mengemukakan ide mengenai

pengembangan sarana prasarana wisata adalah sebagai berikut:

Kepala Dukuh Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Memang kami akui kebutuhan air bersih sangat penting bagi masyarakat. Selama ini dalam mendapatkannya menunggu giliran dari warga dukuh tetangga, dan kami mengusulkan penambahan sarana air bersih agar masyarakat lebih cepat memperolehnya". (Mjn, wawancara tanggal 8 Juli 2008).

Ketua Sekretariat Bersama Desa Wisata Sambi, berikut wawancara

singkatnya:

" Sebenarnya kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Sambi cukup banyak, namun tidak ada kenangan khas Sambi. Kami sangat menginginkan adanya cinderamata khas Sambi dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. "(Hyn, wawancara tanggal 9 Juli 2008).

Wakil Ketua Karang taruna Sambi, berikut wawancara singkatnya:

" Kami menginginkan Desa Wisata Sambi perlu membangun sarana wisata penunjang berupa gapura dan gedung khusus bagi pengelola Desa Wisata Sambi. " (Stj, wawancara tanggal 9 Juli 2008).

Dalam pengembangan sarana prasarana wisata di desa wisata

Sambi, keterlibatan pemerintah mendominasi dikarenakan selama ini

pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman yang

lebih banyak memfasilitasi sarana prasarana wisata. Sedangkan

keterlibatan swasta belum banyak memfasilitasi sarana prasarana wisata,

dan masyarakat Sambi lebih mengharapkan bantuan pengadaan sarana

prasarana wisata dari pemerintah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 110: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

94

partisipasi masyarakat masih rendah, hal ini sejalan partisipasi pasif

(kepatuhan) di mana komunitas berpartisipasi melalui penyampaian apa

yang terjadi atau dilakukan oleh pihak pemerintah/pelaku pembangunan.

lnformasi hanya menjadi milik profesional dari luar.

I. Model Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan desa wisata merupakan pengembangan produk

wisata baru yang dapat memberikan solusi alternatif wisata bagi

wisatawan untuk mendapatkan kepuasan dari keindahan alam dan sarana

prasarana wisata yang diberikan oleh objek wisata, serta keterlibatan

langsung wisatawan dalam atraksi wisata maupun aktivitas kehidupan

sehari-hari dari masyarakat. Sehingga wilayah pedesaan menjadi sasaran

baru daerah tujuan wisata.

Pengembangan desa wisata yang menerapkan pendekatan

pembangunan pariwisata berbasis pada masyarakat hendaknya dilihat

sebagai sebuah investasi dimana dalam perkembangannya membutuhkan

proses dan tahapan yang panjang, serta senantiasa memperhatikan

tuntutan pasar dan mampu menghadirkan paket-paket wisata yang

menarik bagi wisatawan. Oleh karena itu keterlibatan pemerintah, swasta

dan masyarakat secara sinergis perlu dilakukan guna mendukung

pengembangan desa wisata. Pemerintah dan swasta harus memiliki

keberpihakan kepada masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai

subjek atau pelaku utama pembangunan.

Page 111: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

95

Berdasarkan fakta dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat masih

kurang dan partisipasi masyarakat masih rendah. Hal ini disebabkan

belum tergugahnya kesadaran masyarakat untuk secara bersama-sama

mengembangkan Desa Wisata Sambi. Oleh karena itu diperlukan model

pengembangan desa wisata dengan tahapan-tahapan yang disarankan

adalah sebagai berikut:

1. Dari sisi pengembangan kelembagaan desa wisata, perlunya

perencanaan awal yang tepat dalam menentukan usulan program atau

kegiatan khususnya pada kelompok sadar wisata agar mampu

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat melalui

pelaksanaan program pelatihan pengembangan desa wisata, seperti:

pelatihan bagi kelompok sadar wisata, pelatihan tata boga dan tata

homestay, pembuatan cinderamata, pelatihan guide/pemandu wisata

termasuk didalamnya ketrarnpilan menjadi instruktur outbound. Dalam

pelatihan ini perlu melibatkan fasilitator dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Sleman, Bappeda Sleman, Pusat Studi Pariwisata UGM,

Balai Latihan Kerja Sleman, Pusdiklat Depdagri Regional Yogyakarta.

2. Dari sisi pengembangan objek dan daya tarik wisata, perlunya

perencanaan awal dari masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang

baik bagi wisatawan, agar kunjungan wisatawan mampu didatangkan

sendiri oleh masyarakat Desa Wisata Sambi. Di samping itu perlunya

sosialisasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman dalam

Page 112: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

96

rangka menggalakkan sapta pesona agar masyarakat memiliki

kesadaran wisata dan motivasi ekonomi bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan pengembangan objek

dan daya tarik wisata, perlunya segera menerapkan terobosan wisata

alternatif melalui paket desa wisata terpadu, dan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang tata cara mengemas paket wisata

secara menarik agar dapat memperpanjang waktu tinggal bagi

wisatawan di Desa Wisata Sambi.

3. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal

dari pemerintah perlu diarahkan ke pengadaan sarana prasarana

wisata yang baru seperti: alat-alat outbound, pembangunan gapura,

gedung khusus pengelola desa wisata, cinderamata khas Sambi, dan

rumah makan bernuansa alami pedesaan. Oleh karena itu dalam

pelaksanaannya perlu menjalin kemitraan antara masyarakat dengan

pemerintah dan pengusaha/pihak swasta agar dapat terealisasi

pengadaan sarana prasarana wisata tersebut.

Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah

seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait

dengan pengembangan desa wisata di Sleman. Diharapkan dengan

adanya rencana usulan penetapan forum komunikasi desa wisata Sleman

sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara

masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia

usaha/swasta akan mampu mengoptimalkan peran kelembagaan desa

Page 113: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

97

wisata. lnstansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sleman melalui Tim Pelaksana pengembangan desa wisata perlu lebih

mengintensifkan pembinaan secara berkala setiap bulan sekali dan

memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar­

benar dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan

ajang berbagi pengalaman dari masing-masing desa wisatanya.

Pada Level Dunia Usaha/Swasta, Yayasan GAIA Yogyakarta yang

terlibat dalam kegiatan wisata di Ledok Sambi sebaiknya secara bersama­

sama melibatkan masyarakat untuk mengembangkan Desa Wisata Sambi.

Masyarakat khususnya generasi muda karang taruna perlu dilibatkan

dalam kegiatan yang bersifat teknis menjadi instruktur atau pemandu

kegiatan outbound. Investor dari pihak swasta yang masih terbatas

melakukan penanaman modal atau investasi di Desa Wisata Sambi perlu

digandeng untuk bekerjasama dengan masyarakat dalam penguatan

modal usahanya terutama berkaitan dengan pengadaan homestay,

pembuatan gapura dan bangunan khusus pengelola desa wisata,

pembuatan cinderamata khas Sambi, dan pendirian rumah makan dengan

nuansa alami pedesaan.

Page 114: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

98

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat

Sambi, diperlukan tahapan pengembangan desa wisata, meliputi:

1. Pengelolaan kolaborasi yang melibatkan seluruh stakeholders.

Kegiatan ini dilakukan melalui sosialisasi program pengembangan

kepariwisataan yang berkaitan dengan peran aktif masyarakat untuk ikut

terlibat di dalam penentuan program-program yang sesuai dengan

keinginan mereka. Dalam kegiatan ini, sangat diperlukan kolaborasi dari

stakeholders atau pemangku kepentingan, seperti aparat desa, tokoh

masyarakat/agama, lembaga swadaya masyarakat serta instansi

pemerintah dan swasta sebagai fasilitator kegiatan ini.

2. Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Dalam rangka pengembangan desa wisata, pemberdayaan

masyarakat lokal merupakan prioritas utama untuk memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat lokal untuk berusaha dan

dan terlibat di dalamnya. Untuk itu perlu dipersiapkan berbagai

kemampuan dan ketrampilan dan masyarakat untuk dapat memegang

kendali kegiatan kepariwisataan, karena pada dasarnya masyarakat di

masing-masing desa wisata merupakan pelaku utama atau subjek dari

pengembangan itu sendiri. Penyiapan ini dapat dilakukan melalui berbagai

bentuk pelatihan maupun seminar yang berkaitan dengan manajemen

usaha, peluang usaha baru, ketrampilan khusus sebagai penyedia jasa

kepariwisataan seperti pelatihan pemandu wisata, tata boga dan

homestay.

Page 115: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebagaimana diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1 . Bentuk pengembangan kelembagaan Desa Wisata Sambi berupa

pelatihan sumberdaya manusia pelaku Desa Wisata Sambi,

pembentukan kelompok sadar wisata, dan kemitraan dengan pihak-pihak

terkait. Bentuk pengembangan objek dan daya tarik wisata berupa paket

desa wisata terpadu, dan penggalakkan sapta pesona. Bentuk

pengembangan sarana prasarana wisata berupa pengadaan sarana

outbound, pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata,

cinderamata, dan rumah makan bernuansa alami pedesaan.

2. Partisipasi masyarakat masih rendah, dan keterlibatan pihak swasta

paling dominan dalam pengembangan kelembagaan Desa wisata Sambi.

Partisipasi masyarakat masih rendah, dan keterlibatan pihak swasta

paling dominan mendatangkan wisatawan dalam pengembangan objek

dan daya tarik wisata di Desa Wisata Sambi. Partisipasi masyarakat

masih rendah, dan keterlibatan pemerintah paling dominan dalam

pengembangan sarana prasarana wisata di Desa Wisata Sambi.

Page 116: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

100

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang perlu

disarankan adalah sebagai berikut :

1. Dalam pengembangan kelembagaan Desa Wisata Sambi diperlukan

pelatihan sumberdaya manusia pelaku desa wisata secara berkala,

pembinaan pada kelompok sadar wisata, dan memperluas jalinan

kemitraan dengan pihak-pihak terkait. Dalam pengembangan objek dan

daya tarik wisata, perlunya pelatihan tentang tata cara pengemasan

paket desa wisata terpadu dan sosialisasi sapta pesona bagi

masyarakat. Dalam pengembangan sarana prasarana wisata di Desa

Wisata Sambi diperlukan jalinan kerjasama dengan pemerintah dan

swasta dalam mendukung pengadaan sarana prasarana wisatanya.

2. Perlunya peningkatan partisipasi masyarakat melalui pelatihan

sumberdaya manusia pariwisata, pembinaan bagi kelompok sadar

wisata, dan kemitraan dalam pengembangan kelembagaan Desa

Wisata Sambi; pelatihan tata cara mengemas paket wisata dan

sosialisasi dalam rangka menggalakkan sapta pesona dalam

pengembangan objek dan daya tarik wisata di Desa Wisata Sambi;

serta pengadaan sarana prasarana wisata baru yang mendukung

pengembangan sarana prasarana wisata di Desa Wisata Sambi.

Page 117: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

101

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa, P. dkk. 2000. Laporan penelitian: Pengembangan Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Altematif Pembangunan Berkelanjutan. Kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pusat Studi Pariwisata UGM.

Anonim. 2004. Laporan Akhir Penelitian: Model Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Wisata Ramah Lingkungan. Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup Rl dengan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

___ .2006. Laporan Akhir Penyusunan Kaji Ulang Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sleman. Kerjasama Bappeda Sleman dengan Pusat Studi Pariwisata UGM.

___ . 2005. Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005-2009. Jakarta.

___ . 2005. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman 2005-2010. Yogyakarta.

___ . 2007. Laporan Penyelenggaraan Peningkatan dan Pelatihan Sumberdaya Manusia dan Outbond Training Pelaku Desa Wisata Kabupaten Sleman. Penyelenggara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.

Amien, A M, 2005. Kemandiriah Lokal, Perspektif Sains Baru Terhadap Organisasi, Pembangunan dan Pendidikan. Makasar: Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bryant C. dan White L. 1987. Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang. LP3S, Jakarta.

Bungin, B. 2003. Ana/isis Data Penelitian Kualitatif. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Destha, T.R. 2005. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Budaya (Kajian Etnoekologi Masyarakat Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, Dl Yogyakarta). Tesis tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Destha, T.R. 2007. Organisasi dan Manajemen Desa Wisata. Disampaikan Dalam Diktat Peningkatan SDM Pelaku Desa Wisata Sleman Tanggal28 Juli 2007.

Page 118: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

102

Garrod, B. 2001. Local Partisipation in the Planning and Management of Ecotourism: A Revised Model Approach. Bristol: University of the West of England.

Hikmat H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press (HUP). Bandung.

Julisetiono, D.W. 2007. Makalah Perencanaan Pembangunan Pariwisata. Disampaikan Dalam Diklat Peningkatan SDM Pelaku Desa Wisata Sleman Tanggal 28 Juli 2007.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Kunarjo, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Kusumaedi, I Komang. 2003. Banjar Sebagai Basis Pariwisata Budaya: Studi di Kabupaten Badung, Jembrana, Gianyar, dan Kota Denpasar, Pascasarjana UGM Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Lane. 1994. "What is Rural Tourism", Journal of Sustainable Tourism 2.

Murphy, P. 1985. Tourism: A Community Approach. Methuen, London.

Nasikun. 1999. Globalisasi dan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas. Lokakarya Penataan Kepariwisataan Dalam Menyongsong Indonesia baru. Puncak, 31Agustus- 3 September. Tidak dipublikasikan.

Nurhasan, Cecep. 2002. Pengembangan Potensi Objek Wisata A/am dan Budaya Cangkuang di Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Jawa Barat. Skripsi tidak dipublikakan. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Nurhayati, S. 2005. Community Based Tourism Sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berke/anjutan. Program Studi 03 Pariwisata FISIP Universitas Airlangga, Surabaya.

Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges.· Makalah bagian dari Laporan Konferensi lnternasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Panji I Gusti Raka, 2005. Tradisional Bali Da/am Konteks Pariwisata Budaya, http:// www.mspi.org/index.php, diakses 17 Januari 2008.

Page 119: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

103

Pendit, Nyoman, S, 2003. 1/mu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Paskarina, 2005 Perencanaan Partisipatif dalam pembangunan Daerah, Lembaga Penelitian UNPAD, Bandung.

PSKMP, 2002. Partisipatory Local Sosial Development Planning (PLSD) Universitas Hasanuddin. Makasar.

Rats, T. and Puszlo, L. 1998. Rural Tourism and Sustainable Development, RuraiTourism Management Sustainable Option, September.

Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Jakarta.

______ . 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Salman, D 2005 Pembangunan Partisipatoris, Modul Konsentrasi Manajemen Perencanaan, Program Studi Manajemen Pembangunan. Unhas Makasar 2005.

Sampara, J.T. 2000. Pengembangan Ekowisata Kawasan Lereng Merapi Selatan Kabupaten Sleman. Tesis tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasa~ana Universitas Gadjah Mada.

Spillane, James. 2001. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya, Penerbit Kanisius, Jakarta.

Suhirman. 2003. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, Makalah disajikan dalam Conference on 'Decentralization, Regulatory Reform and the Business Climate' diselenggarakan oleh PEG­USAID di Hotel Borobudur, Jakarta 12 Agustus 2003.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi: Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suranti, R. 2005. Pariwisata Budaya dan Peran Serta Masyarakat, http : //www. budpar. go.id, diakses tanggal 24 Desember 2007.

Syahroni, 2002 Pengertian Dasar dan Generik tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. GTZ USAID. Jakarta.

Page 120: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

104

Syamsuddin.2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Pada Pranata Sosial Emposipitangarri di Kabupaten Jeneponto. Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Timothy, D.J. 1999. Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia. Annuals Review of Tourism Research, XXVI (2).

Tim Penyusun. 2005. Laporan Akhir Kegiatan Kajian Lingkungan Strategik Pengembangan Desa Wisata DIY. CV. Dhian Kartika, Yogya.

Tim Perumus. 2002. Risalah Pengayaan Materi Substansi RUU Kepariwisataan. Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta.

Wijono, Djoko. 1999. Ana/isis Produk Wisata. Bimbingan Teknis Perencanaan Program Kepariwisataan Kepala Dinas Pariwisata Daerah tingkat II. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bekerjasama dengan Puspar UGM,Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Yaman, Amat Ramsa & A Mohd. 2004. Community Based Ecotourism: New Proposition for Sustainable Development and Environment Conservation in Malaysia. Journal of Applied Sciences IV (4).

Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus: Desain dan Metode, Diterjemahkan oleh M. Djauzi Muzakir. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Yoeti, A Oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Page 121: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

lU)

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian: Wawancara Mendalam

Tujuan 1 : Untuk Mengetahui Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sambi Ditinjau

dari Aspek Kelembagaan, Objek Dan Daya Tarik Wisata, serta Sarana

Prasarana Wisata.

Nama

U m u r

Pekerjaan

Alamat

Pendidikan Terakhir

I. PEMERINTAH

IDENTITAS INFORMAN

Tahun

1. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya desa wisata di Kabupaten Sleman?

2. Dasar hukum apa yang melandasi adanya kelembagaan desa wisata,

bagaimana peran instansi terkait terhadap kelembagaan desa wisata ?

3. Sejauhmana peran pemerintah dalam perencanaan pengembangan Desa

Wisata Sambi ?

4. Program-program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam

mendukung pengembangan Desa Wisata Sambi ?

5. Terkait dengan peran pemrintah sebagai fasilitator, sejauhmana sosialisasi dan

pembinaan yang dilakukan terhadap kelembagaan Desa Wisata Sambi ?

6. Terkait dengan aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarpras

wisata, bagaimana teknik evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan ?

Page 122: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

IU6

7. Faktor-faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi pengembangan Desa

Wisata Sambi ?

8. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh instansi terkait dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata

Sambi?

II. SWASTA

1. Bagaimana sesungguhnya keterlibatan swasta dalam perencanaan

pengembangan Desa Wisata Sambi ? Bagaimana bentuk ke~asama dengan

kelembagaan Desa Wisata Sambi ?

2. Program-program apa saja yang diimplementasikan di Desa Wisata Sambi ?

3. Terkait dengan objek dan daya tarik wisata, serta sarpras wisata yang ada,

sejauhmana respon pengunjung terhadap keberadaan Desa Wisata Sambi ?

4. Faktor-faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi dalam

pengembangan Desa Wisata di Sambi ?

Ill. MASYARAKA T

1. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata

Sambi?

2. Program-program apa saja yang diimplementasikan di Desa Wisata Sambi ?

3. Terkait dengan kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, sejauhmana

respon masyarakat terhadap keberadaan Desa Wisata Sambi ?

4. Faktor-faktor penghambat apa saja yang .mempengaruhi dalam

pengembangan Desa Wisata Sambi ?

Page 123: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Tujuan 2 : Mengetahui Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Desa Wisata Sambi

IDENTITAS INFORMAN

Nama

U m u r

Jabatan

Unit Kerja

Pendidikan Terakhir

I. INSTANSI PEMERINTAH

A. Tahap Perencanaan

Tahun

1. Kegiatan apa saja yang direncanakan di Desa Wisata Sambi ?

107

2. Bagaimana keterkaitan program-program dari instansi terkait dengan program­

program yang direncanakan dari masyarakat ?

3. Bagaimana wujud koordinasi dan pembinaan dalam rangka perencanaan

pengembangan desa wisata Sambi ?

B. Tahap Pelaksanaan

1. Kegiatan wisata apa saja yang telah diimplementasikan di Desa Wisata Sambi ?

2. Sejauh mana wujud keterlibatan masyarakat dalam implementasi kegiatan dari

instansi terkait?

3. Apakah program yang telah diimplementasikan mampu merespons terhadap

perubahan lingkungan masyarakat setempat ? alasannya ?

Page 124: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

108

4. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan

dari instansi terkait ?

5. Sejauh mana koordinasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan yang

melibatkan masyarakat secara langsung ?

Nama

U m u r

Jabatan

Kantor

Pendidikan Terakhir

II. SWASTA

A. Tahap Perencanaan

IDENTITAS INFORMAN

Tahun

1. Bagaimana peran swasta dalam rangka menumbuhkan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan di Desa Wisata sambi ?

2. Bagaimana sebenarnya permasalahan dan potensi Desa Wisata Sambi ?

3. Kegiatan wisata apa saja yang direncanakan di Desa Wisata Sambi ?

B. Tahap P~lak~anaan

1. Atraksi wisata apa saja yang telah diimplementasikan di Desa Wisata Sambi?

2. Apakah kegiatan-kegiatan yang telah diimplementasikan mampu merespons

terhadap perubahan lingkungan masyarakat setempat ? alasannya ?

3. Bagaiman bentuk kerjasama dengan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan

wisata?

Page 125: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Nama

U mur

Pekerjaan

Ala mat

Pendidikan Terakhir

Ill. MASY ARAKAT

A. Tahap Perencanaan

lUl)

IDENTITAS INFORMAN

Tahun

1. Bagaimana cara masyarakat merencanakan kegiatan di Desa Wisata Sambi?

2. Usulan kegiatan apa saja yang direncanakan? Bagaimana respons

masyarakat terhadap adanya rapat/pertemuan yang difasilitasi oleh instansi

terkait?

3. Bagaimana frekuensi pembinaan dari instansi pemerintah atau swasta dalam

merencanakan kegiatan di Desa Wisata Sambi ?

B. Tahap Pelaksanaan

1. Atraksi wisata apa yang telah dilakukan di Desa Wisata Sambi ?

2. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan wisatanya ?

3. Manfaat apa yang diperoleh masyarakat dari adanya Desa Wisata Sambi ?

Page 126: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

t"I:.MI:.KIN I AM 1'\.A~Ut"A II:.N ~L.I:.IVIAN

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Alamat: Jl. KRT. Pringgodiningrat No. 13, Tridadi, Sleman, Daerah lstimewa Yogyakarta

Telp-Fax. (0274) 869613 Kode Pos 55511

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SLEMAN

Nomor :~h /47/Kep. Budpar/2008

TENTANG

TIM PELAKSANA KEGIATAN OPERASIONAL PETUGAS DESA WISATA

KABUPATEN SLEMAN

KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SLEMAN :

Menimbang

Mengingat

a. bahwa dengan keberadaan potensi Desa Wisata di Kabupaten Sleman

dan dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat · serta

mengembangkan Desa Wisata, perlu dilaksanakan Pembinaan dan

Pengelolaan Desa Wisata secara efektif, efiSeksin dan

berkesinambungan;

b. bahwa dalam Pembinaan dan Pengelolaan Desa Wisata di Kabupaten

Sleman agar dapat terlaksana dengan terencana dan terorganisir perlu

dibentuk Tim Operasional Petugas Desa Wisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perlu menetapkan

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman

tentang Tim Operasional Petugas Desa Wisata Tahun 2008

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005

tentang Penetepan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004;

3. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 tahun 2003 tentang

Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor:

12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah

Kabupaten Sleman;

4. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor : 1 tahun 2008 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008;

5. Peraturan Bupati Sleman Nomor : 2 tahun 2008 tentang Penjabaran

Ariggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman Tahun

Anggaran 2008.

6. Keputusan Bupati Sleman Nomor : 33/Kep.KDH/A/2003 tentang Struktur

Organisasi, Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman;

Page 127: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Menetapkan PERTAMA

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

KELIMA

KEENAM

MEMUTUSKAN

Membentuk Tim Operasional Petugas Desa Wisata Kabupaten Sleman dengan

Susunan dan Personalia sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini;

Tim bertugas :

1. Melaksanakan Pendampingan, Pembinaan dan Pelatihan Pengelola Oesa

Wisata;

2. Melaksanakan fasilitasi Forum Komunikasi Desa Wisata dan papan nama

pesa Wisata;

3. Melaksanakan monitoring Desa Wisata dengan membuat laporan berkala.

Dalarn melaksanakan tugasnya Tim bertanggung jawab dan melaporkan hasil

pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Sleman;

Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan keputusan ini

dibebankan pada DPA-SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten '·

Sleman Nomor:' 40/41/Kep. Ka. BPKKD/DPA/2008;

Segala sesuatu akan diubah dan ditetapkan kembali apabila ternyata dikemudian

hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini;

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di

Pada tanggal

: Sleman : ~-> 1'Yl a r .c-t ?. oo 8

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth :

1. Bupati Sleman

2. Kepala Badan Pengawas Daerah Kabupaten Sleman

3. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Kab. Sleman

4. Anggota Tim

Page 128: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

NO.

1. ---2. --

3. r--

4.

5.

6. ~-

7.

8.

r----~

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Lampiran I

Nomor Tanggal

SUSUNAN PERSONALIA

TIM PELAKSANA

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman :~fil3-/Kep. Budpar/2008

: ~.> 111ar-tt z..oo~

KEGIATAN OPERASIONAL PETUGAS DESA WISATA

KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2008

NAMA -

Drs. Dwi Supriyatno, MS

lr. Wahyudi Heru Santosa, MP

Ora. Sri Winarti

Drs. Untoro Budiharjo

HY. Aji Wulantara, SH

Wiji

Drs. Siswanto

Edy Winarya, S.Sn.

B. Budiraharjo, A.Md

Suharna, S.Pd

lgn. Eko Ferianto, S.Sn

Ali, SE

Tri Sunu Yulianto, S.Sos

Kardiyono

Sulistya, SE

Jemirin

Anas Mubakkir, SS

Sukardi, SE

Agus Budi Nugraha, SE"

Agus Hartono

JABATAN DALAM DINAS

Kepala Dinas

Ka. Bid. Pariwisata

Ka. Bag Tata Usaha

Ka. Bid. Kesenian

Ka. Bid. PBNT

Kasi Sarprasdok

Kasi Jarah & Nitra

Kasi Pembinaan dan Pengembangan Kesenian

Staf Seksi Pemasaran

Staf Seksi Sarana & UJP

Staf Seksi Sarprasdok

Staf Seksi Sarana & UJP

Staf Seksi Pemasaran

Staf Seksi ODTW

Staf Seksi Pemasaran

Staf Seksi Pembinaan dan Pengembangan Kesenian

Staf Seksi Muskala

Ka. Sub. Bag Perencanaan

Staf Seksi ODTW

Staf Seksi ODlW

Ditetapkan di

Pada tanggal

KEDUDUKAN DALAM TIM

Penanggungjawab

Ketua ·----

Koordinator Pelaksana Teknis

Koordinator Pelaksana Teknis

Koordinator Pelaksana Teknis

Pelaksana Teknis

Pelaksana Teknis

Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana T eknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Pembantu Pelaksana Teknis

Staf Administrasi

Staf Administrasi

Staf Administrasi

: Sleman : tr VY1 are. t q (9o 8

Page 129: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Lamp1ran 11 1\eputusan l\epa1a u1nas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman

Nomor :>SbA?IKep. Budpar/2008 Tanggal : ?s maY<.i ~oog

STRUKTUR TIM PELAKSANA KEGIATAN OPERASIONAL PETUGAS DESA WISATA

KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2008

PENANGGUNGJAWAB Drs. OWl S.UPRIY ATNO, MS

KETUA lr. WAHYUDI HERU SANTOSA, MP

ADMINISTRASI ... .................. 1.SUKARDI, SE. 2.AGUS HARTONO 3.AGUS BUDI NUGRAHA, SE

; ........................................... =:~ ~ ............................................................ !~ . . : :

KOORD Ora. Sri

INA TOR Winarti

f\

Drs. Sis - Plemp - Candi

wanto: oh Abang

B. Budi - Kelor

raharjo, A.Md. : '·

- Garon gan - Gabug an tY

lgn Eko - Kadiso

Feriyanto, S.Sn. bo II

- Dukuh \v -l<emba ngarum

Suharn - Srowo

a, S.Pd. I an

- Brayut • Tanjun g • Pajang an

v

KOORDINATOR KOORDINATOR Drs. Untoro Budiharjo HY. Aji Wulantara, SH

~ ~

Edi Winarya, S.Sn : Wiji:

~ - Wonolelo r-7 - Brajan - Bokesan - Jamur

- Grogol

Kardiono: Sulistya SE: ~ - Tunggularum

~ - Trumpon

- Nganggring j/ - Ngamboh

Ali, SE: Jemirin:

~ - Kinahrejo f.? - Malangan - Petung - Sangubanyu

- Gamplong

Tri Sunu Yulianto, S.Sos Anas Mubakkir, SS -Sambi - Ketingan

~ ~ - Kaliurang Timur ........:: ~ - Sendari .. .. - Turgo - Mlangi

Page 130: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

TUGAS-TUGAS:

1. Penanggungjawab

JOB DESCRIPTION PENDAMPING DESA WISATA

a. Memberikan pengarahan kepada Tim Pelaksana Teknis dalam pelaksanaan pembinaan dan pendampingan agar dapat berjalan baik.

b. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan operasional c. Memberikan pembinaan kepada desa wisata d. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan desa wisata e. Menyampaikan laporan perkembangan desa wisata kepada Bupati

2. Ketua a. Mengkoordinir seluruh kegiatan desa wisata agar pelaksanaan pembinaan dapat berjalan

dengan baik dan lancar b. Dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Kebud'"yaan dan

Pariwisata selaku penanggungjawab c. Melaksanakan pembinaan kepada desa wisata d. Menyampaikan laporan perkembangan desa wisata kepada kepala Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata

3. Koordinator Pelaksana Teknis a. Membantu tugas ketua dalarn melaksanakan tugasnya b. Mengkoordinir pelaksanaan tugas kepada masing-masing anggotanya c. Melaksanakan pembinaan kepada desa wisata yang dibawah koordinasinya. d. Bertanggungjawab dalam pelaporan kepada ketua dan penanggungjawab.

4. Pelaksana Teknis dan Pembantu Pelaksana Teknis a. Melaksanakan pendarnpingan terhadap desa wisata masing-masing b. Memberikan motivasi, mendarnpingi dan membantu kelembagaan desa wisata masing-

masing c. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan yang ada di desa wisata d. Melakukan pendataan, evaluasi dan pelaporan perkembangan desa wisata e. Sebagai mediator antara desa wisata dengan dinas/instansi terkait.

5. S taf Administrasi a. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan desa wisata b. Mencatat, menyampaikan laporan perkembangan desa wisata c. Rekapitulasi data kunjungan wisatawan d. Melaksanakan tugas yang diberikan ketua e. Revisi dan pemutakhiran data buku profil desa wisata f. Bekeijasarna dengan Forum Komunikasi Desa Wisata dalarn membahas kemajuan desa

wisata.

Page 131: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

>. Mage lang

_ .. ya _ ......... ............

LE C ENDA ·--• --o-­.Jil._.._

Kab. Klalen

Kab. Bantul

PETA WISATA KABUPATEN SLEMAN

~ -- ~ .... --~­....... - ­--~- ~M­. .... .. __ ......_ "'~"--""-­

-·-····"--· '"' -- ~ ..... -- ~--~--· ...... _. .. ._._.

Kab. Bantu I

::;.:.._.~ .. ~ ·--.- - ·---·s.-~.:[;__ ;._;~z-

Page 132: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan

I I 6

Lampiran 4. Matriks Hubungan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Sambi

'No Partisipasi Dalam Pengemba11g_an Desa Wisata Sambi ---- ------- -----

Perencanaan dan Pelaksanaan Kelembagaan desa wisata Objek dan daya tarik wisata SaiJ>ras Wisata 1. Pemerintah:

a. Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman Tidak terlibat Terlibat Tidak terlibat

b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman Terlibat Terlibat Terlibat

c. Bappeda Sleman Tidak terlibat Terlibat Tidak terlibat

e. Kecamatan Pakem Tidak terlibat Tidak terlibat Terlibat f. Desa Pakembinangun Terttbat Tidak terlibat Terlibat

i

2. Swasta:

a. Yayasan GAIA Yogyakarta Terlibat Terlibat Terlibat

b;; Pusat Studi Pariwisata UGM Tidak terlibat Terlibat Tidak terlibat

3. Masyarakat:

a. Ketua Forkom Desa Wisata Tidak terlibat Tidak tertibat Tidak terlibat b. Kepala Dukuh Sambi Tidak terlibat Tidak tertibat Terlibat c. Ketua Sekber Desa Wisata Sambi Terlibat Terlibat Terlibat d. Ketua LPMD Sambi Tidak terlibat Tidak terlibat Terlibat e. Ketua Kelompok Tani Manunggal Sambi Terlibat Tidak tertibat Tidak tertibat f. Pengurus PKK Sambi Tidak terlibat Tidak tertibat Tidak terlibat g. Wakil Ketua Karang Taruna Sambi Terlibat Terlibat Tidak tertibat h. Pemilik Homestay Sambi Tidak terlibat Tidak tertibat Tidak terlibat

Sumber: Olahan Data Primer, 2008

Page 133: PARTISIPASI MASYARAKAT - …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160565... · pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, ... Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan