399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

161
1 399333

Upload: others

Post on 27-Jan-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

1

399333

Page 2: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan

yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang

didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh

Kementerian/Lembaga, instansi internasional, maupun hasil dari diskusi terbatas

perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa

Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan IV tahun 2018 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2018. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat

dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi

perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia

triwulan IV tahun 2018 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan

investasi dan kerja sama internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian

daerah.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun

dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan

publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Maret 2018

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Page 3: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id
Page 4: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

i

Ringkasan Eksekutif

Pada tahun 2018, perekonomian global diperkirakan tumbuh mencapai 3,7 persen,

menurun 0,2 persen bila dibandingkan proyeksi sebelumnya pada bulan Oktober

2018. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi global diprediksi sebesar 3,5

persen, juga menurun dari perkiraan bulan Oktober tahun 2018. Penurunan

tersebut disebabkan pertumbuhan yang lebih rendah dari ekspektasi pada negara-

negara maju seperti Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Pada 2019, isu hambatan

perdagangan masih menjadi pendorong perlambatan perekonomian.

Perekonomian Tiongkok tumbuh sedikit melambat pada triwulan IV tahun 2018

menjadi 6,4 persen (YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,5

persen (YoY). Meredanya tekanan perang dagang antara AS dan Tiongkok serta

stimulus kebijakan moneter bank sentral Tiongkok membantu perekonomian

Tiongkok tetap stabil. Tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) dan Jepang

mengalami kenaikan. Peningkatan pengangguran di Amerika Serikat (AS)

disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan

sementara di Jepang sebagian diakibatkan oleh diterbitkannya undang-undang

yang mendorong kenaikan jumlah pekerja asing.

Ketidakpastian perekonomian global masih menjadi tantangan bagi Indonesia

hingga akhir 2018. Meskipun begitu, perekonomian Indonesia pada triwulan IV

tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY), meskipun sedikit lebih

rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang sebesar 5,19 persen (YoY).

Pertumbuhan tersebut dipengaruhi kondisi perekonomian global yang mengalami

perlambatan, dan volume perdagangan dunia yang menurun akibat perang dagang

antara Amerika dengan Tiongkok. Secara regional, rata-rata pertumbuhan ekonomi

mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku dan Papua. Perekonomian Maluku

dan Papua mengalami kontraksi menjadi -9,4 persen (YoY), setelah menjadi yang

tertinggi pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini dipengaruhi oleh penurunan

yang signifikan di sektor Pertambangan dan Penggalian.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2018 mengalami

surplus sebesar USD5,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan IV tahun

2017 yang mengalami surplus USD0,97 miliar. Surplus yang lebih tinggi tersebut

terutama dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi

meskipun neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang lebih besar. Dari sisi

neraca perdagangan, nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2018

sebesar USD45,1 miliar. Sementara itu, total impor Indonesia sampai dengan

triwulan IV tahun 2018 mencapai USD49,9 miliar. Cadangan devisa Indonesia pada

Page 5: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

ii

triwulan IV tahun 2018 mencapai USD120,7 miliar atau setara dengan 6,5 bulan

impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Pada awal triwulan IV tahun 2018 nilai mata uang Rupiah melemah terhadap

Dollar (USD), dipengaruhi tekanan yang berasal dari faktor eksternal. Peningkatan

ketidakpastian global, termasuk didalamnya risiko ketegangan hubungan dagang

Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, peningkatan suku bunga The Fed, serta

fluktuasi harga minyak mentah merupakan faktor utama yang memberi tekanan

terhadap Rupiah. Pada akhir triwulan IV nilai tukar Rupiah mengalami penguatan

menjadi Rp14.390 yang dipengaruhi peningkatan aliran masuk modal asing. Pada

tahun 2018 inflasi cenderung stabil dan terkontrol dalam kisaran target yang telah

ditetapkan di rentang 3,5±1 persen.

Realisasi pendapatan negara dan hibah hingga akhir tahun 2018 mencapai

Rp1.942,3 triliun atau 102,5 persen dari target APBN 2018. Capaian positif ini

didukung oleh kenaikan seluruh komponen Pendapatan Negara dan Hibah,

terutama Penerimaan Perpajakan dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sementara itu, realisasi belanja negara hingga akhir 2018 mencapai Rp2.202,2

triliun atau 99,2 persen dari target APBN. Realisasi tersebut lebih tinggi dari

realisasi pada tahun 2017, yaitu sebesar 94,1 persen dari target APBN.

Kontribusi PMTB terhadap PDB pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 33,8 persen.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan

IV tahun 2018 mencapai Rp86,9 triliun, atau tumbuh sebesar 28,5 persen (YoY)

disbanding triwulan IV tahun 2017. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal

Asing (PMA) pada triwulan IV tahun 2018 turun sebesar 11,6 persen (YoY)

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi PMA mengalami

penurunan di semua sektor, yang masing-masing sebesar 22,2 persen (YoY); 9,8

persen (YoY) dan 8,8 persen (YoY) pada sektor primer, sekunder dan tersier.

Penjualan mobil pada tahun 2018 mencapai 1.151.291 unit, meningkat 6,64 persen

dibandingkan penjualan pada tahun 2017. Kenaikan produksi dan penjualan untuk

jenis mobil truk dan kendaraan sport sejalan dengan meningkatnya investasi untuk

kendaraan sekaligus meningkatnya konsumsi masyarakat. Sementara itu,

penjualan motor terus melanjutkan tren pertumbuhan positif sejak awal tahun.

Penjualan motor mencapai 1,66 juta atau tumbuh sebesar 7,44 persen.

Peningkatan penjualan motor didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat dan

sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar internasional.

Page 6: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

iii

Page 7: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ........................................................... 3

Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 3

Tingkat Pengangguran ............................................................................ 5

Perkembangan Inflasi Negara-Negara Global......................................... 6

Suku Bunga Kebijakan Beberapa Bank Sentral ....................................... 8

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ..................................................... 9

Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Internasional ....................... 12

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam .............................................. 13

Cadangan Devisa ..................................................................................... 13

Perkiraan Ekonomi Dunia ....................................................................... 14

Risiko Global ........................................................................................... 16

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .................................................... 21

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .......................................................... 21

Perkembangan Ekonomi Daerah ............................................................ 28

Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis ........................ 34

Indeks Tendensi Konsumen .......................................................... 34

Indeks Tendensi Bisnis .................................................................. 35

Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................. 36

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI .......................................................... 41

Pertumbuhan Industri Pengolahan......................................................... 41

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ............................................ 44

Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI)................................... 44

Investasi Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 48

Perkembangan Sektor Pariwisata ........................................................... 51

Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara ...................................... 51

PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA...................................................... 55

Pendapatan Negara dan Hibah ............................................................... 55

Belanja Pemerintah ................................................................................ 55

Pembiayaan Pemerintah ........................................................................ 60

Posisi Utang Pemerintah ......................................................................... 60

Page 8: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

v

Surat Berharga Negara ................................................................. 61

Pinjaman Luar Negeri ................................................................... 62

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA ........................................... 67

Perdagangan Luar Negeri ....................................................................... 67

Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia .......................... 67

Perkembangan Ekspor .................................................................. 67

Perkembangan Impor ................................................................... 73

Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional....................... 77

Isu Terkini Kerjasama Ekonomi Internasional .............................. 82

Perdagangan Dalam Negeri .................................................................... 85

Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor ........................................................................ 85

Perkembangan Koefisien Variasi Harga Antarwaktu dan

Antarwilayah ................................................................................ 85

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN .................................................. 91

Transaksi Berjalan ................................................................................... 93

Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................... 93

Neraca Pendapatan ...................................................................... 95

Neraca Modal dan Finansial ................................................................... 96

Cadangan Devisa ..................................................................................... 97

PERKEMBANGAN INVESTASI ..................................................................... 103

Perkembangan Investasi ......................................................................... 103

Realisasi Investasi ................................................................................... 104

Realisasi Per Sektor ...................................................................... 104

Realisasi Per Lokasi ....................................................................... 106

Realisasi per Negara ..................................................................... 108

PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN ................................ 111

Perkembangan Moneter ......................................................................... 111

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 111

Inflasi ............................................................................................ 111

Jumlah Uang Beredar ................................................................... 117

Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia ......................................... 117

Kesimpulan ................................................................................... 119

Perkembangan Sektor Jasa Keuangan .................................................... 119

Perkembangan Perbankan ........................................................... 121

Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) ................... 121

Page 9: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

vi

Perkembangan Pasar Modal ........................................................ 129

Perkembangan Pasar Saham ........................................................ 130

Perkembangan Pasar Obligasi ...................................................... 130

Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah ............................. 132

LAMPIRAN ................................................................................................ 139

Lampiran 1: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (YoY) ......................................... 139

Lampiran 2: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (MtM) ....................................... 140

Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang ........................................................ 141

Page 10: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

vii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2018 (% (YoY))............................ 7

Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (%) ........................ 9

Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018 ................ 12

Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018 ............ 14

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral, Tahun 2018

(miliar USD) ............................................................................................... 15

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018 ............. 16

Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB, Tahun 2017-2019

(YoY) .......................................................................................................... 18

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV

Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ........................................... 24

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV

Tahun 2018 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) .......................... 26

Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Maluku dan Papua

Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 29

Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi

Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 30

Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa

Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 30

Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera

Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 32

Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa

Tenggara Tahun 2017-2018 ...................................................................... 32

Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Kalimantan

Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 33

Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017–Tahun 2018 Menurut Sektor

dan Variabel Pembentuknya .................................................................... 34

Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III dan Triwulan IV

Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya . 36

Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018..................... 37

Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah,

2012 – 2018 (triliun Rp) ............................................................................ 55

Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,

Tahun 2012-2018 (triliun Rp) ................................................................... 60

Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN,

2017 - 2018 (triliun Rp) ............................................................................. 61

Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,

Tahun 2012 – 2018 (triliun Rp) ................................................................. 62

Page 11: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

viii

Tabel 23. Posisi Utang Luar Negeri Berdasarkan Kreditur,

2012 - November 2018 (miliar USD)......................................................... 64

Tabel 24. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor dan Impor

Tahun 2017 Dan 2018 ............................................................................... 67

Tabel 25. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan IV

Tahun 2018 (juta USD).............................................................................. 69

Tabel 26. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang

Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 70

Tabel 27. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang

Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 71

Tabel 28. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Negara Tujuan

Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018....................................... 72

Tabel 29. Perkembangan Impor sampai dengan Triwulan IV

Tahun 2018 (juta USD).............................................................................. 74

Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang

Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 75

Tabel 31. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Negara Asal Utama

sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 .................................................. 76

Tabel 32. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ................................................. 77

Tabel 33. Persentase Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA terhadap Total Ekspor

Indonesia Periode Januari-Agustus Per Tahun (Direct Only) .................... 78

Tabel 34. Persentase Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA terhadap Total Ekspor

Indonesia Periode Januari-Desember Per Tahun (Direct Only) ................ 78

Tabel 35. Kinerja Perdagangan Sektor Migas Indonesia dengan Beberapa Negara

Mitra FTA (juta USD) ................................................................................. 80

Tabel 36. Kinerja Perdagangan Sektor Non Migas Indonesia dengan Beberapa

Negara Mitra FTA (Juta USD) .................................................................... 81

Tabel 37. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................... 85

Tabel 38. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan

Triwulan IV Tahun 2018 (Rupiah) ............................................................. 85

Tabel 39. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok Tingkat

Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................................... 86

Tabel 40. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok Tingkat

Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................................... 86

Tabel 41. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV

Tahun 2018 (miliar USD) ........................................................................... 92

Tabel 42. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi PMTB Triwulan IV Tahun 2018 ..... 103

Tabel 43. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN dan PMA

Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Sektor ......................................... 104

Page 12: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

ix

Tabel 44. Lima Besar Sektor Realisasi PMA dan PMDN Triwulan IV Tahun 2018 .. 105

Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMA

Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (juta USD) ........................ 106

Tabel 46. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN

Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (triliun Rp) ........................ 106

Tabel 47. Lima Besar Provinsi Lokasi Investasi Triwulan IV Tahun 2018 ............... 106

Tabel 48. Lima Besar Negara Asal Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018 ........... 108

Tabel 49. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2018 .................................. 114

Tabel 50. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen,

Oktober – Desember 2018 ..................................................................... 115

Tabel 51. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), Oktober – Desember 2018 ........ 115

Tabel 52. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan IV,

Tahun 2018 (persen) .............................................................................. 119

Tabel 53. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional

di Indonesia 2017–2018 ......................................................................... 125

Tabel 54. Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor 2017–2018 ..................... 134

Tabel 55. Nilai Tukar Mata Uang ............................................................................ 141

Page 13: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2018 di Beberapa

Negara (Yoy) .......................................................................................... 3

Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara sampai dengan Tahun

2016 ....................................................................................................... 6

Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD Per

Akhir Oktober 2018-Januari 2019 (%) ................................................. 11

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV

Tahun 2018 (Persen) ........................................................................... 21

Gambar 5. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia

pada Triwulan IV Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Persen) ........ 28

Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV

Tahun 2018 .......................................................................................... 35

Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2011-2018

(Yoy, Persen) ........................................................................................ 41

Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas 2018

(Yoy, Persen) ........................................................................................ 42

Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan

Nonmigas Semester I 2018 .................................................................. 43

Gambar 10. Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Produk Industri Pengolahan

Nonmigas ............................................................................................. 44

Gambar 11. Kinerja Produksi Mobil ........................................................................ 45

Gambar 12. Kinerja Penjualan Mobil ...................................................................... 46

Gambar 13. Kinerja Penjualan Motor ..................................................................... 47

Gambar 14. Kinerja Penjualan Semen ..................................................................... 47

Gambar 15. Purchasing Manager Index Indonesia ................................................ 48

Gambar 16. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri

Pengolahan ......................................................................................... 49

Gambar 17. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan ............. 50

Gambar 18. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Yoy, Persen) .......... 51

Gambar 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (Triliun Rp) .................. 56

Gambar 20. Realisasi Komponen PNBP (Triliun Rp) ................................................ 56

Gambar 21. Perkembangan Realisasi Belanja Negara (% terhadap Target APBN) . 57

Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara (% terhadap Target

APBN) .................................................................................................. 57

Gambar 23. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Komponen Tahun

2018 ..................................................................................................... 58

Gambar 24. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% Terhadap Target APBN) ........ 59

Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, (Rp Triliun dan %PDB) ........... 60

Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat, 2013-2018 ......................... 61

Page 14: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

xi

Gambar 27. Komposisi Kepemilikan SBN Oleh Asing Berdasarkan Tenor

(% Total SBN) ....................................................................................... 63

Gambar 28. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

(Miliar USD) ......................................................................................... 68

Gambar 29. Nilai Impor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 .......... 73

Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV

Tahun 2018 (Miliar USD) .................................................................... 91

Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV

Tahun 2018 .......................................................................................... 93

Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun

2018 (Miliar USD) ................................................................................ 94

Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I

Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 .................................................. 95

Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV

Tahun 2018 (Miliar USD) .................................................................... 96

Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018

(Miliar USD) ......................................................................................... 97

Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan

IV Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................................. 98

Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Rp Per USD) ...... 112

Gambar 38. Real Effective Exchange Rate Asean-5, Desember 2011 – Desember

2018 (2010=100) ............................................................................... 113

Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, 2018

(2018=100) ........................................................................................ 116

Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2018 .................... 118

Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional di Indonesia

2016 – 2018 ....................................................................................... 121

Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional di

Indonesia 2016 – 2018 ...................................................................... 122

Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia

2016 – 2018 ....................................................................................... 124

Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Sektor

Ekonomi ............................................................................................. 127

Gambar 45. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2016 – 2018 .................. 128

Gambar 46. Pertumbuhan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun

2016 – 2018 ....................................................................................... 129

Gambar 47. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham

2016 – 2018 ....................................................................................... 130

Gambar 48. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016 – 2018................................ 131

Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2016 – 2018 .................. 132

Page 15: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

xii

Gambar 50. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2016 – 2018 .......... 133

Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII

2016 – 2018 ....................................................................................... 135

Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (Outstanding) 2016 – 2018 ............ 136

Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018 ................................... 137

Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018 ............... 139

Gambar 55. Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018 ............. 140

Page 16: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

xiii

Page 17: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

1

Page 18: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

2

Page 19: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

3

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2018

sebesar 3,7 persen berdasarkan proyeksi pada

bulan Oktober 2018. Pada tahun 2019

pertumbuhan ekonomi global diprediksi turun

menjadi 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan

bulan Oktober tahun 2018 sebesar 3,6 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan

ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan

Eropa yang cenderung lebih rendah dari ekspektasi.

Pada 2019, isu hambatan perdagangan hingga era

normalisasi kebijakan moneter menjadi beberapa

faktor yang mendorong perlambatan tersebut.

Pada triwulan IV tahun 2018, pergerakan harga

beberapa komoditas internasional cenderung

turun. Harga komoditas pertanian seperti kopi, teh

serta komoditas energi seperti minyak, gas dan

batubara mengalami penurunan. Demikian juga

dengan harga komoditas logam yang juga

mengalami tren yang sama.

Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 3,1 persen

(YoY) pada triwulan IV tahun 2018. Pendorong

utama pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan IV

adalah meningkatnya pertumbuhan investasi yang

mencapai 4,8 persen (YoY), khususnya investasi non

residensial (7,2 persen, YoY). Pada sisi lain, ekspor

maupun impor tumbuh lebih lambat dibandingkan

triwulan III tahun 2018. Impor tumbuh sebesar 3,5

persen (YoY), tumbuh lebih tinggi dibandingkan

dengan ekspor yang tumbuh 2,3 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2018.

Harga komoditas internasional cenderung turun, khususnya komoditas pertanian, energi dan logam.

Pada tahun 2018 dan 2019, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi masing-masing sebesar 3,7 dan 3,5 persen.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 3,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.

Page 20: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

4

Pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa pada triwulan IV tahun 2018 cenderung melambat dibandingkan triwulan III tahun 2018

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2018 di Beberapa Negara (YoY)

Sumber: BEA, ECB, NBC, SingStat, Statistics Japan (diolah)

Pertumbuhan negara-negara di Kawasan Eropa

pada triwulan IV tahun 2018 secara umum tumbuh

lebih lambat dibandingkan dengan triwulan III

tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Italia menurun

paling tajam, dari sebelumnya 0,64 persen (YoY)

pada triwulan III tahun 2018, menjadi 0,08 persen

(YoY) pada triwulan IV tahun 2018. Jerman juga

mengalami perlambatan ekonomi yang cukup

berarti, dari sebelumnya 1,16 persen (YoY) pada

triwulan III tahun 2018, menjadi 0,64 persen pada

triwulan IV tahun 2018.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok bergerak stabil

pada triwulan IV tahun 2018 dengan pertumbuhan

sebesar 6,4 persen (YoY). Angka ini sedikit

melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi

triwulan III tahun 2018 yang besarnya 6,5 persen

(YoY). Faktor meredanya tekanan perang dagang

antara AS dan Tiongkok serta stimulus kebijakan

moneter bank sentral Tiongkok mendorong

pertumbuhan ekonomi Tiongkok cenderung stabil.

Perekonomian Jepang tumbuh 0,3 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2018, lebih lambat

1,9 2,1

2,3 2,5 2,6

2,9 3 3,1

2

2,5 2,7 2,7

2,4 2,2

1,6 1,2

6,9 6,9 6,8 6,8 6,8 6,7 6,5 6,4

1,5 1,4 1,7

1,5

0,9 1 0,6

0,3

2,5

3

5,5

3,6

4,6

4,1

2,4

1,9

I II III IV I II III IV

2017 2018

Amerika Serikat

Uni Eropa

Tiongkok

Jepang

Singapura

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok bergerak stabil pada triwulan IV tahun 2018 sebesari 6,4 persen (YoY).

Perekonomian Jepang tumbuh 0,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.

Page 21: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

5

dibandingkan periode triwulan III tahun 2018 yang

tumbuh 0,6 persen (YoY). Perlambatan ini didorong

oleh pertumbuhan impor yang lebih tinggi

dibandingkan ekspor pada triwulan IV tahun 2018.

Sepanjang periode tersebut, impor tumbuh 7,4

persen. Sementara ekspor hanya tumbuh 4,5

persen.

Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran Brazil pada triwulan IV tahun

2018 mengalami penurunan hingga level 11,6

persen. Penurunan tingkat pengangguran telah

terjadi sejak triwulan I tahun 2018. Pasar tenaga

kerja membaik seiring diadakannya pemilihan

umum presiden di Brazil pada bulan Oktober 2018.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Brazil yang mulai

mengalami perbaikan juga mendorong penurunan

tingkat pengangguran.

Tingkat pengangguran di AS meningkat pada

triwulan IV tahun 2018. Pada periode tersebut,

tingkat pengangguran mencapai 3,9 persen lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

besarnya 3,7 persen. Peningkatan ini didorong

pertumbuhan angkatan kerja yang belum memiliki

pekerjaan.

Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan IV

tahun 2018 naik tipis ke level 2,5 persen

dibandingkan dengan triwulan III tahun 2018 yang

besarnya 2,4 persen. Kenaikan ini didorong

semakin ketatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Di

sisi lain, pemerintah Jepang telah menerbitkan

Undang-Undang yang mendorong kenaikan jumlah

pekerja asing, sehingga pasar tenaga kerja

domestik semakin ketat dan mendorong kenaikan

tingkat pengangguran.

Pasar tenaga kerja di Singapura juga sedikit

mengalami kenaikan pada triwulan IV tahun 2018

Tingkat pengangguran Brazil pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 11,6 persen.

Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan IV tahun 2018 naik tipis.

Pasar tenaga kerja di Singapura meningkat.

Tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada triwulan IV tahun 2018.

Page 22: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

6

ke level 2,2 persen dari sebelumnya 2,1 persen

pada triwulan III tahun 2018. Hal ini didorong oleh

jumlah pencari kerja yang terus meningkat di

Singapura sepanjang tahun 2018.

Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara sampai dengan Tahun 2016

Sumber: Bloomberg (diolah)

Perkembangan Inflasi Negara-Negara Global

Perkembangan inflasi global pada triwulan IV tahun

2018 cenderung turun. Inflasi di Brazil pada

Desember 2018 sebesar 3,8 persen (YoY). Angka ini

lebih rendah dibandingkan realisasi periode

Oktober dan November 2018 yang di atas 4 persen.

Penurunan inflasi didorong penurunan harga di

sektor transportasi serta kebijakan devaluasi mata

uang. Kondisi ini mendorong inflasi masih berada di

dalam target bank sentral yaitu 4,5±1,5 persen.

Inflasi di India pada Desember 2018 sebesar 2,2

persen (YoY). Realisasi ini lebih rendah

dibandingkan periode Oktober dan November

2018. Hal ini didorong oleh penurunan harga-harga

bahan makanan, bahan bakar dan pakaian.

Inflasi di Brazil pada bulan Desember 2018 turun hingga ke level 3,8 persen.

Inflasi India pada bulan Desember 2018 berada di posisi terendah selama periodetriwulan IV tahun 2018.

Page 23: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

7

Inflasi Tiongkok sepanjang triwulan IV tahun 2018

juga mengalami tren penurunan. Faktor

perlambatan ekonomi di Tiongkok sebagai dampak

dari meningkatnya eskalasi perang dagang dengan

Amerika Serikat. Pada Desember 2018, Tingkat

inflasi Tiongkok sebesar 1,9 persen (YoY) atau turun

0,6 persen sejak Oktober 2018.

Tingkat inflasi Singapura selama triwulan IV tahun

2018 bergerak fluktuatif. Pada November 2018,

tingkat inflasi mencapai 0,3 persen (YoY) atau turun

dibandingkan Oktober 2018 sebesar 0,7 persen

(YoY). Namun pada Desember 2018, inflasi kembali

naik dan berada di level 0,5 persen (YoY).

Sementara di kawasan Eropa, pertumbuhan inflasi

juga cenderung melambat. Tingkat inflasi di Uni-

Eropa pada Desember 2018 hanya tumbuh 1,6

persen (YoY) atau lebih rendah dibandingkan bulan

Oktober dan November 2018.

Inflasi di Inggris juga tumbuh rendah. Sepanjang

triwulan IV tahun 2018, pergerakan inflasi hanya

tumbuh di bawah 2,5 persen. Pada Desember 2018,

Inflasi di Inggris sebesar 2,1 persen (YoY).

Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2018 (persen (YoY))

Okt Nov Des

Indonesia 3,2 3,1 2,8

BRIC

Brazil 4,6 4,1 3,8

Russia 3,5 3,8 4,3

India 3,4 2,3 2,2

Tiongkok 2,5 2,2 1,9

ASEAN

Singapura 0,7 0,3 0,5

Malaysia 0,6 0,2 0,2

Thailand 1,2 0,9 0,4

Filipina 6,7 6,0 5,1

Vietnam 3,9 3,5 3,0

Inflasi di kawasan Eropa juga cenderung melambat pada triwulan IV tahun 2018.

Inflasi Tiongkok sepanjang triwulan IV tahun 2018 mengalami tren penurunan.

Perkembangan inflasi di Inggris selama triwulan IV tahun 2018 juga tumbuh rendah

Tingkat inflasi Singapura sepanjang triwulan IV tahun 2018 bergerak fluktuatif

Page 24: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

8

Negara Maju

Kawasan Euro 2,2 1,9 1,6

Amerika Serikat 2,5 2,2 1,9

Inggris 2,4 2,3 2,1

Jepang 1,4 0,8 0,3

Sumber: Bloomberg, data

Suku Bunga

Bank Sentral Tiongkok, The People Bank of China

(PBoC), menahan tingkat suku bunga bank sentral

sepanjang triwulan IV tahun 2018 pada level 2,25-

2,50 persen. Keputusan ini guna menjaga aktivitas

ekonomi yang masih lesu akibat perang dagang AS-

Tiongkok.

The Reserve Bank of India (RBI) juga menahan suku

bunga acuannya sepanjang triwulan IV tahun 2018

pada level 6,5 persen. Keputusan ini untuk

mengantisipasi perlambatan ekonomi global dan

menjaga ekonomi India tetap stabil.

Sementara itu, The Fed sepanjang triwulan IV

tahun 2018 menaikkan suku bunga acuan sebesar

25 bps Hal ini dilakukan untuk menjaga laju

pertumbuhan inflasi sesuai dengan target yang

ditetapkan yaitu 2,0 persen. Di sisi lain, kenaikan

suku bunga acuan untuk mencegah perekonomian

AS dari overheating.

Bank sentral Filipina menaikkan suku bunga

acuannya 25 bps sepanjang triwulan IV tahun 2018

menjadi 4,75 persen. Kenaikan ini untuk melindungi

pelemahan mata uang Peso terhadap Dolar AS

Bank sentral Malaysia memutuskan untuk tidak

mengubah suku bunga acuan sepanjang triwulan IV

tahun 2018 karena inflasi yang masih stabil. Suku

bunga acuan yang ditetapkan masih sebesar 3,25

persen. Sementara Bank Indonesia meningkatkan

suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 6,00

The Fed menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Reserve Bank of India (RBI) memilih untuk menahan suku bunga acuan

Bank sentral Tiongkok memilih untuk menahan kebijakan suku bunga sepanjang triwulan IV tahun 2018

Bank sentral Filipina menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak 25 bps

Bank sentral Malaysia memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan sedangkan Bank Indonesia meningkatkan suku bunga acuan 25 bps

Page 25: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

9

persen untuk melindungi stabilitas nilai tukar

Rupiah. Sejak awal tahun 2018, Bank Indonesia

telah menaikkan suku bunga acuan hingga 6 kali.

Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (persen)

Okt Nov Des

BRIC

Brazil 6,50 6,50 6,50

Russia 7,50 7,50 7,75

India 6,50 6,50 6,50

Tiongkok 2,55 2,55 2,55

ASEAN

Indonesia 5,75 6,00 6,00

Thailand 1,50 1,50 1,50

Filipina 4,50 4,75 4,75

Malaysia 3,25 3,25 3,25

Vietnam 6,25 6,25 6,25

Negara Maju

Kawasan Eropa 0,00 0,00 0,00

Amerika Serikat 2,00-2,25 2,00-2,25 2,25-2,50

Inggris 0,75 0,75 0,75

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Sumber: Bloomberg

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

Dolar Singapura sepanjang triwulan IV tahun 2018

cenderung menguat terhadap dolar AS. Penguatan

ini didorong oleh meredanya tensi perang dagang

AS-Tiongkok dan aliran dana ke obligasi

pemerintah.

Rubel Rusia mengalami fluktuatif sepanjang

triwulan IV tahun 2018. Sempat melemah pada

periode Oktober-November 2018. Pada Desember

2018 Rubel mampu menguat dipengaruhi kebijakan

bank sentral yang menaikkan suku bunga acuan

hingga 50 bps pada triwulan IV tahun 2018.

Nilai tukar Rupee India juga bergerak fluktuatif

terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun

Rubel Rusia bergerak fluktuatif terhadap dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Nilai tukar Rupee India juga bergerak fluktuatif terhadap Dolar AS

Dolar Singapura menguat terhadap dolar AS.

Page 26: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

10

2018. Pada periode Oktober 2018 Rupee sempat

menguat hingga 5,91 persen. Namun pada periode

November-Desember 2018, kurs Rupee kembali

bergerak melemah

Nilai tukar Lira Turki juga bergerak fluktuatif

terhadap dolar AS sepanjang triwulan IV tahun

2018. Pada Oktober 2018, Lira Turki menguat

hingga 6,58 persen. Namun pada periode

November 2018, Lira melemah 1,42 persen. Pada

periode Desember 2018, Lira kembali menguat

sebesar 2,36 persen Dampak dari meredanya

tingkat inflasi di Turki mendorong penguatan Lira

terhadap Dolar AS.

Nilai tukar Yuan bergerak menguat terhadap Dolar

AS sepanjang triwulan IV tahun 2018. Pada Oktober

2018, Yuan menguat 0,22 persen. Tren penguatan

berlanjut pada periode November 2018, dimana

Yuan menguat 1,18 persen. Pada Desember 2018,

penguatan Yuan semakin tinggi, hingga mencapai

2,65 persen. Penguatan yang terjadi didorong

kebijakan bank sentral Tiongkok menurunkan rasio

cadangan perbankan, guna meningkatkan

pertumbuhan kredit agar pertumbuhan ekonomi

Tiongkok stabil. Pada akhir triwulan IV tahun 2018,

pertumbuhan kredit tumbuh 13,5 persen (YoY),

lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan III tahun

2018 sebesar 13,2 persen (YoY).

Nilai tukar Lira Turki bergerak fluktuatif terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2018

Mata uang Yuan mampu menguat terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2108.

Page 27: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

11

Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

per akhir Oktober 2018-Januari 2019 (%)

2,90

0,92

1,27

3,40

6,03

5,73

-1,89

2,65

0,73

0,17

-2,78

2,36

7,61

-0,16

-0,56

-0,62

1,21

0,69

1,86

-0,36

-3,37

-0,26

1,18

3,42

-1,33

-0,04

-1,42

-3,44

0,87

0,88

5,93

0,00

0,96

0,51

-3,84

-1,84

5,91

0,22

-0,56

-0,04

0,13

6,58

6,20

1,67

0,42

Rupiah Indonesia

Ringgit Malaysia

Dollar Singapura

Baht Thailand

Real Brazil

Rubel Rusia

Rupee India

Yuan China

Yen Jepang

Euro

Poundsterling Inggris

Lira Turki

Rand Afrika Selatan

Won Korea Selatan

Taiwan Dollar

Nov 2018 Des 2018 Jan 2019

Sumber: Bloomberg (diolah)

Page 28: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

12

Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Internasional

Harga komoditas energi pada triwulan IV tahun

2018 cenderung bergerak turun. Harga batubara

sepanjang periode Oktober-Desember 2018 turun

USD7,3 ke posisi USD101,4/MT. Penurunan ini

didorong lesunya permintaan akibat perlambatan

ekonomi global.

Harga komoditas pertanian seperti kopi dan minyak

sawit juga bergerak turun. Sepanjang triwulan IV

tahun 2018, ketiga komoditas tersebut turun

masing-masing sebesar USD0,2/kg dan USD55/MT

ke level USD1,7/kg dan USD535/MT. Sementara

harga komoditas lain seperti gandum, jagung

hingga kedelai bergerak naik.

Harga komoditas logam dan mineral, mayoritas

mengalami perlambatan sepanjang triwulan IV

tahun 2018. Beberapa komoditas seperti tembaga,

bijih besi, nikel dan seng mengalami perlambatan

dipengaruhi dampak perang dagang antara AS dan

Tiongkok. Di sisi lain, komoditas timah justru

bergerak naik seiring potensi permintaannya yang

masih tinggi untuk memenuhi kebutuhan

kendaraan listrik.

Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018

Komoditas Unit Agt Sept Okt Nov Des Q4-2018

Energi Batubara, Australia

($/mt) 117,3 114,1 108.7 100.7 101.4 103,6

Minyak mentah, WTI

($/bbl) 67,9 70,2 70.8 56.7 49 58,8

Pangan dan Pertanian

Kakao ($/kg) 2,2 2,2 2.1 2.2 2.2 2,2

Kopi, robusta ($/kg) 1,8 1,7 1.9 1.8 1.7 1,8

Minyak sawit ($/mt) 534 605 590 539 535 554,7

Kedelai ($/mt) 407 357 368 374 381 374

Bubur kayu ($/mt) 875 875 875 875 875 875

Karet*, Singapore/MYS

($/kg) 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4

Harga komoditas energi

pada triwulan IV tahun 2018

cenderung turun, didorong

lesunya permintaan akibat

perlambatan ekonomi

global.

Harga Komoditas pertanian

seperti kopi dan minyak

sawit juga bergerak turun.

Sementara komoditas lain

seperti gandum, jagung dan

kedelai bergerak naik.

Harga komoditas logam

mineral ikut mengalami

perlambatan di triwulan

IV tahun 2018.

Page 29: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

13

Komoditas Unit Agt Sept Okt Nov Des Q4-2018

Gula, world ($/kg) 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

Gandum, US SRW

($/mt) 217,4 202,0 209,1 210,8 217,8 212,6

Jagung ($/mt) 162,4 154,8 160,3 160,7 167,4 162,8

Logam & Mineral

Tembaga ($/mt) 6.051,0 6.050,7 6.219,6 6.196,0 6.075,0 6.163,5

Bijih Besi ($/dmtu) 67,1 68,4 73,4 73,0 69,0 71,8

Nikel ($/mt) 13411,3 12510,3 12314,9 11240,0 10835,0 11.463,3

Timah ($/mt) 19228,8 18967,1 19121,5 19065,0 19260,0 19.148,8

Seng ($/mt) 2512 2434,7 2673,7 2596,0 2616,0 2628,4

Inflasi Unit Agt Sept Okt Nov Des

Energi Batubara, Australia

(%) -1,9 -2,7 -4,8 -7,4 0,1

Minyak mentah,WTI

(%) -4 3,3 0,8 -19,9 -14,0

Pertanian

Kakao (%) -7,9 1,1 -2,8 4,5 0,0

Kopi, robusta (%) -4,4 -5 11,2 -5,2 -5,5

Minyak sawit (%) -1,9 -1,9 -4,7 -9,0 -1,0

Kedelai (%) 0,5 -5,8 2,8

Bubur kayu (%) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Karet*, Singapore/MYS

(%) 0,6 -2,2 -1,1 -5,6 6,6

Gula, world (%) -5,4 2,5 16,8 -3,5 0

Gandum, US SRW

(%) 5,1 -7,1 3,5 0,8 3,3

Jagung (%) 3,8 -4,7 3,5 0,3 4,2

Logam & Mineral

Tembaga (%) -3,2 0 2,8 -0,4 -2,0

Bijih besi (%) 4 1,9 7,3

Nikel (%) -2,8 -6,7 -1,6 -8,7 -3,6

Timah (%) -2,5 -1,4 0,8 -0,3 1,0

Seng (%) -5,4 -3,1 9,8 -2,9 0,7

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam

Harga minyak mentah rata-rata masih

menunjukkan tren menurun sepanjang triwulan IV

Harga minyak mentah dunia pada triwulan IV tahun 2018 menunjukkan tren penurunan.

Page 30: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

14

tahun 2018, di bawah USD60,0 per barrel.

Penurunan harga minyak didorong lesunya

permintaan di pasar serta supply minyak global

yang melimpah.

Harga minyak mentah Indonesia sejalan dengan

tren harga minyak mentah dunia secara rata-rata

berada di bawah USD60 per barel pada triwulan IV

tahun 2018. Hal ini didorong penurunan harga

minyak mentah global.

Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018

Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia

2017 2018 Rata-rata Bulanan

2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Okt Nov Des

Crude Oil (Rata-rata) 52,9 49,4 52,6 58,7 64,6 71,4 73,0 64,3 76,7 62,3 54,0

Crude Oil; Brent 54,1 50,2 54,7 61,5 66,9 74,5 75,5 67,4 80,5 65,2 56,5

Crude Oil; Dubai 52,9 49,7 53,3 59,2 64,0 71,8 74,0 66,8 79,0 65,1 56,5

Crude Oil; WTI 51,8 48,2 49,8 55,4 62,9 67,9 69,7 58,8 70,8 56,7 49 Indonesian Crude Price Oil 51,0 45,5 51,6 58,1 63,1 70,1 71,7 64,8 77,5 63,0 54,0 Gas Alam (US) 3,0 3,1 2,9 2,9 3,1 2,9 2,9 3,8 3,3 4,1 4,0

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA

Sementara itu, harga gas alam justru mengalami

tren meningkat sepanjang triwulan IV tahun 2018

dengan harga rata-rata sepanjang periode tersebut

mencapai USD3,8 per mmbtu. Hal ini didorong oleh

permintaan yang mengalami peningkatan dengan

seiring musim dingin di beberapa negara. Apabila

suhu pada musim dingin menjadi lebih rendah

maka permintaan terhadap gas alam untuk

penghangat akan meningkat.

Cadangan Devisa

Cadangan devisa beberapa negara mengalami

kenaikan bila dibandingkan dengan periode yang

sama pada bulan Desember 2017. Cadangan devisa

Rusia tumbuh signifikan hingga 31,5 persen (YoY)

pada periode triwulan IV tahun 2018.

Cadangan devisa Tiongkok justru mengalami

penurunan pada triwulan IV tahun 2018. Sepanjang

Harga gas alam mengalami peningkatan pada triwulan IV tahun 2018 USD3,8 per mmbtu.

Harga minyak mentah Indonesia turun sejalan dengan tren harga minyak mentah

Cadangan devisa Rusia meningkat signifikan sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Cadangan devisa Tiongkok mengalami penurunan sepanjang triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1 persen (YoY).

Cadangan devisa Tiongkok mengalami penurunan sepanjang triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1 persen (YoY).

Page 31: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

15

periode tersebut, cadangan devisa Tiongkok turun

2,1 persen disebabkan menurunnya surplus

perdagangan.

Cadangan devisa India juga masih tumbuh pada

triwulan IV tahun 2018. Pada periode tersebut,

cadangan devisa tumbuh 1 persen dibandingkan

periode yang sama tahun 2017. Kondisi ini didorong

penguatan Rupee terhadap dolar AS hingga 3,76

persen sehingga mengurangi besar nilai impor dan

beban devisa.

Cadangan devisa Indonesia juga mengalami

peningkatan baik sepanjang triwulan IV tahun

2018. Namun dibandingkan periode Desember

2017, cadangan devisa mengalami penurunan.

Penguatan Rupiah pada triwulan IV didorong

intervensi bank sentral untuk menstabilkan

pelemahan nilai tukar Rupiah serta aliran capital

flow yang masuk ke Indonesia.

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral, Tahun 2018 (miliar USD)

Sumber: IMF, International Reserve Assets 2018

Des'17 Okt’18 Nov'18 Des'18 % (YoY)

BRIC

Brazil 371,2 380,3 379,7 374,7 0,9

Rusia 356,1 459,6 504,4 468,5 31,5

India 389,4 392,1 393,7 393,4 1,0

Tiongkok 3159,0 3075,3 3083,3 3094,0 -2,1

ASEAN-5

Indonesia 130,2 115,2 117,2 120,7 -7,3

Malaysia 102,4 101,7 102.0 101.4 -1.0

Singapura 279,9 290,7 289,5 287,7 2,8

Thailand 194,0 193,6 194,9 197,0 1,5

Filipina 81,6 74,7 75,7 79,2 -3,0

Jepang 1264,3 1224,0 1229,4 1240,5 -1,9

Kawasan Euro 62,0 66,3 67,3 68,6 10,6

Inggris 158,5 164,2 173,2 176,5 11,3

Amerika Serikat 123,1 123,6 123,5 125,8 2,2

Cadangan devisa India mengalami tren peningkatan sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Cadangan devisa Indonesia juga mengalami tren kenaikan sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Page 32: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

16

Perkiraan Ekonomi Dunia

Pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 masih

diperkirakan sebesar 3,7 persen. Proyeksi ini

menurun 0,2 persen bila dibandingkan proyeksi

pada bulan Oktober 2018. Sedangkan tahun 2019

pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar

3,7 persen, juga menurun dari perkiraan bulan Juli

tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan

yang lebih rendah dari ekspektasi khususnya

negara-negara kawasan Eropa dan Inggris.

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2016 2017 2018 2019

Perbedaan dg Oktober 2018

Okt Des Okt Des 2018 2019

Dunia 3,2 3,7 3,9 3,7 3,7 3,5 -0,2 -0,2 Negara Maju 1,7 2,3 2,4 2,3 2,1 2,0 -0,1 -0,1

Amerika Serikat 1,6 2,2 2,9 2,9 2,7 2,5 0,0 -0,2

Kawasan Eropa 1,9 2,4 2,2 1,8 1,9 1,6 -0,4 0,0

Jerman 2,2 2,5 1,9 1,5 1,9 1,3 -0,3 -0,6 Inggris 1,8 1,7 1,4 1,4 1,5 1,5 0,0 0,0 Jepang 1,0 1,7 1,1 0,9 0,9 1,1 -0,2 0,2

Negara Berkembang 4,4 4,8 4,7 4,6 4,7 4,5 -0,1 -0,2 Tiongkok 6,7 6,9 6,6 6,6 6,2 6,2 0,0 0,0 India 7,1 6,7 7,3 7,3 7,4 7,5 0,0 0,1

ASEAN-5 4,9 5,3 5,3 5,2 5,2 5,1 -0,1 -0,1

Amerika Latin dan Karibia

-0,6 1,3 1,2 1,1 2,2 2,0 -0,1 -0,2

Brazil -3,5 1,0 1,4 1,3 2,4 2,5 -0,1 0,1

Sub Sahara Afrika 1,4 2,7 3,1 2,9 3,8 3,5 -0,2 -0,3

Afrika Selatan 0,6 1,3 0,8 0,8 1,4 1,4 0,0 0,0

Sumber: World Economic Outlook, Juli 2018

Pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2018

diperkirakan sebesar 2,9 persen, merupakan

pertumbuhan yang tinggi didukung oleh stimulus

dari sisi fiskal. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja

yang membaik ikut memberikan dampak positif

bagi AS. Proyeksi yang sama juga diberikan pada

2019, meskipun ada ancaman dari perang dagang

dengan Tiongkok.

Pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 dan 2019 diperkirakan sebesar 3,7 lebih rendah 0,2 persen dari proyeksi bulan Juli 2018.

Perekonomian AS diproyeksi tumbuh 2,9 persen tahun 2018 dan akan sama pada tahun 2019.

Page 33: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

17

Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa pada tahun

2018 diperkirakan sebesar 2,2 persen. Namun

pertumbuhan tersebut direvisi menjadi 1,8 persen.

Begitu juga pertumbuhan ekonomi tahun 2019,

diperkirakan lebih lambat dari tahun 2018. Proyeksi

pertumbuhan yang menurun sebagai dampak dari

perlambatan ekonomi negara-negara di kawasan

Eropa diantaranya Jerman. Pertumbuhan Jerman

diproyeksikan menurun tahun 2018 menjadi

sebesar 1,5 persen, atau lebih rendah dibandingkan

proyeksi di Oktober 2018 sebesar 1,9 persen.

Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi tumbuh

secara moderat sebesar 1,1 persen pada tahun

2018, namun dikoreksi menjadi 0,9 persen. Pada

2019, ekonomi Jepang diperkirakan kembali ke

level 1,1 persen. Stagnasi ekonomi di Jepang

menyebabkan pertumbuhkan cenderung terbatas.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada

tahun 2018 sebesar 6,6 persen. Pertumbuhan ini

melambat pada tahun 2019 menjadi 6,2 persen.

Dampak dari perang dagang dengan AS

mengakibatkan perlambatan di sektor manufaktur

sehingga mendorong penurunan ekspor negara

tersebut.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin

diproyeksi melambat dari sebelumnya 1,3 persen

tahun 2017 menjadi 1,2 persen tahun 2018. Namun

pada tahun 2019, angka pertumbuhan ekonomi

diproyeksi naik menjadi 2,2 persen. Beberapa

negara kawasan Amerika Latin juga mengalami

penurunan seperti Argentina dan Brazil.

Pertumbuhan Argentina pada tahun 2018

diproyeksi melambat dibandingkan tahun 2017 dari

2,9 persen menjadi 2,6 persen. Hal ini didorong

oleh gangguan pasar keuangan dan suku bunga riil

yang tinggi. Sementara pertumbuhan Brazil

Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi tumbuh sebesar 1,1 persen pada tahun 2018.

Pertumbuhan Tiongkok diperkirakan sebesar 6,6 persen tahun 2018 dan 6,2 persen tahun 2019.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin diproyeksi mengalami perlambatan tahun 2018 dan menguat kembali tahun 2019

Ekonomi kawasan Eropa mengalami perlambatan pada 2018 dan 2019.

Page 34: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

18

diproyeksi turun menjadi 1,3 persen dari

sebelumnya 1,4 persen

Pertumbuhan kawasan Sub-Sahara Afrika

diperkirakan mampu terus tumbuh menguat pada

tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 3,1

persen dan 3,8 persen. Proyeksi pertumbuhan

tahun 2018 direvisi menurun 0,2 persen menjadi

1,9 persen dari bulan Oktober tahun 2018.

Pertumbuhan di kawasan Sub-Sahara Afrika

diprediksi masih didukung oleh pertumbuhan

Nigeria yang terus menunjukkan tren kenaikan

sejak pertengahan tahun 2018.

Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB, Tahun 2017-2019 (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

Realisasi Perkiraan

2017 2018 2019

Asia 6,1 6,0 5,8 Asia Timur 6,3 6,0 5,7

Tiongkok 6,9 6,6 6,3 Jepang 1,7 1,1 1,0

Asia Selatan 6,5 7,0 7,2 India 6,7 7,3 7,6

ASEAN 5,2 5,1 5,2 Indonesia 5,1 5,2 5,3 Filipina 6,7 6,4 6,7 Thailand 3,9 4,5 4,3

Sumber: Asia Development Outlook Suplement September 2018

Risiko Global

Risiko ekonomi global pada triwulan IV tahun 2018

cenderung lebih besar kepada risiko negatif baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Risiko negatif yang menjadi risiko ekonomi pada

triwulan IV tahun 2018 adalah penyelesaian perang

dagang antara AS-Tiongkok yang masih mundur

serta penurunan harga komoditas global.

Ketidakpastian ini menjadikan ekonomi global pada

periode tersebut melambat, sehingga berpengaruh

terhadap negara-negara maju maupun

berkembang.

Risiko ekonomi global pada triwulan IV tahun 2018 cenderung lebih besar kepada risiko negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kawasan Sub-Sahara Afrika diproyeksi tumbuh meningkat menjadi 2,9 persen pada tahun 2018 dan 3,5 persen tahun 2019.

Page 35: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

19

Page 36: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

20

Page 37: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

21

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun

2018 mampu tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY),

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun

2017 yang besarnya 5,19 persen (YoY).

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2018 (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari sisi lapangan usaha, Industri Pengolahan yang

merupakan sektor dengan proporsi terbesar

terhadap PDB tumbuh besarnya 4,25 persen (YoY).

Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari triwulan IV

tahun 2017 yang sebesar 4,51 persen (YoY), kondisi

ini dipengaruhi oleh industri nonmigas yang

tumbuh membaik meskipun industri Batubara dan

Pengilangan Migas tumbuh negatif.

(i) Industri Makan dan Minuman tumbuh sebesar

2,74 persen (YoY), melambat tajam dari triwulan IV

tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 13,77 persen (YoY) dan 8,10

persen (YoY). Hal ini didorong oleh perlambatan

produksi minyak kelapa sawit (CPO) dan produk

makanan olahan dan minuman. (ii) Industri Alat

Angkutan tumbuh sebesar 3,23 persen (YoY),

melambat dari triwulan IV tahun 2017 dan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,38 persen

4,94

5,21

5,03

4,94 5,01 5,01 5,06

5,19

5,06

5,27 5,17 5,18

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.

Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,25 persen (YoY).

Page 38: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

22

(YoY) dan 5,37 persen (YoY). (iii) Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi tumbuh sebesar 10,82 persen (YoY),

meningkat signifikan baik dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 6,47 persen (YoY) dan 10,08 persen

(YoY). Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan

produksi Tekstil dan Pakaian Jadi untuk memenuhi

permintaan luar negeri. (iv) Industri Batubara dan

Pengilangan Migas tumbuh negatif yaitu sebesar -

0,01 persen (YoY), membaik dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan III tahun

2018 yang tumbuh sebesar -0,97 persen (YoY) dan -

1,46 persen (YoY).

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan

IV tahun 2018 tumbuh sebesar 3,87 persen (YoY),

lebih cepat dari triwulan IV tahun 2017 yang

tumbuh sebesar 2,39 persen (YoY) serta triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,66 persen

(YoY). Kinerja tersebut dipengaruhi oleh Pertanian,

Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yang

tumbuh sebesar 3,34 persen (YoY). Sementara itu,

Perikanan tumbuh sebesar 6,20 persen (YoY),

menguat dari triwulan IV tahun 2017 maupun

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,35

persen (YoY) dan 3,95 persen (YoY).

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,39 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2018. Pertumbuhan

tersebut sedikit melambat dibandingkan triwulan IV

tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,53 persen (YoY) dan 5,28 persen.

Kinerja tersebut dipengaruhi oleh Perdagangan

Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

yang tumbuh sebesar 4,46 persen (YoY) atau lebih

cepat dari triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh

4,25 persen (YoY) meskipun sedikit melambat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,34 persen

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh sebesar 3,87 persen (YoY).

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,39 persen (YoY)

Page 39: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

23

(YoY). Sementara itu, Perdagangan Mobil, Sepeda

Motor dan Reparasinya tumbuh sebesar 4,46

persen (YoY), melambat dari triwulan IV tahun 2017

dan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,74

persen (YoY) dan 5,00 persen (YoY). Secara

keseluruhan, kinerja Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tersebut

didorong oleh peningkatan penjualan mobil dan

motor termasuk pada hari belanja online nasional

(harbolnas).

Pada triwulan IV tahun 2018, Konstruksi tumbuh

sebesar 5,58 persen (YoY), melambat dibandingkan

triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 7,24 persen

(YoY), dan sedikit lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,79 persen

(YoY). Kinerja ini dipengaruhi oleh pembangunan

infrastruktur yang masih berlangsung di beberapa

daerah.

Sektor Informasi dan komunikasi tumbuh sebesar

7,17 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan

triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan III tahun

2018 yang tumbuh sebesar 8,27 persen (YoY) dan

8,14 persen (YoY). Sementara itu, Transportasi dan

Pergudangan tumbuh sebesar 5,34 persen (YoY),

melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2017

maupun triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

8,21 persen (YoY) dan 5,65 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2018, Pertambangan dan

Penggalian tumbuh sebesar 2,25 persen (YoY), lebih

tinggi dari triwulan IV tahun 2017 yang besarnya

0,04 persen (YoY) dan lebih rendah triwulan III

tahun 2018 yang besarnya 2,67 persen (YoY). Hal ini

didorong oleh pertambangan Batubara dan Lignit

yang tumbuh signifikan ditengah lesunya komoditas

minyak dan gas.

Konstruksi tumbuh sebesar 5,58 persen (YoY).

Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 2,25 persen (YoY).

Sektor Informasi dan komunikasi serta sektor Transportasi dan Pergudangan tumbuh masing-masing sebesar 7,17 persen (YoY) dan 5,34 persen (YoY).

Page 40: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

24

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

Uraian 2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

7,11 3,32 2,83 2,39 3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,87

Pertambangan dan Penggalian -1,30 2,11 1,83 0,04 0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 0,66

Industri Pengolahan 4,28 3,50 4,88 4,51 4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,29 Pengadaan Listrik dan Gas 1,60 -2,53 4,88 2,27 1,54 3,31 7,56 5,58 5,46 1,54

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,39 3,66 4,82 5,52 4,60 3,65 3,94 6,20 7,92 4,60

Konstruksi 5,96 6,95 6,98 7,24 6,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,80 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,61 3,47 5,22 4,53 4,46 4,99 5,22 5,28 4,39 4,46

Transportasi dan Pergudangan 8,06 8,80 8,88 8,21 8,49 8,56 8,70 5,65 5,34 8,49

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

5,35 5,60 5,52 5,11 5,39 5,17 5,60 5,91 5,95 5,39

Informasi dan Komunikasi 10,48 11,06 8,82 8,27 9,63 7,76 5,11 8,14 7,17 9,63

Jasa Keuangan dan Asuransi 6,01 5,93 6,13 3,82 5,47 4,23 3,06 3,14 6,27 5,47

Real Estate 3,66 3,73 3,58 3,67 3,66 3,19 3,07 3,82 4,24 3,66

Jasa Perusahaan 6,83 8,24 9,37 9,25 8,44 8,04 8,89 8,67 8,94 8,44

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0,24 -0,03 0,69 6,96 2,06 5,79 7,20 7,93 7,13 2,06

Jasa Pendidikan 4,10 0,92 3,66 5,93 3,70 4,84 5,04 6,60 4,97 3,70

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7,11 6,37 7,56 6,36 6,84 6,06 7,07 7,54 7,80 6,84

Jasa lainnya 7,97 8,59 9,39 8,95 8,73 8,43 9,22 9,19 9,08 8,73

Produk Domestik Bruto 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar

7,80 persen (YoY), lebih cepat dari triwulan IV

tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 6,36 persen (YoY) dan 7,54 persen

(YoY). Sementara itu, Jasa Keuangan dan Asuransi

tumbuh sebesar 6,27 persen (YoY), meningkat

signifikan dari triwulan IV tahun 2017 yang

besarnya 3,82 persen (YoY) maupun triwulan III

tahun 2018 yang tumbuh sebesar 3,14 persen

(YoY).

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh

sebesar 5,95 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV tahun 2017 maupun

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Makan Minum serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 7,80 persen (YoY) dan 6,27 persen (YoY).

Page 41: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

25

Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan PDB tumbuh sebesar 5,08 persen (YoY).

triwulan III tahun 2018 yang besarnya masing-

masing tumbuh 5,11 persen (YoY) dan 5,91 persen

(YoY) . Sementara itu, real estate tumbuh sebesar

4,24 persen (YoY), lebih cepat dari triwulan IV

tahun 2017 maupun triwulan III tahun 2018 yang

masing-masing besarnya 3,67 persen (YoY) dan 3,82

persen (YoY). Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh

sebesar 5,46 persen (YoY), meningkat dari

pertumbuhan triwulan IV tahun 2017 yang

besarnya 2,27 persen (YoY) meskipun sedikit

melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,58 persen (YoY).

Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 4,97 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2018, lebih rendah dari

triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 5,93

persen (YoY) dan triwulan III tahun 2018 yang

tumbuh sebesar 6,60 persen (YoY). Jasa Perusahaan

tumbuh sebesar 8,94 persen (YoY), melambat dari

triwulan IV tahun 2017dan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 9,25 persen (YoY) dan 8,67

persen (YoY).

Sementara itu, Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar

7,13 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018,

meningkat dari triwulan IV tahun 2017 yang

tumbuh 6,96 persen (YoY) meskipun sedikit

melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,93 persen (YoY).

Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga

yang menjadi sumber utama pertumbuhan

ekonomi, tumbuh sebesar 5,08 persen (YoY).

Kinerja tersebut membaik dari triwulan IV tahun

2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 4,98 persen (YoY) dan 5,00 persen (YoY).

Makanan dan Minuman Selain Restoran yang

merupakan komponen terbesar Pengeluaran

Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Real estate; dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh masing-masing sebesar 5,95 persen (YoY); 4,24 persen (YoY); dan 5,46 persen (YoY).

Sektor Jasa Pendidikan dan Sektor Jasa Perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 4,97 persen (YoY) dan 8,94 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 7,13 persen (YoY).

Page 42: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

26

Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,81 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2018 sedikit melambat dari

triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 5,36 persen

(YoY). Transportasi dan Komunikasi yang

merupakan komponen terbesar kedua dalam

Konsumsi Rumah Tangga tumbuh lebih tinggi, yang

besarnya 6,14 persen (YoY) dibandingkan triwulan

IV tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang

tumbuh 5,04 persen (YoY) dan 5,40 persen (YoY).

Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga

tumbuh sebesar 4,70 persen (YoY) meningkat dari

triwulan IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya

sebesar 4,52 persen (YoY) dan 4,06 persen (YoY).

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

Jenis Pengeluaran 2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total

Pengeluaran Konsumsi

Rumahtangga 4,94 4,95 4,91 4,98 4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05

Pengeluaran Konsumsi

LNPRT 8,08 8,53 6,04 5,26 6,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 2,69 -1,94 3,46 3,80 2,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80

Pembentukan Modal

Tetap Domestik Bruto 4,77 5,34 7,08 7,26 6,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67

Ekspor Barang dan Jasa 8,36 2,73 16,48 8,42 -4,88 5,94 7,65 8,08 4,33 55,55

Dikurangi Impor Barang

dan Jasa 4,78 0,18 15,40 11,91 8,91 12,64 15,17 14,02 7,10 6,48

Produk Domestik Bruto 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh

6,01 persen (YoY) atau melambat dari triwulan IV

tahun 2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,26 persen (YoY) dan 6,96 persen (YoY),

Pertumbuhan ini didorong oleh seluruh jenis

barang modal. Pembangunan infrastruktur yang

PMTB tumbuh sebesar 6,01 persen (YoY).

Page 43: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

27

Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar 4,56 (YoY).

berlangsung di beberapa daerah, baik

pembangunan baru maupun lanjutan, meskipun

dari jenis investasi cenderung melambat.

Investasi bangunan tumbuh sebesar 5,02 persen

(YoY), melambat dari triwulan IV tahun 2017 yang

tumbuh sebesar 6,68 persen (YoY) dan juga

melambat dari triwulan III tahun 2018 yang tumbuh

6,96 persen (YoY). Mesin dan Perlengkapan tumbuh

sebesar 12,28 persen (YoY), melambat dari triwulan

IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya yang

besarnya 22,30 persen (YoY), dan 22,13 persen

(YoY).

Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2018

tumbuh sebesar 4,56 persen (YoY), meningkat

cukup signifikan dari triwulan IV tahun 2017 yang

tumbuh sebesar 3,80 persen (YoY) walaupun

melambat pada triwulan III tahun 2018 yang

tumbuh sebesar 6,27 persen (YoY).

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 4,33

persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV

tahun 2017 dan triwulan III tahun 2018 yang

masing-masing tumbuh sebesar 8,42 persen (YoY)

dan 8,08 persen (YoY). Hal ini terutama dipengaruhi

oleh kondisi perekonomian negara mitra dagang

utama yang melambat.

Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 7,10 persen

(YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun

2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 11,91 persen (YoY) dan 14,02 persen (YoY).

Impor Barang tumbuh sebesar 8,20 persen (YoY),

lebih rendah dari triwulan IV tahun 2017 yang

sebesar 13,15 persen (YoY) dan triwulan III tahun

2018 yang sebesar 15,48 persen (YoY). Kondisi ini

dipengaruhi oleh peningkatan impor barang

nonmigas yang tumbuh sebesar 10,54 persen (YoY)

maupun impor migas yang tumbuh sebesar -1,94

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 4,33 persen (YoY).

Impor Barang dan Jasa

tumbuh sebesar 7,10 persen (YoY).

Page 44: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

28

Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 10,79 persen (YoY).

persen (YoY). Di sisi lain, impor Jasa tumbuh

sebesar 0,22 persen (YoY), melambat dari triwulan

IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,69 persen

(YoY) dan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 4,53 persen (YoY).

Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani

Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 10,79

persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018, lebih

tinggi dari triwulan IV tahun 2017 dan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,26 persen

(YoY) dan 8,59 persen (YoY). Pertumbuhan ini

dipengaruhi oleh kegiatan persiapan pemilihan

legislatif dan pemilIihan presiden.

Perkembangan Ekonomi Daerah

Pada triwulan IV tahun 2018, sebagian besar pulau

mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku

dan Papua. Sulawesi mengalami pertumbuhan

paling tinggi. Rata-rata pertumbuhan Sulawesi,

Kalimantan, dan Jawa di atas rata-rata

pertumbuhan ekonomi nasional.

Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia pada Triwulan IV Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

4,4 5,6 3,2 3,3 7,4 5,4 4,3 5,7 3,8 3,2 6,8 17,1 4,6 5,7 3,6 3,4 6,7 17,6 4,7 5,7

-0,7

3,5 6,9 6,6 4,5 5,8 4,4 5,5 6,2

-9,4

Sumatera Jawa Bali dan NusaTenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua

IV-2017 I-2018 II-2018 III-2018 IV-2018

Pada triwulan IV tahun 2018, sebagian besar pulau mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku dan Papua.

Page 45: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

29

Papua memiliki proporsi terbesar bagi perekonomian Maluku dan Papua.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Maluku dan Papua pada triwulan IV tahun 2018 terkontraksi menjadi sebesar -9,4 persen (YoY).

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi sebesar 6,2 persen (YoY).

Perekonomian kawasan Maluku dan Papua rata-

rata mengalami kontraksi sebesar -9,4 persen (YoY),

tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan IV

tahun 2017 yang besarnya 5,4 persen (YoY)

maupun triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,6

persen (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh

penurunan yang signifikan di sektor Pertambangan

dan Penggalian yang menjadi sektor utama

perekonomian kawasan tersebut.

Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Maluku dan Papua Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Maluku 5,8 5,1 6,4 6,4 11,6 11,0 11,3 12,3 Maluku Utara 7,8 8,3 8,2 8,3 9,5 8,9 9,8 10,5 Papua Barat 3,8 6,3 6,9 0,2 21,0 20,5 21,3 22,6 Papua 3,9 4,8 6,4 -17,8 57,9 59,6 57,6 54,6 Maluku dan Papua

4,4 5,4 6,6 -9,4 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Papua memiliki kontribusi terbesar bagi

perekonomian Maluku dan Papua, yaitu mencapai

54,6 persen. Pada triwulan IV tahun 2018, Papua

terkontraksi sebesar -17,8 persen (YoY).

Pertumbuhan tersebut terkontraksi dari triwulan IV

tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY)

dan melambat dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut dipengaruhi oleh kontraksi di sektor

Pertambangan dan Penggalian yang merupakan

sektor utama.

Sementara itu, Sulawesi tumbuh sebesar 6,2 persen

(YoY), melambat baik dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2017 yang mencapai 7,5 persen

(YoY) maupun triwulan sebelumnya yang besarnya

6,9 persen (YoY).

Page 46: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

30

Sulawesi Selatan sebagai penyumbang terbesar perekonomian Sulawesi tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY).

Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Sulawesi Utara 6,5 6,5 5,6 6,1 12,9 13,8 12,6 13,6

Sulawesi Tengah 8,7 9,1 7,0 5,4 15,5 16,0 15,9 16,4

Sulawesi Selatan 6,7 7,7 7,2 6,5 50,2 48,2 50,3 48,2

Sulawesi Tenggara

6,5 6,1 7,1 6,2 12,7 13,0 12,6 12,9

Gorontalo 5,2 7,8 5,3 7,2 4,1 4,0 4,0 4,0

Sulawesi Barat 7,1 6,5 7,5 5,3 4,6 4,9 4,7 4,8

Sulawesi 6,9 7,5 6,9 6,2 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Sulawesi Selatan memiliki proporsi perekonomian

terbesar di Sulawesi, yaitu mencapai 48,2 persen.

Pada triwulan IV tahun 2018, Sulawesi Selatan

tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY), melambat dari

triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 7,7

persen dan juga melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).

Kondisi tersebut merupakan akibat musiman pada

sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa adalah 5,8

persen (YoY), sedikit meningkat dari triwulan IV

tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya. DKI

Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan

provinsi dengan proporsi perekonomian terbesar di

Jawa. Proporsi perekonomian DKI Jakarta terhadap

Jawa pada triwulan IV tahun 2018 adalah sebesar

30,1 persen. DKI Jakarta yang merupakan

kontributor utama perekonomian Jawa tumbuh

sebesar 6,4 persen (YoY).

Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

DKI Jakarta 6,4 5,8 6,4 6,4 29,3 29,7 29,5 30,1

Jawa Barat 5,2 5,5 5,6 5,5 22,3 22,2 22,3 22,3

Jawa Tengah 5,2 5,4 5,2 5,3 14,7 14,4 14,5 14,3

DI Yogyakarta 5,4 5,3 6,0 7,4 1,5 1,5 1,5 1,5

Page 47: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

31

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 4,5 persen (YoY).

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Jawa Timur 5,6 5,8 5,4 5,6 25,3 25,0 25,2 24,7

Banten 5,6 5,8 5,9 6,0 7,0 7,1 7,0 7,1

Jawa 5,7 5,7 5,7 5,8 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan tersebut lebih cepat dari triwulan IV

tahun 2017, namun relatif tidak berubah dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,4

persen (YoY). Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh

pertumbuhan sektor Pengadaan Listrik dan Gas.

Sementara itu, Sumatera tumbuh sebesar 4,5

persen (YoY), sedikit lebih tinggi dari triwulan IV

tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY),

meskipun melambat dibandingkan triwulan III

tahun 2018 yang besarnya 4,7 persen. Riau,

Sumatera Utara dan Sumatera Selatan memiliki

proporsi terbesar pada perekonomian Sumatera

yaitu masing-masing sebesar 23,2 persen, 23,1

persen dan 12,9 persen. Pada triwulan IV tahun

2018, Riau yang merupakan penyumbang utama

perekonomian Sumatera tumbuh sebesar 1,3

persen (YoY) paling lambat dibandingkan provinsi

lain. Pertumbuhan tersebut relatif lebih rendah dari

triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,5 persen (YoY) dan 2,9

persen (YoY). Kinerja tersebut dipengaruhi oleh

pertumbuhan sektor Pertambangan dan Industri

Pengolahan; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor; serta sektor Kontruksi yang

melambat.

Page 48: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

32

Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV tahun 2018 rata-rata tumbuh 4,4 persen (YoY).

Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Aceh 4,8 3,5 4,1 5,4 4,9 4,9 4,8 4,9

Sumatra Utara 5,2 5,6 5,4 5,3 22,9 23,1 22,7 23,1

Sumatra Barat 5,4 5,4 5,2 5,5 7,1 7,2 7,0 7,2

Riau 2,9 2,5 2,9 1,3 23,3 24,0 23,5 23,2

Jambi 4,8 5,2 4,8 4,8 6,3 6,5 6,3 6,6

Sumatra Selatan 5,6 6,0 6,1 6,1 13,1 12,7 13,1 12,9

Bengkulu 4,9 4,6 5,0 4,8 2,0 2,1 2,0 2,1

Lampung 5,2 5,3 5,2 5,4 10,6 9,6 10,6 9,8

Kep. Bangka Belitung

3,6 2,9 7,1 3,7 2,3 2,3 2,2 2,2

Kepulauan Riau 2,4 2,6 3,7 5,5 7,6 7,7 7,6 7,9

Sumatera 4,4 4,4 4,7 4,5 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 4,4 persen

(YoY), lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2017 yang

mencapai 3,7 persen (YoY) dan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,7 persen

(YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh

pertumbuhan di sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian

setelah sebelumnya terkontraksi.

Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Bali 6,2 5,6 6,1 7,6 48,7 49,9 51,5 51,2

Nusa Tenggara Barat

4,3 0,1 -14,1 -1,4 30,4 28,3 26,5 26,7

Nusa Tenggara Timur

5,0 5,1 5,1 5,3 20,8 21,8 22,0 22,1

Bali dan Nusa Tenggara

5,3 3,7 -0,7 4,4 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Bali merupakan provinsi dengan proporsi

perekonomian terbesar di Bali dan Nusa Tenggara,

yaitu mencapai sebesar 51,2 persen. Pada triwulan

IV tahun 2018, Bali tumbuh sebesar 7,6 persen

Page 49: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

33

Kalimatan pada triwulan IV tahun 2018 rata-rata tumbuh dan 5,5 persen (YoY).

(YoY), lebih tinggi baik dari triwulan IV tahun 2017

maupun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 6,1 persen (YoY). Sementara itu, Nusa

Tenggara Barat mengalami kontraksi sebesar -1,4

persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018 akibat

gempa bumi. Namun, kondisi tersebut sudah jauh

lebih baik dari triwulan sebelumnya.

Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Kalimantan Tahun 2017-2018

Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)

2017 2018 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4

Kalimantan Barat 5,1 5,8 5,0 5,1 15,9 15,8 15,9 16,0

Kalimantan Tengah

6,1 5,3 6,4 6,1 11,1 11,2 11,2 11,3

Kalimantan Selatan

6,4 4,5 5,1 5,8 14,6 14,0 14,6 13,7

Kalimantan Timur 3,5 1,6 1,8 5,1 51,7 52,1 51,3 51,8

Kalimantan Utara 6,6 7,0 5,6 7,7 6,7 6,9 6,9 7,2

Kalimantan 4,6 3,4 3,5 5,5 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Kalimatan

adalah sebesar 5,5 persen (YoY), lebih tinggi dari

triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 3,4 persen

(YoY) dan dari triwulan sebelumnya yang besarnya

3,5 persen (YoY). Kalimantan Timur memiliki

proporsi sebesar 51,8 persen terhadap

perekonomian Kalimantan. Pada triwulan IV tahun

2018, Kalimantan Timur tumbuh sebesar 5,1 persen

(YoY), meningkat cukup berarti dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,8 persen maupun

dari triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar

1,6 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut

dipengaruhi oleh Pertambangan dan Penggalian

yang tumbuh positif setelah sebelumnya

terkontraksi serta Jasa Keuangan dan Asuransi yang

tumbuh lebih cepat.

Page 50: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

34

Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV

tahun 2018 adalah sebesar 110,5, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang besarnya 101,2. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat merasa kondisi

ekonomi yang membaik dengan optimisme lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya. Peningkatan

tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan

rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 110,0

dan meningkatnya volume konsumsi rumah tangga

dengan nilai indeks sebesar 113,4. Daya beli

konsumen yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi

terhadap pengeluaran rumah tangga yang

besarnya 109,3 menunjukkan bahwa inflasi tidak

terlalu berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

rumah tangga.

Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017–Tahun 2018 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2017 2018

Q3 Q4 Q3 Q4

Pendapatan rumah tangga 110,4 106,7 100,3 110,0 Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 108,7 105,8 102,5 109,3 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

108,9 109,3 101,8 113,4

Indeks Tendensi Konsumen 109,4 107,0 101,2 110,5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan I tahun 2019, ITK diperkirakan

sebesar 104,0, lebih rendah dari triwulan IV tahun

2018 yang besarnya 110,5, lebih tinggi dari triwulan

IV tahun 2017 yang besarnya 107,0. Hal tersebut

menunjukkan perkiraan kondisi ekonomi

masyarakat yang membaik dengan dan optimisme

masyarakat yang lebih tinggi. Perkiraan

meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat pada

triwulan I tahun 2019 didorong oleh perkiraan

meningkatnya pendapatan rumah tangga yaitu

Pada triwulan I tahun 2019 ITK diperkirakan sebesar 104,0.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) sebesar 110,5.

Page 51: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

35

Kondisi bisnis di Indonesia

pada triwulan IV tahun

2018 menurun.

dengan indeks sebesar 113,0 meskipun rencana

pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan

pesta/hajatan menurun dengan nilai indeks sebesar

88,2.

Indeks Tendensi Bisnis

Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018

Sumber: BPS, diolah

Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan

(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat)dibanding

triwulan sebelumnya

d. * = Angka perkiraan

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun

2018 menurun dengan nilai Indeks Tendensi Bisnis

(ITB) sebesar 104,7. Optimisme pelaku bisnis di

Indonesia lebih rendah dari triwulan sebelumnya

dimana nilai ITB besarnya 108,1. Peningkatan

kondisi bisnis tertinggi terjadi pada sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib dengan nilai ITB sebesar

122,6. Sementara itu, kondisi bisnis terendah

terjadi pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan dengan nilai ITB sebesar 95,3. Pada

triwulan I tahun 2019 kondisi bisnis pada 14

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2017 2018 2019

Page 52: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

36

lapangan usaha diperkirakan meningkat meskipun

dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih

rendah. Perbaikan ini diperkirakan karena adanya

peningkatan order dari dalam negeri dan

peningkatan harga jual.

Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III dan Triwulan IV Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya

No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2018

ITB Trw IV-2018

Komponen Pembentuk ITB Trw IV Tahun 2018

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas Produksi/

Usaha

Rata-Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

108,4 95,3 97,9 92,8 -

2 Pertambangan dan Penggalian

112,9 97,2 96,5 97,2 97,9

3 Industri Pengolahan 105,2 98,1 98,0 97,2 99,0 4 Pengadaan Listrik dan Gas 123,7 114,6 115,6 120,3 107,8

5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

121,7 109,4 106,7 113,3 108,3

6 Konstruksi 105,8 104,1 103,2 103,8 105,4

7

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

102,8 99,0 99,7 98,7 98,7

8 Transportasi dan Pergudangan

108,3 119,0 126,0 119,7 111,0

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

112,9 110,3 116,7 110,8 103,3

10 Informasi dan Komunikasi 106,0 105,3 109,0 107,6 99,3

11 Jasa Keuangan 119,9 113,0 122,5 120,5 96,0

12 Real Estat 100,4 101,2 100,0 101,2 102,3 13 Jasa Perusahaan 100,2 105,1 105,6 109,0 100,7

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

121,8 122,6 119,4 135,5 112,9

15 Jasa Pendidikan 113,5 112,0 111,7 112,5 111,7

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

114,9 118,8 122,3 120,2 113,8

17 Jasa Lainnya 100,3 103,1 103,4 101,7 104,2

Indeks Tendensi Bisnis 108,1 104,7 106,3 105,5 102,4

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 127,0

lebih tinggi dari akhir triwulan IV tahun 2018 yang Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan IV tahun 2018 sebesar 127,0.

Page 53: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

37

sebesar 127,0. Hal ini menunjukkan kondisi

ekonomi konsumen yang meniningkat dengan

optimisme yang lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya. Sementara itu, IKK pada bulan Januari

2019 adalah sebesar 125,5.

Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018

KETERANGAN 2018

Juli Aug Sept Okt Nov Des Jan

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 124,8 121,6 122,4 119,2 122,7 127,0 125,5

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 115,0 109,2 110,2 106,2 109,1 111,9 110,3 Penghasilan saat ini 127,3 120,2 118,2 115,7 117,9 123,3 121,1

Ketersediaan lapangan kerja 96,8 93,9 98,6 91,9 97,3 94,7 96,8 Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

120,7 113,6 113,9 110,9 112,0 117,7 113,1

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 134,7 133,9 134,5 132,2 136,4 142,1 140,6 Ekspektasi Penghasilan 149,2 147,6 148,6 147,9 152,0 158,7 153,1

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 121,6 121,8 123,2 119,5 125,0 127,1 126,6 Ekspektasi Kegiatan Usaha 133,4 132,3 131,7 129,3 132,0 140,4 142,0

Sumber: Bank Indonesia

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) besarnya 111,9 pada

akhir triwulan IV tahun 2018, lebih tinggi dari akhir

triwulan III tahun 2018 yang besarnya 110,2.

Peningkatan ini disebabkan oleh Indeks Penghasilan

dan Pembelian Barang Tahan Lama saat ini yang

lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan persepsi

konsumen terhadap kondisi ekonomi (pada akhir

triwulan IV tahun 2018) yang tetap terjaga dengan

tingkat optimisme yang meningkat. Pada Januari

2019 IKE adalah sebesar 110,3.

Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) pada akhir

triwulan IV tahun 2018 adalah sebesar 142,1 lebih

tinggi dari triwulan III tahun 2018 yang besarnya

134,5. Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya

ekspektasi masyarakat dalam penghasilan,

ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha

yang meningkat.

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

pada akhir triwulan IV

tahun 2018 adalah sebesar

111,9.

Indeks Ekpektasi Konsumen

(IEK) pada akhir triwulan IV

tahun 2018 adalah sebesar

142,1.

Page 54: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

38

Page 55: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

39

Page 56: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

40

Page 57: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

41

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2011-2018 (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah

Pada triwulan IV tahun 2018, nilai tambah sektor

industri pengolahan nonmigas adalah sebesar Rp668

triliun (harga berlaku), atau tumbuh sebesar 4,73

persen dari triwulan IV tahun 2017 (YoY).

Pertumbuhan tersebut masih dibawah pertumbuhan

nasional (5,18 persen), sehingga masih belum cukup

kuat untuk menahan tren penurunan kontribusi PDB

industri pengolahan nonmigas dari 17,8 persen pada

triwulan IV tahun 2017 menjadi 17,6 persen pada

triwulan IV tahun 2018.

Secara akumulatif, nilai tambah sektor industri

pengolahan nonmigas sepanjang tahun 2018 adalah

sebesar Rp2.615 triliun (harga berlaku), atau tumbuh

sebesar 4,77 persen dari tahun 2017 (YoY).

Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya (4,85 persen), sehingga kontribusi

industri pengolahan nonmigas menurun dari 17,9

persen menjadi 17,6 persen pada tahun 2018.

Subsektor logam dasar, mesin perlengkapan, dan kulit

dan alas kaki tumbuh paling tinggi pada triwulan IV

tahun 2018, yaitu masing-masing sebesar 15,52

6,17 6,03 5,58

4,98 4,88

5,03 5,07 5,17

7,46 6,98

5,45

5,61 5,05

4,43 4,85 4,77

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pertumbuhan PDB Nasional SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS

PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan IV 2018 mencapai Rp668 triliun (Harga Berlaku) dan tumbuh sebesar 4,73 persen (YoY).

Pertumbuhan subsektor logam dasar; mesin dan perlengkapan; dan kulit dan alas kaki tumbuh msing-masing sebesar 15,52 persen, 14,55 persen, dan 12,10 persen.

PDB industri pengolahan nonmigas tahun 2018 mencapai Rp2.615 triliun (Harga Berlaku) dan tumbuh sebesar 4,77 persen (YoY).

Page 58: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

42

persen, 14,55 persen, dan 12,10 persen. Pertumbuhan

subsektor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor.

Pertumbuhan di sektor logam dasar juga menunjukkan

peningkatan kontribusi kawasan industri berbasis

logam.

Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas 2018 (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah

Secara kumulatif, subsektor mesin dan perlengkapan,

kulit dan alas kaki, serta logam dasar tumbuh paling

tinggi selama tahun 2018, yakni masing-masing 9,49

persen, 9,42 persen, dan 8,99 persen (Gambar 8).

Pertumbuhan ekspor menjadi salah satu faktor

pendukung pertumbuhan, terutama di subsektor

logam dasar. Subsektor makanan dan minuman masih

menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar PDB

industri pengolahan nonmigas pada tahun 2018

(Gambar 8). Kondisi ini di satu sisi menunjukkan

penguatan sektor yang menjadi tumpuan nilai tambah

industri nasional, namun di sisi lain menunjukkan

tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan

-1,42

-0,83

-0,61

0,75

1,43

2,22

2,75

3,52

4,24

6,92

7,91

8,73

8,99

9,42

9,49

4,77

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Logam dll

Industri Kayu dll

Industri Kertas dll

Industri Furnitur

Industri Barang Galian bukan Logam

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Alat Angkutan

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

Industri Makanan dan Minuman

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Industri Logam Dasar

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

Industri Mesin dan Perlengkapan

SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS

Sepanjang tahun 2018, pertumbuhan PDB tertinggi terdapat di subsektor mesin dan perlengkapan; kulit dan alas kaki; dan logam dasar yaitu masing-masing sebesar 9,49 persen, 9,42 persen, dan 8,99 persen.

Page 59: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

43

heavy industries (seperti industri besi dan baja serta

kimia) dan tidak bergantung pada industri yang

berbasis komoditas.

Di sisi lain, beberapa subsektor mengalami kontraksi,

yaitu barang logam (-0,61 persen), industri

pengolahan lainnya (-0,83 persen), dan industri kimia

dan farmasi (-1,42 persen). Kontraksi pada subsektor

industri kimia, farmasi dan obat tradisional

dipengaruhi oleh beban bahan baku impor, yang

dipengaruhi kenaikan harga minyak bumi dan

pelemahan nilai tukar. Beberapa perusahaan kimia

hulu memutuskan untuk menyesuaikan kapasitas

produksi untuk mencapai tingkat economies of scale

dengan harga bahan baku saat ini.

Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Semester I 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah

Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas

pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD32,41

miliar, atau menurun sebesar 1,3 persen dibandingkan

dengan triwulan IV tahun 2017 (YoY). Pertumbuhan

ekspor logam dasar besi dan baja, bijih, kerak dan abu

2,69

0,54

0,44

0,39 0,26

0,45

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Makanan &Minum

Tekstil Alat Angkut Logam Dasar Karet Lainnya MANUFAKTURNon-MIGAS

4,77

Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD32,41 miliar.

Page 60: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

44

logam, dan bubur kayu (pulp) tercatat paling tinggi.

Pertumbuhan ekspor ini juga menunjukkan kontribusi

yang cukup signifikan dari perkembangan kawasan

industri yang berbasis logam. Dari sisi nilai ekspor,

produk minyak makan dan lemak nabati dan hewani,

kendaraan dan bagiannya, dan besi dan baja tercatat

memiliki nilai ekspor terbesar sepanjang tahun 2018.

Gambar 10. Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Produk Industri Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Penjualan mobil dan motor merupakan indikator yang

digunakan untuk mengetahui kondisi daya beli

masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah

bawah. Sementara itu penjualan semen merupakan

indikator yang menunjukkan kondisi pembangunan di

Indonesia.

32.411

-1,3

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

Page 61: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

45

Produksi mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai

348.111 unit, atau mengalami kenaikan sebesar 11,16

persen dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2017.

Kenaikan produksi tersebut utamanya didorong oleh

kenaikan produksi kendaraan sport 1.500-3.000 cc

(52,59 persen) dan produksi truk lebih dari 24 ton

(46,55 persen). Sementara secara akumulatif, produksi

mobil sepanjang tahun 2018 mencapai 1.343.714

unit, atau meningkat 10,40 dibandingkan dengan

produksi tahun 2017.

Gambar 11. Kinerja Produksi Mobil

Sumber: GAIKINDO (2018), diolah

Dari sisi penjualan, sebanyak 294.658 unit mobil

terjual pada triwulan IV tahun 2018, atau meningkat

sebesar 6,87 persen dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2017. Kenaikan penjualan mobil ini didorong

oleh kenaikan penjualan mobil truk lebih dari 24 ton

(29,73 persen), kendaraan sport (16,26 persen), dan

truk dibawah 5 ton (14,77 persen). Secara kumulatif,

348.111

11,16

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Produksi mobil (unit, sb.kiri) Pertumbuhan (y-o-y,%,sb.kanan)

Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 294.658 unit atau meningkat sebesar 6,87 persen (YoY).

Produksi mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 348.111 unit atau naik sebesar 11,16 persen dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2017.

Page 62: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

46

penjualan mobil pada tahun 2018 mencapai 1.151.291

unit, atau meningkat 6,64 persen dibandingkan

penjualan mobil pada tahun 2017. Kenaikan produksi

dan penjualan untuk kedua jenis tersebut sejalan

dengan meningkatnya investasi untuk kendaraan

sekaligus meningkatnya konsumsi masyarakat.

Gambar 12. Kinerja Penjualan Mobil

Sumber: GAIKINDO (2018), diolah

Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2018 masih

melanjutkan tren pertumbuhan positif sejak awal

tahun. Penjualan motor mencapai 1,66 juta atau

tumbuh sebesar 7,44 persen. Secara kumulatif,

penjualan motor pada tahun 2018 mencapai 6,38 juta

unit atau tumbuh 8,44 persen (YoY). Peningkatan

penjualan motor didorong oleh perbaikan daya beli

masyarakat dan sejalan dengan kenaikan harga

komoditas di pasar internasional.

294.658

6,9

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2016 2017 2018

Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri) Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 1,66 juta unit atau meningkat sebesar 7,44 persen (YoY).

Page 63: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

47

Gambar 13. Kinerja Penjualan Motor

Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2018, diolah

Gambar 14. Kinerja Penjualan Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI, 2018), diolah

Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2018

mencapai 21,34 juta ton, atau meningkat sebesar 7,63

1.660.869

7,44

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

1.800.000

2.000.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018 Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y)

21 7,63

-10

-5

0

5

10

15

,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018 Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Semen (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 21,34 juta ton.

Page 64: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

48

persen (YoY). Secara kumulatif, pada tahun 2018,

penjualan semen mencapai 75,14 juta ton atau

meningkat 8,46 persen (YoY). Penyelesaian proyek-

proyek infrastruktur, termasuk infrastruktur di

pedesaan, program sejuta rumah, serta

pengembangan perumahan oleh pengembang swasta

masih menjadi pendorong pertumbuhan penjualan

semen pada tahun 2018.

Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI)

Nilai PMI Indonesia pada bulan Oktober, November,

dan Desember 2018 adalah 50,50; 50,40; dan 51,20

dengan rata-rata 50,70 selama triwulan IV tahun 2018.

Meskipun masih menunjukkan ekspansi, namun

secara nilai, indeks pada triwulan ini lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laporan

Nikkei Market menyebutkan bahwa ekpansi industri

pengolahan lebih disebabkan oleh meningkatnya

permintaan domestik dibandingkan ekspor. Hal

tersebut disebabkan indeks untuk permintaan ekspor

selalu turun sepanjang tahun 2018. Namun, pada

bulan Desember 2018 terjadi kenaikan pemesanan

baru (new orders) dan tenaga kerja yang mendorong

kenaikan produksi pada bulan Desember setelah turun

pada dua bulan sebelumnya. Apresiasi nilai Rupiah

pada akhir tahun juga membantu penurunan biaya

input yang sebagian masih harus diimpor.

Gambar 15. Purchasing Manager Index Indonesia

Sumber: CEIC, diolah

46,0

48,0

50,0

52,0

2017 2018

Prompt Manufacturing Index (PMI)

Angka PMI yang berada di atas 50 pada triwulan IV tahun 2018 menunjukkan industri pengolahan rata-rata masih melakukan ekspansi.

Page 65: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

49

Investasi Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan IV tahun 2018, nilai PMDN sektor

industri pengolahan mencapai USD20,41 miliar atau

menurun sebesar 22,03 persen (YoY). Subsektor

dengan nilai PMDN terbesar adalah industri makanan

sebesar USD9 miliar, yang diikuti dengan industri kimia

dan farmasi serta subsektor industri logam dasar,

barang dari logam, bukan mesin dan perlengkapannya

dengan nilai investasi masing-masing USD4,19 miliar

dan USD3,09 miliar. Sementara subsektor industri

kendaraan bermotor, industri kimia dan farmasi, serta

industri kertas dan percetakan menjadi subsektor

dengan peningkatan nilai PMDN terbesar pada

triwulan IV tahun 2018.

Gambar 16. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BKPM 2018, diolah

Nilai PMA untuk sektor industri pengolahan pada

triwulan IV tahun 2018 mencapai USD2,40 miliar. Nilai

PMA tersebut turun sebesar 21,37 persen

dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

Subsektor dengan nilai PMA terbesar pada triwulan IV

tahun 2018 adalah subsektor industri logam, barang

dari logam, bukan mesin dan perlengkapan sebesar

USD517,20 juta, diikuti dengan subsektor industri

kimia dan farmasi dan industri makanan masing-

20.411

-22,0

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018PMDN (Juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan, y-o-y)

Nilai PMDN sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD20,41 milyar.

Nilai PMA sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD2,40 miliar.

Page 66: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

50

masing sebesar USD425,40 juta dan USD334,90 juta.

Peningkatan PMA di industri logam didorong oleh

investasi kawasan industri berbasis logam dan kerja

sama produksi industri logam. Sementara itu,

subsektor industri kayu, industri kertas dan

percetakan, dan industri logam dasar, barang logam,

bukan mesin merupakan subsektor dengan

pertumbuhan realisasi investasi tertinggi pada

triwulan IV tahun 2018.

Tren penurunan PMDN dan PMA di sektor industri

pengolahan sejak tahun 2017 tidak sejalan dengan

peningkatan Ease of Doing Business yang terjadi. Paket

kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah

dan relaksasi Daftar Negatif Investasi juga masih

belum mampu untuk meningkatkan investasi di sektor

industri pengolahan. Kebijakan investasi yang lebih

terarah, harmonisasi kebijakan hulu-hilir dan

antarsektor, serta peningkatan kepastian dan

kemudahan prosedur untuk mengakses insentif

investasi dapat menjadi solusi kebijakan untuk

meningkatkan investasi di sektor industri pengolahan.

Kebijakan investasi ke depan dapat mencontoh

kawasan industri berbasis logam, seperti Morowali,

yang mampu menarik pemain global untuk

membangun industri yang terintegrasi hulu-hilir di

lokasi sumber bahan baku.

Gambar 17. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BKPM (2018), diolah

2407,0

-9,8

-60-40-20020406080100

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

PMA (juta USD,sb. kiri) Pertumbuhan PMA (%, sb. kanan, y-on-y)

Penerapan kebijakan khusus untuk meningkatkan investasi di sektor industri pengolahan harus segera dilaksanakan.

Page 67: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

51

Perkembangan Sektor Pariwisata

Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara

Pada triwulan IV tahun 2018, jumlah wisatawan

mancanegara (wisman) mencapai 3,86 juta orang,

atau meningkat 14,44 persen dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2017. Secara kumulatif, jumlah

wisman pada tahun 2018 mencapai 15,81 juta orang

atau meningkat 12,58 persen. Pemantauan jumlah

wisman dengan dukungan mobile positioning device

(MPD) memperbaiki pencatatan wisman pada tahun

2018. Hal ini tercermin dari wisman asal Malaysia dan

Timor Leste yang melakukan perjalanan lintas batas

dalam jumlah paling besar. Pertumbuhan wisman

sebenarnya cenderung melambat (Gambar 13),

namun beberapa momentum di tahun 2018 dapat

dijadikan sebagai basis bagi perbaikan strategi

promosi pariwisata ke depan. Salah satunya adalah

keberhasilan penyelenggaraan IMF-World Bank

Annual Meeting serta Asian Games dan Asian Para

Games yang diharapkan dapat menarik minat wisman

untuk berkunjung ke Indonesia.

Gambar 18. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah

3.857.482

5,94 5,83

13,36

16,91

21,91

29,55 30,69

6,79

14,85

11,46 10,17

14,44

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

5.000.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Jumlah Wisman (ribu orang, BPS) Pertumbuhan (%, y-o-y, sb. kanan)

Jumlah wisman pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 3,86 juta orang, atau meningkat 14,44 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2017.

Page 68: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

52

Page 69: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

53

Page 70: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

54

Page 71: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

55

PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA

Pendapatan Negara dan Hibah

Sampai dengan akhir tahun 2018, realisasi

Pendapatan Negara dan Hibah mencapai Rp1.942,3

triliun atau 102,5 persen dari target APBN 2018

(Tabel 19). Realisasi tersebut meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian positif ini

didukung oleh kenaikan seluruh komponen

Pendapatan Negara dan Hibah, utamanya

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, 2012 – 2018 (triliun Rp)

Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016

2017 2018

Nominal %

APBN Nominal

% APBN

Perpajakan 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.285,0 1.343,5 89,6 1.521,4 94,2

PNBP 351,8 354,8 398,6 255,6 262,0 311,2 124,5 407,1 147,8

Hibah 5,8 6,8 5,0 12,0 8,9 11,6 847,2 13,9 1.161,4

TOTAL 1.338,1 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.555,9 1.666,3 95,2 1.942,3 102,5

Sumber: Kementerian Keuangan

Hingga akhir tahun 2018, realisasi penerimaan

perpajakan mencapai Rp1.521,4 triliun (94,2 persen

dari APBN 2018) atau meningkat 13,2 persen

dibandingkan realisasi tahun 2017. Pajak

Penghasilan (PPh), sebagai kontributor utama dari

Penerimaan Perpajakan, meningkat 16,2 persen

dari Rp646,8 triliun pada 2017 menjadi Rp751,5

triliun pada 2018. Perkembangan positif dari harga

komoditas global mendorong peningkatan PPh,

khususnya PPh Non-Migas. Selanjutnya Pajak

Pertambahan Nilai juga meningkat sebesar 12,0

persen dibandingkan periode yang sama pada

tahun 2017 (Gambar 19).

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir 2018 meningkat dibandingkan tahun 2017.

Kinerja positif dari realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2018 didorong oleh peningkatan PPh dan PPN.

Page 72: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

56

Gambar 19 Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (triliun Rp)

Sumber: Kementerian Keuangan

PNBP menjadi komponen tingginya penerimaan

negara tahun 2018. Realisasi PNBP hingga akhir

2018 sebesar Rp407,1 triliun, lebih tinggi 47,8

persen dibandingkan dengan target APBN. Secara

umum, realiasasi seluruh komponen PNBP tahun

2018 diatas target APBN. Berdasarkan komponen

penyusunnya, penerimaan SDA migas masih

mendominasi PNBP pada 2018, yaitu sebesar

Rp143,3 triliun. Capaian ini meningkat 75,2 persen

dibandingkan dengan tahun 2017. Meningkatnya

harga rata-rata komoditas global, khususnya

minyak bumi dan batu bara menjadi salah satu

faktor utama capaian kinerja positif PNBP.

Gambar 20. Realisasi Komponen PNBP (triliun Rp)

Sumber: Kementerian Keuangan

Belanja Pemerintah

Hingga akhir 2018, realisasi belanja negara

mencapai sebesar Rp2.202,2 triliun atau 99,2

persen dari target APBN. Apabila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya

646,79 480,72

16,77 153,29

39,21

751,49 538,20

26,20 159,69

45,78

Pajak Penghasilan PajakPertambahan

Nilai

PBB dan PajakLainnya

Cukai PajakPerdaganganInternasional

Desember 2017 Desember 2018

81,84

29,29 43,9

108,83

47,35

143,3

37,8 45,1

127,2

53,7

SDA Migas SDA Non Migas Pendapatan dari KND PNBP Lainnya Pendapatan BLU

Desember 2017 Desember 2018

Kenaikan realisasi PNBP pada akhir 2018 dikontribusikan oleh kenaikan harga komoditas global

Realisasi Belanja Negara pada triwulan IV tahun 2018 meningkat dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2017.

Page 73: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

57

terhadap target APBN-nya, capaian realisasi Belanja

Negara tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi tahun 2017 (Gambar 21). Realisasi

belanja negara meliputi Belanja Pemerintah Pusat

dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Gambar 21 Perkembangan Realisasi Belanja Negara (% terhadap Target APBN)

Sumber: Kementerian Keuangan

Hingga akhir tahun 2018, realisasi Belanja

Pemerintah Pusat mencapai Rp1.429,3 triliun atau

99,3 persen dari target APBN 2018. Realisasi

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi

tahun 2017 yang hanya mencapai 92,6 persen dari

APBN. Selanjutnya, hingga akhir tahun 2018,

Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

tercatat sebesar Rp757,8 triliun atau 98,9 persen

dari target APBN 2018 (Gambar 22). Besaran

belanja TKDD pada 2018 meningkat 2,1 persen

dibandingkan dengan realisasi pada periode yang

sama pada tahun 2017. Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara (% terhadap Target APBN)

%APBN

92,6 %APBN

99,3 %APBN

Desember 2017

Desember 2018

Belanja pemerintah pusat serta belanja transfer ke daerah dan dana desa, meningkat pada akhir tahun 2018

%APBN

94,1 %APBN

99,2 %APBN

Desember 2017

Desember 2018

Belanja Negara

%APBN

96,8 %APBN

98,9 %APBN

Belanja Pemerintah

Pusat

Belanja Transfer Ke

Daerah dan Dana Desa

Desember 2017

Desember 2018

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 74: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

58

Peningkatan realisasi Belanja Pemerintah Pusat

pada tahun 2018 ini utamanya dihasilkan oleh

tingginya realisasi beberapa komponen belanja

terhadap APBN seperti Bantuan Sosial (103,3

persen), Pembayaran Bunga Utang (108,2 persen)

dan Subsidi (138,8 persen). Sementara itu beberapa

komponen Belanja Pemerintah Pusat tidak

mencapai target APBN yang meliputi Belanja

Barang (99,1 persen), Belanja Pegawai (94,8), dan

Belanja Modal (90,7 persen) (Gambar 23).

Gambar 23. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Komponen Tahun 2018

Sumber: Kementerian Keuangan

Hingga akhir tahun 2018, realisasi Belanja Modal

mencapai sebesar Rp184,9 triliun atau 90,7

persen dari target APBN. Jika dibandingkan

dengan tahun 2017, realisasi belanja modal

mengalami penurunan sebesar 12,9 persen.

Dalam tahun 2018, realisasi Belanja Subsidi

mencapai sebesar Rp216,77 triliun atau 38,8

persen lebih tinggi dari target APBN 2018.

Tingginya realisasi belanja subsidi disebabkan

oleh tingginya subsidi energi yang terpengaruh

oleh harga minyak dan nilai tukar yang jauh lebih

tinggi dari yang diproyeksikan. Peningkatan nilai

subsidi energi tersebut dimaksudkan untuk

menjaga daya beli masyarakat yang kurang

mampu. Agar harga tetap stabil pada tingkat

masyarakat, melalui Peraturan Menteri ESDM

No. 40 Tahun 2018 Tentang Perubahan Keenam

Subsidi

Bunga Utang

Bantuan Sosial

Belanja Barang

Belanja Pegawai

Belanja Modal

138,8%

108,2%

103,3%

99,1%

94,8%

90,7% Rp263,9 T

Rp337,0 T

Rp184,9 T

Rp83,9 T

Rp258,1 T

Rp216,8 T

Realisasi belanja modal hingga akhir tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja subsidi hingga akhir tahun 2018 meningkat dibandingkan Desember 2017.

Pembayaran Bunga Utang, Bantuan Sosial, dan Subsidi merupakan komponen Belanja Pemerintah Pusat dengan realisasi yang relatif tinggi.

Page 75: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

59

Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor 39 Tahun 2014 Tentang

Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar

Minyak, subsidi tetap (fixed subsidy) solar

dinaikan dari Rp500;-/liter menjadi Rp2000,-

/liter. Kebijakan tersebut selain berdampak

positif pada daya beli masyarakat kurang mampu

juga untuk menjaga financial sustainability

BUMN.

Gambar 24. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% terhadap Target APBN)

Sumber: Kementerian Keuangan

Hingga akhir tahun 2018, Dana Perimbangan

sebagai komponen terbesar dari TKDD mencapai

sebesar Rp668,6 triliun, meningkat 2,2 persen

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun 2017. Dana Alokasi Umum (DAU) menjadi

komponen terbesar dari Dana Perimbangan dengan

realisasi sebesar Rp401,5 triliun. Adapun realisasi

Dana Transfer Khusus mengalami peningkatan

sebesar 3,5 persen dari Rp167,7 triliun pada 2017

menjadi Rp173,5 triliun pada 2018. Selain itu,

penyaluran Dana Desa juga hampir mencapai

target, dengan realisasi sebesar 99,8 persen (Tabel

20). Pencapaian ini didorong oleh koordinasi yang

baik antar Kementerian/Lembaga dalam

%APBN

107,4 %APBN

%APBN

104,0 %APBN

90,7 %APBN

DAU masih menjadi komponen terbesar dari Dana Perimbangan. Lebih lanjut, Dana Transfer Khusus mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017.

Desember 2018

138,8 %APBN

Desember 2017

Belanja Modal

Belanja Subsidi

Page 76: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

60

mempercepat proses penyaluran dan penyampaian

laporan realisasi penyaluran Dana Desa.

Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2012-2018 (triliun Rp)

Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Nominal % APBN Nominal % APBN

Transfer Ke Daerah 424,4 445,3 495,0 521,1 664,2 682,2 96,6 697,9 98,8

Dana Perimbangan 411,1 430,4 477,1 485,8 639,8 654,5 96,5 668,6 98,8

Dana Bagi Hasil 111,3 88,5 103,9 78,1 90,5 88,2 92,5 93,7 105,2

Dana Alokasi Umum 273,8 311,1 341,2 352,9 385,4 398,6 100,0 401,5 100,0

Dana Transfer Khusus 25,9 30,8 31,9 54,9 164,5 167,7 90,8 173,5 93,3

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

12,0 13,6 16,6 17,7 18,8 20,2 100,0 21,1 100

Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,4 1,7 5,0 7,5 100,0 8,2 96,8

Dana Desa - - - 20,8 46,7 59,8 99,6 59,9 99,8

Total 424,4 445,3 495,0 525,9 710,9 742,0 96,8 757,8 98,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Pembiayaan Pemerintah

Hingga akhir tahun 2018, defisit APBN sebesar

Rp259,9 triliun rupiah atau berada pada 1,76

persen PDB. Besaran defisit ini jauh lebih rendah

dibandingkan dengan realisasi defisit tahun 2017

yang mencapai sebesar Rp341,0 triliun atau 2,51

persen PDB (Gambar 25). Membaiknya kinerja

pendapatan negara dan pengelolaan belanja negara

yang baik berdampak pada tingkat defisit yang lebih

rendah.

Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, (Rp triliun dan %PDB)

Sumber: Kementerian Keuangan

Defisit anggaran yang lebih terjaga berimplikasi

pada kebutuhan pembiayaan yang relatif terjaga.

Hingga akhir tahun 2018, realisasi pembiayaan

(340,9759) (259,8959)

(2,5100)

(1,7600)

-3

-2

-1

0

-550-500-450-400-350-300-250-200-150-100

-500

Desember 2017 Desember 2018

Rp Triliun %PDB

Defisit anggaran yang terkendali berdampak pada turunnya realisasi pembiayaan pada triwulan IV tahun 2018.

Defisit Anggaran mengalami penurunan pada akhir triwulan IV tahun 2018.

0

Page 77: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

61

(neto) mencapai Rp300,4 triliun atau menurun

18,07 persen dibandingkan dengan realisasi tahun

2017. Realisasi Pembiayaan tersebut mencapai 92,2

persen dari target APBN (Tabel 21).

Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, 2017-2018 (Rp triliun)

Jenis Pembiayaan 2017 2018

Nominal % APBN Nominal % APBN

Utang (neto) 429,1 93,0 366,7 91,8

Investasi (59,8) 100,0 (61,1) 91,8

Pinjaman (2,1) 55,9 (4,3) 63,5

Penjaminan (1,0) 100,0 (1,1) 100,0

Lainnya 0,4 119,7 0,2 100,0

Total (neto) 366,6 92,3 300,4 92,2

Sumber: Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Total Utang Pemerintah Pusat hingga akhir tahun

2018 sebesar Rp 4.418,3 triliun atau sekitar 30,0

persen PDB. Utang pemerintah pusat tersebut

meningkat 10,6 persen dari tahun 2017. Meskipun

secara nominal mengalami peningkatan namun dari

sisi rasionya terhadap PDB, utang pemerintah pusat

masih jauh dibawah ambang batas maksimal yang

ditetapkan oleh Undang-Undang No. 17 Tahun

2003, yaitu sebesar 60 persen. Proporsi Surat

Berharga Negara (SBN) masih memegang porsi

terbesar pada struktur utang Pemerintah.

Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat, 2013-2018

Sumber: Kementerian Keuangan

2375,00 2608,7800 3165,1300 3515,4600 4010,2600

4418,300

26,200 24,700

27,4600 28,300 29,5115 29,9800

15

20

25

30

2000

3000

4000

5000

6000

2013 2014 2015 2016 2017 Desember2018

Utang Pemerintah Pusat Rasio Utang (%PDB)

Meskipun realisasi rasio

Utang Pemerintah

mengalami peningkatan

namun masih berada

dalam batas aman.

Page 78: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

62

Surat Berharga Negara

Surat Berharga Negara (SBN) masih mendominasi

struktur utang Pemerintah Pusat, dengan proporsi

sebesar 81,8 dari total utang pemerintah. Hingga

Desember 2018, total SBN tercatat sebesar

Rp3.612,7 triliun. Dari total SBN tersebut, SBN yang

diperdagangkan adalah sebesar Rp2.368,5 triliun.

Berdasarkan kepemilikannya, Institusi Non-bank

masih mendominasi kepemilikan SBN yang

diperdagangkan dengan proporsi sebesar 69,0

persen, diikuti oleh Bank dan Institusi Negara

masing masing sebesar 20,3 persen dan 10,7

persen. Adapun kepemilikan asing (non-residen)

pada SBN mencapai Rp893,3 triliun atau 37,7

persen dari total SBN yang diperdagangkan (Tabel

22). Berdasarkan jangka waktunya, SBN dengan

tenor 5 tahun ke atas masih menjadi instrumen

yang diminati oleh nonresiden/asing dengan

proporsi sebesar 75,4 dari total SBN yang dimiliki

oleh nonresiden/asing. Pengelolaan yang

senantiasa memperhatikan aspek kehati-hatian

serta tingkat paparan terhadap risiko yang selalu

dijaga menjadi faktor positif yang meningkatkan

minat non-residen/asing terhadap SBN.

Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2012 – 2018 (triliun Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

2018

Nominal % Kepemilikan

Bank 299,7 335,4 375,6 350,1 399,5 491,6 481,3 20,3

Institusi Negara 3,1 44,4 41,6 148,9 134,3 141,8 253,5 10,7

Nonbank 517,5 615,4 792,8 962,9 1.239,6 1.466,3 1.633,7 69,0

Reksadana 43,2 42,5 45,8 61,6 85,7 104,0 118,6 5,0

Asuransi 83,4 129,6 150,6 171,6 238,2 150,8 201,6 8,5

Nonresiden/Asing 270,5 323,8 461,4 558,5 665,8 836,1 893,3 37,7

Dana Pensiun 56,5 39,5 43,3 49,8 87,3 198,1 212,9 9,0

Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 59,8 73,1 3,1

Lain lain 64,9 47,6 61,3 78,8 104,8 117,5 134,2 5,7

Total 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 2.099,8 2.368,5 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Minat investor asing terhadap SBN tenor jangka menengah dan panjang cukup tinggi.

Page 79: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

63

Gambar 27. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman Luar Negeri

Hingga November 2018, realisasi Pinjaman Luar

Negeri mencapai sebesar USD176,1 miliar.

Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan realisasi tahun 2017 yang mencapai sebesar

USD177,3 miliar (Tabel 23). Berdasarkan pemberi

pinjaman (kreditor), Pinjaman Luar Negeri

didominasi oleh sumber pinjaman multilateral

dalam bentuk pinjaman program dan proyek.

Sedangkan pinjaman luar negeri yang berasal dari

bilateral masih didominasi oleh Jepang, dengan

nilai pinjaman senilai USD12,8 miliar.

1,9 4,5 10,2 11,9

7,8 5,2 4,7 3,2 3,5

5,0 4,3 5,1

4,7

4,6 8,2

2,8 5,4 3,7 1,3

5,4 5,1

1,9

23,3 19,8 18,1

16,8

16,5 12,9 15,2 11,8

17,8 17,3 18,4

16,9 21,7 21,0

24,9

27,8 32,0 33,6 39,0

37,4 35,6 36,8

52,8 49,3 46,0 38,2

45,0 44,5 42,8 44,7 36,0 37,0 38,6

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dec-18

< 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10

Jepang masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia.

Page 80: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

64

Tabel 23. Posisi Utang Luar Negeri Berdasarkan Kreditur, 2012 - November 2018 (Miliar USD)

Negara/Kelompok 2012 2013 2014 2015 2016 2017 November-

2018

Negara 39,6 34,7 30,4 28,1 26,7 26,4 25,0

a Jepang 26,4 21,0 17,0 15,5 14,6 14,0 12,8

b Perancis 2,5 2,6 2,5 2,4 2,4 2,7 2,5

c Jerman 2,1 2,0 1,8 1,7 1,9 2,1 2,4

d Tiongkok 0,8 0,9 1,0 1,0 1,0 1,3 1,5

e Korsel 0,7 1,0 1,2 1,4 1,5 1,4 1,4

f AS 1,6 1,6 1,6 1,5 1,4 1,2 1,1

g Belanda 1,2 1,2 1,0 0,8 0,6 0,6 0,5

h Singapura 0,2 0,2 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5

i Australia 0,8 0,7 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4

j Austria 0,9 0,9 0,7 0,5 0,4 0,4 0,3

k Lainnya 2,3 2,6 2,4 2,0 1,7 1,6 1,5

Multilateral 230,1 288,3 93,4 109,3 128,2 150,9 155,5

a Bank Dunia 12,6 13,4 14,1 16,1 17,3 18,0 18,2

b ADB 10,4 9,4 8,6 9,2 9,3 9,0 9,8

c IDB 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,9 1,0

d IFAD 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2

e Lainnya 53 56,1 69,9 83,2 100,7 122,9 126,3

Total 269,7 323,0 123,8 137,4 154,9 177,3 176,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 81: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

65

Page 82: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

66

Page 83: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

67

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA

Perdagangan Luar Negeri

Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia

Tabel 24. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor dan Impor Tahun 2017 dan 2018 Tahun 2017 Q4 2017 2018 Q4 2018

Neraca Perdagangan (Juta USD)

Total 996,5 11.885,6 -4.871,4 -8.643,6

Migas -2.703,8 -8.578,1 -3.094,4 -12.453,8

Non Migas 3.700,4 20.463,6 -1.777,0 3.767,5

Pertumbuhan yoy (%)

Total Ekspor 13,4 16,8 -1,0 6,6

Total Impor 20,2 15,7 12,2 20,2

Ekspor Migas 25,3 20,1 9,0 10,3

Impor Migas 40,3 11,2 11,1 22,6

Ekspor Non Migas 12,3 16,5 -2,0 6,2

Impor Non Migas 17,1 13,6 12,4 19,8

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan IV

tahun 2018 mengalami defisit perdagangan

sebesar USD4.871,4 juta. Sebagian besar defisit

disebabkan oleh defisit perdagangan di sektor

migas yakni sebesar USD3.094,4 juta, kemudian

ditambah dengan defisit perdagangan di sektor

non migas sebesar USD1.777,0 juta. Tingkat

pertumbuhan ekspor migas pada triwulan IV tahun

2018 sebesar 9,0 persen sedangkan impor migas

meningkat sebesar 11,1 persen (YoY). Sementara

itu, ekspor nonmigas mengalami tingkat

pertumbuhan negatif yakni sebesar 2,0 persen

sedangkan impor non migas meningkat sebesar

12,4 persen (YoY).

Secara kumulatif, neraca perdagangan pada tahun

2018 mengalami defisit sebesar USD8.643,6 juta.

Hal ini disebabkan oleh defisit pada sektor migas

sebesar USD12.453,8 juta, namun dikurangi oleh

surplus perdagangan dari sektor non migas

Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2018 mengalami defisit sebesar USD8,64 miliar.

Page 84: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

68

sebesar USD3.767,5 juta. Impor nonmigas pada

tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 22,6

persen, sedangkan ekspor migas sebesar 10,3

persen. Sementara itu, impor nonmigas

mengalami peningkatan sebesar 19,8 persen,

sedangkan ekspor non migas mengalami

pertumbuhan 6,2 persen.

Perkembangan Ekspor

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun

2018 adalah sebesar USD44.977,3 juta, mengalami

penurunan sebesar 1,0 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan terjadinya penurunan ekspor

nonmigas pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1

persen, sedangkan ekspor migas mengalami

pertumbuhan sebesar 9,0 persen (YoY). Sementara

itu, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada

tahun 2018 mencapai USD180.003,4 juta, atau

mengalami pertumbuhan sebesar 6,6 persen

dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini dapat

dicapai karena baik ekspor migas dan nonmigas

mengalami tingkat pertumbuhan yang positif yakni

berturut-turut sebesar 10,3 persen, dan 6,2

persen.

Gambar 28. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

TW-1 TW-2 TW-3 TW-4

Non Migas 2017 Non Migas 2018 Migas 2017

Migas 2018 Total 2017 Total 2018

Nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2018 mencapai 180,0 miliar USD, mengalami pertumbuhan sebesar 6,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Page 85: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

69

Tabel 25. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Juta USD)

Komoditas Oct-18 Nov-18 Dec-18 2018 TW IV 2018

Nilai Ekspor (USD Juta) 15.894,2 14.905,8 14.177,3 44.977,3 180.003,4

Migas 1.536,6 1.371,4 1.746,4 4.654,4 17.354,9

Minyak Mentah 419 381 317 1.116 5.120

Hasil Minyak 166 118 107 391 1.599

Gas 952 873 1.323 3.147 10.636

Non Migas 14.357,6 13.534,4 12.430,9 40.322,9 162.605,7

Pertanian 315,9 319,9 298,4 934,2 3.434,8

Industri 11.628,4 10.756,1 10.011,7 32.396,2 129.895,3

Pertambangan dan lainnya 2.413,3 2.458,4 2.120,8 6.992,5 29.282,7 Pertumbuhan Ekspor (YoY%) 4,28% -2,71% -4,68% -1,01% 6,63%

Migas 3,77% 7,14% 15,66% 8,98% 10,27%

Minyak Mentah -16,13% -14,90% -37,61% -23,25% -2,24%

Hasil Minyak 11,39% -1,14% -11,72% 0,35% -2,49%

Gas 14,33% 22,35% 50,15% 29,69% 20,03%

Non Migas 4,33% -3,60% -6,98% -2,05% 6,23%

Pertanian -9,56% 1,19% 8,15% -0,76% -6,47%

Industri 6,04% -6,04% -3,80% -1,30% 3,85%

Pertambangan dan lainnya -1,34% 9,36% -20,86% -5,17% 20,52%

Proporsi Ekspor (%) 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Migas 9,67% 9,20% 12,32% 10,35% 9,64%

Minyak Mentah 2,63% 2,55% 2,24% 2,48% 2,84%

Hasil Minyak 1,04% 0,79% 0,75% 0,87% 0,89%

Gas 5,99% 5,85% 9,33% 7,00% 5,91%

Non Migas 90,33% 90,80% 87,68% 89,65% 90,33%

Pertanian 1,99% 2,15% 2,10% 2,08% 1,91%

Industri 73,16% 72,16% 70,62% 72,03% 72,16%

Pertambangan dan lainnya 15,18% 16,49% 14,96% 15,55% 16,27%

Sumber Pertumbuhan (%) 4,28% -2,71% -4,68% -1,01% 6,63%

Migas 0,36% 0,66% 1,93% 0,93% 0,99%

Minyak Mentah -0,43% -0,38% -0,84% -0,58% -0,06%

Hasil Minyak 0,12% -0,01% -0,09% 0,00% -0,02%

Gas 0,86% 1,31% 4,68% 2,08% 1,18%

Non Migas 3,91% -3,27% -6,12% -1,83% 5,63%

Pertanian -0,19% 0,03% 0,17% -0,02% -0,12%

Industri 4,42% -4,36% -2,69% -0,93% 2,78%

Pertambangan dan lainnya -0,20% 1,54% -3,12% -0,80% 3,34% Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 86: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

70

Tabel 26. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Golongan Barang (HS) Nilai (Juta USD)

Pertumbuhan YoY (%)

Share thd Total Non Migas (%)

Okt-Des 2018

Jan-Des 2018

Okt-Des

2018

Jan-Des

2018

Okt-Des

2018

Jan-Des

2018 Bahan bakar mineral (27) 6,168.9 24,589.3 -3.80 16.69 15.30 15.12

Lemak & minyak hewan/nabati (15) 5,083.2 20,354.1 15.39 -11.37 12.61 12.51

Mesin/peralatan listrik (85) 2,255.5 8,829.5 -6.60 4.50 5.59 5.43

Kendaraan dan Bagiannya (87) 2,042.1 7,554.0 -13.84 10.51 5.06 4.64

Karet dan Barang dari Karet (40) 1,437.9 6,381.6 21.09 -17.58 3.57 3.92

Besi dan Baja (72) 1,598.9 5,751.5 -25.33 71.71 3.97 3.54

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (84) 1,416.7 5,730.6 8.85 -2.40 3.51 3.52

Perhiasan/Permata (71) 1,356.1 5,605.5 -4.27 -0.04 3.36 3.45

Bijih, Kerak, dan Abu logam (26) 987.2 5,254.8 57.63 39.40 2.45 3.23

Alas kaki (64) 1,380.5 5,114.0 -3.16 4.12 3.42 3.14

10 Terbesar 23,727.1 95,164.9 2.56 5.07 58.84 58.51

Lainnya 16,595.7 67,483.5 -46.51 8.12 41.16 41.49

Total Non Migas 40,322.8 162,648.5 1.89 6.31 100.00 100.00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan Golongan barang kode HS 2 dijit,

Golongan barang yang berkontribusi terbesar

terhadap ekspor pada triwulan IV tahun 2018

adalah Bahan Bakar Mineral (HS 27) sebesar 15,1

persen; Lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15)

sebesar 12,6 persen; Mesin/peralatan listrik (HS

85) sebesar 5,6 persen; Kendaraan dan bagiannya

(HS 87) sebesar 5,1 persen; dan Karet dan barang

dari karet (HS 40) sebesar 3,6 persen.

Secara kumulatif, ekspor nonmigas pada 10

kelompok barang terbesar pada tahun 2018

mencapai USD95.164,9 juta, atau mengalami

pertumbuhan sebesar 5,1 persen dibandingkan

dengan tahun 2017. Tingkat pertumbuhan ini lebih

kecil dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan

ekspor total non migas yakni sebesar 6,31 persen.

Berdasarkan golongan barang HS 2 dijit, impor nonmigas terbesar pada tahun 2018 adalah Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85), dan Besi dan Baja (HS 72).

Sedangkan dilihat dari tingkat pertumbuhan YoY, di antara 10 barang impor terbesar, Benda-Benda dari Besi dan Baja (HS 73) mengalami peningkatan impor tertinggi sebesar 48,1 persen.

Page 87: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

71

Tabel 27. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Kelompok Barang (Kode HS)

Volume (Ribu Ton) Pertumbuhan YoY

(%)

Okt-Des 2018

Jan-Des 2018 Okt-Des

2018 Jan-Des

2018

Bahan bakar mineral (27) 113.047,8 430.075,7 13,9 10,1

Lemak & minyak hewan/nabati (15) 9.243,0 32.361,0 13,1 3,2

Bijih, Kerak, dan Abu logam (26) 9.296,7 31.776,6 160,2 191,3

Garam, Belerang, Kapur (25) 3.209,3 14.816,3 -19,5 17,7

Berbagai produk kimia (38) 1.455,8 6.046,7 39,9 55,3

Ampas/Sisa Industri Makanan (23) 1.613,1 5.806,2 28,2 12,3

Kayu, Barang dari Kayu (44) 1.342,7 5.303,4 -7,1 -5,8

Kertas/Karton (48) 1.214,1 5.129,1 1,2 9,7

Besi dan Baja (72) 1.190,7 4.513,3 36,3 33,8

Bubur kayu/Pulp (47) 873,7 4.310,4 -32,7 -8,2

10 Terbesar 142.486,9 540.138,7 11,3 14,2

Lainnya 8.089,9 30.375,8 3,7 -0,9

Total Non Migas 150.576,7 570.514,5 10,8 13,3 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan volume ekspor, ekspor nonmigas

pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 150,6 juta

ton, atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,8

persen dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan tertinggi

di antara 10 kelompok barang terbesar

berdasarkan volume ekspor terdapat pada Bijih,

Kerak, dan Abu logam (HS 26) yakni pada triwulan

IV tahun 2018 tumbuh sebesar 160,2 persen.

Secara kumulatif, volume ekspor tahun 2018

mengalami pertumbuhan sebesar 13,3 persen

dibandingkan dengan tahun 2017. Tingkat

pertumbuhan tertinggi di antara 10 komoditas

dengan volume ekspor terbesar dicapai oleh Bijih,

Kerak, dan Abu logam (HS 26) sebesar 191,3

persen.

Berdasarkan volume ekspor, ekspor nonmigas pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 13,3 persen.

Page 88: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

72

Tabel 28. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Negara Tujuan Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%)

Share thd Total Non Migas (%)

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

R.R. Tiongkok 18.521,4 24.393,8 27,10 14,41 15,14 15,00

Amerika Serikat 13.199,9 17.673,5 2,94 3,11 10,79 10,87

Jepang 12.511,2 16.309,2 18,03 10,99 10,23 10,03

India 10.098,4 13.664,9 -1,25 -2,04 8,26 8,40

Singapura 6.634,6 8.909,8 -0,93 -1,80 5,42 5,48

Malaysia 5.823,2 7.762,6 12,66 9,94 4,76 4,77

Korea Selatan 5.564,2 7.505,9 18,63 18,52 4,55 4,62

Filipina 5.179,5 6.809,2 9,62 3,21 4,23 4,19

Thailand 4.388,8 5.718,1 8,47 5,19 3,59 3,52

Vietnam 3.166,6 4.549,3 23,70 27,21 2,59 2,80

10 Terbesar 85.087,8 113.296,4 11,80 7,71 69,56 69,67

Lainnya 37.237,8 49.326,1 4,07 3,04 30,44 30,33

Total Non Migas 122.325,7 162.622,5 9,33 6,25 100 100 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan negara tujuan ekspor, negara tujuan

ekspor nonmigas terbesar pada triwulan IV tahun

2018 adalah Tiongkok dengan kontribusi sebesar

15,1 persen terhadap total ekspor nonmigas.

Setelah Tiongkok, negara tujuan ekspor lainnya

yang adalah Amerika Serikat sebesar 10,8 persen,

Jepang sebesar 11,0 persen, India sebesar 8,3

persen, dan Singapura sebesar 5,4 persen. Pada

triwulan IV tahun 2018, 10 negara tujuan ekspor

utama berkontribusi sebesar 69,6 persen terhadap

total ekspor nonmigas.

Secara kumulatif, tingkat pertumbuhan tertinggi

tahun 2018 di antara 10 negara tujuan ekspor

utama adalah Vietnam, yakni sebesar 27,2 persen

dibandingkan dengan tahun 2017. Setelah

Vietnam, pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi

lainnya dicapai pada ekspor ke Korea Selatan

Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor nonmigas terbesar pada tahun 2018 dilakukan terhadap Tiongkok, berkontribusi sebesar 15,0 persen dari total ekspor nonmigas.

Page 89: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

73

sebesar 18,5 persen; dan Tiongkok sebesar 14,4

persen.

Perkembangan Impor

Gambar 29. Nilai Impor Indonesia sampai dengan triwulan IV Tahun 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total impor Indonesia pada triwulan IV tahun

2018 adalah sebesar USD49.848,7 juta, mengalami

peningkatan sebesar 12,2 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini didukung oleh peningkatan impor bahan

baku sebesar 13,6 persen; barang modal sebesar

10,7 persen; dan barang modal sebesar 6,7

persen. Sementara itu, secara kumulatif nilai

impor Indonesia pada tahun 2018 mencapai

USD188.646,9 juta, atau mengalami peningkatan

sebesar 20,2 persen dibandingkan dengan tahun

2017. Hal ini didukung oleh peningkatan impor

migas sebesar 22,6 persen, dan impor nonmigas

sebesar 19,8 persen (YoY).

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

TW-1 TW-2 TW-3 TW-4

Non Migas 2017 Non Migas 2018 Migas 2017

Migas 2018 Total 2017 Total 2018

Nilai total impor Indonesia pada tahun 2018 mencapai 188,6 triliun USD, meningkat sebesar 20,2 persen.

Page 90: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

74

Tabel 29. Perkembangan Impor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Juta USD)

Komoditas Oct-18 Nov-18 Dec-18 2018 TW

IV 2018

Nilai Impor (USD Juta) 17.667,6 16.901,8 15.279,3 49.848,7 188.646,9

Barang Konsumsi 1.502,7 1.434,3 1.461,0 4.398,0 17.174,6

Bahan Baku 13.410,4 12.870,5 11.134,0 37.414,9 141.250,7

Barang Modal 2.754,5 2.597,0 2.684,3 8.035,8 30.221,6

Migas 2.916,9 2.866,7 1.965,2 7.748,8 29.808,7

Minyak Mentah 857,6 857,6 471,1 2.186,3 9.140,5

Hasil Minyak 1.699,1 1.730,6 1.276,6 4.706,3 16.498,8

Gas 278,5 278,5 217,5 774,5 3.031,8

Non Migas 14.750,7 14.035,1 13.314,1 42.099,9 158.838,2

Pertumbuhan Impor* (%) 24,1% 11,9% 1,2% 12,2% 20,2%

Barang Konsumsi 19,4% 6,9% 6,4% 10,7% 21,3%

Bahan Baku 24,3% 15,8% 1,0% 13,6% 20,0%

Barang Modal 25,7% -1,9% -0,3% 6,7% 20,5%

Migas 32,2% 30,0% -23,3% 11,1% 22,6%

Minyak Mentah 10,5% 62,6% -41,9% 3,4% 29,4%

Hasil Minyak 42,6% 24,2% -13,0% 16,1% 13,6%

Gas 16,2% -1,7% -23,6% -4,1% 11,3%

Non Migas 22,6% 8,8% 6,3% 12,4% 19,8%

Proporsi Impor (%) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Barang Konsumsi 8,5% 8,5% 9,6% 8,8% 9,1%

Bahan Baku 75,9% 76,1% 72,9% 75,1% 74,9%

Barang Modal 15,6% 15,4% 17,6% 16,1% 16,0%

Migas 16,5% 17,0% 12,9% 15,5% 15,8%

Minyak Mentah 4,9% 5,1% 3,1% 4,4% 4,8%

Hasil Minyak 9,6% 10,2% 8,4% 9,4% 8,7%

Gas 1,6% 1,6% 1,4% 1,6% 1,6%

Non Migas 83,5% 83,0% 87,1% 84,5% 84,2%

Sumber Pertumbuhan (%) 24,1% 11,9% 1,2% 12,2% 20,2%

Barang Konsumsi 1,6% 0,6% 0,6% 0,9% 1,9%

Bahan Baku 18,4% 12,0% 0,7% 10,2% 15,0%

Barang Modal 4,0% -0,3% -0,1% 1,1% 3,3%

Migas 5,3% 5,1% -3,0% 1,7% 3,6%

Minyak Mentah 0,5% 3,2% -1,3% 0,1% 1,4%

Hasil Minyak 4,1% 2,5% -1,1% 1,5% 1,2%

Gas 0,3% 0,0% -0,3% -0,1% 0,2%

Non Migas 18,8% 7,3% 5,5% 10,4% 16,7%

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 91: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

75

Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Kelompok Barang (Kode HS) Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%)

Okt-Des 2018 Jan-Des 2018 Okt-Des

2018 Jan-Des

2018

Mesin-mesin / Pesawat Mekanik (84) 7.476,9 27.192,0 16,2 24,9

Mesin / Peralatan Listrik (85) 5.599,2 21.446,8 6,7 19,6

Besi dan Baja (72) 3.189,4 10.247,0 25,8 28,3

Plastik dan Barang dari Plastik (39) 2.516,3 9.211,3 21,8 19,2

Kendaraan dan Bagiannya (87) 1.987,2 8.064,7 11,1 20,5

Bahan Kimia Organik (29) 1.769,9 6.925,9 14,3 17,4

Benda-benda dari Besi dan Baja (73) 980,1 3.890,6 18,5 48,1

Gandum-ganduman (10) 936,5 3.795,0 14,7 29,6

Ampas / Sisa Industri Makanan (23) 823,7 3.057,4 29,5 15,3

Perangkat Optik (90) 726,5 2.885,6 -13,8 11,6

10 Terbesar 26.005,7 96.716,3 14,3 22,7

Lainnya 16.055,1 62.082,9 9,1 15,4

Total Non Migas 42.060,8 158.799,3 12,3 19,8 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan Golongan barang kode HS 2 dijit,

impor nonmigas terbesar pada triwulan IV tahun

2018 di antaranya Mesin-mesin/Perawatan

Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85);

Besi dan Baja (HS 72); Plastik dan Barang dan

Plastik (HS 39); dan Kendaraan dan Bagiannya (HS

87). Tingkat pertumbuhan tertinggi diantara 10

golongan barang impor nonmigas terbesar

terdapat pada Ampas/sisa industri makanan (HS

23) sebesar 29,5 persen; Besi dan Baja (HS 72)

sebesar 25,8 persen; dan Plastik dan Barang dari

Plastik (HS 39) sebesar 21,3 persen.

Secara kumulatif, impor nonmigas pada 10

kelompok barang terbesar pada tahun 2018

mencapai USD96.716,3 juta mengalami

peningkatan sebesar 22,7 persen dibandingkan

dengan tahun 2017. Tingkat pertumbuhan ini lebih

besar daripada total impor nonmigas sendiri yakni

sebesar 19,8 persen (YoY).

Berdasarkan golongan barang HS 2 dijit, impor nonmigas terbesar pada tahun 2018 adalah Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85), dan Besi dan Baja (HS 72).

Page 92: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

76

Tabel 31. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Negara Asal Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Share thd Total Non

Migas (%)

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

Okt-Des 2018

Jan-Dec 2018

Tiongkok 12.748,7 42.873,7 19,02 20,70 30,31 27,04

Jepang 4.642,8 17.731,8 7,64 16,54 11,04 11,18

Thailand 2.657,8 10.321,9 15,46 12,30 6,32 6,51

Amerika Serikat 2.257,5 9.887,6 10,20 28,35 5,37 6,24

Singapura 2.192,3 9.523,5 -12,41 14,70 5,21 6,01

Korea Selatan 2.038,0 7.650,5 11,14 5,93 4,85 4,83

Malaysia 1.671,7 6.308,9 15,11 20,80 3,97 3,98

India 1.241,4 5.593,3 10,31 47,64 2,95 3,53

Australia 1.405,1 4.884,9 17,01 -3,16 3,34 3,08

Jerman 853,0 3.862,5 -14,94 9,55 2,03 2,44

10 Terbesar 31.708,3 118.638,5 11,28 17,77 75,39 74,83

Lainnya 10.350,6 39.912,4 15,77 25,36 24,61 25,17

Total Non Migas 42.058,8 158.550,9 12,35 19,59 100 100 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan negara asal impor utama, negara

pengimpor terbesar pada triwulan IV tahun 2018

adalah Tiongkok yakni berkontribusi terhadap

total impor nonmigas sebesar 30,3 persen. Selain

Tiongkok, negara pengimpor terbesar lainnya

adalah Jepang sebesar 11,04 persen, Thailand

sebesar 6,32 persen; Amerika Serikat sebesar 5,37

persen; dan Singapura sebesar 5,21 persen.

Secara kumulatif, impor nonmigas pada 10 negara

pengimpor utama pada tahun 2018 mengalami

peningkatan 25,4 persen dibandingkan dengan

tahun 2017, lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan pada total impor nonmigas yakni

sebesar 19,6 persen.

Berdasarkan negara asal impor utama, negara pengimpor terbesar pada tahun 2018 adalah Tiongkok, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, dan Singapura.

Page 93: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

77

Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional

Tabel 32. Status Perjanjian Ekonomi Internasional

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/under study 1997

3 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/under study 2004

4 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005

5 Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/under study 2005

6 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007

7 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008

8 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/under study 2009

10 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement

Signed and In Effect 2010

11 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2010

12 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched 2011

13 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement

Negotiations launched 2011

14 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/under study 2011

15 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect 2011

16 Australia-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Negotiations launched 2012

17 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012

18 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

19 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013

20 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/under study 2014

21 Indonesia-Peru FTA Proposed/under study 2014

22 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

2014

23 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/under study 2015

24 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/under study 2016

25 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/under study 2016

26 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/under study 2016

27 ASEAN-Canada FTA Proposed/under study 2017

28 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect

2017

29 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect

2017

30 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

31 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement

Proposed/under study 2018

Page 94: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

78

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

32 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/under study 2018

33 Indonesia-Morocco Free Trade Agreement Proposed/under study 2018

34 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018

35 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/under study 2018

36 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

Sumber : Asia Regional Integration Center (ADB)

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)

Tabel 33. Nilai Ekspor Indonesia Berdasarkan SKA hingga Triwulan IV Tahun 2018 (direct only)

No Jenis Form Nilai FOB (Juta USD)

Persentase thd Total Ekspor (%)

2017 2018 2017 2018

SKA Preferensi

1 Form A 32.842,2 33.198,7 19,5 18,42

2 Form AANZ 2.269,2 2.673,1 1,3 1,48

3 Form AI 14.388,3 11.501,9 8,5 6,38

4 Form AK 8.263,0 7.264,6 4,9 4,03

5 Form COA 12,9 24,2 0,0 0,01

6 Form D 30.024,7 32.637,3 17,8 18,11

7 Form E 32.245,0 28.537,5 19,1 15,84

8 Form GSTP 26,1 15,4 0,0 0,01

9 Form HANDICRAFT BATIK - - - -

10 Form HANDICRAFT GOODS - - - -

11 Form HANDICRAFT PRODUCT 2,6 1,4 0,0 0,00

12 Form ICC - - - -

13 Form IJEPA 9.618,4 7.287,7 5,7 4,04

14 Form IP 2.348,2 1.569,0 1,4 0,87

SKA Non Preferensi

1 Form AJCEP - 755,6 - 0,4

2 Form ANEXO III 43,1 44,4 0,0 0,0

3 Form B 25.693,0 17.003,8 15,2 9,4

4 Form ICO 2.680,2 1.088,8 1,6 0,6

5 Form TP 44,6 23,5 0,0 0,0

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Page 95: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

79

Tabel 34. Jumlah Permohonan SKA hingga Triwulan IV Tahun 2018 (direct only)

No Jenis Form 2017 2018

Proporsi terhadap

Total Permohonan

(%)

Pertumbuhan (yoy) (%)

SKA Preferensi 1.168.950 960.673 67,5 -17,8

1 FormA 428.827 397.334 27,9 -7,3

2 FormAANZ 73.727 54.175 3,8 -26,5

3 FormAI 48.021 49.559 3,5 3,2

4 FormAK 71.473 68.334 4,8 -4,4

5 FormCOA 102 134 0,0 31,4

6 FormD 319.876 198.444 13,9 -38,0

7 FormE 111.912 101.605 7,1 -9,2

8 FormGSTP 281 229 0,0 -18,5

9 FormHANDICRAFTBATIK - - 0,0

10 FormHANDICRAFTGOODS - - 0,0

11 FormHANDICRAFTPRODUCT 120 85 0,0 -29,2

12 FormICC - - 0,0

13 FormIJEPA 104.223 81.039 5,7 -22,2

14 FormIP 10.388 9.735 0,7 -6,3

SKA Non Preferensi 255.939 231.077 16,2 -9,7

1 FormAJCEP 0 11.168 0,8

2 FormANEXOIII 818 698 0,0 -14,7

3 FormB 241.419 208.731 14,7 -13,5

4 FormICO 12.909 9.972 0,7 -22,8

5 FormTP 793 508 0,0 -35,9

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA

Kinerja perdagangan Indonesia terhadap beberapa

negara mitra FTA khususnya pada sektor migas

pada tahun 2018 yang menunjukan perbaikan

dibandingkan dengan tahun 2017 terdapat pada

beberapa negara di antaranya Jepang, Tiongkok,

Thailand, Malaysia, Vietnam, India, Mesir, dan

Australia. Sementara itu, defisit perdagangan pada

tahun 2018 yang semakin besar terjadi pada

negara Singapura, Nigeria, dan Iran.

Kinerja perdagangan sektor migas tahun 2018 menunjukan perbaikan pada beberapa negara mitra FTA di antaranya Jepang, Tiongkok, dan Malaysia.

Page 96: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

80

Tabel 35. Kinerja Perdagangan Sektor Migas Indonesia dengan Beberapa Negara Mitra FTA (Juta USD)

Kawasan / Negara 2017 2018

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 3.095,8 30,8 3.065,1 3.171,3 33,2 3.138,1

Korea Selatan 1.853,8 902,5 951,2 2.027,5 1.361,4 666,2

R. R. Tiongkok 1.727,4 255,0 1.472,4 2.730,3 264,0 2.466,3

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 1.026,3 89,5 936,8 1.100,8 100,9 999,9

Singapura 3.678,5 8.603,8 -4.925,3 3.993,6 11.837,9 -7.844,3

Filipina 29,6 0,0 29,6 17,5 24,0 -6,5

Malaysia 1.406,3 3.572,3 -2.166,0 1.540,9 2.435,9 -895,0

Myanmar 0,6 0,0 0,6 0,9 0,0 0,9

Kamboja 2,4 0,0 2,4 0,2 0,0 0,2

Brunei Darussalam 0,0 27,9 -27,9 0,0 0,0 0,0

Laos 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Vietnam 11,4 0,6 10,8 35,3 1,4 33,9

KAWASAN ASIA SELATAN

India 133,9 260,7 -126,8 61,5 114,0 -52,5

Pakistan 0,0 0,0 0,0 83,0 0,0 83,0

Bangladesh 16,1 0,0 16,1 150,5 0,0 150,5

KAWASAN EROPA

Turki 0,0 223,1 -223,1 0,0 253,2 -253,2

KAWASAN AFRIKA

Mesir 2,6 135,9 -133,4 0,0 1,1 -1,1

Nigeria 0,2 1.253,0 -1.252,9 0,0 2.450,9 -2.450,8

KAWASAN OCEANIA

Australia 565,7 965,0 -399,3 1.236,1 664,8 571,3

Selandia Baru 25,5 0,0 25,5 8,8 0,0 8,8

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 0,0 296,9 -296,9 0,0 363,9 -363,9

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kinerja perdagangan Indonesia terhadap beberapa

negara mitra FTA khususnya pada sektor nonmigas

pada tahun 2018 yang menunjukan perbaikan

dibandingkan dengan tahun 2017 terdapat pada

beberapa negara di antaranya Korea Selatan,

Kinerja perdagangan sektor nonmigas tahun 2018 menunjukan perbaikan pada beberapa negara mitra FTA.

Page 97: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

81

Filipina, Vietnam, Bangladesh, Nigeria, Australia,

dan Selandia Baru. Sementara itu, defisit

perdagangan pada tahun 2018 yang semakin besar

terjadi pada negara Jepang, Tiongkok, Thailand,

dan Laos.

Tabel 36. Kinerja Perdagangan Sektor Non Migas Indonesia dengan Beberapa Negara Mitra FTA (Juta USD)

Kawasan / Negara 2017 2018

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

Kamboja

Brunei Darussalam 14.695,0 15.209,3 -514,3 16.308,9 17.942,5 -1.633,6

Laos 6.333,2 7.219,8 -886,6 7.505,6 7.715,7 -210,1

Vietnam 21.321,9 35.511,8 -14.189,9 24.392,7 45.244,6 -20.851,9

KAWASAN ASIA SELATAN

India 5.435,8 9.192,1 -3.756,3 5.718,5 10.851,9 -5.133,4

Pakistan 9.088,7 8.284,8 804,0 8.969,2 9.579,7 -610,5

Bangladesh 6.597,6 859,3 5.738,3 6.808,0 934,4 5.873,6

KAWASAN EROPA 7.061,3 5.285,9 1.775,3 7.763,3 6.136,7 1.626,6

Turki 828,9 145,7 683,2 896,6 151,6 745,0

KAWASAN AFRIKA 511,4 28,3 483,1 525,2 33,0 492,2

Mesir 64,6 14,7 49,9 61,2 20,1 41,1

Nigeria 4,2 11,9 -7,7 7,3 25,7 -18,4

KAWASAN OCEANIA 3.576,1 3.228,2 347,9 4.549,2 3.793,2 756,0

Australia

Selandia Baru 13.949,7 3.787,8 10.161,9 13.664,7 4.903,0 8.761,8 KAWASAN TIMUR TENGAH 2.398,1 241,1 2.157,0 2.385,0 641,4 1.743,5

Iran 1.580,5 73,1 1.507,3 1.737,5 89,5 1.648,0

Kamboja

Brunei Darussalam 1.169,0 311,0 858,0 1.182,2 357,6 824,6

Laos

Vietnam 1.251,1 116,4 1.134,6 1.033,5 138,7 894,9

KAWASAN ASIA SELATAN 343,6 36,1 307,5 421,2 76,6 344,6

India

Pakistan 1.943,5 5.044,0 -3.100,5 2.163,3 5.160,8 -2.997,5

Bangladesh 412,4 751,2 -338,8 487,0 808,4 -321,5

KAWASAN EROPA

Turki 312,2 63,4 248,8 296,6 55,1 241,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 98: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

82

Isu Terkini Kerjasama Ekonomi Internasional

Mengikuti World Investment Forum (WIF) 2018 : Indonesia

Menyampaikan Kegiatan dalam Menunjang Keberhasilan Pencapaian

Sustainable Development Goals (SDGs) 2030

Pada tanggal 25-26 Oktober 2018, UNCTAD kembali menyelenggarakan World

Investment Forum (WIF) yang merupakan pertemuan 2 tahunan UNCTAD di

Jenewa, Swiss. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh negara anggora UNCTAD, para

kepala negara/pemerintahan, para menteri negara, para pemimpin organisasi

internasional, para CEO dari perusahaan ternama, dan para pemangku

kepentingan investasi dunia. Kementerian PPN/Bappenas berkesempatan menjadi

pembicara pada 2 sesi Ministrial Meeting untuk berbagi pengalaman bangsa

Indonesia. Forum ini juga merupakan tempat yang baik untuk mempromosikan

Indonesia sebagai negara tujuan berinvestasi bagi investor.

Sebagai pembicara pada sesi pertama Ministrial Roundtable dengan tema

Entrepreneurship for Sustainable Development, Bappenas menegaskan pentingnya

peran UKM serta wirausaha dalam pencapaian SDGs, terutama pada Tujuan 8:

Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan Tujuan 9: Infrastruktur, Industri,

dan Inovasi. UKM dan kewirausahaan berkontribusi besar terhadap penciptaan

lapangan kerja dan pasar tenaga kerja di Indonesia serta tidak dibatasi oleh

tantangan area geografis, sehingga para pelaku usaha di seluruh Indonesia dapat

menggeluti bidang tersebut. UKM dan kewirausahaan menjadi kunci inovasi bisnis,

berbeda dari perusahaan besar yang memiliki pilihan produksi dan terobosan

teknologinya. Di Indonesia, 97 persen lapangan kerja berasal dari UKM; namun

hanya sekitar 10 persen UKM yang sudah menggunakan teknologi informasi dalam

proses bisnisnya. Total UKM yang mampu melakukan kegiatan ekspor pun masih

sangat terbatas, hanya sekitar 4 persen pada tahun 2017; sementara 60 persen

UKM e-Commerce masih menjual produk-produk impor. Keterbatasan dalam

melakukan ekspor tersebut mengindikasikan kemampuan UKM Indonesia dalam

bersaing di pasar global.

Pada sesi yang kedua dengan tema 21st Century Global Investment Policy,

Bappenas menyampaikan bahwa upaya untuk memperkuat fundamental

perekonomian Indonesia senantiasa dilakukan dengan menggalakkan ekspor dan

investasi. Pemerintah Indonesia memberikan dukungan penuh kepada investor

atau perusahaan domestik yang berniat untuk berinvestasi dan berekspansi secara

global (Outward Direct Investment), antara lain dengan memberikan

pendampingan kepada para investor domestik, melakukan kajian-kajian, serta

Page 99: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

83

mengumpulkan data dan informasi mengenai peluang investasi di beberapa

negara-negara potensial tujuan investasi. Selanjutnya, pengalaman Pemerintah

Indonesia dalam menerapkan One Stop Service; Electronic Single Submission

System; Ease of Doing Business (EoDB); serta Daftar Investasi juga dipaparkan.

Negatif Selain menjadi narasumber pada ministrial meeting, Bappenas juga

melaksanakan 5 kegiatan lain yang diantaranya masih terkait dengan keberhasilan

SDGs dan misi untuk mendorong minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Kegiatan tersebut yaitu: (1) Pertemuan bilateral dengan Deputy Executive Director

of the United Nations Global Compact dan Executive Vice President and Chief of

International Affairs and Sustainable Development - PIMCO; (2) pertemuan

bilateral dengan Sekjen UNCTAD; (3) Pertemuan dengan UNICEF; (4) wawancara

dengan Phoenix Satelite Television dan Capital Finance International.

Pada pertemuan bilateral dengan PIMCO, disampaikan usulan agar kiranya

Indonesia dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan High-Level Meeting of UN

Global Impact mengenai sustainability initiatives pada tahun 2019. Pihak PIMCO

juga menyarankan agar pemerintah Indonesia mengeluarkan green bond dan

mengutarakan minat untuk membeli green bond yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Indonesia tersebut.

Pada pertemuan bilateral dengan Sekjen UNCTAD, dibahas mengenai Empretec,

yaitu suatu program peningkatan kapasitas unggulan yang dimiliki oleh UNCTAD

untuk mempromosikan peran serta Kewirausahaan dan UKM dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif, terutama di negara-

negara berkembang. Sejak awal pembentukannya pada tahun 1988, melalui

program utamanya yaitu Entrepreneurship Training Workshop (ETW), program-

program Empretec telah berhasil diimplementasikan di 39 negara dan sukses

memberikan pelatihan kepada 422.000 orang, baik dalam rangka untuk membuka

usaha pertamanya, memperluas usaha, dan menciptakan lapangan kerja di negara-

negara berkembang.

Pada kesempatan tersebut, Bappenas menyampaikan usulan untuk menjajaki

kemungkinan Empretec berpartisipasi dan membantu Indonesia, dalam kerangka

Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), melalui pemberian pelatihan

baik kepada calon wirausaha, wirausahawan, maupun para pelaku usaha kecil dan

menengah di Indonesia, termasuk dari kalangan pengusaha wanita dan pemuda,

dalam merencanakan bisnis, manajemen keuangan bisnis, membangun jejaring

(networking), inovasi, persaingan usaha, dan lain sebagainya. Sekjen UNCTAD

Page 100: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

84

menanggapi positif usulan tersebut dan akan menindaklanjutinya dengan pihak

terkait.

Pada pertemuan bilateral dengan pihak UNICEF, dibahas mengenai kegiatan-

kegiatan UNICEF yang dilakukan secara global, termasuk kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya di Asia Tenggara dan Indonesia, serta peluang-peluang untuk

melakukan kerjasama dalam rangka pencapaian SDGs. Disamping itu, dibahas pula

mengenai peluang-peluang untuk melakukan kegiatan bersama dalam rangka

merespon bencana alam di Sulawesi.

Lebih lanjut, Bappenas menyampaikan isu mengenai pemberdayaan masyarakat di

Indonesia terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh

Indonesia, antara lain: stunting, obesitas, phenomonia, muscle and rubella. Dalam

hal ini, Bappenas meminta dukungan dari UNICEF untuk membantu mengatasi

permasalahan di atas, antara lain dengan inisiatif Philanthropy Funds melalui

Social Fund Raising, diantaranya zakat. Bappenas juga meminta agar UNICEF dapat

mempercepat fasilitasi social recovery, khususnya bagi anak-anak korban tsunami

dan gempa bumi di Lombok dan Palu, antara lain melalui proyek perbaikan

sanitasi. Diharapkan UNICEF dapat meningkatkan Social Mobilization kaum

pemuda dalam merubah kesadaran mereka terhadap kesehatan, mengingat

meningkatnya jumlah perokok dari kalangan kaum muda di Indonesia.

Dalam wawancara dengan Phoenix Satelite Television diantaranya dibicarakan

mengenai hal-hal: hubungan ekonomi Tiongkok-Indonesia dan arah perkembangan

masa depannya; semakin pentingnya transfer teknologi di Tiongkok-Indonesia dan

Tiongkok-ASEAN; keberhasilan dan tantangan dari Belt and Road Initiative di

Indonesia dan ASEAN; dan dampak perang perdagangan AS-Tiongkok terhadap

hubungan Tiongkok-ASEAN. Sementara itu, dalam wawancara dengan Capital

Finance International, Bappenas menyampaikan kemajuan Indonesia terutama

pada akhir-akhir ini. Melalui pemberitaan ini diharapkan kondisi Indonesia dapat

lebih dikenal masyarakat dunia secara lebih luas, sehingga membuka peluang

Indonesia untuk menjadi target tempat tujuan berinvestasi bagi investor dari

berbagai negara.

Page 101: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

85

Perdagangan Dalam Negeri

Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Tabel 37. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

PDB Lapangan Usaha

Nilai (Triliun Rp) Pertumbuhan (%)

Okt-Des 2017

Jan-Des 2017

Okt-Des 2018

Jan-Des 2018

QtQ yoy

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

331,7142 1.311,8 346,3 1.376,9 4,39 4,97

1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya

63,9882 250,5 66,8 262,8 4,46 4,89

2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

267,726 1.061,2 279,4 1.114,1 4,37 4,99

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi

mobil, dan sepeda motor pada triwulan IV tahun

2018, mencapai Rp346,3 triliun, mengalami

pertumbuhan sebesar 4,39 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara kumulatif, PDB Perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor tahun

2018 mencapai Rp1.376.9 triliun, atau mengalami

pertumbuhan sebesar 4,97 persen dibandingkan

dengan tahun 2017.

Perkembangan Koefisien Variasi Harga Antarwaktu dan Antarwilayah

Tabel 38. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Rupiah)

Barang Kebutuhan Pokok Unit Oct-18 Nov-18 Dec-18

Beras Medium Rp/kg 10.531 10.605 10.944

Gula Pasir Rp/kg 11.995 11.927 12.053

Jagung Pipilan Rp/kg 7.452 7.465 7.719

Kedelai Impor Rp/kg 10.191 10.208 10.266

Tepung Terigu Rp/kg 9.416 9.424 9.422

Minyak Goreng Curah Rp/ltr 11.060 10.872 10.745

Susu kental Manis Rp/385gr 10.396 10.400 10.393

Daging Ayam Ras Rp/kg 32.672 34.075 38.017

Daging Sapi Rp/kg 117.721 117.721 118.135

Telur Ayam Ras Rp/kg 23.563 24.805 27.153

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor pada tahun 2018 mencapai 1.376,9 triliun rupiah, mengalami pertumbuhan sebesar 4,97 persen yoy.

Page 102: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

86

Tabel 39. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Barang Kebutuhan Pokok Oct-18 Nov-18 Dec-18

Beras Medium 2,67 2,68 2,71

Gula Pasir 1,85 1,86 1,45

Jagung Pipilan 2,02 2,17 2,78

Kedelai Impor 2,44 2,26 1,89

Tepung Terigu 1,15 1,10 1,11

Minyak Goreng Curah 1,69 1,94 2,15

Susu kental Manis 1,73 1,73 1,72

Daging Ayam Ras 6,75 6,00 6,97

Daging Sapi 0,83 0,75 0,75

Telur Ayam Ras 4,51 4,24 4,69

Rata-rata 10 Komoditas 2,56 2,47 2,62

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Koefisien variasi harga antarwaktu

merepresentasikan stabilitas harga selama 12

bulan terakhir. Semakin tinggi koefisien variasi

menunjukan gap antara harga terendah dan

tertinggi selama 12 bulan terakhir semakin lebar.

Rata-rata koefisien variasi harga antarwaktu pada

10 barang kebutuhan pokok sampai dengan akhir

triwulan IV tahun 2018 mencapai 2,62 persen.

Barang kebutuhan pokok yang memiliki koefisien

variasi harga tertinggi adalah daging ayam ras, dan

telur ayam ras. Barang kebutuhan pokok yang

memiliki nilai koefisien variasi harga terrendah

adalah Daging Sapi, dan Tepung Terigu. Rata-rata

nilai koefisien variasi harga antarwaktu pada 10

barang kebutuhan pokok masih berada dibawah

target maksimal yang ditetapkan dalam RPJMN

2015-2019 untuk tahun 2018 sebesar 9,0 persen

yakni 2,62 persen.

Rata-rata koefisien variasi harga antarwaktu pada akhir tahun 2018 sebesar 2,62 persen.

Page 103: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

87

Tabel 40. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Barang Kebutuhan Pokok Oct-18 Nov-18 Dec-18

Beras Medium 13,25 13,74 13,46

Gula Pasir 6,98 7,57 6,90

Jagung Pipilan 29,59 29,00 28,11

Kedelai Impor 21,76 21,97 21,59

Tepung Terigu 12,85 12,80 13,18

Minyak Goreng Curah 12,81 13,32 13,63

Susu kental Manis 11,05 11,03 10,86

Daging Ayam Ras 19,80 17,34 14,98

Daging Sapi 9,98 10,04 10,16

Telur Ayam Ras 15,97 13,28 13,40

Rata-rata bulanan 15,40 15,01 14,63

Rata-rata akumulatif 15,48 15,44 15,37

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Koefisien variasi harga antarwilayah

merepresentasikan disparitas harga antarprovinsi

di Indonesia. Semakin tinggi koefisien variasi harga

antarwilayah menunjukan bahwa gap tingkat

harga barang kebutuhan pokok antarprovinsi di

Indonesia semakin lebar. Sampai dengan triwulan

IV tahun 2018, rata-rata koefisien variasi harga

antarwilayah pada 10 barang kebutuhan pokok

mencapai 15,37 persen.

Barang kebutuhan pokok yang memiliki disparitas

harga tertinggi adalah jagung pipilan dan kedelai

impor, sedangkan yang memiliki disparitas harga

paling rendah adalah gula pasir dan daging sapi.

Jika dibandingkan dengan target RPJMN 2015-

2019, koefisien variasi harga antarwilayah masih

melebihi batas maksimal yang ditetapkan yakni

13,0. Hal ini menunjukan bahwa upaya penurunan

disparitas harga antarprovinsi khususnya pada

barang kebutuhan pokok masih belum mencapai

target yang ditetapkan.

Rata-rata koefisien variasi harga antarwilayah pada akhir tahun 2018 sebesar 15,37 persen.

Page 104: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

88

Page 105: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

89

Page 106: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

90

Page 107: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

91

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan

IV tahun 2018 mengalami surplus sebesar USD5,4

miliar. Kinerja tersebut meningkat dibandingkan

dengan triwulan IV tahun 2017 dengan surplus

sebesar USD0,97 miliar dan triwulan III tahun 2018

yang defisit sebesar USD4,4 miliar. Surplus NPI

pada triwulan IV tahun 2018 yang lebih tinggi

tersebut terutama dipengaruhi oleh surplus

transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi

walaupun neraca transaksi berjalan mengalami

defisit yang lebih lebar. Neraca transaksi modal dan

finansial mengalami surplus sebesar USD15,7

miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun

2017 yang mencapai USD7,1 miliar maupun

triwulan III tahun 2018 yang mencapai USD3,9

miliar. Perkembangan neraca pembayaran

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 30 dan Tabel

41 di bawah.

Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Transaksi Berjalan -2,02 -4,37 -4,24 -5,57 -5,34 -7,95 -8,63 -9,15

Transaksi Modal danFinansial

6,65 5,35 9,60 7,13 28,73 2,29 3,33 3,90

Neraca Keseluruhan 4,51 0,74 5,36 0,97 -3,85 -4,31 -4,39 5,42

Posisi Cadangan Devisa 121,81 123,09 129,40 130,20 126,00 119,84 114,85 120,65

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

-15,0-10,0

-5,00,05,0

10,015,020,025,030,035,0

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD0,7 miliar.

Pada triwulan IV tahun 2018, NPI mengalami surplus, terutama dipengaruhi oleh tingginya surplus transaksi modal dan finansial.

Page 108: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

92

Tabel 41. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

I. Transaksi Berjalan -2,0 -4,4 -4,2 -5,6 -5,3 -7,9 -8,6 -9,1

A. Barang 5,6 4,8 5,3 3,1 2,3 0,3 -0,5 -2,6

Ekspor 40,8 39,2 43,4 45,6 44,4 43,7 47,7 44,9

Impor -35,1 -34,3 -38,1 -42,5 -42,1 -43,5 -48,2 -47,5

1. Barang Dagangan Umum 5,5 4,6 5,0 2,8 2,0 0,5 -0,2 -2,7

- Ekspor, fob. 40,4 38,8 42,8 44,9 43,7 43,2 47,2 44,5

- Impor, fob. -35,0 -34,2 -37,8 -42,1 -41,7 -42,8 -47,4 -47,2

a. Nonmigas 7,6 6,1 6,3 5,2 4,4 3,2 3,4 0,1

- Ekspor, fob 36,5 35,4 39,0 40,6 39,7 38,8 42,6 40,0

- Impor, fob -28,8 -29,3 -32,6 -35,4 -35,2 -35,6 -39,2 -39,9

b. Migas -2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -2,4 -2,8 -3,6 -2,8

- Ekspor, fob 4,0 3,4 3,9 4,3 4,1 4,4 4,6 4,5

- Impor, fob -6,1 -5,0 -5,1 -6,7 -6,5 -7,2 -8,2 -7,3

2. Barang Lainnya 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 -0,2 -0,3 0,2

- Ekspor, fob. 0,3 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4

- Impor, fob. -0,2 -0,1 -0,4 -0,4 -0,3 -0,7 -0,8 -0,3

B. Jasa - jasa -1,1 -2,0 -2,1 -2,1 -1,6 -1,8 -2,0 -1,6

C. Pendapatan Primer -7,7 -8,1 -8,6 -7,8 -7,5 -8,0 -7,9 -7,0

D. Pendapatan Sekunder 1,1 1,0 1,1 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0

II . Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0

III . Transaksi Finansial 6,7 5,3 9,6 7,1 2,2 3,3 3,9 15,7

1. Investasi Langsung 2,6 4,5 7,0 4,4 4,8 2,5 4,6 2,0

2. Investasi Portofolio 6,5 8,1 3,8 2,6 -1,1 0,1 -0,1 10,4

3. Derivatif Finansial -0,1 0,0 0,0 -0,1 0,1 0,0 0,1 -0,2

4. Investasi Lainnya -2,5 -7,3 -1,2 0,2 -1,5 0,7 -0,7 3,5

IV. Total (I + II + III ) 4,6 1,0 5,4 1,6 -3,1 -4,6 -4,7 6,5

V. Selisih Perhitungan Bersih -0,1 -0,2 0,0 -0,6 -0,8 0,3 0,3 -1,1

VI . Neraca Keseluruhan (IV + V) 4,5 0,7 5,4 1,0 -3,9 -4,3 -4,4 5,4

Posisi Cadangan Devisa 121,81 123,09 129,40 130,20 126,00 119,84 114,85 120,65

Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah

8,6 8,6 8,6 8,3 7,7 6,9 6,3 6,5

Transaksi Berjalan (% PDB) -0,8 -1,7 -1,6 -2,2 -2,1 -3,0 -3,3 -3,6

Sumber: Bank Indonesia

Page 109: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

93

Transaksi Berjalan

Perkembangan Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan Barang

Pada triwulan IV tahun 2018, neraca perdagangan

barang mengalami defisit sebesar USD2,6 miliar,

menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2017

yang surplus sebesar USD3,1 miliar atau triwulan III

tahun 2018 yang defisit sebesar USD0,5 miliar.

Defisit tersebut didorong oleh penurunan surplus

neraca perdagangan nonmigas. Perkembangan

neraca perdagangan barang dapat dilihat pada

Gambar 31 di bawah.

Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018

Sumber: Bank Indonesia

Neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus

sebesar USD0,1 miliar, lebih rendah dari triwulan IV

tahun 2017 yang mencapai USD5,2 miliar namun

menurun dari triwulan III tahun 2018 yang

mencapai USD3,4 miliar.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas

mencapai USD2,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan

triwulan IV tahun 2017 yang mencapai defisit

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Neraca Perdaganagan Nonmigas 7,65 6,12 6,32 5,18 4,43 3,24 3,40 0,10

Neraca Perdaganagan Migas -2,18 -1,54 -1,28 -2,35 -2,41 -2,78 -3,55 -2,84

Neraca Perdaganagan Barang 5,64 4,83 5,26 3,09 2,32 0,28 -0,45 -2,58

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Defisit neraca perdagangan migas mencapai USD2,8 miliar.

Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat terbatas.

Neraca perdagangan barang defisit sebesar USD2,6 miliar.

Page 110: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

94

USD2,4 miliar namun lebih rendah dibandingkan

triwulan III tahun 2018 yang mencapai defisit

USD3,6 miliar. Penurunan defisit ini terutama

disebabkan oleh penurunan impor minyak seiring

dengan harga minyak dunia yang lebih rendah.

Neraca Perdagangan Jasa

Pada triwulan IV tahun 2018, defisit neraca

perdagangan jasa mencapai USD1,6 miliar, lebih

rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang

defisit sebesar USD2,1 miliar, dan triwulan III tahun

2018 yang defisit sebesar USD2,0 miliar. Hal ini

terutama dipengaruhi oleh meningkatnya surplus

jasa perjalanan yang jauh lebih besar dari

peningkatan defisit jasa transportasi akibat

penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World

Bank bulan Oktober 2018. Perkembangan neraca

perdagangan jasa dapat dilihat pada Gambar 32

berikut.

Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Surplus jasa perjalanan meningkat menjadi sebesar

USD1,5 miliar. Surplus tersebut lebih besar

-3,0

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Transportasi

Perjalanan

Jasa asuransi dan danapensiun

Biaya penggunaan kekayaanintelektual

Jasa telekomunikasi,komputer, dan informasi

Jasa bisnis lainnya

Defisit neraca perdagangan jasa mencapai USD1,6 miliar.

Page 111: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

95

dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang

mencapai USD1,1 miliar dan triwulan III tahun 2018

yang mencapai USD1,3 miliar. Hal ini didorong oleh

turunnya pembayaran (impor) jasa perjalanan serta

pola pengeluaran wisatawan nasional yang lebih

rendah. Sementara itu, neraca jasa transportasi

mengalami defisit sebesar USD2,5 miliar, lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang

besarnya USD2,1 miliar dan triwulan III tahun 2018

yang mencapai USD2,4 miliar. Peningkatan tersebut

didorong oleh meningkatnya pembayaran jasa

freight seiring dengan peningkatan impor barang.

Gambaran neraca perdagangan jasa perjalanan dan

transportasi dapat dilihat pada Gambar 33 berikut.

Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018

Sumber: Bank Indonesia

Neraca Pendapatan

Neraca Pendapatan Primer

Pada triwulan IV tahun 2018, neraca pendapatan

primer mengalami defisit sebesar USD7,0 miliar.

Defisit tersebut lebih kecil dari triwulan IV tahun

-4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

20

17

20

18

Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan Impor Transportasi Ekspor Transportasi

Surplus jasa perjalanan meningkat terbatas, sementara itu defisit jasa transportasi meningkat lebih besar.

Neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar USD7,0 miliar.

Page 112: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

96

2017 yang sebesar USD7,8 miliar, dan lebih rendah

dibandingkan triwulan III tahun 2018 sebesar

USD7,9 miliar. Penurunan defisit tersebut

dipengaruhi oleh menurunnya neto pembayaran

pendapatan investasi langsung dan investasi

lainnya, sejalan dengan membaiknya keuntungan

berbagai instrumen investasi di luar negeri.

Gambaran perkembangan neraca pendapatan

primer dapat dilihat pada gambar 34 di bawah.

Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Neraca Pendapatan Sekunder

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV

tahun 2018 surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2017 maupun

triwulan III tahun 2018 yang masing-masing

besarnya USD1,2 miliar dan USD1,8 miliar.

Peningkatan surplus tersebut terutama didorong

oleh peningkatan penerimaan hibah terkait

bencana alam dan penerimaan transfer personal

dalam bentuk remitansi. Gambaran mengenai

-9,0

-8,0

-7,0

-6,0

-5,0

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Pendapatan investasi Pendapatan investasi langsung

Pendapatan investasi portofolio Pendapatan investasi lainnya

Neraca pendapatan sekunder mengalami surplus sebesar USD2,0 miliar.

Page 113: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

97

perkembangan pendapatan sekunder dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Neraca Modal dan Finansial

Pada triwulan IV tahun 2018 neraca transaksi

modal dan finansial mengalami surplus sebesar

USD15,7 miliar, naik dari triwulan IV tahun 2017

yang sebesar USD7,1 miliar dan triwulan III tahun

2018 yang besarnya USD3,9 miliar. Penurunan

surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh

kenaikan surplus investasi portofolio dan surplus

investasi lainnya. Perkembangan neraca transaksi

modal dan finansial dapat dilihat pada Gambar 36.

Pada triwulan IV tahun 2018, investasi langsung

mengalami surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih

kecil dari triwulan IV tahun 2017 yang sebesar

USD4,4 miliar dan triwulan III tahun 2018 yang

besarnya USD4,6 miliar. Kinerja tersebut terutama

dipengaruhi oleh menurunnya aliran masuk

investasi dari sisi kewajiban dibandingkan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Penerimaan 2,34 2,49 2,52 2,61 2,87 3,13 3,00 3,22

Pembayaran -1,22 -1,50 -1,37 -1,38 -1,42 -1,50 -1,23 -1,18

Pendapatan Sekunder 1,13 0,99 1,15 1,23 1,44 1,63 1,78 2,04

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

Penerimaan Pembayaran Pendapatan Sekunder

Neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD15,7 miliar.

Surplus investasi langsung pada triwulan IV tahun 2018 sebesar USD2,0 miliar.

Page 114: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

98

penurunan aliran keluar investasi langsung di sisi

aset.

Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja investasi portofolio mengalami surplus

sebesar USD10,4 miliar pada triwulan IV tahun

2018, meningkat dari triwulan IV tahun 2017 yang

surplus sebesar USD2,6 miliar dan triwulan III tahun

2018 yang defisit sebesar USD0,1 miliar.

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh

tingginya kepercayaan investor asing terhadap

prospek ekonomi domestik dan imbal hasil aset

keuangan yang menarik.

Pada triwulan IV tahun 2018 investasi lainnya

mengalami surplus sebesar USD3,5 miliar,

meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2017

yang surplus sebesar USD0,2 miliar dan triwulan III

tahun 2018 yang defisit sebesar USD0,7 miliar.

Cadangan Devisa

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun

2018 mencapai USD 120,7 miliar atau setara

dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018

Investasi Langsung 2,65 4,47 6,97 4,42 4,76 2,50 4,59 1,98

Investasi Portofolio 6,54 8,13 3,84 2,56 -1,11 0,10 -0,09 10,44

Investasi Lainnya -2,46 -7,28 -1,22 0,20 -1,48 0,71 -0,70 3,47

-10,0-8,0-6,0-4,0-2,00,02,04,06,08,0

10,012,0

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD 120,7 miliar.

Investasi portofolio pada triwulan IV tahun 2018 mengalami surplus sebesar USD10,4 miliar.

Investasi lainnya mengalami surplus sebesar USD3,5 miliar.

Page 115: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

99

luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut lebih kecil

dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang besarnya

USD 130,2 miliar atau setara dengan 8,3 bulan

impor dan pembayaran utang luar negeri

pemerintah namun lebih besar dari triwulan III

tahun 2018 yang besarnya USD 114,8 miliar setara

6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri

pemerintah.

Page 116: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

100

Page 117: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

101

Page 118: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

102

Page 119: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

103

PERKEMBANGAN INVESTASI

Perkembangan Investasi

Tabel 42. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi PMTB Triwulan IV Tahun 2018

Kategori PDB Pengeluaran

Nilai Konstan (Rp Miliar) Pertumbuhan TW IV

2018 Konstan (%) Share thd PDB

Berlaku (%)

TW IV 2017

TW III 2018

TW IV 2018 YoY QtQ

TW III 2018

TW IV 2018

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

862,5 880,8 914,3 6,0 3,8 32,1 33,8

a. Bangunan 644,6 647,2 676,9 5,0 4,6 23,7 25,2

b. Mesin dan Perlengkapan

93,2 97,5 104,7 12,3 7,4 3,4 3,8

c. Kendaraan 47,2 52,1 51,2 8,4 -1,7 1,7 1,7

d. Peralatan Lainnya 15,2 15,4 15,2 0,3 -1,0 0,6 0,6

e. CBR 44,2 45,9 46,7 5,9 1,9 1,8 1,8

f. Produk Kekayaan Intelektual

18,1 22,9 19,6 8,1 -14,4 0,9 0,7

PDB 2508,9 2684,2 2638,9 5,2 -1,7 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran,

komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar

6,0 persen (YoY) dan 3,8 persen (QtQ).

Pada komponen PMTB, pertumbuhan triwulan IV

tahun 2018 (YoY) secara lebih detil didorong oleh

pertumbuhan Mesin dan Perlengkapan Dalam

Negeri sebesar 12,3 persen; Kendaraan sebesar

8,4 persen; dan Produk Kekayaan Intelektual

sebesar 8,1 persen.

Secara keseluruhan, kontribusi PMTB terhadap

PDB pada triwulan IV tahun 2018 adalah 33,8

persen, sedikit lebih besar daripada kontribusi

pada triwulan III tahun 2018 yakni sebesar 32,1

persen.

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY).

Page 120: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

104

Realisasi Investasi

Realisasi Per Sektor

Tabel 43. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Sektor

Tahun PMA (juta USD) PMDN (Triliun Rupiah)

Primer Sekunder Tersier Total Primer Sekunder Tersier Total

2015 6.236,4 11.763,1 11.276,5 29.275,9 17,1 89,0 73,4 179,5

2016 4.501,9 16.687,6 7.774,6 28.964,1 27,7 106,8 81,7 216,2

2017 6.076,1 13.148,4 13.015,0 32.239,5 43,6 99,2 119,6 262,4

2017-TW IV 1.544,0 2.668,7 4.142,4 8.355,1 11,0 26,2 30,5 67,6

2018-TW IV 1.201,7 2.407,0 3.778,0 7.386,7 14,2 20,4 52,3 86,9

Pertumbuhan YoY (%)

- 22,2 - 9,8 - 8,8 - 11,6 29,4 - 22,0 71,6 28,5

Share (%) 16,3 32,6 51,1 100,0 16,4 23,5 60,1 100,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Realisasi PMA pada triwulan IV tahun 2018 adalah

sebesar USD7.386,7 juta. Nilai ini mengalami

penurunan sebesar 11,6 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan PMA terbesar pada triwulan IV

terdapat pada sektor primer yakni sebesar 22,2

persen, kemudian diikuti oleh sektor sekunder

sebesar 9,8 persen, dan sektor primer sebesar 8,8

persen. Berdasarkan komposisi antarsektor,

realisasi PMA pada triwulan IV tahun 2018

didominasi oleh sektor tersier yakni sebesar 51,1

persen.

Realisasi PMDN pada triwulan IV tahun 2018

adalah sebesar Rp86,9 triliun. Nilai ini mengalami

kenaikan sebesar 28,5 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan PMDN terjadi pada sektor tersier sebesar

71,6 persen dan sektor primer sebesar 29,4

persen. Sedangkan pada sektor sekunder, realisasi

PMDN mengalami penurunan sebesar 22,0 persen

(YoY). Berdasarkan komposisi antarsektor, realisasi

PMDN pada triwulan IV tahun 2018 juga

Realisasi PMA mengalami penurunan sebesar 11,6 persen (YoY). Sektor yang berkontribusi paling besar adalah Sektor Tersier sebesar 51,1 persen.

Realisasi PMDN mengalami kenaikan sebesar 25,8 persen (YoY). Sektor yang berkontribusi paling besar adalah Sektor Tersier sebesar 60,1 persen.

Page 121: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

105

didominasi oleh sektor tersier yakni sebesar 60,1

persen.

Tabel 44. Lima Besar Sektor Realisasi PMA dan PMDN Triwulan IV Tahun 2018

PMA PMDN

Sektor Nilai

(USD Juta) Share

(%) Sektor

Nilai (Rp Triliun)

Share (%)

Listrik, Gas dan Air 1.406,2 19,0 Konstruksi 18,5 21,3

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

1.063,9 14,4 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

14,3 16,5

Pertambangan 807,6 10,9 Industri Makanan 9,1 10,4

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

773,9 10,5 Listrik, Gas dan Air 8,4 9,7

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

517,2 7,0 Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan

8,2 9,4

Gabungan Lainnya 2.818,0 38,1 Gabungan Lainnya 28,5 32,7

Jumlah 7.386,7 100,0 Jumlah 86,9 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima sektor

yang berkontribusi terbesar pada realisasi PMA

pada triwulan IV tahun 2018 adalah Sektor Listrik,

Gas, dan Air sebesar 19,0 persen; Sektor

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi sebesar

14,4 persen; Sektor Pertambangan sebesar 10,9

persen; Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran sebesar 10,5 persen; dan Sektor

Industri, Logam Dasar, Barang Logam, Bukan

Mesin dan Peralatannya sebesar 7,0 persen.

Sedangkan pada realisasi PMDN, lima sektor yang

berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun

2018 adalah Sektor Konstruksi sebesar 21,3

persen; Sektor Transportasi, Gudang dan

Telekomunikasi sebesar 16,5 persen; Sektor

Industri Makanan sebesar 10,4 persen; Sektor

Listrik, Gas, dan Air sebesar 9,7 persen; dan Sektor

Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan

sebesar 9,4 persen.

Sektor Usaha yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMA adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air sebesar 19,0 persen, sedangkan pada realisasi PMDN adalah Sektor Konstruksi sebesar 21,3 persen.

Page 122: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

106

Realisasi Per Lokasi

Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Juta USD)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali dan NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2015 3.732,8 15.433 1.265,1 5.842,9 1.560,4 286,2 1.155,7 29.275,9

2016 5.665,3 14.772,4 47,9 2.588,7 2.765,2 541,6 1.682,9 28.964,1

2017 5.497,4 16.761 1.157,9 2.887,4 3.487 440,1 2.008,8 32.239,5

2017-TW IV 1.373,1 4.748,3 225,4 801,8 594,6 99,8 512,0 8.355,1

2018-TW IV 1.095,7 4.100,2 259,6 621,1 736,1 92,0 482,0 7.386,7

Pertumbuhan YoY (%)

-20,2 -13,6 15,2 -22,5 23,8 -7,8 -5,9 -11,6

Share (%) 14,8 55,5 3,5 8,4 10,0 1,2 6,5 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Berdasarkan lokasi investasi, pertumbuhan

realisasi PMA terbesar pada triwulan IV tahun

2018 terdapat di Sulawesi sebesar 23,8 persen,

dan diikuti oleh Bali dan Nusa Tenggara sebesar

15,2 persen (YoY). Berdasarkan kontribusi

terhadap total realisasi PMA, daerah yang

berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun

2018 adalah Jawa yakni sebesar 55,5 persen.

Tabel 46. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Triliun Rp)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali dan NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2015 37,8 103,8 2,9 20 13,7 0 1,3 179,5

2016 39,8 126,4 2,6 33,6 13,6 0 0,2 216,2

2017 46,5 166 7,1 30,2 10,1 1,2 1,3 262,4

2017-TW IV 12,2 43,4 1,1 9,0 1,3 0,5 0,1 67,6

2018-TW IV 20,3 46,3 1,1 8,4 9,7 1,1 0,1 86,9

Pertumbuhan YoY (%)

65,7 6,5 1,6 -5,8 646,0 106,4 -21,5 28,5

Share (%) 23,3 53,2 1,3 9,7 11,2 1,2 0,1 100,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Sedangkan pada realisasi PMDN, daerah yang

mengalami pertumbuhan terbesar pada triwulan

IV tahun 2018 adalah Sulawesi sebesar 646,0

Pertumbuhan Realisasi PMA terbesar terdapat di Sulawesi sebesar 23,8 persen.

Pertumbuhan Realisasi PMDN terbesar terdapat di Sulawesi sebesar 646,0 persen.

Page 123: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

107

persen, dan diikuti oleh Maluku sebesar 106,4

persen (YoY). Berdasarkan kontribusi terhadap

total realisasi PMDN, daerah yang berkontribusi

terbesar pada triwulan IV tahun 2018 adalah Jawa

yakni sebesar 53,2 persen.

Tabel 47. Lima Besar Provinsi Lokasi Investasi Triwulan IV Tahun 2018

PMA PMDN

Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total

Lokasi (Propinsi) Rp

Triliun % Thd Total

Daerah Khusus Ibukota Jakarta

1.342,8 18,2 Jawa Barat 14,7 16,9

Jawa Barat 1.034,1 14,0 Daerah Khusus Ibukota Jakarta

11,2 12,9

Jawa Tengah 771,5 10,4 Jawa Timur 9,5 10,9

Banten 531,8 7,2 Lampung 8,0 9,2

Jawa Timur 417,9 5,7 Jawa Tengah 7,0 8,0

Gabung lainnya 3.228,7 44,5 Gabung lainnya 36,5 42,0

Jumlah 7.326,7 100,0 Jumlah 86,9 100,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Berdasarkan provinsi lokasi investasi, lima provinsi

yang berkontribusi terbesar pada realisasi PMA

triwulan IV tahun 2018 adalah Provinsi DKI Jakarta

sebesar 18,2 persen; Provinsi Jawa Barat sebesar

14,0 persen; Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,4

persen; Provinsi Banten sebesar 7,2 persen; dan

Provinsi Jawa Timur sebesar 5,7 persen.

Sedangkan pada realisasi PMDN, lima provinsi yang

berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun 2018

adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 16,9 persen;

Provinsi DKI Jakarta sebesar 12,9 persen; Provinsi

Jawa Timur sebesar 10,9 persen; Provinsi Lampung

sebesar 9,2 persen; Provinsi Jawa Tengah sebesar

8,0 persen.

Provinsi yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMA adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 18,2 persen.

Provinsi yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMDN adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 16,9 persen.

Page 124: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

108

Realisasi per Negara

Tabel 48. Lima Besar Negara Asal Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018

Negara USD Juta % Thd Total

Singapura 2.491,3 33,7

Jepang 1.199,2 16,2

Malaysia 593,7 8,0

R.R. Tiongkok 548,9 7,4

Hongkong, RRT 374,8 5,1

Gabung lainnya 2.178,7 29,5

Jumlah 7.386,7 100,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Berdasarkan negara asal investasi, lima negara asal

investasi yang berkontribusi terbesar pada realisasi

PMA triwulan IV tahun 2018 adalah Singapura

sebesar 33,7 persen; Jepang sebesar 16,2 persen;

Malaysia sebesar 8,0 persen; Tiongkok sebesar 7,4

persen; dan Hong Kong sebesar 5,1 persen. Lima

negara asal investasi tersebut berkontribusi sebesar

70,5 persen terhadap total realisasi PMA pada

triwulan IV tahun 2018.

Negara asal investasi terbesar pada realisasi PMA triwulan IV tahun 2018 adalah Singapura sebesar 33,7 persen.

Page 125: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

109

Page 126: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

110

Page 127: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

111

PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN

Perkembangan Moneter

Nilai Tukar Rupiah

Pada awal triwulan IV 2018 nilai mata uang Rupiah

melemah terhadap Dollar (USD), kemudian menguat

pada November 2018. Pelemahan rupiah di awal

triwulan IV dipengaruhi tekanan yang berasal dari

faktor eksternal. Peningkatan ketidakpastian global

termasuk didalamnya risiko ketegangan hubungan

dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok,

peningkatan suku bunga The Fed, serta fluktuasi

harga minyak mentah merupakan faktor dominan

yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar

rupiah. Pada triwulan IV 2018, The Fed menaikkan

FFR sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 19

Desember sebesar 25 bps dari 2,25 persen menjadi

2,50 persen.

Ditinjau dari sisi internal, fundamental ekonomi

Indonesia cukup kuat di tengah gejolak ekonomi

global. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (i)

pertumbuhan ekonomi triwulan IV yang semakin

membaik mencapai 5,17 persen; (ii) tingkat inflasi

yang rendah dan stabil pada tingkat 3,13 persen di

bulan Desember, serta (iii) realisasi defisit APBN

sebesar 1,76 persen yang jauh lebih baik dari target

pemerintah dalam APBN yaitu 2,19 persen maupun

defisit anggaran pada tahun 2017 sebesar 2,51

persen.

Dampak kondisi eksternal dan internal terhadap nilai

tukar rupiah adalah pelemahan rupiah pada awal

triwulan IV hingga mencapai Rp 15.238 pada

Oktober 2018. Kemudian pada November 2018

rupiah mengalami apresiasi mencapai Rp 14.302. Di

akhir triwulan IV Rupiah kembali mengalami tekanan

dan melemah tipis sebesar Rp14.390 per USD

(Gambar 37).

Pada akhir triwulan IV tahun 2018, nilai tukar Rupiah berada pada level Rp 14.390. Dibandingkan dengan rata-rata triwulan sebelumnya, pelemahan yang dialami Rupiah mencapai 1,2 persen.

Page 128: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

112

Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp per USD)

Sumber: Bloomberg, data diolah.

Pada akhir triwulan IV tahun 2018, indeks nilai tukar

Rupiah (Real Effective Exchange Rate/REER)

Indonesia adalah 89,69. Nilai REER Indonesia pada

triwulan IV masih berada dibawah nilai wajarnya

(par), efeknya nilai tukar Rupiah masih kompetitif

dalam mendorong ekspor. Nilai REER Indonesia lebih

rendah dibandingkan negara-negara sekawasan

ASEAN yaitu Thailand, Singapura, dan Filipina meski

demikian REER Indonesia lebih tinggi dibandingkan

Malaysia (Gambar 38). Nilai REER negara kawasan

ASEAN tertinggi dimiliki oleh Singapura sebesar

108,43, disusul Thailand sebesar 107,59, dan Filipina

sebesar 106,98. Rendahnya REER Indonesia

berdampak positif terhadap daya saing ekspor

dibandingkan negara-negara peers tersebut.

12.500

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

15.500

Jan-17 Apr-17 Jul-17 Oct-17 Jan-18 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Jan-19

USD

- ID

R (

Ru

pia

h)

USD-IDR (Rp/USD)

Nilai tukar riil Rupiah (REER) Indonesia pada akhir triwulan IV tahun 2018 mencapai 89,69.

31 Des 2018 Rp 14.390

Rp 15.238 9 Okt 2018

Rp 14.302 30 Nov 2018

Page 129: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

113

Gambar 38. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, Desember 2011 – Desember 2018 (2010=100)

Sumber: Bloomberg, data diolah.

Pada triwulan IV tahun 2018, Rupiah mengalami

pelemahan sebesar 1,2 persen. Pelemahan nilai

tukar pada triwulan IV dialami oleh hampir seluruh

mata uang negara-negara emerging market, dimana

dua mata uang yang mengalami pelemahan sangat

signifikan (di atas 5 persen) adalah Kyat-Myanmar

(Lampiran 3).

Inflasi

Inflasi pada triwulan IV tahun 2018 terpantau

rendah dan stabil. Sepanjang tahun 2018, inflasi

berada dalam rentang target yang ditetapkan, yaitu

± 3,5 persen. Pada Bulan Oktober-Desember 2018,

inflasi tahunan (YoY) masing-masing sebesar 3,16

persen, 3,23 persen dan 3,13 persen (Tabel 49).

Selanjutnya, jika dilihat secara bulanan (MtM)

pergerakan inflasi masing-masing bulan sebesar 0,28

persen, 0,27 persen, dan 0,62 persen (Tabel 49).

Inflasi pada bulan Oktober dan November rendah

dan stabil, namun pada akhir tahun inflasi

mengalami sedikit peningkatan yang dipengaruhi

Hari Natal dan tahun baru.

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Ind

eks

INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA

108,43 107,59 106,98

89,69

89,13

Inflasi bulanan (MtM) pada periode Oktober-Desember 2018 terpantau rendah dan stabil

Page 130: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

114

Tabel 49. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2018

Persentase (%)

Oktober November Desember

Year-on-Year (YoY) 3,16 3,23 3,13

Month-to-month (MtM) 0,28 0,27 0,62

Year-to-Date (YtD) 2,22 2,5 3,13

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Dilihat dari komponennya, inflasi Bulan Oktober-

Desember 2018 disumbang oleh seluruh komponen,

terutama volatile foods, yang diikuti administered

prices dan inti.

Inflasi komponen volatile foods (MtM) mengalami

peningkatan dari Oktober hingga Desember 2018

secara berturut-turut sebesar 0,17 persen, 0,23

persen dan 1,55 persen. Inflasi komponen ini

dipengaruhi peningkatan harga-harga bahan

makanan, terutama bawang merah. Faktor cuaca

(intensitas hujan tinggi) berdampak pada penurunan

produksi. Secara tahunan (YoY), inflasi komponen

volatile foods pada triwulan IV tahun 2018 juga

mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 4,48

persen, 4,32 persen, dan 3, 39 persen.

Inflasi komponen administered prices (MtM) terjadi

pada bulan Oktober, November, dan Desember

secara berturut-turut sebesar 0,32 persen, 0,52

persen dan 1,20 persen. Hal ini dipengaruhi

peningkatan harga tarif angkutan udara akibat

kenaikan permintaan. Berdasarkan data tahunan

(YoY) inflasi komponen administered price (YoY) pada

triwulan IV tahun 2018 juga meningkat secara

berturut-turut sebesar 2,74 persen, 3,07 persen, 3,36

persen.

Komponen inti (MtM) mengalami penurunan dari

Oktober-Desember 2018, secara berturut-turut

sebesar 0,29 persen, 0,22 persen dan 0,17 persen.

Namun berdasarkan data tahunan (YoY), pada inflasi

inti pada Oktober-Desember 2018 mengalami

Inflasi pada triwulan keempat tahun 2018 disumbang oleh seluruh komponen.

Page 131: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

115

kenaikan secara berturut-turut sebesar 2,94 persen,

3,03, persen, dan 3,07 persen. Inflasi inti terjaga

ditengah peningkatan permintaan yang tercermin

dari kenaikan inflasi core durable goods dan core non

food. Dengan demikian, meskipun berdasarkan data

bulanan (MtM) inflasi inti menurun, namun secara

tahunan (YoY) meningkat tipis (Tabel 50).

Tabel 50. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen, Oktober – Desember 2018 (dalam %)

Komponen YoY (%) MtM (%)

Oktober November Desember Oktober November Desember

Inti 2,94 3,03 3,07 0,29 0,22 0,17

Volatile Foods 4,48 4,32 3,39 0,17 0,23 1,55

Administered Prices 2,74 3,07 3,36 0,32 0,52 1,20

Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah

Inflasi pada triwulan IV tahun 2018 disebabkan oleh

peningkatan harga pada Kelompok Bahan Makanan,

Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan, serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau. Inflasi kelompok bahan

makanan berasal dari peningkatan harga sejumlah

komoditas bahan makanan, antara lain beras,

bawang merah, dan telur ayam ras. Inflasi kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara

dan angkutan kereta api. Selanjutnya, inflasi

kelompok Makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau dipengaruhi peningkatan harga air

kemasan dan rokok kretek filter (Tabel 51).

Tabel 51. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), Oktober – Desember 2018

Kelompok Pengeluaran Persentase (%)

Oktober November Desember

UMUM (headline) 0,28 0,27 0,62

Bahan Makanan 0,15 0,24 1,45

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,26 0,56 1,28

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,27 0,20 0,22

Kesehatan 0,06 0,36 0,20

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi pada triwulan IV tahun 2018 didorong oleh peningkatan harga pada Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau.

Page 132: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

116

Kelompok Pengeluaran Persentase (%)

Oktober November Desember

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 0,42 0,25 0,13

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,09 0,05 0,10

Sandang 0,54 0,23 0,08

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Setelah diteliti lebih lanjut, peningkatan inflasi

kelompok pengeluaran bahan makanan tercermin

pada peningkatan indeks harga pangan strategis

nasional. Pada triwulan IV tahun 2018, indeks

harga komoditas bahan-bahan pokok nasional

cenderung meningkat. Bawang merah mengalami

kenaikan harga tertinggi, diikuti daging ayam, dan

telur ayam (Gambar 39).

Peningkatan harga mayoritas komoditas pangan

pokok pada triwulan IV tahun 2018 dipengaruhi

kurangnya ketersediaan pasokan, terhambatnya

kelancaran distribusi, dan kenaikan permintaan

bahan makanan menjelang akhir tahun. Faktor

cuaca yang ekstrem di musim penghujan

berdampak terhadap penurunan hasil panen.

Selain itu kinerja konektivitas antar wilayah yang

masih rendah mengakibatkan terhambatnya

distribusi pasokan dari daerah-daerah penghasil ke

daerah-daerah sentra konsumsi.

Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, 2018 (2018=100)

Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), 2018.

70

80

90

100

110

120

Sep-18 Okt-18 Nop-18 Des-18

Ind

eks

Har

ga

Minyak Goreng Daging Sapi Daging AyamTelur Ayam Beras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai Merah Bawang Merah

Sepanjang triwulan IV 2018, indeks harga komoditas bahan pokok nasional cenderung meningkat.

103,59

116,42

108,20

Page 133: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

117

Secara umum inflasi daerah pada Desember 2018

cukup baik hanya terdapat 27 kabupaten/kota

yang memiliki inflasi tahunan (YoY) diatas inflasi

nasional (3,13 persen). Bahkan secara bulanan

(MtM) masih terdapat 37 kabupaten/kota yang

inflasinya lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional

(0,62 persen).

Inflasi tahunan (YoY) tertinggi dialami oleh Kota

Palu sebesar 6,24 persen Oktober 2018, Kota

Jayapura sebesar 7,40 persen November 2018,

Kota Jayapura sebesar 6,70 Desember 2018.

Deflasi kabupaten/kota terjadi di Kota Tual 1,20

persen pada bulan Oktober 2018 (Lampiran 1).

Selanjutnya, inflasi bulanan (MtM) tertinggi dialami

oleh Kota Palu sebesar 2,27 persen pada bulan

Oktober, Kota Merauke sebesar 2,05 persen pada

bulan November, dan Kota Kupang sebesar 2,09

persen pada bulan Desember. Sementara itu,

deflasi tertinggi kabupaten/kota terjadi di Kota

Bengkulu sebesar 0,74 persen pada bulan Oktober,

Kota Medan sebesar 0,64 persen pada bulan

November, dan Kota Sorong sebesar 0,15 persen

pada bulan Desember (Lampiran 2).

Jumlah Uang Beredar

Secara umum, likuiditas perekonomian atau uang

beredar dalam arti luas (M2) pada triwulan IV

tahun 2018 mengalami perlambatan dibandingkan

dengan akhir triwulan III tahun 2018. Posisi M2

pada akhir triwulan IV 2018 tumbuh 6,29 persen

(YoY) sebesar Rp5.758,3 triliun, lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan III tahun 2018

yang mencapai 6,71 persen (Gambar 40).

Penurunan pertumbuhan M2 dipengaruhi

penurunan pertumbuhan komponen uang kuasi

dan komponen uang beredar dalam arti sempit

(M1) sepanjang triwulan IV tahun 2018.

Sepanjang triwulan IV Tahun 2018, inflasi daerah baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan(MtM) cukup baik.

Likuiditas perekonomian tumbuh melambat pada triwulan IV tahun 2018 sebagai akibat dari penurunan pertumbuhan M1 dan uang kuasi.

Page 134: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

118

Perlambatan pertumbuhan uang kuasi sejalan

dengan perlambatan dana pihak ketiga (DPK).

Selama triwulan IV 2018, perlambatan

pertumbuhan uang kuasi sebagai berikut: 7,58

persen pada Oktober, 7,08 persen pada November,

dan 6,1 persen pada Desember.

Komponen lain yang mempengaruhi penurunan

likuiditas perekonomian adalah perlambatan

pertumbuhan M1. Pertumbuhan M1 pada akhir

triwulan tahun IV mencapai 4,77 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III

tahun 2018 yang mencapai 8,23 persen. Sedangkan

komponen surat berharga selain saham tumbuh

lebih tinggi pada bulan sebelumnya dari 3,3 persen

(YoY) pada November 2018 menjadi 11,8 persen

(YoY) pada Desember 2018, peningkatan komponen

surat berharga selain saham menahan perlambatan

M2 lebih dalam.

Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2018

Keterangan: *) Angka sementara.

Sumber: Bank Indonesia, data diolah.

6,71% 7,25%

6,55% 6,29%

8,23%

6,40%

5,02% 4,77%

6,27%

7,58% 7,08%

6,79%

3%

5%

7%

9%

Sep Okt Nov Des*

Pe

rtu

mb

uh

an Y

oY

(%

)

Pertumbuhan M2, %YoY Pertumbuhan M1, %YoY

Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY

Page 135: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

119

Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia

Pada November 2018, Bank Indonesia (BI)

menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse

Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin, dari

5,75 persen menjadi 6,00 persen (Tabel 52).

Sampai dengan triwulan III tahun 2018, Bank

Indonesia telah menaikkan BI7DRR sebesar 150

basis poin. Peningkatan ini dilakukan secara

bertahap sebanyak lima kali. Kenaikan suku bunga

kebijakan BI7DRR merupakan kebijakan jangka

pendek yang merespon ketidakpastian kondisi

perekonomian global, salah satunya kebijakan The

Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali

dari 1,5 persen menjadi 2,5 persen pada tahun

2018. Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut

telah mempertahankan daya tarik aset keuangan

domestik sehingga dapat mengontrol aliran modal

untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah. Tabel 52. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan IV,

Tahun 2018 (persen)

Tenor Bulan

Oktober November Desember

7 hari 5,75 6,00 6,00

2 minggu 5,95 6,20 6,20

1 bulan 6,15 6,40 6,40

Sumber: Bank Indonesia.

Kesimpulan

Perkembangan ekonomi global yang penuh

ketidakpastian masih menjadi tantangan bagi

perekonomian nasional hingga triwulan IV tahun

2018. Meskipun begitu, kinerja ekonomi Indonesia

masih cukup kuat yang tercermin dari beberapa

indikator ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen,

tertinggi sejak 2014. Nilai tukar Rupiah mengalami

penguatan yang dipengaruhi peningkatan aliran

masuk modal asing akibat kondisi perekonomian

Sepanjang tahun 2018, BI menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 175 basis poin, dari 4,25 persen menjadi 6,00 persen. Kenaikan ini dilakukan secara bertahap sebanyak enam kali.

Pemerintah dan BI bersinergi mendorong kinerja positif ekonomi Indonesia di tengah tantangan perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Page 136: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

120

domestik yang kondusif dan imbal hasil domestik

yang menarik, pada akhir triwulan IV tahun 2018

posisi Rupiah mencapai Rp14.390. Pada tahun

2018 inflasi tercatat rendah dan stabil sehingga

berada dalam kisaran target yang telah ditetapkan

3,5±1 persen.

Sinergi kebijakan antara Pemerintah dengan BI

hingga triwulan keempat 2018 dilakukan melalui:

1. Peningkatan suku bunga kebijakan moneter

(BI7DRR) untuk menjaga stabilitas nilai tukar

dan perekonomian Indonesia.

2. Intervensi ganda di pasar valas dan pembelian

Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar

sekunder.

3. Meningkatkan fleksibilitas dan distribusi

likuiditas di perbankan.

4. Akselerasi pendalaman pasar keuangan melalui

penyediaan swap valas yang lebih efisien.

5. Koordinasi kebijakan baik dengan Pemerintah

pusat maupun daerah untuk menjaga stabilitas

inflasi.

Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan

otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi

dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk

mengendalikan defisit transaksi berjalan.

Page 137: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

121

Perkembangan sektor

jasa keuangan pada

triwulan IV tahun 2018

relatif terjaga ditopang

oleh peningkatan

kinerja dan likuiditas

subsektor perbankan.

Perkembangan Sektor Jasa Keuangan

Perkembangan Perbankan

Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

*Catatan : Data Q4 adalah data bulan November

Pada triwulan IV tahun 2018, perkembangan sektor

jasa keuangan relatif terjaga ditopang oleh kinerja dan

likuiditas subsektor perbankan yang cukup baik.

Kinerja subsektor perbankan tercermin pada rasio

kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).

Pada triwulan IV tahun 2018, rasio CAR sebesar 23,3

persen, sedikit meningkat dibandingkan dengan rasio

CAR triwulan III tahun 2018, yaitu sebesar 22,9 persen.

Dengan demikian, rasio tersebut masih berada jauh di

atas ketentuan minimum yang ditetapkan yaitu

sebesar 8 persen. Peningkatan CAR tersebut

mencerminkan ketahanan perbankan dalam

mengatasi tekanan perekonomian.

Selain itu, likuiditas perbankan pada triwulan IV tahun

2018 masih terjaga yang tercermin dari peningkatan

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

LDR (%) 89,60 91,19 90,04 90,70 89,12 89,31 88,74 90,04 90,19 92,76 94,09 93,19

CAR (%) 22,00 22,56 23,26 22,93 22,88 22,74 23,25 23,18 22,65 22,01 22,91 23,32

NPL (%) 2,83 3,05 3,22 2,93 3,19 2,96 2,93 2,59 2,75 2,67 2,66 2,67

0

5

10

15

20

25

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

CA

R d

an N

PL

(%)

LDR

(%)

Page 138: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

122

penyaluran kredit. Penghimpunan DPK pada triwulan

IV tahun 2018 tumbuh sebesar 6,6 persen (QtQ), lebih

tinggi dari pertumbuhan penghimpunan DPK pada

triwulan III tahun 2018. Seiring dengan peningkatan

penghimpunan DPK, penyaluran kredit meningkat

sebesar 1,9 persen dari triwulan III tahun 2018.

Namun demikian, pertumbuhan kredit pada triwulan

IV tahun 2018 melambat dibandingkan pertumbuhan

kredit triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan

tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun dari

94,1 persen pada triwulan III tahun 2018 menjadi 93,2

persen pada triwulan IV tahun 2018.

Peningkatan penyaluran kredit dihadapkan pada

penurunan kualitas penyaluran kredit. Kualitas

penyaluran kredit yang menurun tercermin pada

peningkatan rasio risiko kredit macet atau rasio Non-

Performing Loan (NPL). Rasio NPL pada triwulan IV

tahun 2018 sebesar 2,7 persen, sedikit lebih tinggi jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 2,7 persen. Namun demikian, subsektor

perbankan masih terjaga pada keseluruhan tahun

2018.

Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan *Catatan : Data Q4 adalah data bulan November

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Pe

rtu

mb

uh

an D

PK

(%

)

DP

K (

Trili

un

Rp

)

DPK (Rp T) Pertumbuhan DPK Growth Tabungan

Page 139: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

123

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2018.

Penghimpunan dana perbankan (Dana Pihak Ketiga)

meningkat pada triwulan IV tahun 2018. Total Dana

Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp5.573,39 triliun,

atau tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY), lebih tinggi jika

dibandingkan dengan triwulan III tahun 2018. Hal ini

didorong oleh percepatan pertumbuhan pada

komponen terbesar DPK yaitu deposito. Sedangkan

komponen lain dari DPK yaitu tabungan dan giro

tercatat tumbuh meskipun sedikit melambat.

Tabungan tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2018, lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan III tahun 2018 yang tumbuh sebesar

10,1 persen (YoY). Tabungan masih terus mengalami

perlambatan selama dua triwulan terakhir. Namun

demikian, pertumbuhan tabungan pada triwulan IV

tahun 2018 masih lebih baik jika dibandingkan dengan

awal tahun 2018 (triwulan pertama tahun 2018) yang

hanya tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY).

Selanjutnya, sama halnya dengan tabungan, giro juga

mengalami pertumbuhan meskipun melambat. Giro

kembali tumbuh melambat cukup signifikan pada

triwulan IV tahun 2018. Giro tumbuh sebesar 4,6

persen (YoY) atau melambat jika dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,4

persen (YoY).

Di sisi lain, komponen terbesar DPK yaitu deposito

justru mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada

triwulan IV tahun 2018, deposito tumbuh sebesar 3,9

persen (YoY), meningkat jika dibandingkan dengan

triwulan III tahun 2018 yang hanya tumbuh sebesar

2,5 persen (YoY). Namun demikian, pertumbuhan

tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan

dengan awal tahun yang sempat mencapai dua digit.

Page 140: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

124

Total kredit perbankan pada triwulan IV tahun 2018 melambat.

Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November

Berbeda dengan pertumbuhan DPK yang membaik,

kredit pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh meskipun

sedikit melambat. Total kredit perbankan sebesar

Rp5.218,22 triliun, atau tumbuh sebesar 12,3 persen

(YoY), lebih rendah jika dibandingkan dengan Triwulan

III tahun 2018 yang mencapai 13,0 persen (YoY).

Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan

pertumbuhan pada dua jenis kredit, yaitu kredit

investasi dan kredit konsumsi.

Kredit investasi mengalami pertumbuhan sebesar 9,8

persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018, lebih

rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 11,8 persen (YoY). Selain kredit

investasi, kredit konsumsi juga berkontribusi

mendorong perlambatan pertumbuhan total kredit

pada triwulan IV tahun 2018. Kredit konsumsi

mengalami perlambatan pertumbuhan dari 11,7

persen (YoY) pada triwulan III tahun 2018, menjadi

11,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Pe

rtu

mb

uh

an K

red

it (

%)

Kre

dit

Pe

rban

kan

(Tr

iliu

n R

p)

Kredit (Rp T) Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan KI

Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK

Page 141: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

125

Tidak sejalan dengan kredit investasi dan kredit

konsumsi, kredit modal kerja justru mengalami

peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan IV tahun

2018, kredit modal kerja tumbuh sebesar 13,7 persen

(YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 12,1 persen (YoY).

Tabel 53. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia 2017 – 2018 (dalam Triliun)

Sektor 2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

284,46 296,65 298,09 317,38 319,60 329,40 338,57 345,38

Perikanan 9,78 10,29 10,32 11,27 10,64 11,01 11,52 11,67

Pertambangan dan Penggalian

124,80 122,47 116,34 113,62 104,75 105,32 137,18 132,93

Industri Pengolahan

756,53 784,69 775,04 824,11 793,33 813,86 868,92 859,48

Listrik, gas dan air 138,23 127,07 131,22 146,13 154,24 160,51 173,48 159,26

Konstruksi 215,28 234,15 241,64 258,93 254,71 267,36 290,87 310,31

Perdagangan Besar dan Eceran

836,52 845,29 844,02 885,45 885,84 919,80 961,47 964,81

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

94,40 96,73 96,50 97,89 97,37 98,02 97,80 99,00

Transportasi, pergudangan dan komunikasi

171,08 173,98 169,83 182,63 192,11 208,44 210,08 210,78

Perantara Keuangan

196,33 212,05 205,69 214,19 211,49 222,24 225,95 227,38

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

206,87 211,33 211,45 221,92 225,52 225,12 238,36 246,87

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

22,64 22,19 23,13 21,82 21,98 21,80 24,60 22,91

Jasa Pendidikan 8,89 9,25 9,34 10,10 10,17 10,50 11,23 11,36

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

16,57 17,45 17,54 19,09 19,80 19,27 20,28 21,02

Page 142: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

126

Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran kredit perbankan mengalami peningkatan hampir di semua sektor.

Sektor

2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

58,49 60,22 61,63 72,38 70,72 72,79 75,22 76,62

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga

2,64 2,68 2,65 2,74 2,70 2,75 2,69 2,65

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

0,19 0,16 0,16 0,16 0,15 0,13 0,13 0,17

Kegiatan yang belum jelas batasannya

2,39 3,25 3,09 2,75 3,49 2,79 2,54 2,84

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November

Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran kredit

perbankan mengalami pertumbuhan hampir di

seluruh sektor. Dari 18 sektor, peningkatan

pertumbuhan kredit terjadi pada 13 sektor, dengan

peningkatan pertumbuhan terbesar terjadi pada

sektor 1) Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya, (2) Kegiatan yang belum jelas

batasannya, dan (3) Konstruksi.

Sementara itu, lima sektor lainnya justru mengalami

penurunan penyaluran kredit. Lima sektor tersebut

antara lain: (1) Pertambangan dan penggalian turun

sebesar 3 persen; (2) Industri Pengolahan sebesar 1

persen; (3) Listrik, gas, dan air sebesar 8 persen; (4)

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib sebesar 7 persen; serta (5) Jasa

Perorangan yang Melayani Rumah Tangga sebesar 1,5

persen. Dari kelima sektor tersebut, penurunan

tertinggi (QtQ) terjadi pada sektor Listrik, gas dan air.

Selanjutnya jika dilihat dari sisi volume, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran masih mendominasi

Page 143: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

127

Pada akhir tahun 2018, total penyaluran KUR tercatat sebesar Rp120 triliun atau telah mencapai 97,2 persen dari target tahun 2018 sebesar 123,8 triliun.

penyerapan kredit dengan kontribusi sebesar 26,1

persen atau sebesar Rp964.806 miliar, diikuti sektor

Industri Pengolahan sebesar 23,2 persen atau sebesar

Rp859.480 miliar.

Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Catatan: Data sampai dengan bulan Desember 2018

Hingga akhir tahun 2018, penyaluran KUR telah

mencapai 97,2 persen dari target yang ditetapkan.

Total penyaluran KUR sebesar Rp120 triliun, hampir

memenuhi seluruh target yang ditetapkan yaitu

sebesar Rp123,8 triliun. KUR telah disalurkan kepada

4,4 juta debitur dengan rasio tingkat kredit macet

(NPL) sebesar 0,24 persen. Penyaluran KUR masih

didominasi oleh skema KUR Mikro (65,6 persen),

sedangkan porsi skema KUR lainnya yaitu KUR kecil

dan KUR TKI masing-masing sebesar 34,1 persen dan

0,3 persen.

Dari sisi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi,

penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor

perdagangan yaitu sebesar 53,2 persen, kemudian

diikuti oleh sektor pertanian, perburuan, dan

kehutanan yaitu sebesar 23,2 persen, serta sektor jasa

sebesar 15 persen.

Pertanian Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa

Pertanian 23%

Jasa-jasa 15%

Perikanan 1,5%

Industri Pengolahan 7,3%

Perdagangan 53,2%

Page 144: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

128

Industri asuransi hingga

triwulan IV tahun 2018

menunjukkan

pertumbuhan yang

positif.

Selanjutnya berdasarkan wilayah, penyaluran KUR

masih didominasi oleh provinsi-provinsi yang terletak

di Pulau Jawa yaitu sebesar 55 persen, diikuti oleh

Sumatera 19,4 persen dan Sulawesi 11,1 persen.

Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)

Selain perbankan, kondisi sektor jasa keuangan

domestik juga turut ditopang oleh Industri Keuangan

Non-Bank (IKNB). Selama tahun 2018, perkembangan

IKNB tercatat cukup positif, baik di industri asuransi

maupun dana pensiun. Beberapa indikator pada

industri tersebut memperlihatkan perkembangan

yang baik, sehingga menggambarkan semakin

berkembangnya sumber pembiayaan lainnya di luar

perbankan.

Perkembangan Industri Asuransi

Gambar 45. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Pada triwulan IV tahun 2018, industri asuransi

membaik, salah satunya tercermin dari peningkatan

aset industri asuransi. Setelah mengalami

perlambatan pertumbuhan sejak akhir tahun 2017

hingga pertengahan tahun 2018, aset industri asuransi

kembali mengalami percepatan pertumbuhan. Total

0

1

2

3

4

5

6

7

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

%

Trili

un

Rp

Total Aset Industri Asuransi Pertumbuhan Aset Industri Asuransi (QtQ)

Page 145: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

129

Industri dana pensiun pada triwulan IV tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang positif.

aset industri asuransi sebesar Rp1.209,6 triliun pada

triwulan IV tahun 2018, atau meningkat sebesar 2,9

persen jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi karena

adanya percepatan pertumbuhan aset di seluruh jenis

asuransi, dengan peningkatan terbesar terdapat pada

jenis asuransi sosial dan asuransi wajib. Dengan

demikian, hal tersebut menunjukkan pertumbuhan

yang positif untuk industri asuransi di Indonesia pada

triwulan IV tahun 2018.

Perkembangan Industri Dana Pensiun

Gambar 46. Pertumbuhan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Industri dana pensiun pada triwulan IV tahun 2018

mengalami pertumbuhan yang positif. Hal tersebut

tercermin dari peningkatan jumlah aset bersih dan

jumlah investasi dana pensiun. Jumlah investasi dana

pensiun mengalami peningkatan, yaitu dari Rp254,4

miliar pada triwulan III tahun 2018 menjadi Rp260,9

miliar pada triwulan IV tahun 2018. Peningkatan

jumlah investasi tersebut didorong oleh meningkatnya

investasi dana pensiun terhadap sertifikat deposito.

Selanjutnya, sejalan dengan peningkatan investasi,

jumlah aset neto dana pensiun pun meningkat.

Jumlah aset neto dana pensiun mengalami

0

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Mili

ar R

p

Jumlah Aset Neto Jumlah Investasi

Page 146: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

130

Di tengah berbagai

macam tekanan baik dari

dalam maupun luar

negeri, kondisi pasar

saham pada triwulan IV

tahun 2018 tetap baik.

peningkatan sebesar 2,3 persen jika dibandingkan

dengan triwulan III tahun 2018. Peningkatan tersebut

dapat turut menggambarkan perkembangan positif

industri dana pensiun di Indonesia.

Perkembangan Pasar Modal

Kondisi pasar modal baik pasar saham maupun

obligasi masih terjaga di tengah tekanan global dan

domestik. Tekanan global seperti berlanjutnya perang

dagang antara AS dan Tiongkok, normalisasi kebijakan

moneter AS, serta melambatnya perekonomian

Tiongkok yang memberikan tekanan pada kecukupan

likuiditas dunia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi

yang stagnan pada kisaran lima persen turut memberi

tekanan terhadap pasar modal. Namun demikian,

pasar modal Indonesia masih dapat tumbuh baik pada

pasar saham maupun pasar obligasi.

Perkembangan Pasar Saham

Gambar 47. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Perkembangan pasar saham membaik pada triwulan

IV tahun 2018, setelah sempat menurun pada

pertengahan tahun 2018. Hal tersebut salah satunya

tercermin dari perkembangan nilai kapitalisasi pasar

dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG

ditutup pada level 6.194,5 pada triwulan IV tahun

01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Nila

i Kap

ital

isas

i Pas

ar

(Tri

liun

Rp

)

IHSG

Nilai Kapitalisasi Pasar IHSG

Page 147: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

131

Obligasi korporasi tercatat mengalami pelambatan pertumbuhan sepanjang tahun 2018.

2018, dan capaian tersebut sesuai dengan target yang

telah ditetapkan, yaitu berada di atas level 6.000.

Sejalan dengan peningkatan IHSG, nilai kapitalisasi

pasar saham juga mengalami percepatan

pertumbuhan, setelah sempat berfluktuasi pada awal

tahun 2018. Nilai kapitalisasi pasar saham pada

triwulan IV tahun 2018 sebesar Rp7.023,5 triliun,

meningkat jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi

pasar saham pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar

Rp6.737,4 triliun.

Melihat kilas balik perkembangan pasar saham selama

tahun 2018, terdapat beberapa capaian yang didapat

meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Pertama,

jumlah investor saham mengalami peningkatan

sebesar 35 persen sepanjang tahun 2018. Kedua,

terdapat 57 perusahaan tercatat yang melakukan

initial public offering (IPO), dan capaian tersebut

merupakan capaian tertinggi selama kurang lebih 20

tahun terakhir.

Perkembangan Pasar Obligasi Gambar 48. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Sempat mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan

pada awal tahun 2018, pasar obligasi korporasi

kemudian terus mengalami perlambatan pertumbuhan

hingga akhir tahun 2018. Pada triwulan IV tahun 2018,

0

100

200

300

400

500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Trili

un

Rp

Page 148: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

132

Kondisi sektor perbankan syariah pada Triwulan IV 2018 mengalami peningkatan yang cukup baik.

obligasi korporasi tercatat sebesar Rp417,1 triliun, lebih

rendah jika dibandingkan dengan triwulan III tahun

2018 yang tercatat sebesar Rp418,9 triliun. Dengan kata

lain, obligasi korporasi sedikit mengalami penurunan,

yaitu sebesar 0,4 persen (QtQ). Mengkilas balik

perkembangan pasar obligasi korporasi pada tahun

2018, pasar obligasi korporasi pada tahun ini dapat

dikatakan cukup berfluktuasi, sama halnya dengan

pasar saham. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai

tantangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah Perkembangan Perbankan Syariah

Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2016 – 2018

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November

Perbankan syariah pada triwulan IV tahun 2018

mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik. Dari

sisi penyaluran pembiayaan, rasio pembiayaan

terhadap deposit (Financing to Deposit Ratio/FDR)

sebesar 88,2 persen, lebih tinggi 2,5 persen daripada

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yaitu

sebesar 85,7 persen (YoY). Kenaikan FDR tersebut

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2016 2017 2018

FDR 87,5 89,3 89,1 88,87 87,55 87,85 85,25 85,68 84,32 86,46 87,36 88,18

CAR 14,9 14,7 15,4 15,78 16,98 16,42 16,16 16,46 18,47 20,59 21,25 21,39

NPF 5,35 5,05 4,31 4,29 4,29 3,99 3,88 4,32 3,86 3,28 3,22 3,35

0,00

4,00

8,00

12,00

16,00

20,00

24,00

81,00

82,50

84,00

85,50

87,00

88,50

90,00

CA

R &

NP

F (%

)

FDR

(%

)

Page 149: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

133

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan Dana

Pihak Ketiga (DPK) syariah yang juga memicu

pengetatan likuiditas. Melambatnya penghimpunan

DPK oleh bank syariah ini diindikasikan terjadi karena

adanya penyerapan dana masyarakat melalui

penerbitan sukuk pemerintah. Selanjutnya dari sisi

kualitas pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah

atau Non-Performing Financing (NPF) perbankan

syariah mengalami penurunan yang cukup signifikan.

NPF bank syariah berhasil ditekan hingga 3,3 persen,

lebih rendah 1,0 persen dibandingkan dengan triwulan

yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,3 persen

(YoY).

Adapun dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal

yang tercermin dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)

bank syariah tercatat sebesar 21,4 persen, meningkat

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 21,3 persen.

Gambar 50. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2016 – 2018

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November

Pada triwulan IV tahun 2018, pertumbuhan total

pembiayaan didorong oleh pertumbuhan Pembiayaan

0

4

8

12

16

20

24

28

32

0

60

120

180

240

300

360

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2016 2017 2018

Pe

rtu

mb

uh

an (

%)

Trili

un

Rp

Total Pembiayaan Pertumbuhan PI

Pertumbuhan PMK Pertumbuhan PK

Pertumbuhan Pembiayaan (YoY)

Page 150: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

134

Penyaluran pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan hampir di seluruh sektor

Pertumbuhan Pembiayaan yang disalurkan masih ditopang oleh pertumbuhan Pembiayaan Konsumsi

Konsumsi yang sangat tinggi. Pembiayaan Konsumsi

tumbuh sebesar 17,7 persen (YoY), selanjutnya diikuti

oleh Pembiayaan Investasi yang tumbuh sebesar 16,3

persen (YoY). Sementara itu, komponen pembiayaan

lainnya yaitu Pembiayaan Modal Kerja hanya tumbuh

sebesar 5,1 persen (YoY), atau 3,4 persen lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya.

Tabel 54. Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor 2017 – 2018

Sektor 2017 2018

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

9.484 9.847 9.741 10.071 10396 11924 11844 11.846

Perikanan 1.492 1.350 1.370 1.291 1048 1191 1187 1.186

Pertambangan dan Penggalian 6.833 7.085 7.012 6.909 6551 5555 5769 5.562

Industri Pengolahan 20.055 20.558 20.422 21.017 21440 22934 23595 23.210

Listrik, gas dan air 8.262 7.857 7.733 7.985 11150 13576 16430 14.635

Konstruksi 14.409 19.782 21.540 21.405 21273 22033 22579 23.701

Perdagangan Besar dan Eceran 29.320 30.450 31.600 32.401 32472 32935 33258 33.781

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

3.425 3.489 3.542 3.432 3730 4125 4162 4.454

Transportasi, pergudangan dan komunikasi

10.387 11.028 10.019 9.938 9833 9841 10221 9.177

Perantara Keuangan 18.106 19.385 19.564 19.358 18590 17769 18217 18.498

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

11.354 11.657 12.045 11.905 12218 12217 12662 13.218

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

8 9 8 8 5 4 7 4

Jasa Pendidikan 4.107 4.390 4.693 4.766 4794 4947 5147 5.026

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.229 3.511 3.658 3.850 3981 3862 4174 4.345

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

4.518 4.895 4.880 4.947 6699 6454 6143 5.644

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga

329 343 330 332 331 354 360 369

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

- - 0 - 0 0 0 0

Kegiatan yang belum jelas batasannya

688 752 575 545 462 402 391 878

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

*Catatan : Data Q4 adalah data bulan November

Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran pembiayaan

perbankan syariah mengalami pertumbuhan hampir di

Page 151: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

135

seluruh sektor. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan

perbankan syariah terjadi pada 13 sektor dari 18

sektor penyaluran pembiayaan syariah.

Apabila ditinjau secara sektoral, sektor Perdagangan

Besar dan Eceran masih mendominasi penyerapan

pembiayaan yaitu sebesar 19,2 persen dari total

pembiayaan yang disalurkan. Diikuti oleh sektor

Konstruksi dan Industri Pengolahan yang masing-

masing menyerap penyaluran pembiayaan sebesar

13,5 persen dan 13,2 persen.

Sementara itu, penurunan penyaluran pembiayaan

terjadi pada lima sektor yaitu (1) Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

turun sebesar 48,5 persen; (2) Pertambangan dan

Penggalian turun sebesar 19,5 persen; (3) Perikanan

turun sebesar 8,1 persen; (4) Transportasi,

Pegudangan dan Komunikasi turun sebesar 7,6

persen; dan (5) Perantara Keuangan turun sebesar 4,4

persen.

Perkembangan Pasar Modal Syariah

Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

ISSI

Page 152: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

136

Sejalan dengan tren Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan

Jakarta Islamic Index (JII) juga turut mengalami

penguatan pada triwulan IV tahun 2018. Setelah

sempat mengalami penurunan pada pertengahan

tahun pertama, nilai kapitalisasi ISSI meningkat relatif

kuat hingga Rp3.666 triliun, atau tumbuh 3,5 persen

dari triwulan sebelumnya (QtQ). Namun dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, nilai

kapitalisasi ISSI turun 1,0 persen (YoY). Sementara itu,

nilai kapitalisasi saham blue chip JII menunjukkan

penguatan ke angka Rp2.239 triliun, atau tumbuh 8,0

persen dari triwulan sebelumnya (QtQ). Namun, jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya, nilai kapitalisasi JII triwulan IV tahun

2018 lebih rendah 2,1 persen. Hal ini menyusul

sentimen eksternal yang memberi tekanan pada

kinerja saham secara keseluruhan pada pertengahan

tahun 2018.

Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (outstanding) 2016 – 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Sejalan dengan tren ISSI dan JII, nilai outstanding

sukuk korporasi juga mengalami peningkatan yang

10 11 10

12 12

15 14

16 17

16

20

22

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2016 2017 2018

Trili

un

Rp

Sejalan dengan tren IHSG, kondisi pasar modal syariah cenderung menguat pada triwulan IV tahun 2018.

Page 153: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

137

Kinerja pasar sukuk korporasi mrningkat. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai outstanding sukuk korporasi pada paruh kedua tahun 2018.

cukup signifikan. Pada triwulan IV tahun 2018, nilai

outstanding sukuk korporasi meningkat sebesar

10,0 persen (QtQ) menjadi Rp22,0 triliun. Adapun

nilai outstanding sukuk korporasi mengalami

pertumbuhan sebesar 37,5 persen dari triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya (YoY). Meski

cenderung berfluktuasi, kondisi pasar sukuk

korporasi menunjukkan kinerja yang baik pada

paruh kedua tahun 2018. Namun demikian, pasar

sukuk korporasi masih perlu dilakukan pendalaman

agar dapat memberikan dukungan pembiayaan

bagi pembangunan ekonomi nasional.

Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank Syariah (IKNBS)

Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

Catatan : Data sampai dengan bulan November 2018

Pada triwulan IV tahun 2018, secara keseluruhan

Industri Keuangan Non-Bank Syariah menunjukkan

perkembangan yang kurang menggembirakan. Kondisi

ini tercermin dari adanya penurunan pada jumlah aset

secara umum Industri Keuangan Non-Bank Syariah

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2016 2017 2018P

ert

um

bu

han

(%

)

Mili

ar R

p

Asuransi Syariah Lembaga Jasa Keuangan Khusus SyariahLembaga Pembiayaan Syariah Lembaga Keuangan Mikro SyariahPertumbuhan Aset IKNBS (YoY)

Page 154: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

138

(IKNBS) dari triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Secara umum, aset Industri Keuangan

Non Bank Syariah mengalami penurunan sebesar 0,8

persen menjadi Rp96,2 triliun (YoY). Apabila ditinjau

lebih rinci. Lembaga Pembiayaan Syariah mengalami

penurunan aset secara signifikan sebesar 24,3 persen

dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (YoY), atau

dari Rp34,8 triliun pada November 2017 menjadi

Rp26,3 triliun pada November 2018.

Walaupun secara umum menurun, aset Lembaga Dana

Pensiun Syariah meningkat sebesar 162,4 persen

menjadi Rp3,3 triliun (YoY). Diikuti pertumbuhan aset

Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang juga

mengalami pertumbuhan sebesar 148,0 persen

menjadi Rp247 miliar (YoY). Aset Asuransi Syariah dan

Lembaga Jasa Keuangan Syariah masing-masing

tumbuh sebesar 9,8 persen menjadi Rp42,5 triliun dan

sebesar 7,1 persen menjadi Rp23,9 triliun (YoY).

Page 155: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

139

LAMPIRAN Lampiran 1: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (YoY)

Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.

Papua

Maluku

Sulawesi

Kalimantan

Nusa Tenggara

Bali Jawa

Sumatera

Page 156: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

140

Lampiran 2: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (MtM)

Gambar 55 Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.

Maluku

Sulawesi

Jawa

Bali

Nusa Tenggara

Kalimantan

Sumatera Papua

Page 157: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

141

Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang

Tabel 55. Nilai Tukar Mata Uang

Negara Oktober 2018 November 2018 Desember 2018

Rata-rata Triwulanan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Rupiah Indonesia 15.203,0 (2,0) (10,8) (10,8) 14.302,0 6,3 (5,2) (5,4) 14.390,0 (0,6) (5,80) (5,8) 14.784,4 (1,2)

Lira Turki 5,6 8,5 (32,1) (32,1) 5,2 7 (27,3) (24,8) 5,3 (1,4) (28,3) (28,2) 5,5 3,0

Rand Afrika Selatan 14,8 (4,4) (16,3) (4,5) 13,9 6,6 (10,7) (1,2) 14,3 (3,3) (13,7) (13,7) 14,3 (1,7) BRIC

Real Brazil 3,7 8,8 (11,0) (12,2) 3,9 (3,7) (14,3) (15,5) 3,9 (0,4) (14,7) (14,7) 3,8 3,6 Rubel Rusia 65,9 (0,5) (12,4) (11,4) 67,1 (1,8) (14,0) (12,9) 69,4 (3,3) (16,8) (16,8) 66,7 (1,6) Rupee India 74,0 (2,0) (13,9) (12,5) 69,6 6,3 (8,5) (7,4) 69,8 (0,3) (8,7) (8,4) 72,0 (2,6) Yuan Cina 7,0 (1,5) (6,7) (4,9) 7,0 0,2 (6,5) (5,0) 6,9 1,2 (5,4) (5,4) 6,9 (1,6)

ASEAN-6 Dolar Singapura 1,4 (1,3) (3,6) (1,7) 1,4 1,0 (2,7) (1,8) 1,4 0,7 (2,0) (2,0) 1,4 (0,6) Ringgit Malaysia 4,2 (1,1) (3,3) 1,1 4,2 1,0 (3,3) (2,2) 4,1 1,2 (2,1) (2,1) 4,2 (1,9) Baht Thailand 33,1 (2,4) (1,6) 0,3 32,9 0,5 (1,1) (0,9) 32,3 1,9 0,8 0,8 32,8 0,5 Peso Filipina 53,4 1,1 (6,7) (6,7) 52,4 1,9 (4,9) (3,9) 52,6 (0,2) (5,1) (5,1) 53,2 0,7 Kyat Myanmar 1.593,5 (2,4) (14,6) (14,3) 1.591,5 0,1 (14,5) (14,9) 1.533,5 3,8 (11,2) (11,2) 1.571,7 (5,4)

Negara Maju Euro 0,9 (2,5) (5,5) (2,9) 0,9 0,1 (5,7) (4,9) 0,9 1,3 (4,5) (4,5) 0,9 (1,9) Poundsterling Inggris 0,8 (2,0) (5,5) (3,9) 0,8 (0,1) (5,6) (5,7) 0,8 0,1 (5,5) (5,6) 0,8 (1,3) Yen Jepang 112,9 0,7 (0,3) 0,6 113,6 (0,6) (0,8) (0,9) 109,7 3,5 2,7 2,7 112,7 (1,1) Won Korea Selatan 1.139,8 (2,7) (6,4) (1,7) 1.120,8 1,7 (4,8) (2,9) 1.111,0 0,9 (4,0) (3,9) 1.127,4 (0,5)

Keterangan: PAB = Posisi Akhir Bulan.

Sumber: Bloomberg, data diolah.

Page 158: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

142

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA

Pemimpin Redaksi

Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA

Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, Msi

Ichsan Zulkarnaen, SE, MSc, Ph.D

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Toni Priyanto J, S.Kom, ME

Muhammad Fahlevy, SE, MA

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

Octal Pramudito, SE, MA

P. N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol

Fajar Hadi Pratama, ST

Sukhad, S.IP

Drs. Muhammad Arif, Msi

Page 159: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

143

Penulis

Arianto Christian Hartono, SE, MA

Geraldo Sihotang, SE

Filza Amalia, SE

Rakhmi Fadillah, SE

Alfado Agustio, SE. Sy, ME

Dimas Adhytia W, SE

Rahma Hanii Maulida, SE

Indra Muhammad, SE

Sharmila Erizaputri, SE

Anjani Putri, ST

Hilda Roseline Theresia, SE

Aris Saputra, SE

Mutiara Maulidya, SE

Ani Utami, SE

Distributor/Sirkulasi

Imam Musadad

Tulus Sujadi

Administrasi

Dina Fitriani, SPd

Editor

Alfado Agustio, SE. Sy, ME

Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout

Hamdan Hasan, S.Kom

Page 160: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

144

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 161: 399333 - perpustakaan.bappenas.go.id

145