rekomendasi pemupukan padi sawah lahan pasang...

14
233 REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG SURUT KECAMATAN ARUT SELATAN, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH Masganti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Pemanfaatan lahan pasang surut di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah berpotensi menjadi pemasok beras di provinsi tersebut. Akan tetapi pemanfaatan lahan tersebut untuk peningkatan produksi padi belum maksimal. Kendala utama yang ditemui adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, variabilitas kesuburan tanah yang tinggi juga menjadi faktor penghambat lainnya untuk memaksimalkan potensi lahan ini. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode pemupukan yang tepat menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan berdasarkan tipologi lahan, dan tipologi luapan. Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat pada bulan Juni-Agustus 2008, menggunakan metode eksplorasi tanah dan analisis tanah di laboratorium. Pengamatan dilakukan terhadap tipologi lahan, tipologi luapan, dan sifat kimia tanah yang meliputi pH, C-organik, N-total, P-tersedia, (Ca, Mg, K, Al)-tertukar, dan KTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasang surut di daerah penelitian bertipe/jenis lahan sulfat masam dan bergambut dengan tipe luapan B dan C. Pemupukan padi menggunakan urea, SP-36, KCl, dan dolomit dengan dosis secara umum adalah 800-2.000 kg dolomit/ha, 150-300 kg urea/ha, 75-200 kg SP-36/ha, dan 75-150 kg KCl/ha. Pemupukan urea diberikan tiga kali, masing- masing 50% dosis saat tanam, 25% dosis pada enam minggu setelah tanam, dan sisanya pada 11 minggu setelah tanam. KCl diaplikasi dua kali, masing-masing separuh dosis pada saat tanam dan enam minggu setelah tanam. Sedangkan SP-36 semuanya diberikan pada saat tanam dan semua dolomit diberikan dua minggu sebelum tanam. PENDAHULUAN Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Adanya krisis pangan dunia menyebabkan perhatian terhadap produksi bahan pangan ini perlu terus ditingkatkan agar ketahanan pangan nasional terus terjaga. Berbagai upaya implementasi inovasi teknologi terkini dicurahkan dalam rangka mencapai swasembada beras di tanah air.

Upload: domien

Post on 01-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

233

REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG SURUT KECAMATAN ARUT SELATAN, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

Masganti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan pasang surut di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah berpotensi menjadi pemasok beras di provinsi tersebut. Akan tetapi pemanfaatan lahan tersebut untuk peningkatan produksi padi belum maksimal. Kendala utama yang ditemui adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, variabilitas kesuburan tanah yang tinggi juga menjadi faktor penghambat lainnya untuk memaksimalkan potensi lahan ini. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode pemupukan yang tepat menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan berdasarkan tipologi lahan, dan tipologi luapan. Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat pada bulan Juni-Agustus 2008, menggunakan metode eksplorasi tanah dan analisis tanah di laboratorium. Pengamatan dilakukan terhadap tipologi lahan, tipologi luapan, dan sifat kimia tanah yang meliputi pH, C-organik, N-total, P-tersedia, (Ca, Mg, K, Al)-tertukar, dan KTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasang surut di daerah penelitian bertipe/jenis lahan sulfat masam dan bergambut dengan tipe luapan B dan C. Pemupukan padi menggunakan urea, SP-36, KCl, dan dolomit dengan dosis secara umum adalah 800-2.000 kg dolomit/ha, 150-300 kg urea/ha, 75-200 kg SP-36/ha, dan 75-150 kg KCl/ha. Pemupukan urea diberikan tiga kali, masing-masing 50% dosis saat tanam, 25% dosis pada enam minggu setelah tanam, dan sisanya pada 11 minggu setelah tanam. KCl diaplikasi dua kali, masing-masing separuh dosis pada saat tanam dan enam minggu setelah tanam. Sedangkan SP-36 semuanya diberikan pada saat tanam dan semua dolomit diberikan dua minggu sebelum tanam.

PENDAHULUAN

Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Adanya krisis pangan dunia menyebabkan perhatian terhadap produksi bahan pangan ini perlu terus ditingkatkan agar ketahanan pangan nasional terus terjaga. Berbagai upaya implementasi inovasi teknologi terkini dicurahkan dalam rangka mencapai swasembada beras di tanah air.

Page 2: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

234

Kabupaten Kotawaringin Barat hingga saat ini masih belum mampu berswasembada beras. Diperkirakan sekitar 30% pasokan beras kabupaten ini masih bersandar pada ”impor” dari luar kawasan tersebut. Padahal potensi lahan yang tersedia sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan beras kabupaten ini, bahkan mampu menjadi pemasok beras di Kalimantan Tengah.

Salah satu lahan yang sangat potensial dimanfaatkan untuk memenuhi kuota beras masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat adalah lahan pasang surut, namun lahan ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan produksi padi. Salah satu kendala yang ditemui di lapangan adalah masalah kesuburan tanah (Adimihardja dan Suriadikarta, 2000; Sawiyo et al., 2000; Masganti et al., 2006). Kecamatan Arut Selatan merupakan kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat yang menjadi pemasok utama padi di kabupaten ini.

Lahan pasang surut diketahui mempunyai kesuburan tanah yang rendah (Adimihardja et al., 1998; Maas, 2003; Masganti dan Yuliani, 2005). Selain itu, lahan pasang surut juga diketahui mempunyai variabilitas kesuburan tanah yang tinggi akibat perbedaan tipologi lahan dan tipologi luapan. Oleh karena itu, perlu penetapan metode pemupukan yang tepat menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan menurut tipologi lahan dan tipologi luapan agar produksi padi dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pengambilan contoh tanah di lapangan dan analisis tanah di laboratorium. penelitian ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah meliputi zone pemupukan (lokasi), jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat pada bulan Juni-Agustus 2008, menggunakan metode eksplorasi tanah dan analisis tanah di laboratorium.

Pengamatan dilakukan untuk setiap luasan 50-60 ha. Setiap lokasi dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui kedalaman lapisan pirit dan ketebalan gambut. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm menggunakan bor pada lima titik, kemudian dicampur merata

Page 3: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

235

dan dijadikan sebagai satu contoh pewakil. Setelah labelisasi contoh tanah menyangkut lokasi (desa), tanggal pengambilan, nama pemilik, tipologi lahan, dan tipologi luapan, contoh tanah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Sifat-sifat kimia tanah yang dianalisis meliputi pH, C-organik, N-total, P-tersedia, (Ca, Mg, K, Al)-tertukar, dan KTK. Tabel 1 memperlihatkan jenis analisis dan metode analisis sifat kimia tanah yang digunakan.

Tabel 1. Jenis dan metode analisis sifat kimia tanah di lahan pasang surut Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

No. Jenis analisis Metode analisis

1. pH (H2O) pH meter (Masganti et al., 2001) 2. C-organik (%) Wakley & Black (Houba et al., 1995) 3. N-total (%) Kjeldahl (Houba et al., 1995) 4. P-tersedia (ppm) BrayII (Masganti et al., 2003) 5. Ca-tertukar (me/100g) NH4OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 6. Mg-tertukar (me/100g) NH4OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 7. K-tertukar (me/100g) NH4OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 8. KTK (me/100g) NH4OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991)

Tipologi lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang diajukan Widjaja-Adhi et al. (1992). Tipologi lahan dibedakan menurut kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidik, dan ketebalan lapisan gambut. Lahan potensial merupakan lahan yang mempunyai kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidik ≥ 50 cm, sedang lahan sulfat masam kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidiknya < 50 cm. Lahan yang mempunyai lapisan gambut < 50 cm dikategorikan sebagai lahan bergambut (Widjaja-Adhi et al., 1992; Hardjowigeno, 1993; Soil Survey Staff, 1999).

Pembeda lain antara lahan potensial dengan lahan sulfat masam adalah tingkat kemasaman tanahnya. Lahan dengan kemasaman tanah atau pH ≥ 3,5 dikategorikan sebagai lahan potensial, sedang lahan dengan nilai pH tanah < 3,5 tergolong lahan sulfat masam.

Tipologi luapan ditentukan menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Noorsyamsi et al. (1984), Widjaja-Adhi (1988), dan Adimihardja et al. (1998). Lahan tipe A adalah lahan yang selalu terluapi air pada saat pasang tunggal (besar) maupun pasang ganda (kecil), lahan tipe B merupakan lahan yang hanya terluapi air pada saat pasang tunggal, lahan tipe C adalah lahan yang tidak terluapi air baik pada saat pasang tunggal maupun pasang ganda, akan tetapi air pasang mempengaruhi secara tidak langsung tinggi muka air tanahnya yang

Page 4: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

236

kurang dari 50 cm, sedang lahan tipe D adalah lahan pasang surut seperti pada tipe C, tetapi tinggi air tanahnya lebih dari 50 cm. Penilaian ketersediaan hara dalam tanah didasarkan atas laporan yang dikemukakan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), Hardjowigeno (1993), dan Rachim (1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipologi lahan dan luapan

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan dan merujuk pada kriteria yang dikemukakan oleh Noorsyamsi et al. (1984), Widjaja-Adhi (1988), dan Adimihardja et al. (1998), diperoleh informasi bahwa kombinasi tipologi lahan dan tipologi luapan sebagai berikut: pada Desa Kumpai Batu Bawah memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B, dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan B; Desa Kumpai Batu Atas memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan C; dan Desa Tanjung Terantang memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan B (Tabel 2). Dengan demikian terdapat tiga kombinasi tipologi lahan dan tipologi luapan yakni (1) lahan sulfat masam bertipologi luapan B, (2) lahan bergambut bertipologi luapan B, dan (3) lahan bergambut bertipologi luapan C.

Tabel 2. Tipologi lahan dan luapan lahan pasang surut di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

No. Desa Tipologi lahan Tipologi luapan

Sulfat masam B 1. Kumpai Batu Bawah (KBB) Bergambut B

Sulfat masam B 2. Kumpai Batu Atas (KBA) Bergambut C

Sulfat masam B 3. Tanjung Terantang (TRT) Bergambut B

Sifat kimia tanah

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah Desa Kumpai Batu Bawah relatif baik dibanding Desa Kumpai Batu Atas dan Desa Tanjung Terantang kesuburan tanahnya paling rendah. Hal ini didukung oleh hasil

Page 5: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

237

wawancara dengan petani (data tidak ditampilkan) bahwa produktivitas padi di Desa Kumpai Batu Bawah paling tinggi, diikuti Desa Kumpai Batu Atas dan produktivitas padi di Desa Tanjung Terantang paling rendah.

Tabel 3. Sifat kimia tanah lahan pasang surut di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Sifat kimia No. Desa

pH H2O C-org N-total P-tersedia ................... % ................... ppm

1. KBB 3,4-4,5 2,77-38,59 0,17-2,14 4,7-13,6 2. KBA 3,5-4,5 4,87-40,93 0,15-1,92 5,4-12,1 3. TRT 3,0-4,5 4,78-36,17 0,16-1,72 5,9-13,1

Lanjutan Tabel 3

Sifat kimia No. Desa

K-dd Ca-dd Mg-dd Al-dd KTK ............................................. me/100g .............................................

1. KBB 0,05-2,28 0,11-2,45 0,05-1,02 0,86-3,88 14,62-64,18 2. KBA 0,11-1,36 0,47-2,82 0,23-1,05 0,53-5,39 18,73-62,36 3. TRT 0,30-1,24 0,70-2,90 0,60-1,70 1,30-4,66 19,06-52,02

Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah diketahui bahwa Desa Kumpai Batu Bawah memiliki pH sangat masam; C-organik dan N-total rendah-sedang; P-tersedia rendah; K-dd sangat rendah; Ca-dd sangat rendah-rendah; Mg-dd sangat rendah-rendah; Al-dd rendah; dan KTK sedang-sangat tinggi. Desa Kumpai Batu Atas memiliki pH sangat masam; C-organik tinggi-sangat tinggi; N-total rendah; P-tersedia sangat rendah; K-dd tinggi-sangat tinggi; Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah-rendah; Al-dd rendah; dan KTK sedang-sangat tinggi. Desa Tanjung Terantang memiliki pH sangat masam; C-organik tinggi-sangat tinggi; N-total sangat rendah-rendah; P-tersedia rendah; K-dd sedang-sangat tinggi; Ca-dd sangat rendah-rendah; Mg-dd rendah-sedang; Al-dd; dan KTK sedang-sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka diperoleh informasi bahwa tanah-tanah di lahan sawah Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang mengalami kekurangan unsur-unsur Ca, Mg, N, P, dan K. Oleh karena itu, lahan-lahan tersebut memerlukan pupuk yang bersumber dari dolomit, urea, SP-36, dan KCl. Pertimbangan lain yang diperlukan dalam penentuan rekomendasi pemupukan adalah varietas padi yang dibudidayakan, faktor konversi, dan efisiensi pemupukan.

Page 6: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

238

Rekomendasi pemupukan

Berdasarkan tipologi lahan, tipologi luapan, dan sifat kimia tanah, maka lahan-lahan sawah di Desa Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang memerlukan jenis pupuk seperti dolomit, urea, SP-36, dan KCl. Pemberian berbagai jenis pupuk ini menjadi penting untuk pertumbuhan dan produksi padi sawah mengingat pada lahan-lahan sawah di desa-desa tersebut memiliki tingkat kesuburan tanah yang tergolong rendah. Sebagai misal, aplikasi dolomit diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hara Ca dan Mg bagi tanaman.

Sementara itu, dosis pemupukan yang diberikan pada lahan-lahan sawah berbeda antarlokasi karena tergantung pada tipologi lahan, tipologi luapan, dan tingkat ketersediaan hara yang terkandung dalam tanah-tanah sawah tersebut. Lahan yang memiliki tipologi lahan sulfat masam memerlukan unsur hara dalam dosis yang lebih rendah daripada lahan-lahan bertipologi lahan bergambut. Hal ini disebabkan tanah-tanah sulfat masam memiliki sifat-sifat kimia yang lebih baik daripada lahan-lahan bergambut. Masganti dan Yuliani (2005) menyatakan bahwa tingkat kemasaman tanah di lahan bergambut lebih tinggi daripada lahan sulfat masam karena tanah-tanah lahan bergambut tersusun atas asam-asam organik dengan kadar yang lebih tinggi dan sebagian belum terurai, sehingga pH-nya lebih rendah. Sifat kimia tanah lainnya menunjukkan bahwa kadar N-total dan kandungan basa-basa dalam tanah lahan sulfat masam lebih tinggi daripada lahan bergambut.

Lahan-lahan yang memiliki tipologi luapan C memerlukan unsur hara yang lebih tinggi daripada lahan-lahan bertipologi luapan B, hal ini mengingat bahwa pada lahan-lahan bertipologi luapan B, ketersediaan unsur hara lebih tinggi karena lahan-lahan ini mendapat sumbangan hara dari luapan air sungai, sedangkan lahan bertipologi luapan C tidak mendapat unsur hara dari luapan air sungai (Masganti et al., 2006). Masganti dan Yuliani (2005) melaporkan bahwa tingkat kemasaman tanah di lahan bertipologi luapan C lebih tinggi daripada tipologi luapan B karena kadar C-organik dalam tanah bertipologi luapan C lebih tinggi daripada tipologi luapan B.

Atas dasar uraian tersebut, maka dosis pemupukan yang diberikan pada lahan-lahan sawah tersebut sangat tergantung pada tipologi lahan, tipologi luapan, dan kandungan hara dalam tanah. Dalam penelitian ini ditemukan 6 (enam) zone pemupukan (zone 1-6) yang semuanya terwakili oleh Desa Kumpai Batu Bawah (Tabel 4). Penetapan zone pemupukan ini dapat membantu penyuluh dan petani untuk memaksimumkan efisiensi pemupukan padi.

Page 7: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

239

Keterangan tentang lokasi-lokasi berdasarkan zone pemupukan tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 1 dan rekomendasi pemupukan dalam Lampiran 2.

Secara umum dosis pupuk yang diperlukan adalah 800-2.000 kg dolomit/ ha, 150-300 kg urea/ha, 75-200 kg SP-36/ha, dan 75-150 kg KCl/ha. Secara terinci untuk setiap desa diuraikan sebagai berikut.

Desa Kumpai Batu Bawah

Di antara ketiga desa yang disurvei, Desa Kumpai Batu Bawah mempunyai lahan sawah yang paling luas. Luas lahan sawah di desa ini mencapai 1.907 ha (Tabel 4). Tingkat kesuburan tanah yang lebih baik dari desa lainnya menyebabkan produktivitas padi lebih tinggi dan jumlah pupuk yang diperlukan lebih rendah. Hal ini didukung oleh kenyataan lapangan yang menunjukkan bahwa tanaman padi paling luas dibudidayakan di desa ini, dan lahan yang tidak ditanami relatif sedikit.

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan tanaman padi di Desa Kumpai Batu Bawah Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat

Dosis pemupukan No. Kode Zone

pemupukan Luas Dolomit Urea SP-36 KCl

ha ............................. kg/ha ............................. 1. KBB1 1 430 800-1.000 150-200 75-100 75-100 2. KBB2 2 85 1.000-1.200 200-250 100-125 75-125 3. KBB3 3 70 1.200.1.500 200-300 125-150 100-125 4. KBB4 4 364 1.000-1.200 200-250 125-150 100-125 5. KBB5 5 895 1.200-1.500 250-300 150-200 125-150 6. KBB6 6 63 1.500-2.000 300 200 150

Total 1.907 - - - -

Desa Kumpai Batu Atas

Dari segi kesuburan tanah, tanah-tanah sawah di desa ini kesuburannya lebih rendah dari Desa Kumpai Batu Bawah, akan tetapi lebih baik dari Desa Tanjung Terantang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pupuk yang diperlukan per satuan luas lebih banyak dari Desa Kumpai Batu Bawah. Tabel 5 memperlihatkan rekomendasi pemupukan dan luas lahan sawah yang terdapat di desa ini.

Page 8: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

240

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman padi di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat

Dosis pemupukan No. Kode Zone

pemupukan Luas Dolomit Urea SP-36 KCl

ha ............................... kg/ha ............................... 1. KBA1 1 456 800-1.000 150-200 75-100 75-100 2. KBA2 2 459 1.200-1.500 200-250 125-150 100-125 3. KBA6 6 111 1.500-2.000 300 200 150

Total 926 - - - -

Desa Tanjung Terantang

Desa Tanjung Terantang mempunyai kesuburan tanah yang paling rendah diantara ketiga desa yang disurvei, sehingga diperlukan jumlah pupuk yang lebih banyak dari kedua desa lainnya. Luas lahan sawah yang direkomendasikan pemupukannya adalah 1.250 ha (Tabel 6).

Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Padi di Desa Tanjung Terantang Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat

Dosis pemupukan No. Kode Zone

pemupukan Luas Dolomit Urea SP-36 KCl

ha .............................. kg/ha .............................. 1. TRT1 1 249 800-1.000 150-200 75-100 75-100 2. TRT5 5 928 1.200-1.500 250-300 150-200 125-150 3. TRT6 6 83 1.500-2.000 300 200 150

Total 1.250 - - - -

Frekuensi pemupukan dimaksudkan selain agar pupuk yang diberikan dapat diserap oleh tanaman pada waktu yang tepat (sesuai dengan fase pertumbuhan), juga dalam rangka mengurangi kehilangan pupuk yang diaplikasikan karena pada lahan pasang surut, ketersediaan air tergantung dari gerakan pasang surut air di permukaan sungai. Pupuk urea disarankan untuk diaplikasi dengan tiga kali frekuensi aplikasi karena selain disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman padi, juga dalam rangka mengurangi tingkat kehilangan pupuk urea. Hal ini disebabkan sifat pupuk urea yang mudah larut dan tercuci oleh pergerakan pasang surut air di permukaan sungai. Selain mudah larut, pupuk N juga mudah menguap akibat suhu yang tinggi. Pemberian pupuk N masing-masing 50, 25, dan 25% dosis pada saat tanam, 42 hari setelah tanam (HST) dan 11 minggu setelah tanam (MST).

Page 9: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

241

Pupuk SP-36 diaplikasikan sebagai pupuk dasar, yakni diberikan pada saat tanam atau paling lambat tujuh hari sesudah tanam, sedangkan KCl diberikan dua kali masing-masing 50% dosis pada saat tanam dan 42 HST. Dolomit diberikan 14 hari sebelum tanam (Masganti dan Yuliani, 2005).

Tabel 7. Rekomendasi jenis pupuk, frekuensi, jumlah, dan waktu pemberian pupuk pada lahan-lahan sawah Desa Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Jumlah dan waktu pemberian pupuk Jenis pupuk Frekuensi

14 HBT Saat tanam 42 HST 11 minggu

kali ............................. % dosis ............................. Urea 3 - 50 25 25 SP-36 1 - 100 - - KCl 2 - 50 50 - Dolomit 1 100 - - -

Keterangan : HBT = Hari sebelum tanam HST = Hari setelah tanam

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan analisis sifat kimia tanah di laboratorium disimpulkan bahwa lahan pasang surut di daerah penelitian bertipe/jenis lahan sulfat masam dan bergambut dengan tipe luapan B dan C.

2. Pemupukan padi di lahan pasang surut menggunakan urea, SP-36, KCl, dan dolomit dengan dosis secara umum adalah 800-2.000 kg dolomit/ha, 150-300 kg urea/ha, 75-200 kg SP-36/ha, dan 75-150 kg KCl/ha.

3. Pemupukan urea diberikan tiga kali, masing-masing 50% dosis saat tanam, 25% dosis pada 6 MST dan sisanya pada 11 MST. KCl diaplikasi dua kali, masing-masing separuh dosis pada saat tanam dan 6 MST. Sedangkan SP-36 semuanya diberikan pada saat tanam dan semua dolomit diberikan dua minggu sebelum tanam.

Page 10: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

242

Saran

Pemupukan padi di lahan pasang surut Kabupaten Kota Waringin Barat hendaknya memperhatikan enam zone pemupukan yakni :

a. Zone 1 seluas 1.135 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar adalah 800-1.000 kg dolomit, 150-200 kg urea, 75-10 kg SP-36, dan 75-100 kg KCl.

b. Zone 2 seluas 85 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar adalah 1.000-1.200 kg dolomit, 200-250 kg urea, 100-125 kg SP-36, dan 75-125 kg KCl.

c. Zone 3 seluas 70 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah 1.200-1.500 kg dolomit, 200-300 kg urea, 125-150 kg SP-36, dan 100-125 kg KCl.

d. Zone 4 seluas 364 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah 1.000-1.200 kg dolomit, 200-250 kg urea, 125-150 kg SP-36, dan 100-125 kg KCl.

e. Zone 5 seluas 1.825 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah 1.200-1.500 kg dolomit, 250-300 kg urea, 150-200 kg SP-36, dan 125-150 kg KCl.

f. Zone 6 seluas 257 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah 1.500-2.000 kg dolomit, 300 kg urea, 200 kg SP-36, dan 150 kg KCl.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A., K. Sudarman, dan D.A. Suriadikarta. 1998. Pengembangan lahan pasang surut: keberhasilan dan kegagalan ditinjau dari aspek fisiko kimia lahan pasang surut. Hlm 1-10. Dalam M. Sabran, M.Y. Maamun, A Sjachrani, B. Prayudi, I. Noor, dan S. Sulaiman (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Menunjang Akselerasi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Balitbangtan, Puslitbangtan, Balittra. Banjarbaru.

Adimihardja, A. dan D.A. Suriadikarta. 2000. Pemanfaatan lahan rawa eks PLG Kalimantan Tengah untuk pengembangan pertanian berwawasan lingkungan. J. Penelitian & Pengembangan Pertanian 19(3):77-81.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi I. Akademika Presindo. Jakarta. Hlm 124.

Houba, V.J.G., Van Der Lee, and I. Novozamky. 1995. Soil and Plant Analysis : A Series of Sillaby Part 5B Soil Analysis Procedure, Others Procedures. Departement of Soil Science and Plant Nutrition, Wageningen Agricultural University, Wageningen. P 262.

Page 11: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

243

Maas, A. 2003. Pengelolaan Lahan Rawa Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Pusat Studi Sumberdaya Lahan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hlm 156.

Masganti, T. Notohadikusumo, A. Maas, dan B. Radjagukguk. 2001. Metode pengukuran pH tanah gambut. J. Tanah dan Air 2(2):81-87.

Masganti. 2003. Metode analisis kadar P-tersedia dalam bahan gambut. J. Agripeat 4(2):84-89.

Masganti dan N. Yuliani. 2005. Status hara tanah di daerah sentra produksi padi Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. J. Tanah dan Air 6(1):18-25.

Masganti, Susilawati, dan N. Yuliani. 2006. Potensi Sumbangan hara dalam budidaya padi lokal di lahan pasang surut ex-PLG Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Hlm 319-329. Dalam D. Subardja, R. Saraswati, H.S. Mamat, N. Sutrisno, D. Setyorini, Wahyunto, Sukarman, dan S. Ritung (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Noorsyamsi, H., H. Anwarhan, S. Sulaiman, and H.M. Beachell. 1984. Rice cultivation in the tidal swamps of Kalimantan. Pp 17-27. In Proc. Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice. IRRI, Los Banos, Philippines, Manila.

Rachim, A. 1995. Penggunaan Kation-kation Polivalen dalam Kaitannya dengan Ketersediaan Fosfat untuk Meningkatkan Produksi Jagung pada Tanah Gambut. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Hlm 268.

Sawiyo, D. Subardja, dan D. Djaenudin. 2000. Potensi lahan rawa di daerah Kotawaringin Barat Murung dan Kotawaringin Barat Barat untuk pengembangan pertanian. J. Penel. dan Pengem. Pert. 19(1):9-16.

Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy a Basic System of Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. Secon Edition. Resource Conservation Cervise, USDA. Washington D.C. P 869.

Tadesse, T.I. Haque, and E.A. Aduayi. 1991. Working Document No. B 13. Soil, Plant, Water, Fertilizer, Animal Manure and Compost Analysis Manual. Soil Science and Plant Nutrition Section, International Livestock Centre for Africa, Addis Ababa, Ethiopia. P 260.

Widjaja-Adhi, I G.P. 1988. Masalah Tanaman di Lahan Gambut. Makalah Disajikan dalam Pertemuan Teknis Penelitian Usahatani Menunjang Transmigrasi. Cisarua, Bogor, 27-29 Februari 1988. Hlm 16.

Page 12: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

244

Widjaja-Adhi, I G.P., K. Nugroho, D.A. Suriadikarta, dan A.S. Karama. 1992. Sumberdaya lahan rawa: potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Hlm 18. Dalam S. Partohardjono dan M. Syam (Eds.). Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa. Cisarua, 3-4 Maret 1992. Puslitbangtan, Bogor.

Page 13: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan

245

Lampiran 1. Peta rekomendasi zone pemupukan di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Page 14: REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui

Masganti

246

Lampiran 2. Rekomendasi pemupukan padi berdasarkan zone pemupukan di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Dosis pemupukan No. Zone

pemupukan Luas Dolomit Urea SP-36 KCl

ha ................................. kg/ha ................................. 1. 1 1.135 800-1.000 150-200 75-100 75-100 2. 2 85 1.000-1.200 200-250 100-125 75-125 3. 3 70 1.200.1.500 200-300 125-150 100-125 4. 4 364 1.000-1.200 200-250 125-150 100-125 5. 5 1.825 1.200-1.500 250-300 150-200 125-150 6. 6 257 1.500-2.000 300 200 150

Total 3.736 - - - -