pengaruh pemupukan npk, kapur, dan kompos jerami...
TRANSCRIPT
277
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur, dan Kompos Jerami Terhadap Kesuburan Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Padi Varietas Ciliwung yang Ditanam Pada Sawah Bukaan Baru
1Sukristiyonubowo, 1Tagus Vadari, dan 2Kusumo Nugroho 1Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor
16114 2Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara
Pelajar No. 12, Bogor 16114
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian yang didanai oleh program SINTA dan
Insentif Ristek T.A. 2009 sampai 2011 yang dilaksanakan di Panca Agung, Kabupaten
Bulungan, Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada sawah bukaan baru yang
berumur tiga tahun, yang dibuka pada tahun 2007. Perlakuan yang diuji sebanyak dua
belas perlakuan yang diatur dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang tiga kali.
Hanya untuk perlakuan T7 dan T8, dimana pupuk N dan K diberikan 3 kali, yaitu 50%
saat tanam, 25% saat tanaman padi berumur 21 HST (Hari Setelah Tanam) dan 25%
sisanya saat tanaman padi berumur 35 HST. Sementara, untuk perlakuan lainnya pupuk N
dan K diberikan 2 kali, yaitu 50% saat tanam dan 50% saat tanaman berumur 21 HST.
Dolomit dan kompos jerami diberikan tujuh hari sebelum tanam dengan cara disebar
merata dalam petak. Ukuran petak percobaan adalah 5 m x 5 m dengan jarak antar
ulangan 1 m. Padi varietas Ciliwung digunakan sebagai tanaman indikator, yang ditanam
dengan cara pindahan (transplanting system) dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan
tiga bibit per lubang. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh pemupukan NPK,
kapur dan kompos jerami terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil padi varietas
Ciliwung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sawah bukaan baru baik
yang berasal dari tanah kering dan basah mempunyai kesuburan tanah yang rendah.
Pemupukan NPK, dolomit dan kompos jerami, terutama pada perlakuan T8 mampu
meningkatkan N tanah, P dan K potensial yang diekstrak dengan HCl 25%, P tersedia
dengan metode Bray I serta menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya dan tanah awal. Pemupukan NPK dosis rekomendasi
yang dikombinasikan dengan dolomit dan kompos jerami dimana pupuk N dan K
diberikan tiga kali (T8) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (tinggi dan jumlah
anakan) dan produksi biomasa (berat jerami dan gabah) padi varietas Ciliwung.
Dibandingkan dengan cara petani, perlakuan T8 mampu meningkatkan hasil padi sebesar
73% atau setara dengan 1,62 t ha-1.
Kata kunci: Sawah bukaan baru, dolomit, kompos jerami, pemupukan NPK
PENDAHULUAN
Beras merupakan bahan makan pokok dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk Indonesia, sehingga kedudukan beras menjadi sangat strategis baik ditinjau dari
25
Sukristiyonubowo et al.
278
aspek sosial, politik maupun ekonomi. Lebih dari 90% total beras dihasilkan melalui
sawah beririgasi dan sisanya dihasilkan dari sistem sawah non irigasi (BPS, 2006).
Penciutan lahan sawah irigasi di Pulau Jawa dan Bali akibat alih fungsi lahan, gejala
leveling off (pelandaian hasil) pada sawah beririgasi teknis, dan semakin meningkatnya
kompetisi penggunaan air untuk keperluan industrI, rumah tangga dan pengairan serta
meningkatnya kebutuhan akan beras telah mengganggu produksi padi dan kemandirian
beras nasional. Impor beras tahun 2010 dari Vietnam dan China sebanyak 400 ribu ton
menyadarkan kita bahwa pencetakan sawah bukaan baru harus dipandang sebagai
pencetakan lumbung lumbung beras baru untuk Indonesia di masa mendatang.
Sawah bukaan baru yang dicetak di luar Pulau Jawa berasal dari lahan kering dan
lahan basah. Tanah ini umumnya mempunyai kendala-kendala yang berhubungan dengan
aspek fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian pupuk yang tidak berimbang dan
bergantung pada pupuk mineral saja menyebabkan produksi padi masih belum optimal.
Pengembangan teknologi pemupukan dengan mengkombinasikan antara pupuk buatan
dengan pupuk organik dan pemberian kapur akan meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk yang berlanjut pada perbaikan hasil padi.
Sawah bukaan baru yang berasal dari lahan kering yang digenangi mempunyai
sifat yang relatif sama dengan tanah asalnya. Dilaporkan bahwa penggenangan akan
menyebabkan perubahan sifat kimia tanahnya. Ponnamperuma (1978) menyimpulkan
bahwa penggenangan akan menurunkan Eh, meningkatkan pH serta meningkatnya
ketersediaan P dan Ca. Selanjutnya Tadano dan Yoshida (1978) mengamati hal yang sama
bahwa penggenangan pada tanah masam meningkatkan pH tanah, dan pada tanah alkali
akan menurunkan pH tanah.
Pencetakan sawah baru dari lahan kering di luar pulau Jawa umumnya didominasi
tanah jenis Oxisols, Ultisols, dan Inceptisols. Menurut Tan (1982) tanah tanah tersebut
terutama yang berwarna kemerahan sampai merah mempunyai kandungan oksida Fe dan
Al yang tinggi. Dalam suasana reduksi, oksida-oksida yang terlarut dapat meracuni
tanaman. Apabila kandungan Fe dalam tanah melebihi 200 ppm, maka tanaman akan
keracunan Fe (Puslittanak, 1993) atau apabila konsentrasi besi dalam tanaman lebih dari
300 ppm (Yusuf et al. 1990). Tanah sawah bukaan baru yang berasal dari lahan basah,
misalnya lahan pasang surut, lahan rawa lebak maupun aluvial umumnya tidak terjadi
pergerakan air vertikal ke arah solum, sehingga tidak terjadi horison penimbunan Fe
maupun Mn.
Produksi padi sawah bukaan baru yang berasal dari tanah kering masam tergolong
rendah karena yaitu (1) belum efektifnya pemanfaatan air berkaitan dengan belum
terbentuknya lapisan tapak bajak (plow pan), (2) rendahnya efisiensi pemupukan karena
tingginya kehilangan hara akibat pelindian dan pencucian, (3) terjadinya perubahan fisiko
kimia maupun biologi yang meningkatkan kelarutan beberapa unsur hara mikro yang
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur,dan Kompos Jerami
279
meracuni tanaman dan (4) keracunan besi merupakan penyebab utama gagal panen
(Anonymous, 2005). Dilaporkan bahwa penambahan amelioran yang mengandung Ca,
Mg dan unsur mikro disamping penambahan pupuk NPK dan bahan organik dapat
meningkatkan produktivitas sawah bukaan baru (Sukristiyonubowo et al. 2012;
Sukristiyonubowo et al. 2011a and b; Sukristiyonubowo and Tuherkih, 2009; Widowati
dan Rochayati, 2008; Yan et al. 2007; Fageri and Baligar, 2001).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk
NPK, kompos jerami dan dolomit terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil padi
varietas Ciliwung pada sawah bukaan baru.
BAHAN DAN METODE
Data yang digunakan berasal dari hasil penelitian T.A. 2009 sampai 2011 di sawah
bukaan baru yang dibuka tahun 2007 di Panca Agung, Kabupaten Bulungan. Dua belas
perlakuan dicobakan yang mencakup dosis petani, dosis introduksi dan waktu pemberian
pupuk yang dikombinasi dengan dolomit dan kompos jerami, yang diatur dalam
rancangan percobaan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang tiga kali. Dosis
pemupukan NPK introduksi adalah dosis rekomendasi yang ditetapkan berdasarkan PUTS
(Perangkat Uji Tanah Sawah). Dosis rekomendasi NPK yang digunakan berasal dari
pupuk tunggal urea, SP-36, dan KCl masing-masing sebesar 250 kg urea, 100 kg SP-36
dan 100 kg KCl ha-1
. Dosis dolomit dan kompos jerami masing masing 2 t ha-1
.
Sementara, untuk dosis petani adalah 100 kg urea dan 100 kg SP-36 ha-1
. Perlakuan
selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Ukuran petak yang digunakan adalah 5 m x 5 m
dengan jarak antar ulangan 1 m. Padi varietas Ciliwung digunakan sebagai tanaman
indikator yang ditanam dengan cara pindahan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan
3 bibit per lubang. Bibit padi dipindahkan saat berumur 21 hari setelah sebar
dipersemaian.
Pada perlakuan T7 dan T8, pupuk urea dan KCl diberikan tiga kali pemberian.
Pemberian pertama sebanyak 50%, yaitu pada saat tanam bersamaan dengan pupuk SP36
yang diberikan semuanya saat tanam. Pemberian pupuk N dan K kedua sebanyak 25%
diberikan saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST), dan pemberian ketiga
sebanyak 25% diberikan saat tanaman berumur 35 HST. Sementara, untuk perlakuan yang
lain, pupuk urea dan KCl diberikan dua kali pemberian, yaitu 50% saat tanam dan 50%
sisanya saat tanaman padi berumur 21 HST. Kompos jerami dan dolomit masing-masing
sebanyak 2 t ha-1
diberikan saat pengolahan tanah kedua selesai, yaitu setelah pemetakan
selesai dikerjakan yaitu satu minggu sebelum tanam dengan cara disebar merata pada
petak.
Sukristiyonubowo et al.
280
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisa sidik ragam dan untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
Test masing masing pada tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 1. Perlakuan pada penelitian pengaruh pemupukan NPK, kompos jerami dan
dolomit terhadap sifat kimia dan hasil padi sawah bukaan baru
Kode Perlakuan Urea SP-36 KCl Dolomit Kompos
Jerami
----------- kg ha-1 ------------
T0 Dosis petani (kontrol) 100 100 - - -
T1 Dosis petani + BO + Dolomit 100 100 - 2000 2000
T2 NPK dosis rekomendasi 250 100 100 - -
T3 NPK dosis rekomendasi + BO 250 100 100 - 2000
T4 ¾ NPK dosis rekomendasi + Bo 187,5 75 75 - 2000
T5 ½ NPK dosis rekomendasi + BO 125 50 50 - 2000
T6 1¼ NPK dosis rekomendasi + BO 312,5 125 125 - 2000
T7 NPK dosis rekomendasi (N dan K
diberikan 3 kali)
250 100 100 - 2000
T8 NPK dosis rekomendasi + BO +
Dolomit (N dan K diberikan 3x)
250 100 100 2000 2000
T9 NPK dosis rekomendasi + BO +
Dolomit
250 100 100 2000 2000
T10 NPK dosis rekomendasi + 1 ½ BO 250 100 100 - 2000
T11 NPK dosis rekomendasi + ½ BO 250 100 100 - 2000
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesuburan tanah alami sawah bukaan baru (Inherent Soil Fertility)
Pada umumnya, sawah bukaan baru yang berasal dari lahan kering dikelola untuk padi
gogo dan palawija, hutan tidak produktif dan lahan tidur (sleeping land), tetapi sejak
diubah ke sawah bukaan baru pada tahun 2007 karena ada upaya masyarakat untuk
mengalirkan air dari hutan di daerah atas dengan pipa, ditampung dan dialirkan ke lahan,
maka sawah bukaan baru berjalan.
Secara alami kesuburan kimia dan fisika sawah bukaan baru baik yang berasal dari
lahan kering (dryland) maupun lahan basah (wetland) di Panca Agung dan Tanjung Buka
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur,dan Kompos Jerami
281
SP-2 disajikan pada Tabel 2. Tekstur tanah bervarias dari lempung liat berdebu (silty clay
loam) sampai liat (clay), dan digolongkan kedalam tektur sedang dan halus. Mempunyai
pH masam yang bervariasi dari 4,62 dan 4,70. Kapasitas tukat kation (KTK) tergolong
rendah bervariasi antara 5,81and 9,51 cmol+ kg
-1 diduga karena adanya keseragaman
mineral liat (uniformity in clay mineralogy) dan rendahnya bahan organik tanah. Tingkat
kandungan carbon (soil organic carbon) dan N total termasuk sangat rendah, yang
beragam masing masing dari 0,71-1,29% C dan dari 0,03-0,05% N. Ada dugaan bahwa
dimasa lampau, semua jerami dari padi gogo dan sisa tanaman diangkut keluar lapang
untuk pakan ternak dan dibakar. Menurut Clark et al. (1998) mengamati tanah dengan
kandungan bahan organik tinggi ditemui pada tanah yang diperlakukan dengan pupuk
kandang dan tanaman penutup tanah
Kandungan P total bervariasi dari 31 sampai 58 mg P2O5 kg-1
dan termasuk sangat
rendah. Lebih lanjut, kandungan P tersedia juga tergolong rendah, bervariasi dari 1,09
sampai 2,69 mg P2O5 kg-1
sehingga dapat diduga bahwa pemberian 100 kg SP36 ha-1
musim-1
dapat meningkatkan P tersedia. Kandungan K potensial yang diekstrak dengan
HCl 25% tergolong rendah, bervariasi 55 sampai 138 mg K2O kg-1
. Ini juga diduga bahwa
aplikasi 100 kg KCl ha-1
musim-1
akan meningkatkan K dalam tanah. Clark et al. (1998)
dan Rasmussen dan Parton (1994) melaporkan hasil yang sama.
Hal yang sama juga diamati pada sawah bukaan baru yang berasal dari lahan basah
(Tabel 2). Tanah bersifat sangat masam dengan pH 3,78 sampai 4,50. Kapasitas tukar
kation tergolong tinggi dengan nilai antara 23-25 cmol+ kg
-1. Kandungan karbon organik
(SOC) dan N total rendah, masing masing bervariasi antara 1,96%-2,10% C dan 0,20-
0,60% N. Kandungan P total atau P potensial yang diekstraksi dengan HCl 25% adalah
sangat rendah, bervariasi antara 58 sampai 79 mg P2O5 kg-1
. Kandungan P tersedia juga
termasuk rendah, antara 11,61 sampai 19,61 mg P2O5 kg-1
, diharapkan aplikasi dari 100 kg
SP36 ha-1
.musim-1
meningkatkan P tersedia dan menaikkan fungsi tanah yang pada
akhirnya terhadap hasil padi . Kandungan K Total atau potensial termasuk rendah yang
bervariasi dari 129 sampai 176 mg K2O kg-1
, mengindikasikan bahwa pemberian 100 kg
KCl ha-1
musim -1
juga akan meningkatkan kandungan K total maupun tersedia. Clark et
al. (1998), Rasmussen dan Parton (1994) melaporkan hasil yang sama.
Kandungan Ca dapat ditukar (1,36-5,49 cmol+ kg
-1), K (0.11-0.19 cmol
+ kg
-1) dan
Mg dapat ditukar (1,73-2,61 cmol+ kg
-1) tergolong rendah sampai sedang. Dilihat dari
perbandingan antara calcium, magnesium, dan potassium, data juga mengindikasikan
perbandingan yang tidak seimbang. Pada kondisi normal ratio berkisar antara 60-65%
calcium, 10-15% magnesium, dan 5-7% potassium. Dengan demikian, secara umum
kondisi kesuburan tanah alami sawah bukaan baru baik yang berasal dari lahan kering
maupun lahan sawah adalah rendah, dengan pH asam sampai sangat asam, kandungan
bahan organik, N, P, dan K rendah. Oleh karena itu pemberian pupuk N, P, dan K (dosis
Sukristiyonubowo et al.
282
rekomendasi) yang dikombinasikan dengan pemberian dolomit dan kompos perlu untuk
memperbaiki kesuburan alami dan hasil padi.
Tabel 2. Sifat kimia sawah bukaan baru yang berasal dari lahan basah di Desa Tanjung
Buka SP-2 yang dibuka tahun 2007 (contoh tanah diambil Juni 2011) dan
yang berasal dari lahan kering Desa Panca Agung (contoh tanah diambil Juni
2009), Kabupaten Bulungan.
Parameter Unit Tanjung Buka SP-2 Panca Agung
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
pH 3,78 – 4.50 Sangat
Masam
4,62 – 4,70 Sangat
Masam
Bahan Organik
C-organik % 1.96 – 2.10 Rendah 0.71 – 1.29 Sangat
Rendah
N Total % 0,20 – 0.60 Rendah 0.03 – 0.05 Sangat
Rendah
C/N ratio 9.80 Rendah 20 - 26
P ekstrak HCl 25% ppm 58 -79 Sangat
Rendah
31 -58 Sangat
Rendah
K ekstrak HCl 25% ppm 129 - 176 Rendah 55 - 138 Rendah
P Bray I ppm 11,61-19.61 Sangat
Rendah
1.09 – 2.69 Sangat
Rendah
CEC cmol(+) kg-1 23 - 25 Tinggi 5.81 – 9.53 Rendah
K cmol(+) kg-1 0.11 – 0.19 Sangat
Rendah
0.05 – 0.11 Sangat
Rendah
Ca cmol(+) kg-1 1.36 - 5,49 Rendah 1.04 – 1.83 Sangat
Rendah
Mg cmol(+) kg-1 1,73 – 2.61 Rendah-
sedang
0.21 – 0.27 Rendah
Fe ppm 251 - 270 Tinggi 170 - 210 Tinggi
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Tanah
Pengaruh pemupukan NPK, dolomit dan kompos jerami terhadap sifat tanah
disajikan pada Tabel 3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pemupukan NPK, dolomit dan
kompos jerami menaikkan N organik, P tersedia, P dan K potensial serta menurunkan
kandungan Fe dan Mn jika dibandingkan dengan tanah awal dan cara petani (kontrol).
Pada perlakuan T7 dan T8 peningkatkan N organik tanah, P dan K potensial yang
diekstrak dengan HCl 25%, P tersedia yang diekstrak dengan Bray I serta menurunkan
kadar besi dan Mn lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga hara N, P, dan K
yang dibutuhkan tanaman lebih banyak tersedia bagi tanaman padi (Tabel 3).
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur,dan Kompos Jerami
283
Tabel 3. Pengaruh pemupukan, kapur dan kompos jerami terhadap sifat kimia tanah
sawah bukaan baru di lokasi Panca Agung, Kabupaten Bulungan
Perlakuan Sifat tanah
N Total
(%)
P HCl
25%
(ppm
P205)
K HCl
25%
(ppm
K20)
P Bray I
(ppmP205)
Fe
(ppm)
Mn
(ppm)
Tanah Awal 0,05 58 31 1,09 210 50
T0: Dosis petani (Kontrol) 0,10 162 37 4,91 185 16,09
T1: Dosis petani + pupuk
Organik + dolomit
0,12 171 29 7,40 183 17,46
T2: NPK dosis rekomendasi 0,10 172 28 7,06 190 19,58
T3: NPK dosis rekomendasi +
Pupuk organik
0,10 141 29 6,42 193 17,41
T4: ¾ NPK dosis rekomendasi +
Pupuk organik
0,11 161 31 6,32 181 16,45
T5: ½ NPK dosis rekomendasi +
Pupuk organik
0,12 127 33 4,91 189 19,51
T6: 1¼ NPK dosis rekomendasi
+ Pupuk organik
0,09 145 32 5,66 189 19,32
T7: NPK dosis rekomendasi (N
dan K diberikan 3X)
0,14 149 39 9,63 157 16,80
T8: NPK dosis rekomendasi +
Pupuk Organik + dolomit
(N dan K diberikan 3 kali)
0,16 195 38 10,62 167 13,52
T9: ½ NPK dosis rekomendasi +
pupuk organik + dolomit
O,14 154 31 9,25 171 18,31
T10:½ NPK dosis
rekomendasi+1½ Pupuk
Organik
0,14 185 38 9,37 197 17,49
T11:½ NPK dosis rekomendasi +
½ Pupuk Organik
0,13 143 31 7,18 188 7,20
Perbaikan sifat tanah khususnya pada perlakuan T7 dan T8, terutama
meningkatnya kandungan N dan P tersedia ini diduga kuat karena adanya pengaruh
langsung dari penambahan dolomit, kompos jerami dan pupuk NPK (dimana pupuk N dan
K diberikan tiga kali pemberian). Pemberian ini akan secara langsung memperbaiki pH
tanah, kandungan bahan organik dan P tersedia, disamping pengaruhnya terhadap
penurunan Fe dan Mn. Menurunnya kandungan besi dari 170-185 ppm menjadi 157-167
ppm dan kandungan Mn dari 50 ppm menjadi 16,80 dan 13, 52 ppm disamping karena
pengaruh langsung dari penambahan dolomit, diduga juga karena pengaruh penggenangan
(De Datta, 1981). Selanjutnya dilaporkan bahwa penggenangan akan meningkatkan pH
Sukristiyonubowo et al.
284
dan P tersedia, kadar N, K dan Ca, dapat ditukar dan kadar Mn (Hartatik, 1997;
Ponnamperuma, 1978; Sulaeman et al. 1997).
Pengaruh pemupukan NPK, penambahan dolomit dan kompos jerami terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi
Pengaruh pemupukan NPK, dolomit, dan kompos jerami terhadap tinggi tanaman
dan jumlah anakan padi umur 60 HST dan saat panen disajikan pada Tabel 4. Pada saat
tanaman padi berumur 60 hari setelah tanam (HST) semua perlakuan yang dicoba
(pemupukan NPK dosis rekomendasi dan kombinasinya dengan dolomit dan kompos
jerami) cenderung menunjukkan tinggi tanaman padi yang lebih baik dibandingkan dosis
petani. Pada umur 60 HST tanaman padi varietas Ciliwung pada perlakuan T10 (NPK
dosis rekomendasi +1½ kompos jerami) menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi, yaitu
85,60 ± 28,4 cm, walaupun tidak menunjukkan beda yang nyata dengan perlakuan T7 dan
T8. Namun demikian pada saat panen, perlakuan T8 menunjukkan tinggi tanaman yang
tertinggi, yaitu 96,97± 5,5 cm (Tabel 4). Hasil ini memperkuat dugaan awal bahwa
disamping karena perbaikan sifat tanah akibat pemberian dolomit, kompos jerami, dan
penggenangan juga disebabkan karena unsur hara N dan K yang diberikan tiga kali
pemberian lebih banyak tersedia ketika dibutuhkan oleh tanaman padi.
Kejadian yang sama terjadi pada jumlah anakan tanaman padi, baik pada umur 60
HST dan saat panen. Pada perlakuan T8 (pupuk NPK dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan dolomit dan kompos jerami dimana pupuk N dan K diberikan 3
kali) menunjukkan jumlah anakan padi yang terbanyak dan berbeda nyata dibandingkan
kontrol. Ini membuktikan bahwa pemupukan N dan K yang diberikan 3 kali lebih baik
dibandingkan dosis petani dan pupuk N dan K yang diberikan 2 kali. Artinya bahwa
jumlah hara N dan K yang tersedia dan dibutuhkan tanaman padi lebih baik, sehingga
tanaman dapat menggunakan secara optimal untuk pertumbuhannya. Jumlah anakan padi
varietas Ciliwung pada umur 60 HST dan saat panen masing-masing sebanyak 21,20 ± 6,0
dan 13,80 ± 1,6.
Selanjutnya, pengaruh pemupukan NPK dosis rekomendasi dan kombinasi dengan
dolomit dan kompos jerami terhadap produksi biomas padi varietas Ciliwung lokasi Panca
Agung disajikan pada Tabel 5. Pada umumnya, pemupukan NPK dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan 2 t ha-1
dolomit dan 2 t ha-1
kompos jerami meningkatkan
produksi biomas padi jika dibandingkan perlakuan dosis petani. Lebih lanjut, perlakuan
T8 (dimana pupuk N dan K diberikan 3 kali, yaitu 50% saat tanam, 25% umur 21 HST
dan 25% umur 35 HST) memberikan produksi jerami segar dan berat gabah saat panen
dan berat gabag kering giling yang tertinggi, masing masing sebesar 11,26 ± 1,2 ; 4,48 ±
0,2 dan 3,85 ± 0,2 t ha-1
. Apabila dibandingkan dengan kontrol atau dosis petani,
perlakuan T8 meningkatkan produksi gabah kering giling sebesar 1,62 t ha-1
atau
meningkat sebesar 73% (Tabel 6).
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur,dan Kompos Jerami
285
Tabel 4. Pengaruh pemupukan, kapur, dan kompos jerami terhadap tinggi dan jumlah
anakan padi varietas Ciliwung umur 60 HST dan saat panen sawah bukaan
baru di lokasi Panca Agung, Kabupaten Bulungan
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan
60 HST Panen 60 HST Panen
T0: Dosis petani (Kontrol) 50,53±7,3 b 81,93±7,4 cd 14,93±2,5 bc 10,43±1,4 c
T1: Dosis petani + kompos jerami +
dolomit
46,53±25,8 b 79,90±9,0 d 13,37±2,9 c 10,73±1,6 bc
T2: NPK dosis rekomendasi 56,67±9,0 b 93,37±3,1 a 16,83±2,0 bc 12,17±1,4 abc
T3: NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
62,23±2,8 ab 90,57±1,1 abc 15,50±1,0 bc 12,73±0,5 abc
T4: ¾ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
59,73±2,8 b 89,47± 3,6 abc 16,73±0,8 bc 11,90±1,1 abc
T5: ½ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
57,93±6,3 b 89,67±7,2 abc 16,47±1,3 bc 12,20±1,7 abc
T6: 1¼ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
64,50 ±5,9 ab 89,93±3,5 abc 18,50±0,7 ab 12,30±0,4 abc
T7: NPK dosis rekomendasi (N dan
K diberikan 3X)
62,53±3,5 ab 92,10±3,5 ab 17,87±2,3 ab 13,10±1,1 ab
T8: NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami + dolomit (N
dan K diberikan 3 kali)
62,27±0,7 ab 96,97± 5,5 a 21,20±6,0 a 13,80±1,6 a
T9: ½ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami + dolomit
57,77±5,5 b 89,30±8,2 abc 15,57±1,2 bc 12,60±1,1 abc
T10: ½ NPK dosis rekomendasi+1½
kompos jerami
85,60±28,4 a 91,57±0,9 ab 16,00±1,8 bc 11,57 ±0,4 abc
T11: ½ NPK dosis rekomendasi + ½
kompos jerami
55,57±9,3 b 83,83±7,6 bcd 14,50±0,7 bc 10,40±0,5 c
CV (%) 20,90 5,40 12,70 10,1
Tabel 5. Pengaruh pemupukan N P K, kapur dan kompos jerami terhadap produksi
biomas padi varietas Ciliwung yang ditanam di sawah bukaan baru di Panca
Agung, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur
Perlakuan Berat jerami
segar (t ha-1)
Berat gabah saat
panen (t ha-1)
Berat gabah
kering (t ha-1)
T0: Dosis petani (kontrol) 6,90 ± 2,0 c 2,58 ± 0,6 f 2,23 ± 0.5 e
T1: Dosis petani + kompos jerami +
dolomit
8,38 ± 1,5 bc 3,12 ± 0,3 def 2,70 ± 0,3 cde
T2: NPK dosis rekomendasi 9,86 ± 0,9 ab 3,94 ± 0,1 abc 3,06 ± 0,6 abcd
T3: NPK dosis rekomendasi + kompos
jerami
9,36 ± 0,5 abc 3,84 ± 0,4 abcd 3,32 ± 0,3 abc
T4: ¾ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
8,48 ± 0,2 abc 3,50 ± 0,4 bcde 3,04 ±0,3 bcd
T5: ½ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
9,54 ± 2,1 abc 4,04 ± 0,8 abc 3,48 ± 0,7 abc
Sukristiyonubowo et al.
286
Perlakuan Berat jerami
segar (t ha-1)
Berat gabah saat
panen (t ha-1)
Berat gabah
kering (t ha-1)
T6: 1¼ NPK dosis rekomendasi +
kompos jerami
8,74 ± 3,3 abc 3,80 ± 0,4 abcd 3,41 ± 0,5 abc
T7: NPK dosis rekomendasi (N dan K
diberikan 3X)
9,68 ± 2,9 ab 4,18 ± 0,3 ab 3,60 ± 0,2 ab
T8: NPK dosis rekomendasi + kompos
jerami + dolomit (N dan K diberikan
3 kali)
11,26 ± 1,2 a 4,48 ± 0,2 a 3,85 ±0,2 a
T9: NPK dosis rekomendasi + kompos
jerami + dolomit
7,82 ± 1,6 bc 3,14 ± 0,7 23 a 3,60 ± 0,6 ab
T10: NPK dosis rekomendasi + 1½
kompos jerami
8,90 ± 2,4 abc 3,30 ± 0,5 cdef 2,80 ± 0,5bcde
T11: NPK dosis rekomendasi + ½
kompos jerami
7,42 ± 0,9 bc 2,78 ± 0,8 ef 2,50 ± 0,7 de
CV (%) 15,60 11,60 13,9
Tabel 6. Prosentase kenaikan hasil padi varietas Ciliwung terhadap kontrol yang
ditanam pada sawah bukaan baru di Panca Agung, Kabupaten Bulungan
Perlakuan
Prosentase kenaikan hasil
terhadap kontrol (%)
t ha-1 %
T0: Dosis petani (kontrol)
T1: Dosis petani + Kompos Jerami + dolomit 0,47 21
T2: NPK dosis rekomendasi 0,83 37
T3: NPK dosis rekomendasi + Kompos Jerami 1,09 49
T4: ¾ NPK dosis rekomendasi + Kompos Jerami 0,81 36
T5: ½ NPK dosis rekomendasi +Kompos Jerami 1,25 56
T6: 1¼ NPK dosis rekomendasi + Kompos Jerami 1,18 53
T7: NPK dosis rekomendasi (N dan K diberikan 3 kali) 1,37 61
T8: NPK dosis rekomendasi + Kompos Jerami + dolomit (N
dan K diberikan 3x)
1,62 73
T9: NPK dosis rekomendasi + Kompos Jerami + dolomit 1,37 61
T10: NPK dosis rekomendasi + 1½ Kompos Jerami 0,57 26
T11: NPK dosis rekomendasi + ½ Kompos Jerami 0,27 12
KESIMPULAN
1. Kesuburan alami tanah sawah bukaan baru yang berasal dari lahan kering (dryland)
maupun basah (wetland) tergolong rendah dan dapat diperbaiki dengan penambahan
pupuk mineral yang dikombinasikan dengan dolomit dan kompos
2. Pemupukan NPK dengan dosis rekomendasi yaitu 250 kg urea, 100 kg SP36 dan 100
kg KCl ha-1
dimana pupuk N dan K diberikan tiga kali (50% saat tanam, 25% umur 21
HST dan 25% sisanya umur 35 HST) yang dikombinasikan dengan pemberian dolomit
2 t ha-1
dan kompos jerami sebanyak 2 t ha-1
meningkatkan kandungan N total, P dan
K total yang diekstraksi dengan HCl 25% dan P tersedia yang diukur dengan Metode
Bray I, serta menurunkan kadar Fe dan Mo.
Pengaruh Pemupukan NPK, Kapur,dan Kompos Jerami
287
3. Pemupukan NPK dengan dosis rekomendasi yaitu 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100
kg KCl ha-1
dimana pupuk N dan K diberikan tiga kali (50% saat tanam, 25% umur 21
HST dan 25% sisanya umur 35 HST) yang dikombinasikan dengan pemberian dolomit
2 t ha-1
dan kompos jerami sebanyak 2 t ha-1
secara nyata meningkatkan pertumbuhan
padi, produksi jerami, dan gabah padi sawah bukaan baru Panca Agung-Kabupaten
Bulungan. Besarnya hasil gabah kering giling varietas Ciliwung yang dicapai adalah
3,85 ± 0,2 t ha-1
, meningkat 1,62 t ha-1
atau setara dengan 73% jika dibandingkan cara
petani
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didanai Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui
program SINTA, INSENTIVE dan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan,
Kementerian Pertanian. Terima kasih untuk Sdr: Anda Suhanda, Suwandi, dan Rahmat
Hidayat atas kerjasamanya dan waktunya di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2005. Teknologi sawah bukaan baru areal irigasi Batang Hari.
http://www.bbp2tp.litbang.deptan.go.id. 22 Januari 2009
BPS.2006. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta
Clark, M.S., W.R. Horwath, C. Shennan, and K.M. Scow. 1998. Changes in soil chemical
properties resulting from organic and low-input farming practices. Agronomy
Journal. 90: 662-671
De Datta, S.K. 1981. Principles and practices of rice production. IRRI, Los Banos,
Philippines. 618 p.
Fageri, N.K. and C.V. Balligar. 2001. Improving nutrient use efficiency of annual crops in
Brazilian acid soils for sustainable crop production. Communication Soil Science
Plan Analysis. 32 (7 and 8): 1301 - 1319
Hartatik, W., Widowati, L. Retno, dan Sulaeman. 1997. Pengaruh potensial redoks
terhadap ketersediaan hara pada tanaman padi sawah. Prosiding Pertemuan
Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal: 19-33
Ponnamperuma, F.M. 1978. Electrochemical changes in submerged soil and the growth of
rice. IRRI. Los Banos, Philippines.
Puslittanak (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat). 1993. Survey dan Penelitian Tanah
Merowi I, Kalimantan Barat. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Rasmussen, P.E. and W.J. Parton. 1994. Long-term effects of residue management in
wheat-fallow: I. Inputs, yields, and soil organic matter. Soil Science Society of
America Journal. 58: 523-530
Sukristiyonubowo and E. Tuherkih. 2009. Rice production in terraced paddy field
systems. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 28(3): 139-147
Sukristiyonubowo et al.
288
Sukristiyonubowo, Ibrahim A.S., Tagus V., Agus S. 2011a. Management of inherent soil
fertility of newly opened wetland rice fields for sustainable rice farming in
Indonesia. Journal of Plant Breeding and Crop Science 3 (8): 146-153
Sukristiyonubowo, Fadhli Y., and Agus S. 2011b. Plot scale nitrogen balance of newly
opened wetland rice at Bulungan District. Journal of Agriculture Science and Soil
Science 1 (7): 234-241
Sukristiyonubowo, S. Ritung, and K. Nugroho. 2012. Nitrogen and pottasium balances of
newly opened wetland rice field. Journal of Agriculture Science and Soil Science .
2(5): 207-216
Sulaeman, Eviati, dan Sri Adiningsih, J. 1997. Pengaruh Eh dan pH terhadap sifat erapan
fosfat, kelarutan besi, dan hara lain pada tanah Hapludox Lampung. Prosiding
Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian tanah dan Agroklimat.
Hal: 1- 18. Cisarua, Bogor 4-6 Maret 1997.
Tadano, T. and S. Yoshida. 1978. Chemical changes in submerged soils and their on rice
growth. The International Rice Research Institute.
Tan, K.H. 1982. Principle of soils chemistry. The University of Georgia. College of
Agriculture, Athens, Georgia.
Widowati, L.N. dan S. Rochayati. 2008. Pengelolaan hara untuk meningkatkan
produktivitas lahan sawah bukaan baru di Harapan Masa, Tapin, Kalimantan
Selatan. Makalah disajikan pada Seminar Nasional BBSDLP, 25-27 November
2008. 13 hal.
Yusuf, A., D. Syamsudin, G. Satari, dan S. Djakasutmi. 1990. Pengaruh pH dan Eh
terhadap kelarutan Fe, Al dan Mn pada lahan sawah bukaan baru jenis Oxisol
Sitiung. Prosiding Pengelolaan Sawah Bukaan Baru Menunjang Swasembada
Pangan dan Program Transmigrasi: Prospek dan Masalah. hal. 237-269
Yan, D., D. Wang, and L. Yang. 2007. Long term effect chemical fertiliser, straw, and
manure on labile organic matter in a paddy soil. Biol. Fertil. Soil Journal. 44:93-
101