laporan teknologi pupukdan pemupukan

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan baku pengomposan adalah semua material organik mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan, baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Setiap aktivator memiliki

Upload: fahmiganteng

Post on 19-Jan-2015

759 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan baku pengomposan adalah semua material organik mengandung

karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur

cair dan limbah industri pertanian. Secara alami bahan-bahan organik akan

mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah

lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama

dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak

dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan, baik pengomposan dengan

teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.

Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada

proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian

dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih

cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya

terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi

masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian

dan perkebunan.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik

maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Setiap aktivator

memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Pengomposan secara aerobik paling banyak

digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan

kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh

mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan

pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak

membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan

untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk

memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman

menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat

Page 2: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah

pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup

sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman,

serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui :

1. Definisi pupuk

2. Macam-macam pupuk (berdasar sumber bahan,bentuk fisik dan kandungan)

3. Manfaat pupuk

4. Definisi kompos

5. Manfaat kompos

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, dapat mengetahui cara atau proses pembuatan pupuk kompos.

2. Bagi masyarakat, pupuk ini dapat di gunakan sebagai alternatif selain pupuk

anorganik.

3. Bagi pengusaha pupuk, dapat digunakan sebagai referensi pupuk.

4. Bagi petani khususnya, dapat digunakan sebagai alteratif pemupukan, karena

selain harganya murah juga ramah lingkungan.

Page 3: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun

non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan

baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat

ditambahkan sejumlah material suplemen.

( http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk)

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia

atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung

satu atau lebih hara tanaman.

( http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23122/4/Chapter%20II.pdf)

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara  bagi

tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan

alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh

tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca,

Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo,

B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm).

( http://nasih.wordpress.com/2010/06/08/pengertian-pupuk/)

Page 4: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

2.2 Macam-macam pupuk

Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk

kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya,

bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.

2.2.1 Pupuk berdasarkan sumber bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk:

(1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk

kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk organik mencakup semua pupuk

yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan,

sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari

bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk

organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar

ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat

memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.

2.2.2 Pupuk berdasarkan bentuk fisik

Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan

pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan,

butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau

cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara

pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.

2.2.3 Pupuk berdasarkan kandungannya

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan

pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat

pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro

(micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi

campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas

penyerapan hara yang diberikan.

Page 5: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

2.3 Manfaat PupukBerbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian

intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama

terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.

Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar

2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik

kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang

dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber

bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan

kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk

organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup

besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk

organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase

perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga

berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat

meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan

bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber

energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa

tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah

industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak

mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.

Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam

produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang

mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan

sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan

pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu

tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau

sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan

Page 6: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi

kimia yang penting seperti:

1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan

sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi,

meskipun jumlahnya relatif sedikit.

2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.

3. Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman

seperti aluminium, besi, dan mangan.

Beberapa manfaat pupuk yang lain diantaranya sebagai berikut:

Memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya sehingga tanah

menjadi gembur, ringan mudah diolah, dan mudah ditembus akar

Tanah-tanah yang berat menjadi mudah diolah

Kesuburan tanah meningkat

Aktivitas mikroba tanah pun meningkat

Kapasitas penyerapan air oleh juga meningkat sehingga tanah menjadi mudah

menyediakan kebutuhan air yang diperlukan tanaman

Memperbaiki habitat hewan yang hidup di tanah dan ketersediaan makanan

hewan-hewan tersebut jadi lebih terjamin

Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan sifat tanah yang berubah secara

tiba-tiba

Mengandung mikroba yang bertugas mengurai bahan-bahan organic

Meningkatkan kapaitas pertukaran kation sehingga jika tanaman diberi pupuk

dosis tinggi unsur hara tanaman tidak mudah tercuci

Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah

2.4 Definisi Kompos

Kompos yang lain adalah hasil perombakan sisa tanaman oleh aktivitas

mikroorganisme pegurai. (Novizan, 2002).

Page 7: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

Kompos merupakan produk matang padatan yang merupakan hasil dari

pengomposan, yaitu pengelolaan proses bio-oksidasi dari berbagai bahan

organik padat yang meliputi fase thermophilic.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-

bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik

atau anaerobik. (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).

2.5 Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan

kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan

meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman

untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat

membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Beberapa kegunaan kompos adalah:

1. Memperbaiki struktur tanah.

2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.

3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.

4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.

5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya

daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan

disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi:

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah

2. Mengurangi volume/ukuran limbah

Page 8: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan:

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana

dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat

pembuangan sampah

2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)

6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman

8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang

granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran

bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas

mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti

N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan

kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman.

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan

pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos

memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang

disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu,

caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.

Page 9: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Pembuatan Kompos

Tanggal pemilihan bahan 23-24 Oktober 2011 di Tumpang, Cangar, dan

Pasar Blimbing, Malang.

Tanggal pengumpulan bahan 25 Oktober 2011 di UPT Kompos Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Tanggal Pengemasan (pencampuran bahan) 25 Oktober 2011 di UPT

Kompos Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

Tanggal Penngukuran suhu, 25 Oktober 2011 di UPT Kompos Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya, Malang*

*pengukuran suhu selanjutnya dilakukan seminggu sekali

3.1.2 Pengukuran Kadar C-Organik, N-total dan pH Kompos

Pengamatan ini dilakukan pada hari Selasa, 27 Desember 2011 di

Laboratorium Kimia, Jurusan Tanah, FP-UB, Malang.

3.1.3 Pembuatan Pupuk Granular

Pembuatan granul dilakukan pada tangga 27 Oktober 2011 di UPT

Kompos Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

3.2 Alat dan Bahan

Page 10: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

3.2.1 Pembuatan Kompos

Alat :

Gelas Ukur : untuk mengukur larutan EM4 dan Molase yang dibutuhkan

Grinder : untuk menghancurkan bahan

Termometer : untuk mengukur suhu

Sekop : untuk mempermudah pengadukan (mencampur) bahan

Timbangan : untuk menimbang bahan

Bahan :

Brokoli : sebagai bahan utama pembuatan pupuk

Kubis : sebagai bahan utama pembuatan pupuk

Kembang Kol : sebagai bahan utama pembuatan pupuk

Kotoran Ayam : sebagai bahan utama pembuatan pupuk

Air : untuk membasahai bahan jika terlalu kering serta

sebagai

pelarut EM4

EM4 : sebagai bakteri pengurai (dekomposer) dan bioaktivator

Molase : sebagai sumber energi (makanan) bagi bakteri

Traspack : sebagai wadah seluruh bahan yang telah tercampur

3.2.2 Pengukuran Kadar C-Organik, N-total dan pH Kompos

a) Kadar C-Organik

Alat :

Timbangan elektrik untuk mengukur massa benda

Kertas sebagai alas saat diukur di dalam timbangan elektrik

Labu erlenmeyer untuk mereaksikan larutan

Ruangan asam untuk menetralkan pH saat diberi H2SO4

Gelas ukur untuk mengukur volume larutan

Biuret untuk tetrasi

Oven untuk mengeringkan/memanasi suatu sampel

Cawan untuk wadah saat di oven

Pipet untuk mengambil larutan

Stirer untuk mengaduk larutan saat di titrasi

Page 11: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

Bahan :

Sampel kompos (campuran kotoran ayam dan sisa panen

sayuran) 0,1gram

Larutan K2Cr2O7 (10ml)

Larutan H2SO4 (20ml)

Aquadest (200ml)

Larutan H3PO4 (10ml)

Fenilamina (30 tetes)

FeSO4

b) N-total

Alat :

Timbangan elektrik untuk mengukur massa benda

Kertas sebagai alas saat diukur di dalam timbangan elektrik

Labu kjeldahl untuk mereaksikan larutan

Ruangan asam untuk menetralkan pH saat diberi H2SO4

Gelas ukur untuk mengukur volume larutan

Biuret untuk tetrasi

Stirer untuk mengaduk larutan saat dititrasi

Alat destruksi untuk memanasi larutan

Alat kjeldahl untuk penyulingan

Bahan :

Sampel kompos (campuran kotoran ayam dan sisa panen

sayuran) 0,1gram

Serbuk selen (1gram)

Larutan H2SO4 pekat (5ml)

Aquadest (±60ml)

Larutan NaOH 40% (±20ml)

Larutan asam borat (20ml) sampai volume 50ml

Larutan H2SO4 (0,01 N) untuk titrasi

c) pH kompos

Page 12: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

Alat

Timbangan elektrik untuk mengukur massa benda

Kertas sebagai alas saat diukur di dalam timbangan elektrik

Fial film sebagai wadah saat dilakukan pengocokan

Mesin pengocok untuk mengocok wadah yang berisi larutan

pH meter untuk mengukur pH larutan

Bahan

Sampel kompos (campuran kotoran ayam dan sisa panen sayuran)

5gram

Aquades (12,5ml)

3.2.3 Pembuatan Pupuk Granular

Pupuk Kompos(berhasil) : sebagai bahan utama

± 200ml Tetes Tebu+tetes tebu : untuk memudahkan granulasi &

sumber energi bakteri

Granulator : untuk granulasi

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan kompos

siapkan seluruh alat dan bahan

haluskan seluruh sayuran dengan grinder sayuran 20 kgkotoran ayam 20 kg

timbang seluruh bahan utama

EM4 10 mlMolase 10 mlAir 0,75 ml

tambahkan EM4, molase, dan air yang dicampur dalam gembor

larutan bioaktivator dalam gembor

siram bahan kompos yang telah digiling dan ditimbang

Page 13: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

masukkan dalam traspack untuk pengomposan

ukur suhu

beri label

simpan

3.3.2 Pengukuran Kadar C-Organik, N-total dan pH Kompos

Kadar C-Organik

Timbang tanah sampel sebanyak 0,1gr ke dalam labu erlenmeyer 500ml

Ditambah 10ml K2Cr2O7

Ditambah H2SO4 pekat sebanyak 20ml dan digoyang-goyang untuk membuat

kompos dapat beraksi sepenuhnya. Kemudian didiamkan selama 30menit

Diencerkan dengan aquadest 200ml

Ditambah H3PO4 85% sebanyak 10ml

Di fenilamina sebanyak 30 tetes

Dititrasi dengan FeSO4 sampai warna hijau

Hasil

Page 14: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

N-total

Timbang tanah sampel sebanyak 0,1gr

Ditambah 1gr campuran selen dan 5ml H2SO4 pekat dalam labu erlenmeyer

Di destruksi pada temperatur 300ºC (dibakar sampai asapnya hilang)

Didinginkan

Diencerkan dan ditambah aquadest ±60ml

Ditambah 20ml NaOH 40%

Disuling dengan asam borat 20ml (sampai warna hijau dan volume mencapai 50ml)

Titrasi H2SO4 0,01 N sampai berubah warna ungu

pH kompos

Timbang tanah sampel sebanyak 5gr

Ditambah aquadest 12,5ml

Page 15: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

Dikocok selama 1 jam

Diukur pH meter

3.3.3 Pembuatan Pupuk Granular

Pupuk yang telah jadi

Diayak

Hasil ayakan

Timbang 2 kg

Masukkan alat granul

Tambahkan perlahan tetes tebu+air

Tunggu sampai membentuk granul ± 1 jam

Page 16: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Keseluruhan Praktikum, Pembuatan, dan Pengukuran)

Berat awal bahan yang berupa kotoran ayam dan sayuran (brokoli, kol, kubis)

adalah 50 kg dengan perbandingan masing-masing bahan (kotoran ayam dan sayuran)

1:1. Berat awal yang diperoleh dari bahan sayuran adalah 44 kg sebelum digrinder,

mengalami penyusutan menjadi 26 kg. Suhu awal yang diperoleh adalah 26°C.

Kemudian, minggu berikutnya suhu berubah menjadi 23°C. Secara berturut-turut suhu

per minggu berikutnya, yaitu 25, 29, 26, 29, 30, dan 29°C. Kondisi dari minggu ke

minggu justru semakin berair dan basah. Selain itu, masih disertai dengan bau yang

masih ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa pupuk kami tidak berhasil. Tabel hasil

pengamatan terlampir.

Page 17: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

Karena pupuk yang kami buat tidak berhasil, jadi kami melakukan pengamatan

pembuatan pupuk granul dan pupuk cair (teh kompos) dari kelompok lain dengan bahan

dasar daun gamal dan kotoran sapi.

Page 18: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

4.2 Pembahasan

Pembuatan pupuk kompos pada kelompok kami tidak berhasil dengan indikasi

tidak terjadi kenaikan suhu yang signifikan pada saat proses pengeraman. Berdasarkan

hasil praktikum suhu yang di dapat hanya berkisar 26-30°C. Sehingga dapat ditarik

suatu hipotesa bahwa tidak ada mikroorganisme seperti Lactobacillus sp., Khamir,

Aktinomicetes dan Streptomises yang mendekomposisikan sayuran dan kotoran ayam.

Mikroorganisme tersebut akan mendekomposisikan bahan organik pada suhu 30-4 C

(Sugihmoro dalam roihana, 2006).

Mikroorganisme dalam EM-4 melakukan proses fermentasi dalam bahan. Proses

fermentasi akan menghasilkan energi dalam bentuk ATP yang selanjutnya energi

tersebut akan digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan menjadi

senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanah. Kenaikan suhu

dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisikan bahan

organik dengan oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk panas, CO2 dan

uap air. Panas yang ditimbulkan akan tersimpan dalam tumpukan, sementara bagian

permukaan terpakai untuk penguapan. Setelah mencapai puncak, suhu akan mengalami

penurunan yang akan stabil saat proses pengomposan selesai.

Warna kompos yang telah matang adalah semakin cokelat kehitaman, sementara bau

kompos seperti tanah. Akan tetapi pada kompos hasil praktikum kami warna masih

seperti warna bahan dasar (sayuran dan tai ayam) dan bau semakin menyengat. Struktur

kompos pada akhir praktikum masih lemek basah dan berserat. Seharusnya kompos

yang sudah jadi memiliki struktur yang gembur.

Untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembuatan suatu kompos yaitu

dengan mengetahui kandungan Karbon dan Nitrogen dalam kompos. Bahan yang ideal

untuk dikomposkan memiliki rasio C/N sekitar 20-30, pada rasio tersebut mikroba

mendapatkan cukup karbon untuk energi dan nitrogen untuk sintesis protein. Bahan

organik yang memiliki rasio C/N tinggi, maka mikroba akan kekurangan nitrogen

sebagai makanan sehingga proses dekomposisinya berjalan lambat. Sebaliknya jika

rasio C/N rendah maka akan kehilangan nitrogen karena penguapan selama proses

Page 19: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

penguapan berlangsung (Isroi, 2004). Akan tetapi karena kelompok kami tidak

menghasilkan kompos maka rasio C/N tidak bisa terhitung.

Kami tidak berhasil menghasilkan kompos dikarenakan beberapa faktor yang

diantaranya:

1. Rasio C/N sayuran kubis, kol, dan Brokoli diperkirakan sangat rendah,

penambahan kotoran ayam mungkin belum cukup untuk meningkatkan rasio

C/N pada bahan secara kesuluruhan. Sehingga seharusnya bahan ditambah

serbuk gegaji yang memiliki rasio C/N tinggi. Dengan adanya seruk gergaji

diharapkan ketersediaan karbon dan nitrogen terpenuhi (Suprianto, 2008)

2. Kadar air bahan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Menurut

Indriani (2002), kadar air pada proses pengomposan harus dipertahankan

sekitar 60%. Kadar air yang kurang dari 60% akan menyebabkan aktivitas

mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali. Sedangkan bila

lebih dari 60% akan menyebabkan kondisi anaerob. Kadar air 60% dicirikan

dengan bahan terasa basah akan tetapi bila diremas tidak menghasilkan air.

3. Pembungkusan menggunakan plastik menyebabkan kondisi yang kedap

udara sehingga kebutuhan mikroorganisme akan oksigen tidak terpenuhi.

4. Rasio bahan dengan EM-4 kurang tepat karena seharusnya EM-4 pada

pengomposan harus benar-benar terpenuhi. Jika rasio EM-4 pada bahan

kurang akan menyebabkan bakteri yang mendekomposisikan kompos tidak

berkembang dengan baik atau bahkan mati.

5. Pengadukan kurang kurang maksimal sehingga bahan masih banyak yang

mampat. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi bahan-bahan yang

mampat dan menambah lebih banyak udara sehingga terhindar dari bakteri

anaerob.

Page 20: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

4.3 Dokumentasi

Page 21: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

BAB V

KESIMPULAN

1. Praktikum yang kami lakukan tidak berhasil dengan indikasi saat proses pengereman tidak terjadi peningkatan suhu yang optimum yaitu 30-40°C sehingga dapat diketahui tidak terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya perubahan warna, bau dan struktur bahan kompos.

2. Faktor yang mempengaruhi kegagalan kami diantaranya: rasio C/N bahan masih kurang, kadar air tidak sama dengan 60%, EM-4 yang masih kurang, perlakuan yang kurang tepat.

Page 22: Laporan teknologi pupukdan pemupukan

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Laporan teknologi pupukdan pemupukan