laporan teknologi pupuk dan pemupukan

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam perawatan tanaman budidaya. Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara dari luar yang dibutuhkan tanaman budidaya, yang di maksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman budidaya. Pemupukan yang baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi pengaplikasian yang benar agar dapat maksimal kinerja pupuk tersebut. Teknologi pemupukan setiap tanaman berbeda beda, tergantung jenis tanaman dan juga kebutuhan pupuk tanaman tersebut. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia. 1

Upload: fahmiganteng

Post on 19-Jan-2015

2.685 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam perawatan tanaman budidaya.

Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara dari luar yang dibutuhkan

tanaman budidaya, yang di maksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman

budidaya. Pemupukan yang baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi

pengaplikasian yang benar agar dapat maksimal kinerja pupuk tersebut. Teknologi

pemupukan setiap tanaman berbeda beda, tergantung jenis tanaman dan juga kebutuhan

pupuk tanaman tersebut.

Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani

yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan

bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos.

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan

organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,

dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik

adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya

serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro

dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia. 

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan

yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan

kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan.

Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh

warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air

rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih

perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan

peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan kita memepelajari tentang

pembuatan pupuk kompos dengan berbagai bahan dan perlakuan yang berbeda-beda untuk

mengetahui hasil pupuk kompos yang terbaik.

1

Page 2: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui definisi pupuk

b. Untuk mengetahui macam-macam pupuk

c. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos

d. Untuk mengetahui kandungan dari pupuk kompos

1.3 Manfaat

Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang baik dan benar serta

mengetahui kandungan-kandungan dari pupuk kompos.

2

Page 3: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik., kimia, biologi

sehingga lebih subur bagi pertumbuhan tanaman. (Rasmarkam, 2002)

Pupuk adalah bahan-bahan organik ataupun anorganik yang diberikan pada tanah

untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapi substansi anorganik

esensial bagi tanaman. (Santoso, 1996)

Pupuk adalah bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman, zat makan (hara)

tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan

mempertahankan pertumbuhannya. (Sudarmoto, 1997)

Fertilizer are materials added to soils to supply element-element essential for plant

growth. “Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk menyediakan

unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.” (Hadisuwito, 2006)

Fertilizer are meterials madeup as additional media on plant nutrient elements

countained there in. “Pupuk adalah bahan yang tersusun sebagai tambahan media pada

tanaman yang mengandung unsur-unsur hara didalamnya”. (Kloepper, 1993)

Fertilizer is material use to atter the physical properties, chemical or biological soil, so

that become better for plant growth. “Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk sifat

fisik, kimia atau biologi tanah, sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan

tanaman.” (Kleger, 2006)

2.2 Pengertian Pupuk Organik Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia

seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos yang berbentuk cair maupun padat.

(Suriardikata dan Styorini, 2005)

Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan

yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat

tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. (Lingga dan Marsono,

2000).

3

Page 4: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Organik fertilizer are natural fertilizer made from plant and animal residues, or their

by products or wastes. “Pupuk organik adalah pupuk alami yang terbuat dari sisa-sisa

tanaman dan hewan, atau produk dengan atau limbah.” (Saddleback, 2010)

2.3 Pengertian Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu

bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45-46%

(setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).

Pupuk Anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau

biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. (Lestari dkk, 2010)

Inorganik fertilizers are chemical fertilizers (non-natural) are always produced by the

industry so it is also known as chemical fertilizers or artificial fertilizers. “Pupuk

anorganik adalah pupuk kimia(non alami) selalu diproduksi oleh industri sehingga

juga dikenal sebagai pupuk kimia atau pupuk buatan.” (Mahmoud, 2009)

2.4 Macam-Macam Pupuk2.4.1 Berdasarkan Sumber Bahan Baku

Berdasarkan sumber bahan bakunya, pupuk ini dapat terbagi ke dalam dua macam :

2.4.1.1 Pupuk alam/ organik

Pupuk alam atau disebut organik ini terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam

tanpa proses yang berarti. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik

alami benar - benar diambil langsung dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan,

tanah, baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi. Pupuk ini misalnya pupuk kompos,

pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P.

2.4.1.2 Pupuk buatan/ anorganik

Pupuk buatan atau disebut anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah

pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004), sekaligus yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya

alam melalui proses fisika dan atau kimia. Misalnya: TSP, urea, phonska, dan masih

banyak lainnya. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah

unsur N, P, dan K.

2.4.2 Berdasarkan Bentuk Fisik

2.4.2.1 Padat

Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah

larut air sampai yang sukar larut. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang

4

Page 5: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pemakaiannya dilakukan dengan cara

ditaburkan atau dibenamkan di dalam tanah.

2.4.2.2 Cair

Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air.

Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung banyak hara, baik

makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk

cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah

(diinjeksikan).

Pupuk cair umumnya merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan

dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung

unsur karbon, vitamin, atau metabolit skunder dapat berasal dari ekstrak tanaman,

tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pemberian pupuk organik cair umumnya

dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dengan cara disiram ke tanah.

2.4.3 Berdasarkan Kandungannya

2.4.3.1 Pupuk Makro

Pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil.

2.4.3.2 Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:

mikrovet, mikroplek, metalik.

2.4.3.3 Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering

juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur

tumbuh (hormon tumbuh) (Widyati, 2006).

2.5 Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk AnorganikPerbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Berasal dari sisa-sisa makhluk hidup

Mengandung ikatan karbon

Kandungan unsur haranya tidak jelas

Bahan baku sulit didapat

Baunya menyengat

Tidak praktis dalam pengangkutan

Biaya produksi lebih mahal

Tidak berasal dari sisa mahkluk hidup

Berasal dari bahan kimia sintetik

Tidak mengandung ikatan karbon

Kandungan unsur haranya jelas

Mudah di dapat

Praktis dalam pemakaian

Biaya produksi lebih murah

5

Page 6: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Tidak tahan lama Dapat disimpan lama

( M.Mulyani,2008)

2.6 Manfaat Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik Manfaat pupuk organik adalah :

a) Meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas.

b) Mengurangi pencemaran lingkungan.

c) Meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

d) Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

e) Dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman.

f) Sumber energi dan hara bagi mikroba.

g) Berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam

pembentukan pupuk.

h) Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan

sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi.

( Muhammad D,2009)

Manfaat pupuk anorganik adalah :

a. Mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.

b. Mengandung unsur hara yang tinggi.

c. Konsentrasi akan zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tinggi.

d. Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.

(Sarwono,2003)

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk AnorganikKelebihan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Menyediakan kebutuhan unsur hara

secara perlahan

Memperbaiki struktur tanah

Meningkatkan kesuburan tanah

Membantu mencegah erosi pada tanah

Kandungan unsur haranya jelas

Mudah didapat

Membutuhkan sedikit tenaga kerja

Dapat langsung diaplikasikan ke tanah

6

Page 7: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

lapisan atas

Biayanya lebih murah

(M.P.Sirappa,2007)

Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Ketika dicampur dengan pupuk

anorganik maka biayanya akan

menjadi lebih banyak

Pada pembuatan pupuk ada

kemungkinan terkontaminasi oleh

pathogen

Bahan baku sulit di dapat karena

saingan dengan pakan ternak

Membutuhkan lebih banyak tenaga

kerja

Kandungan nutrisi yang diaplikasikan

ke tanah tidak jelas

Biaya lebih mahal

Mudah mengalami leaching

Mengandung gara yang tidak dapat

diserap oleh tanaman

Mencemari lingkungan

Jika over dosis dapat merusak

tanaman

(M.Mulyani,2008)

2.8 Pengertian Kompos Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-

rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang

telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat

dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara

mineral yang esensial bagi tanaman. (Setyorini et al.,)

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses

pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang

bekerja di dalamnya. (Murbandono, 1982)

Compost is a mixture of decaying organik matter, as from leaves and manure, used as

a soil amendment to improve soil structure and provide nutrients.The composting

process is largely the result of the activity of aerobic organisms.

“Kompos adalah campuran bahan organik yang membusuk, seperti dari daun dan

pupuk kandang, digunakan sebagai dasar tanah untuk memperbaiki struktur tanah dan

7

Page 8: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

memberikan nutrisi. Proses pengomposan sebagian besar merupakan hasil dari

aktivitas organisme aerob.” (Beaulieu, 2012)

2.9 Manfaat KomposPenggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa

manfaat sebagai berikut.

Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman

Menggemburkan tanah

Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah

Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air

Memudahkan pertumbuhan akar tanaman

Menyimpan air tanah lebih lama

Mencegah lapisan kering pada tanah

Mencegah beberapa penyakit akar

Menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan

Menyediakan makanan bagi plankton yang menjadi makanan udang atau ikan

Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia

Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih

murah, berkualitas, dan akrab lingkungan

Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya yang lebih hemat, sebagai

contoh untuk tanaman pangan hanya memerlukan 0,5 kg tiap m2 untuk tiap musim

Bersifat multiguna karena bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pupuk organik yang

diperkaya dengan mineral, inokulum bakteri pengikat N dan inokulum bakteri

pemfiksasi P; media tanam dalam bentuk pelet; biofilter pada sistem pengomposan

tertutup; dan untuk briket bahan bakar.

Bersifat multilahan karena bisa digunakan dilahan pertanian, perkebunan, reklamasi

lahan kritis, padang golf, dll. (Murbandono, 1982)

2.10 Ciri Kompos yang Sudah MatangKualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping

kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan

menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman. penambahan kompos yang belum

8

Page 9: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara

tanaman dan mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Secara umum kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat sebagai berikut.

1. Berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah.

2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk

suspensi.

3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan amonium

oksalat dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi

lebih lanjut menjadi zat humic, fulvic dan humin.

4. Rasio C/N sebesar 20-40, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi.

5. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorpsi terhadap air yang tinggi.

6. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan

bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. nilai pupuknya ditentukan oleh

kandungan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium.

7. Memiliki temperatur yang hampir sama dengan termperatur udara

8. Tidak mengandung asam lemak yang menguap

9. Tidak berbau.

(Djuarnani et al., 2005)

9

Page 10: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan Kompos Daun Lamtoro

Tempat :

UPT. Kompos Universitas Brawijaya Malang

Waktu :

Penghancuran daun Lamtoro, tanggal 11 Oktober 2012

Pemberian EM4, tanggal 11 Oktober 2012

Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos

Tempat :

Laboratorium Kimia Tanah I, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas

Brawijaya

Waktu :

Pengukuran Kadar C-Organik : 15 November 2012, N-Total : 19 November

2012, Pukul 09.15 - 11.00 WIB, dan PH Kompos :17 dan 26 oktober, 1, 8 ,dan

12 November.

Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair

Tempat :

PT. Kompos Universitas Brawijaya Malang

Waktu :

Pembuatan Pupuk Granuler dan Pupuk Cair, tanggal 06 Desember 2012, Pukul

09.00-Selesai

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Kompos Alat

Timbangan : untuk mengitung berat jerami padi

Mesin penghancur : sebagai alat untuk menghaluskan jerami lamtoro

Gelas ukur : sebagai tempat pereaksi molase dan EM4

Gembor : sebagai tempat air untuk menyiram jerami

Tabung sprayer : mempermudah pengaplikasian EM4 dan Molase

Termometer : sebagai alat mengukur suhu

10

Page 11: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Garu : sebagai alat pembolak-balik jerami

Polybag : sebagai tempat pengkomposan

Talirafia : mempermudah menutup polybag

Label : memberi tanda pada kemasan (polybag)

Jas lab : mencegah terkontaminasi

Sarung tangan : mencegah terkontaminasi

Masker : mencegah terkontaminasi

Kamera : mendokumentasikan

Alat tulis : sebagai alat untuk mencatat hasil

Kertas : media penulisan

Bahan

Daun lamtoro(30 kg) : bahan utama pembuatan kompos

Bakteri EM4 (10 ml) : sebagai bioaktivator saat pengkomposan

Molase (10 ml) : sebagai campuran EM4 dan sumber nutrisi atau

makanan bakteri EM4

Solar (1 liter) : untuk menjalankan mesin penghancur

Air (2 liter) : untuk membasahi jerami

Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos

Alat pengukuran Kadar C-Organik

Timbangan : untuk menimbang bahan

Erlenmeyer : tempat pereaksi

Pipet : mengambil cairan dalam jumlah kecil

Kjedahl : digunakan untuk menyuling larutan dalam

perhitungan N-total

Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk

Kamera : untuk mendokumentasikan

Alat pengukuran Kadar N-Total

Timbangan : untuk menimbang bahan

Labu Kjeldahi : tempat mereaksikan dalam perhitungan N-total

Alat dektruksi : untuk membakar hingga asapnya hilang

Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk

Kamera : untuk mendokumentasikan

Alat pengukuran Kadar PH Kompos

Botol film : tempat pencampuran kompos dengan aquades

11

Page 12: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

untuk mengukur pH Kompos

Timbangan : untuk menimbang bahan

pH meter : mengukur pH kompos

Kamera : untuk mendokumentasikan

Bahan pengukuran Kadar C-Organik

Pupuk kompos

Larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon

Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat memisahkan rantai karbon

Larutan H3PO4 85% dapat menghilangkan pengaruh Fe3+

FeSO4 digunakan untuk metiltrasi

Bahan pengukuran Kadar N-Total

Pupuk kompos

H2O murni atau aquadest untuk menghentikan reaksi H2PO4

Selen dapat membantu pembakaran

Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat membantu proses pembakaran

NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan

Asam Borat untuk campuran proses penyulingan

Bahan pengukuran Kadar PH Kompos

Pupuk kompos

Larutan buffer digunakan untuk menetralkan pH meter

H2O murni atau aquadest untuk campuran larutan

Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair

Alat pembuatan Pupuk Granular

Plastik : tempat pupuk granule yang sudah jadi

Wadah : untuk tempat cairan kompos

Granulator : alat untuk membentuk pupuk menjadi granule

Kamera : untuk mendokumentasikan kegiatan

Alat pembuatan Pupuk Cair

Saringan : untuk menyaring pupuk cair

Alat pengaduk cairan : mengaduk atau meratakan cairan kompos

Kamera : untuk mendokumentasikan kegiatan

Bahan pembuatan Pupuk Granular

Pupuk kompos

Molase 100ml mempercepat dalam proses penggranulan

12

Page 13: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Bubuk arang hitam sebagai campuran dalam pembuatan pupuk granule

Bahan pembuatan Pupuk Cair

Air 1 liter : campuran pembuatan pupuk cair

Pupuk kompos

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Kompos

13

Persiapan Alat dan Bahan

Menggrinding / Menghaluskan Bahan

Menimbang Bahan sebanyak 30 kg

Menyiapkan MollaseDan EM4

Campurkan Mollase + EM4 Tambahkan air secukupnya

Menyiramkan Larutan ( Mollase, EM4 + Air) ke bahan pupuk

Aduk Hingga RataMasukkan dalam kotak kayu

Amati dan Ukur suhu serta pH setiap minggu

Page 14: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

3.3.2 Pengukuran Kadar C-Organik

14

Letakkan pada tempat teduh serta tutup bagian atas dengan karung goni

Timbang kompos 0,1 gram halus (yang lolos melalui ayakan 0,5 mm)

Masukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml

Tambahkan10 ml tepat larutan K2Cr2O7

Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat, labu

erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk

membuat kompos bereaksi sepenuhnya.

Diamkan selama 20-30 menit.

Larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml

Sesudah itu tambahkan 10 ml H3PO4 85% dan difenilamina sebanyak 30 tetes

Larutan dititrasi dengan larutan FeSO4

melalui biuret. Perubahan dari warna hijau gelap sampai pada titik akhir titrasi

warna berubah menjadi hijau terang.

Catat hasil dan hitung persentase

bahan organiknya

Page 15: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

N-Total

.

15

Larutan dititrasi dengan larutan FeSO4

melalui biuret. Perubahan dari warna hijau gelap sampai pada titik akhir titrasi

warna berubah menjadi hijau terang.

Ditimbang 0.1 g contoh kompos dan masukkan ke dalam labu kjedahl

Ditambah 1 g campuran garam dan 5 ml H2SO4 pekat. Kemudian didektruksi pada temperatur 300oC. Tunggu sampai asap

hilang

Setelah sempurna didinginkan

lalu diencerkan kira-kira dengan

60 ml H2O

ditambahkan 25 ml NaOH 40% lalu disulingkan dengan

segera

Sulingan ditampung dengan asam borat

penunjuk sebanyak 20 ml, dan biarkan

bereaksi di kjedahl sampai warna penampung

menjadi hijau dan volumenya kurang lebih 50

ml

Dititrasi sampai titik akhir dengan

H2SO4 sampai warnanya kembali ke

warna semula

Page 16: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

PH Kompos

16

Catat hasil

Siapkan botol film dan beri kode untuk

larutan Timbang 5 g sampel kompos yang

sudah kering udara, masukkan ke botol film

Tambahkan aquades sebanyak 10 ml

Homogenkan (kocok) selama 15 menit.

Sambil menunggu kompos yang sedang

dikocok, nyalakan pH meter.Bufferkan PH meter dengan H2O (aquades)

Catat pH kompos tersebut.

Page 17: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

3.3.5 Pembuatan Pupuk Granular

3.3.6 Pembuatan Pupuk Cair

17

Masukkan pada pan granulator dan beri molase untuk merekatkan serta abu agar agregat konstan

pada ukuran kecil

Dikering anginkan selama 2 hari

Ambil pupuk kompos yang telah jadi, lalu, letakkan dalam ember

Tambahkan air, Aduk campuran bahan tersebut hingga merata

Ukur pH dari larutan kompos tersebut

dengan menggunakan pH meter

Saring daun dengan pengayakan (0,5) kemudian dilanjutkan dengan (0,1)

Ambil hasil ayakan pupuk kompos, timbang (1kg)

Page 18: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

3.4 Analisa Perlakuan Pada Pupuk Kompos

3.4.1 Pembuatan KomposDalam proses pembuatan kompos diawali dengan persiapan alat dan bahan, lalu untuk

menghaluskan bahan dilakukan penggrindingan setelah menimbang bahan sebanyak 30 kg

lalu ditambahkan EM4 dan molase, dimana molase sebagai bioaktivator atau sumber

nutrisi bagi bakteri EM4 saat pengkomposan. Campurkan EM4 dengan molase dan

ditambahkan air secukupnya. Kemudian siram campuran larutan tersebut ke bahan pupuk.

Dan di aduk hingga rata lalu masukkan ke dalam kotak dan diletakkan pada tempat yang

teduh, lalu dilakukan pengamatan pada pH, suhu, dan kadar airnya pada setiap minggunya.

3.4.2 C-Organik

Dalam proses praktikum C-Organik, kompos ditimbang 0,1 gram dengan lolos ayakan

0,5 mm dan di masukkan ke dalam tabung erlemeyer 50 ml. Setelah itu ditambah 10 ml

larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon, lalu ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat untuk

memisahkan rantai karbon pada labu erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk membuat

kompos bereaksi sepenuhnya. Biarkan campuran itu terdiam selama 20-30 menit. Dan

larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu ditambahkan 10 ml H3PO3

85% untuk menghilangkan pengaruh Fe3+ dan difenilamina sebagai indikator warna

sebanyak 30 tetes. Dan larutan sekarang dititrasi dengan larutan FeSO4 melalui biuret.

Perubahan warna dari warna hijau gelap pada permulaan sampai pada titik akhir titrasi

warna berubah menjadi hijau terang. Kemudian diperoleh hasil.

3.4.3 N-TotalPada praktikum N-Total, sample ditimbang 0,1 gram dan dimasukkan kedalam labu

kjeldahl. Setelah itu ditambah 1 gram campuran selen yang membantu pembakaran dan 5

ml H2SO4, kemudian didestruksi pada suhu 300oC dan ditunggu sampai asapnya hilang.

Dan setelah sempurna di dinginkan lalu diencerkan kira-kira dengan 60 ml H2Ountuk

menghentikan reaksi H2PO4. Lalu hasil destruksi diencerkan menjadi kurang lebih 100 ml

dan ditambahkan 25 ml NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan kemudian

18

Tutup ember dengan plastik rendam selama 24 Saring hasilnyaMasukkan dalam kemasan botol

plastik

Page 19: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

dilakukan penyulingan, dan hasil sulingan ditampung dengan asam borat sebagai campuran

proses penyulingan penunjuk sebanyak 20 ml dan dibiarkan bereaksi di labu kjeldahl

sampai warna penampung menjadi hijau dan volumenya kurang lebih 50 ml. Lalu dititrasi

sampai titik akhir dengan H2SO4 0.01ml sampai warnanya kembali seperti semula

kemudian catat hasilnya.

3.4.4 pH-KomposPerhitungan pH pada pupuk kompos diawali dengan menimbang 5 gram sample lalu

dimasukkan ke botol fial film lalu ditambah aquadest 10 ml dan dikocok selama 5 menit

lalu ukur dengan pH meter untuk mengetahui pH kompos tersebut.

3.4.5 Pembuatan Pupuk Granule

Pembuatan pupuk kompos granul diawali dengan pengambilan hasil pembuatan pupuk

kompos dengan bahan jerami dan kotoran sapi, hasil pupuk kompos kemudian diayak

menggunakan ayakan dengan ukuran 5 mm. Hasil dari ayakan diambil sebanyak 1 kg. hasil

ayakan 1 kg dimasukkan ke mesin pan granular selama 10 menit, mesin pan granular

berfungsi untuk membuat kompos yang berbentuk granul. Ketika mesin pan granular

dinyalakan masukkan abu secara perlahan, pemberian abu ini bertujuan agar pupuk tidak

menggumpal sehingga hasilnya akan berbentuk bulatan kecil-kecil. Setelah melalui proses

ini hasilnya diambil dan ditaruh wadah kemudian di bungkus.

3.4.6 Pembuatan Pupuk Cair

Proses pembuatan pupuk cair ini diawali dengan pengambilan bahan pupuk cair, yaitu

pupuk kompos berbahan kotoran sapi dan jerami padi yang sudah jadi sebanyak 2 kg,

letakkan kompos tersebut kedalam ember yang ditambahkan air sebanyak 1 liter dan aduk

campuran kompos dengan air tersebut sampai mengental, kemudian diamkan (rendam)

selama 12 jam, agar kandungan pupuk tersebut dapat keluar dan terlarut bersama air.

Selanjutnya pada tahapan terakhir pupuk yang sudah direndam selama 12 jam disentrifuse

2000 rpm selama ± 5 menit, kemudian hasil dari sentrifuse diperas dengan kain, agar

pupuk cair tersebut lebih bersih dari ampas-ampas yang masih terkandung dalam pupuk

cair hasil dari sentrifuse.

19

Page 20: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Bahan yang Digunakan

Lamtoro

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Leucaena

Spesies : L. leucocephala

Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak

ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Kegunaan lainnya adalah

sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi

tanaman-tanaman yang melilit sepertilada, panili, markisa dan gadung, serta pohon

penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang

dikelola Perhutani diJawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk

mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah.

Lamtoro banyak mengandung unsur hara, daunnya mengandung protein, zat

lemak, dan mimosin. Kemudian akarnya, bisa menyuburkan tanah di sekitarnya.

Akarnya yang mengandung bakteri rizobium dapat mengikat unsur nitrogen dari udara

bebas maupun dari dalam tanah. Berdasarkan penelitian, lamtoro mampu menghasilkan

pupuk hijau yang mengandung tiga unsur NPK sehingga keberadaannya bisa

menambah kandungan unsur hara dan cocok sebagai tanaman pelindung untuk tanaman

utama.

20

Page 21: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Manfaat dari lamtoro adalah daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang

dapat menyuburkan tanaman karena daun lamtoro memiliki kandungan nitrogen yang

sangat tinggi dibandingkan dengan daun-daun hijau lainnya. Disamping itu, tanaman

ini juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung yang dapat memberikan unsur

hara nitrogen bagi tanaman disekitarnya.

Daun lamtoro dapat digunakan menjadi pupuk hijau yang memiliki manfaat, yaitu

mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah sebagai pengganti yang telah

habis diserap tanaman selama periode pengolahan tanah, Mengurangi leaching selama

periode kosong antara dua objek agronomi yang dikelola, menambah nitrogen apabila

yang dijadikan pupuk hijau adalah legumes, mengurangi erosi vertikal, dan mengurangi

penyakit akar pada tanaman kapas (Jumin, 2002).

21

Page 22: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

4.1.2 Pengukuran PH, Kadar air, dan Suhu

14-Okt-

12

17-Okt-

12

20-Okt-

12

23-Okt-

12

26-Okt-

12

29-Okt-

12

1 november

2012

8 november

2012

12 november

2012

16 november

20120

10

20

30

40

50

60

70

SUHU

suhu

Minggu, 1

4 Okto

ber 2012

Rabu, 1

7 Okto

ber 2012

Sabtu, 2

0 Okto

ber 2012

Selas

a, 23 O

ktober

2012

Jumat, 26 O

ktober

2012

senin, 2

9 Okto

ber 2012

Kamis,

01 November

2012

Kamis,

08 November

2012

Senin, 1

2 November

2012

Jumat, 16 Nove

mber 2012

7.27.37.47.57.67.77.87.9

88.1

PH

PH

Kadar air : Ka = BB−BKo

BKox 100 %

= 10−8,8

8,8 x 100%

= 1,28,8

x 100%

= 13,64 %

4.1.3 Pengukuran C-Organik

% C-organik = (mlblanko−mlsampel ) x3

mlblankox 0.1x

100+%ka100

22

Page 23: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

= (10−8 ) x 3

10 x 0,1x

100+13,64 %100

= 61

x 113,64%

100

= 6,81 %

% BO = 10058

x %C−organik

= 1,72 x 6,81 %

= 11, 71 %

4.1.4 Pengukuran N Total

Fk = Faktor Kadar Air = 100−% KA

100

= 100−13,64 %

100

= 86,36 %

100

= 0,8636

Kadar Nitrogen = (Vc−Vb ) N x0,014 x Fk

gram contohx100 %

= (31,44−0,72 ) 0,009395 x 0,014 x 0,8636

0,1x 100 %

= 30,72 x 0,009395 x0,014 x 0,8636

0,1x 100 %

= 3,49 %

Keterangan :

Vc : Volume contoh

Vb : Volume Blanko (BI = 0,72)

И : normalitas (0,009395)

4.1.5 Pembuatan Pupuk Granul

Pupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml )

Menimbang 1 kg kompos padat halus dan masukkan ke granulator

23

Page 24: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Menambahkan molase 100 ml agar membentuk bulat

Menyemprot dengan air dan menambahkan abu ketel agar terbentuk granul

Nyalakan mesin granulator dan proses pembuatan granul selama 30 menit

Ambil pupuk dan letakkan dinampan (hasil)

4.1.6 Pembuatan Pupuk CairPupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml )

Menimbang pupuk kompos sebanyak 2 kg, lalu campur dengan air sebanyak 1000 ml

Mencampurkan hingga merata

Meletakkan pada ember atau wadah tertentu

(diamkan selama 24 jam)

Menutup dengan plastik

Menyaring larutan kompos

Penyaringan dilakukan 3 kali

Hasil (dikemas dalam botol)

4.2 PembahasanPembahasan Pengamatan Suhu

Pada pengamatan suhu pupuk kompos kelompok N1 yang terbuat dari 30 kg daun

lamtoro didapat hasil sebagai berikut. Dari data hasil pengamatan suhu yang dilakukan

24

Page 25: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

pada tanggal 11 oktober 2012 hingga 16 November 2012, didapatkan 10 kali

pengamatan suhu, setiap 3 hari sekali dan diketahui suhu mencapai 60oC. Menurut

literatur yang kami peroleh dalam pembuatan pupuk kompos suhu awal dalam

pembuatan kompos mencapai minimal 40oC. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Handayani (2009) bahwa untuk menghasilkan suatu kompos yang baik maka

pengaturan suhu sangat diperhatikan jika suhu pada kompos mencapai 400C, maka

mikroorganisme mesofil akan di gantikan dengan mikroorganisme thermofil, jika suhu

mencapai diatas 600 C maka fungi akan berhenti bekerja dan akan digantikan dengan

aktinomisetes serta strain bakteri pembentuk spora. Kemudian panas yang dihasilkan

pada awal proses pengomposan, panas ini disebabkan oleh kegiatan mikroorganisme

yang sedang merombak bahan organik. Pada tahap ini, mikrorganisme memperbanyak

diri secara cepat, namun setelah itu, suhu pengomposan akan turun kembali hingga

250-300C yang menandakan kompos matang.

Pada pengamatan ke-2 terjadi penurunan suhu yang signifikan, mencapai 380C

dan pada pengamatan ke-3 turun sampai 320C. Pada pengamatan berikutnya

pengamatan suhu menunjukkan hasil yang fluktuatif diantara angka 330C hingga 270C.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Handayani (2009) bahwa pengomposan yang cepat

dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan

terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan

udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh

porositas dan kandungan air bahan (kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka

akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi

dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam

tumpukan kompos.

Selain itu pupuk kompos ini pada awalnya memiliki bau yang tidak sedap namun

setelah dianginkan bau tersebut hilang. Hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh

Guntoro (2003) bahwa Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam

proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada ketersediaan

oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik

tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40-60% adalah kisaran optimum untuk

metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan

mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila

kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,

25

Page 26: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang

menimbulkan bau tidak sedap.

Pembahasan Pengamatan pH

Dari hasil pengamatan pH yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan ph akhir

sebesar 7,6. Dari setiap minggunya pupuk kompos yang terbuat dari daun lamtoro

selalu mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Menurut kami pupuk kompos

kelompok kami ini sudah matang karena pHnya sudah mendekati netral dan sudah

berbentuk remah, warnanya pun coklat dan kering sudah seperti tanah. Hal ini sesuai

dengan penrnyataan Hadisumitro (2002), bahwa pupuk matang dicirikan oleh sifat

kimia diantaranya mengandung hara karbon (C) lebih dari 10 %, nisbah C/N dibawah

20 %, pH sekitar netral (6 - 8) dan tidak mengandung garam serta kandungan unsur

mikro dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu Lestari, 2010. Penambahan bahan

organik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses

dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses

dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya

pH tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita

tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang kita

tambahkan telah termineralisasi dan akan melepaskan mineralnya berupa kation-

kation basa.

Selain itu pupuk kami telah memenuhi syarat untuk dijadikan pupuk tanaman

karena pHnya netral. Hal ini didukung dengan pernyataan Setyorini et al., 2006 bahwa

pupuk hijau dapat meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium

dan unsur mikro bagi tanaman. Selain itu dengan ph 7,6 tanah masih bisa menerima

pupuk tersebut dan dapat menyerap kandungan pupuk tersebut untuk mendukung

proses pertumbuhan tanaman.

Pembahasan C- Organik

Menurut Triesia (2011), C-Organik ( Bahan Organik) merupakan bagian dari

tanah yang merupakan satu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa

tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus-menerus

mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan

kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun

pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, termasuk seresah,

26

Page 27: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di

dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.

Supriyono dkk, (2009) menyebutkan kandungan C-Organik menurut tipe

fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-Organik 4%, kedalaman

10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52% dengan harkat sedang

sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5%,

kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan harkat

sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik

adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56

% dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. Kandungan C-Organik cenderung

menurun dengan semakin dalamnya tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi

bahan organik yang berasal dari dekomposisi seresah lebih banyak di bagian atas.

Dengan kandungan yang tinggi pada pupuk kompos dari daun lamtoro buatan

kelompok N1 yang memiliki kandungan C-Organik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 %

diharapkan mampu memberi kesuburan yang lebih bagi tanah. Selain tanah disuplai

dari seresah, sisa ranting dan sebagainya, tanah juga disuplai oleh pupuk daun lamtoro

yang kandungan C-Organiknya tinggi, sehingga tanah menjadi lebih subur dan gembur

dan dapat menyediakan banyak unsur hara bagi tanaman.

Pembahasan N total

Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa besar %N adalah

sekitar 18,79% dan kadar N adalah sebesar 3,49 %. Diketahui bahwa N total adalah

banyaknya atau jumlah unsur N yang berada dalam tanah. Semakin banyak N total

dalam tanah, maka tanah tersebut dapat memberikan unsur yang banyak pada

tanaman. Unsur N adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Pupuk kompos yang dibuat kelompok N1 ini memang memiliki kadar N total

yang tidak terlalu tinggi, namun meskipun demikian dapat berkontribusi dalam

menyuburkan tanah. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun

sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.

Menurut Hardjowigeno (1992), Nitrogen dalam tanah berasal dari :

a. BOT

b. Peningkatanolehmikroorganismedari N udara

c. Pupuk

27

Page 28: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

d. Air hujan

Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000-4000 kg/ha pada lapisan 0-

20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut

(Hardjowigeno, 1992). Dengan pemberian pupuk kompos hasil dari kelas N1 ini,

diharapkan mampu untuk menambah N total dalam tanah, sehingga tanah

mendapatkan suplai tambahan unsur N dari pupuk. N total yang besar dalam tanah,

memberikan efek yang baik bagi tanaman dan tanah itu sendiri.

Pembuatan Pupuk Granul

Pembuatan pupuk dalam bentuk granul dilakukan untuk memudahkan aplikasi.

Pengaplikasian pupuk di perkebunan besar, seperti perkebunan tebu lahan kering,

sering menggunakan aplikator pupuk. Bentuk yang baik untuk aplikator pupuk adalah

bentuk granul. Bentuk granul juga dibuat untuk memudahkan transportasi pupuk.

Massa pupuk bebentuk granul lebih ringan daripada pupuk berbentuk curah, sehingga

memudahkan dan mengurangi biaya tranportasi. Pupuk bebentuk granul juga lebih

mudah ditaburkan daripada bentuk curah (Isroi 2009).

Bahan baku utama pembuatan pupuk organik granul adalah bahan organik,

seperti kompos atau pupuk kandang. Bahan lain yang cukup penting adalah perekat,

supaya pupuk organik dapat dibuat granul. Hanya dengan dua macam bahan ini saja

sebenarnya sudah bisa dibuat pupuk organik granul. Akan tetapi, pada pembuatan

pupuk organik granul sering ditambahkan beberapa bahan. Bahan-bahan yang sering

ditambahkan dalam pembuatan pupuk organik granul adalah gambut, fosfat alam,

dolomit, kapur pertanian, zeolit, abu atau arang, dll (Isroi 2009).

Pembuatan Pupuk Cair

Sedangkan untuk pupuk cair adalah exstrak dari pembusukan bahan-bahan

pupuk dimana dengan mengekstrak tersebut bisa mengambil seluruh nutriens yang

terkandung pada di dalam pupuk tersebut. Selain nutriens kita juga sekaligus

menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematoda.

28

Page 29: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

BAB V

PENUTUP

5.1 KesimpulanDari praktikum pembuatan kompos, dapat disimpulkan bahwa pupuk kompos yang

dibuat oleh kelompok N1 dapat dikatan berhasil, karena berwarna cokelat tua hingga hitam dengan kadar air sangat rendah, remah, memiliki temperatur yang hampir sama dengan termperatur udara, dan tidak berbau menyengat. Pupuk dari bahan dasar daun lamtoro ini mengandung kadar air 13,64 %, bahan organik 11, 71 %, dan kadar nitrogen sebesar 3,49 %.

Pada proses pembuatan pupuk kompos dari daun lamtoro ini mengalami penurunan suhu dari pengamatan tiap minggunya. Pada pengamatan pertama suhu mencapai 60 C kemudian pada pengamatan-pengamatan berikutnya mengalami penurunan suhu hingga pada pengamatan terakhir suhunya mencapai 27 C. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik. Pada awal pembuatan di campurkan larutan molase, sebagai sumber bahan makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat mendekomposisi bahan organik secara optimal. Energi panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme inilah yang menyebabkan tingginya suhu pada pengamatan pertama. Sedangkan pengamatan pH pada tiap minggunya menunjukkan hasil yang fluktuatif. Salah satu faktor yang dominan penyabab rendah dan tingginya pH ini adalah curah hujan yang tidak menentu. Sehingga mengakibatkan pHnya naik turun.

Pupuk kompos dari daun lamtoro buatan kelompok N1 yang memiliki kandungan C-Organik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 %. Menurut Supriyono dkk, (2009) menyebutkan kandungan C-Organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-Organik 4%, kedalaman 10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5%, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56 % dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi.

Sedangkan kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 - 4000 kg/ha pada lapisan 0-20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut (Hardjowigeno, 1992). Sehingga kadar nitrogen pupuk kelompok N1 dapat dikatakan tinggi, yaitu sebesar 3,49 %. Hal ini disebabkan oleh karakteristik daun lamtoro yang merupakan salah satu jenis tanaman legume, sehingga mengandung kadar nitrogen tinggi.

5.2 SaranDalam pembuatan pupuk kompos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Antara

lain yaitu bahan dasar yang digunakan (daun lamtoro) haruslah kering sebelum di haluskan.

Kemudian proses penghalusan yang baik adalah dilakukan beberapakali sehingga rantingnya

dapat terpotong dan dapat didekomposisi dengan baik oleh mikroorganisme. Kemudian setiap

29

Page 30: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

3 hari sekali harusnya dilakukan pembalikan agar udara yang ada didalam atau didasar pupuk

dapat berganti dan proses dekomposisinya dapat merata. Dan pengukuran suhunya sebaiknya

dilakukan minimal 2 hari sekali agar mendapat data yang lengkap dan dapat mengetahui

proses metabolisme dekomposisi pupuk tersebut.

Pada proses pembuatan pupuk fakultas pertanian universitas Brawijaya ini, UPT

kompos terlihat tidak dapat menampung kapasitas praktikan yang bertambah setiap tahunnya.

Hendaknya semakin besar penerimaan mahasiswa baru, fasilitas bagi kami juga harusnya

diperhatikan.

Asisten pada praktikum teknologi pupuk dan pemupukan sudah menjalankan tugasnya

sebagaimana seharusnya dengan baik. Mampu memberikan materi yang jelas dan sangat

membantu dalam proses pembuatan pupuk kompos ini. Semoga program kerja asisten

Teknologi Pupuk dan Pemupukan selanjutnya tetap lancar seperti ini.

30

Page 31: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

DAFTAR PUSTAKABeaulieu, David. 2012. Compost.http://landscaping.about.com/cs/lazylandscaping/g/compost.htm.

diakses 28 November 2012.

Bapelkescikarang. 2012. Modul: Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik.

bapelkescikarang or.id/.../mi-.(Online). Diakses 6 Desember 2012.

Djazuli,Muhammad dan Joko Pitono,2009.Dalam Jurnal Pengaruh Jenis Dan Taraf.

Djuarnani, Nan, Kristian dan Budi Susilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.

AgroMedia Pustaka:Jakarta.

Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap

Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam

Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Pupuk kascing. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hadisuwito, Sukamto. 2006. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka:Jakarta.

Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan

Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 28 November 2012

Hardjiowigeno, Sarwono. 1992. Dasar Ilmu Tanah. MaduatamaSarana Pratama : Jakarta.

Hardjowigeno,Sarwono.2003.Ilmu Tanah.Akademika Pressindo: Jakarta.

IPB.2012.repository.ipb.ac.id/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?...3(Online).

Diakses 27 November 2012

Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul Sebuah Petunjuk Praktis. [e-book]

http://isroi.wordpress.com/2009/04/12/buku-petunjuk-praktis-membuat-pupuk-

organikgranul/. Diakses 6 Desember 2012.

Kleger. 2006. Definition of Fertilizer. New York University Press :New York.

Kloepper, JW. 1993. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria Biological Control Agent. P

255-274.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004 . Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

31

Page 32: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Lestari, dkk. 2010. Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Kompos Sampah Kota Tanaman

Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt)Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian,

Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361)Volume 12,

Nomor 2, Hal. 01-06 ISSN 0852-8349 Juli – Desember 2010.

Lingga dan Marsono.2000.Pupuk Organik. Kanisius : Yogyakarta.

M.P.Sirappa dan Nasruddin Razak. 2007. Dalam Jurnal Kajian Penggunaan Pupuk.

Mahmoud, Esawy dkk. 2009. Effects of Different Organik and Inorganik Fertilizers on

Cucumber Yield and Some Soil Properties. World Journal of Agricultural Sciences 5

(4): 408-414, 2009

Mulyani,Mul. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta :Jakarta.

Murbandono, L. 1982. Membuat Kompos. Penebar Swadaya : Jakarta.

ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI

SAWAH.BTBP:Maluku.

PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PURWOCENG. Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatic : Bogor.

Rasmarkam, Afandie. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:Yogyakarta.

Saddleback. 2010. Go Organik Reading Level 3. Saddleback Education Publishing

Santoso, Heronymus B. 2006. Jahe Gajah. Kanisius:Yogyakarta.

Setyorini, Diah, Rasti Saraswati dan Ea Kosman Anwar. 2.Kompos.

balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf. diakses 27

November 2012

Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea, K. 2006. Kompos . Pupuk Organik dan Pupuk

Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer .Balai Besar Litbang Sumber daya lahan

Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hal.

Sudarmoto, AS. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius:Yogyakarta.

Supriyono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik dan N total pada seresah dan tanah pada 3 tipe

fisiognomi (Studi kasus DI Wanagama , Gunung Kidul, DIY). Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan Vol. 9 No. 1 p:49-57.

32

Page 33: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

Suriardikata D.A dan D. Setyorini. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar Mutu Pupuk

Organik. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. (Online). http://blog.ub.ac.id/yurike/2011/05/01/c-

organik/. Diakses pada 3 Desember 2012.

Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batubara dengan SludgeIndustri

Kertas Untuk Memacu Revegatasi Lahan.

33

Page 34: Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

LAMPIRAN

1. Desain Poster

2. Tabulasi Data Pengamatan

34