panduan praktikum teknologi pupuk dan pemupukan genap 2014-2015.pdf

53
Genap 2014 - 2015 Panduan Praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan Tim Penyusun: Danny Dwi Saputra, Syahrul Kurniawan, Syekhfani FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: novaayukarina

Post on 22-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Genap 2014 - 2015 Panduan Praktikum

    Teknologi Pupuk dan Pemupukan

    Tim Penyusun: Danny Dwi Saputra, Syahrul Kurniawan, Syekhfani

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 2

    KARTU PRAKTIKUM MK. TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN

    NAMA : NIM : KELAS : HARI PRAKTIKUM :

    No AKTIVITAS / KEGIATAN TTD ASISTEN

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    Malang, .........................2015

    Koordinator Praktikum

    MK. Teknologi Pupuk dan Pemupukan

    Danny Dwi Saputra, SP. MSi

    NIK. 860317 04 11 0354

  • 3

    - PERTEMUAN 1 - RENCANA KEGIATAN PRAKTIKUM, KONTRAK

    PRAKTIKUM DAN SISTEM EVALUASI

    A. Pengantar: Mata Kuliah Teknologi Pupuk dan Pemupukan merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa program studi Agroekoteknologi. Mata kuliah ini mengenalkan mahasiswa mengenai jenis-jenis pupuk beserta cara pembuatannya (khusunya pupuk organik). Mempelajari teknologi pembuatan pupuk tidak cukup hanya teoritis di kelas perkuliahan, namun juga harus dipraktekkan dan diapikasikan secara langsung melalui kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum adalah kegiatan yang dilakukan diluar kelas (dilaboratorium) dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan mahasiswa mengenai proses pembuatan pupuk organik, penyusunan desain kemasan serta pembuatan pupuk granul dan organik cair.

    Sebelum mengikuti praktikum lebih lanjut, maka perlu dijelaskan kepada mahasiswa mengenai tata tertib yang berlaku saat mengambil kegiatan prktikum mata kuliah ini. Rencana kegiatan tutorial dan praktikum yang akan dilaksanakan selama satu semester ini juga wajib dijelaskan oleh asisten kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa mempunyai pandangan mengenai materi apa saja yang akan didapatkannya selama mengikuti tutorial dan praktikum irigasi dan drainase.

  • 4

    B. Tujuan: 1. Mahasiswa mengetahui tata tertib umum saat

    mengikuti praktikum MK. Teknologi Pupuk dan Pemupukan;

    2. Mahasiswa mengetahui rencana praktikum MK. Teknologi Pupuk dan Pemupukan dalam satu semester kedepan.

    C. Kontrak Praktikum MK. Teknologi Pupuk dan Pemupukan

    C.1 Tata tertib praktikum 1. Umum

    1. Praktikan boleh mengikuti praktikum bila telah memenuhi syarat administrasi;

    2. Toleransi keterlambatan adalah 15 menit, terlambat >15 menit praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum;

    3. Sebelum kegiatan praktikum dimulai, praktikan harus sudah memahami materi praktikum yang bersangkutan;

    4. Praktikan harus mengikuti pre/post test di laboratorium;

    5. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh materi kegiatan praktikum dan ujian praktikum;

    6. Praktikan yang tidak bisa mengikuti praktikum karena suatu alasan, maka harus memberitahukan kepada asisten praktikum sebelum praktikum saat itu dan harus sudah mengikuti materi yang tertunda sebelum materi berikutnya dimulai (mengikuti di kelas lain);

  • 5

    7. Bagi yang tidak memenuhi ketentuan 1-7 nilai praktikum akan ditunda sampai persyaratan dipenuhi.

    2. Dalam Laboratorium 1. Diwajibkan selalu menggunakan jas lab; 2. Dilarang melakukan kegiatan yang dapat

    menganggu jalannya praktikum; 3. Bekerja sesuai dengan materi yang dipraktikumkan

    (berkaitan dengan penggunaan alat dan bahan), tidak diperkenankan menyentuh peralatan lain yang tidak diperlukan dalam materi praktikum yang bersangkutan;

    4. Selesai praktikum, alat-alat dan meja kerja yang digunakan harus tertata rapi dan bersih;

    5. Kerusakan alat menjadi tanggung jawab praktikan secara pribadi atau kelompok;

    6. Praktikan diharuskan mendapatkan tanda tangan asisten, sebagai bukti telah mengikuti praktikum yang bersangkutan;

    7. Segala permasalahan yang terjadi dilaporkan kepada koordinator asisten untuk selanjutnya diselesaikan bersama koordinator praktikum.

    3. Lain-lain 1. Terlambat pengumpulan laporan mingguan nilai

    akan dikurangi 25% tiap harinya; 2. Tidak ada pre/post test susulan (terlambat

    mengikuti praktikum tidak dapat mengikuti pre test);

  • 6

    3. Tidak dapat memenuhi persyaratan kegiatan praktikum (tugas membawa sampel, tidak membawa jas lab) tidak diperkenankan mengikuti praktikum, setelah sebelumnya diberi kesempatan selama 30 menit untuk melengkapi persyaratannya;

    4. Kompetensi utama dalam praktikum ini adalah membuat kompos, apabila diakhir ditemukan bahwa kompos yang dibuat oleh suatu kelompok tidak berhasil maka konsekuensinya adalah nilai akhir praktikum diturunkan 1 (satu) grade. Misalnya, seharusnya seorang praktikan mendapatkan nilai B, akan tetapi kompos yang dibuat tidak berhasil dengan sempurnya, maka nilai akhir mahasiswa tersebut adalah C+.

    C.2 Evaluasi kegiatan praktikum Evaluasi kegiatan praktikum terdiri atas: 1. Pre/post test (quiz) : 10% 2. Presensi : 10% 3. Diskusi (keaktifan) : 5% 4. Attitude (sikap) : 5% 5. Laporan mingguan : 10% 6. Laporan akhir : 30% 7. UAP : 30%

    TOTAL : 100%

  • 7

    C.3 Kriteria penilaian Adapun kriteria penilaian dalam kegiatan praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan ini adalah sebagai berikut:

    C.4 Jadwal kegiatan praktikum

    Jadwal kegiatan praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan disajikan pada Tabel berikut ini:

    No Hari Ruang Jam Kls KP Asisten 1

    Senin L. Biologi 07.30-

    09.10 M

    M1 Nur Layli

    2 L. Lingkungan 1 M2 Reni W

    3 Senin

    L. Biologi 09.15-10.55

    Q Q1 Winih S

    4 L. Lingkungan 1 Q2 Ratna A

    5 Senin

    L. Biologi 11.00-12.40

    O O1 Phubby W

    6 L. Lingkungan 1 O1 Nur Winda

    7 Senin L. Biologi 15.05- N N1 Anisa Silvia

  • 8

    8 L. Lingkungan 1 16.40 N2 Pangeran S

    9 Selasa

    L. Biologi 07.30-09.10

    J J1 Indra J

    10 L. Lingkungan 1 J2 Finda Siti

    11 Selasa

    L. Biologi 09.15-10.55

    T T1 Kristyaphine

    12 L. Lingkungan 1 T2 Eva M

    13 Selasa

    L. Biologi 11.00-12.40

    H H1 Nanda Ulfa

    14 L. Lingkungan 1 H2 Verayunita

    15 Selasa

    L. Biologi 13.20-15.00

    I I1 Pambayun

    16 L. Lingkungan 1 I2 Aulia R

    17 Selasa

    L. Biologi 15.05-16.40

    C C2 Amalia Citra

    18 L. Lingkungan 1 C2 Nur Azizah

    19 Rabu

    L. Biologi 07.30-09.10

    G G1 Ridlo

    20 L. Lingkungan 1 G2 Andreas

    21 Rabu

    L. Biologi 09.15-10.55

    R R1 Arman

    22 L. Lingkungan 1 R2 Endah S

    23 Rabu

    L. Biologi 11.00-12.40

    S S1 Ari Nugroho

    24 L. Lingkungan 1 S2 Sony

    25 Rabu

    L. Biologi 15.05-16.40

    P P1 Hadi

    26 L. Lingkungan 1 P2 Agung S

    27 Kamis

    L. Biologi 07.30-09.10

    L L1 Joko A

    28 L. Lingkungan 1 L2 Candra Ayu

    29 Kamis

    L. Biologi 09.15-10.55

    F F1 Dwi Arista

    30 L. Lingkungan 1 F2 Aryanti C

    31 Kamis

    L. Biologi 11.00-12.40

    B B1 Nurul L

    32 L. Lingkungan 1 B2 Eva Ayu

    33 Kamis

    L. Biologi 13.20-15.00

    A A1 Atika N

    34 L. Lingkungan 1 A2 Yuniar B

    35 Kamis

    L. Biologi 15.05-16.40

    D D1 Bima Fikhry

    36 L. Lingkungan 1 D2 Kukuh Arif

  • 9

    37 Jumat

    L. Biologi 07.30-09.10

    K K1 Meliana

    38 L. Lingkungan 1 K2 Syaiful S

    39 Jumat

    L. Biologi 09.15-10.55

    E E1 Munika D

    40 L. Lingkungan 1 E2 Zahrotul C

    Tugas untuk pertemuan ke-2 :

    Masing-masing sub kelompok membawa minimal 5 contoh tanaman leguminosae (daun, batang)

    Daun tanaman leguminasae yang dibawa adalah yang masih berwarna hijau.

    Tabel daftar tanaman legum

    Jenis legum

    Kacang-kacangan (K. Tanah, K. Tunggak, Kedelai, K. Hijau, K. Panjang)

    Kaliandra

    Kelor Flemingia macrophylla

    Bunga merak Tephrosia candida

    Pohon turi Arachis pintooii

    Pohon gamal / Gliricidia sepium

    Sesbania

    Lamtoro Mucuna

    Pete Dll...

    Jengkol

  • 10

    - PERTEMUAN 2 - JENIS LEGUM DAN MANFAATNYA UNTUK

    KESUBURAN TANAH

    A. LATAR BELAKANG

    Bahan organik tanah merupakan kunci utama kesehatan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi. Namun demikian, banyak lahan pertanian di Indonesia (baik lahan kering maupun lahan sawah) yang mempunyai kadar bahan organik

  • 11

    Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau atau yang berasal dari tanaman liar (misalnya dari areal di pinggir lahan, jalan atau saluran irigasi). Penanaman tanaman penghasil pupuk hijau dapat dilakukan secara in situ misalnya pertanaman tumpang gilir dengan tanaman utama (contoh: pergiliran tanaman pangan dengan tanaman legume penutup tanah) atau ditanam pada sebagian areal pertanaman utama, misalnya sebagai tanaman pagar atau strip. Tanaman penghasil pupuk hijau dapat juga ditanam di luar areal pertanaman utama. Jenis tanaman/tumbuhan yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mempunyai kandungan hara (utamanya nitrogen) yang relatif tinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Mengingat pentingnya peran tanaman legume sebagai sumber bahan pupuk hijau, maka mahasiswa diharapkan dapat mengenal jenis-jenis legume tersebut.

    B. Tujuan

    - Mahasiswa mampu mengenali secara langsung berbagai macam jenis legume;

    - Mahasiswa mampu membuat daftar jenis legume, morfologi beberapa tanaman legume dan manfaat masing-masing legume untuk kesuburan tanah serta manfaat legume yang lain.

  • 12

    C. Alat dan Bahan

    - Contoh tanaman legume (disediakan oleh mahasiswa). Tanaman bunga merak, kacang tanah, kaliandra, turi, kelor, kacang hias.

    - Kertas plano - Staples / double tape dan Spidol

    D. Pelaksanaan

    Langkah 1. Persiapan Sub Kelompok (Alokasi Waktu 15 menit)

    a. Peserta praktikum langsung berkumpul sesuai dengan subkelompok yang sudah dibagi dalam pertemuan pertama

    b. Masing-masing subkelompok mempersiapkan contoh tanaman legume yang sudah didapatkan

    Langkah 2. Diskusi morfologi tanaman legume yang telah dibawa dan manfaatnya bagi tanah dan manfaat secara umum (Alokasi Waktu 25 menit)

    Asisten meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan:

    1. Morfologi tanaman legume yang dibawa dan manfaat tanaman legume tersebut untuk tanah (secara khusus) dan manfaatnya secara umum.

    2. Hasil diskusi dituliskan dalam tabel, seperti berikut:

  • 13

    Jenis Legum

    Morfologi Tanaman

    Manfaat Leguminosa

    Kesuburan Tanah

    Manfaat lain

    Bunga Merak

    Kaliandra

    Kacang Hias

    Dst

    Langkah 3. Penyajian dan diskusi antar kelompok (hanya 3 kelompok yang maju untuk presentasi hasil diskusi). (Alokasi Waktu 15 menit/kelompok)

    a. Asisten meminta setiap sub kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di hadapan seluruh peserta sambil menunjukkan contoh tanaman legume yang dibawanya (alokasi waktu untuk presentasi dan diskusi masing-masing subkelompok adalah 10 menit).

    b. Asisten memberikan penilaian kepada setiap peserta, meliputi keaktifan selama diskusi dan ide/pemikiran yang disampaikan.

    c. Asisen memberikan penilaian kelompok mengenai hasil diskusi yang dipresentasikan, penyajian, dan jawaban yang disampaikan.

  • 14

    Langkah 4. Pembacaan Format Laporan dan Tugas untuk Minggu Depan (Alokasi Waktu 15 Menit).

    a. Asisten membacakan format laporan pertemuan minggu ini untuk dikumpulkan minggu depan.

    b. Asisten memberitahu tugas (sampel/spesimen/bahan) yang harus dibawa untuk pertemuan minggu depan.

    Tugas untuk pertemuan ke-2 :

    Masing-masing sub kelompok membawa contoh tanaman yang diduga mengalami kekurangan unsur hara N, P dan K (1 tanaman 1 gejala defisiensi hara = 3 sampel tanaman)

  • 15

    - PERTEMUAN 3 - IDENTIFIKASI DEFISIENSI UNSUR HARA

    A. LATAR BELAKANG

    Gejala defisiensi/kekurangan/kahat unsur hara pada tanaman/tumbuhan muncul karena kebutuhan hara yang tidak terpenuhi baik dari tanah maupun dari pemberian pupuk. Gejala defisiensi unsur hara sifatnya sangat spesifik, kekurangan unsur hara tertentu akan menunjukkan gejala visual tertentu pula. Metode visual ini sangat unik karena tidak memerlukan perlengkapan yang mahal serta dapat digunakan sebagai penunjang informasi yang sangat penting untuk perencanaan pemupukan pada musim berikutnya (pelengkap teknik-teknik diagnostik lainnya). Namun demikian, tidak selalu tanaman yang menunjukkan gejala abnormalitas adalah tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara, adanya gangguan hama maupun penyakit juga dapat memunculkan gejala yang mirip dengan gejala defisiensi unsur hara.

    B. TUJUAN Tujuan yang diharapkan adalah:

    Meningkatkan kepekaan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi gejala kekurangan unsur hara pada tanaman;

    Meningkatkan pengetahuan mahasiswa untuk mengenali perbedaan tanaman kekurangan

  • 16

    unsur hara dan tanaman yang terserang penyakit/hama (OPT);

    Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam unsur hara, bentuk dapat diserap dan fungsi unsur hara bagi tanaman.

    C. Alat dan Bahan :

    Spidol Boardmaker

    Papan

    Kertas Plano

    Selotip

    Sampel tanaman terindikasi mengalami defisiensi

    D. Pelaksanaan

    Langkah 1. Persiapan Sub kelompok (Alokasi Waktu 10 menit)

    1. Asisten membagi peserta praktikum kedalam kelompok kecil (maksimal 5 subkelompok);

    2. Asisten membagikan kertas plano dan boardmarker masing-masing 1 buah kepada setiap subkelompok.

    Langkah 2. Diskusi macam unsur hara dan perannya bagi tanaman (Alokasi waktu 25 menit)

    Asisten meminta setiap sub kelompok untuk mendiskusikan : 1. Minimal 5 macam unsur hara esensial dan

    fungsional, bentuk masing-masing unsur hara yang

  • 17

    dapat diserap oleh tanaman, dan fungsinya bagi tanaman;

    2. Ciri-ciri tanaman kekurangan unsur hara (diskusi dibatasi pada 3 unsur hara makro esensial);

    3. Metode-metode penyelesaian masalah kekurangan unsur hara tersebut (pada poin 1);

    4. Hasil diskusi dituliskan dalam kertas plano dan sampel ditempel di kertas plano;

    5. Asisten meminta setiap sub kelompok untuk mendiskusikan tentang perbedaan tanaman kekurangan unsur hara dan tanaman yang terserang penyakit. Hasil diskusi dituliskan dalam kertas plano.

    Contoh tabel hasil diskusi : Tabel Hasil Diskusi Kelompok : . Anggota : .

    Jenis unsur hara

    Bentuk dapat

    diserap

    Fungsi hara

    Ciri defisiensi

    Sampel (ditempel)

    Langkah 3. Penyajian dan diskusi antar kelompok (Alokasi waktu 50 menit)

    1. Asisten meminta setiap sub kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di hadapan seluruh peserta untuk memperoleh masukan

  • 18

    dan saran-saran yang lainnya (alokasi waktu untuk presentasi dan diskusi masing-masing sub kelompok adalah 10 menit).

    2. Asisten memberikan penilaian kepada setiap peserta meliputi : Keaktifan selama diskusi, Ide / pemikiran yang disampaikan.

    3. Asisten memberikan penilaian kelompok mengenai Hasil Diskusi yang dipresentasikan, Penyajian, dan Jawaban yang disampaikan.

    Langkah 4. Pembacaan Format Laporan dan Tugas untuk Minggu Depan (Alokasi Waktu 15 Menit).

    a. Asisten membacakan format laporan pertemuan minggu ini untuk dikumpulkan minggu depan.

    b. Asisten memberitahu tugas (sampel/spesimen/bahan) yang harus dibawa untuk pertemuan minggu depan.

  • 19

    - PERTEMUAN 4 -

    4.1 PERSIAPAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

    A. Pendahuluan

    Istilah kompos dan pengomposan sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat, namun terkadang masih ditemukan kesulitan dalam membedakan istilah kompos dan pengomposan. Kompos dan pengomposan adalah dua istilah yang berbeda. Pengomposan ialah proses bio-oksidasi, sedangkan kompos adalah produk akhir bahan organik hasil dari pengomposan. Menurut standart nasional dari Kanada, istilah kompos di definisikan sebagai produk matang padatan yang merupakan hasil dari pengomposan, yaitu pengelolaan proses bio-oksidasi dari berbagai bahan organik padat yang meliputi fase thermophilic.

    Definisi yang lain menyebutkan bahwa kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengertian kompos yang lain adalah perombakan sisa tanaman oleh aktivitas mikroorganisme pengurai (Novizan, 2002). Sedangkan pengomposan adalah proses bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan

  • 20

    bahan organik sebagai sumber energi sehingga dihasilkan unsur hara tersedia, asam-asam organik dan sebagian kecil sisa bahan organik yang belum terurai. Membuat kompos adalah mengatur mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat dan dalam kondisi dan komposisi yang baik, yaitu sesuai dengan kebutuhan tanaman dan mampu berfungsi sebagai pembenah tanah. Proses ini meliputi kegiatan dalam membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator (mikroba pengurai) pengomposan.

    Proses pembuatan kompos meliputi pengeringan, penghancuran bahan, penambahan bioaktivator, pengomposan, pengecekan suhu, kadar air, pematangan, penyaringan, dan pengkemasan.

    Kompos apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

    Kompos yang diproses secara alami, dan

    Kompos yang diproses dengan campur tangan manusia.

    a. Kompos Yang Diproses Secara Alami Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan bahan, menyusun

  • 21

    bahan, untuk selanjutnya proses composting / pengomposan berjalan dengan sendirinya. Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3 4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih.

    b. Kompos Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia

    Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan manusia.

    Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya dibantu dengan penambahan aktivator pengurai bahan baku kompos. Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam-macam merk dan produk, tetapi yang paling penting dalam menentukan aktivator ini adalah bukan merk aktivatornya, akan tetapi apa yang terkandung didalam aktivator tersebut, berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada pengaruh dari unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak, terhadap tumbuh-tumbuhan maupun pengaruh terhadap organisme yang ada di dalam tanah atau dengan kata lain pegaruh terhadap lingkungan hidup disamping itu

  • 22

    juga harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh.

    Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N ratio antara 10 12.

    Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat dipercepat menjadi 2 4 minggu

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari materi ini adalah mahasiswa mampu melakukan persiapan pembuatan kompos seperti penggilingan bahan, penambahan bioaktivator, dan pencampuran.

    C. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum ini meliputi:

    - Bahan pupuk organik kompos (bahan utama adalah seresah daun sawit/palem dengan bahan tambahan ditentukan sendiri oleh masing-masing kelompok)

    - Kotak kayu untuk pengomposan - Grinder - Gembor - Air

  • 23

    - Bioaktivator

    C. Teknis Pelaksanaan

    - Setiap kelompok mempersiapkan bahan pupuk organik yang sudah dikumpulkan.

    - Asisten memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam persiapan pembuatan pupuk organik kompos seperti penggilingan, penambahan dan pencampuran bioaktivator, dan pengomposan.

    - Peserta praktikum melakukan penimbangan bahan yang akan digunakan sebagai pupuk organik (setiap kelompok minimal 40 kg) sesuai dengan tugas di pertemuan ke-2:

    - Peserta praktikum mempersiapkan larutan bioaktivator dengan komposisi : EM4 (10 ml) + molase/tetes tebu (60 ml) + Air 5 L. Larutan dimasukkan ke dalam gembor.

    - Bahan kompos yang sudah digiling disiram dengan larutan bioaktivator dan dicampur hinggga merata. Apabila bahan kompos masih terlihat kering, bisa ditambahkan air secukupnya.

    - Bahan kompos yang sudah bercampur dengan bioaktivator, dimasukkan ke dalam ember dan di tutup untuk proses pengomposan.

  • 24

    D. Alur kerja

    Persiapan alat dan bahan

    Menggrinding bahan/menghaluskan bahan

    Menimbang bahan kompos sejumlah 40 kg Menyiapkan EM4 10 ml dan molase 60 ml

    Campurkan EM4+ Molase dengan air 5000 ml

    Bahan pupuk yang sudah disiapkan diratakan dilantai dan disiram dengan campuran 3 bahan

    (EM4, Molase, dan air)

    Aduk hingga rata dan masukkan ke dalam peti kayu

    Tempatkan di tempat yang teduh

    Pengamatan (suhu dan kadar air tiap 3 hari sekali, warna dan pH setiap 1 minggu sekali)

  • 25

    Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan

    warna tanah; Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos

    dapat membentuk suspense;

    Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya;

    Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah;

    Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan

    Tidak berbau.

    4.2 PROSES PEMBUATAN KOMPOS

    A. Pendahuluan Pengomposan antara lain bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik dengan porositas, kepadatan serta kandungan air tertentu, menyederhanakan komponen bahan dasar yang mudah di dekomposisi, mengurangi volume bahan dasar serta membunuh patogen E.coli dan Salmonella (Setyorini, 2005). Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.

    Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan

  • 26

    segera di manfaatkan oleh miroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o-70 o

    C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.

    Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40 % dari volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam dekomposisi bahan organik.

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah: - Mahasiswa melakukan pengukuran suhu, pH

    dan kadar air kompos setiap minggu; - Mahasiswa melakukan pembalikan bahan

    kompos untuk menjaga aerasi.

  • 27

    C. Alat dan bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah: - Termometer - Sekop/garu - Cawan - Oven - Bahan kompos

    D. Pelaksanaan

    1. Pengukuran suhu kompos - Tancapkan termometer ke dalam bahan

    kompos dan tunggu sampai dengan 5 menit - Ambil termometer dan amati berapa suhunya - Lakukan pengulangan pengukuran sampai 3x - Catat suhu setiap ulangan ke lembar

    pengamatan - Pengukuran suhu kompos dilakukan setiap 3

    hari sekali selama 4 minggu. 2. Pengukuran kadar air kompos - Ambil sebagian kecil bahan kompos (sebanyak

    20 g) sebanyak 3 ulangan (bagian bawah, tengah, dan atas), dan masukkan ke cawan.

    - Masukkan masing-masing cawan yang berisi bahan kompos ke dalam oven (suhu 105o) selama 24 jam..

    - Timbang bahan kompos yang sudah kering dan masukkan ke dalam lembar pengamatan.

    3. Pemanenan kompos - Setelah 28 hari, setiap kelompok melakukan

    pengecekan tingkat kematangan kompos.

  • 28

    - Peserta praktikum melakukan pengamatan variabel tingkat kematangan kompos meliputi : warna, struktur, bau, suhu, dan kadar air.

    - Untuk memperoleh kompos padat halus, peserta praktikum melakukan pengayakan.

    - Setiap kelompok mengambil sampel kompos (sebanyak 100 g) yang sudah matang untuk dilakukan pengukuran kualitasnya.

    - Sampel kompos tersebut dikering-udarakan selama 7 hari untuk pengukuran kendungan C-organik, pH, dan Nitrogen.

  • 29

    - PERTEMUAN 5 -

    PENGENALAN PUPUK ANORGANIK BESERTA KARAKTERISTIKNYA

    A. Pendahuluan Pupuk adalah salah satu faktor penunjang

    dalam peningkatan produktivitas tanah dan pemeliharaan tanah baik secara fisika, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan bahan bakunya pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan organik. Perbedaan mendasar dari kedua jenis pupuk ini adalah dari fungsinya. Pupuk organik lebih cenderung ke perbaikan kualitas tanah baik dari aspek fisik, kimia dan biologi tanah. Sedangkan pupuk anorganik lebih kepada perbaikan kualitas tanah dari aspek kimia saja (penambahan unsur hara). Namun demikian, petani lebih memilih untuk menggunakan pupuk anorganik dikarenakan lebih praktis dalam aplikasinya, selain itu respon terhadap tanaman juga cepat terlihat.

    Pupuk anorganik berdasarkan kandungan unsur haranya dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal hanya memiliki satu unsur hara didalamnya, sedangkan pupuk majemuk memiliki lebih dari unsur hara di dalamnya. Contoh pupuk tunggal adalah pupuk N (Urea), pupuk P (SP36) dan pupuk K (KCl), sementara itu contoh pupuk majemuk adalah pupuk NPK (dimana dalam satu macam pupuk terdapat 3 unsur hara primer tanaman). Masing-masing pupuk anorganik baik pupuk tunggal maupun majemuk memiliki sifat/karakteristik yang

  • 30

    berbeda-beda. Pengetahuan mengenai karakteristik pupuk sangat diperlukan untuk menentukan metode aplikasi yang paling sesuai untuk pupuk tersebut. Kesalahan metode aplikasi pupuk dapat menurunkan efisiensi serta dapat berpotensi mencemari lingkungan.

    B. Tujuan

    Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pupuk

    anorganik 2. Mahasiswa mengetahui dan memahami sifat

    fisik dan kimia (karakteristik) pupuk anorganik 3. Mahasiswa mampu menentukan metode

    aplikasi yang paling tepat untuk masing-masing jenis pupuk anorganik berdasarkan karakteristiknya

    C. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah: - Spidol boardmarker - Kertas plano - Selotip - Contoh pupuk anorganik tunggal N, P, K - Contoh pupuk anorganik majemuk

  • 31

    D. Pelaksanaan

    Dalam Langkah 1. Persiapan Sub Kelompok (Alokasi Waktu 15 menit)

    a. Peserta praktikum langsung berkumpul sesuai dengan subkelompok yang sudah dibagi dalam pertemuan sebelumnya;

    b. Masing-masing subkelompok mempersiapkan contoh pupuk anorganik tunggal N, P, K, pupuk majemuk dan anorganik mikro yang sudah dipersiapkan;

    Langkah 2. Diskusi sifat-sifat fisik dan kimia pupuk anorganik (Alokasi Waktu 20 menit)

    Asisten meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan:

    a. Sifat fisik dan kimia (karakteristik) pupuk anorganik tunggal N, P, K, pupuk majemuk dan pupuk anorganik mikro yang telah dibuat serta bagaimana metode aplikasi yang paling sesuai untuk jenis pupuk tersebut;

    b. Dalam proses diskusi dan pengerjaan tugas mahasiswa diperbolehkan menggunakan media apapun untuk mencari referensi (buku, jurnal, internet, dll);

    c. Selama proses diskusi asisten akan melakukan penilaian terhadap kontribusi masing-masing mahasiswa dalam proses kelompok diskusinya;

  • 32

    d. Hasil diskusi disajikan dalam kertas plano yang sudah disediakan. Adapun format penulisan hasil diskusi berupa tabel sebagai berikut:

    No Jenis

    Pupuk Sampel Sifat Fisik

    Sifat Kimia

    Metode Aplikasi

    1 Nitrogen (Urea)

    *Sampel pupuk ditempel *

    Mudah menguap

    Mengandung 46% Nitrogen

    Ditugal disertai alasannya

    Langkah 3. Penyajian dan diskusi antar kelompok (hanya 4 kelompok yang maju untuk presentasi hasil diskusi). (Alokasi Waktu 20 menit)

    a. Asisten meminta setiap sub kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di hadapan seluruh peserta (alokasi waktu untuk presentasi dan diskusi masing-masing sub kelompok adalah 10 menit);

    b. Asisten memberikan penilaian kepada setiap peserta, meliputi keaktifan selama diskusi dan ide/pemikiran yang disampaikan;

    c. Asisen memberikan penilaian kelompok mengenai hasil diskusi yang dipresentasikan, penyajian, dan jawaban yang disampaikan.

    d. Hasil diskusi tersebut (kertas plano) akan dijadikan sebagai nilai laporan untuk minggu ini, sehingga mahasiswa harus melaksanakan diskusi tersebut dengan sungguh-sungguh.

  • 33

    Pengamatan Kompos a. Setelah kegiatan praktikum dikelas selesai,

    maka praktikan dijadwalkan untuk melakukan pengamatan kompos;

    b. Aktivitas yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah mengecek kandungan air kompos, melakukan pembalikan kompos bila perlu, pengamatan warna, suhu serta pH kompos;

    c. Pengamatan kompos dilakukan tiap 3 hari sekali untuk parameter suhu dan kadar air sedangkan untuk pH dan warna pengamatan kompos cukup dilakukan seminggu sekali.

  • 34

    - PERTEMUAN 7 - PERHITUNGAN KEBUTUHAN PUPUK

    A. Pendahuluan Kesuburan tanah suatu lahan berbeda-beda,

    tergantung dari bahan organik yang terkandung didalam setiap lapisan tanah, topografi, tekstur, struktur, solum dan juga aktiitas mikroorganisme dalam tanah. Kesuburan tanah ini mempunyai arti yang sangat penting sebab tanah subur adalah tanah yang mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal (Indrnada,1994).

    Tanah memang diciptakan untuk terus menerus dikelola, namun karena adanya pengelolaan tanah yang terus menerus sehingga mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang dapat menurun. Menurunya tingkat kesuburan suatu tanah menyebabkan berkurannya ketersediaan unsur hara didalam tanah sehingga dapat mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan tanaman.

    Tidak semua jenis tanah mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi perkembangan tanaman. Akibat yang dapat ditimbulkan jika suatu tanah kekurangan unsur hara adalah tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan dapat menurunkan produksinya (Poerwidodo, 1992).

  • 35

    Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah di daerah pertanian adalah penggunaan pupuk secara benar, tepat dosis, tepat waktu dan tepat sasaran dengan memperhatikan gejala kekurangan yang ditampakkan oleh tanaman, dampak penggunaan pupuk terhadap lingkungan dan terhadap keseimbangan ekosistem di sekitarnya, termasuk cara pembuangan sisa-sisa pemupukan dan penyimpanan pupuk. B. Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan

    pupuk bagi tanaman. 2. Mahasiswa mampu menghitung dan

    menentukan kebutuhan pupuk dalam skala Hektare (Ha), Petak/plot, dan Polybag/pertanaman.

    C. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam materi ini meliputi:

    - Boardmarker - Alat Tulis - Alat Hitung - Cotoh soal

  • 36

    D. Pelaksanaan

    Langkah 1. Penjelasan Kebutuhan Pupuk pada skala Lahan dan Pot dalam skala Rumah kaca (Alokasi Waktu 00 Menit).

    a. Asisten memberikan penjelasan pentignya kegiatan Pemupukan dan Perhitungan dasar kebutuhan pupuk.

    b. Asisten memberikan contoh perhitungan dasar kebutuhan pupuk dalam skala Hektare (Ha), Petak/plot, dan Polybag/pertanaman.

    D.1 Rumus Perhitungan a) Menghitung kebutuhan pupuk dan unsur Jumlah tanaman

    Kebutuhan pupuk per petak

    Kebutuhan pupuk per tanaman / lubang tanam

    Kebutuhan unsure per tanaman

    Kebutuhan unsure/Ha

  • 37

    b) Menghitung pupuk NPK dan Tunggal Yang harus diketahui :

    Jumlah pupuk NPK

    Rekomendasi unsure per Ha Mencari kebutuhan unsure pada pupuk

    Apabila masih dalam bentuk senyawa, maka harus dicari jumlah unsurnya :

    c) Menghitung Kebutuhan yang harus diketahui

    HLO

    BI

    Luas

    Ukuran polybag

    KLO : kedalaman lapisan olah Langkah :

    1) Menghitung HLO KLO x BI x LBA

    2) Menghitung kebutuhan pupuk per polybag

    D.2 Contoh Perhitungan Skala Hektare (Ha)

    Anda mempunyai lahan seluas 1 Ha yang anda tanami jagung, anda akan melakukan pemupukan lanjutan dengan Pupuk yang dianjurkan adalah 250Kg P2O5/Ha. Berapa dosis Pupuk SP36 yang harus anda berikan pada lahan anda tersebut?

  • 38

    Hitungan: Langkah Petama : Tentukan luas lahan 1 Ha lahan jagung = 10.000 m2

    Langkah Kedua : Tentukan kebutuhan Perhektare (Ha) SP36 mengandung 36% P2O5, Artinya 100kg SP36 mengandung 36kg P2SO5. Maka, Dosis 250kg P2O5/ha setara dg

    = (Berat/Atom) x Dosis Pupuk Anjuran = (100/34) x 250kg = 735,29kg SP36/Ha

    Jadi, Dosis Pupuk SP36 yang diberikan sebesar : = Luas lahan/10.000m2 x Dosis Pupuk = 10.000m2/10.000m2 x 735,29kg P2O5/ha = 735,29kg SP36/Ha

    D.3 Contoh Perhitungan Skala Petak,

    Suatu lahan yang luasnya 3,5m x 1m akan ditanami Cabai. Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman Cabai adalah 60cm x 70cm. Sedangkan untuk pemupukan menggunakan pupuk P2O5, K2O, dan N. Rekomendasi pupuk yang diberikan untuk penanaman Cabai tersebut adalah SP36 150 kg/ha, KCl 150 kg/ha sedangkan Urea 250 kg/ha. Berapakah benih dan pupuk yang diberikan pada lahan tersebut sehingga dapat tumbuh dengan optimal?

  • 39

    Hitung : Langkah Pertama : Luas lahan = 3,5 m x 1 m = 3,5 m2 ; Jarak tanam = 60 cm x 70 cm = 4200 cm2 = 0,42 m2

    1 Ha = 10.000 m2

    Langkah Kedua : Penyetaraan Dosis Dosis 250kg Urea/ha setara dg

    = (Berat/Atom) x Dosis Pupuk Anjuran = (100/46) x 250kg = 543,47 kg N/Ha

    Dosis 150kg SP36/ha setara dg = (Berat/Atom) x Dosis Pupuk Anjuran = (100/34) x 150kg = 441,17 kg P2O5/Ha

    Dosis 150kg KCL/ha setara dg = (Berat/Atom) x Dosis Pupuk Anjuran = (100/60) x 150kg = 250 kg K2O/Ha

    Langkah Ketiga : Hitung kebutuhan Pupuk

    Dosis Pupuk Anjuran/Luas 1 Ha = Dosis Pupuk/Luas Petak Dosis Pupuk = (Dosis Pupuk Anjuran x Luas Petak)/ Luas 1 Ha Jadi,

    a. Kebutuhan Pupuk : SP36 = (Dosis Pupuk Anjuran x Luas Petak)/ Luas 1 Ha

    = 441,17 Kg x 3,5 m2

    10.000 m2

  • 40

    = 1544,095 Kg 10.000 m2 = 0,1544095 Kg (=154,4095 gram)

    KCL = (Dosis Pupuk Anjuran x Luas Petak)/ Luas 1 Ha

    = 250Kg x 3,5 m2

    10.000 m2 = 875 Kg 10.000 m2 = 0,0875 Kg (=87,5 gram)

    UREA = (Dosis Pupuk Anjuran x Luas Petak)/ Luas 1 Ha

    = 543,47 Kg x 3,5 m2

    10.000 m2 = 1902,145 Kg 10.000 m2 = 0,1902145 Kg (=190,2145 gram)

    b. Kebutuhan Benih Kebutuhan Benih = Luas Lahan/ jarak Tanam = 3,5 m2 0,42 m2

    = 8,33 Benih

  • 41

    D.3 Contoh Perhitungan Skala Polybag/ Pertanaman

    Bapak Soleh melakukan percobaan di rumah kaca dengan menggunakan 25.000 gram tanah lapisan olah (kedalaman 20cm). Anjuran pupuk yang akan digunakan adalah 60 kg K2O/ha. Berapa dosis pupuk KCL yang harus Bapak Soleh berikan per pot,?? (t.olah)= 20 cm; Berat Jenis = 1,2 g/cm3) Jawab : Langkah pertama : 25.000 gram Tanah = 25 Kg Tanah ; 1 Ha = 10.000 m2 Hitung volume tanah 1 ha : Volume = Luas Lahan x Tinggi (Olah Tanah)

    = 100.000.000 cm2 x 20 cm = 2.000.000.000 cm3 = 2.000 m3

    Jika diasumsikan Berat Jenis tanah adalah 1,2 g/cm3 Langkah kedua : Hitung Berat Tanah Olah : Berat Tanah Olah = Volume x Berat Jenis tanah

    = 2.000.000.000 x 1,2 gram = 2.400.000.000 gram, = 2.400.000 kg diperlukan

    dosis anjuran 60Kg K2O/Ha KCL mengandung 60% K2O, Artinya 100kg KCL mengandung 60kg K2O

  • 42

    Maka, Dosis 60kg K2O/Ha setara dg = (Berat/Atom) x Dosis Pupuk Anjuran = (100/60) x 60kg/Ha = 100 kg KCL/Ha

    Jadi, Dosis Pupuk KCL/pot = (Berat Tanah/Berat Tanah Olah) x Dosis Pupuk

    = (25/2.400.000) x 100Kg = 0,001042kg K2O/pot atau = 1,042 gram KCL/pot

    Langkah 2. Latihan Soal untuk Perhitungan Dasar Kebutuhan Pupuk dalam Skala Hektare (Ha), Petak/Plot, dan Polybag/ Pertanaman.

    a. Asisten membagikan soal latihan secara acak/ zig-zag berdasakan Kode soal (terdapat 2 Kode soal).

    b. Asisten meminta praktikan untuk mengerjakan soal latihan perhitungan dasar kebutuhan pupuk dalam skala Hektare (Ha), Petak/plot, dan Polybag/pertanaman.

    Kerjakan Soal dibawah ini. (Kode KPRK/A)

    1. Suatu lahan yang luasnya 3,5 m x 1 m akan ditanami cabai. Jarak tanam yang digunakandalam penanaman cabai adalah 60

  • 43

    cm x 70 cm. Sedangkan untuk pemupukan menggunakan Pupuk Urea, Pupuk SP36, dan Pupuk KCL. Rekomendasi Pupuk yang diberikan untuk penanaman cabai tersebut adalah Urea 250 kg/ha, SP36 150 kg/ha, dan KCL 150 kg/ha. Berapakah bibit dan Pupuk yang diberikan pada lahan tersebut sehingga dapat tumbuh optimal,?? Jawab : ........................................................................................................................................

    (Kode KPRK/B)

    2. Pak Kancil mempunyai sebidang lahan disamping rumahnya yang luasnya 6,5 m x 8,1 m. Beliau berniat akan menanami lahan tersebut dengan tanaman tomat. Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman cabai adalah 40 cm x 70 cm. Sedangkan untuk pemupukannya, Pak Kancil menggunakan Pupuk Urea, Pupuk SP36, dan Pupuk KCL. Rekomendasi Pupuk yang diberikan untuk penanaman cabai tersebut adalah Urea 350 kg/ha, SP36 250 kg/ha, dan KCL 150 kg/ha. Berapakah jumlah benih dan Pupuk yang harus pak bambang berikan pada lahan tersebut sehingga dapat tumbuh optimal,?? Jawab : ........................................................................................................................................

  • 44

    - PERTEMUAN 11 DAN 12 -

    PENGUKURAN KADAR C-ORGANIK, N-TOTAL, DAN PH KOMPOS

    A. Pendahuluan

    Kualitas kompos ditunjukkan oleh karakteristik fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik fisik kompos biasanya ditunjukkan oleh ukuran partikel, tekstur, dan warna. Karakteristik ini merupakan indikator penting yang menunjukkan kualitas kompos terutama apabila kompos yang dihasilkan tersebut akan dijual. Namun karakteristik fisik tersebut menjadi kurang penting apabila kompos di aplikasikan ke lahan pertanian. Ukuran partikel tergantung dari penggunaannya. Ukuran partikel

  • 45

    Kandungan bahan organik diperoleh melalui analisa laboratorium untuk menunjukkkan besarnya pengaruh kompos di dalam memperbaiki / menambah bahan organik tanah. Kelembaban (kandungan air) di dalam kompos yang baik umumnya kurang dari 20%. Kelembaban yang tinggi cenderung menghambat proses dekomposisi kompos, pH kompos umumnya berkisar 6-8 . Secara spesifik, pH kompos 5.5 6.5 direkomendasikan untuk penanaman di dalam pot dan pembibitan, dan pH 5.5 7.8 untuk perbaikan tanah, lapisan atas, dan mulsa (Nilsson, 1994).

    Bentuk nitrogen di dalam kompos yang mengikuti periode aktif kompos adalah amonium (NH4

    + ). Dalam jumlah yang besar, amonium NH4 +

    diperlukan untuk tanaman hortukultura. Amonium NH4

    + akan dirubah menjadi nitrat (NO3-) selama

    berlangsungnya proses nitrifikasi. Unsur hara penting lainnya bagi tumbuhan yang harus ada di dalam kompos adalah phosphor, potassium / kalium, magnesium, dan kalsium. Ratio C/N kompos sangat penting untuk mengetahui laju dekomposisis / mineralisasi kompos. Semakin tinggi ratio C/N maka kompos tersebut semakin sulit terdekomposisi. Kandungan logam penting untuk diketahui apabila kompos dihasilkan akan diberikan kepada tanaman yang akan dikonsumsi oleh manusia. Kandungan garam terlarut di dalam kompos berperan terhadap serapan air tanaman. Semakin tinggi kandungan garam terlarut kompos akan menghambat serapan air tanaman.

  • 46

    B. Tujuan

    Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah:

    - Mahasiswa melakukan pengukuran kualitas kompos di laboratorium meliputi analisis C-organik, N-total, dan pH dari kompos yang sudah dibuat.

    - Mahasiswa mampu menghitung kandungan C-organik dan N-total dari kompos yang sudah dibuat.

    - Mahasiswa mampu mengevaluasi kualitas kompos yang telah dibuat.

    C. Pelaksanaan

    1. Pengukuran pH kompos (H2O dan KCL) - Siapkan 2 botol film dan beri kode A untuk

    larutan H2O dan B untuk larutan KCL - Timbang masing-masing sebanyak 10 g kompos

    yang sudah kering udara, masukkan ke dalam masing-masing botol (film A dan B)

    - Pada botol film A, tambahan aquadest sebanyak 25 ml, sedangkan pada botol film B tambahkan larutan KCL sebanyak 25 ml:

    - 2 botol film yang sudah ditambahkan larutan aquadest dan KCL tersebut dimasukkan ke dalam mesin pengocok, dan kocok selama 15 menit :

    - Sambil menunggu kompos yang sedang dikocok, nyalakan pH meter:

  • 47

    - Ambil botol film yang sudah dikocok tersebut dan diamkan sebentar

    - Ukur pH dari larutan kompos tersebut dengan mennggunakan pH METER

    - Catat pH kompos.

    2. Pengukuran C-organik kompos - Timbang 0.1 g contoh kompos halus (yang lolos

    melalui ayakan 0.5 mm) dimasukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml.

    - 10 ml tepat larutan K2Cr2O7 1 N ditambahkan ke dalam erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk membuat kompos dapat bereaksi sepenuhnya. Hati-hati, jaga jangan sampai kompos menempel pada dinding sebelah atas labu sehingga tidak ikut bereaksi, biarkan campuran itu berdiam selama 20 - 30 menit.

    - Kemudian larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu ditambahkan 10 ml H3PO4 85% dan 30 tetes penunjuk difenilamina.

    - Larutan sekarang dapat dititrasi dengan larutan fero melalui buret. Perubahan warna dari warna dari hijau gelap pada permulaan, berubah menjadi biru kotor pada waktu titrasi berlangsung, dan pada titik warna berubah menjadi hijau terang

    - Apabila lebih dari 8 dan 10 ml K2Cr2O7 terpakai, ulangi dengan mempergunakan contoh yang lebih sedikit.

  • 48

    Pereaksi

    a) H3PO4 85 % b) H2SO4 pekat (diatas 96%) c) K2Cr2O7 1 N 49.04 g tepat K2Cr2O7 dilarutkan ke

    dalam H2O dan diencerkan hingga 1 liter d) Penunjuk difenilamina 0.5 g difenilamina p.a

    dilarutkan dalam 20 ml H2O dan 100 ml H2SO4 pekat.

    e) 1. Larutan fero 0.5 N 196.1 g Fe (NH4)2(SO4)2.6H2O dilarutkan dalam 800 ml H2O yang mengandung 20 ml H2SO4 pk dan diencerkan hingga 1 liter. Dapat digunakan sebagai ganti reagent, 5a suatu reagent yang digunakan oleh walkey sebagai berikut. 2. FeSO4 7 H2O dilarutkan ke dalam H2O yang mengandung 15 ml H2SO4 pekat kemudian diencerkan hingga 1 liter.

    3. Pengukuran N-total kompos

    Alat dan bahan yang digunakan: a. Labu Kjeldahl b. Alat destruksi c. Erlenmeyer 125 ml d. Buret mikro e. Pengaduk (stirer)

    Uraian kerja

    a. Ditimbang 0.5 g contoh tanah ukuran 0.5 mm, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl

  • 49

    b. Ditambah 1 g campuran selen dan dan 5 ml H2SO4 pekat. Kemudian didestruksi pada temperatur 300o C

    c. Setelah sempurna didinginkan lalu diencerkan kira-kira dengan 50 ml H2O murni

    d. Hasil destruksi diencerkan menjadi lebih kurang 100 ml dan ditambahkan 20 ml NaOH 40% lalu disulingkan dengan segera

    e. Sulingan ditampung dengan asam borat penunjuk sebanyak 20ml, sampai warna penampung menjadi hijau dan volumenya kurang lebih 50 ml.

    f. Dititrasi sampai titik akhir dengan H2SO4 0.01N

    Pereaksi

    H2SO4 pekat

    a. Campuran selen : K2SO4 250 g: CUSO4 5 H2O 50 g: Se 5 g. Campuran kemudian di gerus

    b. Asam barat penunjuk Larutkan 20 g H3BO3 murni dalam 700 ml H2O panas, kemudian pindahkan larutan yang telah dingin ke dalam sebuah labu ukur 1 L yang telah berisi 200 ml penunjuk campuran. Penunjuk campuran di buat dengan jalan melarutkan 0.33 g Brom kresol hijau dan 0.165 g metil merah di dalam 500 ml etanol. Setelah semua isi labu ukur dicampur rata, tambahkan

  • 50

    0.005 N NaOH dengan jalan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi hijau muda, yang dapat diketahui bila 1 ml diberi 1 ml air. Kemudian encerkan larutan sampai setinggi garis dan aduklah sampai rata.

    c. Natrium hidroksida 40% Dilarutkan 400 g NaOH dalam gelas piala dengan air murni sebanyak 600 ml.

    d. H2SO4 0.01 N 11.4 ml H2SO4 pekat diencerkan sampai 1 liter dengan air murni, ditetapkan kenormalannya dengan bahan baku boraks.

  • 51

    - PERTEMUAN 13 -

    PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GRANUL DAN PUPUK ORGANIK CAIR

    A. Pendahuluan

    Secara umum, pupuk organik yang beredar di pasaran terbuat dari beraneka ragam bahan pembuatannya. Setelah pupuk tersebut matang, para produsen pupuk mengemasnya di kemasan pelastik ataupun karung. Tetapi karena bentuk pupuk organic membutuhkan tempat yang sangat besar menyulitkan dalam penyimpanan dan juga pada saat didistribusikan.

    Tetapi sekarang bentuk pupuk organic bisa dimodifikasi untuk mendapatkan bentuk yang lebih praktis untuk di simpan dalam waktu lama dan juga mudah untuk didistribusikan. Salah satu cara yang paling umum ialah membuat pupuk yang sudah matang menjadi berbentuk granul. Bentuk ini sangat menguntungkan karena dapat menghemat tempat penyimpanan dan juga mudah dalam distribusinya.

    Pupuk organik granul umumnya memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan hanyut terbawa air. Bentuk granul juga dapat memudahkan aplikasi di lapang. Pasalnya, petani terbiasa menggunakan pupuk yang berbentuk granul karena mudah ditaburkan. Selain itu, pupuk berbentuk granul juga cocok digunakan untuk aplikasi pupuk di perkebunan skala besar yang menggunakan aplikator pupuk.

  • 52

    Selain itu, dengan membuat pupuk berbentuk serbuk menjadi bentuk granul akan meningkatkan nilai jual pupuk itu sendiri, terlebih dalam pengemasannya dapat di bentuk sedemikian rupa agar memliliki kemasan yang memudahkan dalam disitribusi sehingga menarik perhatian konsumen.

    B. Tujuan

    1. Untuk melatih mahasiswa dalam teknik pembuatan pupuk organic berbentuk granuler;

    2. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa tentang pengaruh pembuatan design kemasan dengan tingkat penjualan

    C. Pupuk Granul

    Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan pupuk granul adalah sbb:

    - Granulator - Air - Molase - Abu arang - Kompos padat halus

  • 53

    Pelaksanaan

    1. Pembuatan kompos granuler Timbang 1 kg kompos padat halus, kemudian masukkan ke granulator; Nyalakan mesin granulator, selama pembentukan granul (kurang lebih 15 menit) Tambahkan campuran molase 100ml dan 100 ml air sebagai bahan perekat saat mesin bekerja Tambahkan abu bila kadar air terlalu tinggi Setelah bentuk kompos berubah bentuk menjadi bulat, mesin dapat dimatikan

    D. Pupuk Organik Cair (POC)

    Timbang 1 kg kompos padat halus, masukkan dalam plastik

    Timbang 1 kg kompos kasar, masukkan dalam plastik

    Beri 1 liter air

    Tunggu 1x24 jam

    Ambil air dari rendaman dengan cara dicelupkan