pupuk dan pemupukan 2
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Defenisi tentang tanah sangatlah bervariasi
terkadang sangatlah sulit bagi kita untuk memberikan
defenisi yang tepat pada tanah, kerena pandangan dan
kepentingan yang beraneka ragam tentang tanah. Ada yang
mengatakan bahwa tanah adalah tubuh alam (natural body)
yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat gaya-gaya
alam (natural material) pada permukaan bumi, tanah dapat
pula diartikan sebagai tempat tumbuhnya tanaman, defenisi
lainnya tentang tanah adalah tanah merupakan hasil
pelapukan batuan dan pelapukan sisa-sisa bahan organik
dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup
didalamnya.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia,
maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah
bahan pemantap agregat tanah, selain itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
Perombakan sisa-sisa tanaman dan penyusun beberapa
campuran oleh mikroorganisme tanah dimana bahan organik
merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai
penyusun tanah. Hasil aktivitas mikroorganisme ini
1
adalah dimana tanah berisi sejumlah besar campuran bahan
organik dalam berbagai tahap perombakan. Humus adalah
kata yang digunakan berhubungan dengan bahan organik yang
telah mengalami perombakan secara ekstensif dan sampai
perubahan yang lebih jauh.
Kesuburan tanah selain berasal dari residu makhluk
hidup atau yang bersifat alami, kesuburan tanah juga
dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk anorganik.
Pupuk anorganik yang banyak dibutuhkan oleh tanah dalam
pertumbuhan tanaman antara lain adalah urea. Pupuk ini
disebut juga sebagai pupuk N, karena mengandung lebih
banyak nitrogen. Urea ini berfungsi dalam perkembangan
vegetatif dari tanaman. Selain itu, kelebihan pupuk ini
juga dapat membuat tanaman menjadi hangus, terutama yang
memiliki daun yang agak peka.
Salah satu tanaman yang umumnya menggunakan pupuk
urea adalah tanaman jagung (Zea mays L.). Tanaman jagung
(Zea mays L.) merupakan tanaman yang berfotosintesis C4,
maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi.
Selain jagung (Zea mays L.), yang termasuk dalam golongan
C4 adalah sorgum dan tebu.
2
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan
praktikum pupuk dan pemupukan untuk mengetahui pengaruh
pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman jagung (Zea mays L.).
I.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pupuk
urea dengan cara aplikasi benih di atas pupuk terhadap
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada pasir
halus.
Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi dan
acuan dalam aplikasi dan rekomendasi penggunaan pupuk
N,P,K dan pupuk kandang pada pasir halus dan tanaman
jagung (Zea mays L.)
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Alfisol
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi
di horison B (Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol
(pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan lanjut).
Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang,
tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan
subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat
pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai
berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan
waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat
untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di
bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung
karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah
dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur
yang masih muda. Di daerah basah bahan induk biasanya
lebih tua daripada di daerah dingin (Munir, 1984).
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak
digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan.
Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas
4
tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi
(Hardjowigeno, 1993).
II.2. Jenis Pupuk
Pupuk dalam arti luas, termasuk semua bahan yang
ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur
essensial bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi istilah pupuk
biasanya berhubungan dengan pupuk buatan. Pupuk tidak
berisi unsur-unsur hara tanaman dalam bentuk unsur
seperti nitrogen, fosfor atau kalium ; tetapi unsur-unsur
tersebut ada dalam bentuk campuran yang memberikan
bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diadsorbsi
tanaman (Foth, 1991).
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang
terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar
kandungan unsure hara yang dikandungnya yang terdiri dari
pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan (3) atas dasar
susunan kimiawinya yang mempunyai hubungan penting dalam
perubahan-perubahan di dalam (Hakim, dkk., 1986).
Paling tidak ada 14 unsur essensial yang diperoleh
tanaman dari tanah, yaitu nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), mangan (Mn),
besi (Fe), belerang (S), tembaga (Cu), seng (Zn), boron
5
(B), molybdenum (Mo), dan klor (Cl). Dua dari mereka,
kalsium dan magnesium diberikan ke dalam tanah sebagai
kapur, terutama di daerah yang kekurangan unsur itu.
Tetapi dari 13 unsur tersebut, nitrogen, fosfor, dan
kalium serta Ca yang pengaruhnya paling besar pada
tanaman (Soepardi, 1983).
Aplikasi penggunaan pupuk dilakukan dengan tiga
cara, yaitu pemberian sebelum tanam, pada saat tanam dan
setelah tanam. Pemberian pupuk sebelum tanam meliputi
beberapa metode, yaitu broadcast, broadcast
incomparation, subsurface band. Aplikasi pupuk pada saat
tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu subsurface
band, seed band, dan surface band. Sedangkan aplikasi
pupuk setelah tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu
top dressing dan side dressing (Sutanto, 2002).
Sebelum melakukan penanaman, tanah yang sudah
diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsure hara di
dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman. Sebagai
pyupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis
pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan
pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).
6
2.2.1. Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2)
di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan
sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh
jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya
yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4
+
kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein
(Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam
tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan
humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral
lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan
senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung
digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses
terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah
nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah
yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan
proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan
nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya
lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada
ion nitrat (Jumin, 1992).
7
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung
adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen
pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun
yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan
Marsono, 2000).
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan
proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan
pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein
menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan
karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan
lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan
nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut
daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan
adalah urea (CO(NH2)2). Urea dibuat dari gas amoniak dan
gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan
pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan
Marsono, 2002).
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah
menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah
mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea
mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan
Marsono, 2002).
8
Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang
memiliki daun yang amat peka. Untuk itu, semprotkan urea
dengan bentuk tetesan yang besar. Berdasarkan bentuk
fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea
prill dan urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea berperan dalam pertumbuhan bagian vegetatif
tanaman. Pemberian pupuk urea dalam suatu lahan sebelum
penanaman adalah sekitar 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani,
1991).
2.2.2. Phosphor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk
memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan,
pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau,
dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik,
yang terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992).
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat
primer, H2PO4. menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion
yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-
tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-
7. kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah
memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar
karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali
9
penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42-
(Poerwowidodo, 1992).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman
adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini
misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat.
Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik,
yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini
terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan
organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim,
dkk.,1986).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan
oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH
tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor akan
bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi
ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang
sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan
oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor
akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk
kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa
memperhatikan pH tanah, pemupukan phospor tidak akan
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor
dapat berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan
10
pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan
pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan
akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut,
kekuatan batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit
tertentu.
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat
menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil),
daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung
daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol
jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil
(Hardjowigeno, 1993).
2.2.3. Kalium (K)
Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk
kalium dalam tanah digolongkan atas dasar ketersediaannya
menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak
tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa
yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah
feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyani
(1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis
mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi
serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan.
Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan
dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang
11
bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi
tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah
dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4,
KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran
massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari
permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).
Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan
juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan
pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah
karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman,
ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat.
Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral
pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan
kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal,
yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium
oleh air, dan erosi tanah (Novizan, 2002).
Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium
secara fisiologis adalah metabolisme karbohidrat, yakni
pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme
nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur
kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam
organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai
enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan
12
meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal
yang berhubungan dengan air.
Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya,
karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih
muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung, gejalanya daun
terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir
dan di ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok.
Daun mengerut (Keriting) dimulai dari daun tua. Pada
buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah
tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).
2.2.4. Belerang (S)
Belerang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
sedikit. Akan tetapi kekurangan belerang juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga
dan Marsono, 2000).
Gejala tanaman yang kekurangan belerang umumnya
tampak pada seluruh daun muda yang berubah menjadi hijau
muda, kadang-kadang tampak tidak merata, sedikit
mengkilat agak keputihan, lantas berubah menjadi kuning-
kuning hijau. Jeleknya lagi, tanaman akan tumbuh
terlambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus (Lingga
dan Marsono, 2000).
13
II.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Iklim
Jagung (Zea mays L.) sangat cocok ditanam di
daerah yang sejuk dan cukup dingin. Tanaman ini tumbuh
baik mulai dari 50o LU sampai 40o LS dengan ketinggian
3000 dpl. Faktor-faktor iklim yang paling mempengaruhi
peretumbuhan tanaman adalah curah hujan dan suhu. Secara
umum tanaman jagung (Zea mays L.) memerlukan air sebanyak
200 – 300 mm/bulan (Palungkun dan Asiani, 1991).
Keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman
jagung (Zea mays L.) adalah 21 – 30oC. namun pada suhu
rendah sampai 16oC dan suhu tinggi sampai 35oC, jagung
(Zea mays L.) masih dapat tumbuh. Suhu optimum untuk
perkecambahan benih berkisar 21 – 27oC (Palungkun dan
Asiani, 1991).
Jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh hampir pada
semua jenis tanah, asalkan draenasenya baik serta
persediaan humus dan pupuk tercukupi. Kemasaman tanah
yang baik yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5,5 – 7,0
(Palungkun dan Asiani, 1991).
14
Tanah
Tanaman jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Tanah-tanah dengan kandungan unsur
hara tinggi, kelembaban yang optimal dan factor-faktor
eksternal, seperti curah hujan, dan temperatur yang
optimum bagi pertumbuhan tanaman dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.)
(Palungkun dan Asiani, 1991).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memberikan
kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan
jagung (Zea mays L.). Disamping itu, pengolahan tanah
juga untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan memberantas
atau mencegah pertumbuhan gulma (Palungkun dan Asiani,
1991).
Cara pengolahan untuk tanah berat, yaitu dua kali
pembajakan dan satu kali penggaruan, sedangkan untuk
tanah ringan cukup sekali pembajakan dan penggaruan.
Selanjutnya dibuat alur-alur untuk pengairan yang
lebarnya ± 30 cm dengan kedalaman 20 cm. jarak tiap-tiap
alur 100 – 120 cm (Palungkun dan Asiani, 1991).
15
Pemberian Pupuk Dasar
Sebelum dilakukan penanaman, tanah yang sudah
diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsur hara di
dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman. Sebagai
pupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis
pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan
pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, selain diberi pupuk
dasar berupa urea, TSP, dan KCl, juga diberi Furadan 3 G
untuk memberantas ulat tanah. Dosis yang digunakan
adalah 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani, 1991).
16
III. BAHAN DAN METODE
III.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Pupuk dan Pemupukan dilaksanakan di
Green House Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Berlangsung April sampai Mei,
2004.
III.2.Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah Alfisol,
air, polybag, benih jagung (Zea mays L.), dan pupuk urea.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, mistar,
timbangan, dan alat tulis menulis.
III.3. Metode Percobaan
Metode percobaan dilaksanakan dengan metode
penanaman benih di atas atau di dekat pupuk urea. Dengan
perlakuan :
1. 0 gram urea/polybag A1
2. 0,25 gram urea/polybag A2
3. 0,75 gram urea/polybag A3
4. 0,375 gram urea/polybag A4
5. 1,5 gram urea/polybag A5
17
III.4. Pelaksanaan Percobaan
III.4.1. Penyiapan Media Tanam
Mengambil tanah lapisan top soil dengan menggunakan
cangkul dan sekop.
Tanah dikeringudarakan, kemudian tanah dihomogitaskan.
Menyiapkan 5 buah polybag ukuran 5 kg, kemudian
mengisinya dengan 5 kg tanah.
Menlakukan penyiraman sampai kapasitas lapang.
III.4.2. Pemberian Pupuk
Menimbang pupum urea, untuk setiap polybag masing-
masing 0,25 gr, 0,375 gr, 0,75 gr, dan 1,5 gr.
Menaburkan pupuk ke atas tanah pada setiap polybag
sesuai dengan dosisnya maing-masing.
III.4.3. Penanaman
Menyiapkan benih jagung (Zea mays L.), kemudian
merendam benih sehari sebelum penanaman.
Meletakkan benih di atas atau di dekat pupuk di
dalam polybag masing-masing sebanyak 5 benih.
III.4.4. Pemeliharaan
18
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram
tanaman setiap hari dan mencabut gulma.
III.4.5. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman (cm).
2. Jumlah daun (helai)
3. Kenampakan morfologis tanaman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tinggi Tanaman (Cm)
Gambar 1. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Perlakuan.
IV.1.2. Jumlah Daun (Helai)
Gambar 1. Diagram Rata-rata Jumlah Daun (Helai) Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Perlakuan.
IV.1.3. Kenampakan Morfologis
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penampakan Morfologis Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Perlakuan.
20
PerlakuanPenampakan Morfologis
Minggu I Minggu II Minggu IIIA1
(Kontrol)
A2(0,25 g)
A3(0,375 g)
A4(0,75 g)
A5(1,5 g)
Ujung daun menguning
Terdapat Bercak kuning pada daun
Ujung daun mongering
Ujung daun mongering dan tanaman kerdil
Pertumbuhan tanaman kerdil dan ujung daun mengering
Bercak-bercak kuning pada daun dan ujung daun mnegering
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Ujung daun mongering dan menguning, tanaman kerdil
Bercak-bercak kuning pada daun dan ujung daun mnegering
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Pinggir daun menguning terdapat bercak-bercak kuning dan warna merah ungu pada tulang daun
Ujung daun mongering dan menguning, tanaman kerdil
Sumber : Hasil Pengamatan Di Lapangan, 2004.
21
V.
22