refrat glumerulonefritis pa
DESCRIPTION
refratTRANSCRIPT
![Page 1: Refrat Glumerulonefritis PA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf913f550346f57b8beb45/html5/thumbnails/1.jpg)
Definisi :
Glomerulonefritis kronik adalah suatu gejala yang menggambarkan penyakit peradangan
pada glomerulos tahap akhir, yang ditandai dengan kerusakan glomerulos secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang perkembangannya perlahan – lahan dan membahayakan
serta berlangsung lama (10 – 30 tahun). Peradangan lama di sel-sel glomerulus. Kelainan ini
dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan.
Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus
subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein dalam urin)
ringan (Muttaqin, 2011).
Etiologi :
Menurut Muttaqin (2011), Penyebab dari Glomerulo nefritis Kronis yaitu :
1. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus beta hemoliticus
group A).
2. Keracunan.
3. Diabetes Melitus.
4. Trombosis vena renalis.
5. Hipertensi Kronis.
6. Penyakit kolagen.
7. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada stadium lanjut.
Penyebab paling sering adalah diabetes melitus dan hipertensi kronis. Kedua penyakit ini
berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan berulang. Hasil akhir dari peradangan
tersebut adalah pembentukan jaringan parut dan menuruunnya fungsi glomerulus. Kerusakan
glomerulus sering diikuti oleh atrifu tubulus. Para pengidap glomerulonefritis kronis yang
disertai diabetes atau yang mungkin mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis fungsi
ginjal jangka panjang yang kurang baik. Glomerulonefritis kronis juga dapat menyertai lupus
eritematosus sistemik sekunder (Muttaqin, 2011).
Patogenesis :
Tidak diketahui namun terjadi perubahan pada parenkim ginjal berhubungan dengan
hipertensi infeksi intermitan atau sering kambuh pada parenkim. Tampilannya jaringan ginjal
![Page 2: Refrat Glumerulonefritis PA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf913f550346f57b8beb45/html5/thumbnails/2.jpg)
atrofi dan fungsi masa nefron menurun secara bermakna, parenkim cortex tipis tetapi calculus
dan pelvis normal, pada biopsi atrofi tahap akhir menunjukan hyalinisasi glomerulus, tubulus
berkurang, fibrosis intersititium, pada pemeriksaan mikroskopik terdapat efek – efek sisa
endapan immune kompleks (Wiguno, 2009).
Adanya periode laten antara infeksi streptokok dengan gambaran klinis dari kerusakan
glomerulus menunjukan bahwa proses imunologi memegang peranan penting dalam patogenesis
glomerulonefritis. Glomerulonefritis akut pasca streptokok merupakan salah satu contoh dari
penyakit komplek imun (Wiguno, 2009).
Pada penyakit komplek imun, antibodi dari tubuh (host) akan bereaksi dengan antigen-
antigen yang beredar dalam darah (circulating antigen) dan komplemen untuk membentuk
circulating immunne complexes. Untuk pembentukkan circulating immunne complexes ini
diperlukan antigen dan antibodi dengan perbandingan 20 : 1. Jadi antigen harus lebih banyak
atau antibodi lebih sedikit. Antigen yang beredar dalam darah (circulating antigen), bukan
berasal dari glomerulus seperti pada penyakit anti GBM, tetapi bersifat heterolog baik eksogen
maupun endogen. Kompleks imune yang beredar dalam darah dalam jumlah banyak dan waktu
yang singkat menempel/melekat pada kapiler-kapiler glomeruli dan terjadi proses kerusakan
mekanis melalui aktivasi sistem komplemen, reaksi peradangan dan mikrokoagulasi (Wiguno,
2009).
Terapi lama :
Glomerulonefritis kronis merupakan proses perjalanan infeksi yang semakin lama
semakin memburuk. Namun jika dilakukan pengobatan dengan pemutusan perjalanan infeksi
penyakit, maka perjalanan penyakit akan berakhir. Karena penyakit ini hasil dari infeksi maka
pengobatan dapat diberikan antibiotic yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab infeksi.
Serta pemberian obat diuretic untuk mengatasi keluhan edem, pemberian obat anti hipertensi
dan obat simptomatik lainnya. Selain itu pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan
elektrolit serta pengobatan untuk aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien (Wirya,
2002).
![Page 3: Refrat Glumerulonefritis PA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf913f550346f57b8beb45/html5/thumbnails/3.jpg)
Terapi baru :
Karena telah terjadi insufisiensi ginjal pada glomerulonefritis kronik, dapat terjadi
perjalanan penyakit kearah yang lebih buruk yaitu gagal ginjal sehingga perlu dilakukan
hemodialisa ketika sudah timbul gejala menuju penyakit gagal ginjal untuk memperpanjang
harapan hidup penderita. Jika perjalanan semakin memburuk maka dapat dilakukan dialysis
peritoneum dan transplantasi ginjal (Wirya, 2002).
Muttaqin, Arif. Sari, kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wiguno, P., et al. 2009. Glomerulonefritis dalam : Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Wirya, Wila. 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.