refrat az

22
REFERAT GANGGUAN MENTAL ORGANIK “DELIRIUM” Rahmad AZ 70 2010 027 Pembimbing: Dr. Latifah, Sp.KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2014 1

Upload: triee-ayiie-minniy

Post on 04-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: refrat az

REFERAT

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

“DELIRIUM”

Rahmad AZ

70 2010 027

Pembimbing:

Dr. Latifah, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2014

1

Page 2: refrat az

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan Mental Organik—Delirium”, sebagai salah satu tugas di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit dr. Ernaldi Bahar Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa referat ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan pertimbangan perbaikan di masa mendatang.

Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, baik diberikan secara lisan maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat kepada dr. Latifah, Sp.KJ yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan referat ini.

Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiiin.

Palembang, Agustus 2014

Penulis

2

Page 3: refrat az

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 2

Daftar Isi ........................................................................................................ 3

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..................................................................... 4

BAB II Tinjauan Pustaka

II.1 Definisi................................................................................. 7

II.2 Epidemiologi........................................................................ 8

II.3 Etiologi................................................................................. 9

II.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis........................................... 10

II.5 Diagnosis Banding............................................................... 15

II.6 Pengobatan........................................................................... 15

BAB III Kesimpulan................................................................................... 16

Daftar Pustaka ......................................................................................... 17

3

Page 4: refrat az

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam revisi teks Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV-TR), tiga kelompok gangguan—delirium, demensia dan gangguan amnesik—ditandai oleh gejala primer yang lazim pada semua gangguan tersebut; hendaya kognisi (contohnya memori, bahasa atau atensi). Meski DSM-IV-TR mengakui bahwa gangguan psikiatri lain dapat menunjukkan gejala hendaya kognisi dalam derajat tertentu, hendaya kognitif merupakan gejala cardinal pada delirium, demensia dan gangguan amnesik. Dalam tiap kategori berikut DSM-IV-TR membatasi tipe yang spesifik seperti pada table 1.1. Dari tiga kategori gangguan kognitif tersebut, DSM-IV-TR menggolongkan gangguan kognitif yang tak terinci untuk memungkinkan diagnosis gangguan kognitif yang tidak memenuhi kriteria delirium, demensia dan gangguan amnesik.1

Kemampuan kognitif meliputi memori, bahasa, orientasi, penilaian, hubungan interpersonal, melakukan tindakan, dan kemampuan memecahkan masalah. Namun, kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi lima domain, yaitu memori, bahasa, visuospasial, atensi, dan fungsi eksekutif. Gangguan kognitif terjadi jika terdapat salah satu atau lebih dari domain tersebut. Gangguan kognitif berkaitan secara kompleks dengan bagian neurologi, obat-obatan, dan psikiatri dalam kondisi medis atau kondisi neurologikal yang mendahului terjadinya gangguan kognitif yang akhirnya muncul dan berasosiasi dengan gejala-gejala perilaku.2

Dahulu, kondisi tersebut diklasifikasikan di bawah tajuk Gangguan Mental Organik. Sebelumnya, gangguan mental organic didefinisikan sebagai gangguan yang memiliki kondisi patologi yang dapat diidentifikasikan, seperti tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat. Gangguan otak yang tidak disertai dasar organic yang dapat diterima secara umum (seperti depresi) disebut Gangguan Fungsional. Secara historis, bidang neurologi selalu dikaitkan dengan penanganan gangguan fungsional. Pembedaan antara gangguan organik dan fungsional selama berabad-abad ini sudah ketinggalan jaman dan telah dihapus dari nomenklatur. Satu-satunya simpulan tak bias yang dapat diambil dari pemeriksaan dari data yang tersedia adalah bahwa setiap gangguan psikiatri memiliki komponen organic (tepatnya biologis). Akibat pengkajian ulang data ini,

4

Page 5: refrat az

konsep gangguan fungsional dianggap menyesatkan dan baik istilah fungsional maupun lawan historisnya, organik, tidak lagi digunakan dalam DSM-IV-TR.1

Tabel 1.1. Cognitive Disorders DSM-IV-TR

Dalam Campbell’s Psuchiatric Dictionary edisi ketujuh, neuropsikiatri menekankan struktur somatic yang mendasari operasi mental dan emosi, juga mengurusi penyerta psikopatologik disfungsi otak seperti yang dapat dilihat pada gangguan kejang.1

Dalam Panduan Penegakan Diagnostik Gangguan Jiwa edisi ketiga (PPDGJ-III), gangguan mental organik dikelompokkan menjadi delirium, demensia, gangguan amnesik, gangguan mood akibat kondisi medis umum, dan lain-lain.3 Dalam karya ilmiah ini, saya akan membahas tentang delirium.

5

Page 6: refrat az

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Delirium adalam suatu sindrom, bukan suatu penyakit dan memiliki banyak kausa, yang semuanya mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan dengan tingkat kesadaran dan kemampuan kognitif. Sebagian besar kausa dari delirium muncul dari luar sistem syaraf pusat, contohnya pada gagal ginjal atau hati. Delirium merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan jarang didiagnosis. Sindrom ini memiliki nama lain (tabel 2.1) yang bervariasi, contohnya keadaan kebingungan akut, sindrom otak akut, ensefalopati metabolik, psikosis toksik dan gagal otak akut.1

Tabel 2.1 Nama lain Delirium

Menurut Jose pada tahun 2008, delirium adalah suatu keadaan akut atau sub akut sindrom mental organik yang ditandai dengan gangguan kesadaran, gangguan kognitif secara global, disorientasi, gangguan perkembangan preseptual, atensi yang terganggu, penuruan atau peningkatan aktivitas psikomotor, gangguan siklus tidur, dan penampilan yang fluktuasi (seperti waxing dan waning).5

6

Page 7: refrat az

II.2 Epidemiologi

Menurut DSM-IV-TR, prevalensi delirium pada satu titik waktu populasi umum adalah 0,4% untuk orang berusia 18 tahun ke atas, dan 1,1% pada usia 55 tahun ke atas. Sekitar 10-30% pasien yang sakit secara medis dan dirawat di rumah sakit mengalami delirium. Hampir 30% pasien di unit gawat perawatan intensif bedah dan unit perawatan intensif jantung serta 40-50% pasien dalam penyembuhan fraktur panggul mengalami satu episode delirium. Angka delirium tertinggi dijumpai pada pasien pasca kardiotomi yang pada beberapa penilitian mencapai lebih dari 90%. Diperkirakan 20% pasien luka bakar berat dan 30-40% pasien AIDS mengalami episode delirium saat dirawat. Delirium timbul pada 80% pasien yang mengalami stadium penyakit terminal. Kausa delirium pascaoperasi meliputi stress pembedahan, nyeri pascaoperasi, insomnia, pengobatan nyeri, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi, demam dan kehilangan darah.1

Usia lanjut adalah faktor resiko utama timbulnya delirium. Sekitar 30-40% pasien rawat inap yang berusia di atas 65 tahun mengalami satu episode delirium dan 10-15% lansia lainnya mengalami delirium saat masuk rumah sakit. 60% penghuni panti jompo yang berusia di atas 75 tahun mengalami episode delirium berulang. Faktor predisposisi lain timbulnya delirium adalah usia muda (anak), kerusakan otak yang telah ada sebelumnya, riwayat delirium, ketergantungan alkohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi. Jenis kelamin merupakan faktor independen untuk delirium menurut DSM-IV-TR.1

Tabel 2.2 Perbandingan insiden gangguan psikiatri pada populasi umum dengan sindroma delirium pada pasien yang sakit.

7

Page 8: refrat az

II.3 Etiologi

Kausa utama delirium adalah penyakit susunan syaraf pusat, penyakit sistemik, serta intoksikasi atau putus obat dari zat farmakologis maupun toksik.1

Faktor resiko delirium antara lain, yaitu:

a. Usia (>75 tahun)b. Dasar fungsi kognitifc. Jenis kelamind. Gangguan sensorise. Penggunaan selang intravena, kateter dan keterbatasan pergerakan fisikf. Sakit berat (seperti infeksi, fraktur panggul, dan lain-lain)g. Gangguan metabolikh. Peningkatan kadar kortisol serumi. Gangguan sistem syaraf pusatj. Traumak. Subtansi luar (obat-obatan)

8

Page 9: refrat az

l. Kurang tidurm. Terlalu banyak tidurn. Nyeri5

II.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis

DSM-IV-TR memberikan kriteria diagnosis untuk delirium seperti yang terdapat pada tabel 2.3. Ada beberapa instrument yang digunakan untuk menegakkan diagnosis delirium seperti pada tabel 2.4. DSM-IV-TR memberikan criteria yang berbeda untuk delirium akibat kondisi medis umum (tabel 2.5), delirium pada intoksikasi obat (tabel 2.6), delirium akibat putus zat (tabel 2.7), delirium akibat etiologi multipel (tabel 2.8) dan delirium yang tak tergolongkan (tabel 2.9). 2,5

Tabel 2.3 Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk delirium

Tabel 2.4 Instrumen untuk penegakan diagnosis delirium

9

Page 10: refrat az

Tabel 2.5 Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk delirium akibat kondisi medik umum

10

Page 11: refrat az

Tabel 2.6 Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk delirium pada intoksikasi zat

11

Page 12: refrat az

Tabel 2.7 Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk delirium pada putus zat

Tabel 2.8 Kriteria diagnosis untuk delirium akibat etiologi multipel

12

Page 13: refrat az

Tabel 2.9 Kriteria diagnosis untuk delirium yang tak tergolongkan

II.5 Diagnosis Banding

13

Page 14: refrat az

Delirium merupakan suatu sindrom gangguan kognitif, maka diagnosis banding delirium adalah gangguan yang menyebabkan fungsi kognitif terganggu. Demesia mencakup hendaya kognitif namun dari gambaran klinis awitan demensia berlangsung secara perlahan dan awit delirium berlangsung secara cepat dan mendadak. Demensia dapat bertumpang tindih dengan delirium karena beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya demensia dan delirium secara bersamaan kondisi ini dikenal dengan demensia berkabut.1,2,5

Delirium juga harus dibedakan dengan skizofrenia dan depresi. Pasien mungkin menunjukkan perilaku yang sangat kacau dan gangguan psikotik. Namun, umumnya halusinasi dan waham pada skizofrenia lebih konstan dan teratur dibandingkan delirium. 1,2,5

II.6 Pengobatan

Pengobatan delirium adalah mendasari penyebab yang mendasarinya. Pengobatan lain juga diberikan seperti memberikan dukungan fisik, sensorik dan lingkungan. Namun, dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Untuk psikosis, obat pilihan adalah Haloperidol, yaitu obat anti psikotik golongan butirofenon. Dosis awal berkisar dari 2-10mg tergantung dari usia, berat badan dan kondisi fisik pasien. Diberikan secara injeksi intramuscular, diulang dalam satu jambila pasien masih teragitasi. Setelah pasien tenang, pemberian obat oral dalam konsentrat cair atau tablet harus dimulai. Dua dosis oral perhari biasanya mencukupi dengan duapertiga dosis diberikan sebelum tidur. Dosis oral biasanya dinaikkan hingga 1,5 kali dari dosis parenteral untuk mencapai dosis terapeutik.1,2,4,5,6

Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine yang memiliki waktu paruh pendek. Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang dan barbiturate sebaiknya dihindar kecuali bila digunakan untuk pengobatan penyakit yang mendasari. Elektrokonvulsif (ECT) jarang disarankan meski terdapat laporan kasus perbaikan keadaan delirium akibat penyakit medis yang menetap.1,2,4,5,6

BAB III

14

Page 15: refrat az

KESIMPULAN

Istilah gangguan mental organik menurut DSM-IV-TR sudah tidak dipakai lagi. Tiga kelompok besar dari gangguan mental dan kognitif adalah delirium, demensia dan gangguan amnestik. Selain dari tiga kelompok besar ini terdapat gangguan kognitif dan mental lainnya akibat kondisi medis umum.

Etiologi dari delirium adalah multifaktorial. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan delirium bertumpang tindih dengan demensia karena beberapa faktor delirium juga merupakan faktor dari demensia. Keadaan ini biasanya disebut dengan demensia berkabut. Pembagian klasifikasi delirium dibagi berdasarkan penyebabnya. Hal ini dikarenakan hendaya kognitif dan onset jangka pendek yang merupakan gejala dasar delirium.

Pengobatan delirium utamanya adalah mengobati penyakit yang mendasari. Namun, dua gejala yang mungkin memerlukan pengobatan adalah gejala psikotik dan insomnia. Gejala psikotik diberikan obat anti-psikotik dan insomnia diberikan obat anti-anxietas.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: refrat az

1. Saddock, Benjamin J dan Saddock, Virginia. 2012. Kaplan & Saddock Buku Ajar Psikiatri Klinik edisi 2. EGC. Jakarta.

2. Saddock, Benjamin James and Saddock, Virginia Alcott. 2007. Kaplan & Saddock’s Synopsis of Psychiatry: Behaviour science/Clinical Psychiatry, 10th edition. Lippincott Williams and Wilkins. New York.

3. Maslim R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Jakarta

4. Maslim R. 2000. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik edisi ketiga. PT Nuh Jaya. Jakarta.

5. Manaldo JR. 2008. Delirium in Acute Care Setting: Characteristic, Diagnostic and Treatment. Critical Care Clinic p.657-772.

6. Katzung. 2006. Farmakologi Dasar. EGC. Jakarta.

16