refrat
TRANSCRIPT
REFERAT
Manajemen Farmakologi pada Gangguan Bipolar : Sebuah Ulasan
Disusun oleh :
Digdo Aji Raharjo G9911112052
Fahmi Wahyu Rakhmanda G9911112068
Cahyaning Gusti Agriani G9911112034
Sinta Prastiana Dewi G0007157
Pembimbing :
dr. IGB. Indro Nugroho, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
Latar Belakang
Gangguan bipolar adalah gangguan neuropsikiatri kronis berulang.
Manajemen penyakit pada fase yang berbeda memerlukan obat-obatan kombinasi
berbeda dan strategi pengobatan lainnya.
Tujuan
Untuk menemukan bukti terkini dalam pengelolaan gangguan bipolar.
Metode
Dalam MEDLINE, Cochrane database of systematic reviews and the
Database of Abstracts of Reviews of Effects (DARE) dipaparkan ulasan sistematik dan
meta-analisis antara tahun 1995 dan 2010. Artikel asli terkait randomized controlled
trial (RCT) juga dilibatkan.
Hasil dan kesimpulan
Untuk pengobatan manik akut, litium, valproat, dan karbamazepine bersifat
lebih efektif dibandingkan plasebo, tetapi tidak memiliki keunggulan atas
antipsikotik.
Terdapat bukti dari RCT bahwa antipsikotik generasi kedua (SGA) lebih efektif
dibandingkan plasebo. Haloperidol mungkin lebih efektif dari SGA dalam
pengobatan manik akut. Kombinasi mood stabilizer dan antipsikotik lebih efektif
dibandingkan monoterapi mood stabilizer.
Dalam pengobatan depresi bipolar akut, saat ini belum ada bukti yang
memadai untuk mendukung penggunaan lithium sebagai monoterapi. Pengobatan
yang paling efektif adalah kombinasi satu mood stabilizer dan satu antidepresan yang
juga meminimalkan bangkitan manik. FDA telah menyetujui kombinasi olanzapine-
floxetine dan monoterapi quetiapin. Lamotrigin juga efektif dalam pengobatan
depresi bipolar akut.
Lithium, valproate dan carbamazepine bersifat efektif untuk profilaksis. Sementara
lamotrigin lebih efektif pada pencegahan episode depresi. Lithium lebih efektif
mencegah manik daripada episode depresi. Bukti kemanjuran antipsikotik sebagai
profilaksis masih terbatas.
Pendahuluan
Konsep nosologikal pada gangguan bipolar saat ini dapat ditelusuri kembali
dari Falret pada abad ke-19 dan Kraeplin pada awal abad 20 (1). Lebih dari seratus
tahun kemudian, gangguan bipolar masih dianggap sebagai penyakit mental serius
yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas secara signifikan. Gangguan
bipolar adalah gangguan neuropsikiatri kronis berulang. Manajemen pada fase yang
berbeda dari penyakit memerlukan kombinasi obat-obatan yang berbeda dan strategi
pengobatan lainnya. Ini mungkin merupakan gangguan psikiatri yang paling sulit
untuk diobati dan hasilnya tergantung kepada keterampilan pengobatan dari dokter.
Namun sayangnya, dasar bukti mengenai penatalaksanaan yang diberikan masih
kurang memuaskan. Terdapat konsensus tentang pengelolaan gangguan bipolar.
Ulasan ini mencoba untuk mengevaluasi bukti-bukti terkini mengenai manajemen
farmakologi gangguan bipolar.
Metode
Dalam MEDLINE, Cochrane database of systematic reviews and the
Database of Abstracts of Reviews of Effects (DARE) dipaparkan ulasan sistematis dan
meta-analisis tentang pengelolaan gangguan bipolar antara tahun 1995 dan 2010.
Kami juga mengakses artikel randomized controlled trials (RCT) asli yang relevan.
Tinjauan ini didasarkan pada bukti yang telah ada, sebagian besar bukti didapat dari
RCT dan sintesis data dari percobaan metaanalisis dan ulasan sistematik.
Hasil
Terapi Manik Akut
Manik dan hipomanik adalah kondisi klinis yang memiliki karakteristik
khusus untuk membedakan gangguan bipolar dari gangguan mood berulang lainnya.
Karena terdapat risiko terkait dengan aktivitas berlebihan, agitasi, rasa malu, dan
impaired judgement, mania dianggap sebagai kedaruratan psikiatri. Oleh karena itu,
pengobatan ditujukan untuk mengendalikan gejala dan memulihkan kondisi dari fase
manik secara cepat sehingga meminimalkan dampak sosial dari penyakit.
Lithium, antikonvulsan dan antipsikotik digunakan dalam pengobatan manik,
sementara benzodiazepin dianggap sebagai pengobatan tambahan yang penting. Kami
akan mempertimbangkan bukti-bukti untuk efektivitas setiap jenis obat. Pada manik,
penurunan 50% gejala dalam Young Mania Rating Scale (YMRS) merupakan respon
klinis pada sebagian besar RCT.
Litium
John Cade adalah orang pertama yang menggambarkan kemanjuran lithium
dalam mengobati mania. Sejauh ini, terdapat 29 studi yang telah mengevaluasi
kemanjuran antimanik dari lithium (2). Bowden et al membandingkan lithium
terhadap plasebo dalam dua studi acak terkontrol plasebo dan menunjukkan bahwa
tingkat respon adalah sekitar 49 % untuk lithium dan 25% untuk plasebo (3,4). Empat
studi terbaru di mana lithium digunakan sebagai obat pembanding menunjukkan
bahwa lithium lebih unggul dibanding plasebo. Akan tetapi, penelitian ini belum
dipublikasikan (2). Lithium telah dibandingkan dengan klorpromazin atau haloperidol
dalam 11 studi, olanzapine dalam satu studi, risperidone dalam satu studi dan
carbamazepine dalam lima studi (2,5,6). Sebuah ulasan sistematik menunjukkan
bahwa dibandingkan klorpromazin, lithium mampu meningkatkan proporsi pasien
yang memiliki remisi gejala manik dalam tiga minggu. Tidak ada perbedaan gejala
signifikan pada pasien yang diobati dengan litium maupun haloperidol, olanzapine,
valproate, atau clonazepam selama tiga sampai enam minggu. Lithium kurang efektif
dibandingkan risperidone dalam mengurangi gejala manik selama empat minggu (7).
Sebuah ulasan Cochrane, tiga RCT membandingkan lithium dan valproate, tidak
ditemukan perbedaan signifikan dalam respon klinis antara valproate dan lithium (8).
Antikonvulsan
Kemanjuran valproate atas plasebo dilaporkan untuk pertama kali pada tahun
1991 (9). Sebuah ulasan Cochrane tentang valproate untuk episode mood akut pada
gangguan bipolar dilaporkan pada 10 RCT yang membandingkan valproate dengan
intervensi lain (8). Pada tiga percobaan membandingkan valproate dengan plasebo,
ditemukan bahwa valproate bersifat lebih manjur. Pada tiga penelitian yang
membandingkan valproate dan lithium, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.
Respon baik untuk valproate dikaitkan dengan skor depresi pra-terapi yang tinggi,
menunjukkan bahwa pengobatan dengan valproate saja sangat efektif pada pasien
manik dengan status afek campuran (1). Valproate memiliki onset lebih cepat
dibandingkan dengan lithium, terapi luas valproat memungkinkan memuat strategi
pengobatan (9). Pada sebuah RCT, tidak ditemukan perbedaan antara valproate dan
carbamazepine. Pada dua RCT, ditemukan bahwa valproate kurang efektif
dibandingkan olanzapine (8). Studi plasebo tidak terkontrol telah menunjukkan
bahwa valproate sama efektifnya dengan haloperidol (1).
Valproate telah direkomendasikan sebagai pilihan utama pada pasien dengan
riwayat serangan lebih dari delapan kali atau pada pasien dengan serangan lebih dari
empat kali episode depresif (9). Hal ini juga menunjukkan bahwa valproate efektif
dalam mengobati pasien dengan rapid cycling manic (1).
Pada studi terkini, karbamazepin lebih efektif digunakan pada manik akut
(10). Pada dua percobaan besar selama tiga minggu dengan double-blind, terkontrol
plasebo, dan uji coba secara acak, ditemukan penggunaan monoterapi karbamazepin
yang diperpanjang lebih efektif daripada plasebo dalam pengobatan manik akut pada
pasien dengan gangguan bipolar 1 (11). Pada dua RCT, ditemukan bahwa
karbamazepin sama efektifnya dengan lithium (12,13).
Beberapa RCT yang menggunakan antikonvulsan lainnya yaitu lamotrigin,
topiramate, dan gabapentin pada pengobatan manik akut, belum menunjukkan hasil
yang lebih unggul daripada plasebo (10).
Antipsikotik
Sebuah meta-analisis dari antipsikotik generasi kedua (SGA) untuk
pengobatan manik akut dilaporkan pada 24 RCT (14). Dua belas percobaan
membandingkan efek aripiprazole, olanzapine, quetiapine, risperidone dan
ziprasidone dengan plasebo dalam pengobatan manik akut. Semua antipsikotik
generasi kedua lebih superior secara signifikan dibandingkan plasebo dalam
mengobati gejala manik akut (14). Seumlah RCT menunjukkan keunggulan SGA atas
plasebo yaitu dua untuk olanzapine, tiga untuk risperidone, dua untuk quetiapine, dua
untuk ziprasidone dan tiga untuk aripiprazole (9,14-16).
Beberapa penelitian telah membandingkan kemanjuran SGA dengan obat-
obatan lainnya. Satu RCT menunjukkan bahwa quetiapine sampai 800 mg / hari lebih
unggul daripada plasebo (53,3% vs 27,4%) namun lebih rendah daripada lithium.
Dalam percobaan lain, dosis haloperidol hingga 8 mg / hari lebih unggul dari
quetiapine dengan dosis hingga 800 mg / hari pada minggu ke-3 tapi tidak pada
minggu ke-12. Pada sebuah studi, ziprasidone yang juga memiliki sebuah haloperidol
arm, menunjukkan keunggulan yang signifikan dari ziprasidone atas plasebo tetapi
kemanjurannya lebih rendah dibandingkan haloperidol (sampai 30 mg / hari) pada
minggu ke-3 dan minggu ke-12 (17).
SGA tidak menunjukkan keunggulan dalam mengatasi gejala manik
dibandingkan dengan haloperidol (14). Hasil untuk SGA untuk tiap individu
beragam. Olanzapine dan quetiapine kurang efektif mengurangi gejala manik
dibandingkan haloperidol (18). Aripiprazole kurang efektif pada kasus-kasus dengan
angka putus obat yang tinggi, tetapi kriteria keefektifan seperti angka putus obat
global ataupun putus obat yang dikarenakan munculnya efek samping lebih banyak
dibandingkan dengan haloperidol (14,19).
Clozapine belum diteliti secara luas berkaitan dengan efektivitasnya pada
gangguan bipolar. Tidak ada RCT tetapi sedikit sampel, studi open-label
menunjukkan bahwa clozapine mungkin efektif dalam pengobatan manik akut (17).
Monoterapi dibandingkan co - t h erap y
Ulasan sistematis dari delapan percobaan acak telah menemukan bahwa
pengobatan ajuvan dengan quetiapine, haloperidol, risperidone atau olanzapine
berkaitan dengan pengurangan signifikan skor YMRS dibandingkan dengan
monoterapi mood stabilizer (20).
Terapi kombinasi dengan olanzapine, valproate, atau lithium lebih efektif
daripada pengobatan dengan mood stabilizer tunggal (21). Pengobatan dengan
lithium atau divalproate dan quetiapine dalam sebuah RCT dan risperidone dalam dua
RCT menemukan bahwa co-therapy lebih unggul daripada mood stabilizer tunggal
(22-24). Pada sebuah studi juga ditemukan bahwa kombinasi haloperidol dan mood
stabilizer lebih efektif daripada mood stabilizer tunggal.
B enzodiazepin
Clonazepam dan lorazepam digunakan dalam pengobatan manik akut, akan
tetapi hasil uji cobanya masih membingungkan. Sebuah metaanalisis menunjukkan
clonazepam efektif dan aman dalam pengobatan mania akut (25). Hasilnya tetap tidak
meyakinkan untuk lorazepam. Menurut peringkat pengobatan, haloperidol adalah
obat yang paling efektif, diikuti oleh clonazepam, lorazepam dan lithium (25).
Penanganan Depresi Bipolar Akut
Depresi bipolar lebih sukar disembuhkan dibandingkan depresi unipolar dan
pengobatan depresi bipolar mungkin dapat meningkatkan risiko perubahan mood
(switch in mood). Pada pasien bipolar, waktu yang dihabiskan menjadi depresi adalah
sekitar tiga kali lebih banyak daripada manik atau hipomanik (9). Mereka juga
menghabiskan cukup waktu di ambang bawah depresi (sub threshold depression) (9).
Baru-baru ini diasumsikan bahwa pengobatan unipolar dan bipolar depresi adalah
sama. Tetapi bukti terbaru menunjukkan sebaliknya. Pengobatan depresi bipolar juga
rumit karena banyak kelas obat yang digunakan.
Kami akan mempertimbangkan bukti-bukti efektivitas dari antidepresan,
stabilisator mood dan antipsikotik dalam pengobatan depresi bipolar akut. Percobaan
acak melaporkan dua ukuran hasil utama. Respon klinis didefinisikan sebagai
pengurangan 50% dalam gejala pada skala rating Montgomery-Asberg depresi
(MADRS) atau rating skala Hamilton untuk depresi (HRSD). Remisi didefinisikan
sebagai skor MADRS ≤ 12 atau HRSD skor <9. Remisi praktek klinis lebih diterima
hasil akhirnya dibandingkan pengurangan gejala.
Lithium
Tidak seperti mania, bukti untuk efektivitas lithium dalam fase depresi
terbatas. Delapan dari sembilan percobaan terkontrol, dengan total 145 pasien
ditemukan bahwa lithium lebih unggul daripada plasebo untuk akut pengobatan
depresi bipolar (26). Penelitian kecil dan kurang mendukung dan mengandung
campuran pasien bipolar dan unipolar. Sebuah RCT baru-baru ini membandingkan
quetiapine 300 mg atau 600 mg / hari dan lithium 600-1800 mg / hari dengan plasebo
ditemukan bahwa lithium tidak signifikan, lebih baik daripada plasebo dalam
mencapai respon atau remisi pada fase akut depresi bipolar (27). Salah satu
penjelasan adalah bahwa lithium memiliki onset aksi yang lambat dan durasi
percobaan 8 minggu mungkin telah cukup untuk menunjukkan dampak yang
signifikan. untuk menerima lithium atau lamotrigin, ditemukan kedua kelompok
menunjukkan perbaikan signifikan pada 16 minggu (28). Kita bisa tidak menemukan
RCT diterbitkan yang membandingkan kemanjuran lithium dengan antidepresan
generasi baru. Itu bukti saat ini cukup untuk mendukung penggunaan lithium sebagai
monoterapi dalam pengobatan akut fase depresi bipolar.
Mood stabilizer lainnya
Van Lieshout et al melakukan meta-analisis terhadap efektivitas penstabil
mood dalam pengobatan akut depresi episode (29). Ulasan ini menganalisis 12 RCT
membandingkan penstabil mood dengan plasebo. Ini termasuk lima lamotrigin, salah
satu carbamazepine, dua asam valproat, dua olanzapine dan dua RCT quetiapine
(21,30-37). Peserta dipilih secara acak untuk penstabil mood monoterapi lebih
mungkin untuk menunjukkan respon klinis dibandingkan plasebo. Hanya empat
penelitian disediakan Data remisi (21,31,32,34). Studi ini dilaporkan bahwa tingkat
remisi untuk olanzapine atau quetiapine monoterapi lebih baik daripada plasebo.
Studi label terbuka membandingkan lithium 900 mg / hari dengan lamotrigin 200
mg / hari ditemukan respon yang sebanding dan remisi tarif (28).
Antipsikotik atipik
Lima RCT telah dinilai efektivitas antipsikotik dalam mengobati fase akut
depresi bipolar (38). Ini termasuk dua uji coba dengan quetiapine, dua dengan
aripiprazole dan satu dengan olanzapine yang dinilai olanzapine monoterapi dan
olanzapine-fluoxetine kombinasi. Semua antipsikotik atipikal menunjukkan
kemanjuran signifikan dari satu minggu dan ukuran efek maksimal berada di enam
minggu (29). FDA telah menyetujui kombinasi Olanzapine-Fluoxetine dan
monoterapi quetiapine untuk pengobatan depresi bipolar akut.
Lamotrigin
Sebuah meta-analisis melaporkan bahwa lamotrigin efektif dalam pengobatan
fase depresi gangguan bipolar (39). Hal ini didasarkan pada analisis dari semua acak
percobaan terkontrol yang dilakukan oleh GlaxoSmithKline. Durasi percobaan adalah
7-10 minggu. Lamotrigin lebih unggul daripada plasebo pada individu dengan berat
gejala depresi pada randomisasi tetapi tidak pada orang dengan keparahan gejala
moderat. Satu RCT melaporkan bahwa untuk pasien yang tidak menanggapi lithium
merespon lamotrigin lebih efektif dan lebih aman daripada menambahkan plasebo
(40).
Antidepresan
Sebuah tinjauan sistematis tentang antidepresan dalam pengobatan akut
depresi bipolar dipertimbangkan 12 RCT dengan total pasien 1.088 (41). Empat RCT
dari fluoxetine, deprenyl dan tranylcypromine didapatkan antidepresan menjadi lebih
efektif daripada plasebo. Namun 75% dari pasien memakai penstabil mood
bersamaan atau antipsikotik. Dua RCT melaporkan remisi ditemukan pasien yang
diobati dengan obat antidepresi (Paroxetine, imipramine, atau fluoxetine) lebih
mungkin untuk mencapai remisi daripada mereka yang tidak mengambil
antidepresan. Dalam dua percobaan semua pasien mengambil baik lithium atau
olanzapine. Tidak ada bukti risiko peningkatan beralih untuk episode manik di
persidangan. Tinjauan tersebut dibuat pengamatan penting. Tidak ada alasan yang
kuat untuk menghindari antidepresan untuk pasien dengan bipolar depresi. Hal ini
bertentangan dengan rekomendasi dalam pedoman Asosiasi Psikiatri Amerika untuk
menggunakan lithium atau lamotrigin sebagai lini pertama pengobatan untuk depresi
bipolar. Untuk pasien yang sudah mengambil penstabil mood, menambah
antidepresan sebagai lini pertama pengobatan dianjurkan. Untuk pasien yang tidak
mengambil penstabil mood tetapi dengan riwayat mania, arus konsensus adalah
dengan menggunakan antidepresan dalam kombinasi denganagen antimanic atau
penstabil mood (41).
Pencegahan Episode Manik dan Depresi pada Pasien dengan Gangguan Bipolar
Pasien dengan gangguan bipolar memiliki risiko kekambuhan sangat tinggi dan risiko
ini menetap setelah bertahun-tahun jika pengobatan dihentikan. Hal in berakibat
buruk pada individu dan berkonstribusi pada disabilitas yang dideritapasien.
Lithium
Dalam 5 review dengan randomized control trial (RCT) dengan 770 partisipan
didapatkan data bahwa dibandingkan dengan plasebo, penggunaan lithium terbukti
lebih efektif dalam mencegah kekambuhan manik tetapi tidak begitu efektif pada
kasus depresi. Dalam penelitian-penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan
lithium mampu mengurangi risiko kekambuhan dan efektif mencegah episode manik,
tetapi efektivitasnya dalam mencegah episode depresi hanya samar-samar terlihat.
Lamotrigin
Penelitian (42) yang melibatkan 1315 kasus dengan episode manik atau depresi pada
pasien dengan gangguan bipolar 1 telah membandingkan penggunaan terapi
lamotrigin lithium dan plasebo. Pada kombinasi lamotrigin-lithium, terjadi
pemanjangan masa remisi antara kedua episode mood dibandingkan plasebo.
Lamotrigin lebih efektif melawan episode depresi, sedangkan lithium lebih berperan
efektif dalam mencegah episode manik.
Valproat
Walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa valproat efektif sebagai terapi
profilaksis. Sebuah penelitian telah membandingkan efikasi pengobatan divalproex,
lithium dan plasebo. Ternyata tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari
valproat yang digunakan pada semua episode.
Carbamazepin
Dalam penelitian (44), carbamazepin terbukti lebih efektif dibandingkan plasebo
dalam menangani serangan pada gangguan bipolar. Walaupun demikian, pada pasien
dengan riwayat manik euforia klasik, penggunaan lithium ternyata lebih bermakna.
Pada penelitian (45), lithium lebih efektif digunakan dibandingkan carbamazein pada
pasien bipolar yang sebelumnya tidak diterapi dengan mood stabilizer.
Antipsikotik atipikal
Penelitian RCT membuktikan bahwa penggunaan golongan SGAs sebagai terapi
profilaksis hanya efektif pada olanzapin (46). Penelitian (47) mnyebutkan kombinasi
terapi olanzapine-lithium maupun olanzapin-valproat tidak menunjukkan hasil
bermakna dibandingkan terapi tunggal dengan mood stabilizer. Dalam penelitian ini,
disebutkan penggunaan olanzapin sebagai terapi profilaksis sama efektifnya dengan
terapi lithium dalam mencegah kekambuhan (48). Pasien yang diterapi olanzapin
memiliki risiko lebih rendah mengalami kekambuhan episode manik dan campuran,
sedangkan pasien yang diterapi lithium risikonya lebih redah kambuh pada episode
depresi.
Rapid cyclers
Dunner dan Fieve mengemukakan bahwa pasien dengan 4 atau lebih serangan per
tahun berespon lebih rendah terhadap lithium sehingga dikenal istilah “rapid cycle”
(46). Lithium mampu mencegah terjadinya episode manik baru tetapi cenderung tidak
berefek untuk mencegah episode depresi pada pasien dengan rapid cycler.
Pada penelitian lainnya, efek profilaktik lithium terhadap pasien dengan rapid cycler
masih diobservasi lebih lanjut. Selain itu, walaupun banyak data tentang
keefektivitasan lamotrigin, pada pasien denga rapid cycler, hal ini belum dapat
dijadikan pedoman. Bukti keefektivitasan carbamazepin sebagai terapi profilaktif
pada rapid cycler hingga kini masih diperdebatkan. Satu-satunya penelitian yang
membandingkan lithium dan carbamazepin tidak menunjukkan keunggulan
carbamazepin. Terdapat bukti keefektivtasan clozapin untuk terapi profilaksis ini,
tetapi kebenaran metodologi studi ini masih dipertanyaan (46)
Farmakoterapi pada Wanita Menyusui
Penggunaan terapi farmakologi pada pasien masa laktasi belum terbukti efektif dan
aman. Review yang dilakukan oleh (43) menyebutkan 11 kasus penggunaan lithium,
35 kasus memakai valproat, dan 50 kasus dimana pasien menggunakan carbamazepin
sebagi terapi, menyarankan penggunaan carbamazepin dan valproat dibandingkan
lithium, tetapi kebenaran dan kualitas data yang termuat tidak memadahi untuk dibuat
suatu rekomendasi.
Diskusi
Tidak terdapat konsensus terkini yang diterima sebagai bukti yang cukup
untuk keefektifan terapi. World Federation of Biological Scientis mengusulkan hal
berikut sebagai bukti level satu (9). RCT menunjukkan nilai lebih pada placebo, dua
atau lebih double-blind, percobaan grup parallel bersifat adekuat. Pada sebuah RCT,
didapatkan nilai lebih maupun keberhasilan serupa pada pengobatan pembanding
yang sudah digunakan secara mapan, bukti dari sebuah percobaan bersifat adekuat.
Pada sebuah studi three-arm dengan plasebo, sebuah percobaan tunggal bersifat
adekuat layaknya bukti pada level satu (9). Pada kasus studi negatif yang ada, hal-hal
ini harus sebanding dengan setidaknya dua lagi studi positif atau pun sebuah meta-
analisis dari studi-studi yang ada.
Rekomendasi-rekomendasi ini memiliki kelemahan inheren. Yang mencolok
dari bukti keberhasilan dari terapi pada gangguan bipolar merupakan sejumlah kecil
dari RCT. Untuk obat-obatan seperti lithium, bukti yang didapatkan mencakup studi
yang dilakukan beberapa dekade yang lalu sehingga mengakibatkan hal tersebut tidak
memiliki kualitas metodologi yang cukup untuk diikutsertakan pada ulasan sistematis
maupun meta-analisis. Berdasarkan ulasan sistematik dan meta-analisis, saat ini
banyak pedoman yang merekomendasikan obat-obatan baru seperti olanzapine dan
quetiapin untuk terapi gangguan bipolar selain menggunakan obat-obatan yang lebih
lawas seperti lithium atau antidepresan trisiklik (50). Ketiadaan bukti tidak berarti
menunjukkan ketiadaan efek.
Antipsikotik tipika telah digunakan secara luas untuk menangani mania sejak
diperkenalkan selama lebih dari satu abad yang lalu, namun secara mencengangkan
hal tersebut belum pernah diteliti secara meluas. Sebagai contohnya, haloperidol tidak
pernah diketahui secara formal memiliki efek lebih baik dibandingkan dengan
plasebo pada percobaan mototerapi grup parallel pada mania (2). Untuk
chlorpromazine, terdapat hanya sejumlah kecil, plasebo pada studi terkontrol selesai
dilakukan pada 1967 dan studi pembanding acak terhadap lithium, haloperidol, dan
pimozide.
Terdapat pembatasan lain terhadap bukt-bukti terbaru. Terdapat lebih banyak
RCT yang membandingkan obat dengan plasebo dibandingkan perbandingan antar
orang dengan obat-obatan lain. Sekali kemanjuran dari obat baru ditemukan dengan
percobaan plasebo terkontrol, kita harus mengetahui apabila hal tersebut bersifal lebih
baik atau lebih buruk dibandingkan dengan terapi yang sedang dijalani saat ini.
Terdapat beberapa pembatasan terkait dengan desain percobaan. Banyak
laporan mengenai kemanjuran berdasarkan respon klinis yang mana terdapat
pengurangan sebanyak 50% gejala yang mana bukan merupakan target dari praktik
klinis. Durasi dari percobaan seringnya berkisar antara 6-9 minggu dan durasi ini
dapat tidak bersifat adekuat untuk mendapatkan remisi. Hal ini sangat penting sebagai
antidepresan yang dimaksimalkan seminggu setelah terapi pertama. Dosis yang
digunakan pada percobaan dapat lebih sedikit dibandingkan yang digunakan pada
praktik klinis. Hal ini dapat memiliki efek yang signifikan pada hasil dari percobaan
karena banyak obat ditemukan menunjukkan sebuah hubungan respon dosis.
Bias publikasi dapat mengakibatkan sejumlah kecil studi dengan hasil negatif.
Banyak RCT yang disponsori oleh perusahaan farmasi dan terdapat kekhawatiran
bahwa beberapa percobaan yang disponsori perusahaan farmasi bersifat bias.
Fountoulakis et al mengulas panduan penatalaksanaan gangguan bipolar (17).
Investigasi mengungkap bahwa panduan penatalaksanaan gangguan bipolar bervariasi
secara signifikan antar komite dan kelompok spesialis. Pada terapi mania akut,
beberapa panduan merekomendasikan monoterapi dengan sebuah mood stabilizer
atau sebuah generasi obat antipsikotik sebagai terapi lini pertama, sedangkan yang
lain merekomendasikan sebuah kombinasi mood stabilizer dan antipsikotik.
Ulasan ini meninjau bukti terbaru dari ulasan sistematis dan meta-analisis
tidak melakukan pencarian dari database untuk RCT. Oleh karena itu, terdapat
kemungkinan bahwa beberapa bukti telah terjawab. Seperti yang telah didiskusikan
sebelumnya, ulasan ini terutama menganalisis bukti dari RCT sehingga bukti dari tipe
lainnya tidak diiutsertakan. Kami juga tidak mengulas keamanan dan tingkat toleransi
dari obat, dua aspek lainnya yang perlu untuk dipertimbangkan untuk menentukan
keberhasilan terapi.
Kesimpulan
Pada terapi mania akut, lithium, valproat dan karbamazepin bersifat lebih efektif dari
plasebo tetapi obat-obatan tersebut tidak memiliki keunggulan di atas antipsikotik.
Terdapat bukti bahwa SGA lebih efektif dibandingkan plasebo. Haloperidol mungkin
bersifat lebih efektif dibandingkan SGA pada terapi mania akut. Namun kombinasi
dari sebuah antipsikotik dan sebuah mood stabilizier bersifat lebih efektif
dibandingkan monoterapi mood stabilizer itu sendiri.
Pada terapi depresi bipolar akut, bukti terkini tidak adekuat dalam menunjang
penggunaan litium sebagai monoterapi. Terapi paling efektif adalah kombinasi dari
mood stabilizer dan antidepresan yang juga meminimalkan renjatan manic. FDA telah
menyetujui kombinasi olanzapine-fluoxetine dan monoterapi quatiapine untuk terapi
depresi bipolar akut. Lamotrigine juga efektif pada terapi depresi bipolar akut.
Pada profilaksis, litium, valproat, dan karbamazepin bersifat efektif karena
lamotrigine efektif pada pencegahan episode depresif. Litium bersifat lebih efektif
pada pencegahan manik dibandingkan episode depresif. Bukti dari kemanjuran
antipsikotik pada profilaksis masih bersifat terbatas.