referat-sporotrikosis

25
Referat SPOROTRIKOSIS Pembimbing : Dr. Mahdar Johar, Sp. KK Di susun oleh : Siti Umi Kulsum, S,ked

Upload: marwi-vina

Post on 28-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Referat-sporotrikosis

Referat

SPOROTRIKOSIS

Pembimbing : Dr. Mahdar Johar, Sp. KK

Di susun oleh :Siti Umi Kulsum, S,ked

Page 2: Referat-sporotrikosis

Pendahuluan

Sporotrikosis adalah infeksi jamur akut atau kronik

yang disebabkan oleh Sporothrix schenckii.

Merupakan infeksi jamur profunda yang kronis dan

ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar getah

bening serta lesi yang berupa nodul lunak dan mudah

pecah lalu membentuk ulkus yang indolen.

Sporotrikosis memiliki sinonim sebagai rose

gardener’s disease.

Page 3: Referat-sporotrikosis

Sejarah

Sporotrikosis pertama kali ditemukan oleh Benjamin Schenck pada tahun 1898.

Di Eropa, kasus sporotrikosis pertama kali dilaporkan pada tahun 1903 dan lebih dari 200 kasus dilaporkan dalam kurun waktu 10 tahun

Page 4: Referat-sporotrikosis

EPIDEMIOLOGI

Infeksi sporotrikosis terjadi pada negar-negara beriklim sedang dan tropis.

Semua kelompok usia dapat terkena, namun lebih sering pada usia dewasa.

Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Pekerjaan yang rentan terhadap infeksi ini antara lain: pekerja di kebun, petani, pekerja bunga, buruh, pekerja pertanian, pekerja kehutanan, produsen kertas, penambang emas, pekerja laboratorium, di Uruguay, 80% kasus terjadi setelah sebuah goresan oleh armadillo.

Page 5: Referat-sporotrikosis

Adapun faktor risikonya untuk sporotrikosis kutan adalah penyakit diabetes mellitus dan alkoholism,

Sporotrikosis diseminata adalah infeksi HIV, penyakit hematologi dan limfoproliferasi, dan terapi imunosupresif.

Page 6: Referat-sporotrikosis

Penyebab: Sporothrix schenkii Klasifikasi Kingdom: Fungi Division: Ascomycota Class: Euascomycetes Order: Ophiostomatales Family: Ophiostomataceae Genus: Sporothrix Species: S. schenckii

ETIOLOGI

Page 7: Referat-sporotrikosis
Page 8: Referat-sporotrikosis

Patogenesis

Page 9: Referat-sporotrikosis

Diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:

1. Limfokutaneus

2. Fixed cutaneus

3. Disseminated

4. Ekstracutaneus

GEJALA KLINIK

Page 10: Referat-sporotrikosis

Limfokutaneus

75% dari kasus Inkubasi 1-10 minggu lesi berwarna ungu kemerahan, nekrotik,

lesi nodular kutaneus mengikuti jalur limfatik dan biasanya membentuk ulserasi

Tidak dijumpai gejala sistemik

Page 11: Referat-sporotrikosis
Page 12: Referat-sporotrikosis

Fixed cutaneous

Lesi berkembang di tempat inokulasi Predileksi: tangan, tungkai. Jari Lesi berupa nodul yang tidak nyeri yang

kemudian menjadi lunak dan pecah menjadi ulkus dengan discharge yang serous ataupun purulen

Page 13: Referat-sporotrikosis
Page 14: Referat-sporotrikosis

Disseminated

Infeksi luas Infeksi sporotrikosis visceral,

osteoartikular, meningeal, dan sporotrikosis pulmoner

Sering pada orang yang mengalami immunocompromise

Page 15: Referat-sporotrikosis
Page 16: Referat-sporotrikosis

Ekstrakutaneus

Jarang terjadi Penyebaran secara hematogen yang berasal

dari inokulasiyang dalam. Penyakit osteoartikular dengan monoartritis

atau tenosinovitis seringditemukan Sporotrikosis pulmoner terjadi pada laki-

lakidengan penyakit paru dan menyerupai tuberkulosis

Page 17: Referat-sporotrikosis

Pemeriksaan penunjang

1. Kultur diagnosis pasti

2. Tes preparat langsung : ditemukan granula sulfur.

3. Pemeriksaan  KOH 10% : tampak hifa bercabang dan bersepta.

4. Pemeriksaan histopatologik

5. Tes imunoflorosensi langsung

6. Tes sporotrikin

7. Tes darah rutin.

8. Tes serologis.

Page 18: Referat-sporotrikosis

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang khas dan pemeriksaan penunjang terutama kultur jamur.

Page 19: Referat-sporotrikosis

Skrofuloderma Ulkus tropikum Sifilis stadium II Leishmaniasis Pioderma

DIAGNOSIS BANDING

Page 20: Referat-sporotrikosis

Pengobatan pilihan: – Infeksi ringan-sedang: itraconazole 200 mg/hari– Infeksi berat: Amfoterisin B 3-5 mg/kgBB/hari

Untuk wanita hamil:– Amfoterisin B 3-5 mg/kgBB/hari

PENATALAKSANAAN

Page 21: Referat-sporotrikosis

Pasien yang tidak memberikan respon dapat diberikan itrakonazole dengan dosis yang lebih tinggi (200mg, 2 kali sehari); terbinafin 500 mg dua kali sehari;atau saturated solution of potassium iodide (SSKI) dengan dosis awal 5 tetes, tiga kali sehari dan dinaikkan sampai 40-50 tetes, tiga kali sehari.

Page 22: Referat-sporotrikosis

Umumnya baik Respon baik terhadap terapi, namun dapat terjadi

kekambuhan setelah selesai terapi. Menunjukkan sedikit kecenderungan untuk

sembuh secara spontan. Disseminated infection pada orang yang terinfeksi

HIV akan merespon buruk terhadap semua bentuk terapi.

PROGNOSIS

Page 23: Referat-sporotrikosis

Memakai sarung tangan, sepatu boot dan pakaian yang melindungi tangan dan kaki dari material yang dapat menggaruk atau melukai permukaan kulit.

PENCEGAHAN

Page 24: Referat-sporotrikosis

KESIMPULAN

Sporotrikosis infeksi subkutaneus dan sistemik

yang disebabkan oleh Sporothrix schenckii yang

merupakan jamur dimorfik yang tumbuh dengan

cepat

Penyebab jamur Sporothrix schenckii

Penegakan diagnosis Biakan jamur

Terapi Itakonazol bila infeksi ringan-sedang,

amfoterisin B jika infeksi berat

Page 25: Referat-sporotrikosis

TERIMA KASIH