referat sara epilepsi

31
E P I L E P S I Oleh : Sara Maria laras Maharkesti 1061050082 Pembimbing : Dr. Chnthia Saheta!h" S!.S #EP$%I&E'$$% ILM( PE%)$#I& S$'$* PE'IODE 21 +(LI , -0 $ (S&(S 201/ *$#(L&$S #EDO#&E'$% (%I E'SI&$S #'IS&E% I%DO%ESI$ +$#$'&$ #$&$ PE% $%&$'

Upload: asapdiatap

Post on 07-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hu

TRANSCRIPT

EPILEPSI

E P I L E P S I

Oleh :Sara Maria laras Maharkesti1061050082

Pembimbing :Dr. Chynthia Sahetaphy, Sp.S

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAFPERIODE 21 JULI 30 AGUSTUS 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAJAKARTAKATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan refarat dengan judul Epilepsi ini tepat pada waktunya.Adapun refarat ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas dari kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Saraf. Dalam menyusun refarat ini, penulis mendapat banyak bimbingan, arahan, doa dan motivasi dari banyak pihak sehingga penulis mampu melewati hambatan-hambatan yang ada. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. dr. Chyntia Sahetapy, Sp.S, selaku pembimbing dalam penulisan refarat ini.1. Seluruh staf pengajar bagian Ilmu Saraf RSU UKI yang telah memberikan banyak ilmu dalam penulisan refarat ini1. Rekan-rekan sejawat yang telah membantu dan mendukung terwujudnya refarat ini.Tentunya refarat ini juga jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan refarat ini. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga penulis dapat menjadi lebih baik lagi dilain kesempatan.Penulis berharap agar refarat ini dapat bermanfaat untuk masyarakat maupun orang-orang yang terlibat dalam dunia kesehatan. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya.

Hormat kami,

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Epilepsi adalah suatu kondisi neurologik yang mempengaruhi system saraf. Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit kejang. Epilepsi dapat didiagnosis paling tidak setelah mengalami dua kali kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi medis seperti kecanduan alkhohol atau kadar gula yang sangat rendah (hipoglikemi). Terkadang menurut International League Against Epilepsy, epilepsy dapat didiagnosis setelah mengalami satu kali kejang, jika seseorang berada dalam kondisi dimana mereka memiliki risiko tinggi untuk menderita kejang lagi. Kejang pada epilepsy mungkin berhubungan dengan trauma otak atau kecenderungan keluarga tetapi kebanyakan penyebab epilepsy tidak diketahui (Carold,2008).

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal oleh berbagai etiologi. Hampir 80% dari orang- orang dengan epilepsi ditemukan di daerah berkembang dan sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak.

Lebih dari 5% populasi didunia mungkin mengalami satu kali kejang dalam hidupmereka. Kurang lebih sebanyak 60 juta orang didunia menderita epilepsy. Anak-anak danremaja lebih cenderung menderita epilepsy dengan sebab yang tidak diketahui atau murnigenetic daripada orang dewasa. Epilepsy dapat mulai terjadi pada semua usia. Padapenelitian terbaru memperlihatkan bahwa 70% kejang yang terjadi pada anak-anak dandewasa yang baru terdiagnosis epilepsy dapat dikontrol dengan baik oleh pengobatan.Dan 30% orang yang mengalami kejang tidak memberikan responyang baik denganpengobatan yang tersedia.

WHO memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang. tingginya angka kejadian di Indonesia epilepsi pada anak, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. Penyebab epilepsi itu karena adanya infeksi virus, cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak, dan cacat lahir.

Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian yang tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif, dan gangguan psikiatrik. Epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan formal. Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang berhubungan dengan epilepsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi EpilepsiEpilepsi adalah suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda beda yang memiliki persamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan, dan tidak normal. Pada epilepsy didapatkan gangguan fungsi pada sekelompok sel sel saraf (neuron) di otak. Tempat lepasan listrik yang terjadi, menentukan gejala yang timbul. Epilepsi juga dapat didefinisikan sebagai kejang berulang yang tidak terkait dengan demam atau serangan otak akut. Epilepsi biasanya timbul tanpa didahului penyakit akut, serangan lebih dari satu kali dan stereotype. Serangan yamg pertama biasanya hampir sama dengan serangan yang berikutnya.

2.2.ETIOLOGIBerdasarkan etiologinya, epilepsi dapat kita bedakan menjadi dua yaitu:1. Epilepsi primer atau epilepsi idiopatikEpilepsi disebut idiopatik jika tidak ada penyebab anatomic yang spesifik untuk kejang, seperti trauma atau neoplasma. Kejang ini dapat ditimbulkan karena abnormalitas turunan dalam system saraf pusat (SSP). Kelompok idiopatik termasuk penderita epilepsi yang mengalami penghentian antikonvulsan mendadak (terutama benzodiazepin dan barbiturate)2. Epilepsi sekunder atau epilepsi simtomatikEpilepsi ini diakibatkan sejumlah gangguan yang reversible, seperti tumor tumor, luka kepala, hipoglikemia, infeksi meningen atau penghentian alcohol secara cepat pada seorang peminum dapat mencetuskan kejang.

Penyebab epilepsy pada berbagai kelompok usia :Kelompok usia 0-6 bulan :1. Kelainan intra uterin, dapat disebabkan oleh gangguan migrasi dan differensiasi sel neuron, hal demikian ini dapat pula dipengaruhi oleh adanya infeksi intra uterin.2. Kelainan selama persalinan berhubungan dengan asfiksia dan perdarahan intracranial, biasanya disebabkan oleh kelainan maternal, biasanya hipotensi, eklamsia, disproporsi sefalopelvik, kelainan plasenta, tali pusat menumbung atau belitan leher.3. Kelaianan congenital, dapat disebabkan kromosom abnormal, radiasi, obat-obat teratogenik, infeksi intrapartum oleh toksoplasma, sitomegalovirus, rubella dan treponema.4. Gangguan metabolic, misalnya hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremi, dan defisiensi piridoksin. Hipokalsemia dapat disebabkan oleh asfiksi diabetes, prematuritas dan biasanya bersamaan dengan hipomagnesemia. Hiponatremia dapat ditemukan pada asfiksia, hipernatremi pada terapi asidosis. Defisiensi piridoksin pada kelainan genetic atau penyakit metabolisme yang disertai peningkatan piridoksin.5. Infeksi susunan saraf pusat misalnya meningitis, ensefalitis, atau timbul kemudian sebagai akibat dari pembentukan jaringan parut dan hidrosefalus pasca infeksi.

Kelompok usia 6 bulan 3 tahunSelain penyebab yang sama dengan kelompok di atas, pada usia ini dapat juga disebabkan oleh kejang demam yang biasanya dimulai pada usia 6 bulan, terutama pada golongan kejang demam komplikasi. Cedera kepala merupakan factor penyebab lainnya, dan walaupun kejadiannya lebih ringan kemungkinan terjadinya epilepsy lebih tinggi daripada dewasa. Gangguan metabolisme sama dengan usia kelompok sebelumnya. Keracunan timah hitam dan logam berat lainnya misalnya thalium, arsen dan air raksa, dapat menimbulkan epilepsy. Degenerasi serebral primer dapat terjadi oleh gangguan enzim yang diturunkan secara genetic misalnya gangguan enzim lipidosis, berhubungan dengan proses infeksi misalnnya panensefalitis sklerosa subakut. Pada keadaan ini biasanya berupa mioklonik.

Kelompok anak-anak sampai remaja.Dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, dan abses otak yang frekuensinya sampai 32%, yang meningkat setelah tindakan operasi.

Kelompok usia mudaCedera kepala merupakan penyebab yang tersering, disusul oleh tumor otak dan infeksi.

Kelompok usia lanjut.Gangguan pembuluh darah otak merupakan penyebab tersering pada usia di atas 50 tahun mencapai 50%, diikuti oleh trauma, tumor dan degenerasi serebral.

2.3. PATOFISIOLOGITelah diketahui bahwa neuron memiliki potensial membrane, hal ini terjadi karena adanya perbedaan muatan ion-ion yang terdapat di dalam dan di luar neuron. Perbedaan jumlah muatan ion-ion ini menimbulkan polarisasi pada membran dengan bagian intraneuron yang lebih negative. Neuron bersinapsis dengan neuron lain melalui akson dan dendrite. Suatu masukan melalui sinapsis yang bersifat eksitasi akan menyebabkan terjadinya depolarisasi membrane yang berlangsung singkat, kemudian inhibisi akan menyebabkan hiperpolarisasi membrane. Bila eksitasi cukup besar dan inhibisi kecil, akson mulai terangsang, suatu potensial aksi akan dikirim sepanjang akson, untuk merangsang atau menghambat neuron lain.Sel glia yang merupakan bagian terbesar dari sel-sel di susunan saraf pusat, mempunyai peranan dalam mempertahankan keseimbangan ionic, agar depolarisasi yang telah terjadi dapat disusul dengan depolarisasi. Karena kemampuan tersebut, sel glia banyak berperan dalam inhibisi.Sampai saat ini patofisiologi epileptic belum diketahui dengan jelas. Ada hipotesis yang menduga bahwa suatu epileptogenesis dapat terjadi karena adanya sekelompok neuron yang secara intrinsic mempunyai kelainan pada membrannya, ini bisa didapat atau diturunkan. Neural abnormal tersebut akan menunjukkan depolarisasi berkelanjutan dan sangat besar, kemudian melalui hubungan yang efisien akan mengimbas depolarisasi pada sebagian besar neuron-neuron lainnya. Bila proses inhibisi juga mengalami gangguan , entah kerena suatu cedera hipotesis iskemia atau genesis akibat gangguan mutasi, maka kumpulan neuron abnormal yang diimbasnya akan bersama-sama dalam waktu yang hampir bersamaan melepaskan potensial aksinya, sehingga terjadilah sawan.Pada sawan umum primer, letak massa neuron yang abnormal sampai saat ini belum diketahui ada dugaan terletak di kelompok sel-sel subkortikal, sedangkan pada sawan parsialis, massa neuron abnormal terletak di lapisan-lapisan tertentu di neokorteks atau hipokampus. Suatu sawan parsialis dapat menjadi umum sekunder bila massa neuron abnormal di neokorteks atau hipokampus melibatkan neuron yang terletak di subkortikal.

2.4. Sindrom Epilepsi Yang Khas Pada AnakPengamatan kejang tergantung pada banyak factor termasuk umur penderita, tipe dan frekuensi kejang, dan ada atau tidak adanya temuan neurologist dan gejala yang bersifat dasar. Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pertama pada anak yang lainnya sehat meliputi glukosa puasa, kalsium, magnesium, elektrolit serum dan EEG.Serangan epilepsy bermacam macam. Pada anak yang khas, didapatkan penurunan kesadaran atau kesadaran menghilang sewaktu serangan. Menghilangnya kesadaran ini dapat disertai oleh gerakan-gerakan motorik yang hebat (misalnya pada jenis grandmal), atau gerakan motorik yang singkat (misalnya pada jenis mioklonik atau spasmus infantile).Penurunan kesadaran dapat disertai gerakan-gerakan yang cukup terkoordinasi, misalnya berjalan hilir mudik, memindah mindahkan barang atau menepuk nepuk meja. Biasanya ditemukan pada epilepsy jenis psikomotor. Ada pula yang hanya terdiri dari menghilangnya kesadaran sejenak, misalnya pada jenis petit mal.Yang paling penting diketahui pada sindroma epilesi adalah aura yaitu sensasi subyektif yang dialami oleh penderita sebelum hilangnya kesadaran atau kejang-kejang. Bisa berupa auditif misalnya telinga berdenging atau optif penderita merasa gelap dan seperti melihat pelangi. Aura ini sangat membantu dalam menentukan letak sumber epilepsy di otak.Untuk lebih jelasnya, disini akan dipaparkan beberapa sindrom epilepsy yang khas pada anak:1. konvulsi2. kejang fokal motor atau kejang setempat3. hilang kesadaran4. gerakan fokal sensoris seperti merasa semutan atau baal atau nyeri5. pergerakan otot wajah dan mata6. merasa sakit perut atau tidak enak di perut7. merasa ada sesuatu di perut yang kemudian naik ke dada dan ke kepala8. merasa sesuatu yang aneh yang sukar dilukiskan penderita9. nyeri kepala10. pandangan kunang kunang, atau melihat bercak warna warni 11. telinga berdengung12. merasa puyeng tidak stabil13. membaui bau yang tidak sedap, atau bau busuk

2.5. Tanda Khas Epilepsi Parsial SederhanaCiri dan jenis epilepsy ini adalah :1. Serangan pertama biasa terjadi antara usia 5 10 tahun.2. Serangan terutama terjadi sewaktu tidur.3. Respon terhadap obat antikonvulsan baik.4. Prognosis baik.5. Sumber (focus) epilepsinya adalah di daerah temporal tengah, pada satu sisi atau pada kedua sisi di otak.6. Serangan serangan kejang akan menghilang atau berhenti bila mencapai usia remaja, demikian juga halnya dengan gelombang paku di daerah temporal tengah yang terlihat pada pemeriksaan EEG akan menghilang.Anak dengan jenis epilepsy ini mempunyai inteligensi, tingkah laku, dan kemampuan bersekolah yang tidak berbeda dengan populasi umum. Jenis epilepsy ini cukup sering dijumpai.

2.6. Tanda Khas Epilepsi Parsial KompleksKejang jenis ini disebut juga kejang psikomotor. Kejang ini dapat didahului oleh kejang parsial sederhana dengan atau tanpa aura, disertai dengan gangguan kesadaran atau sebaliknya, mulainya kejang parsial kompleks ini dapat bersama dengan keadaan kesadaran yang berubah. Aura terdiri dari rasa tidak enak, samar samar, sedikit rasa tidak enak epigastrium, atau ketakutan pada sekitar sepertiga anak. Kejang parsial ini sukar didokumentasikan pada bayi dan anak, frekuensi hubungannya dengan kejang parsial kompleks mungkin kurang terestimasi. Kesadaran terganggu pada anak dan bayi sukar dinilai.Mungkin ada tatapan kosong singkat atau penghentian atau pause mendadak dalam aktivitas yang sering terabaikan orang tua (aura), atau menjadi pucat. Lagipula anak tidak mampu berkomunikasi atau menggambarkan masa masa kesadaran terganggu pada kebanyakan kasus. Akhirnya masa kesadaran terganggu mungkin singkat atau tidak sering, dan hanya pengamat yang berpengalaman atau EEG yang mungkin mampu mengenali kejadian abnormal.2.7. Tanda Khas Epilepsi Parsial Kemudian Menjadi UmumBentuk kejang ini disebut juga status epilepsy fokal atau epilepsy parsial kontinu. Bentuk kejang biasanya kejang klonik (kelojotan). Tiap bagian tubuh dapat terlibat, misalnya tangan, muka, dan kaki. Kejang ini dapat terbatas dan dapat pula menjalar ke bagian tubuh lainnya. Bila kejang bermula di ibu jari, ia dapat menjalar ke jari lainnya, kemudian ke pergelangan tangan, ke lengan bawah, lengan atas, muka, kemudian ke tungkai dan kaki.Bila kejang bermula di kaki, ia dapat menjalar naik ke tungkai, ke lengan, tangan dan muka. Penjalaran kejang fokal dapat pula meluas menjadi kejang umum (grandmal).Sesekali dijumpai serangan yang berlangsung lama dan beruntun. Sehabis kejang sesekali dijumpai bahwa otot yang terlibat lemah. Kelemahan ini umumnya pulih setelah beberapa menit atau jam. Ada pula bentuk kejang fokal yang agak lain, yaitu penderitanya seolah olah membuat gerakan berputar. Jenis ini disebut jenis adversif.

2.8. Tanda Khas Epilepsi Tonik Klonik Umum

Bangkitan grandmal disebut juga bangkitan tonik klonik umum atau bangkitan mayor (serangan besar). Bangkitan grandmal merupakan jenis epilepsy yang sering dijumpai. Serangan grandmal yang khas adalah sebagai berikut :Penderita secara mendadak menghilang kesadarannya, disertai kejang tonik (badan dan anggota gerak menjadi kaku), yang kemudian diikuti oleh kejang klonik (badan dan anggota gerak berkejut - kejut, kelojotan). Bila penderita sedang berdiri sewaktu serangan mulai, ia akan jatuh seperti benda mati. Pada fase tonik badan menjadi kaku. Bila kejang tonik ini kuat, udara dikeluarkan dengan kuat dari paru-paru melalui pita suara sehingga terjadi bunyi yang disebut sebagai jeritan epilepsy (epileptic cry). Sewaktu kejang tonik ini berlangsung, penderita menjadi biru (sianosis) karena pernafasan terhenti dan terdapat pula kongesti (terbendungnya) pembuluh darah balik vena. Biasanya fase kejang tonik ini berlangsung selama 20 60 detik. Kemudian disusul oleh fase klonik. Pada fase ini terjadi kejang klonik yang bersifat umum, melibatkan semua anggota gerak. Semua anggota gerak pada fase klonik ini berkejang klonik (kelojotan) juga otot pernafasan dan otot rahang. Pernafasan menjadi tidak teratur, tersendat - sendat, dan dari mulut keluar busa. Lidah dapat tergigit waktu ini dan penderita dapat pula mengompol. Bila penderita terbaring pada permukaan yang keras dan kasar, kejang klonik dapat mengakibatkan luka luka karena kepala digerak gerakkan sehingga terantuk antuk dan luka.Biasanya fase klonik ini berlangsung kira kira 40 detik, tetapi dapat lebih lama. Setelah fase klonik ini penderita terbaring dalam koma. Fase koma ini biasanya berlangsung kira kira 1 menit. Setelah itu penderita tertidur, yang lamanya bervariasi, dari beberapa menit sampai 1 3 jam. Bila pada saat tidur ini dibangunkan ia mengeluh sakit kepala, dan ada pula yang tampak bengong. Lama keadaan bengong ini berbeda beda. Ada penderita yang keadaan mentalnya segera pulih setelah beberapa menit serangan selesai. Ada pula yang lebih lama, sampai beberapa jam atau hari.Sebagian besar penderita merasakan sakit kepala setelah serangan, yang dapat berlangsung sampai satu atau dua hari, dan berkurang setelah dibawa tidur. Bila serangan berlangsung singkat, penderita biasa mampu melanjutkan aktivitasnya setelah beberapa menit serangan selesai. Pada serangan yang hebat, yang berlangsung lama, maka setelah fase klonik penderita berlanjut ke dalam keadaan koma dan kemudian tidur dalam. Sewaktu berangsur pulih dari tidur dalam ini penderita dapat pula menunjukkan berbagai gejala, misalnya omongan kacau, anggota gerak terasa lemah, dan merasa nyeri di kepala.Kelemahan umum, enek, muntah, nyeri kepala hebat, pegal otot, gelisah, mudah tersinggung, dan berbagai perubahan tingkah laku merupakan gejala pasca serangan yang serign dijumpai. Gangguan pasca serangan ini dapat berlangsung beberapa saat, namun dapat juga sampai beberapa jam.Serangan grandmal dapat berlangsung singkat namun dapat pula berlangsung lama. Ada yang berlangsung kurang dari satu menit, namun ada pula yang lamanya melebihi satu jam. Frekuensi serangan grandmal sangat bervariasi. Ada penderita yang mengalami serangan beberapa kali sehari, ada pula yang hanya satu kali seminggu, satu kali setahun, atau satu kali dalam beberapa tahun.Sesekali dijumpai keadaan dimana serangan grandmal timbul secara beruntun, berturut turut sebelum penderita pulih dari serangan sebelumnya. Hal ini merupakan keadaan gawat darurat, dan disebut status epileptikus. Dapat berakibat fatal, memautkan dan dapat pula mengakibatkan terjadinya cacat pada penderitanya.

2.9. Tanda Khas Epilepsi Tonik UmumKejang ini biasanya terdapat pada BBLR dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi dengan komplikasi perinatal berat misalnya perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Juga ditemukaan adanya epileptic cry. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus dibedakan dengan sikap opistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningeal karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

2.10. Tanda Khas Epilepsi Klonik UmumKejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan multifokal yang berpindah pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan, atau oleh ensefalopati metabolic. Kejang klonik fokal sering diduga sebagai suatu keadaan gemetar (jitteriness). Pada BBL dengan kejang klonik fokal hendaknya dilakukan pemeriksaan USG dan penatahan kepala untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan otak. Apabila pemeriksaan tersebut normal tetapi terdapat kelumpuhan salah satu tungkai setelah kejang berhenti, penatahan kepala harus diulangi 1 minggu kemudian untuk mencari kemungkinan terjadinya infark serebri.Bentuk kejang ini merupakan gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan. Kejang yang satu dengan yang lain sering berkesinambungan, seolah-olah memberi kesan sebagai kejang umum.

2.11. Tanda Khas Epilepsi Absence

Jenis epilepsy ini dikenal juga dengan nama Petit mal. Jenis ini jarang dijumpai. Nama lainnya ialah lena khas, lena sederhana (simple absence) atau lena murni (pure absence). Serangan petit mal berlangsung singkat hanya beberapa detik 5-15 detik.Pada serangan petit mal terdapat hal berikut:1. Penderita tiba-tiba berhenti melakukan apa yang sedang ia lakukan (misalnya makan, bermain, berbicara, membaca)2. Ia memandang kosong, melongo (staring). Pada saat ini ia tidak bereaksi bila diajak bicara atau bila dipanggil, karena ia tidak sadar.3. Setelah beberapa detik ia kemudian sadar dan melanjutkan lagi apa yang sedang ia lakukan sebelum serangan terjadi.Jadi pada serangan petit mal didapatkan menghilangnya kesadaran yang berlangsung mendadak dan singkat. Waktu serangan terjadi penderita tidak jatuh, biasanya ia agak terhuyung. Tidak didapatkan aura, dan pasien tidak ngompol sewaktu serangan.Serangan pertama petit mal biasanya terjadi pada usia 4 12 tahun. Pada usia 21 tahun kira kira 75 % penderita tidak lagi mengalami serangan serangan petit mal, namun lebih dari 50 % penderita petit mal berubah menjadi grand mal. Perubahan ini biasanya mulai pada usia 10 13 tahun. Pada sebagian kecil penderita, bangkitan petit mal dapat berlanjut sampai dewasa, namun frekuensi serangan menjadi jauh berkurang. Frekuensi serangan petit mal mempunyai variasi yang besar sekali dalam 2 3 bulan sampai beberapa ratus kali dalam sehari.Faktor turunan (hereditas) besar peranannya pada petit mal. Pada 75 % anak kembar satu telur yang menderita petit mal kembarannya juga menderita petit mal. Kira kira sepertiga penderita petit mal mempunyai anggota keluarga yang juga petit mal atau grandmal terutama saudara kandung dan orang tuanya.

2.12. Tanda Khas Epilepsi AtonikBiasanya disebut juga dengan bangkitan akinetik (serangan jatuh). Epilepsi ini biasanya mulai antara 2 5 tahun. Pada jenis ini sewaktu serangan penderitanya tiba tiba secara mendadak jatuh. Hal ini dapat menyebabkan giginya patah dan kepalanya luka. Bila misalnya penderita sedang duduk di depan meja sewaktu serangan datang, maka ia dapat secara mendadak tidak berdaya dan kepala terbentur pada meja.Pada serangan atonik ini didapatkan menghilangnya secara mendadak tenaga otot otot yang mempertahankan sikap. Pada serangan ini tenaga otot otot yang mempertahankan sikap secara mendadak hilang yang berlangsung singkat. Bila penderita kebetulan sedang berdiri pada waktu serangan datang, maka ia akan jatuh. Serangan ini disebut juga serangan jatuh (drop attack).

2.13. Tanda Khas Epilepsi MioklonikEpilepsi masa anak ditandai dengan kejang berulang yang terdiri dari kontraksi otot sebentar, sering kontraksi otot simetris dengan kehilangan tonus tubuh dan jatuh atau menelungkup ke depan. Ada 5 jenis epilepsy mioklonik yaitu :

2.14. Anamnesis EpilepsiMengenai bangkitan kejang yang timbul perlu diketahui mengenai pola serangan, keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan, lama serangan, frekuensi serangan, waktu serangan terjadi dan faktor faktor atau keadaan yang dapat memprovokasi atau menimbulkan serangan. Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan, agar dapat diketahui focus serta klasifikasinya. Ditanyakan apakah gejala prodormal, aura, keadaan selama serangan (di mana atau bagaimana kejang mulai, bagaimana penjalarannya) dan keadaan sesudah kejang (parese Todd, nyeri kepala, segera sadar, mengacau, kesadaran menurun).Ditanyakan pula lama (duration), masing masing keadaan tersebut, waktu serangan (pagi, siang malam, waktu mau tidur, sedang tidur, mau bangun, sedang bangun). Apakah ada rangsang tertentu yang dapat menimbulkan serangan misalnya melihat televisi, bernafas dalam, lapar, letih, obat-obatan tertentu dan sebagainya.Riwayat keluarga ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita kejang, penyakit saraf dan penyakit lainnya. Hal ini misalnya perlu untuk mencari adanya factor hereditas.Riwayat masa lalu (past history), ditanyakan mengenai keadaan ibu waktu hamil (riwayat kehamilan), misalnya penyakit yang dideritanya, perdarahan pervaginam, obat yang dimakan. Secara teliti ditanyakan pula mengenai riwayat kelahiran penderita, apakah letak kepala, letak sungsang, mudah atau sukar, apakah terdapat perdarahan antepartum, apakah digunakan cunam atau vakum ekstraksi atau sectio caesaria, ketuban pecah dini, asfiksia, Penyakit apa saja yang pernah diderita (trauma kapitis, radang selaput otak atau radang otak, ikterus, reaksi terhadap imunisasi, kejang demam). Bagaimana perkembangan (milestones) kecakapan mental dan motorik.

2.15. Pemeriksaan Penunjang Pada Epilepsi2.15.1. Pemeriksaan JasmaniDilakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan secara pediatric dan neurologis. Diperiksa keadaan umum, tanda tanda vital, kepala, jantung, paru, perut, hati dan limpa, anggota gerak dan sebagainya.Pada pemeriksaan neurologist diperhatikan kesadaran, kecakapan, motorik dan mental, tingkah laku, berbagai gejala proses intrakranium, fundus okuli, penglihatan, pendengaran, saraf otak lain, system motorik, sensorik, refleks fisiologis dan patologis.

2.15.2. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan darah. Dilakukan pemeriksaan darah tepi rutin, pemeriksaan lain sesuai dengan indikasi (misal kadar gula darah, elektrolit). Pemeriksaan cairan serebrospinalis ( bila perlu ) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, berdarah, xantokrom, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula, NaCl dan pemeriksan lain atas indikasi.

2.15.3. Pemeriksaan Elektroensefalogram ( EEG )

Pemeriksaan EEG sangat berguna membantu kita menegakkan diagnosis epilepsy. Alat EEG mampu merekam aktivitas listrik sel sel saraf otak. Aktivitas listrik sel saraf ini sangat lemah, namun karena alat EEG mampu memperbesar aktivitas listrik sampai satu juta kali, maka ia mampu merekamnya.Kelainan EEG yang sering dijumpai pada penderita epilepsy disebut epileptifom discharge atau epileptiform activity ( Sidell dan Daly ), misalnya spike, sharp wave dan paroxysmal slow activity. Kadang-kadang rekaman EEG dapat menentukan focus epilepsy dan juga jenis epilepsy, apakah fokal, multifokal, kortikal, subkortikal, misalnya petit mal mempunyai gambaran 3cps spike dan wave dan spasme infantile mempunyai gambaran hipsaritmia.Pemeriksaan EEG harus dilakukan secara berkala. Perlu diingat bahwa kira kira 8 12 % penderita epilepsy mempunyai rekaman EEG yang normal.

2.15.4. Pemeriksaan RadiologisPada foto tengkorak diperhatikan simetri tulang tengkorak, destruksi tulang, klasifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian tekanan intracranial seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika.

2.15.5. Pemeriksaan Psikologis dan PsikiatrisTidak jarang anak yang menderita epilepsy mempunyai tingkat kecerdasan yang rendah ( retardasi mental ), gangguan tingkah laku ( behaviour disorders ), gangguan emosi, hiperaktif. Hal ini harus mendapat perhatian yang wajar, agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Hubungan antara penderita dengan orang tuanya juga pelu mendapat perhatian, yaitu apakah terdapat proteksi berlebihan, rejeksi atau overanxiety. Bila perlu dapat diminta bantuan dari psikolog atau psikiater.

2.16. Mengobati Status Epileptikus Secara Simptomatik Penderita epilepsy umumnya cenderung untuk mengalami kejang secara spontan tanpa factor provokasi yang kuat atau yang nyata. Tidak dapat diramalkan kapan kejang akan timbul. Timbulnya serangan kejang ini harus dicegah, karena hal itu dapat menimbulkan cedera atau kecelakaan, di samping kejang itu sendiri dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. Untuk maksud ini, pada penderita epilepsy diberikan obat antikonvulsan secara rumat. Dosis serta macam antikonvulsan yang digunakan bersifat individual , bergantung kepada hasil pengobatan. Sebaiknya mulai dengan 1 macam antikonvulsan dengan dosis rendah. Bila hasilnya kurang memuaskan dapat ditinggikan.Beberapa jenis obat antikonvulsan untuk pengobatan rumat:1. FenobarbitalPaling sering digunakan, harganya murah, toksisitasnya rendah, dan dapat diperoleh di semua apotik. Dapat digunakan pada hampir semua jenis epilepsy. Efek samping berupa rasa mengantuk, biasanya berkurang atau menghilang setelah beberapa hari pengobatan. Pada anak sering mengakibatkan hiperaktivitas.

2. Difenihidantoin ( Phenytoin, Dilantin ) Berkhasiat baik pada epilepsy jenis grandmal, jenis fokal dan psikomotor, juga bentuk kejang lainnya kecuali pada jenis petit mal, kejang demam dan mioklonik atau akinetik. Kurang menyebabkan rasa kantuk. Efek samping sedasi, nistagmus, ataksia, bercak merah di kulit.3. Karbamazepin ( Tegretol, Temporol ) Antikonvulsan yang terutama selektif terhadap epilepsy jenis psikomotor, grand mal, dan jenis fokal motor. Tidak berkhasiat pada jenis petit mal. Efek samping berupa rasa capek, nistagmus, vertigo, gangguan koordinasi motorik ( ataksia ), bicara pelo dan diplopia. Bisa juga leukopeni dan trombositopeni.4. Diazepam ( Valium, Stesolid )Status epilepsy, biasanya digunakan untuk jenis kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi ) atau serangan epilepsy yang timbul secara beruntun ( status epilepsy). Diberikan melalui intravena dan per rectum.5. Valproat ( Epilim, Depakin, Leptilan ) Berkhasiat pada jenis absence ( lena ), bisa juga pada jenis lainnya dan kejang demam. Efek samping berupa rasa mual dan mengantuk, ataksia, tremor, rambut rontok.Berikut dapat dilihat beberapa jenis lain obat antikonvulsi yang dapat dipakai dalam pengobatan epilepsy :

ObatTipe KejangDosis (mg/kgBB/hari)Efek samping

FenobarbitalSemua bentuk kejang3 8 Mengantuk Hiperaktif Iritabilitas SJS

Karbamazepin Psikomotor Grandmal Fokal motor10 20 Vertigo Mengantuk Diplopia Anemia Leucopenia

DilantinSemua bentuk kejang kecuali petit mal, mioklonik5 10 Sedasi Nistagmus Ataksia

PirimidonSemua bentuk kejang kecuali petit mal12 25 Mengantuk Hiperaktif

EtoksuksimidPetit mal20 60 Leukopeni Ruam kulit Disfungsi hati

DiazepamSemua bentuk kejang0,2 0,5Pemakaian sukar

ValproatPetit mal30 40 Penambahan berat Alopesia Hepatotoksisitas Tremor

Gabapentin Parsial kompleks Menyeluruh100 300 Mengantuk Pusing Ataksia Tremor Muntah Nistagmus

Nitrazepam Mioklonik Spasme infantile 0,2 1 Mengantuk Iritabilitas Depresi Saliva berlebih

2.17. Komplikasi EpilepsiEpilepsi jenis spasmus infantile disertai dengan tingkat kecerdasan yang rendah disebabkan cedera otak yang luas. Penderita menderita retardasi mental. Perkembangannya menjadi terhambat.Gangguan emosional yang dialami penderita, menjadi depresif oleh penyakit yang dideritanya, serta tekanan tekanan psikis yang dialami dari lingkungannya.Penderita epilepsy jenis grandmal umumnya jatuh waktu serangan, karena kesadarannya menghilang disertai badan menjadi kaku. Hal ini dapat mengakibatkan gegar otak, memar otak yang dapat menyebabkan penurunan inteligensi.Komplikasi yang menyebabkan keadaan gawat darurat dapat berupa status epileptikus ( serangan beruntun ).

2.18. STATUS EPILEPTIKUSPada keadaan status epileptikus, penderita mengalami serangan sawan yang berkepanjangan atau mengalami sawan berturut-turut tanpa diselingi oleh pulihnya kesadaran. Sawan tonik klonik merupakan sawan yang paling sering mengalami status. Penyebab status ini karena penderita tidak minum obat dengan teratur atau adanya kelainan sistemik misalnya hipoglikemi. Bahaya status ini ialah terjadinya aritmia kordis, kegagalan respirasi, edema paru, rabdomiolisis dengan mioglobinuri, asidosis metabolic, dan hiperpireksia Status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung >30 menit atau adanya 2 bangkitan atau lebih dimana diantara bangkitan tersebut tidak terdapat pemulihan kesadaran.Protokol penanganan status epileptikus

StadiumPenatalaksanaan

Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio-respirasi Memperbaiki jalan nafas, pemeberian oksigen, resusitasi

Stadium II (1-60 menit) Pemeriksaan status neurologis Pengukuran tekanan darah,nadi,suhu EKG Memasang infuse Mengambil 50-100cc darah untuk pemeriksaan lab Pemeberian OAE emergensi : Diazepam 10-20mg iv atau rectal, dapat diulangi 15 menit kemudian Memasukkan 50cc glukosa 50% Menangani asidosis

Stadium III (0-60-90 menit) Menentukan etiologi Bila kejang berlangsung terus selama 30 menit setelah pemberian diazepam pertama, beri fenitoin iv 15-18 mg/kg dengan kecepatan 50mg/menit Memulai terapi dengan vasopresor Mengoreksi komplikasi

Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien ke ICU, beri propofol (2mg/kgBB,bolus iv, diulang bila perlu) atau thipentone (100-250mg bolus iv dalam 20 menit, dilanjutkan bolus 50mg setiap 2-3 menit) dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan klini atau EEg terakhir, lalu tapering off. Memantau bangkitan dan EEg, tekanan intracranial, memulai pemberian dosis rumatan

Cara lainnya ialah pemberian 50mg diazepam dalam 250ml dekstrosa 5% intravena dengan kecepatan 20tetes/menit selama 2-3 jam dan 100mg fenobarbital intramuskularis. Bila sawan menetap, beri narcosis umum, penderita dirawat di ICU agar dapat dilakukan pemantauan system kardio respirasinya dan bila terjadi kegagalan respirasi sebagai efek samping pengobatan, dapat segera dilakukan resusitasi.

2.19. Penatalaksanaan Komplikasi Pada status epileptikus, penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Di rumah sakit, dokter berusaha mencari penyebab atau pencetus yang menyebabkan terjadinya status epilepsy. Dokter juga berusaha menghentikan serangan sesegera mungkin. Dengan memberikan diazepam intravena atau dengan infuse, dan bila perlu obat antikonvulsan lain seperti fenitoin atau fenobarbital melalui suntikan. Perawatan umum juga harus diperhatikan.Pada penderita epilepsy grand mal yang mengalami serangan jatuh, untuk melindungi kepala dari cedera diberi pelindung untuk kepala dan juga pelindung untuk wajah supaya terhindar dari gegar otak dan cedera kepala.

BAB IIIKESIMPULAN Epilepsi adalah gangguan pada otak yang menyebabkan terjadinya kejang berulang. Kejang terjadi ketika aktivitas listrik didalam otak tiba-tiba terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan gerakan tubuh, kesadaran, emosi dan sensasi.Tidak semua kejang disebabkan oleh epilepsy. Kejang juga dapat disebabkan oleh kondisi tertentu sepeti meningitis, ensefalitis atau trauma kepala. Ada banyak tipe kejang pada epilepsi, setiap tipe kejang digolongkan menurut gejala yang terjadi. Kejang dapat digolongkan menjadi kejang parsial dan kejang umum, tergantung pada banyaknya area otak yang terpengaruh.komplikasi pada epilepsi seperti status epileptikus terjadi jika terdapat kejang lebih dari 30 menit tanpa adanya masa pemulihan kesadaran. Biasanya status epileptikus adalah kedaruratan medis pada kejang tonik klonik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams RD, Victor MR. Principles of Neurology. New York: Mc Graw-Hill, 1997.2. Duss Peter, Diagnosis Topis Neurologi, Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi ke 2. Jakarta : EGC, 1996.3. Lumbantobing SM. Epilepsi. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2002 : 1 184. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna Prof Dr. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2003.5. Mahar Mardjono, Prof., DR,. Priguna Sidharta, Prof,. DR. 1988. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat: Jakarta.6. Arif Mansjaer, dkk, editor, 2000. Kapita Salekta kedokteran Edisi Ketiga Jilid kedua. Media Aesculapius FK-UI: Jakarta.7. Harsono,dkk,ed.2006. Pedoman Tatalaksana Epilepsi Edisi Kedua. PERDOSSI: Jakarta8. Misbach,dkk. 2006. Standar Pelayanan Medis & Standar Prosedur Operasional Neurologi. PERDOSSI : Jakarta9. Sutisna G. Ganiswarna, dkk, editor. 1995. Farkomologi Dan Terapi. Bagian Farmakologi FK-UI: Jakarta.

1