epilepsi referat editan finish
DESCRIPTION
epilepsi adalahTRANSCRIPT
REFERAT
EPILEPSI
Disusun oleh :
Mimi Suhaini bt Sudin
030.08.309
Pembimbing :
Dr. Julintari Sp S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SYARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
[Type text] Page 1
PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang sering dijumpai, terdapat pada semua bangsa,
segala usia dimana laki-laki sedikit lebih banyak dari wanita. Insiden tertinggi,terdapat pada
golongan usia dini yang akan menurun pada gabungan usia dewasa muda sampai setengah tua,
kemudian meningkat lagi pada usia lanjut.
Epilepsi pada wanita terutama pada wanita hamil memerlukan tatalaksana yang adekuat dan
tanpa berisiko pada bayi dan ibu nya. Resiko pada wanita epilepsy yang hamil lebih besar
dibandingkan wanita normal yang hamil. Maka dari itu dokter ahli kandungan dan neurologi
bekerja sama untuk menanggulangi resiko yang terjadi agar ibu dan bayi sehat jasmani dan
rohani.
Angka kematian neonatus pada ibu epilepsy yang hamil adalah tiga kali di banding ibu yang
normal.
[Type text] Page 2
I. DEFINISI EPILEPSI
Definisi Epilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang
dirincikan oleh timbulnya serangan paroksismal yang berkala, akibat lepas muatan listrik
neuronneuron serebral secara eksesif. Serangan epileptik adalah gejala yang timbul secara tiba-
tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula. Serangan yang hanya bangkit sekali saja tidak boleh
dianggap sebagai serangan epileptic, tetapi serangan yang timbul secara berkala pada waktu-
waktu tertentu barulah dapat dikatakan serangan epileptik. Dalam bahasa Inggris digunakan
istilah seizure Konvulsi atau dalam bahasa Inggris convulsion berarti gerakan otot tonik klonik
yang bangkit secara involuntar. Istilah kejang dapat digunakan sebagai sinonim dari konvulsi.
Tetapi baik kejang atau konvulsi tidak boleh digunakan sebagai sinonim dari serangan epileptik,
oleh karena serangan epileptik tidak selamanya bersifat motorik
II. Klasifikasi Epilepsi :
Klasifikasi menurut Commission on classification and terminology of the international
League against Epilepsy:
A.Epilepsi Parsial (fokal, lokal) :
A. 1. Epilepsi parsial sederhana (kesadaran tidak terganggu)
1. Dengan gejala motorik
a. Fokal motorik tidak menjalar
b. Fokal motorik menjalar (epilepsy Jackson)
c. Disertai gangguan fonasi
2. Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (halusianasi sederhana)
a. Somatosensoris
b. Visual
c. Auditoris
[Type text] Page 3
d. Olfaktoris
e. Gustatoris
f. Vertigo
3. Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat,
berkeringat, memberat, piloereksi, dilatasi pupil)
4. Dengan gejala psikik (gangguan fungsi luhur)
a. Disfasia
b. Dismnesia
c. Kognitif
d. Gangguan Afektif
e. Ilusi
f. Halusinasi kompleks (berstruktur)
[Type text] Page 4
A. 2. Epilepsi Parsial kompleks (disertai gangguan kesadaran)
1. Awitan (serangan) parsial sederhana diikuti penurunan kesadaran
a. Dengan gejala parsial sederhana A1-A4
b. Dengan automatisme
2. Dengan penurunan kesadaran sejak awitan
a. Hanya dengan penurunan kesadaran
b. Dengan automatisme
A. 3. Epilepsi parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)
1. Sawan parsial sederhana (A) yang berkembang menjadi bangkitan umum
[Type text] Page 5
2. Sawan pafsial kompleks (B) yang berkembang menjadi bangkitan umum
3. Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang
menjadi bangkitan umum.
B. Epilepsi umum (konvulsif atau non-konvulsif)
B.1.1. Epilepsi absence
a. Hanya penurunan kesadaran
b. Dengan komponen klonik ringan
c. Dengan komponen atonik
d. Dengan komponen tonik
e. Dengan automatisme
f. Dengan komponen autonom kondisi b hingga f dapat tersendiri atau dalam
kombinasi
B.1.2. Epilepsi atypical absence, dapat disertai.
a.Gangguan tonus yang lebih jelas
b. Awitan yang tidak mendadak
B.2. Epilepsi mioklonik, kejang mioklonik sekali atau berulang-ulang
B.3. Epilepsi klonik
B.4. Epilepsi Tonik
B.5. Epilepsi tonik klonik
B.6 Epilepsi atonik
[Type text] Page 6
C. Unclassified Epilepsi
Epilepsi pada Wanita
Berdasarkan perubahan fisiologik yang terjadi pada perempuan, akan dibahas beberapa jenis
epilepsy yang terjadi pada wanita
Epilepsi pada pubertas
Epilepsi pada Menstruasi
Epilepsi pada Kehamilan
Epilepsy pada Persalinan
Epilepsi pada Menyusui
Epilepsi pada menopause
[Type text] Page 7
[Type text] Page 8
III. Epidemiologi
Insiden epilepsy menurut penelitian pada kedua kelamin pada USA tercatat 44 kasus dari
100.000 kasus per tahun. Dan kejadian pada wanita beda tipis yaitu 41 kasus dari 100.000 kasus
per tahun. Rekurensi epilepsy pada kedua gender hampir sama perbandingannya pada pria
maupun wanita.
Di Indonesia ,prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5%-2%.Di Indonesia penelitian epidemiologik
tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun bila dipakai angka prevalensi yang
dikemukakan seperti dalam rujukan, maka dapat diperkirakan bahwa bila penduduk Indonesia
saat ini sekitar 220 juta akan ditemukan antara 1,1 sampai 4,4 juta penderita penyandang
epilepsi. Sedangkan dari semua wanita hamil didapatkan antara 0,3%-0,5% penyandang epilepsi
dan 40% masih dalam usia reproduksi.
IV. Patofisiologi
Patofisiologi dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang
disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada
permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari
ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam
sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan
sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang
menimbulkan potensial membran. Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-
dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran
neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang
memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang
menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan
listrik. Diantara neurotransmitterneurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan
asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid
(GABA) dan glisin. Epileptic (seizure) apapun jenisnya selalu disebabkan oleh transmisi impuls
[Type text] Page 9
di area otak yang tidak mengikuti pola yang normal, sehingga terjadilah apa yang disebut
sinkronisasi dari impuls. asinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok kecil neuron atau
kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh neuron di otak secara serentak.
Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron yang ikut terkena dalam proses sinkronisasi inilah
yang secara klinik menimbulkan manifestasi yang berbeda dari jenis jenis serangan epilepsy.
Secara teoritis hal yang menyebabkan itu antara lain :
- Keadaan dimana fungsi neuron penghambat (inhibitorik) kerjanya kurang optimal
sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan, disebabkan konsentrasi
GABA yang kurang. Pada penderita epilepsi ternyata memang mengandung konsentrasi
GABA yang rendah di otaknya (lobus oksipitalis). Hambatan oleh GABA ini dalam
bentuk inhibisi potensial post sinaptik.
- Keadaan dimana fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga terjadi pelepasan impuls
epileptik yang berlebihan.Disini fungsi neuron penghambat normal tapi system .Keadaan
ini ditimbulkan oleh epilepsi didapatkan pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat.
meningkatnya konsentrasi glutamat di otak. Pada penderita peningkatan kadar glutamat
pada berbagai tempat di otak.
- Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi untuk mengadakan
pelepasan abnormal impuls epileptic
Pada wanita , kemungkinan patofisiologi terjadi nya kejang adalah : Rangsangan kortikal
dipengaruhi oleh hipofisis dan gonadal hormon. Estrogen dapat mengaktifkan kejang-kejang dan
interictal discharge ketika langsung mengenai ke korteks serebral atau melalui infused intravena.
Efek ini setidaknya menyebabkan perubahan permeabilitas kalsium pada membran sel,
penurunan influx klorida masuk ke dalam asam gamma - aminobutirat (GABA)-A reseptor, dan
estrogen sebagai agonis glutamat di hipokampus. Progesteron menurunkan rangsangan yang
kortikal, dengan meningkatkan efek GABA, dan meningkatkan ambang kejut listrik kejang
ambang di model eksperimental.
Menarche dimulai dengan peningkatan hormon ovarium, dan keseluruhan ditandai meningkat di
hipofisis hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH). Hormon ini juga
berfluktuasi dalam kehamilan, selama periode perimenopausal, dan pada orang2 yg memerlukan
[Type text] Page 10
suplai hormon(misalnya, kontrasepsi oral, terapi penggantian hormon). Semua dari hormone
tersebut mengakibatkan perubahan ambang epilepsy
V. Etiologi
1. Idiopatik
2. Factor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang
seperti, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3. Kelainan congenital otak; hydrocefali,neurofibromatous
4. Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia
5. Infeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,toxoplasmosis,
AIDS,cerebral malaria.
7. Trauma; birth trauma,kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Keracunan; Alkohol, Carbon Monoksida,Insektisida
[Type text] Page 11
VI. Faktor Pencetus Faktor-faktor pencetusnya dapat berupa :
Stress emosional
Infeksi
Demam tinggi
alcohol
perubahan hormonal selama menstruasi
terlalu lelah
fotosensitif
[Type text] Page 12
VII. Diagnosis
1. Anamnesa / Aloanamnesa Epilepsi umum : Major : Grand mal (meliputi 75% kasus
epilepsi) meliputi tipe primer dan sekunder. Epilesi grand mal ditandai dengan hilang
kesadaran dan bangkitan tonik-tonik. Manifestasi klinik: kedua golongan epilepsi grand
mal tersebut sama, perbedaan terletak pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu atau
preiktal sebelum serangan kejang-kejang. Pada epilepsi grand mal simtomatik selalu
didahului aura yang memberi manifestasi sesuai dengan letak fokus epileptogen pada
permukaan otak. Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya. Bangkitan sendiri dimulai dengan hilang kesadaran sehingga aktivitas
penderita terhenti. Kemudian penderita mengalami kejang tonik. otot-otot berkontraksi
sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai ekstensi. Udara paru-paru
terdorong keluar dengan deras sehingga terdengar jeritan yang dinamakan jeritan
epilepsi. Kejang tonik ini kemudian disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah
mengguncang-guncang dan membanting-banting tubuh si sakit ke tanah. Kejang tonik-
klonik berlangsung 2 -- 3 menit. Selain kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatif seperti
berkeringat, midriasis pupil, refleks cahaya negatif, mulut berbuih dan sianosis. Kejang
berhenti secara berangsur-angsur dan penderita dalam keadaan stupor sampai koma.
Kira-kira 4²5 menit kemudian penderita bangun, termenung dan kalau tak diganggu akan
tidur beberapa jam. Frekuensi bangkitan dapat setiap jam sampai setahun sekali.
Bangkitan mioklonus Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala,
fleksi lengan yang teijadi berulang-ulang.
[Type text] Page 13
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan cairan otak ( LCS ) dapat mengungkapkan adanya radang pada otak atau
selaputnya, toksoplasmosis susunan saraf sentral, leukemia yang menyerang otak,
metastasis tumor ganas, adanya perdarahan otak atau perdarahan subaraknoid.
Pemeriksaan radiologis Pada foto CT-Scan kepala dapat dilihat adanya kelainan-kelainan
pada otak. Klasifikasi abnormal dapat dijumpai pada meningioma, oligodendroglioma.
MRI
Arteriografi dilakukan bila perlu
Elektroensefalografi (EEG) merupakan pemeriksaan penunjang yang informative yang
dapat dapat memastikan diagnosis epilepsy.Gelombang yang di temukan pada EEG
berupa gelombang runcing,gelombang paku,runcing lambat,paku lambat.
Pemeriksaan psikologis atau psikiatris Untuk diagnosis bila diperlukan uji coba yang
dapat menunjukkan naik turunnya kesadaran, misalnya test Bourdon-Wiersma.
EPILEPSI PADA WANITA
VIII. Epilepsi pada Pubertas
Epilepsi fokal mengalami peningkatan frekuensi bangkitan disekitar waktu menarke.
Kejang umum idiopatik seperti epilepsy mioklonik pada masa remaja( juvenile
myoclonic epilepsy) adalah tipe kejang yang paling sering muncul saat akil balik.
Epilpesi benigna dengan gelombang paku di daerah setrotemporal , membaik selama
pubertas bahkan dapat menghilang. Awitan epilepsy katamenial lebih sering pada
pubertas. Selama masa pubertas dapat terjadi perubahana frekuensi dan tipe bangkitan,
bisa bertambah berat ataupun berkurang sampai terkontrol baik. Bangkitan umum tonik
klonik lebih sering memburuk, sebaliknya bangkitan lena dapat membaik sedangkan
bangkitan fokal kompleks tidak terpengaruh. Bangkitan lebih sering kambuh apabila
awitan bangkitan terjadi pada usia lebih muda, etiologi jelas, pemeriksaan fisik,
neurologic, dan EEG abnormal serta menarke terlambat.
[Type text] Page 14
IX. Epilepsi pada menstruasi ( Epilepsi Katamenial)
Epilepsi katamenial adalah epilepsy yang terjadi selama menstruasi, beberapa hari
menjelang atau sesudah menstruasi. Bangkitan pada epilepsy katamenial lebih sering
terjadi pada jeni fokal kompleks. Diagnosis berdasarkan pada catatan harian tentang
peningkatan frekuensi dan lamanya bangkitan epilepsy saat menjelang , selama dan
sesudah menstruasi serta pila menstruasi
Terapi epilepsy katamenial
Tambahkan OAE yang bekerjaa cpeat sperti klobazam. Dosis klobazam 20-
30mg / hari dalam 2-4 hari sebelum , selama dan setleah menstruasi
Obat tambahan lain adalah asetozolamid yang diberikan 5-10 hari sebelum,
selama dan sesudah haid. Ada 2 dosis yang dianjurkan adalah
o Dosis 250 mg 1-2x per hari selama 5-7 hari sebelum , selama dan sesudah
menstruasi
o Dosis 5 mg/kgBB/ hari selama 3hari seblum , selama dan sesudah
menstruasi
Terapi hormone menggunakan progesterone dan progestin
X. Epilepsi Pada Kehamilan
Epilepsi Gestasi
Bila terjadi peningkatan bangkitan saat gestasi, maka diperlukan eksplorasi factor risiko
bangkitan epilepsy, pemeriksaan laboratorium termasuk darah perifer lengkap m
elektrolit, fungsi hati dan ginjal
Teratogenitas OAE
Tidak ada OAE yang dianggap pasti aman pada kehamilan . Asam Valproat sering
menyebabkan defek neural tube terutama mielomeningokel dan anesefali yang terjadi akibat
gangguan metabolism asam folat yang berhubungan, dengan level homisistein yang tinggi.
Pemberian supelemen asam folat 1-4 mg/hari,B6 dan B12 perikonsepsi serta penggunaan
formula extende-release seperti pada karbmazepin dan asam valproate dikatakn dapa
menurunkan risiko terjadinya malformasi terutama defek neural tube.
[Type text] Page 15
OAE generasi baru rendah teratogenik
Gabapentin untuk terapi add-on pada epilepsy fokal , tersedia dalam bentuk tablet, dosis
epilepsy 2400-4800 mg/ hr. keunggulan gabapentin adalah tidak ada interaksi dengan
obat lain. Data sehubungan dengan kehamilan belum cukup namun pada post marketing
3100 orang Inggris dengan epilepsy yang mengkonsumsi habpentin terdapat 11
perempuan hamil dantidak ditemukan malformasi mayor.
Lamotrigin merupakan antifolat lemah dan bekerja sebagia mdoulasi kanal natrium,
speektrum luas , merupakan lini pertama untuk epilepsy umum dan parsial. Bentuk
sediaan berupa tablet dan dispersible tablet dengan dosis pemeliharaan monoterapi 100-
400mg / hari . lamotrigin dapat melewati palsenta dan konsentrasi pada plasma fetus dan
ibu sama.
Oxcarbazepin tersedia dalam kemasan tablet dan suspense oral, dosis antara600-2400 ,g/
hari. Oxcarbazepin diberikan mulai dosis rendah dah dititrasi bertahap tiap minggu
sampai tercapai dosis yang diinginkan. Oxcarbazepin dapat melalui plasenta dan level
obat di tali pusat dan ibu sama.
Topiramat, obat dengan spectrum luas pada epilepsy fokal dan umum sekunder, tersedia
dalam bentuk tablet dan sprinkle capsule dengan dosis harian 75-400 mg/ hari. Dapat
melewati palsenta dengan plasma level pada tali pusat sama dengan level plasma pada
ibu namun informasi pada perempuan hamil masih sedikit.
Zonamide, suatu sulfonamide memilik spectrum luas. Efektif pada epilepsy fokal dan
epilepsy umum refrakter. Sediaan dalam bentuk kapsul dengan dosis pemeliharaan 1500-
500mg / hari ,, belum banyak data mengenai teratogenitas namun pada 26 kehamilan
dengan zonamide didapatkan 2 malformasi mayor, keduanya menggunakan politerapi
zonasamide( 1 Fenitoin dan 1 asam valproate )
Tatalaksana perempuan dengan epilepsy dan kehamilan
Sebelum hamil: strong evidence( Class 1)
o Terapi diberikan optimal sebelum konsepsi
o Bila memungkinkan ganti ke OAE yang kurang teratogenik dan dosis
efeketi harus tercapi sekurang-kurangnnya 6 bulan sebelum konsepsi
[Type text] Page 16
o Diberikan asam folat (0,4mg/hari ) selama masa reproduksi dan
dilanjutkan selama kehamilan
Saat hamil
Strong evidence( Class I )
o Jenis OAE jangan diganti bila tujuannya hanya untuk mengurangi risiko
teratogenik
o Penggunaan pollifarmasi atau asam valproate perlu dilakukan :
Pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein serum meningkat
Pemeriksaan USG level II
Amniosentesis untuk pemeriksaan kadar alfa fetoprotein dan
asetilkolinesterase dalam cairan amnion
o Weeker evidence ( class III)
Penyandang epilepsy dengan bangkitan terkontrol, kadar OAE
diperiksa sebelum konsepsi, awal tiap terisemster dan pada bulan
terakhir kehamilan, juga dapat dipantau bila ada indikasi
( misalnya bila terjadi bangkitan atau ragu dengan kataatan minum
obat)
Diberikan vitamin K 10mg/ hari dalam bulanterakhir kehamilan
pada penyandang menggunakan anti epilepsy yang menginduksi
eznim p450( fenorbarbital,fenitoin, karbamazepin)
Setelah persalinan
Strong evidence
o ASI tetap diberikan
o Diperhatikan apakah ada kesulitan minum dan efek sedasi pada bayi
Weaker evidence
o Kadar OAE dipantau sampai minggu ke 8 pasca persalinan
o Bila oae dinaikan selama kehamilan turunkan kembali sampai kekadar
dosis sebelum kehamilan untuk menghindari toksisitas
[Type text] Page 17
Persalinan pada penyandang epilepsy
o Persalinan harus dilakukan diklinik atau rumah sakit dengan fasilitas
untuk perawatn epilepsy dan unit perawatan intensif untuk neonates
o Persalinan dpat dilakukan secara normal pervaginam
o Selama persalinan, OAE harus tetap diberikan . apabila perlu penyandang
epilepsy dapat diberi dosis tambahan dan atau obat perntereal terutamabila
terjadi partus lama
o Terapi kejang saat melahirkan dianjrukan sebaiknya digunakan lorazepam,
diazepam, fenitoin iv. Dosis lorasepam 0,07 mg/kg jika perlu dapat
diulangi setelah 10 menit. Diazepam 10 mg iv dab febutiub 15-20 mg / kg
diikuti dosis 8 mg/kg / hr, diberikan 2kali / hari secara iv atau oral
o Vitamin K 1 mg im diberikan pada neonates saat dilahirkan oleh ibu
menggunakan OAE penginduksi – enzim untuk mengurangi risiko
terjadinya perdarahan. Pemeruan ulang vitamin K2 mg oral pada neonates
dilakukan pada akhir minggu pertama dan akhir minggu ke -4
Menyusui pada perempuan dengan epilepsy
o Fenitoin dan asam valproate mempunyai proporsi ikatan pada protein
cukup tinggi sehingga kadarnya dalam ASI cukup rendah
o Karbamazepin dan fenorbarbital terdapat d dalam ASI dengan kadar yang
lebih tinggi
o Lamotrigin dan topiramat mempunyai ikatan protein yang rendah sampaai
sedang, demikian pula konsterasi yang ditemukan pada ASI
o Gabapentin , dana levetisetam tidak ada ikatan protein dan mempunyai
konstrasi yang ekuivalen dengan serum maternal dan ASI
Epilepsi pada menopause
Pada masa perimenopause, terjadi peningkatan risiko untuk terjadi awitan
bangkitan dan keparahan epilepsy . menopause dapat mengurangi frekuensi
kejang pada epilepsy katamenial, bangkitan yang terjadi pada usia lanjut, dan
bangkitan yang terkontrol dengan baik. OAE yang menginduksi enzim P450,
umumnya masih digunakan pada perempuan menopause. OAE jenis ini dapat
[Type text] Page 18
mempengaruhi metabolism kalsium dan menekan produksi bentuk vitamin D aktif
yang akan meningkatkan risiko gangguan tulang sperti osteoporosis, osteopenia,
osteomalasia, dan fraktur. Dianjurkan menggunaka OAE non induksi eznim
yangdilaporkan lebih baik untuk perempuan. Valproate juga meningkatkan risiko
terjadinya kelainan tulang walaupun mekanisme belum diketahui
Beberapa efek menopause dapat dikurangi dengan terapi sulih hormone.
Terapinya berupa estrogen yang dikombinasi dengan progesterone. OAE
penginduksi enzim dapat mempengaruhi kadar hormom, sehingga dibutuhkan
dosis hormone yang besar. Bila menggunakan terapi sulih hormone maka
dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin D dan suplemen kalsium , olahraga m
menghindari alcohol, dan rokok untuk meminimalkan kehilangan masaa tulang
dan osteoporosis
[Type text] Page 19
IX . Diagnosis Banding
1. Sinkope
Sinkope ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat kekurangan aliran darah ke
dalam otak dan anoksia. Sebabnya adalah tensi darah yang menurun mendadak, biasanya
ketika penderita sedang berdiri. Pada fase permulaan, penderita menjadi gelisah, tampak
pucat, berkeringat, merasa pusing, pandangan mengelam. Kesadaran menurun secara
berangsur, nadi melemah, tekanan darah rendah. Dengan dibaringkan horizontal penderita
segera membaik.
2. Gangguan jantung
Gangguan fungsi dan irama jantung dapat timbul dalam serangan-serangan yang mungkin
timbul dalam serangan-serangan yang mungkin pula mengakibatkan pingsan. Keadaan ini
biasanya terjadi pada penderita-penderita jantung.
3. Hipoglikemia :
Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor, mulut kering. Kesadaran
dapat menurun perlahan-lahan.
4. Keracunan :
Keracunan alcohol, obat tidur, penenang, menyebabkan kesadaran menurun. Pada keadaan
ini penurunan kesadaran berlangsung lama yang mungkin pula didapati pada epilepsi.
5. Histeria : Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita 7-15 tahun.
Serangan biasanya terjadi di hadapan orang-orang yang hadir karena ingin menarik perhatian.
Jarang terjadi luka-luka akibat jatuh, mengompol, atau perubahan pasca serangan seperti
terdapat pada epilepsy. Gerakan-gerakan yang terjadi tidak menyerupai kejang tonik klonik,
tetapi bias menyerupai sindroma hiperventilasi. berhubungan dengan stress.
6. Narkolepsi Pada narkolepsi terjadi serangan-serangan perasaan mengantuk yang tidak
dapat dikendalikan.
[Type text] Page 20
XI. Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada cara untuk mencegah epilepsi, karena kebanyakan kasus terjadi tanpa
diketahui penyebabnya.
Asupan nutrisi yang baik : di ketahui salah satu etiologi dari epilepsy kelainan metabolic seperti
hipoglikemia. Sehingga dengan asupan gizi yg baik dapat mengurangi frekuensi dari kejang
maupun epilepsy
Pemakaian obat yang dianjurkan mengingat efek samping obat anti epilepsi yang kurang baik,
tentunya yang murah dan mudah didapat. FDA telah menetapkan kategori teratogenisitas
beberapa obat anti epilepsi pada wanita hamil yaitu yang termasuk kategori C (karbamazepin dan
klonazepam) dan kategori D (trimethadione, asam valproat, phenytoin dan phenobarbital)
Beberapa obat anti epilepsi baru seperti gabapentin, lamotrigine, tiagabine, topiramate dan
vigabatrin tidak didapatkan efek teratogenik pada hewan percobaan, tetapi penelitian pada wanita
hamil baru sedikit dan ini digunakan lebih banyak sebagai add-on terapi. lamotrigine yang diakui
sebagai monoterapi
XII . Prognosis
Pasien epilepsy yang mengalami kehamilan prognosisnya lebih buruk dibandingkan wanita
normal. Karena pengaruh dari epilepsy tersebut selain berbahaya buat janin dan ibu. Dan juga
banyak efek samping dari obat epilepsy yang memiliki efek samping yang beraneka ragam pada
saat kehamilan bagi bayi..
XIII KESIMPULAN
Epilepsi pada wanita memerlukan penanganan yang berbeda karena pada wanita mengalami
yang namanya kehamilan dan proses menyusui. Maka dari itu harus mendapat perhatian khusus
dari kita para dokter dalam menangani kasus epilepsy pada wanita
[Type text] Page 21