epilepsi referat

Upload: istari

Post on 10-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Status epileptikus ialah aktivitas kejang yang berlangsung terus – menerus lebih dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran. Dalam praktek klinis lebih baik mendefinisikannya sebagai setiap aktivitas serangan kejang yang menetap selama lebh dari 10 menit. Status mengancam adalah serangan kedua yang terjadi dalam waktu 30 menit tanpa pulihnya kesadaran diantar serangan.

TRANSCRIPT

EPILEPSI

Bab I Pembahasan1. Definisi

Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.

Status epileptikus ialah aktivitas kejang yang berlangsung terus menerus lebih dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran. Dalam praktek klinis lebih baik mendefinisikannya sebagai setiap aktivitas serangan kejang yang menetap selama lebh dari 10 menit. Status mengancam adalah serangan kedua yang terjadi dalam waktu 30 menit tanpa pulihnya kesadaran diantar serangan.

2. Perbedaan antara epilepsi idiopatik dan epilepsy simptomatik

Epilepsi idiopatikEpilepsi simtomatik

Penyebab tidak diketahui.

Tidak dapat dibuktikan adanya lesi pada otak.

Ditemukan pada banyak kasus akibat jarigan otak yang abnormal aktif karena cedera,infeksi atau sebab-sebab yang tidak diketahui.

Umumnya faktor genetik lebih berperan. Penyebab diketahui.

Ada kelainan serebral yang mempermudah terjadinya respon kejang.

Pada anak-anak penyebab yang paling sering ialah cedera lahir dan anoxia, lesi inflamasi pada otak, cerebrovascular accident, cedera kepala dan malformasi otak kongenital.

3. Klasifikasi bangkitan kejang berdasarkan klasifikasi ILAE 1981

I. Kejang parsial ( fokal, local )

A. Parsial sederhana: Dapat dengan manifestasi motor, autonomik, somatosensori, psikik.

B. Parsial kompleks

1. Dengan gangguan kesadaran sejak onset

2. Onset parsial sederhana diikuti penurunan kesadaran

C. Kejang parsial menjadi tonik-klonik umum secara sekunder

1. Parsial sederhana menjadi tonik-klonik umum

2. Parsial kompleks menjadi tonik-klonik umum

II. Kejang umum

A.1. Absens

1. Hanya gangguan kesadaran

2. Dengan komponen klonik ringan

3. Dengan komponen atonik

4. Dengan komponen tonik

5. Dengan automatisme

6. Dengan komponen autonomik ( 2-6 dapat terjadi

sendiri atau dalam kombinasi )

A.2. Absens atipik

B. Mioklonik

C. Klonik

D. Tonik

E. Tonik-klonik

F. Atonik atau astatik

III. Tidak dapat diklasifikasi

4. Sindrom epilepsi yang khas pada anak

Sindrom epilepsi adalah epilepsi yang ditandai adanya sekumpulan gejala dan tanda klinis yang terjadi bersama-sama, meliputi jenis serangan, etiologi, anatomi, factor pencetus, umur onset, berat penyakit, kronisitas, dan kadang-kadang prognosis.

Sindrom West

1. Spasme

2. Retardasi mental atau deteriorasi mental

3. Hipsaritmia

4. Onset sebelum 1 tahun, puncak antara 3 7 bulan

Sindrom West Atipik

1. Spasme dan retardasi mental tanpa hipsartmia, tetapi dengan kelainan EEG paroksismal

2. Spasme dan hipsaritmia tanpa retardasi

3. Retardasi dan hipsaritmia dengan serangan staring 4. Onset sebelum 3 bulan

Kedua sindrom diatas tergolong dalam spasme infantil yang merupakan sindrom epilepsi yang banyak ditemukan. Onset antara 3 7 bulan, bila onset lebih dari 1 tahun dianggap termasuk sindrom Lennox-Gastaut. Golongan yang tidak menunjukkan defisit neurologis pada saat onset disebut kriptogenik atau primer sedangkan golongan yang telah menunjukkan defisit neurologis pada saat onset disebut simtomatik atau sekunder. Spasme infantil dapat disebabkan berbagai hal misalnya kerusakan otak pre dan periatal karena hipoksia-iskemia, trauma dan perdarahan, penyakit neurokutan terutama tuberous sclerosis, malformasi serebral, penyakit metabolik dan infeksi serebral.

Spasme dibagi dalam fleksor, ekstensor atau campuran sesuai jenis otot yang terkena, bila sangat cepat disebut lightning spasm. Spasme unilateral atau asimetris sangat jarang ditemukan dan menunjukkan kerusakan patologis otak. Dapat disertai kejang umum atau kejang parsial.

Bila ada fenomena repetitif , diagnosis dapat ditegakkan dengan mudah melalui pemeriksaan EEG. Pasien dengan fenomena repetitif tetapi EEG dan pekembangan normal disebut sebagai benign myoclonus of early infancy atau benign non epileptic spasm. Pada epilepsi mioklonik sejati, spasme biasanya tunggal. Membedakan SI dengan SLG seringkali sulit, lagipula SI dapat berevolusi menjadi SLG dan prognosis serta pengobatan tidak jauh berbeda. Retardasi mental pada saat onset ditemukan pada 95 % kasus dan biasanya berat. Defisit neurologis berupa kelumpuhan spastik dan mkrosefali.

EEG memperlihatkan hipsaritmia, campuran sama sekali tak teratur dari gelombang lambat voltase sangat tinggi melebihi 200 uv dengan frekuensi 1 7 per detik bercampur tidak teratur dengan gelombang tajam dan paku dengan amplitudo, morfologi, kecepatan dan lokasi sangat bervariasi. Hipsaritmia modified lebih terorganisir dengan baik dengan letupan bilateral sinkron. Dapat pula terlihat pola supression-brust, terutama pada usia sbelum 4 bulan.

Spasme akan menghilang pada usia 5 tahun. Kasus dengan fungsi intelek normal sangat jarang ditemukan, hanya pada kasus kriptogenik atau bila spasme hanya berlangsung untuk beberapa bulan.

Prognosis baik apabila :

1. Kelompok primer

2. Perkembangan motor dan mental normal sebelum onset

3. Tidak ada kejang jenis lain

4. Pengobatan dini

5. Spasme hanya berlangsung beberapa bulan

Prognosis buruk apabila:

1. Kelompok sekunder

2. Perkembangan mental dan motor abnormal sebelum onset

3. Ada kejang jenis lain

4. Onset sebelum usia 3 bulan

Sindrom Lennox Gastaut ( SLG )

1. Ditandai serangan epilepsi berupa absens atipik, kejang tonik aksial, jatuh mendadak karena serangan atonik atau kadang-kadang mioklonik.

2. Gelombang paku ombak lambat difus pada saat bangun, irama cepat 10/detik pada saat tidur.

3. Gangguan perkembangan mental dan tingkah laku.

Umur onset kurang dari 8 tahun dengan puncaknya antara 3 5 tahun. Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Onset penyakit bervariasi, dapat terjadi pada anak yang sebelumnya normal, dapat diahului serangan epilepsi lain termasuk spasme infantil yang kemudian berubah bentuk dan pola EEG enjadi SLG, dapat didahului status epileptikus. Kriteria klinis saat ini lebih longgar, bahkan banyak peneliti yang memasukkan semua pasien dengan kelainan EEG berupa gelombang paku ombak lambat ke dalam sindrom ini.

Serangan kejang tonik merupakan kejang tersering. Dapat bilateral atau unilateral. Serangan terjadi berkali-kali dan setelah serangan anak biasanya sadar kembali. Absens atipik berlangsung cepat dan agak sulit dikenal, tidak disertai kehilangan kesadaran yang nyata. Sering disertai mioklonus kelopak mata dan mulut. Serangan lain adalahserangan atonik, dan mioklonik, ditandai jatuhnya kepala atau seluruh tubuh secara tiba-tiba, yang secara klinis sulit sekali dibedakan. Anak sering jatuh terjungkal atau kepala jauh kedepan sebentar.

Ketiga bentuk serangan sering terjadi pada 1 anak. Dapat pula disertai kejang lain seperti kejang tonik-klonik, klonik atau kejang parsial. Dapat terjadi status epileptikus pada 2/3 kasus, berupa kesadaran berkabut dengan kejag tonik yang sangat sering.

EEG pada saat bangun menunjukkan irama dasar yang abnormal, dengan gelombang paku - ombak lambat sangat dominan dikedua hemisfer. Pada saat tidur menunjukkan gelombangpaku ritmik 10 spd yang difus.

Anak dengan cepat menunjukkan retardasi psikomotor, dapat disertai gangguan psikik dan anak menjadi agresif. Sebagian besar pasien menjadi epilepsi kronik dengan retardasi mental. Serangan akan berkurang pada 15 - 20% kasus dan obat dapat dikurangi, tetapi perkembangan mental tetap kurang baik. Kesembuhan atau bebas dari serangan disertai mental yang normal hanya dilaporkan pada 5 % kasus. Prognosis ditentukan oleh :

1. Apakah anak mempunyai defisit neurologis sebelumnya, yang biasanya terjadi setelah spasme infantil.

2. Onset sebelm 3 tahun menunjukkan prognosis buruk.

3. EEG dengan irama dasar yang lambat dan adanya fokus epilepsi disamping gambaran paku ombak lambat.

5. Penyebab epilepsi simptomatik

Penyebab intrakranial :

1. Cedera lahir dan anoksia

2. Lesi inflamasi pada otak

3. Cerebrovascular accident

4. Cedera kepala

5. Malformasi otak kongenital

Penyebab ekstrakranial :

1. Gagal jantung

2. Gangguan pernapasan

3. Gangguan metabolisme ( hipoglikemia, hiperglikemia, uremia )

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

5. Intokskasi obat

6. Gangguan hidrasi ( dehidrasi, hidrasi lebih )

6. Tanda khas epilepsi parsial sederhana

Kejang parsial sederhana adalah kejang dengan onset lokal pada satu bagian tubuh tanpa terganggunya kesadaran. Gejalanya dapat berupa gejala motor, sensori, kognitif, atau afektif.

Dengan gejala motor

1. fokal motorik tidak menjalar : sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja.

2. fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.

3. versif : sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.

4. postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu.

5. disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.

Dengan gejala autonomik

1. sensasi epigastrium

2. pucat

3. berkeringat

4. piloereksi

5. dilatasi pupil

6. inkontinensia

Dengan gejala somatosensori atau sensori khusus

Sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindera dan bangkitan yang disertai vertigo.

1. somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.

2. visual : terlihat cahaya.

3. auditoris : terdengar sesuatu.

4. olfaktoris : terhidu sesuatu.

5. gustatoris : terkecap sesuatu.

6. disertai vertigo

Dengan gejala psikis ( gangguan fungsi luhur )

1. disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.

2. dismnesia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak pernah mengalami, medengar, melihat, mengetahui sesuatu. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.

3. kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.

4. afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.

5. ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.

6. halusinasi kompleks ( berstruktur ) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu dan lain-lain.

7. Tanda khas epilepsi kompleks

Epilepsi parsial kompleks pada awalnya disebut sebagai epilepsi lobus temporalis karena adanya fokus di lobus temporalis atau sistem limbik dan sebagai epilepsi psikmotor karena manifestasi psikik dan motor yang ditunjukkannya. Pada faktanya, secara topografis, klinis dan EEG serangan parsial kompleks dapat berbeda, sehingga istilah yang tepat adalah epilepsi parsial kompleks untuk epilepsi parsial yaitu epilepsi yang berasal dari satu fokus yang disertai penurunan kesadaran.

Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran

Kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun

1. Dengan gejala parsial sederhana dengan gejala motorik, otonom, somatosensoris, psikis : gejala-gejala seperti pada sawan parsial sederhana diikuti dengan menurunnya kesadaran. 2. Dengan automatisme Automatisme yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah-ngunyah, menelan-nelan, wajah muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang-megang kancing baju, berjalan, mengembara tak menentu, berbicara, dan lain-lain.

Dengan penurunan kesadaran sejak serangan

1. Hanya dengan penurunan kesadaran.2. Dengan automatisme.8. Tanda khas epilepsi parsial kemudian menjadi umum

Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.

Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.

Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.

9. Tanda khas epilepsi tonik-klonik umum

Sawan ini sering dijumpai pada umur diatas balita yang terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu sawan. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira - menit diikuti kejang kelojot diseluruh badan. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.

10. Tanda khas epilepsi tonik umum

Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan ekstremitas menetap dalam satu posisi. Biasanya terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu sisi, dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh.

Wajah menjadi distorsi, pucat kemudian menjadi merah dan kebiruan karena tidak dapat bernapas. Mata terbuka atau tertutup, konjungtiva tidak sensitif, dilatasi pupil. Serangan tonik aksial dengan ekstensi kepala, leher dan batang tubuh dapat terjadi.

11. Tanda khas epilepsi klonik umum

Kejang umum tonik-klonik kadang-kadang tidak memperlihatkan fase tonik tetapi hanya sentakan klonik. Pada saat frekuensi gerak klonik menurun, amplitudo tetap tinggi. Fase postiktal biasanya pendek. Dapat terjadi gerak klonik kemudian menjadi tonik dan kembali menjadi klonik disebut sebagai klonik-tonik-klonik. Dijumpai terutama sekali pada anak.

12. Tanda khas epilepsi absence

Dulu sindrom ini disebut petit mal epilepsy atau epilespi lena. Tetapi sekarang sering disebut dengan absense/absans saja. Salah satu ciri sindrom ini adalah frekuensi serangan absanse-nya sangat sering, dalam satu periode bisa 10 kali.

Anak tampak tidak sadar atau tampak seperti melamun, biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik., di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.

Tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya untuk beberapa saat. Selama beberapa detik, si anak berhenti melakukan aktivitasnya, tatapannya lurus ke depan dan tidak memberikan respons terhadap perintah orang lain. Sementara kejang berlangsung, kelopak matanya berkedip-kedip secara cepat, lengan atau kakinya berkedutan, tersentak-sentak atau bergerak tanpa tujuan. Setelah serangan usai, si anak tidak menyadari serangan yang baru dialaminya dan biasanya melanjutkan aktivitasnya seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.

Dari pemeriksaan EEG tampak gambaran yang sangat khas, 3 Hz atau 3 siklus per detik.

13. Tanda khas epilepsi atonik

Kejang ini akan menyebabkan anak kehilangan tonus otot-otot pada anggota badannya, sehingga anak dapat jatuh ke lantai secara tiba-tiba (drop attacks). Anak kehilangan kesadarannya, tidak terjadi awitan fokal, tidak mengalami aura terlebih dahulu, dan kejang terjadi bilateral dan simetris. Corak kejang ini biasanya berlaku di dalam kanak-kanak yang mengalami kecederaan di otak, kekurangan oksigen semasa saat persalinan atau mengidap meningitis.

14. Tanda khas epilepsi mioklonik

Kejang ini berlaku secara tiba-tiba, simetris, kejang anggota badan, dapat diikuti dengan kehilangan kesadaran, tidak didahului dengan aura. Kontraksi seperti syok mendadak tetapi hanya beberapa otot saja seperti tungkai, tetapi hanya sebentar. Serangan mungkin sekali saja, atau boleh berulang-ulang dengan cepatnya.

15. Tanda khas epilepsi spasme infantile

Disebut juga sindrom West. Merupakan suatu sindrom mioklonus berat yang timbul pada 18 bulan pertama kehidupan dan dihubungkan dengan deteriorasi serebri generalisata; ini ditandai dengan spasme fleksi berat kepala, leher dan batang tubuh serta ekstensi lengan dan tungkai. (Dorland, 2002). Spasme ini berlangsunjg bilateral. Epilepsi jenis ini memiliki prognosis yang jelek, hanya 5-10% anak penderita spasme infantile yang berkembang normal ke fungsi yang hampir normal, sedangkan lebih dari 2/3 akan memiliki defisit yang berat.

EEG pada anak penderita spasme infantile menunjukkan hypsaritmia atau gelombang pelan dengan votlasi yang tinggi dengan spikes multifokal. Biasanya spasme infantile memiliki trias:

Lighting attacks ( kejang mioklonik mendadak yang berat, diseluruh tubuh atau di beberapa bagian tubuh dalam beberapa detik, kaki ditekuk (pada keadaan ini kejang otot flexor biasanya lebih parah dibanding yang ekstensor).

Nodding attacks ( kejang pada tenggorokan dan otot flexor leher. Pada saat itu, dagu tertekuk seluruhnya ke dada, atau kepala tertarik ke dalam.

Salaam/jacknife attacks ( spasme flexor dengan kepala dan badan secara cepat, dan stimultan tangan naik dan tertekuk, kedua tangan saling mendekat di depan dada dan atau flailing

16. Tanda khas epilepsi Lennox-Gastaut

Disebut juga sindrom Lennox-Gastaut. Merupakan suatu bentuk absence epilepsy atipikal yang ditandai dengan gelombang paku lambat difus, sering dengan kejang atonik, tonik, atau klonik, dan retardasi mental; juga terdapat kelainan neurologic lain atau tipe kejang mutipel. Tidak seperti absence epilepsy tipikal, sindrom ini dapat menetap sampai dewasa. Disebut juga petit mal variant. (Dorland, 2002). Sebagian besa anak yang menderita sindrom Lennox-Gastaut merupakan anak yang dulunya menderita sindrom West. Anak-anak ini menderita retardasi mental yang berat. Tetapi bila sebelumnya anak tersebut tidak menderita sindrom West, maka disebut Lennox-Gastaut Primer. Kelainan ini bersifat genetik, dan penderita tidak mengalami cacat mental.

Epilepsy jenis ini biasanya terjadi pada anak usia 1-7 tahun. Karakteristik dari kejang ini yaitu serangan mioklonik yang bisa terjadi berpuluh-puluh kali dalam sehari dan serangan kejang tonik-klonik atau serangan atonia dapat melengkapi. Tetapi kejang ini juga bisa bersifat atonik, atypical absence, complex partial, ataupun fokal.

Biasanya setengah dari penderita akan menjadi status epileptikus, paling banyak yang tipe non-konvulsif, dengan gejala pusing, apatis, dan tidak memberikan respon. Kejangnya dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran secara mendadak (atau spasme tonik, atonik, dan miklonik) dan atau hilangnya keseimbangan. Maka anak ini sebaiknya memakai pelindung (contohnya helm) untuk melindungi anak dari trauma.

EEG anak penderita sindrom Lennox-Gastaut menunjukkan slow-spikes wave complex.17. Tanda khas kejadian yang mirip epilepsy

Jeavons menemukan 20-25% pasien yang dirujuk ke klinik epilepsy ternyata bukan pasien epilepsy. Di antara 200 pasien salah diagnosis yang terbanyak adalah pasien sinkop 44%, kemudian kelainan psikiatrik 20%, breath-holding spell 11%, migren 6%, night terrors 6%, dan sisanya bermacam-macam kelainan. Robinson menemukan salah diagnosis terbanyak adalah breath-holding spell, kemudian pingsan, migren, dan vertigo.

Breath-holding spell (Serangan Napas-terhenti sejenak)

Serangan napas terhenti sejenak sering terjadi pada anak pada usia kurang dari 5 tahun. Mereka membagi serangan napas terhenti sejenak menjadi 2 jenis, yaitu jenis sianotik (cyanotic breath holding spell) dan jenis pucat (palid breath holding spell atau white breath holding spell). Serangan napas terhenti sejenak sianotik timbul karena adanya factor pencetus berupa amrah, takut, sakit atau frustasi. Biasanya anak menangis kuat sebentar, kemudian menahan napas dalam ekspirasi menjadi sianosis, lemas dan tidak sadar. Pada waktu sianosis kadang-kadang diikuti kekakuan seluruh tubuh sebentar, kadang-kadang dikuti 2-3 sentakan (jerks), kemudian anak bernapas kembali dan menjadi sadar. Jadinya serangan napas terhenti sejenak jenis sianotik diduga disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak karena peninggian tekanan dalam rongga dada.

Serangan napas terhenti sejenak pucat sangat berbeda dengan serangan napas terhenti sejenak sianotik. Serangan biasanya timbul karena trauma ringan terutama benturan pada kepala; anak menjadi frustasi dan marah, kemudian menjadi tidak sadar, pucat, kaku, dan atau opistotonus. Kadang-kadang tidak didahului oleh menangis atau hanya menangis singkat. Tidak terdapat sianosis. Kadang-kadang disertai mata melirik ke bawah dan sentakan-sentakan anggota gerak (jerking). Terjadinya karena kegagalan sirkulasi yang disebabkan oleh karena asistol. Asistol disebabkan oleh terangsangnya refleks vagal.

Sinkop

Sinkop adalah kehilangan kesadaran mendadak akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Penyebab sinkop bermacam-macam, tetapi pada garis besarnya disebabkan oleh:

1. Refleks vascular abnormal menyebabkan asistol atau hipotensi

2. Kegagalan refleks simpatetik menyebabkan hipotensi berat

3. Penyakit jantung intrinsik menyebabkan aritmia atau asistol jantung

Jenis sinkop yang sering ditemukan ialah sinkop refleks, sinkop demam, dan sinkop jantung. Sinkop refleks timbul karena faktor pencetus berupa gangguan emosi, melihat darah, rasa nyeri ringan, suntik, pemandangan atau kejadian yang tidak meyenangkan dan kadang-kadang waktu masuk atau keluar kamar mandi. Sinkop refleks terjadi pada waktu pasien berdiri atau duduk, terutama di tempat yang panas dan pengap; sangat jarang terjadi pada pasien yang sedang terjadi. Gejala berupa; sebelum pingsan pasien merasa sesuatu misalnya dingin atau panas, pusing, nausea, perasaan seperti pergi jauh, penglihatan kabur atau gelap, pasien menjadi lemas, perlahan-lahan jatuh dan tidak sadar. Pasien tampak pucat dan berkeringat dingin. Bila serangan berat, badan menjadi kaku, mata melotot keatas atau kebawah dan kejang (convulsive syncope), kadang-kadang mengompol (urinary incontinence). Serangan sinkop tidak akan merusak otak dan tidak perlu diberi anti konvulsan.

Sinkop demam (febrile syncope atau febrile refleks anoxic seizures) terjadi pada waktu demam. Gejala seperti kejang demam terutama bentuk kronik. Untuk membedakan kejang demam dan sinkop demam dilakukan penekanan pada bola mata pasien (oculocardiac reflex). Kalau timbul serangan berarti sinkop demam, bukan kejang demam, hal ini ada bahayanya karena penekanan bola mata dapat menyebabkan henti jantung lama dengan koma sebentar.

Kelainan psikiatrik

Ada 2 macam, yaitu manifestasi psikiatrik akut dan serangan pseudoepileptik. Menurut Jeavons kelainan psikiatrik akut merupakan salah diagnosis sebagai epilepsi urutan ke 2 setelah sinkop. Serangan gelisah dan panik yang kadang-kadang disertai ngompol, serangan akut, nyeri epigastrik.

Serangan pseudoepileptik (pseudoepileptic seizure, pseudoseizure, non epileptic seizure, histerical seizure, atau psikogenik seizure) sering pada dewasa muda, tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak berumur antara 4 - 6 tahun. Serangan terjadi pada anak yang menderita epilepsi, tetapi kadang-kadang dapat pula terjadi pada anak bukan pasien epilepsi. Serangan berupa meniru serangan epilepsi seperti bentuk tonik klonik, toniki atau parsial kompleks, tetapi tidak mirip betul dengan serangan epilepsi, lebih mirip gerakan-gerakan yang diatur; serangan tidak mendadak, bertahap dan berulang-ulang. Biasanya didahului oleh perasaan pusing, perasaan aneh, kelumpuhan sebelah atau kedua anggota gerak. Biasanya tidak terdapat keadaan postiktal. Serangan tidak pernah terjadi pada waktu sedang tidur. Serangan sering pada anak perempuan.

Migren

Migren adalah kelaianan herediter yang ditandai oleh perubahan mendadak dalam aliran darah otak, dan diturunkan secara dominan autosomal. Sindrom klinis migren dibagi atas 5 golongan, yaitu migrant klasik, migrant biasa (common migrant), migren basilar, migren ekuivalen, cluster headache.

Migren klasik terdiri atas 2 fase (bifasik), yaitu fase vasokonstriksi dan fase vasodilatasi. Vasokonstriksi pada arteria karotis internus, sedangkan vasodilatasi terutama pada arteria karotis eksternus. Pada fase vasokonstriksi gejala yang timbul terutama gangguan penglihatan berupa seperti melihat cahaya, skotoma, penglihatan kabur, hemianopsia, buta sejenak dan halusinasi visual; kadang-kadang ada kelainan neurologis yaitu, amnesia, hemiplegic dan oftalomoplegi. Pada fase vasodilatasi gejala yang timbul sakit kepala seperti dipukul-pukul atau berdenyut-denyut, sering kali di satu sisi kepala, kontralateral kelainan neurologis. Yang paling sakit di daerah mata, dahi dan pelipis. Sakit kepala akan berakhir setelah 2-6 jam dengan mual dan muntah. Muntah merupakan tanda serangan akhir berakhir.

Common migrant gejalanya lebih bervariasi, tidak bifasik, dan tidak khas. Gangguan penglihatan tidak menonjol, yang lebih menonjol adalah perubahan kepribadian, lemas, pening, dan nausea. Seraangan berlangsung beberapa jam atau beberapa hari.

Migren basiler manifestasi berupa gangguan penglihatan, ataksia, vertigo, tinnitus, hemiparesis bergantian sisi kiri dan kanan, parestesi pada jari tangan, jari kaki dan sudut mulut, kesadaran hilang sebentar, aritmia jantung, stroke batang otak.

Migren ekuivalen terdiri atas 4 macam serangan, yaitu vertigo paroksismal benigna, tortikolis paroksismal, muntah berulang (cyclic vomiting), amnesia global sejenak. Vertigo paroksismal benigna berupa serangan vertigo mendadak, sehingga pasien diam, berbaring dilantai atau minta dipegangi, pasien pucat, nistagmus dan ketakutan. Pada tortikalis paroksismal terjadi serangan berupa kepala pasien miring, kadang-kadang disertai pucat, muntah dan agitasi. Serangan berlangsung beberapa jam sampai 3 hari.

Muntah berulang berupa enek dan muntah berulang. Amnesia global sejenak berupa tidak dapat mengingat sesuatu yang baru dan lupa sesuatu yang lama. Cluster headache berupa serangan sakit kepala saja, sehingga mudah dibedakan dengan epilepsi.

18. Anamnesis

1. Identitas pasien

2. Serangan: a. suasana

b. waktu

c. faktor pencetus

d. gejala-gejala sebelum serangan

e. gejala-gejala sewaktu serangan

f. gejala-gejala sesudah serangan

g. saksi mata yang melihat serangan

3. Riwayat medis:a. riwayat neurologis

b. riwayat psikiatris

c. riwayat keadaan yang mungkin sebagai penyebab (misalnya trauma kepala, infeksi otak)

d. riwayat perinatal dan perkembangan

e. riwayat keluarga

19. Pemeriksaan penunjang pada epilepsi

1) Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan Darah, dilakukan pemeriksaan darah tepi rutin, pemeriksaan lain yang sesuai dengan indikasi (kadar gula darah, elektrolit). Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, berdarah, xantrokrom, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula, NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.

2) Pemeriksaan Elektroensefalogram.

Pemeriksaan ini berguna membantu kita dalam mendiagnosa epilepsy. Kelainan EEG yang paling sering dijumpai disebut epileptiform discharge atau epileptiform activy (Sidell dan Daly 1936) misalnya spike, sharpe wave, spike dan wave, dan paroxmal slow activity. Kadang-kadang rekaman EEG dapat menemukan focus seerta jenis epilepsy apakah fokal, multifocal, kortikal, subkortikal, misalnya peptit mal mempunyai gambaran 3 cps spike and wave dan spasme infantile mempunyai gambaran hipsaritmia. Pemeriksaan EEG harus dilakukan secara berkala, perlu diingatkan bahwa kira-kira 8-12% dari penderita epilepsy mempunyai gambaran EEG yang normal.

20. Mengobati status epileptikus secara simptomatik

ObatCara pemberianDosis anakKomplikasiKeterangan

DiazepamIV bolus

Rektal

IV infuse0.25-1.5mg/kg

2-5mg/min

0.5-0.75mg/jamSedari, depresi respirasi, hipotensi, kejang bisa berulangCepat mengendalikan kejang, perlu diikuti dengan rumatan antikonvulsan

LorazepamIV bolus0.1mg/kgSama dengan diazepam, lebih kecil kemungkinan kejang demamProteksi lebih lama (sampai 12jam); Tidak ada metabolik toksik aktif yang terbentuk)

MidazolamIM/rectal

IV bolus

IV infus

Buccal.15-0.3mg/kg (dapat diulang)Belum tersedia di Indonesia.

PhernobarbitalIV bolus15-20mg/kg (kecepatannya 70

Kerniq

: -/-

2. Saraf Kranial

N.I (Olfaktorius) Penciuman

: Normosmia

N. II (Optikus)

Visus

: Secara kasar baik

Lihat warna

: Buta warna (-)

Kampimetri

: Tidak dilakukan

Funduscopy

: Tidak dilakukan

N. III, IV, VI (Okolomotorius, Trochlearis, Abdusen)

Sikap bola mata

Ptosis

: Tidak ada

Strabismus

: Tidak ada

Eksoftalmus: Tidak ada

Endoftalmus: Tidak ada

Diplopia

: Tidak ada

Deviasi Konjuge: Tidak ada

Pergerakan Bola mata

Lateral kanan

: Baik

Lateral Kiri

: Baik

Atas

: Baik

Bawah

: Baik

Berputar

: Baik

Pupil

Bentuk

: Bulat, diameter 3mm/3mm

Isokor

: Isokor

Reflek cahaya

Kanan

Kiri Langsung

:

+

+

Konsensual

:

+

+

Reflek akomodasi

:

Baik

N. V (Trigeminus)

Motorik

- Membuka Mulut

: Baik

- Gerakan Rahang

: Baik

- Menggigit

: Baik

Sensibilitas

- Rasa nyeri

: Simetris

- Rasa Raba

: Simetris

- Rasa Suhu

: tidak dilakukan

N.VII (Fasialis)

Angkat Alis

: Baik (kanan=kiri)

Kerut Dahi

: Baik (kanan=kiri)

Lagoftalmus

: Tidak ada

Kembung Pipi

: Baik

Menyeringai

: Sulcus naso labialis simetris

Rasa Kecap (2/3 Depan): Pengecapan normal

N.VIII (Vestibulokokhlearis)

Vestibularis

Nistagmus: -

Kokhlearis

Suara bisik

: Baik (kanan=kiri)

Gesekan jari

: Baik (kanan=kiri)

Tes Rinne

: Tidak dilakukan

Tes Weber

: Tidak dilakukan

Tes Schwabach: Tidak dilakukan

N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)

Arkus Faring

: DitengahPalatum Mole

: Ditengah

Uvula

: Ditengah

N.XI (Asesorius)

Menoleh (kanan,kiri,bawah): Baik

Angkat Bahu

: Baik

M.Sternokleidomastoideus: Baik

M.Trapezius

: Baik N.XII (Hipoglosus)

Sikap lidah dalam mulut: Tidak ada deviasi

Julur lidah

: Ditengah

Gerakan lidah

: Ditengah

Tremor

: Tidak ada

Fasikulasi

: Tidak ada

Tenaga otot lidah

: Baik

3. Motorik

Derajat kekuatan otot (0-5)

Kanan

KiriLengan

Atas:

5

5

Bawah:

5

5

Lengan:

5

5

Jari:

5

5

Tungkai ( Atas:

5

5

Bawah:

5

5

Kaki :

5

5

Jari:

5

5

Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni)

Lengan

Fleksor: Normotonus

Ekstensor: Normotonus

Tungkai

Fleksor: Normotonos

Ekstensor: Normotonus

Trofi Otot

Lengan: Eutrofi

Tungkai: Eutrofi

Gerakan Spontan Abnormal( tidak ada4. Koordinasi( Baik

5. Refleks

Refleks Tendo

Biseps

: ++/++

Triseps

: ++/++

Knee Pes Reflex: ++/++

Achilles Pes Reflex: ++/++

Refleks Abnormal

Babinski

: -/-

Chaddock

: -/-

Oppenheim

: -/-

Gordon

: -/-

Schaeffer

: -/-

Hoffman Trommer: -/-

Klonus lutut

: -/-

Klonus Kaki

: -/-

6. Sensibilitas ( Baik

Eksteroseptif

- Rasa raba

: Simetris

- Rasa nyeri

: Simetris

- Rasa suhu

: tidak dilakukan

Propioseptif

- Rasa sikap: Baik (kanan=kiri)

- Rasa getar: Baik (kanan=kiri)

7. Vegetatif

Miksi

: Baik

Defekasi

: Baik

Salivasi

: Baik

Sekresi keringat: Baik

8. Fungsi Luhur( Baik

9. Laboratorium

Hb

: 13,3

Leukosit: 5.500

Trombosit: 141.000

Ht

: 38,1

Natrium: 138

Kalium

: 3,8

Chlorida: 100

RESUME

Pasien (24 tahun), seorang perempuan, datang ke RS UKI dengan keluhan kejang sudah 2 kali dalam 1 minggu terakhir. awalnya (kira kira 9 hari SMRS), pasien merasa demam, seluruh badan, namun suhunya tidak diukur oleh pasien, juga disertai dengan sakit kepala yang berdenyut disertai mual dan muntah. Isi muntahan sesuai dengan yang dimakan. Sakit kepala ini dirasakan oleh pasien semakin hari semakin berat. Pasien sudah minum obat paracetamol, namun tidak ada perubahan dari keluhannya. Pada hari pertama panasnya berlangsung, pasien kejang. Kejang berlangsung kurang dari 5 menit, sifatnya kaku, kesadaran pasien menurun, matanya mendelik ke atas, menurut pasien, sebelum kejang terjadi, pasien merasa seperti ada sesuatu yang naik dari perutnya. Pasien sering mengalami kejang kejang selama ini, dan rutin menggunakan obat luminal dan carbamazepine. Darah tinggi disangkal, kejang demam sejak masih kecil (saat berumur 1 tahun), kecelakaan pada saat kelas 1 SMP (umur 13 tahun) yang mengenai kepalanya. Dan sejak saat itu, menurut ibu pasien, pasien sering demam, sakit kepala, dan kejang. 1 tahun yang lalu, pasien pernah didiagnosis flek paru dan sudah menjalani pengobatan TB paru lengkap. Saai ini pasien sedang dalam perawatan di RS UKI, dan di konsul dari bagian interna karena 1 hari setelah perawatan, pasien sempat kejang. Pemeriksaan Jasmani :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

GCS

: E4V5M6

Nadi

: 110 x/menit

Tekanan Darah: 100/70 Mmhg

Suhu

: 38 C

Respirasi

: 20x/menit

Umur klinis

: 20 an

TANDA-TANDA PERANGSANGAN MENINGENKaku kuduk: -

kernig : -/-

Brudzinski I : -

Laseque : >70 />70Brudzinski II : -/-

SARAF KRANIALIS

N.I

: Sulit dinilai karena pasien sedang flu

Motorik : baik

Sensibilitas : baik

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-

Fungsi vegetasi : miksi : baik; defekasi : baik

DIAGNOSA- Klinis: Epilepsi, cefalgia

- Topis

: korteks serebri

- Etiologis: trauma, vaskuler

Diagnosis Banding

Sinkop

Serangan psikogenik

SOL

Terapi

Diet : lunak TKTP

IVFD: I RL/ 24 jam

MM/: - Diazepam

1 x 5mg K/P kejang

- luminal

1 x 100mg (malam)

- Carbamazepine

2 X 200mg

Pemeriksaan Anjuran

EEG

Prognosis

- Ad vitam

: Bonam

- Ad sanasionum: Malam

- Ad fungsionum: dubia ad malam

Follow up pasien :

TanggalSubjektifPemeriksaan jasmanidiagnosisPemeriksaan penunjangterapi

19/06/2010Sakit kepala, demamSt. Generalis :

KU : TSS

Kesadaran : Composmentis

TD : 100/70 mmHg

N : 112 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 38 C

St. Neurologis :

Rangsang meningeal : -

Nervi craniales : baik

Motorik : baik

Sensibilitas : baik

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-Klinis : epilepsi, cefalgia

Topis : parenkim otak

Etiologi : trauma, vaskulerDiet : lunak TKTP

IFVD : II Nacl/ 24 jam

mm/

- ceftriaxone 2 x 1 gram

- ranitidin 2 x 1 amp

- ondancetron 2 x 1 amp

- plantacid syr 3 x 1

- PCT K/P

- analsik 3 x 1

- Diazepam 1 x 5 mg

- bellapen 2 x 1

TanggalSubjektifPemeriksaan jasmanidiagnosisPemeriksaan penunjangterapi

20/06/2010Sakit kepala berkurangSt. Generalis :

KU : TSS

Kesadaran : Composmentis

TD : 110/60 mmHg

N : 62 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 36,1 C

St. Neurologis :

Rangsang meningeal : -

Nervi craniales : baik

Motorik : baik

Sensibilitas : baik

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-Klinis : epilepsi, cefalgia

Topis : parenkim otak

Etiologi : trauma, vaskulerDiet : lunak TKTP

IFVD : II Nacl/ 24 jam

mm/

- ceftriaxone 2 x 1 gram

- ranitidin 2 x 1 amp

- ondancetron 2 x 1 amp

- plantacid syr 3 x 1

- PCT K/P

- analsik 3 x 1

- Diazepam 1 x 5 mg

- bellapen 2 x 1

TanggalSubjektifPemeriksaan jasmanidiagnosisPemeriksaan penunjangterapi

21/06/2010Sakit kepala berkurang, mualSt. Generalis :

KU : TSS

Kesadaran : Composmentis

TD : 90/60 mmHg

N : 88 x/mnt

RR : 12 x/mnt

S : 36 C

St. Neurologis :

Rangsang meningeal : -

Nervi craniales : baik

Motorik : baik

Sensibilitas : baik

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-Klinis : epilepsi, cefalgia

Topis : parenkim otak

Etiologi : trauma, vaskulerDiet : lunak TKTP

IFVD : II RL/ 24 jam

mm/

- Ceftriaxone 2 x 1 gram

- ranitidin 2 x 1 amp

- ondancetron 2 x 1 amp

- plantacid syr 3 x 1

- PCT K/P

- analsik 3 x 1

- Diazepam 1 x 5 mg

- bellapen 2 x 1

TanggalSubjektifPemeriksaan jasmanidiagnosisPemeriksaan penunjangterapi

22/06/2010Sakit kepala, demamSt. Generalis :

KU : TSS

Kesadaran : Composmentis

TD : 100/60 mmHg

N : 88 x/mnt

RR : 24 x/mnt

S : 37,3 C

St. Neurologis :

Rangsang meningeal : -

Nervi craniales : baik

Motorik : baik

Sensibilitas : baik

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-Klinis : epilepsi, cefalgia

Topis : parenkim otak

Etiologi : trauma, vaskulerDiet : lunak TKTP

Infus : aff

mm/

- Diazepam 1 x 5 mg

- luminal 1 x 100 mg (malam)

- carbamazepin 2 x 200 mg

31