referat refraksi.docx

70
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT KELAINAN REFRAKSI Diajukan untuk memenuhi syarat Ilmu Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Budhi Asih Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal: 24 Oktober 2015 Disusun oleh : Olivia Suritno 030.11.227 Dokter Pembimbing, 1

Upload: denia-mariella-chantika

Post on 12-Apr-2016

23 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Refraksi.docx

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI

Diajukan untuk memenuhi syarat Ilmu Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Budhi Asih

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: 24 Oktober 2015

Disusun oleh :

Olivia Suritno

030.11.227

Dokter Pembimbing,

Dr. Heru Mahendrata S, SpM

1

Page 2: Referat Refraksi.docx

PENDAHULUAN

Mata adalah suatu panca indera yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk

melihat. Dengan mata manusia dapat menikmati keindahan alam dan berinteraksi dengan

lingkungan sekitar dengan baik. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka

akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah semestinya mata merupakan

anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari.(1) Mata memiliki distribusi

global dan mendukung profesional medis dalam pemberian layanan mata yang baik untuk

kesehatan.(2)

Upaya penyembuhan penyakit mata di tanah air terkendala minimnya jumlah dokter

dan sistem pengobatan yang dinilai tidak terorganisasi. Nila F. Moeloek, Ketua Persatuan

Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), menuturkan saat ini satu dokter mata harus

merawat sekitar 250.000 penderita penyakit mata. Angka kebutaan di Indonesia mencapai

1,5% dari total penduduk dan menjadikannya sebagai negara dengan angka kebutaan yang

tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan data nasional, jumlah penderita buta katarak di

Indonesia diperkirakan mencapai 1,8 juta penduduk. Jumlah tersebut akan terus bertambah

sekitar 240.000 orang per tahun.

Pada jenis pekerjaan tertentu ada kecenderungan penggunaan akomodasi mata yang

berlebih (terus-menerus), terutama pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan jarak

dekat atau menegah, sebagai contoh seorang operator kontrol, pekerja yang menggunakan

computer, penjahit, reparasi jam, dan lain-lain. Jika hal ini berlangsung lama, akan

menyebabkan kelelahan pada mata (astenophia atau eyestrain atau eye fatigue) yang berlanjut

pada gangguan penglihatan yang permanen seperti pada kelainan refraksi.(3)

2

Page 3: Referat Refraksi.docx

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata merupakan organ penglihatan dan merupakan panca indera yang sangat penting

untuk melihat. Organ mata memiliki beberapa bagian :

a. Kelopak atau palpebra

Mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar

yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata

yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan

pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan

sedang dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.(4)

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata

sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat kelenjar seperti kelenjar

sebasea, kelenjar Moll, atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut,d an

kelenjar Meibom pada tarsus.

Terdapat pula otot M. orbikularis okuli yang berfungsi untuk menutup bola

mata yang dipersarafi oleh N.VII. Terdapat pula M.levator palpebra yang dipersarafi

oleh N.III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.(4)

3

Page 4: Referat Refraksi.docx

b. Sistem Lakrimal

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.

Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,

duktus nasolakrimalis, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian yaitu: (4)

- Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo

antero superior rongga orbita.

- Sistem ekskresi, yang terdiri dari pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,

sakus lakrimal, duktus nasolakrimalis. Sakus lakrimal terletak di bagian depan

rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga

hidung di dalam meatus inferior

c. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri dari tiga

bagian yaitu : (4)

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari

tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

4

Page 5: Referat Refraksi.docx

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

d. Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 23-25 mm. Bola mata di

bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat

bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan

jaringan, yaitu: (5)

a) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,

merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera

disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam

bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

b) Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada

ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas

iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot

dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi

oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh

parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk

5

Page 6: Referat Refraksi.docx

kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan

cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang

terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan membran neurosensoris yang

akan merubah sinar dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial

antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut

ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga si dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya

menempel papil dan saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di

dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi

ablasi retina.

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada

bagian badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada

akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

Terdapat 6 otot penggerak bola mata yang terdiri dari : (4)

- M. Rektus medial, kontraksinya akan menghasilkan adduksi atau

mengulirnya mata kearah

nasal dan otot ini dipersarafi

oleh N.III.

- M. Rektus lateral,

kontraksinya akan

menghasilkan abduksi atau

mengulirnya mata kearah

nasal dan otot ini dipersarafi

oleh N.VI

- M. Rektus superior,

kontraksinya akan

menghasilkan elevasi

terutama bila mata melihat ke lateral, adduksi dan insiklotorsi dari pada bola

mata dan otot ini dipersarafi oleh N.III.

- M. Rektus inferior , kontraksinya akan menghasilkan depresi, adduksi dan

eksoklotorsi dari pada bola mata dan otot ini dipersarafi oleh N.III.

6

Page 7: Referat Refraksi.docx

- M. Oblik superior, kontraksinya akan menghasilkan depresi terutama bila

mata melihat ke nasal, abduksi dan insoklotorsi dari pada bola mata dan otot

ini dipersarafi oleh N.IV.

- M.Oblik inferior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, abduksi dan

eksoklotorsi dari pada bola mata dan otot ini dipersarafi oleh N.III.

Media refraksi sendiri merupukan struktur penting pada mata yang akan menentukan

posisi jatuhnya bayangan pada retina.(5)

1. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya

merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Bentuk kornea

yang cembung dan sifatnya yang transparan merupakan hal yang sangat

menguntungkan karena sinar yang masuk 80% atau dengan kekuatan 40 dioptri

dilakukan atau dibiaskan oleh kornea ini. Indeks bias kornea adalah 1,38. (5) Saraf

sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke

V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke dalam stroma kornea

menembus membran Bowman dan melepaskan selubung Schwannya. Kornea

memiliki beberapa lapisan yaitu :

a. Epitel

Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel

basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi

lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya

melalui desmosom dan makula ikluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan

membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan

mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

b. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

c. Stroma

7

Page 8: Referat Refraksi.docx

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian

perifer serat kolagen yang bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen

memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

merupakan sel stroma kornea yan merupakan fibroblas terletak di antara serat

kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

d. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakng stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat

elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

e. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40µm.

endotel-endotel pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

okluden.

2. Camera Okuli Anterior dan Posterior

Camera oculi anteriorbagian anteriornya berbatasan dengan kornea, dan

bagian posteriornya berbatasan dengan iris. Bagian central Camera oculi anterior

memiliki kedalaman sekitar 2,5 mm. ukuran ini bertambah dangkal pada pasien

dengan hipermetrop dan bertambah dalam pada pasien dengan myopia. Camera

oculi anterior berisi cairan aqueus ±0.25ml.

8

Page 9: Referat Refraksi.docx

Camera oculi posterior berisi 0.06ml cairan aqueus humor.Pada bagian

anteriornya berbatasan dengan iris dan sebagian corpus ciliaris.Bagian

posteriornya berbatasan dengan lensa.Dan bagian lateral dari camera oculi

posterior berbatasan dengan corpus ciliaris.

Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut

tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior

perifer.

3. Uvea

Uvea merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris,

badan siliar, dan koroid. Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis

masuknya sinar ke dalam bola mata.Reaksi pupil ini merupakan juga indikator

untuk fungsisimpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil.Badan siliar

merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang

limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di

daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah.(4)

Otot longitudinal badan siliar yang berinersi di daerah baji sklera bila

berkontraksi akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran

cairan mata melalui sudut bilik mata. Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi

pada akomodasi akan mengakibatkan mengendurnya zonula Zinn sehingga terjadi

pencembungan lensa. Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan

bereaksi baik terhadap obat parasimpatomimetik.(4)

9

Page 10: Referat Refraksi.docx

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata

dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar

saraf di bagian posterior yaitu:

a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut

sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.

b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis

yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk

dilatasi pupil.

c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk

mengecilkan pupil

4. Pupil

Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah sinar masuk ke

dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil diserap sempurna oleh

jaringan dalam mata. Ukuran pupil dapat mengatur refleks mengecil atau

membesarkan untuk jumlah masuknya sinar. Pengaturan jumlah sinar masuk ke

dalam pupil diatur secara refleks. Pada penerangan yang cerah pupil akan

mengecil untuk mengurangi rasa silau. Pada tepi pupil terdapat m.sfingter pupil

yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis). Hal

initerjadi ketika melihat dekat atau merasa silau dan pada saat berakomodasi.(4)

5. Lensa

Dalam keadaan normal lensa mata manusia transparan, dan berbentuk

biconvex. Lensa terletak diantara iris dan vitreus humor. Jaringan ini berasal dari

ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening.

Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus

cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di

dalam bilik mata belakang.

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di

dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus

sehingga memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk

nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu

dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat

dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini

10

Page 11: Referat Refraksi.docx

terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks

lensa yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks

anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai

konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer

kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh

ekuatornya pada badan siliar.(4)

6. Badan Kaca (Corpus Vitreous)

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara

lensa dengan retina. Badan kaca berstruktur seperti gelatin (semi cair) di dalam

bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.

Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk

meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu

jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,

pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak

terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya

kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan

oftalmoskop.(4)

7. Retina

Retina merupakan bagian mata yang berupa lembaran saraf berlapis tipis dan

semi transparan dalam dua pertiga posterior bola mata. Retina akan meneruskan

rangsangan yang diterimanya berupa bayangan benda sebagai rangsangan ke otak.

Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Makula adalah daerah

pigmentasi kekuningan yang disebabkan pigmen luteal (xantofil), yang

berdiameter 1,5 mm atau daerah yang dibatasi arkade – arkade pembuluh darah

retina temporal. Di retina juga terdapat fovea, foto reseptornya 35.000 sel kerucut,

tidak ada sel batang,  dan bagian retina yang paling tipis.  Fovea luasnya kurang

dari 1 mm2 berfungsi untuk penglihatan cepat dan rinci. Fovea sentralis hanya

berdiameter 0,3 mm.

Retina terdiri dari 10 lapisan yang berturut-turut dari dalam ke luar adalah

sebagai berikut: (5)

a. Lapisan membran limitans interna

11

Page 12: Referat Refraksi.docx

b. Lapisan serat saraf. Mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju

nervus optikus.

c. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

d. Lapisan pleksiformis dalam,  merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps

bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

e. Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller.

f. Lapisan pleksiformis luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinaps

sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

g. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan

batang. Lapisan ini avaskular.

h. Lapisan membran limitans eksterna yang merupakan membran ilusi. Lapisan ini

avaskular.

i. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan yang terdiri dari sel batang yang

mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.

j. Lapisan epitel pigmen retina.

8. Saraf Optik

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut

saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut papilomotor. Kelainan saraf optik

menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung

terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi

penyaluran aliran listrik.(4)

12

Page 13: Referat Refraksi.docx

BAB III

FISIOLOGI PENGLIHATAN

Tajam Penglihatan

Visus atau tajam penglihatan merupakan paramater yang digunakan untuk mengukur

kemampuan seseorang dalam melihat suatu objek. Pemeriksaan visus dapat dilakukan

dengan menggunakan kartu Snellen, dan bila tajam penglihatan kurang, maka pemeriksaan

dapat dilakukan dengan kemampuan menghitung jari, lambaian tangan, dan proyeksi sinar. 5,6

Visus normal adalah 6/6 (dalam meter), 20/20 (dalam feet), atau 1.0 (dalam desimal).

Selain itu dikenal juga tajam penglihatan perifer, yaitu merupakan penglihatan tepi yang

dilaksanakan terutama oleh sel batang yang menempati retina bagian perifer.

AKOMODASI

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya.

Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler mm.siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler

adalah mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula yang berorigo di lembah-lembah di

antara prosesus siliaris. Otot ini mengubahtegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat

mempunyai berbagai focus baik untuk objek dekat maupun yang berjarak jauh dalam

lapangan pandang. Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain:

a. Teori Helmholtz. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke depan bawah, sehingga zonulla Zinnii menjadi kendor, lensa menjadi

cembung.

b. Teori Schoen. Terjadi akibat mm.siliaris pada bola karet yang dipegang dengan kedua

tangan dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian tengah.

c. Teori dari Tichering. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonulla Zinnii menjadi tegang, bagian

perifer lensa juga menjadi tegang, sedangkan bagian tengahnya didorong ke sentral

dan menjadi cembung.

13

Page 14: Referat Refraksi.docx

Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyatatanpa

akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum proksimum (P) adalah titik

terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di

antara titik R dan titik P. Lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan untuk melihat

daerah akomodasi. Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan

kekuatan lensa konfeks yang harus diletakkan di depan mata yang menggantikan akomodasi

untuk punctum proksimum.

A = 1/P–1/R

Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur danpunctum

proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena berkurangnya elastisitas

dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliarnya.

Mekanisme Penglihatan (5)

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan

sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya

dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous, lensa, dan humor vitreus. Kedua,

akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek

yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil

agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila

cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk

melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat,

pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata

terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.

Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa

kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina.

14

Page 15: Referat Refraksi.docx

Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda

tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena

otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip

dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret.

Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan

gambar yang kita potret serta memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita,

yang berfungsi sebagai film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu benda, mata kita

menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk melalui lensa mata

yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang terletak di belakang.

Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif terhadap cahaya. Bagian retina yang

dapat menerima dan meneruskan detil-detil gambar disebut makula. Makula tersusun dari

lapisan-lapisan sel yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia.

Informasi ini kemudian dikirim ke saraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang

kemudian memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita

melihat sesuatu.

Refraksi

Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket

individual energi seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara-cara

gelombang. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal dengan

berkas cahaya. Berkas-berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus dibelokkan ke arah

dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu

bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan inilah yangdisebut sebagai

refraksi.

Refraksi terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas)

tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui

udara daripada melalui media transparan lainnya. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke

medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga

berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap

sudut selain tegak lurus. Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara dua

media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut

jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut,semakin besar pembiasan).

Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa.

15

Page 16: Referat Refraksi.docx

Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata,yang

melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan densitas pertemuan

udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang

mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan

kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat di sesuaikan

dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh. Struktur-

struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina agara

penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

belum terfokus sebelum mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas

cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-

berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)

dianggap sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya

dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan

daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi

sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama.

Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama),

harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat

disesuaikan melalui proses akomodasi.

Emetropia

Emetropia adalah kondisi mata normal, tanpa ada kelainan refraksi pembiasan mata.

Pada mata ini, bias mata adalah normal, sehingga hasil pembiasan jatuh tepat pada retina di

fovea centralis tanapa bantuan akomodasi, sehingga visusnya akan menghasilkan nilai 6/6.

Kelainan yang terjadi pada media refraksi mata (kornea, aqueous humour, lensa,

maupun corpus vitreous) akan menyebabkan bayangan tidak jatuh tepat pada retina. Kondisi

ini disebut ametropia, dengan visus tidak mencapai 6/6 tanpa akomodasi mata atau 6/6

dengan akomodasi.

16

Page 17: Referat Refraksi.docx

BAB IV

PEMERIKSAAN VISUS

Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk menentukan ketajaman penglihatan

seseorang. Untuk memeriksa visus dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menggunakan

'chart' yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan, yaitu 6 meter. Digunakan jarak

sepanjang itu karena pada jarak tersebut mata normal akan relaksasi dan tidak berakomodasi.

Kartu yang digunakan ada beberapa macam : (7)

a. Snellen chart yaitu kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda, untuk

pasien yang bisa membaca.

b. E chart yaitu kartu yang bertuliskan huruf E, tetapi arah kakinya berbeda-beda.

17

Page 18: Referat Refraksi.docx

c. Cincin Landolt → Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah cincin yang

berbeda-beda.

Cara memeriksa dengan menggunakan kartu:

Kartu diletakkan pada jarak 6 meter dari pasien. Bila pasien dapat membaca dengan jarak

6 m, berarti visus normalnya yaiut 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20. Dimana

ketajaman penglihatan seseorang yang dapat membaca dalam jarak 6 meter dimana

orang normal pun dapat membaca dengan jarak 6 m.

Pencahayaan yang digunakan harus cukup agar tulisan dapat dibaca dengan jelas

Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup dan pasien

diminta membaca huruf yang terdapat pada kartu.

Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

- Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 6/6, maka tidak perlu

membaca pada baris berikutnya, karena visus normal

- Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada

1 baris tersebut

- Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut

dengan false 1. 

- Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.

- Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya

berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.

- Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya.

- Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk

18

Page 19: Referat Refraksi.docx

memfokuskan titik pada penglihatan pasien)

- Bila visus tetap berkurang, berarti bukan merupakan kelainan refraksi, kemungkinana

ada kelainan anatomi

- Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya, berarti merupakan kelainan refraksi

- Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari. Penghitungan jari di

mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart, yaitu 6 m. Bila pasien dapat menghitung

jari pada jarak 6 m, maka visusnya 6/60.

- Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka maju 1 m dan lakukan

penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.

- Bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan

pasien.

- Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak 1 m, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan

dengan lambaian tangan.

- Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien. Dapat berupa lambaian ke kiri

dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat menyebutkan adanya lambaian, berarti

visusnya 1/300, dengan proyeksi benar apabila pasien dapat menyebutkan arah lambaian,

atau proyeksi salah apabila pasien tidak dapat menyebutkan arah lambaian.

- Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat

menggunakan 'pen light'

- Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi.

- Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti visusnya 1/~

dengan proyeksi benar.

- Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan

retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.

- Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya 1/~

dengan proyeksi salah.

- Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0 (no light perception)

19

Page 20: Referat Refraksi.docx

BAB V

KELAINAN REFRAKSI

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara

umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan

terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan

panjang sumbu bola mata.

Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata

yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia

dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat),

dan astigmatisme.

I. MIOPIA(8)

Definisi

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar sumbu optic yang jatuh

pada mata tanpa akomodasi yang dibiaskan di depan retina. Pada miopia, titik fokus sistem

optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan sistem optik

(pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata terlalu panjang. Miopia merupakan

manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness.

20

Page 21: Referat Refraksi.docx

Klasifikasi (9,10)

Klasifikasi miopia berdasarkan etiologi yaitu:

1. Axial myopia. Merupakan akibat dari peningkatan panjang diameter anteriorposterior

bola mata. Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai.

2. Curvatural myopia. Terjadi akibat peningkatan lengkung kornea, lensa, atau eduanya.

3. Positional myopia. Akibat dari penempatan lensa di bagian anterior.

4. Index myopia. Akibat dari peningkatan indeks refraksi lensa terkait dengan sklerosis

nukleus.

5. Myopia due to excessive accommodation. Terjadi pada pasien dengan spasme

akomodasi.

Klasifikasi berdasarkan perjalanan penyakitnya :

1. Miopia stasioner : miopia yang menetap setelah dewasa.

2. Miopia progresif : miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

3. Miopia maligna : keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Klasifikasi berdasarkan derajat beratnya miopia :

1. Miopia ringan : lensa koreksinya 0.25 sampai dengan 3.00 Dioptri

2. Miopia sedang : lensa koreksinya 3.25 sampai dengan 6.00 Dioptri

3. Miopia berat : lensa koreksinya > 6.00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini rawan

terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.

Klasifikasi berdasarkan usia :

1. Juvenile Onset Myopia (JOM)

JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16 tahun yang

disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang

fisiologis. Esophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan kerja

berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat merupakan faktor-faktor risiko yang

dilaporkan oleh berbagai penelitian. Pada wanita, peningkatan prevalensi miopia

terbesar terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki terjadi pada usia 11-12

tahun.

21

Page 22: Referat Refraksi.docx

Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari miopianya.

Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun biasanya lebih ringan dan lebih jarang

ditemukan. Progresi dari miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada usia 16

tahun, ♀ pada usia 15 tahun)

2. Adult Onset Myopia (AOM)

AOM dimulai pada usia 20 tahun.

a. Youth-onset myopia miopia yang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun.

b. Early adult onset myopia miopia yang terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun.

c. Late adult onset myopia miopia yang terjadi setelah usia 40 tahun.

Klasifikasi menurut perjalanan penyakit myopia :

a. Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa.

b. Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata.

c. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi

retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa = myopia maligna =

myopia denegeratif.

Klasifikasi myopia secara klinik :

1. Miopia congenital

Myopia kongenital biasanya ada sejak lahir, namun biasanya baru didiagnosis

pada usia 2-3 tahun. Kebanyakan kelainan refraksi yang terjadi unilateral dan

jarang bilateral. Anak dapat sering memicingkan mata untuk melihat lebih jelas

titik jauh. Myopia kongenital kadang berkaitan dengan anomali kongenital lainnya

seperti katarak, microthalmos, aniridia, megalokornea, dan pemisahan retina

kongenital. Koreksi dini miopia kongenital disarankan.

2. Miopia simpleks

Miopia simpleks adalah jenis yang paling sering terjadi. Jenis ini dianggap

sebagai kelainan fisiologis tanpa berkaitan dengan penyakit mata lain.

Prevalensinya meningkat dari 2% pada usia 5 tahun menjadi 14% pada usia 15

tahun. Karena peningkatan terjadi pada usia sekolah, yaitu usia 8 sampai 12 tahun,

hal ini disebut juga school myopia.

Miopia ini merupakan variasi biologis normal pertumbuhan mata yang dapat

atau tidak berkaitan dengan genetik. Beberapa faktor yang berkaitan dengan miopia

22

Page 23: Referat Refraksi.docx

simpel yaitu :

- Miopia simplek tipe aksial hanya merupakan variasi fisiologis panjang bola

mata atau dapat berkaitan dengan pertumbuhan neurologis dini saat usia anak.

- Miopia simplek tipe kurvatura dianggap akibat kurang berkembangnya bola

mata.

- Peran diet saat usia anak telah dilaporkan tanpa ada hasil konklusif.

- Peran genetik. Genetik berperan pada variasi biologis perkembangan mata,

dimana prevalensi miopia lebih banyak pada anak dengan kedua orang tua

miopia (20%) daripada anak dengan 1 orang tua miopia (10%) dan anak tanpa

orang tua miopia (5%).

- Teori pekerjaan jarak dekat berlebihan. Namun teori ini tidak membuktikan

adanya hubungan miopia dengan pekerjaan jarak dekat, menonton televisi dan

tidak melakukan pemakaian kacamata.

Gejala subjektif yang ditemukan antara lain:

- Penurunan visus untuk jarak jauh adalah keluhan utama myopia

- Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan

- Sering memicingkan mata mungkin dikeluhkan oleh orang tua pasien dengan

anak miopia.

Sedangkan gejala objektif yang dapat dilihat adalah:

- Bola mata yang sedikit menonjol

- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang

dalam dan pupil yang relatif lebar.

- Pada segmen posterior biasanya terdapat

gambaran yang normal atau dapat disertai cresen

myopia (myopiaic crescent) yang ringan di

sekitar papil saraf optic

- Kelainan refraksi: miopia simplek biasa terjadi

antara usia 5 -10 tahun dan akan terus naik

sampai usia 18 - 20 tahun. Miopia simplek kelainan refraksinya biasanya tidak

melebihi 6-8 D.

Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan retinoskopi.

23

Page 24: Referat Refraksi.docx

3. Miopia patologik

Miopia patologi/ degeneratif/ progresif, seusai dengan namanya, adalah

kelainan progresif yang cepat dimulai dari usia 5-10 tahun dan menghasilkan

miopia yang berat pada dewasa muda dan biasanya berkaitan dengan perubahan

degeneratif pada mata.

Etiologi

Belum ada hipotesis yang dapat menjelaskan etiopatologis dari miopia

patologis secara memuaskan. Namun, diketahui bahwa hal ini berhubungan dengan

genetik dan proses pertumbuhan secara general.

Peran herediter

Telah dikonfirmasi bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada

etiologinya, dimana miopia

progresif: (i) familial, (ii) lebih

sering pada ras tertentu seperti

Cina, Jepang, Arab, Yahudi,

dan jarang pada Negroid,

Nubian, dan Sudan. Telah

disimpulkan bahwa

pertumbuhan retina terkait

dengan herediter sangat

berpengaruh terhadap

perkembangan miopia. Sklera

karena distensibilitasnya

mengikuti pertumbuhan retina, namun koroid mengalami degenerasi karena

peregangan, yang akhirnya menyebabkan degenerasi retina.

Peran proses pertumbuhan secara general

Walaupun tidak berpengaruh banyak, namun hal ini tidak dapat di lupakan dalam

progres miopia. Pemanjangan segmen posterior dari bola mata dimulai hanya saat

periode pertumbuhan aktif. Oleh karena itu, faktor defisiensi nutrisi, penyakit

penyerta, gangguan endokrin yang mempengaruhi proses pertumbuhan general

juga mempengaruhi progres dari miopia. Hipotesis etiologis miopia patologis

seperti disamping :

24

Page 25: Referat Refraksi.docx

Gejala klinis

Gejala subjektif :

1. Defek pada visus. Terdapat penurunan fungsi penglihatan karena biasanya

kelainannya berat. Pada tahap lanjut, penurunan visus tidak dapat terkoreksi

karena terdapat perubahan degeneratif.

2. Muscae volitantes yaitu terlihat bintik hitam berterbangan di depan mata yang

disebabkan degenerasi vitreus.

3. Night blindness dapat dikeluhkan yang disebabkan kelainan miopia yang

sangat berat dengan perubahan degeneratif signifikan.

Gejala objektif:

1. Mata yang menonjol. Mata yang mengalami pemanjangan adalah bagian

posterior. Bagian anterior bola mata biasanya normal.

2. Kornea terlihat besar

3. COA dalam

4. Pupil terlihat sedikit membesar dan reaksi terhadap cahaya lambat

5. Pemeriksaan funduskopi:

- Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi

yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam

badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap

belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.

- Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat

lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat

ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah

koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

- Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

- Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.

- Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

25

Page 26: Referat Refraksi.docx

Gejala Klinis

Sebagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak

pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa.

Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia

hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila

melihat objek jauh.

Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya

dapat disembuhkan.

Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk

mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.

Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha

akomodasi.

Selalu ingin melihat dengan mendekatkan beda pada mata

Diagnosis(9,10,11)

Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah

diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik.

a. Cara Subyektif

Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.

Pemeriksaan dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk

memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam

26

Page 27: Referat Refraksi.docx

penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan

sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.

2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.

3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan

sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.

4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi

lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca huruf pada

baris terbawah.

5. Sampai terbaca basis 6/6.

b. Cara Obyektif

Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah

atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu

retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati

gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat

pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi), pasien

harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata kanan dengan mata

kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visuil mata. Jarak pemeriksaan

biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit divergen berkas

cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil bergerak searah

dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai tampak hampir

diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR),

sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama

dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya

untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri.

Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif  biasanya dilakukan pada setiap

pasien. Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif,

cukup dengan pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif

saja pada umumnya bisa dilakukan.

27

Page 28: Referat Refraksi.docx

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata

difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara Optik

a. Kaca MataKoreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan

lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa

cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu

tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat

dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung

yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan

demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina.(7,9)

b. Lensa Kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini

tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara

lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah

menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,

penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan

kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari

susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan

penting.(7,9)

28

Page 29: Referat Refraksi.docx

2. Cara Operasi

a. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer

sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke

mata menjadi lebih dekat ke retina.

b. Laser photorefractive keratektomy (PRK)

Prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea.

PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.

c. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK) (12)

Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea anterior

diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung diablasi dengan

tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea menjadi flat. Sekarang teknik ini

digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari - 12 dioptri.

Kriteria pasien untuk LASIK

Umur lebih dari 20 tahun.

Memiliki refraksi yang stabil, minimal 1 tahun.

Motivasi pasien

Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan

kontraindikasi absolut LASIK

Keuntungan LASIK :

Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif

Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.

Tidak ada resiko perforasi saat operasi dan ruptur bola mata karena trauma

setelah operasi.

Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.

Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.

Kekurangan LASIK :

LASIK jauh lebih mahal

Membutuhkan skill operasi para ahli mata.

Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap putus saat

operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.

29

Page 30: Referat Refraksi.docx

d. Ekstraksi lensa jernih (Fucala's operation)

Dianjurkan untuk miopi -16 sampai -18D, terutama pada kasus unilateral. Baru-baru

ini, ekstraksi lensa yang jernih dengan implantasi IOL dengan kekuatan yang sesuai

direkomendasikan untuk mopia lebih dari 12 D.

e. Phakic Intraocular Lens

Atau implantasi intraocular contact lens (ICL) juga dipertimbangkan untuk koreksi

miopia lebih dari 12 D. Pada teknik ini, IOL khusus diimplantasi di COA atau di

COP di anterior dari lensa asli.

f. Orthokeratology

Metode reversibel nonbedah dengan memakai lensa kontak rigid gas permeabel saat

malam. Metode ini dapat dipertimbangkan untuk koreksi miopia hingga -5D dan

dapat digunakan untuk pasien usia kurang dari 18 tahun.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia antara lain ablasi retina dan

strabismus esotropia. Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi terbentuk stafiloma

sklera posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina harus meliputi permukaan

yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan fundus tigroid. Akibat regangan

mungkin dapat menyebabkan ruptura dari pembuluh darah retina dan mengakibatkan

perdarahan yang dapat masuk kedalam badan kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina

akibat timbulnya robekan karena tarikan. Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien

miopia memiliki pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau

kedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila

kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau eso tropia.

Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat

ambliopia. Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia

30

Page 31: Referat Refraksi.docx

sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan

stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada

trabekula.

Prognosis

Kacamata dan kontak lensa dapat mengkoreksi ( tetapi tidak selalu ) penglihatan

pasien menjadi 5/5. Operasi mata dapat memperbaiki kelainan mata pada orang yang

memenuhi syarat. Faktor genetik yang mempengaruhi perkembangan dan derajat

keparahan miopi tidak dapat diubah, tetapi kita dapat mempengaruhi faktor lingkungan

sebagai sebab timbulnya miopi. Cara pencegahan yang dapat kita lakukan adalah dengan

membaca di tempat yang terang, menghindari membaca pada jarak dekat, beristirahat

sejenak ketika bekerja di depan komputer atau mikroskop, nutrisi yang baik dan terapi

penglihatan. Tidak ada angka kejadian berdasarkan penelitian yang menjelaskan bahwa

kontak lensa atau latihan mata dapat menghentikan progresifitas dari miopi. Ketegangan

mata dapat dicegah dengan menggunakan cahaya yang cukup pada saat membaca dan

bekerja, dan menggunakan kacamata atau lensa yang disarankan. Pemeriksaan secara

teratur sangat penting untuk penderita degeneratif miopi karena mereka mempunyai faktor

resiko untuk terjadinya ablasi retina, degenerasi retina atau masalah lainnya.

II. HIPERMETROPI

Definisi

Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaaan gangguan kekuatan pembiasan

mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di

belakang retina. Pada hipermetropi sinar sejajar difokuskan di belakang macula lutea.(4)

Etiologi

31

Page 32: Referat Refraksi.docx

Hipermetropia dapat berbentuk aksial, kurvatura, indeks, posisional, atau oleh karena

tidak adanya lensa.

1. Axial hypermetropia merupakan bentuk hipermetropia yang paling sering ditemukan.

Pada kondisi ini, kekuaran refraksi mata normal, namun terdapat pemendekan axis

dari bola mata. Tiap pemendekan sebanyak 1mm dari diameter anteroposterior

menyebabkan perubahan 3 dioptri.

2. Curvatural hypermetropia merupakan kondisi dimana kornea, lensa, atau keduanya

lebih datar daripada normal, sehingga terjadi penurunan refraksi. Sekitar 1mm

peningkatan radius kurvatura menyebabkan perubahan 6 dioptri.

3. Index hypermetropia terjadi disebabkan menurunnya indeks refraksi dari lensa pada

usia tua. Dapat pula terjadi pada diabetes yang sedang dalam terapi.

4. Positional Hypermetropia akibat dari lensa yang diletakan pada bagian posterior

5. Absence of crystalline lens dapat merupakan kongenital atau dengan dilakukannya

operasi pengangkatan lensa atau dislokasi posterior sehingga orang tersebut menjadi

afakia (terjadi hipermetropia yang tinggi)

Klasifikasi

Klasifikasi hipermetropia berdasarkan derajat beratnya :

1. Hipermetropia ringan, kesalahan refraksi +2.00 D atau kurang

2. Hipermetropia sedang, kesalahan refraksi antara +2.25 D hingga +5.00 D

3. Hipermetropia berat, kesalahan refraksi +5.25 D atau lebih tinggi

Klasifikasi hipermetropia berdasarkan akomodasi mata

a. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan

siklopegik.

b. Hipermetropia manifest, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata

positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini

didapatkan tanpa siklopegik dan dapat dilihat dengan koreksi kacamata.

Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolute ditambah dengan hipermetropia

fakultatif.

c. Hipermetropia absolute, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi

dan memerlukan kacamata untuk melihat jauh.

d. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan

akomodasi ataupun dengan kacamata positif.

32

Page 33: Referat Refraksi.docx

e. Hipermetropia laten, ialah hipermetropia tanpa siklopepegik diimbangi seluruhnya

dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegik.

Klasifikasi berdasarkan gejala klinis

1. Hipermetropiasimpleks yang disebabkan oleh variasi biologi normal, etiologinya bisa

axial atau refraktif.

2. Hipermetropia patologik disebabkan oleh anatomi okular yang abnormal karena

maldevelopment, penyakit okular, atau trauma

3. Hipermetropia fungsional disebabkan oleh paralisis dari proses akomodasi seperti pada

paralisis N.III dan oftalmoplegia internal

Manifestasi Klinik

Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur,

sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau penglihatan ganda. Pasien hipermetropia

sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun

penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus

berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang

macula agar terletak di daerah macula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif.

Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan

konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke

dalam. Juga dapat terjadi sensitive terhadap cahaya, spasme akomodasi yaitu terjadinya

cramp pada m.siliaris diikuti dengan penglihatan buram intermitten.(4)

Penatalaksanaan

1. Pada anak di bawah 10 tahun koreksi tidak dilakukan terutama tidak munculnya

gejala-gejala dan penglihatan normal pada setiap mata.

2. Pada remaja dan berlanjut hingga waktu presbiopia, hipermetropia dikoreksi dengan

lensa positif yang terkuat. Bisa memakai kaca mata atau lensa kontak. Lensa kontak

dapat disarankan dengan hipermetropia unilateral (Anisometropia). Lensa kontak

dapat diresepkan setelah hipermetrop stabil, apabila tidak, harus mengganti lensa

kontak berkali-kali.

3. Jumlah total hipermetropia diperoleh dengan pemeriksaan refraksi dengan sikloplegik.

4. Secara bertahap tingkatkan koreksi lensa sferis dengan interval 6 bulan sampai pasien

menjadi hipermetropia manifes

33

Page 34: Referat Refraksi.docx

Gambar: Koreksi pada mata hipermetropi

Pembedahan refraktif juga bisa dilakukan untuk membaiki hipermetropia dengan

membentuk semula kurvatura kornea. Metode pembedahan refraktif termasuk

a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)

Efektif dalam mengkoreksi hipermetropi hingga + 4D

b. Photorefractive keratectomy (PRK)

Dengan menggunakan laser excimer. Namun proses efek regresi dan

penyembuhan epitel yang lama merupakan masalah utama.

c. Conductive keratoplasty (CK)

Merupakan prosedur noninsisional dan nonablasi dimana kornea di pertajam dengan

mengerutkan kolagen dengan energi radiofrekuensi. Teknik ini efektif untuk

mengkoreksi hipermetropi hingga +3 D

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling

ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaucoma sekunder

terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik

mata.

III. ASTIGMATISME

Definisi(4,13,14)

34

Page 35: Referat Refraksi.docx

Terminologi astigmatisme berasal dari Bahasa Yunani yang bermaksud tanpa satu

titik. Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan

sama pada semua meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis

vertikal dan horizontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang yang

berbeda. Mata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak

memfokuskan sinar pada satu titik tapi banyak titik.

Etiologi

1. Astigmatisme kornea adalah hasil dari kelainan kelengkungan kornea . Ini merupakan

penyebab paling umum dari astigmatisme.

2. Silindris Lenticular. Penyebab ini jarang terjadi. Kemungkinan terjadi karena :

i. Curvatural akibat kelainan kelengkungan lensa seperti yang terlihat dalam

lenticonus

ii . Posisi akibat memiringkan atau penempatan yang miring pada lensa seperti yang

terlihat pada subluksasi.

iii. Index Silindris mungkin jarang terjadi karena indeks refraktif variabel lensa di

meridian berbeda.

3. Silindris retina karena penempatan miring makula juga dapat dilihat namun sangat

jarang.

Klasifikasi

Mata yang menderita astigmatisma memiliki 2 garis fokus. Astigmatisma dapat

dikalsifikasikan berdasarkan orientasi dan posisi relatif dari 2 garis fokus ini, yakni

sebagai berikut:

a. Simple Myopic Astigmatism, yakni jika satu garis fokus berada di depan retina dan

yang lainnya berada di retina.

b. Coumpoud Myopic Astigmatism, yakni jika kedua garis fokus berada di depan retina.

c. Simple Hyperopic Astigmatism, jika satu garis fokus berada di belakang retina dan

yang lainnya berada di retina.

d. Coumpound Hyperopic Astigmatism, jika kedua garis fokus berada di belakang retina.

e. Mixed Astigmatism, yakni jika satu garis fokus berada di depan retina dan yang

lainnya berada di belakang retina.

35

Page 36: Referat Refraksi.docx

Berdasarkan bentuknya, astigmatisme dibedakan menjadi 2 yaitu :

- Astigmatisme regular : astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan

bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari suatu meridian ke

meridian berikutnya.

- Asitigmatisme irregular : astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian

saling tegak lurus. Astigmatisme irregular dapat terjadi akibat kelengkungan

kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi irregular.

Astigmatisme irregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau

akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

Patofisiologi

a. Astigmatisma Reguler

Pada astigmatisma reguler, setiap meridian membiaskan cahaya secara teratur dan

equally, akan tetapi pembiasan meridian yang satu berbeda dengan meridian yang lain.

Satu meridian membiaskan cahaya berlebihan dan yang lainnya kurang. Dua jenis

meridian ini disebut dengan meridian utama, keduanya saling tegak lurus.(8)

36

Page 37: Referat Refraksi.docx

Pada kebanyakan kasus, satu meridian utama terletak secara vertikal dan satunya

lagi terletak horizontal, namun bisa terjadi oblik, namun sudutnya masih saling tegak

lurus/ 90 satu sama lain.

Meridian vetikal, dalam banyak kasus, membiaskan cahaya lebih kuat daripada yang

horizontal, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tekanan palpebra ke kornea. Tipe

astigmatisma ini disebut with-the-rule dan lebih sering pada anak-anak. Sementara itu,

apabila meridian horizontal membiaskan cahaya lebih kuat, ini disebut dengan

astigmatisma against-the-rule dan lebih sering pada orang dewasa. Perbedaan refraksi

antara kedua meridian utama ini menggambarkan besarnya astigmatisma dan

direpresentasikan dalam dioptri (D).

Ketika perbedaannya tidak lebih dari ½ sampai ¾ dioptri, maka disebut dengan

astigmatisma fisiologis dan biasanya tidak perlu dikoreksi, karena masih bisa

dikompensasi dan tidak menimbulkan keluhan subjektif pada seseorang. Namun jika

lebih dari ¾ D, ia dapat mengganggu penglihatan dan menimbulkan gejala subjektif.

Akan tetapi, astigmatisma tipe reguler ini jarang yang melebihi 6-7 D.

Berdasarkan teori fisika, berbeda dengan lensa sferis, permukaan lensa silindris tidak

memiliki kelengkungan dan kekuatan refraksi yang sama di semua meridian.

Kelengkungan lensa silindris berbeda-beda dari yang kecil hingga yang besar, dengan

nilai yang ekstrim berada di meridian 90. Oleh sebab itu, kekuatan refraksinya berbeda-

beda dari satu meridian ke meridian lainnya, dan permukaan lensa silindris tidak

memiliki satu titik fokus, namun ada dua garis fokus yang terbentuk. Bentuk umum dari

permukaan astigmatisma adalah sferosilinder, atau torus, yang mirip dengan bentuk bola

football Amerika, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai gabungan lensa sferis dan

lensa silindris. Bentuk geometris yang rumit dari seberkas cahaya yang berasal dari satu

sumber titik dan dibiaskan oleh lensa sferosilinder ini disebut dengan istilah conoid of

Sturm.

37

Page 38: Referat Refraksi.docx

Conoid of Sturm memiliki dua garis fokus yang sejajar satu sama lain pada meridian-

meridian utama pada lensa sferosilinder. Semua berkas cahaya akan melewati setiap

garis-garis fokus ini. Perpotongan melintang conoid of Sturm pada titik-titik yang

berbeda sejauh panjangnya, sebagian besar berbentuk elips, termasuk bagian luar dari

dua garis fokus ini. Pada setiap dioptriknyua, dua garis fokus ini memiliki potongan

sirkuler. Potongan sirkuler dari berkas sinar ini disebut circle of least confusion, dan

merepresentasikan fokus terbaik dari lensa sferosilinder, yakni posisi dimana semua sinar

akan terfokus jika lensa memiliki kekuatan sferis yang sama dengan kekuatan sferis rata-

rata pada semua meridian lensa sferosilinder. Rata-rata kekuatan sferis lensa sferosilinder

merepresentasikan ekuivalen sferis dari lensa, dan dapat dihitung dengan rumus:

Ekuivalen sferis = sferis + silinder / 2

b. Astigmatisma Irreguler

Astigmatisma ireguler muncul ketika pembiasan cahaya tidak teratur dan unequal

pada meridian-meridian yang sama pada mata. Biasanya merupakan konsekuensi dari

perubahan patologis terutama pada kornea (makula sentral kornea, ulkus, pannus,

keratokonus, dan lain-lain) atau lensa (katarak, opasifikasi kapsul posterior, subluksasi

lensa, dan lain-lain).

Ketajaman visus pada mata dengan astigmatisma ireguler mengalami penurunan dan

kadang-kadang muncul diplopia monokuler atau poliopia. Semua mata memiliki

setidaknya sejumlah kecil astigmatisma ireguler, tapi terminologi astigmatisma ireguler

dalam hal ini digunakan secara klinis hanya untuk iregularitas yang lebih kuat.

Astigmatisma ireguler merupakan astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian

yang saling tegak lurus. Astigmatisma ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea

pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma

ireguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan

pada meridian lensa yang berbeda.

Manifestasi Klinik

Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau

kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk

jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak mata,

sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah , astigmatisme tinggi (4–8 D)

yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan ambliopia gambar di kornea terlihat

38

Page 39: Referat Refraksi.docx

tidak teratur. Terdapat pula gejala sakit kepala bagian frontal dan ada penggaburan

sementara pada saat melihat dekat.

Gejala klinik : (15)

1. Pengelihatan kabur atau terjadi distorsi 2. Pengelihatan mendua atau berbayang - bayang 3. Nyeri kepala 4. Nyeri pada mata

Diagnosis

1. Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya

tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media

penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah

setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang

belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien

terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.

2. Uji refraksi

a. Subjektif: Optotipe dari Snellen & Trial lens

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan

maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini

lakukan uji pengaburan (fogging technique).

b. Objektif

- Autorefraktometer

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan

respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi

yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.(7)

- Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan

kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun

mempunyai keterbatasan.

3. Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya

dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

39

Page 40: Referat Refraksi.docx

kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta

melihat kisikisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.

Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu

lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°. Perlahan-lahan

kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi - kisi astigmat

vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring

sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan- lahan ditaruh lensa

negatif sampai pasien melihat jelas.

4. Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa

memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, “ring” tersebut

berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, gambar tersebut tidak terbentuk sempurna.

5. Retinoskopi

Melihat refleks merah pada mata ketika retinoskop digerakan secara vertikal dan

horizontal.

Penatalaksanaan

1. Kaca Mata

Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif  dilakukan

dengan sumbu tegak lurus (90o +/- 20o) atau dengan selinder positif dengan sumbu

horizontal (180o +/- 20o). Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan

koreksi silinder negatif dengan sumbu horizontal (180o +/- 20o) atau bila dikoreksi

40

Page 41: Referat Refraksi.docx

dengan silinder positif sumbu vertikal (90o +/- 20o).

Pada koreksi astigmatisma dengan hasil keratometri digunakan hukum Jawal :

a. Berikan kacamata koreksi astigmatisma pada astigmatism with the rule dengan

selinder minus 180 derajat, dengan astigmatisma hasil keratometri yang

ditemukan ditambahkan dengan ¼ nilainya dan dikurangi dengan 0,5 D.

b. Berikan kacamata koreksi astigmatisma pada astigmatism againts the rule dengan

selinder minus 90 derajat, dengan astigmatisma hasil keratometri yang ditemukan

ditambahkan dengan ¼ nilainya dan ditambah dengan 0,5 D.

2. Lensa kontak

Lensa Kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan didataran depan koernea untuk

memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Keuntungan pakai lensa kontak yaitu

pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dengan bayangan normal, lapang

pandang menjadi lebih luas, tidak membatasi kegiatandan lain-lain, keluhan memakai

lensa kontak yaitu sukar dibersihkan, sukar merawat, mata dapat merah dan infeksi,

sukar dipakai di lapangan berdebu, dan terbatasnya waktu pemakaiannya, serta

kerugian memakai lensa kontak adalah harus bersih, tidak dapat dipergunakan pada

silinder berat, alergi, mudah hilang,dan tidak dapat dipakai di daerah berdebu.

3. Pembedahan

Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus atau

dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada bebrapa

prosedur pembedahan  yang dapat dilakukan, diantaranya :

a. Photorefractive Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk membentuk

kurvatur kornea.

b. Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk merubah kurvatur

kornea dengan membuat flap (potongan laser) pada kedua sisi kornea.

c. Radial keratotomy, insisi kecil dibuat secara dalam dikornea.

IV. PRESBIOPIA(16)

Definisi

Presbiopia adalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersama dengan proses

penuaan pada semua orang yang disebabkan karena kelemahan otot akomodasi dan lensa

mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

Etiologi

41

Page 42: Referat Refraksi.docx

Presbiopi disebabkan oleh proses penuaan. Presbiopi dipercaya disebabkan karena

penebalan secara bertahap dan kehilangan fleksibilitas dari lensa. Perubahan karena

penuaan ini dikaitkan dengan perubahan pada protein di lensa mata yang membuat lensa

lebih keras dan kurang elastic dari waktu ke waktu.

Patofisiologi

Presbiopia bukan merupakan suatu kelainan refraksi, tapi kondisi fisiologis

insufisiensi dari akomodasi yang menyebabkan penurunan visus progresif. pada mata

emetrop, titik jauh tak terhingga sedangkan titik dekat bervariasi menurut usia (usia 10

tahun 7 cm, usia 40 tahun 25 cm, dan usia 45 tahun 33 cm). Jadi kita biasa membaca

buku pada jarak 25 cm, jadi kita dapat membaca buku dengan nyaman sampai hingga

usia 40 tahun. Setelah usia 40 tahun, titik jauh akomodasi mundur di belakang titik

normal membaca. Kesimpulannya, kondisi dimana terjadi penurunan visus dekat terkait

dengan usia dalam penurunan akomodasi atau kenaikan punctum proximum disebut

presbiopia.

Gejala Klinik

Seorang yang mengalami presbiopi biasanya saat membaca buku, majalah, koran,

dan bahan bacaan yang lain dengan memanjangkan tangan (menempatkan bahan bacaan

dengan jarak yang jauh dari mata) untuk mendapatkan focus yang sesuai. Ketika

melakukan pekerjaan yang membutuhkan jarak yang dekat dengan mata seperti

menyulam dan menulis biasanya orang dengan presbiopi merasakan sakit kepala, otot

mata menegang, atau perasaan lelah.

Penatalaksanaan

Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujuan koreksi adalah untuk

mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat.

Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan

hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger

20/30.

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif terkuat

yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi

bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik focus lensa

42

Page 43: Referat Refraksi.docx

+3.00D. Usia (Tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan

40 tahun +1.00 D

45 tahun +1.50 D

50 tahun +2.00 D

55 tahun +2.50 D

60 tahun +3-00 D

43

Page 44: Referat Refraksi.docx

BAB VI

KESIMPULANKelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara

umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan

terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan

panjang sumbu bola mata. Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan

refraksi dan ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropia,

astigmat, dan presbiopia.

Pada kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan lensa yang sesuai dengan jenis

penyakitnya.dan juga terdapat terapi pembedahan jika dengan koreksi, penyakitnya tidak

dapat membaik.

44

Page 45: Referat Refraksi.docx

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

2. Lotery A.J.2015. Eye. The Scientific Journal of The Royal College of Ophtalmologists.Vol

29.

3. Haeny N. 2009. Analisis Faktor Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Ilyas H.S, Yulianti.S.R. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.p1-13.

5. Vaughan, Asbury. Optik dan Refraksi dalam Oftalmologi Umum. Brahm P (Alih Bahasa).

Diana S (Editor Edisi Bahasa Indonesia). Ed. 17. Jakarta: EGC. 2009. Hal: 1-18, 382-398.

6. Sidarta I. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dalam Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu

Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2009. Hal: 10-44.

7. Myopia. Available at:

http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-and-

vision-conditions/myopia. Accessd: 21th Oktober 2015.

8. Sidarta I. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna dalam Ilmu

Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2005. hal: 64-83.

9. David A. OPTOMETRIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE CARE OF THE

PATIENT WITH MYOPIA. American Optometric Association. August 9, 1997

10. Baldwin WR. A review of statistical studies of relations between myopia and ethnic,

behavioral, and physiological characteristics. Am J Optom Physiol Opt 1981; 58:516-27.

11. Zadnik K, Satariano WA, Mutti DO, et al. The effect of parental history of myopia on

children's eye size. JAMA 1994; 271:1323-7.

12. LASIK (Laser In-Situ Keratomileusis) for Nearsightedness. Available at:

http://www.webmd.com/eye-health/laser-in-situ-keratomileusis-lasik-for-nearsightedness.

Accessed: 21th October 2015.

13. Artini W, Hutauruk J, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Ed 1st. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI; 2011.

14. Massauchets Institute of Technology (MIT), 2003. Understanding Astigmatism. Diakses

dari http://ocw.mit.edu/courses/media-arts-and-sciences/mas-450-holographic-imaging-

spring-2003/readings/understandingastigmatism.pdf. pada Oktober 2015.

15. Dwi AY. 2008. Kelainan Refraksi dan KacaMata. Surabaya : Surabaya Eye Clinic.p17.

45

Page 46: Referat Refraksi.docx

16. American Opthometric Assosiation. Opthometric clinical practice guidelines: Cares of

patient with presbyopia. USA; 2011.

17. Langston, D.P; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; LippincottWlliams

& Wilkins; Philadelphia. 2002.

18. Khurana A.K. comprehensive ophthalmology. Fourth edition. India : New age

international. 2007. P.3-1, 89-92, 167-169, 243 – 245, 249.

46