referat limfadenitis tuberkulosa

6
Limfadenitis tuberkulosa Barnabas I Wayan Tirta 112012178 Definisi Salah satu bentuk Tuberculosis (TB) ekstrapulmonal yang paling sering. Merupakan peradangan/pembesaran kelenjar limfa yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kelenjar limfe yang terserang biasanya kelenjar limfe bagian posterior cervikal dan supraklavikular. Berdasarkan kuman penyebabnya biasanya dibedakan menjadi 2 bentuk , tuberculosis mycobacterium dan non-tuberculosis mycobacterium (NTB). Meskipun tidak menutup kemungkinan ada kuman lain selain mycobacterium yang dapat menyebabkan adenitis. Dewasa ini Mycobacterium tuberculosis lebih sering menyebabkan infeksi cervical yang diakibatkan oleh mycobacterium (95%) dibandingkan NTB. Sedangkan untuk terjadinya limfadenitis tuberkulosa pada penderita TB, lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang-orang seropositif HIV yang menderita TB. Patofisiologi Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri aerob obligat, menular dari individu satu ke yang lain melalui aerosol. Mengenal sifatnya yang aerob obligat, maka kuman ini akan menginfeksi paru terlebih dahulu dan mengadakan replikasi. Di paru kuman ini akan menginfeksi

Upload: wayan-tirta

Post on 27-Oct-2015

143 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

limfadenitis tuberkulosa

TRANSCRIPT

Page 1: referat limfadenitis tuberkulosa

Limfadenitis tuberkulosa

Barnabas I Wayan Tirta

112012178

Definisi

Salah satu bentuk Tuberculosis (TB) ekstrapulmonal yang paling sering. Merupakan

peradangan/pembesaran kelenjar limfa yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.

Kelenjar limfe yang terserang biasanya kelenjar limfe bagian posterior cervikal dan supraklavikular.

Berdasarkan kuman penyebabnya biasanya dibedakan menjadi 2 bentuk , tuberculosis

mycobacterium dan non-tuberculosis mycobacterium (NTB). Meskipun tidak menutup kemungkinan

ada kuman lain selain mycobacterium yang dapat menyebabkan adenitis. Dewasa ini Mycobacterium

tuberculosis lebih sering menyebabkan infeksi cervical yang diakibatkan oleh mycobacterium (95%)

dibandingkan NTB. Sedangkan untuk terjadinya limfadenitis tuberkulosa pada penderita TB, lebih

sering terjadi pada anak-anak dan orang-orang seropositif HIV yang menderita TB.

Patofisiologi

Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri aerob obligat, menular dari individu satu ke yang

lain melalui aerosol. Mengenal sifatnya yang aerob obligat, maka kuman ini akan menginfeksi paru

terlebih dahulu dan mengadakan replikasi. Di paru kuman ini akan menginfeksi alveolus yang

banyak O2. Di situ kuman akan membentuk komplek Gohn’s. Selanjutnya kompleks Gohn’s ini akan

dibersihkan atau diserap oleh sistem limfatik sehingga dapat masuk ke pembuluh limfe, dari sini

kuman dapat menginfeksi organ-organ ekstrapulmoner secara limfohematogene termasuk kelenjar

limfe supraklavikular maupun servikal. Di situ kuman menimbulkan manifestasi klinik limfadenitis

tuberkulosa. Cara infeksi ini merupakan cara infeksi primer. Seseorang dapat terkena limfadenitis

tuberkulosa baik secara infeksi primer maupun reaktivasi dari infeksi yang dulu pernah ia terima.

Page 2: referat limfadenitis tuberkulosa

Manifestasi klinik

Umumnya pasien dengan kasus ini datang dengan keluhan pembesaran di leher , seperti massa

tetapi tidak nyeri bila ditekan. Gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan dan lemas

terdapat pada 43% kasus.

Perjalanan penyakit didahului dengan terdapatnya pembesaran/penonjolan massa di leher (kelenjar

limfe) yang tidak terasa nyeri. Munculnya dapat didahului atau disertai dengan gejala sistemik di

atas.Nyeri pada benjolan dapat saja dirasakan oleh pasien setelah beberapa lama. nodul jarang

berkembang menjadi abses dengan fistule namun dapat terjadi pada 1 dari 3 pasien nodul dapat

terjadi bilateral, dan nodul yang multipel dapat terjadi pada 2 dari 3 pasien.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis yaitu didapatkan nya massa atau pembesaran kelenjar limfe

(umumnya di leher), tidak nyeri namun seiring perjalanan penyakit dapat menjadi nyeri. Dapat

disertai dengan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan dan lemas (pada 43%%

kasus). Selain dari gejala klinis dapat juga dari pemeriksaan penunjang. Dikatakan juga bahwa

pembesaran kelenjar di leher yang lebih dari 4 minggu dapat dicurigai sebagai limfadenitis

tuberkulosa. Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai dan mempunyai tingkat keberhasilan tinggi

adalah dengan melakukan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology). Prosedure tindakan ini ,

pertama-tama kelenjar limfe yang membengkak diaspirasi. Setelah diaspirasi kemudan aspirat di

periksa dengan pewarnaan giemsa untuk sitologi dan teknik ziehl nielsen untuk menemukan kuman

Basil Tahan Asam. Dikatakan positif bila ditemukannya sel granuloma dengan atau tanpa nekrosis.

Serta ditemukannya kuman BTA dari pemeriksaan ziehl nielsen.

Page 3: referat limfadenitis tuberkulosa

gambar 1 BTA positif dengan pewarnaan ziehl nielsen

Aspirat tidak hanya dikerjakan untuk pemeriksaan giemsa dan juga ziehl nielsen tetapi juga

dilakukan kultur pada media lowenstein jeinsen. Kemudian hasil kultur diperiksa setiap minggu

hingga minggu ke 8.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tes kulit dengan partial purify

protein derivat, yang diperuntukkan khusus untuk tuberculosis. Indurasi melebihi 10 mm dapat

membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan rontgen thoraks dapat dilakukan karena limfadenitis tuberculosa ini merupakan suatu

bentuk dari infeksi TB ekstrapulmoner. Dengan menggunakan pemeriksaan RO thoraks dapat

diketahui apakah infeksi pulmoner terjadi.

Selain pemeriksaan diatas perlu juga dilakuan pemeriksaan hitung CD4 dan viral load HIV pada

orang dewasa yang terkena penyakit ini. Seperti yang telah diketahui penyakit ini lebih sering

menyerang anak-anak serta orang dewasa yang menderita HIV.

Tata laksana

Pengobatan untuk TB paru dapat diterapkan pada kasus ini. Dapat diberikan selama 2 bulan

kombinasi INH, pirazinamid,etambutol,rifampin. Kemudian diteruskan dengan pengobatan rifampin

dan INH selama 4 bulan, sehingga total pengobatan menjadi 6 bulan. Selama pengobatan

berlangsung diharapkan untuk terus memantau kondisi pasien tiap bulan, mengingat toksisitas obat

yang ditimbulkan. Dokter harus memantau fungsi hati dan visus penglihatan pasien. Untuk obat

Page 4: referat limfadenitis tuberkulosa

pirazinamide mempunyai toksisitas hati yang tingga sedangkan etambutol mempunyai efek pada

penglihatan sehingga pemantauan 1 bulan sekali diperlukan.

Intervensi tindakan bedah pada kasus ini tidak memberikan hasil yang bagus, karena terjadinya

rekurensi dimungkinkan bahkan dapat menjadi suatu fistel.

Daftar pustaka

1. Raviglione Mario C, O’brien Richard J. Mycobacterial disease,harrison’s principles of internal

medicine. 18th edition. 2012.

2. John E McClay. Overview of scrofula. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/858234-overview#a30, 24 april 2013.

3. Khan, R; Harris, S H; Verma, A K; Syed, A. Cervical lymphadenopathy scrofula revisited. Diunduh dari:http//search.proquest.com/docview/274863043/13DA1AF4CD534DB6D15/2?accountid=50673, 24 april 2013.

4. Handa uma, mundi irneet, mohan sugandha. Nodal tuberculosis revisited: a review. Diunduh dari : www.jidc.org/index.php/journal/article/download/22240421/653, 28 april 2013.