case laringitis tuberkulosa

Upload: nurul-hidayah

Post on 14-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    1/35

    a. Identitas

    Name : Tn. Aceh

    umur : 57tahun

    Sex : laki-laki

    Tribes : Sundanesse

    Address : kp. Lebak picung rt 03/08, lebak savi parakansalak

    b. Anamnesa

    Keluhan utama : nyeri saat menelan

    Keluhan tambahan : batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu,

    konsistensi kental, berwarna kuning kehijauan.

    Suara serak 2 bulan yang lalu, keringat malam

    (+), penurunan berat badan ada (7 kg) sejak 2

    bulan yang lalu.

    Riwayat penakit sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan nyeri saat menelan sejak 3 hari SMRS.

    Pasien juga mengeluh suaranya serak sejak 2 bulan yang lalu. OS batuk

    berdahak sejak 3 bulan yang lalu, dengan konsistensi dahak yang kental

    dan berwarna kuning kehijauan. Pasien juga merasakan keringat malam,

    dan terdapat penurunan berat badan 7 kg sejak 2 bulan yg lalu.

    Riwayat penyakit dahulu : pasien menyangkal pernah menderita

    keluhan yg sama

    Riwayat kebiasaan : pasien perokok berat, 1 hari 2 bungkus. Sudah

    berenti 5 bulan yang lalu.

    Riwayat psikososial : pasien tinggal di daerah yang banyak

    penduduknya dan banyak polusinya.

    c. Tanda Vital

    1

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    2/35

    General State

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan darah : 130 / 80 mmHg

    Heart rate : 86 beat per minute

    Respiratory rate : 24 beat per minute

    Temperature : 36,8 C

    Ear, Nose, Throat, Head and Neck State

    Telinga : Auricle : normal / normal

    External Acoustic Canal :

    kulit : not hyperemic / not hyperemic

    Secret : - / -

    Cerument : - / -

    Tympanic Membrane : intact / intact

    Cone of Light : + / +

    Hidung : External nose : no deformity

    Nasal septum : no deviation

    Mucosa : not hyperemic / not hyperemic

    Secret : - / -

    Concha : eutrophy / eutrophy

    Nasopharynx Oropharynx: Uvula : at the middle

    2

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    3/35

    Mucosa of pharynx : not hyperemic / not

    hyperemic

    Tonsil : size T1 / T1, not

    hyperemic / not

    hyperemic

    Face : Symmetric.

    Neck : Lymph node enlargement - / - and thyroid enlargement (-).

    Thorax :

    Inspection : symmetric chest movement

    Palpation : right stem fremitus = left stem fremitus

    Percussion : dullness in apex of the right lung

    Auscultation : ronchi + / - , wheezing - / -

    d. Differential diagnosis : susp. Ca laryngitis

    e. Saran pemeriksaan :

    Laboratory : Routine blood test and bacterial sputum test

    Radiologic : Thorax X-Ray

    f. hasil pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan 26-5-2013

    Hemoglobin 14,0

    Leukosit 14.100

    Hematocrit 42,4

    3

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    4/35

    Trombosit 267.000

    GDS 124

    hasil pemeriksaan radiologi

    g. Resume

    Seorang pasien laki-laki 57 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan

    odinofagia sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan semakin hebat sampai

    pasien tidak sanggup untuk minum, pasien mencoba untuk minum namun

    tidak tertelan dan menimbulkan efek batuk berdahak, purulen yang

    berwarna kuning kehijauan. Pasien mengaku batuk terus menerus sejak 3

    bulan yang lalu disertai dengan keringat malam. 2 bulan yang lalu,

    4

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    5/35

    pasien menyatakan suaranya berubah menjadi lebih kasar dan serak

    (hoarness). 2 bulan yang lalu, pasien juga mengalami penurunan berat

    badan 7 kg. 1 tahun yang lalu os menderita tuberkulosis paru, dan

    sudah diterapi selama 6 bulan

    h. Working Diagnosis

    Odinofagia + hoarness et causa laryngitis tb

    i. Prognosis

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

    j. follow up

    26 mei 2013

    Anamnesa

    Pemeriksaan fisik

    KU :Nyeri menelan

    KT : batuk berdahak. Sehingga air

    tidak dapat masuk.

    Tenggorokan terasa kering.

    Suara serak positif (+), napas

    terasa pendek-pendek +

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    -/-, septum deviasi -/-

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    5

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    6/35

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

    Terapi Diit sonde

    IVFD 25% 20 tpm

    Ceftriaxone 2x1 gr (skin test)

    Ranitidin 2x1

    Ketorolac 2x1

    27 mei 2013

    Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    Ku : Nyeri menelan belum

    berkurang.

    Kt : Batuk berdahak +, kering

    pada tenggorokan (+), Suara

    serak tidak berkurang. Keringat

    malam +, napas terasa pendek-

    pendek +

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    -/-, septum deviasi -/-

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    6

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    7/35

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

    Terapi Diit sonde

    Ceftriaxone IV 1x2gr

    Ranitidin IV 2x1

    Ketorolac IV 2x1

    Metordinazole 3x1

    28 mei 2013

    Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    Ku : Nyeri menelan belum

    berkurang.

    Kt : Batuk berdahak +, Rasakering pada tenggorok (+), Suara

    serak positif (+), keringat malam

    (+),napas terasa pendek-pendek

    +

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    -/-, septum deviasi -/-

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    7

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    8/35

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

    Terapi Diit sonde

    Ceftriaxone IV 1x2gr

    Ranitidin IV 2x1

    Ketorolac IV 2x1

    Metordinazole 3x1

    29 mei 2013

    Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    Ku : Nyeri menelan sedikit

    berkurang.

    Kt : Batuk berdahak +, Rasa

    kering pada tenggorok (+), Suara

    serak positif (+), keringat malam

    (+),napas terasa pendek-pendek

    +

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    -/-, septum deviasi -/-

    8

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    9/35

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

    Terapi Cefrizin 2x1

    30 mei 2013

    Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    Ku : Nyeri menelan sudah

    berkurang

    Kt : sudah bias makan bubur,

    Batuk berdahak +, Rasa kering

    pada tenggorok berkurang, Suara

    serak positif (+), keringat malam

    (+),napas terasa pendek-pendek

    +

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    -/-, septum deviasi -/-

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    9

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    10/35

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

    Terapi Ceftriaxone 1x2 gr

    Isoniazid 1x1

    Rimpafisin 1x1

    Pirazinamid 1x3

    31 mei 2013Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    Ku : Nyeri menelan berkurang

    Kt : pasien sudah bisa makan bubur.

    batuk berdahak +, Kering pada

    tenggorokan berkurang, suara serak

    positif (+), napas terasa pendek-

    pendek +

    Pasien sudah boleh pulang dan rawat

    jalan, karena mempertimbangkan

    nosokomial.

    PF THT:

    CAE : hiperemis -/-, edem -/-, masa -/-,

    laserasi -/-, serumen +/+, sekret -/-

    MT : intak/intak, refleks cahaya +/+

    Cavum nasi : hiperemis -/-, edem -/-,

    masa -/-, laserasi -/-, sekret -/-, krusta

    10

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    11/35

    -/-, septum deviasi -/-

    Orofaring : faring hiperemis +, tonsil

    T1/T1

    Maksilofasial : simetris, nyeri tekan

    KGB : pembesaran -

    Terapi Ceftriaxone iv 1x2gr

    Isoniazid 350 1x1

    Rimpafisin 450 1x1

    Pinazinamid 500 1x3

    Cefadroxyl 2x1

    11

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    12/35

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada

    daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat

    terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi

    mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu. Bila gejala

    telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis. Salah satu bentuk laringitis

    kronis spesifik adalah laringitis tuberkulosis.

    Laringitis tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa yang paling umum

    dari laring dan seringkali dihubungkan dengan tuberkulosis paru aktif. Laringitis

    tuberkulosis merupakan salah satu komplikasi dari tuberkulosis paru. Pada awal

    abad ke-20, laringitis tuberkulosis mengenai 25-30% pasien tuberkulosis paru.

    Sedangkan sekarang hanya 1% kasus laringitis tuberkulosis.1 Penurunan kejadiaan

    laringitis tuberkulosis ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan perawatan

    kesehatan masyarakat dan perkembangan antituberkulosis yang efektif.

    Penderita dengan laringitis tuberkulosis biasanya datang dengan gejala,

    seperti disfonia, odynophagia, dyspnea, odynophonia, dan batuk. Obstruksi

    pernafasan bisa terjadi pada stadium lanjut penyakit. Pemahaman bahwa

    karsinoma laring juga sering menunjukkan gejala serupa merupakan keharusan

    untuk mengevaluasi laringitis. Gejala pada saluran pernapasan seperti batuk

    kronis, hemoptisis dan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan

    penurunan berat badan merupakan gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada

    pasien dengan tuberkulosis.

    Pada laringitis tuberkulosis proses inflamasi akan berlangsung secara

    progresif dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Kesulitan bernafas ini dapat

    disertai stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya. Jika tidak

    12

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    13/35

    segera diobati, stenosis dapat berkembang, sehingga diperlukan trakeostomi. Akan

    tetapi, sering kali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi

    laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring

    yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik di paru,

    sehingga bila sudah mengeni kartilago, pengobatannya lebih lama.

    Oleh karena itu, pembahasan mengenai laringitis tuberculosis lebih lanjut

    diperlukan agar dapat memberi pengetahuan mengenai cara diagnosis dan

    penatalaksanaan yang tepat guna mencegah komplikasi yang akan terjadi.

    13

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    14/35

    BAB II

    LARINGITIS TUBERKULOSA

    2.1. Anatomi Laring

    Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang

    merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan

    terletak setinggi vertebra cervicalis IV VI, dimana pada anak-anak dan

    wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka,

    hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.

    Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus laringeus

    yang berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi

    inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah

    posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral,dinding dan cavum laringofaring, serta di sebelah anterior ditutupi oleh

    fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi

    oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid, dan lobus kelenjar

    tiroid.

    Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang

    hyoid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti

    huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula,

    dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot.

    Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis,

    kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata dan kartilago

    tiroid.

    Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan

    artikulasi krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring

    adalah ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior),

    14

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    15/35

    ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior,

    ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum

    hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis,

    ligamentum vokal yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan

    kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotika.

    Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding

    kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah

    bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea.

    Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta serta

    akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.

    Gambar 1. Anatomi Laring

    Anatomi Bagian Laring Dalam

    Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

    1. Supraglotis (vestibulum superior)

    Yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet

    laring.

    2. Glotis (pars media)

    15

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    16/35

    Yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara

    sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.

    3. Infraglotis (pars inferior)

    Yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago

    krikoidea.

    Beberapa bagian penting dari dalam laring:

    Aditus Laringeus

    Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh

    epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago

    kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.

    Rima Vestibuli.

    Merupakan celah antara pita suara palsu.

    Rima glottis

    Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang

    antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.

    Vallecula

    Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah,

    dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.

    Plika Ariepiglotika

    Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan

    dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

    Plika Pyriformis (Hipofaring)

    Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago

    tiroidea.

    16

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    17/35

    Incisura Interaritenoidea

    Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan

    dan kiri.

    Vestibulum Laring

    Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis,

    kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea danm.interaritenoidea.

    Plika Ventrikularis (pita suara palsu)

    Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan

    kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa,

    merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis

    di tengahnya.

    Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)

    Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung

    anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas

    diantara pita suara palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi

    epitel berlapis semu bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang

    fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau

    sakulus ventrikel laring.

    Plika Vokalis (pita suara sejati)

    Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk

    oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion,

    dan dua per lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago

    aritenoidea dan disebut intercartilagenous portion.

    17

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    18/35

    Persarafan

    Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus

    Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan

    kanan.4,5

    1. Nn. Laringeus Superior.

    Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum,

    melengkung ke depan dan medial di bawah A. karotis interna dan

    eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu : Cabang Interna ;

    bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus pyriformis

    dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati. Cabang

    Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.

    Konstriktor inferior.

    2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).

    Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring

    tepat di belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri

    mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta sehingga

    mudah terganggu. Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian

    proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas sepanjang

    lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan mencapai laring

    tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan:

    Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea

    Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea

    Sistem Limfatik

    Laring mempunyai tiga sistem penyaluran limfe, yaitu:4,5

    1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul

    membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea menuju

    kelenjar limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke

    superior dan middle jugular node.

    18

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    19/35

    2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe

    trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node.

    3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan

    sistem limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan

    metastase karsinoma laring dan menentukan terapinya.

    Gambar 4. Sistem Limfatik pada Laring

    2.2. Fisiologi Laring

    Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan

    proteksi disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian

    berikut:3,6,7,8

    1. Fungsi Fonasi

    Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling

    kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang

    konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara

    dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik

    dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut,

    udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang

    dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik

    laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan

    19

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    20/35

    mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita

    suara sejati.

    2. Fungsi Proteksi.

    Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya

    reflek otot-otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.

    Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya

    rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika

    ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui

    serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter

    dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan

    menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur

    ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke

    sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.

    3. Fungsi Respirasi.

    Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk

    memperbesar rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior

    terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka.

    Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH

    darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis,

    sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.

    Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring

    secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan

    hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial

    CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.

    4. Fungsi Sirkulasi.

    Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan

    peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.

    Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan

    bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya

    20

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    21/35

    reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah

    baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N.

    Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior.

    Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi

    penurunan denyut jantung.

    5. Fungsi Fiksasi.

    Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar

    tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan.

    6. Fungsi Menelan.

    Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada

    saat berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada waktu menelan faring

    bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus

    dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago

    krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju

    basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi

    pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah

    makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan

    menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.

    Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup

    aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral

    menjauhi aditus laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus

    esofagus.

    7. Fungsi Batuk.

    Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai

    katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan

    secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk

    mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan

    sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.

    8. Fungsi Ekspektorasi.

    Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar

    berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.

    21

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    22/35

    9. Fungsi Emosi.

    Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring,

    misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.

    2.3. Definisi

    Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat

    terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi

    mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu.

    Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.

    Radang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari

    rinofaringitis akut (common cold). Sedangkan laringitis kronik merupakan

    radang kronis laring yang dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi

    septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis. Mungkin juga

    disebabkan oelh penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-

    teriak atau biasa berbicara keras.9

    Laringitis kronis dibagi menjadi laringitis kronik non spesifik dan

    spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan oleh faktor

    eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia,

    infeksi kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok) atau faktor

    endogen (bentuk tubuh, kelainan metabolik). Sedangkan laringitis kronik

    spesifik disebabkan tuberkulosis dan sifilis.

    Salah satu bentuk laringitis kronis spesifik adalah laringitis

    tuberkulosis. Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi pada mukosa

    pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang

    disebabkan oleh kumanMycobacterium tuberculosa.6

    2.4. Epidemiologi

    Sebagaimana insidensi dan prevalensi tuberkulosis paru yang

    mengalami penurunan, kejadian laringitis tuberkulosis juga mengalami

    penurunan, meskipun kecenderungan peningkatan kejadian laringitis

    tuberkulosis dalam beberapa tahun terakhir.11

    22

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    23/35

    Dulu, dinyatakan bahwa penyakit ini sering terjadi pada kelompok

    usia muda yaitu 20 40 tahun. Dalam 20 tahun belakangan, insidens

    penyakit ini pada penduduk yang berumur lebih dari 60 tahun jelas

    meningkat. Saat ini tuberkulosis dalam semua bentuk dua kali lebih sering

    pada laki-laki dibanding dengan perempuan. Tuberkulosis laring juga

    lebih sering terjadi pada laki-laki usia lanjut, terutama pasien-pasien

    dengan keadaan ekonomi dan kesehatan yang buruk, banyak diantaranya

    adalah peminum alkohol.

    2.5. Etiologi

    Hampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati

    biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya

    menetap, karena struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta

    vaskularisasi tidak sebaik paru. Infeksi laring oleh Mycobacterium

    tuberculosa hampir selalu sebagai komplikasi tuberkulosis paru aktif, dan

    ini merupakan penyakit granulomatosis laring yang paling sering.10,11,12

    2.6. Patogenesis

    Laringitis tuberkulosis umumnya merupakan sekunder dari lesi

    tuberkulosis paru aktif, jarang merupakan infeksi primer dari inhalasi basil

    tuberkel secara langsung. Secara umum, infeksi kuman ke laring dapat

    terjadi melalui udara pernapasan, sputum yang mengandung kuman, atau

    penyebaran melalui darah atau limfe.

    Berdasarkan mekanisme terjadinya laringitis tuberkulosis

    dikategorikan menjadi 2 mekanisme, yaitu:

    1. Laringitis Tuberkulosis Primer

    Laringitis tuberkulosis primer jarang dilaporkan dalam literatur

    medis. Laringitis tuberkulosis primer terjadi jika ditemukan infeksi

    Mycobacterium tuberculosa pada laring, tanpa disertai adanya

    keterlibatan paru. Rute penyebaran infeksi pada laringitis tuberkulosis

    23

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    24/35

    primer yang saat ini diterima adalah invasi langsung dari basil tuberkel

    melalui inhalasi.13,14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shin dkk

    (2000), menyatakan bahwa sebanyak 40,6% pasien dengan laringitis

    tuberkulosis memiliki paru yang normal.

    2. Laringitis Tuberkulosis Sekunder

    Laringitis tuberkulosis sekunder terjadi jika ditemukan infeksi

    laring akibat Mycobacterium tuberculosa yang disertai adanya

    keterlibatan paru. Laringitis tuberkulosis sekunder merupakan

    komplikasi dari lesi tuberkulosis paru aktif. Mekanisme penyebaran

    infeksi ke laring dapat berupa penyebaran langsung di sepanjang

    saluran pernapasan dari infeksi paru primer berupa sputum yang

    mengandung kuman maupun penyebaran melalui sistem darah ataupun

    limfatik.9

    Penyebaran Lewat Sputum (Bronkogen)

    Penyebaran infeksi basil tuberkel ke laring melalui mekanisme

    bronkogenik merupakan teori yang lazim dipahami. Adanya

    bronkogen dalam hal ini, sputum yang mengandung bakteri M.

    tuberculosis mendasari patogenesis terjadinya laringitis tuberkulosis.

    Terjadinya laringitis tuberkulosis dapat disebabkan oleh tersangkutnya

    sputum yang mengandung basil tuberkulosis di laring, terutama pada

    struktur posterior laring termasuk aritenoid, ruang interaritenoid, pita

    suara bagian posterior dan permukaan epiglotis yang menghadap ke

    laring.

    Antigen dari basil TB yang berada di laring dicerna sel dendritik

    lalu dibawa ke kelenjar limfe regional dan mempresentasikan antigen

    M. Tuberculosis ke sel Th1. Th1 kemudian berproliferasi dan dapat

    kembali ke tempat awal infeksi. Restimulasi oleh sel penyaji setempat

    menghasilkan produksi IFN dan mengaktifasi makrofag. Bila

    eliminasi mikroorganisme ini gagal akan berlanjut pada inflamasi

    24

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    25/35

    kronik terjadi dimana patogen persisten di dalam tubuh, maka terjadi

    pengalihan respon imun berupa reaksi hipersensitifitas tipe lambat

    membentuk granuloma.16

    Setelah kontak awal dengan antigen, sel Th disensitisasi,

    berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel DTH (delayed type

    hypersensitivity) dimana pengerahan makrofag yang berkelanjutan

    akan membentuk sel-sel epitloid berupa sel datia dalam granuloma.16

    Tuberkel yang avaskular berisikan daerah perkijuan di tengah

    dikelilingi oleh sel epiteloid dan di bagian perifer oleh sel-sel

    mononukleus. Kemudian tuberkel-tuberkel ini bersatu membentuk

    nodul. Karena letaknya di subepitel, epitel yang melampisinya

    mungkin hilang dan sering terjadi ulserasi dengan infeksi sekunder.

    Proses ini pertama kali cenderung akan mengenai prosesus vokalis dan

    epiglotis.

    Adanya tuberkel mungkin akan merangsang terjadinya hiperplasia

    epitel dan jaringan fibrosis subepitel. Hal ini mungkin bermanifestasi

    pada daerah interaritenoid berupa penebalan yang menyerupai

    pakiderma. Prosesus vokalis mungkin di tutupi oleh nodul yang

    menyerupai morbili. Hal ini merupakan manifestasi dari proses

    perbaikan karena hanya ditemukan sedikit perkijuan pada lesi.11,12

    Edema jelas pada keadaan lebih lanjut dan mungkin terjadi sebagai

    akibat obstruksi jaringan limfe oleh granuloma. Edema dapat timbul di

    fossa interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika

    ventrikularis, epiglottis serta terakhir ialah subglotik. Epiglotis dan

    jaringan ikat di atas aritenoid merupakan tempat yang paling tampak

    edema.

    Penyembuhan tuberkulosis laring disertai oleh pembentukan kapsul

    jaringan fibrosa dan jaringan menggantikan tuberkel.

    25

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    26/35

    Penyebaran Melalui Limfohematogen

    Selain mekanisme bronkogenik, penyebaran M. tuberculosis pada

    laring dapat juga melalui sistem limfohematogen. Penyebaran melalui

    sistem limfohematogen biasanya mengenai laring anterior dan

    epiglotis.15

    2.7. Gambaran Klinis

    Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4

    stadium yaitu:9,10,12

    1. Stadium infiltrasi

    2. Stadium ulserasi

    3. Stadium perikondritis

    4. Stadium pembentukan tumor

    Stadium Infiltrasi

    Mukosa laring bagian posterior mengalami pembengkakan dan

    hiperemis pada bagian posterior, kadang-kadang dapat mengenai pita

    suara. Pada stadium ini mukosa laring berwarna pucat.

    Kemudian di daerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga

    mukosa tidak rata, tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel makin

    membesar dan beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu, sehingga

    mukosa diatasnya meregang. Pada suatu saat, karena sangat meregang,

    maka akan pecah dan terbentuk ulkus.

    Stadium Ulserasi

    Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus

    ini dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri oleh

    pasien.

    26

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    27/35

    Stadium Perikondritis

    Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring terutama

    kartilago aritenoid dan epiglottis. Dengan demikian terjadi kerusakan

    tulang rawan, sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan

    melanjut dan terbentuk sekuester. Pada stadium ini pasien sangat buruk

    dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka proses

    penyakit berlanjut dan msuk dalam stadium terakhir yaitu

    fibrotuberkulosis.

    Stadium Fibrotuberkulosis

    Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding

    posterior, pita suara dan subglotik.

    Berdasarkan Shin dkk (2000), temuan pada laringitis tuberkulosis

    dapat dikategorikan menjadi empat grup, antara lain (a) lesi ulserasi

    (40,9%), (b) lesi inflamasi non spesifik (27,3%), (c) lesi polipoid (22,7%),

    dan (d) lesi massa ulcerofungative (9,1%).14

    27

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    28/35

    Gambar 5. Temuan Laringoskopi pada Laringitis Tuberkulosis, A. Lesi

    Ulseratif (pada seluruh laring), B. Lesi Granuloma (pada glotis posterior),

    C. Lesi Polyploid (pada plika vokalis palsu kanan), D. Lesi Nonspesifik

    (pada plika vokalis kanan)

    Gejala Klinis

    Tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat gejala sebagai

    berikut:

    - Rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring.

    - Suara parau yang berlangsung berminggu-miggu, sedangkan pada

    stadium lanjut dapat timbul afoni.

    - Hemoptisis.

    - Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri

    karena radang lainnya, merupakan tanda yang khas.

    - Keadaan umum buruk.

    - Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologis) terdapat proses

    aktif (biasanya pada stadium eksudatif atau pada pembentukan

    kaverne).

    2.8. Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan penunjang.

    1. Anamnesa

    Pada anamnesa dapat ditanyakan:

    - Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan

    mengurangi gejala

    - Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang

    dapat memicu timbulnya laringitis seperti debu, asap.

    - Penggunaan suara berlebih

    28

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    29/35

    - Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi,

    antihistamin yang dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa

    dan lesi pada mukosa.

    - Riwayat merokok

    - Riwayat makan

    - Suara parau atau disfonia

    - Batuk kronis terutama pada malam hari

    - Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar

    pita suara

    - Disfagia dan otalgia

    2. Gejala dan Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik, tampak sakit berat, demam, terdapat

    stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas

    cuping hidung dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat

    meningkat, dan adanya takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan

    suhu badan merupakan tanda hipoksia.

    3. Laboratorium

    - Pemeriksaan Bakteriologik

    Bahan pemeriksaan

    Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis

    mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.

    Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari

    dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan

    lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),

    urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).

    Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

    Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

    Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

    Pagi (keesokan harinya)

    29

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    30/35

    Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap

    pagi 3 hari berturut-turut.

    - Kultur kuman

    Peran biakan dan identifikasiM.tuberkulosispada penanggulangan

    TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan

    masih peka terhadap OAT yang digunakan.

    4. Laringoskopi direk atau indirek

    Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat

    membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis

    berwarna merah dan tampak edema terutama di bagian atas dan bawah

    glotis.

    Gambar 6. Laringitis Tuberkulosis

    5. Foto toraks

    Untuk melihat apabila terdapat pembengkakan dan adanya

    gambaran tuberkulosis paru. CT scanning dan MRI juga dapat

    digunakan dan memberikan hasil yang lebih baik. Gambaran

    radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

    - Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus

    atas paru dan segmen superior lobus bawah.

    - Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak

    berawan atau nodular.

    30

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    31/35

    Gambar 7. Foto Toraks Tuberkulosis Paru

    6. Pemeriksaan patologi anatomi

    Pada gambaran makroskopi tampak permukaan selaput lendir

    kering dan berbenjol-benjol sedangkan pada mikroskopik terdapat

    epitel permukaan menebal dan opaque, pembentukan granuloma, sel

    besar Langhans, serbukan sel radang menahun pada lapisan

    submukosa.

    Gambar 8. Histopatologi Laringitis Tuberkulosis

    2.9. Diagnosis Banding

    Diagnosis banding laringitis tuberculosis, antara lain:9,10,12

    31

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    32/35

    - Laringitis luetika

    Laringitis luetika seringkali memberikan gejala yang sama dengan

    laringitis tuberkulosis. Akan tetapi, radang menahun ini jarang

    ditemukan. Laringitis luetika terjadi pada stadium tertier dari sifilis,

    yaitu stadium pembentukan guma. Apabila gma pecah, maka timbul

    ulkus. Ulkus inimempunyai sifat yang khas, yaitu sangat dalam,

    bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta

    mengeluarkan eksudat yang berwarna kekuningan. Ulkus tidak

    menyebabkan nyeri dan menjalar sangat cepat, sehingga bila tidak

    terbentuk proses ini akan menjadi perikondritis.

    - Karsinoma laring

    Karsinoma laring memberikan gejala yang serupa dengan laringitis

    tuberkulosa. Serak adalah gejala utama karsinoma laring, namun

    hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak

    tumor.

    2.10. Penatalaksanaan

    1. Terapi non medikamentosa

    - Mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak

    berbicara.

    - Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk

    misalnya goreng-gorengan, makanan pedas.

    - Konsumsi cairan yang banyak.

    - Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.

    2. Terapi medikamentosa : Obat antituberkulosis (OAT)

    Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok

    yaitu:

    Obat primer:

    - INH (isoniazid)

    32

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    33/35

    - Rifampisin

    - Etambutol

    - Streptomisin

    - Pirazinamid

    Obat sekunder:

    - Exionamid

    - Paraaminosalisilat

    - Sikloserin

    - Amikasin

    - Kapreomisin

    - Kanamisin

    Tabel 1. Dosis Obat Anti Tuberkulosis

    Obat Dosis harian

    (mg/kgbb/hari)

    Dosis 2x/minggu

    (mg/kgbb/hari)

    Dosis 3x/minggu

    (mg/kgbb/hari)

    INH 5-15 (maks. 300 mg) 15-40 (maks. 900

    mg)

    15-40 (maks. 900

    mg)Rifampisin 10-20 (maks. 600

    mg)

    10-20 (maks. 600

    mg)

    15-20 (maks. 600

    mg)

    Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

    Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

    Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25.40maks. 1,5 g)

    3. Operatif

    Tindakan operatif dilakukan dengan tujuan untuk pengangkatan

    sekuester. Trakeostomi diindikasikan bila terjadi obstruksi laring.

    Trakeostomi

    Trakeostomi adalah tindakan membuat luabang pada dinding

    depan/anterior trakea untuk bernafas. Trakeostomi dilakukan atas

    indikasi, berikut:

    33

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    34/35

    - Mengatasi obstruksi laring

    - Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian

    atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah, dan faring.

    - Mempermudah penghisapan secret dari bronkus pada pasien yang

    tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologik.

    - Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).

    - Untuk menambil benda asing dari subglotik, apabila tidak

    mempunyai fasilitas bronkoskopi.

    Trakeostomi pada kasus laringitis tuberkulosis dilakukan atas indikasi

    yaitu jika terjadi obstruksi laring dan mengurangi ruang rugi di saluran

    napas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah, dan

    faring.

    2.10 Komplikasi

    Pada laringitis akibat peradangan yang terjadi dari daerah lain

    maka dapat terjadi inflamasi yang progresif dan dapat menyebabkan

    kesulitan bernafas. Kesulitan bernafas ini dapat disertai stridor baik pada

    periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya. Pada laringitis tuberkulosis

    dapat terjadi sekuele, di antaranya stenosis glotis posterior, stenosis

    subglotis, paralisis plika vokalis, dan persisten disfonia

    BAB III

    KESIMPULAN

    34

  • 7/29/2019 Case Laringitis Tuberkulosa

    35/35

    Tuberkulosa laring hampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. Setelah

    diobati biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya

    menetap, karena struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta

    vaskularisasi tidak sebaik paru, sehingga bila sudah mengenai kartilago,

    pengobatannya lebih lama.

    Secara klinis tuberkulosa laring terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium

    infiltrasi, stadium ulserasi, stadium perikondritis, stadium pembentukan tumor

    (fibrotuberkulosis).

    Diagnosa laringitis tuberculosis ditegakkan berdasarkan pada anamnesis,

    gejala dan pemeriksaan fisik, laringoskopi directdan indirect, laboratorium, foto

    toraks, dan pemeriksaan patologi anatomi.

    Terapinya dibagi menjadi medikamentosa dan pembedahan. Terapi non

    medikamentosa yaitu mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak

    berbicara, menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk

    misalnya goreng-gorengan, makanan pedas, konsumsi cairan yang banyak,

    berhenti merokok dan konsumsi alkohol. Sedangkan terapi medikamentosa adalah

    OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Terapi pembedahannya pengangkatan sekuester

    dan trakeostomi bila terjadi obstruksi laring.

    Prognosisnya tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan

    hidup sehat serta ketekunan berobat. Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium

    dini maka prognosisnya baik.