referat faringitis tuberkulosa
DESCRIPTION
review kasus jarngTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapat dinegara yang
sedang berkembang seperti Indonesia. Tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis primer dan
tuberkulosis sekunder. Tuberkulosis primer merupakan infeksi pertama dari tuberkulosis,
sedangkan tuberkulosis sekunder adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penyebaran dari
kuman penyebab tuberkulosis primer ke tempat yang lain melalui aliran darah atau kelenjar
getah bening. Faringitis tuberkulosis biasanya merupakan proses sekunder tuberkulosis paru,
kecuali bila infeksi disebabkan oleh kuman tahan asam jenis bovinum.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan
ludah orang yang menderita faringitis.1 Faringitis terbagi atas faringitis akut, faringitis kronis
dan faringitis spesifik.
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil
yangdisebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda.
Faringitis dapatmenjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal
didaerah faring.
Fa r ing i t i s k ron i s ada l ah f a r i ng i t i s yang t e r j ad i s e t e l ah s e r angan
aku t yang berkali – kali.
Faringitis spesifik adalah faringitis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
spesifik seperti treponema palidum maupun mycobacterium tuberculosa.
Faringitis tuberkulosis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi mycrobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet
infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis.
I.2. Permasalahan
Topik utama yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai Diagnosis Faringitis
Tuberkulosis.
Batasan Masalah
Referat Faringitis Tuberkulosa 1
Dalam pembahasan mengenai penyakit faringitis tuberkulosis, penulis akan
membahas mengenai anatomi,fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosa, penatalaksanaan, dan prognosis dari faringitis tuberkulosis.
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi nilai kelulusan selama masa
pendidikan di kepanitraan klinik RSUD Kota Semarang Bagian Ilmu Penyaki THT, untuk
menambah pengetahuan bagi kalangan medis dan non medis, dan sebagai sarana untuk
mengembangkan kreatifitas dalam hal pembuatan karya tulis.
I.4. Metode Penulisan
Dalam penyusunan referat ini, penulis menggunakan metode pengumpulan referensi
secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, yaitu dari buku-buku referensi dan pustaka
elektronik yang berkaitan dengan tema referat ini serta pengarahan dari narasumber yang
berwenang yang ahli dibidangnya.
Referat Faringitis Tuberkulosa 2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING
Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuer yang bentuknya seperti corong, yang besar
di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan
dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan mulut melalui ismus
ororfaring sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring dan ke
bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring kurang lebih 14 cm;
bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinging faring dibentuk oleh
(dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m. kosntriktor faring suoerior, media dan
inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap
bagian bawhnya menutup sebagian otot bagian atas dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot
ini bertemu satu sama lain dan di belakan bertemu, ada jaringan ikat yang disebut “rafe
faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot
Referat Faringitis Tuberkulosa 3
ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X). Otot-otot longitudinal adalah m.stilofaring dan m.
palatofaring. Letak otot-otot ini di sebelah dalam. M. Stilofaring gunanya untuk melebarkan
faring dan menarik laring, sedangkan m. palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan
menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevato. Kerja
kedua otot itu penting waktu menelan. M. stilofaring dipersarafi oleh n. IX, sedangkan m.
palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung
fasia dari mukosa yaitu m. elevator veli palatini, m. tensor veli palatini, m. palatoglosus, m.
palatofaring dan m. azigos uvula. M. elevator veli palatini mebentuk sebagian besar palatum
mole dan kerjanya untuk mnyempitkan ismus farign dan memperlebar ostium tuba
eustachius. Otot ini dipersarafi oleh N.x.
M. tensor veli palatini membentuk kedua palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius. Otot ini
dipersarafi n.X. M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya
Referat Faringitis Tuberkulosa 4
menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X. M. Palatofating membentuk arkus
posterior faring. Otot ini dieprsarafi oleh n.X. M. azigos uvula merupakan otot yang kecil,
kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
Pendarahan
Faring mendapat aliran darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak
beraturan. Yang utama berasal dari cabang a. Karotis eksterna (cabang faring asendens dan
cabang fausial) serta cabang a. Maksila interna yakni cabang palatina superior.
Persarafan
Referat Faringitis Tuberkulosa 5
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring ayng
ekstensif. Oleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n. Vagus, cabang dari n. Glosofaring
dan cabang simpatis. Cabang faring dari n. Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring
yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring keculai m. stilofaring yang
dipersarafi langsung oleh cabang n. Glosofaring (N. IX).
Kelenjar Getah Bening
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar
getah benig dalam servikal atas. Saluran limfa superior mengalir ke jelenjar getah bening
retrofarinfdan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke
kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelnjar servial dalam atas, sedangkan saluran limfa
inferiro mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:
1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubariusm suatu refleksi mukosa
faring di atas penonjolan kartilago tuba eustachius, koana, formane jugulare, yang dilalui
oleh n. Glosofaring, n. Vagus dan n. Asesorius spinal saraf kranial dan v. Jugularis
interna, bagian protesus os temporalis dan foramen laserum dab muara tuba Eustachius.
2. Orofaring
Orofaring disebut juga dengan mesofaring, dngan batas atasnya adalah palatum mole,
batas bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adaah
dinding posterior faring, tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan
posterior, uvula, tonsil lingual dan foramn sekum.
Dinding Posterior Faring
Referat Faringitis Tuberkulosa 6
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat dalam radang akut
atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot bagian tersebut.
Gangguan oto posterior faring bersama-sama dengan gangguan otot palatum mole
berhuungan dengan gangguan n. Vagus.
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah
m. kosntriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole)
terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat
jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah keluar bila terjadi abses. Fosa
tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul
yang sebenarnya bukan merupakan kapsul yang sebenarnya.
Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid),
tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut
cncin Waldeyer. Tonsil aplatina yang biasa disebut tonsil saja terletak di fosa tonsil. Pada
kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsilyang merupakan sisa kantong
faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan
medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan membentuk celah yang disebut kriptus.
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering disebut kapsul tonsil.
Kapsul ini tidak melekat pada otot faring, sehingga mudah dilakukakn diseksi pada
tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a. Palatina minor, a. Palatina asendens, cabang
tonsil a. Maksilaris eksterna, a. Faring asendens, dan a. Lingualis dorsal. Tonsil lingual
terletak di dasar lidah dan dibagu menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika, Di gaeis
tengah, di sebelah anterior massa ini tedapat foramen sekum dari apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran
duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior
adalah laring, batas inferior ialah esofagusm serta batas posterio adalah vertebra
Referat Faringitis Tuberkulosa 7
servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring
tidak langsugn atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka
struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini
merupakan dua buah cekuangan yang dibentuk oleh ligamnetum glosoepiglotika
medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga
“kantong pil” (pill pocket), sebab pada beberapa orang, kadang-kadng bila menelan
pil akan tersangkut disitu.
Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega
dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk
infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis
ini dapat menjadi demikian lebar dan titpisnya sehingga pada pemeriksaan
laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan,
pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus laring
superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus laring
superior berjalan di bawah dasar sinus pirifprmis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini
penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di faring dan laring pada
tindakan laingoskopi langsung.
Ruang Faringeal
Ada dua ruang yang berhubunagn dengan faring yang secara klinik mempunyai arti panting,
yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.
1. Ruang Retrofaring (Retropharyngeal Space)
Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa
faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang
dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas
paling bawah dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya
pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses
retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak. Kejadiannya ialah karena di ruang
retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa, dapat terjadi
supurasi, yang bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring.
Kelenjar limfa di ruang retrofaring ini akan banyak menghilang pada pertumbuhan anak.
Referat Faringitis Tuberkulosa 8
2. Ruang Parafaring
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terlektak pada dasar tengkorak
dekat dengan foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang ini
dibatasi di bagian dalam oleh m. konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus
asenden mandibula yang melekat dengan m. pterigoid interna dan bagian posterior
kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os
stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian
yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang
meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis. Bagian
yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a. Karotis interna, v. Jugularis
interna, n. Vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis.
Bagian ini dipisahkan dari ruang faring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.
Fisiologi Faring
Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan,
resonansi suara dan artikulasi.
1. Fungsi Respirasi
Faring merupakan saluran penyalur udara, saluran ini meneruskan udara menuju
saluran napas bagian bawah (trachea) menuju paru-paru untuk proses pertukaran gas.
Selain itu salah satu organ yang disebut epiglotis juga berperan sebagai pelindung
saluran napas, karena mencegah benda asing masuk ke dalam saluran napas.
Referat Faringitis Tuberkulosa 9
Faring juga berfungsi sebagai penghangat, penyaring dan melembabkan udara agar
sesuai dengan kondisi tubuh.
2. Fungsi Menelan
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan
makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the
mouth”.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang
berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini
diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30
pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi
kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
Referat Faringitis Tuberkulosa 10
Fungsi Faring Dalam Proses Bicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang
faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.
Salpingofaring dan m. Palatofaring, kemudian m. Levator veli palatini menarik palatum mole
ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring, jarak yang tersisa ini diisi oleh
tonjolan (fold of) passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam
mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m. Palatofaring (bersama m.
Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m. Konstriktor faring superior. Mungkin kedua
gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
bersamaan dengan gerakan palatum.
Fold of Passavant
Referat Faringitis Tuberkulosa 11
BAB III
FARINGITIS TUBERCULOSA
DEFINISI
Faringitis tuberkulosis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi mycrobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet
infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis. Faringitis tuberkulosis
biasanya merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis paru-paru.
ETIOLOGI DAN PENULARAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis dan mycobacterium bovis. Mycobacterium tuberkulosis ditemukan oleh Robert
Kock dalam tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu
dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan pada suhu 60oC mati dalam 15 – 20 menit. Fraksi
protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik
endotoksin maupun eksotoksin).
Penularan mycobacterium tuberkulosis biasanya melalui udara, hingga sebagian besar
fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis , biasanya mycobacterium bovis.
Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet dikulit. Cara
infeksi ini disebut cara eksogen. Sedangkan cara endogen yaitu penyebaran melalui darah
(hematogen) pada tuberkulosis miliaris dan melalui aliran limfe (limfogen).
Referat Faringitis Tuberkulosa 12
PATOGENESIS
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya
tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru, penyebaran dapat terjadi
secara eksogen yaitu melalui kontak dinding faring dengan sputum yang mengandung basil
TB dan secara endogen yaitu penyebaran basil TB melalui aliran darah. Walaupun biasanya
terjadi penyebaran dari infeksi primer di paru-paru tidak menutup kemungkinan terjadi
infeksi primer di faring yang berasal dari droplets langsung dari udara yang masuk. Seperti
yang digambarkan pada TB paru, proses peradangan TB pada faring juga berjalan kronis
dengan perkembangan yang lambat. Basil TB akan menimbulkan peradangan dimulai dari
perkembangan biakannya. Dari peradangan tersebut akan dipanggil sel-sel PMN dan
makrofage sebagai langkah pertahanan tubuh. Namun basil TB mempunyai pertahanan yang
baik dalam menghadapi sistem pertahanan tubuh manusia (karena lapisan lipid yang tebal dan
tahan asam), oleh karena itu tidak semua basil TB mati, sebagian tetap hidup dalam
makrofage dan berkembang biak. Faktor host imune juga berperan penting, pada orang
dengan pertahan tubuh bagus biasanya basil TB akan dormant dan tidak berkembang. Karena
basil TB tidak mudah mati, maka tubuh berusaha menekan infeksinya dengan membentuk
jaringan granulosa di sekitar fokus infeksi, respon ini timbul dari rangsangan sitokin-sitokin
yang dikeluarkan oleh makrofage yang terinfeksi basil TB. Jaringan granulosa tersebut akan
berkembang menjadi serat fibrosa dan seakan-akan mengisolasi basil TB. Hal ini bisa dilihat
dengan terbentuknya tuberkel-tuberkel TB. Di dalam tuberkel tersebut basil TB masih aktif
merusak jaringan bahkan mereplikasi diri. Jika pengobatan tidak adekuat ditambah faktor
imune yang buruk maka perkembangannya akan terus berlanjut. Pada suatu saat tuberkel
dapat pecah mengeluarkan basil TB beserta jaringan nekrotik dan terbentuk ulkus.
Kerusakannya akan semakin dalam jika tidak diobati.
Referat Faringitis Tuberkulosa 13
GAMBARAN KLINIS
Tuberkulosa pada faring terdapat dalam tiga bentuk, yaitu : tuberkulosis milier akut,
ulkus tuberkulosis kronis dan lupus vulgaris.
- Tuberkulosis milier akut
Pada tuberkulosis milier akut manifestasi penyakit berhubungan dengan penyebab
mikroba / kuman dalam aliran darah. Ditemukan erupsi tuberkel di daerah faucis, palatum
mole, dasar lidah atau mukosa pipi. Timbul rasa tidak enak pada stadium ini, tetapi bila
erupsi meluas membentuk ulkus barulah timbul rasa sakit sekali dan disfagia. Terdapat
kecenderungan untuk berdarah dan keluar air liur yang banyak, lendir kental melekat
kedaerah yang berulkus. Keadaan umum pasien segera memburuk dan terdapat beberapa
jenis gangguan dengan suhu badan yang meningkat.
- Ulkus tuberkulosa kronik
Selalu berhubungan dengan tuberkulosa paru yang lanjut dengan sputum mengandung
kuman tuberkulosa. Terjadi ulserasi pada faring dan lidah dimana ulkus biasanya terletak
pada ujung lidah. Ulkus mempunyai sifat dangkal, tepi tidak teratur dengan dasar yang
bersih, pertumbuhan lambat. Ujung saraf masih utuh sehingga timbul rasa nyeri dengan
gejala yang ada hubungan dengan disfagia akut.
- Lupus vulgaris
Lupus vulgaris adalah proses tuberkulosa pada kulit. Dalam bidang THT lokasi yang
sering ialah di bagian depan septum nasi serta konka inferior dan dari sini dapat menyebar ke
muka atau faring. Pada tenggorok biasanya mengenai palatum mole dan faucius jarang pada
tonsil. Bentuk erupsi berupa “apple jelly nodules” yang segera menjadi abu-abu dan lebih
padat. Mukosa menjadi keras dan hilang mobilitasnya, nodul akan pecah sehingga permukaan
mukosa rusak dan tampak daerah granuler. Bila palatum durum terkena maka tulang akan
terbuka tetapi tulang tidak terkena proses penyakit. Proses berlangsung sangat kronik dengan
Referat Faringitis Tuberkulosa 14
kecenderungan menyembuh disebagian tempat tetapi proses penyakit terus berlanjut sehingga
terbentuk sikatriks pada palatum. Uvula dapat mengecil atau lenyap.
Gejala pada tahap awal berupa adanya rasa terbakar dan sakit sedikit pada tenggorok.
Tahap selanjutnya kualitas suara akan berubah karena adanya fiksasi pada palatum dan
timbulnya disfagia. Pada tahap sangat lanjut dapat terjadi regurgitasi cairan ke dalam hidung.
Secara umu pasien mengeluh nyeri yang hebat ditenggorokan. Keadaan umum pasien
buruk, karena anoreksia dan nyeri untuk menelan makanan. Tidak jarang terdapat regurgitasi.
Selain dari nyeri yang sangat menonjol untuk menelan, terdapat juga nyeri di telinga
(otalgia). Terdapat juga adinopati servikal.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis disamping dijumpainya gambaran klinis seperti yang
sudah dijabarkan di atas, juga diperlukan pemeriksaan sputum BTA (zielh-nelsen) untuk
melihat adanya tuberkulosis paru, selain itu pengambilan swab tenggorokan juga bisa
dilakukan. Foto Thorax PA juga digunakan untuk menilai apakah terdapat infeksi primer TB
pada paru dan perkembangannya. Biopsi jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan
adanya proses keganasan, serta mencari basil tahan asam di jaringan. Kultur spesimen dapat
dilakukan untuk mendeteksi sensitivitas terhadap antimikroba. Uji tuberkulin hanya efektif
pada anak-anak karena pada orang dewasa sering terjadi false positif.
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan BTA :
1. 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
2. 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+).
3. 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+).
4. > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+).
Referat Faringitis Tuberkulosa 15
PENATALAKSANAAN
Dasar penatalaksanan faringitis tuberkulosa sama dengan tuberculosan paru.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Referat Faringitis Tuberkulosa 16
Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) : 2 bulan pertama INH+Rifampisin+Pirazinamid+Etambutol,
setelah itu 4 bulan berikutnya diberikan INH dan Rifampisin seminggu 3 kali.
- Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
- Pasien baru TB paru BTA positif. �- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif �- Pasien TB ekstra paru�
Selain dosis diatas terapi kategori 1 dapat juga diberikan KDT (kombinasi dosis tetap).
PROGNOSIS
Pasien dengan infeksi kuman mycobacterium tuberkulosa harus mengikuti petunjuk
pengobatan yang benar agar tidak timbul resistensi kuman. Prognosis biasanya baik dengan
pengobatan yang terkontrol. Penderita tuberkulosis yang telah dinyatakan sembuh tetap
dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk mengetahui adanya kekambuhan. Evaluasi
yang baik mencakup :
1. Sputum BTA mikroskopik 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Dilakukan 2 kali pemeriksaan pagi dan sewaktu, jika keduanya BTA negatif berarti
sembuh.
Evaluasi foto toraks 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
KESIMPULAN
1. Faringitis tuberkulosa biasanya merupakan proses sekunder paru, namun dapat
disebabkan infeksi primer pada faring.
Referat Faringitis Tuberkulosa 17
2. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis dan mycobacterium bovis.
3. Cara infeksi adalah melalui cara eksogen dan endogen.
4. Tuberkulosis pada faring terdapat dalam tiga bentuk yaitu : tuberkulosa milier akut,
ulkus tuberkulosa kronik dan lupus vulgaris.
5. Gambaran klinis faringitis tuberkulosis disesuaikan dengan terapi tuberkulosa paru
ditambah dengan terapi simptomatik.
Referat Faringitis Tuberkulosa 18
Daftar Pustaka
Referat Faringitis Tuberkulosa 19