referat faringitis tuberkulosa

27
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapat dinegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis primer dan tuberkulosis sekunder. Tuberkulosis primer merupakan infeksi pertama dari tuberkulosis, sedangkan tuberkulosis sekunder adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penyebaran dari kuman penyebab tuberkulosis primer ke tempat yang lain melalui aliran darah atau kelenjar getah bening. Faringitis tuberkulosis biasanya merupakan proses sekunder tuberkulosis paru, kecuali bila infeksi disebabkan oleh kuman tahan asam jenis bovinum. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis. 1 Faringitis terbagi atas faringitis akut, faringitis kronis dan faringitis spesifik. Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yangdisebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapatmenjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring. Faringitis kronis adalah faringitis yang terjad i setelah serangan akut yang berkali – kali. Referat Faringitis Tuberkulosa 1

Upload: satria-pinandita

Post on 26-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

review kasus jarng

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Faringitis Tuberkulosa

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapat dinegara yang

sedang berkembang seperti Indonesia. Tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis primer dan

tuberkulosis sekunder. Tuberkulosis primer merupakan infeksi pertama dari tuberkulosis,

sedangkan tuberkulosis sekunder adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penyebaran dari

kuman penyebab tuberkulosis primer ke tempat yang lain melalui aliran darah atau kelenjar

getah bening. Faringitis tuberkulosis biasanya merupakan proses sekunder tuberkulosis paru,

kecuali bila infeksi disebabkan oleh kuman tahan asam jenis bovinum.

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan

ludah orang yang menderita faringitis.1 Faringitis terbagi atas faringitis akut, faringitis kronis

dan faringitis spesifik.

Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil

yangdisebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda.

Faringitis dapatmenjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal

didaerah faring.

Fa r ing i t i s   k ron i s   ada l ah   f a r i ng i t i s   yang   t e r j ad i   s e t e l ah   s e r angan  

aku t   yang  berkali – kali.

Faringitis spesifik adalah faringitis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang

spesifik seperti treponema palidum maupun mycobacterium tuberculosa.

Faringitis tuberkulosis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

akibat infeksi mycrobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet

infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis.

I.2. Permasalahan

Topik utama yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai Diagnosis Faringitis

Tuberkulosis.

Batasan Masalah

Referat Faringitis Tuberkulosa 1

Page 2: Referat Faringitis Tuberkulosa

Dalam pembahasan mengenai penyakit faringitis tuberkulosis, penulis akan

membahas mengenai anatomi,fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis,

diagnosa, penatalaksanaan, dan prognosis dari faringitis tuberkulosis.

I.3. Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi nilai kelulusan selama masa

pendidikan di kepanitraan klinik RSUD Kota Semarang Bagian Ilmu Penyaki THT, untuk

menambah pengetahuan bagi kalangan medis dan non medis, dan sebagai sarana untuk

mengembangkan kreatifitas dalam hal pembuatan karya tulis.

I.4. Metode Penulisan

Dalam penyusunan referat ini, penulis menggunakan metode pengumpulan referensi

secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, yaitu dari buku-buku referensi dan pustaka

elektronik yang berkaitan dengan tema referat ini serta pengarahan dari narasumber yang

berwenang yang ahli dibidangnya.

Referat Faringitis Tuberkulosa 2

Page 3: Referat Faringitis Tuberkulosa

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING

Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuer yang bentuknya seperti corong, yang besar

di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus

menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan

dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan mulut melalui ismus

ororfaring sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring dan ke

bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring kurang lebih 14 cm;

bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinging faring dibentuk oleh

(dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia

bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m. kosntriktor faring suoerior, media dan

inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap

bagian bawhnya menutup sebagian otot bagian atas dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot

ini bertemu satu sama lain dan di belakan bertemu, ada jaringan ikat yang disebut “rafe

faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot

Referat Faringitis Tuberkulosa 3

Page 4: Referat Faringitis Tuberkulosa

ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X). Otot-otot longitudinal adalah m.stilofaring dan m.

palatofaring. Letak otot-otot ini di sebelah dalam. M. Stilofaring gunanya untuk melebarkan

faring dan menarik laring, sedangkan m. palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan

menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevato. Kerja

kedua otot itu penting waktu menelan. M. stilofaring dipersarafi oleh n. IX, sedangkan m.

palatofaring dipersarafi oleh n.X.

Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung

fasia dari mukosa yaitu m. elevator veli palatini, m. tensor veli palatini, m. palatoglosus, m.

palatofaring dan m. azigos uvula. M. elevator veli palatini mebentuk sebagian besar palatum

mole dan kerjanya untuk mnyempitkan ismus farign dan memperlebar ostium tuba

eustachius. Otot ini dipersarafi oleh N.x.

M. tensor veli palatini membentuk kedua palatum mole dan kerjanya untuk

mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius. Otot ini

dipersarafi n.X. M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya

Referat Faringitis Tuberkulosa 4

Page 5: Referat Faringitis Tuberkulosa

menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X. M. Palatofating membentuk arkus

posterior faring. Otot ini dieprsarafi oleh n.X. M. azigos uvula merupakan otot yang kecil,

kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

Pendarahan

Faring mendapat aliran darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak

beraturan. Yang utama berasal dari cabang a. Karotis eksterna (cabang faring asendens dan

cabang fausial) serta cabang a. Maksila interna yakni cabang palatina superior.

Persarafan

Referat Faringitis Tuberkulosa 5

Page 6: Referat Faringitis Tuberkulosa

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring ayng

ekstensif. Oleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n. Vagus, cabang dari n. Glosofaring

dan cabang simpatis. Cabang faring dari n. Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring

yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring keculai m. stilofaring yang

dipersarafi langsung oleh cabang n. Glosofaring (N. IX).

Kelenjar Getah Bening

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan

inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar

getah benig dalam servikal atas. Saluran limfa superior mengalir ke jelenjar getah bening

retrofarinfdan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke

kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelnjar servial dalam atas, sedangkan saluran limfa

inferiro mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:

1. Nasofaring

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum

mole, ke depan rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.

Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa

struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan

resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan

invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubariusm suatu refleksi mukosa

faring di atas penonjolan kartilago tuba eustachius, koana, formane jugulare, yang dilalui

oleh n. Glosofaring, n. Vagus dan n. Asesorius spinal saraf kranial dan v. Jugularis

interna, bagian protesus os temporalis dan foramen laserum dab muara tuba Eustachius.

2. Orofaring

Orofaring disebut juga dengan mesofaring, dngan batas atasnya adalah palatum mole,

batas bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke

belakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adaah

dinding posterior faring, tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan

posterior, uvula, tonsil lingual dan foramn sekum.

Dinding Posterior Faring

Referat Faringitis Tuberkulosa 6

Page 7: Referat Faringitis Tuberkulosa

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat dalam radang akut

atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot bagian tersebut.

Gangguan oto posterior faring bersama-sama dengan gangguan otot palatum mole

berhuungan dengan gangguan n. Vagus.

Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah

m. kosntriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole)

terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat

jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah keluar bila terjadi abses. Fosa

tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul

yang sebenarnya bukan merupakan kapsul yang sebenarnya.

Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang jaringan ikat

dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid),

tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut

cncin Waldeyer. Tonsil aplatina yang biasa disebut tonsil saja terletak di fosa tonsil. Pada

kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsilyang merupakan sisa kantong

faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan

medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan membentuk celah yang disebut kriptus.

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering disebut kapsul tonsil.

Kapsul ini tidak melekat pada otot faring, sehingga mudah dilakukakn diseksi pada

tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a. Palatina minor, a. Palatina asendens, cabang

tonsil a. Maksilaris eksterna, a. Faring asendens, dan a. Lingualis dorsal. Tonsil lingual

terletak di dasar lidah dan dibagu menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika, Di gaeis

tengah, di sebelah anterior massa ini tedapat foramen sekum dari apeks, yaitu sudut yang

terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran

duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid

lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.

3. Laringofaring (Hipofaring)

Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior

adalah laring, batas inferior ialah esofagusm serta batas posterio adalah vertebra

Referat Faringitis Tuberkulosa 7

Page 8: Referat Faringitis Tuberkulosa

servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring

tidak langsugn atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka

struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini

merupakan dua buah cekuangan yang dibentuk oleh ligamnetum glosoepiglotika

medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga

“kantong pil” (pill pocket), sebab pada beberapa orang, kadang-kadng bila menelan

pil akan tersangkut disitu.

Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega

dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk

infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis

ini dapat menjadi demikian lebar dan titpisnya sehingga pada pemeriksaan

laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga

untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan,

pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus laring

superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus laring

superior berjalan di bawah dasar sinus pirifprmis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini

penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di faring dan laring pada

tindakan laingoskopi langsung.

Ruang Faringeal

Ada dua ruang yang berhubunagn dengan faring yang secara klinik mempunyai arti panting,

yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.

1. Ruang Retrofaring (Retropharyngeal Space)

Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa

faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang

dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas

paling bawah dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya

pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses

retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak. Kejadiannya ialah karena di ruang

retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa, dapat terjadi

supurasi, yang bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring.

Kelenjar limfa di ruang retrofaring ini akan banyak menghilang pada pertumbuhan anak.

Referat Faringitis Tuberkulosa 8

Page 9: Referat Faringitis Tuberkulosa

2. Ruang Parafaring

Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terlektak pada dasar tengkorak

dekat dengan foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang ini

dibatasi di bagian dalam oleh m. konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus

asenden mandibula yang melekat dengan m. pterigoid interna dan bagian posterior

kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os

stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian

yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang

meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis. Bagian

yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a. Karotis interna, v. Jugularis

interna, n. Vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis.

Bagian ini dipisahkan dari ruang faring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.

Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan,

resonansi suara dan artikulasi.

1. Fungsi Respirasi

Faring merupakan saluran penyalur udara, saluran ini meneruskan udara menuju

saluran napas bagian bawah (trachea) menuju paru-paru untuk proses pertukaran gas.

Selain itu salah satu organ yang disebut epiglotis juga berperan sebagai pelindung

saluran napas, karena mencegah benda asing masuk ke dalam saluran napas.

Referat Faringitis Tuberkulosa 9

Page 10: Referat Faringitis Tuberkulosa

Faring juga berfungsi sebagai penghangat, penyaring dan melembabkan udara agar

sesuai dengan kondisi tubuh.

2. Fungsi Menelan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the

mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang

berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini

diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30

pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam

lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi

kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

Referat Faringitis Tuberkulosa 10

Page 11: Referat Faringitis Tuberkulosa

Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan

faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang

faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.

Salpingofaring dan m. Palatofaring, kemudian m. Levator veli palatini menarik palatum mole

ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring, jarak yang tersisa ini diisi oleh

tonjolan (fold of) passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam

mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m. Palatofaring (bersama m.

Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m. Konstriktor faring superior. Mungkin kedua

gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan.

Ada yang berpendapat bahwa tonjolan passavant ini menetap pada periode fonasi,

tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat

bersamaan dengan gerakan palatum.

Fold of Passavant

Referat Faringitis Tuberkulosa 11

Page 12: Referat Faringitis Tuberkulosa

BAB III

FARINGITIS TUBERCULOSA

DEFINISI

Faringitis tuberkulosis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

akibat infeksi mycrobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet

infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis. Faringitis tuberkulosis

biasanya merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis paru-paru.

ETIOLOGI DAN PENULARAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberkulosis dan mycobacterium bovis. Mycobacterium tuberkulosis ditemukan oleh Robert

Kock dalam tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu

dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan pada suhu 60oC mati dalam 15 – 20 menit. Fraksi

protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya

menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan

terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik

endotoksin maupun eksotoksin).

Penularan mycobacterium tuberkulosis biasanya melalui udara, hingga sebagian besar

fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral

misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis , biasanya mycobacterium bovis.

Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet dikulit. Cara

infeksi ini disebut cara eksogen. Sedangkan cara endogen yaitu penyebaran melalui darah

(hematogen) pada tuberkulosis miliaris dan melalui aliran limfe (limfogen).

Referat Faringitis Tuberkulosa 12

Page 13: Referat Faringitis Tuberkulosa

PATOGENESIS

Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.

Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya

tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru, penyebaran dapat terjadi

secara eksogen yaitu melalui kontak dinding faring dengan sputum yang mengandung basil

TB dan secara endogen yaitu penyebaran basil TB melalui aliran darah. Walaupun biasanya

terjadi penyebaran dari infeksi primer di paru-paru tidak menutup kemungkinan terjadi

infeksi primer di faring yang berasal dari droplets langsung dari udara yang masuk. Seperti

yang digambarkan pada TB paru, proses peradangan TB pada faring juga berjalan kronis

dengan perkembangan yang lambat. Basil TB akan menimbulkan peradangan dimulai dari

perkembangan biakannya. Dari peradangan tersebut akan dipanggil sel-sel PMN dan

makrofage sebagai langkah pertahanan tubuh. Namun basil TB mempunyai pertahanan yang

baik dalam menghadapi sistem pertahanan tubuh manusia (karena lapisan lipid yang tebal dan

tahan asam), oleh karena itu tidak semua basil TB mati, sebagian tetap hidup dalam

makrofage dan berkembang biak. Faktor host imune juga berperan penting, pada orang

dengan pertahan tubuh bagus biasanya basil TB akan dormant dan tidak berkembang. Karena

basil TB tidak mudah mati, maka tubuh berusaha menekan infeksinya dengan membentuk

jaringan granulosa di sekitar fokus infeksi, respon ini timbul dari rangsangan sitokin-sitokin

yang dikeluarkan oleh makrofage yang terinfeksi basil TB. Jaringan granulosa tersebut akan

berkembang menjadi serat fibrosa dan seakan-akan mengisolasi basil TB. Hal ini bisa dilihat

dengan terbentuknya tuberkel-tuberkel TB. Di dalam tuberkel tersebut basil TB masih aktif

merusak jaringan bahkan mereplikasi diri. Jika pengobatan tidak adekuat ditambah faktor

imune yang buruk maka perkembangannya akan terus berlanjut. Pada suatu saat tuberkel

dapat pecah mengeluarkan basil TB beserta jaringan nekrotik dan terbentuk ulkus.

Kerusakannya akan semakin dalam jika tidak diobati.

Referat Faringitis Tuberkulosa 13

Page 14: Referat Faringitis Tuberkulosa

GAMBARAN KLINIS

Tuberkulosa pada faring terdapat dalam tiga bentuk, yaitu : tuberkulosis milier akut,

ulkus tuberkulosis kronis dan lupus vulgaris.

- Tuberkulosis milier akut

Pada tuberkulosis milier akut manifestasi penyakit berhubungan dengan penyebab

mikroba / kuman dalam aliran darah. Ditemukan erupsi tuberkel di daerah faucis, palatum

mole, dasar lidah atau mukosa pipi. Timbul rasa tidak enak pada stadium ini, tetapi bila

erupsi meluas membentuk ulkus barulah timbul rasa sakit sekali dan disfagia. Terdapat

kecenderungan untuk berdarah dan keluar air liur yang banyak, lendir kental melekat

kedaerah yang berulkus. Keadaan umum pasien segera memburuk dan terdapat beberapa

jenis gangguan dengan suhu badan yang meningkat.

- Ulkus tuberkulosa kronik

Selalu berhubungan dengan tuberkulosa paru yang lanjut dengan sputum mengandung

kuman tuberkulosa. Terjadi ulserasi pada faring dan lidah dimana ulkus biasanya terletak

pada ujung lidah. Ulkus mempunyai sifat dangkal, tepi tidak teratur dengan dasar yang

bersih, pertumbuhan lambat. Ujung saraf masih utuh sehingga timbul rasa nyeri dengan

gejala yang ada hubungan dengan disfagia akut.

- Lupus vulgaris

Lupus vulgaris adalah proses tuberkulosa pada kulit. Dalam bidang THT lokasi yang

sering ialah di bagian depan septum nasi serta konka inferior dan dari sini dapat menyebar ke

muka atau faring. Pada tenggorok biasanya mengenai palatum mole dan faucius jarang pada

tonsil. Bentuk erupsi berupa “apple jelly nodules” yang segera menjadi abu-abu dan lebih

padat. Mukosa menjadi keras dan hilang mobilitasnya, nodul akan pecah sehingga permukaan

mukosa rusak dan tampak daerah granuler. Bila palatum durum terkena maka tulang akan

terbuka tetapi tulang tidak terkena proses penyakit. Proses berlangsung sangat kronik dengan

Referat Faringitis Tuberkulosa 14

Page 15: Referat Faringitis Tuberkulosa

kecenderungan menyembuh disebagian tempat tetapi proses penyakit terus berlanjut sehingga

terbentuk sikatriks pada palatum. Uvula dapat mengecil atau lenyap.

Gejala pada tahap awal berupa adanya rasa terbakar dan sakit sedikit pada tenggorok.

Tahap selanjutnya kualitas suara akan berubah karena adanya fiksasi pada palatum dan

timbulnya disfagia. Pada tahap sangat lanjut dapat terjadi regurgitasi cairan ke dalam hidung.

Secara umu pasien mengeluh nyeri yang hebat ditenggorokan. Keadaan umum pasien

buruk, karena anoreksia dan nyeri untuk menelan makanan. Tidak jarang terdapat regurgitasi.

Selain dari nyeri yang sangat menonjol untuk menelan, terdapat juga nyeri di telinga

(otalgia). Terdapat juga adinopati servikal.

DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis disamping dijumpainya gambaran klinis seperti yang

sudah dijabarkan di atas, juga diperlukan pemeriksaan sputum BTA (zielh-nelsen) untuk

melihat adanya tuberkulosis paru, selain itu pengambilan swab tenggorokan juga bisa

dilakukan. Foto Thorax PA juga digunakan untuk menilai apakah terdapat infeksi primer TB

pada paru dan perkembangannya. Biopsi jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan

adanya proses keganasan, serta mencari basil tahan asam di jaringan. Kultur spesimen dapat

dilakukan untuk mendeteksi sensitivitas terhadap antimikroba. Uji tuberkulin hanya efektif

pada anak-anak karena pada orang dewasa sering terjadi false positif.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan BTA :

1.  1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.

2.  10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+). 

3.  1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+). 

4.  > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+).

Referat Faringitis Tuberkulosa 15

Page 16: Referat Faringitis Tuberkulosa

PENATALAKSANAAN

Dasar penatalaksanan faringitis tuberkulosa sama dengan tuberculosan paru.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan.

Tahap Lanjutan

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

waktu yang lebih lama.

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

Referat Faringitis Tuberkulosa 16

Page 17: Referat Faringitis Tuberkulosa

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) : 2 bulan pertama INH+Rifampisin+Pirazinamid+Etambutol,

setelah itu 4 bulan berikutnya diberikan INH dan Rifampisin seminggu 3 kali.

- Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

- Pasien baru TB paru BTA positif. �- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif �- Pasien TB ekstra paru�

Selain dosis diatas terapi kategori 1 dapat juga diberikan KDT (kombinasi dosis tetap).

PROGNOSIS

Pasien dengan infeksi kuman mycobacterium tuberkulosa harus mengikuti petunjuk

pengobatan yang benar agar tidak timbul resistensi kuman. Prognosis biasanya baik dengan

pengobatan yang terkontrol. Penderita tuberkulosis yang telah dinyatakan sembuh tetap

dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk mengetahui adanya kekambuhan. Evaluasi

yang baik mencakup :

1. Sputum BTA mikroskopik 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

Dilakukan 2 kali pemeriksaan pagi dan sewaktu, jika keduanya BTA negatif berarti

sembuh.

Evaluasi foto toraks 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

KESIMPULAN

1. Faringitis tuberkulosa biasanya merupakan proses sekunder paru, namun dapat

disebabkan infeksi primer pada faring.

Referat Faringitis Tuberkulosa 17

Page 18: Referat Faringitis Tuberkulosa

2. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberkulosis dan mycobacterium bovis.

3. Cara infeksi adalah melalui cara eksogen dan endogen.

4. Tuberkulosis pada faring terdapat dalam tiga bentuk yaitu : tuberkulosa milier akut,

ulkus tuberkulosa kronik dan lupus vulgaris.

5. Gambaran klinis faringitis tuberkulosis disesuaikan dengan terapi tuberkulosa paru

ditambah dengan terapi simptomatik.

Referat Faringitis Tuberkulosa 18

Page 19: Referat Faringitis Tuberkulosa

Daftar Pustaka

Referat Faringitis Tuberkulosa 19