referat intususepsi oby

24
I. PENDAHULUAN Intususepsi merupakan suatu kondisi yang berpotensi mematikan dan merupakan penyebab paling umum dari suatu obstruksi usus akut pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Dalam beberapa kasus, kondisi ini terkadang dikaitkan dengan pemberian lini pertama rotavirus vaksin, yaitu the reassortant rhesus-human tetravalent rotavirus vaccine (RRV-TV; RotaShield ) . Namun hal ini masih merupakan suatu kontroversi apakah vaksin rotavirus benar-benar dapat meningkatkan insiden intususepsi. 1 Paul Barbette dari Amsterdam adalah orang pertama yang menggambarkan intususepsi pada tahun 1674. Wilson pada tahun 1830 merupakan orang pertama yang berhasil mengobati pasien dengan operasi. Harald Hirschsprung merupakan orang yang pertama kali menjelaskan tentang reduksi hidrostatik dan kemudian melaporkan kematian sebanyak 35% dengan teknik ini pada tahun 1876. Pada tahun 1959 Fiorito dari Argentina pertama kali menjelaskan pengobatan intususepsi dengan insuflasi udara, ini merupakan teknik yang telah digunakan di Argentina dan China selama lebih dari 25 tahun dan dalam 20 tahun terakhir telah menjadi teknik radiologi yang disukai di Inggris. 2 Intususepsi sendiri adalah suatu kondisi anatomi yang ditandai oleh invaginasi satu segmen saluran gastrointestinal ke dalam lumen segmen yang berdekatan. Biasanya suatu segmen tersebut merupakan usus bagian proksimal yang masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga menyebabkan obstruksi 1

Upload: oby-romdhoni

Post on 22-Sep-2015

68 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

bedah anak

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

Intususepsi merupakan suatu kondisi yang berpotensi mematikan dan merupakan penyebab paling umum dari suatu obstruksi usus akut pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Dalam beberapa kasus, kondisi ini terkadang dikaitkan dengan pemberian lini pertama rotavirus vaksin, yaitu the reassortant rhesus-human tetravalent rotavirus vaccine (RRV-TV; RotaShield ). Namun hal ini masih merupakan suatu kontroversi apakah vaksin rotavirus benar-benar dapat meningkatkan insiden intususepsi.1Paul Barbette dari Amsterdam adalah orang pertama yang menggambarkan intususepsi pada tahun 1674. Wilson pada tahun 1830 merupakan orang pertama yang berhasil mengobati pasien dengan operasi. Harald Hirschsprung merupakan orang yang pertama kali menjelaskan tentang reduksi hidrostatik dan kemudian melaporkan kematian sebanyak 35% dengan teknik ini pada tahun 1876. Pada tahun 1959 Fiorito dari Argentina pertama kali menjelaskan pengobatan intususepsi dengan insuflasi udara, ini merupakan teknik yang telah digunakan di Argentina dan China selama lebih dari 25 tahun dan dalam 20 tahun terakhir telah menjadi teknik radiologi yang disukai di Inggris.2Intususepsi sendiri adalah suatu kondisi anatomi yang ditandai oleh invaginasi satu segmen saluran gastrointestinal ke dalam lumen segmen yang berdekatan. Biasanya suatu segmen tersebut merupakan usus bagian proksimal yang masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga menyebabkan obstruksi usus dan dapat menjadi strangulasi kemudian mengalami komplikasi yang berujung pada sepsis dan kematian. Segmen usus bagian proksimal disebut sebagai intususeptum, masuk ke bagian segmen usus bagian distal yang disebut sebagai intussussipien.2Triad klasik gejala dari intususepsi yaitu sakit pada perut, teraba massa pada perut, serta buang air besar berdarah. Dari pengobatan konservatif seperti barium, udara atau saline enema pada 81% kasus, terdapat beberapa yang mengalami komplikasi namun hasil pengobatan umumnya menguntungkan, kekambuhan hanya terjadi pada 1 dari 10 pasien, dan hanya 1 kematian yang dilaporkan. Insiden intususepsi akut pada anak-anak di Eropa, berkisar 0,66-2,24 per 1.000 anak. Insiden di Inggris 1.64 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan rasio laki : perempuan adalah 3:2. Insiden puncak ditemukan pada anak-anak berusia 3-9 bulan.1II.1. DEFINISI Intususepsi didefinisikan sebagai invaginasi dari segmen usus bagian proksimal (intususeptum) yang masuk ke dalam lumen usus bagian distal (intussuscipiens) yang mengarah pada terjadinya obstruksi usus. Presentasi ileo-kolik sekitar 80% dari jumlah kasus, sisanya seperti ileo-ileum, ileoileo-kolik atau colo-kolik tetap dapat terjadi. Konsekuensi dari terjadinya obstruksi usus dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada usus. Awalnya aliran vena dan limfatik dari mesenterium terhambat menyebabkan edema progresif dan sumbatan.Akhirnya aliran pembuluh darah terganggu dan terjadilah nekrosis kemudian.2

Gambar 1.Intususepsi Ileo-cecal Dikutip dari : Huppertz. Hans-Iko et all. The Pediatric Infectious Disease Journal : Intussusception Among Young Children in Europe. Volume 25, Number 1. 2006.II.2. EPIDEMIOLOGI

Insiden kejadian intususepsi di Inggris adalah 1.64 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan rasio laki-laki : perempuan yaitu 3:2. Beberapa laporan menyebutkan bahwa insiden puncak terjadinya intususepsi di Inggris berkaitan dengan terjadinya infeksi Rotavirus dan Adenovirus.1 Ada beberapa kontroversi mengenai apakah benar bahwa vaksin rotavirus meningkatkan insiden intususepsi, tetapi hal ini belum diketahui dengan pasti karena tidak ada kasus seperti ini yang terjadi di Amerika Serikat. Insiden intususepsi akut pada anak-anak di Eropa, berkisar 0,66-2,24 per 1.000 anak. Di Belanda dan Jerman jumlah insiden intususepsi 1,2-1,4% dari seluruh pasien rawat inap (usia populasi tidak ditentukan). Di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat kejadian intususepsi 0,50-2,30 kasus per 1000 kelahiran. Di Afrika, tidak ada penelitian yang melaporkan angka kejadian dari intususepsi. Di Asia dalam hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens dari intususepsi adalah 0,77 per 1000 kelahiran hidup. Di India, angka kejadiannya dilaporkan berkisar 1,9-54,4 per tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang insidensi per kelahiran hidup.1Intususepsi umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak. Di Afrika, insiden puncak intususepsi muncul antara usia 3-8 bulan. Di Asia, insiden puncak antara usia 4-8 bulan. Di Inggris ditemukan pada anak-anak berusia 3-9 bulan. Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki. Di Afrika, rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 8:1. Di Asia, rasio perbandingannya adalah 9:1. Di Timur Tengah, perbandingan antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 1,4:1 sampai 4:1.Insiden kematian dari kasus Intususepsi. Insiden kematian dari kasus intususepsisangat langka, di Eropa hanya 1 kematian yang telah dilaporkan, dari jumlah 151 pasien. Data otopsi dari Australia menunjukkan bahwa dari semua otopsi 0,05% penyebab kematian pada anak adalah intususepsi. Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa 2,3 kematian per 1.000.000 kelahiran hidup disebabkan oleh intususepsi, Di negara berkembang, mortalitasdari intususepsi tetap tinggi (hingga 54% di Afrika).2II.3. ETIOLOGIIntususepsi yang didapat dari hasil pathological lead points, seperti divertikulum Meckel, polip, limfoma, hematoma pada dinding usus di Henoch-Schonlein purpura atau hemofilia, duplikasi usus, kista atau neurofibroma. Di Eropa, kejadian intususepsi yang dikaitkan dengan pathogical lead points poin terdapat dalam 1-11% dari kasusintususepsi yang ada. Etiologi tepat intususepsi masih belum jelas di sebagian besar kasus (sekitar 60-100%) disebut dengan istilah intususepsi idiopatik, di mana tidak ada lead poin yang berhubungan dengan kejadian yang ditemukan. 1Pembengkakan jaringan limfoid usus (kelenjar getah bening mesenterika dan patch Peyery) diperkirakan sebagai penyebab intususepsi idiopatik yang terjadi biasanya setelah infeksi atau juga dapat disebabkan oleh faktor makanan. Di Eropa, pembesaran kelenjar getah bening mesenterika ditemukan pada 19-50% dari jumlah pasien yang menjalani operasi atau investigasi dengan ultrasound. Pada dua penelitian kecil lain, ditemukan pula kejadian intususepsi dalam kaitannya dengan penyakit rotavirus.1

Gambar 2. Pembedahan mengurangi intususepsi ileo-kolik sekunderuntuk divertikulum Meckel sebagai poin. (a) divertikulum terbalik sebagai poinDi kutip dari : Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.

Gambar 3. (b) divertikulum membalik keluar dalam orientasi normalDi kutip dari : Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.II.4. PATOFISIOLOGIPatogenesis intususepsi tidak diketahui secara pasti, tetapi diyakini akibat sekunder dari ketidakseimbangan pada dorongan longitudinal sepanjang dinding intestinal. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh adanya massa yang bertindak sebagai pathological lead point atau oleh pola yang tidak teratur dari peristaltik. Sebagai hasil dari ketidakseimbangan, area dari dinding usus terinvaginasi ke dalam lumen. Proses ini terus-berjalan, dengan diikuti area proximal dari intestinal, dan mengakibatkan intususeptum berproses sepanjang lumen dari intususipiens. Apabila terjadi obstruksi sistem limfatik dan vena mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan mesenterium masuk ke dalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosa intussusseptum menjadi oedem dan kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan strangulasi dan perforasi usus. Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa usus. Hal inilah yang mendasari terjadinya salah satu manifestasi klinis intususepsi yaitu BAB darah lendir yang disebut juga red currant jelly stool.3II.5. GAMBARAN KLINIS

Triad klasik intususepsi terdiri dari nyeri pada perut, teraba massa pada perut, buang air besar berdarah yang disebut red currant jelly stool. Gejala tersebut hanya didapatkan pada sekitar sepertiga dari jumlah pasien. Rata-rata anak-anak mungkin menjerit kesakitan dan lekas marah, terlihat lesu, perut terasa nyeri, muntah, diare atau sembelit, perdarahan pada rektum atau buang air besar berdarah, demam, dehidrasi, syok, sebuah usus prolaps atau perut atau terdapat massa pada daerah dubur. 1 Pada pemeriksaan klinis umumnya teraba masa di sisi kanan perut dan perut bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut dances Sign ini akibat caecum dan kolon naik keatas, ikut proses invaginasi, pada pemeriksaan colok dubur kadang didapatkan teraba massa yang keluar dari anus . 2 Mengingat bahwa tanda-tanda dan gejala intususepsi yang mengkhawatirkan dibanyak kasus, kebanyakan orangtua akan mencoba untuk mencari bantuan medis dengan cepat, ini hal yang menguntungkan bagi paramedis, karena keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG hanya pada 10% dari jumlah pasien. Kebanyakan kasus memerlukan pengobatan konservatif atau pembedahan: apabila tidak diobati dengan cepat, akan terjadi hambatan berkepanjangan pada vena, edema dinding usus dan dapat menyebabkan obstruksi usus, infark serta perforasi dinding usus. 1Pemeriksaan Radiologis

Kebanyakan bayi dan anak-anak yang mengalami keluhan nyeri perut akut akan menjalani pemeriksaan radiografi berupa foto polos abdomen, yang mungkin menunjukkan beberapa temuan yang dapat membantu dalam mendiagnosis anak dengan intususepsi. Kehadiran jaringan lunak / massa di kuadran kanan atas atau epigastrum pada dasarnya patognomonik untuk intususepsi pada bayi dengan gejala klinis yang mengacu pada diagnosis, terdapat pada 25-60% kasus. Hal ini terutama berlaku jika massa jaringan lunak menunjukkan penampilan karakteristik dua lingkaran konsentris kepadatan jaringan lunak yang mewakili intususeptum dan intussuscipiens. Tanda-tanda tidak langsung lainnya seperti kekurangan gas di fossa iliaka kanan tidak cukup dapat diandalkan untuk banyak membantu dalam mengarahkan diagnosis lebih lanjut. Kadang-kadang, satu-satunya temuan radiografi foto polos abdomen adalah pola gas pada usus (air fluid level) yang menunjukkan tanda-tanda obstruksi pada usus kecil. 3

Gambar 4. Radiografi Foto Polos Abdomen menunjukkan jaringan lunak / massa di kuadran kanan atas (Vasavada P, 2004 ;79)

Di kutip dari : Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.Berdasarkan studi normal sejak tahun 1980, ultrasonografi telah muncul sebagai 'standar emas' untuk pemeriksaan non-invasif intususepsi. Penampilan cross-sectional karakteristik dari intususepsi adalah tampaknya konfigurasi usus berbentuk 'target' atau 'donat' dan bila dilihat di sepanjang sumbu memanjang / longitudinal tampak pseudo-kidney sign. Temuan ini sangat handal dan memungkinkan diagnosis yang akurat dari intususepsi. Dalam beberapa laporan, nilai prediktif pendekatan ultrasonografi adalah 100%. Ultrasonography juga memiliki keuntungan untuk mendeteksi intususepsi usus kecil, menghindari radiasi pengion, dan memelihara kenyamanan pasien. Kurangnya aliran darah di intususeptum dinilai oleh warna Doppler sonografi dan telah terbukti sangat prediktifterhadap iskemia irreversible. 3

Gambar 5. Pseudo-kidney sign

Dikutip dari: Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.

Gambar 6. Ultrasonografi menunjukkan target signDikutip dari: Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.Pemeriksaan CT-Scan bisa sangat akurat dalam mendiagnosis intususepsi, meskipun menawarkan sedikit keuntungan dari pada pemeriksaan ultrasonografi tetapi benar adanya bahwa terdapat biaya tambahan yang diperlukan, belum lagi pasien dapat tereksposur radiasi. Meskipun CT-Scan tidak umum digunakan sebagai primer modalitas diagnostik untuk intususepsi, kadang-kadang CT-Scan dilakukan untuk indikasi lain. Diagnostik akurasi CT- Scan dalam hal ini cukup tinggi. 3II.6. PENATALAKSANAANSetelah diagnosis ditetapkan, perhatian segera terfokus pada penanganan intususepsi yang paling aman dan cara yang paling cepat. Kemungkinan berhasil dalam penanganan intususepsi dan usaha untuk menghindari komplikasi akan menurun dengan cepat dengan berlalunya waktu. Strategi penanganan intususepsi disini mencakup penanganan secara non-operatif dan Operatif. Pilihan teknik penatalaksanaan ditentukan oleh kondisi anak dan faktor yang dapat memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi seperti perforasi dan keadaan patologis lainnya. Adanya tanda peritonitis klinis, pneumoperitoneum dan shock merupakan kontra indikasi absolut untuk dialkukan penanganan secara non-operatif, dan pasien dengan keadaan ini harus segera diresusitasi dan menjalani pembedahan eksplorasi. 31. Tindakan Non-Operatif

a. Hydrostatic Reduction Barium EnemaPengurangan intususepsi dengan penerapan tekanan pada intususeptum melalui kolom cairan adalah metode yang paling umum yang dilakukan saat ini. Hirschsprung menganjurkan penggunaan terapi barium enema untuk mengurangi intususepsi pada tahun 1876, dan memperoleh kesuksesan pada tahun 1905. Teknik ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1939. Selanjutnya, penggunaan barium enema menjadi universal dalam penerapannya, dan dilaporkan berhasil dalam 50-85% kasus.3Meskipun reduksi hidrostatik dengan menggunakan barium di bawah panduan fluoroskopi telah menjadi metode yang dikenal sejak pertengahan 1980-an, kebanyakan pusat pediatrik menggunakan kontras cairan saline (isotonik) karena barium memiliki potensi peritonitis yang berbahaya pada perforasi intestinal.3Semua pasien anak yang akan dilakukan tindakan hydrostatic reduction harus memiliki akses intravena yang memadai untuk menghindari terjadinya dehidrasi apabila pasien mengalami muntah, pasien juga harus dipasang tabung nasogastric untuk mencegah terjadinya distensi abdomen dan untuk menghindari terjadinya toksisitas sistemik pasien harus menerima antibiotik spektrum luas.3Hydrostatic Reduction dengan 60% suspensi barium harus terbatas pada ketinggian kolom 100 cm, pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi dan tekanan hidrostatik konstan sebesar 100-120 mmHg dipertahankan sepanjang reduksi berlangsung selama kurang lebih 3-5 menit, tekanan diharapkan tidak lebih dari itu karena menurut Ravitch dapat mereduksi gangren intususeptum sehingga terjadi perforasi. Reduksi hidrostatik telah sempurna jika media kontras mengalir bebas melalui katup ileocaecal ke ileum terminal. Reduksi berhasil pada rentang 45-95% dengan kasus tanpa komplikasi. 3Selain penggunaan fluoroskopi sebagai pemandu, saat ini juga dikenal reduksi menggunakan air (dilusi antara air dan kontras soluble dengan perbandingan 9:1) dengan panduan USG. Keberhasilannya mencapai 90%. Teknik non pembedahan ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan reduksi secara operatif. Diantaranya yaitu : penurunan angka morbiditas, biaya, dan waktu perawatan di rumah sakit.3

Gambar 7. Reduksi hidrostatik intususepsi ileokolika dengan barium enema. Intususeptum ini ditemui melintang pada usus besar. Dikutip dari: Magnuson. David K. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.b. Pneumatic Reduction Air EnemaKonsep prosedur Reduksi Pneumatik diperkenalkan pada tahun 1889 oleh Holt. Namun prosedur ini menjadi populer di Argentina dan China pada tahun 1950 dan di akhir tahun 1980-an di Amerika Utara. Reduksi Pneumatik telah banyak digunakan di dunia sejak tahun 1950-an.4Reduksi Pneumatik Enema Udara memiliki beberapa keuntungan :4 Prosedur ini dapat digunakan untuk mendiagnosa serta tindakan non-operatif intususepsi pada anak-anak. Prosedur ini membutuhkan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan dengan Reduksi Hidrostatik Barium Enema, baik untuk mendiagnosis maupun tindakan non-operatif pengurangan intususepsi. Prosedur ini menyebabkan kurangnya kotoran di rongga peritoneal apabila terjadi kasus perforasi. Prosedur ini murah, cepat dan sangat mudah untuk dilakukan. Memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi sekitar lebih dari 75% di pusat-pusat mereka.Prosedur :41. Pasien ditempatkan di atas meja dari mesin fluoroskopi dalam posisi terlentang.2. Pasien dibius menggunakan ketamin hidroklorida dengan dosis 1-2 mg / kg berat badan.3. Tingkat pernapasan pasien dan warna lidahnya dimonitor selama prosedur.4. Kateter Reduksi Pneumatikum dimasukkan ke dalam anus dan balon kateter kemudian dikembangkan 7-10 ml air.

5. Sebuah film kontrol diambil.6. Lelepaskan udara ke dalam usus besar pelan-pelan ( Tekanan dipantau secara hati-hati menggunakan aneroid dan tidak diperbolehkan apabila tekanan berada di atas 120 mmHg) sampai massa benar-benar hilang dan gas terlihat bergerak bebas ke ileum.7. Pasien kemudian dibawa kembali ke ruang USG untuk mengkonfirmasi penguranganan intususepsi. Gambar 8. Peralatan untuk pengurangan intususepsi. (a) komponen individu. (b) Rakitan.(c) Rakitan dengan sebuah balon.Dikutip dari: Mensah. Boateng Yaw et all. African Journal of Pediatric Surgery : Pneumatic reduction of intussusception in children at Korle Bu Teaching Hospital: An initial experience. Volume 8. May-August 2011. Kriteria untuk pengurangan lengkap adalah sebagai berikut: 4 Penghilangan intususepsi. Gerakan Bebas gas dari usus besar ke usus kecil. Konfirmasi USG setelah prosedur dilakukan terlihat gambaran pengurangan lengkap.Apabila dengan prosedur ini gagal untuk mengurangi intususepsi atau ada ususyang mengalami perforasi, maka pasien segera dikirim ke ruang operasi untuk manajemen bedah.4

Gambar 9. Plain radiografi menunjukkan intususeptum memproyeksikan ke dalam kolom udara selama proses pengurangan.Dikutip dari: Mensah. Boateng Yaw et all. African Journal of Pediatric Surgery : Pneumatic reduction of intussusception in children at Korle Bu Teaching Hospital: An initial experience. Volume 8. May-August 2011.

Gambar 10. Plain radiografi menunjukkan gas di kedua usus kecil dan besar setelah prosedur pengurangan sukses.Dikutip dari: Mensah. Boateng Yaw et all. African Journal of Pediatric Surgery : Pneumatic reduction of intussusception in children at Korle Bu Teaching Hospital: An initial experience. Volume 8. May-August 2011. 2. Tindakan Operatif

a. Laparascopy

Kehadiran pathological lead points atau terjadinya nekrotik pada usus adalah indikasi untuk operasi. Dengan meningkatnya keterampilan dokter bedah dan kelengkapan instrumen, laparoskopi reduksi wajib dicoba tanpa peningkatan yang signifikan dalam angka kematian. laparoskopi pada intussuscepsi lebih sulit karena penahanan kronis pada jaringan, memerlukan konversi dan pengurangan manual atau bowel reseksi.5Pasien dengan perut dis-tention akut, sakit perut, mual dan muntah dirawat di departemen emergency. USG sudah dilakukan dan didapatkan gambar khas intususepsi ileokolika. Keputusan dibuat dengan eksplorasi laparoskopi. 10 mm trocar ditempatkan di kuadran rendah, trocar 5 mm di kuadran kiri atas dan akhirnya 5 mm tro-mobil di daerah suprapubik (Gambar A). Eksplorasi menyeluruh pada rongga peritoneum dilakukan dan intussusception ileokolika dikonfirmasi (Gambar B). Pengurangan ileum lengkap kombinasi dengan tekanan halus langsung pada transversecolon dan dengan lembut menarik usus halus segmen bagian distal (Gambar C). Lampiran coloni dikerahkan dan usus buntu dilakukan (Gambar D). Pada akhir usus buntu, specimen diambil lalu rongga perut dibersihkan. Semua trocar ditutup di bawah kontrol visual yang ketat. Waktu operasi adalah 30 menit.5

Gambar 11. Gambar A menampilkan penempatan trocar (10 mm trocar ditempatkan di kuadran rendah rendah, trocar 5 mm di kuadran kiri atas dan akhirnya 5 mm trocar di daerah suprapubik). Gambar B. Intususepsi ileokolika Gambar C. Pengurangan intususepsi selesai dengan kombinasi tekanan langsung halus pada transversecolon dan lembut menarik pada usus halus distal. Gambar D: Sebuah usus buntu dilakukan.Dikutip dari : Ramon. Villalonga et all. International Journal of Surgery Case Reports 7 : Laparoscopic treatment of intussusception. 2015. Hal 3234.b. Laparatomi

Pembedahan dilakukan jika ada kontraindikasi untuk radiologi reduksi atau prosedur radiologi reduksi tidak berhasil atau orang tua menolak untuk memberikanpersetujuan prosedur radiologi reduksi.2Dilakukan insisi melintang pada otot di sisi kanan perut, biasanya di atas umbilikus (Gambar 12) (kadang-kadang diperlukan mobilisasi usus untuk mencapai hal ini). Dilakukan usaha untuk mengurangi intususepsi dengan lembut mendorong intususeptum kembali hulu. Menarik intususeptum tidak boleh terlalu dipaksakan, karena kemungkinan akan menyebabkan serosal tears. Tekanan di sekitar intususepsi tidak boleh terlalu tinggi dalam rangka untuk membantu proses pengurangan intususepsi. Jika intususepsi sudah berkurang, usus harus selalu dinilai untuk memperbaiki kelangsungan hidup dan untuk memeriksa pathological lead poin.2 Intususepsi kolon distal juga perlu diperiksa tekananannya untuk menghindari terjadinya nekrosis. Jika belum memungkinkan untuk mengurangi intususepsi atauada kekhawatiran atas kelangsungan hidup reseksi usus reseksi dapat dilakukan dilakukan dengan anastomosis end-to-end. Pasca operasi anak harus dipasang tabung nasogastrik, diberikan analgesia yang memadai, cairan dan antibiotik serta diawasi secara ketat. 2

Gambar 12. Gambar intraoperatif dari intususepsi yang telahdilakukan operasi.

Dikutip dari: Rogers. Timothy N. & Andrew Robb. Pediatric Surgery : Intussusception in infants and young children. Edisi II. Elsevier Ltd. 2010. Hal 402-405.Reccurent Intususception

Intususepsi berulang setelah prosedur reduksi hidrostatik atau prosedur pneumatik reduksi merupakan hal yang tidak biasa. Dalam kebanyakan kasus, kekambuhan didefinisikan yaitu kejadian intususepsi berulang setelah minimal 12 jam setelah prosedur reduksi. Intususepsi berulang mungkin merupakan tantangan diagnosis dan terapi bagi dokter anak, ahli radiologi dan bedah anak. Pengelolaan intususepsi berulang masih kontroversial, mengangkat dua pertanyaan utama yaitu, apakah ada penyebab lokal untuk setiap kasus intususepsi berulang dan, jika dilakukan eksplorasi bedah harus dilakukan secara sistematis.6III. KESIMPULAN

Intususepsi didefinisikan sebagai invaginasi dari segmen usus bagian proksimal (intususeptum) yang masuk ke dalam lumen usus bagian distal (intussuscipiens) yang mengarah pada terjadinya obstruksi usus.2 Intususepsi yang didapat dari hasil pathological lead points, seperti divertikulum Meckel, polip, limfoma, hematoma pada dinding usus di Henoch-Schonlein purpura atau hemofilia, duplikasi usus, kista atau neurofibroma. Di Eropa, kejadian intususepsi yang dikaitkan dengan pathogical lead points poin terdapat dalam 1-11% dari kasus intususepsi yang ada. Etiologi tepat intususepsi masih belum jelas di sebagian besar kasus (sekitar 60-100%) disebut dengan istilah intususepsi idiopatik, di mana tidak ada lead poin yang berhubungan dengan kejadian yang ditemukan.1Triad klasik intususepsi terdiri dari nyeri pada perut, teraba massa pada perut, buang air besar berdarah yang disebut red currant jelly stool. Gejala tersebut hanya didapatkan pada sekitar sepertiga dari jumlah pasien. Berdasarkan studi normal sejak tahun 1980, ultrasonografi telah muncul sebagai 'standar emas' untuk pemeriksaan non-invasif intususepsi.1Setelah diagnosis ditetapkan, perhatian segera terfokus pada penanganan intususepsi yang paling aman dan cara yang paling cepat. Kemungkinan berhasil dalam penanganan intususepsi dan usaha untuk menghindari komplikasi akan menurun dengan cepat dengan berlalunya waktu. Strategi penanganan intususepsi disini mencakup penanganan secara non-operatif yaitu Hydrostatic Reduction Barium Enema dan Pneumatic Redution Air Enema serta penanganan secara Operatif yaitu laparatomy dan laparoscopy. 3DAFTAR PUSTAKA

1. Huppertz H.I, Gabarro M.S, Grimprel E, Franco E, Mezner Z, Desselberger U et all. The Pediatric Infectious Disease Journal : Intussusception Among Young Children in Europe. Volume 25, Number 1. 2006.2. Rogers N.T. & Robb A. Surgery : Intussusception in infants and young children. Edisi II. Elsevier Ltd. 2010. Hal 402-405.3. Magnuson K.D. Intussusception in infants and children. Chapter 45. 2004. Hal 711-721.4. Mensah B.Y, Addy G.H, Etwire V, Twum B.M, Asiamah S, Mensah A.W et all. African Journal of Pediatric Surgery : Pneumatic reduction of intussusception in children at Korle Bu Teaching Hospital: An initial experience. Volume 8. May-August 2011. 5. Ramon V, Jacques H, Femke V. International Journal of Surgery Case Reports 7 : Laparoscopic treatment of intussusception. 2015. Hal 3234.6. Ksia A, Mosbahi S, Brahim B.M, Sahnoun L, Haggui B, Youssef B.S et all. African Journal of Paediatric Surgery : Recurrent intussusception in children and infants. Volume 10. October-December 2013. Hal 299-301.

16