referat gerd
DESCRIPTION
referat gerdTRANSCRIPT
REFERATGASTROESOFAGEAL REFLUX DISEASE
(GERD)
PEMBIMBING :DR. ARDYASIH, SP. PD
Disusun oleh :Eka Priatna, S. Ked
BAB IPENDAHULUAN
Penyakit refluks gastro esofageal (GERD) adalah penyakit organ esofagus yang banyak ditemukan dinegara barat. Berbagai survei menunjukkan bahwa 20 – 40 % populasi dewasa menderita heart burn, suatu keluhan klasik GERD.
Di Indonesia penyakit ini sepintas tidak banyak ditemukan, bahkan mungkin tidak pernah dibuat diagnosisnya, oleh karena sering tidak terpikirkan.
Lagi pula hanya sebagian kecil pasien GERD datang berobat pada dokter karena pada umumnya keluhannya ringan dan menghilang setelah diobati sendiri dengan antasida. Dengan demikian hanya kasus yang berat dan disertai kelainan endoskopi berupa esofagitis dan berbagai macam komplikasinya yang datang berobat pada dokter.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI ESOFAGUSEsofagus merupakan salah satu organ silindris
berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di bawah diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat anterior terhadap aorta
Sfingter esofagusKrikofaringealSfingter Esofagus bagian bawah
Dinding esofagus terdiri dari :1. Mukosa2. Sub mukosa3. Muskularis4. Serosa
Fungsi esofagus Menghantarkan makanan dan
minuman dari faring ke lambung
Anatomi Lambung Lambung merupakan bagian sistem
gastrointestinal yang terletak antara esofagus dan duodenum
Fungsi Lambung¾ proksimal, fundus dan korpus
berfungsi sebagai penampung makanan serta tempat produksi pepsin dan asam lambung.
¼ distal lambung/antrum bekerja mencampur makanan dan mendorongnya ke duodenum serta memproduksi gastrin.
DEFINISI Penyakit refluks gastroesofageal
(GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
EPIDEMIOLOGI Keadaan ini umum ditemukan pada populasi
dinegara negara barat, namun dilaporkan relatif rendah insidennya dinegara negara Asia Afrika
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, namun di Difisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia
PATOFISIOLOGI Refluks gastroesofageal pada pasien
GERD terjadi melalui 3 mekanisme : Refluks spontan pada saat relaksasi
LES yang tidak adekuat Aliran retrograde yang mendahului
kembalinya tonus LES setelah menelan Meningkatnya tekanan intraabdominal
MANIFESTASI KLINIS Heart burn Dispepsia Disfagia Nyeri menelan Esogaitis
DIAGNOSIS Manifestasi Klinis Pemeriksaan :
Endoskopi saluran cerna bagian atas Esofagiografi dengan barium Pemantauan pH 24 jam Tes Bernstein
Derajat Kerusakan Gambaran Endoskopi
A Erosi kecil – kecil pada mukosa esofagus dengan diameter < 5mm
B Erosi pada mukosa / lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa
saling berhubungan
C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai / mengelilingi seluruh lumen
D Lesi Mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi
seluruh lumen esofagus)
PENATALAKSANAAN1. Modifikasi gaya hidup
Posisi kepala / tempat tidur ditinggikan 6-8 inch serta menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke esofagus.
Menghindari menggukan baju yang ketat (tekanan intraabdominal) Menghindari rokok
Mengurangi berat badan jika overweight Menghindari makanan yang dapat
menstimulasi asam lambung: coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman
bersoda Menghindari obat-obat yang dapat
menurunkan tonus LES : antikolinergik, teofilin, diazepam, opiate,
antagonis kalsium, agonis beta adrenergic, progesterone.
2. Terapi medikamentosaAntasidGolongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.Antagonis reseptor H2Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Obat-obatan prokinetikSecara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. MetoklopramidObat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton.
DomperidonGolongan obat ini diketahui dapat
meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan lambung
CisaprideEfektivitasnya dalam
menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon.
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu
Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.
3. OperasiOperasi adalah sangat efektif dalam menghilangkan gejala-gejala dan merawat komplikasi-komplikasi dari GERDTekniknya dikenal sebagai fundoplication
KOMPLIKASI Edema laring Perforasi esofagus Aspirasi pneumonia Peradangan Pembentukan tukak Perdarahan Striktur Pembentukan jaringan parut. Bareett’s
BAB IIIKESIMPULAN Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah
suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, namun di Difisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia.
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD seringkali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika asam yang normalnya ada dilambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus
Gejala-gejalanya dapat mencakup heart burn(sensasi terbakar pada esofagus), dispepsia, regurgitasi, disfagia, atau osinofagia (kesulitan menelan / nyeri saat menelan), hipersalivasi, atau esofagitis. Gejala-gejala ini dapat menyerupai serangan jantung.
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esofagus (esofagitis refluks).
Terima Kasih