referat

13
REFERAT ANGKA PERAWATAN KEMBALI (READMISSION) PASIEN GANGGUAN JIWA PADA PELAYANAN KESEHATAN MENTAL BERBASIS RUMAH SAKIT (HOSPITAL-BASED) DAN BERBASIS KOMUNITAS (COMMUNITY-BASED) OLEH IKA NURFITRIA TAUHIDA H1A 008 011 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA

Upload: srie-cyutezz-aiy

Post on 30-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hvvzhvzbmnbxnncjvnbkjngfbkjngfkbnmg

TRANSCRIPT

REFERATANGKA PERAWATAN KEMBALI (READMISSION) PASIEN GANGGUAN JIWA PADA PELAYANAN KESEHATAN MENTAL BERBASIS RUMAH SAKIT (HOSPITAL-BASED) DAN BERBASIS KOMUNITAS (COMMUNITY-BASED)

OLEHIKA NURFITRIA TAUHIDAH1A 008 011

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB2014BAB IPENDAHULUAN

Dampak kesehatan masyarakat akibat gangguan jiwa sangatlah besar. Estimasi disability-adjusted life years (DALYs) pada tahun 2000 yang disebabkan oleh gangguan jiwa menunjukkan 11,6% dari total disabilitas di dunia lebih dari dua kali lipat derajat disabilitas yang disebabkan oleh semua bentuk kanker (5,3%) dan lebih tinggi dari derajat disabilitas akibat penyakit kardiovaskular (10,3%). (B)Terdapat kontoversi tentang apakah pelayanan kesehatan mental harus disediakan dalam pengaturan komunitas atau rumah sakit. (B) Dalam jangka waktu yang lama telah terjadi perdebatan yang sengit antara pihak yang percaya bahwa pelayanan kesehatan mental harus sebagian besar disediakan dari rumah sakit jiwa, dan pihak yang memilih pandangan ideologis yang berlawanan, bahwa pelayanan komunitas harus sepenuhnya menggantikan rumah sakit. Dari beberapa tinjauan, tidak ada bukti yang kuat bahwa sistem komprehensif pelayanan kesehatan mental dapat disediakan oleh perawatan berbasis rumah sakit (hospital-based), tetapi tidak ada bukti yang kuat juga bahwa dapat disediakan oleh pelayanan berbasis komunitas (community-based). Sebaliknya, suatu keseimbangan menjadi penting dimana melingkupi baik komponen rumah sakit maupun komunitas. Walaupun rekomendasi spesifik telah berkembang di beberapa negara untuk meyakinkan bahwa setidaknya separuh dari semua pengeluaran pelayanan kesehatan mental digunakan dalam pelayanan komunitas, sesungguhnya campuran relatif dari komponen-komponen pelayanan yang dibutuhkan sangat bergantung pada keadaan lokal yang spesifik, dan dimana paduan ini kemungkinan besar berubah seiring waktu. (A)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Aspek-aspek menguntungkan dari reformasi struktur dan pelaksanaan perawatan psikiatri, terutama deinstitusionalisasi, telah lama diakui, karena memiliki kelemahan-kelemahan. Hampir setelah lima dekade aktivitas reformasi psikiatri yang intens dalam beberapa negara, telah menjadi jelas bahwa individu-individu yang terdeinstitusional yang memiliki penyakit jiwa berat atau yang memiliki kesulitan mengakses pelayanan psikiatri rawat jalan cenderung untuk sering kembali rawat di rumah sakit, dan kecenderungan seperti ini telah diobservasi dalam sejumlah besar konteks. (D)Perawatan kembali psikiatri (psychiatric readmission) merupakan konsekuensi dari kombinasi faktor-faktor yang kompleks yang melampaui diantaranya derajat keparahan gangguan jiwa, kualitas dan kontinuitas perawatan, serta dukungan keluarga dan sosial. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi prediktor-prediktor kuat perawatan kembali, seperti buruknya kepatuhan berobat, pendidikan yang rendah, kurangnya follow-up setelah dipulangkan dari rumah sakit, perawatan inap yang involunter, kurangnya dukungan keluarga atau sosial, serta diagnosis skizofrenia dan gangguan penggunaan zat. (D)Walaupun konsekuensi negatif dari perawatan psikiatri multipel telah didokumentasi dengan baik, angka perawatan kembali masih terus meningkat di seluruh dunia. Fenomena yang sama telah diobservasi juga di Brazil, dimana rentang angka perawatan kembali yaitu diantara 30% dan 59% selama empat bulan pertama setelah pemulangan. Reformasi pelayanan kesehatan mental di Brazil telah berusaha untuk memperkecil separasi pelayanan kesehatan mental dari pelayanan medis umum dengan mengurangi jumlah rumah sakit tersier, meningkatkan (tidak secara proporsional) jumlah ruang inap psikiatri di rumah sakit umum, dan membentuk pelayanan berbasis komunitas (community-based) yang berkolaborasi dengan unit pelayanan primer serta mengkoordinasikan pengobatan, perujukan dan dukungan sosial. Community Psychosocial Care Centers (Centros de At-eno Psicosocial, atau CAPS) telah dibentuk untuk memainkan peran ini dan juga bertindak sebagai cadangan pengganti ruang inap psikiatri. Tempat ini menyediakan perawatan rumah sakit intensif. (D)Perawatan kembali (readmission) merupakan masalah utama untuk pasien-pasien berpenyakit kronis dan berkontriibusi terhadap peningkatan biaya pelayanan kesehatan. (E)Dewasa ini Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat melalui sistem pelayanan kesehatan jiwa mulai dari tingkat primer, sekunder dan tersier. Namun demikian jika dikaitkan dengan beban biaya yang harus dikeluarkan, maka pendekatan kepada masyarakat akan lebih efektif dan efisien. (KMK)Pelayanan Kesehatan Jiwa di masa lalu bersifat spesialistik dan dikembangkan untuk RSJ maupun RSU. Sedangkan yang bersitat umum dilakukan di Puskesmas. RSJ dijadikan pusat rujukan dan pembinaan pelayanan kesehatan jiwa agar pelayanan kesehatan jiwa dapat diselenggarakan secara komprehensif. (KMK)Pelayanan kesehatan jiwa dewasa ini mengalami perubahan fundamental, dari pelayanan kesehatan jiwa dengan perawatan tertutup menjadi terbuka. Dalam penanganan gangguan jiwa, pendekatan klinis-individual beralih ke produktif-sosial sesuai dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas. (KMK)Kesehatan jwa komunitas adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat, dimana seluruh potensi yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif. Paradigma baru dalam kesehatan jiwa komunitas adalah konsep penanganan masalah kesehatan jiwa di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam penanganan gangguan jiwa, terutama terhadap penderita gangguan jiwa berat, dilakukan secara manusiawi tanpa mengabaikan hak-hak azasi mereka. Pendekatan yang dilakukan beralih dari klinis-individual ke produktif-sosial sesuai dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas. (KMK)Berdasarkan sejarahnya, respon terhadap pelayanan kesehatan mental dapat dilihat dalam tiga periode: naiknya rumah sakit jiwa, turunnya rumah sakit jiwa dan pembaruan pelayanan kesehatan mental. Dalam periode ketiga, pelayanan berbasis komunitas (community-based) dan berbasis rumah sakit (hospital-based) umumnya bertujuan untuk menyediakan pengobatan dan perawatan yang berlokasi dekat dengan rumah, termasuk perawatan-rumah sakit akut dan fasilitas perumahan jangka-panjang dalam komunitas; yang merespon terhadap disabilitas sama seperti terhadap gejala; yang mampu untuk menawarkan pengobatan dan perawatan yang spesifik dengan diagnosis dan kebutuhan setiap individu; yang konsisten dengan ketentuan internasional terhadap hak asasi manusia; yang berkaitan dengan prioritas pengguna jasa sendiri; yang berkoordinasi antara profesi dan agen kesehatan mental; dan yang mobile daripada statik. Hal ini telah digambarkan sebagai pendekatan perawatan berimbang. (B)

3

Tabel 2.1. Temuan PenelitianNoPenulisNegaraDesain penelitianIntervensiPopulasi targetVariabelHasil

1Low, et.al. (2013)(E)SingapuraPenelitian kohort retrospektif (n=155)Assertive CBCM dengan pendekatan multidisiplin berbasis komunitas yang mobile

Penilaian gejala dan pelayanan follow-upPasien-pasien dengan penyakit psikiatri kronisJumlah perawatan

Lama perawatan Setelah intervensi selama 1 tahun, rata-rata jumlah perawatan sebelum intervensi sebesar 1,9 dan setelah intervensi sebesar 0,6, dengan rata-rata penurunan jumlah perawatan sebesar 1,3 (P < 0,01). Rata-rata lama perawatan sebelum intervensi sebanyak 72,2 hari dan setelah intervensi sebanyak 17,1 hari, rata-rata penurunan lama perawatan sebanyak 55,1 hari (P