pui siku
DESCRIPTION
sdsadasdTRANSCRIPT
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
i
Segala puji hanya bagimu Tuhan, Tuhan Pencipta alam, Sang Pemilik hati,
Pemilik ruh di jiwa suci para makhluk alam raya, angan, harapan dan cita terbang
atas izinMU. Sholawat serta salam semoga selalu dan selalu tercurah pada baginda
Rosulullah SAW, Pembawa jalan kebenaran. Semoga safa’atnya nanti terlimpah
untuk ummatnya. Amiiin
Ketika sahabat membaca halaman demi halaman, lembar demi lembar,
memaknai kata demi kata, menelusuri tiap tiap huruf pada rangkaian kata yang
tercipta, tersusun dengan ambisi, tersusun lewat bahasa hati dalam buku ini.
Mungkin sahabat akan terbawa dalam sebuah renungan hidup yang penuh dengan
semangat, yang penuh dengan idealis dan yang penuh dengan ke-masabodo-an.
Awal sekali, penulis sebenarnya merasa minder bahkan takut untuk
membuat kumpulan kata ini memnjadi sebuah buku antologi puisi yang bisa di
nikmati, karena dulu karya-karya ini sudah pernah penulis kumpulkan jadi satu
dengan karya kawan-kawan penulis, tetapi buku itu hilang dan tidak tau kemana
bekasnya. Hingga akhirnya ketakutan itu, kian terkikis dengan semangat yang ada.
Penulis beranggapan bahwa buku ini hanya untuk kalangan pribadi dan bagi
sahabat-sahabat berkenan menelusuri kata demi kata pada tiap rangkaian kalimat
yang tersusun atas nama MIMPI.
Keberanian untuk membuat buku antologi ini karena adanya banyak
dorongan dari berbagai pihak, di antaranya kawan-kawan yang puisinya mampir
bahkan tertanam dalam buku antologi ini, mereka adalah Novia Rahmawati, Dwi
Setyaningrum, Bayu Prakoso dan Tika.
Novia Rahmawati : beliau adalah kawan penulis semenjak penulis belajar di
pondok pesantren. Hubungan penulis dengan Novia lumayan cukup dekat, karena
mereka pernah berada pada satu atap organisasi. Novia di kenal penulis sebagai
sosok Ahwat yang tangguh dengan mimpinya, tangguh dengan prinsip dan
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
ii
idealisnya dan tentunya lihai dalam bermain kata. Untuk itu beberapa karyanya
termuat dalam buku antologi puisi ini dan semua bertemakan tentang MIMPI.
Terimakasih, penulis sampaikan atas pelajaran yang banyak di berikan entah itu
lewat tingkah atau pun lewat kata yang terungkap. Sekali lagi TERIMAKASIH.
Dwi Setyaningrum : sosok ini akrap di panggil dengan panggilan ningrum.
Penulis kenal dengan beliau karena pernah berada pada suatu wadah yang
membuat penulis jatuh cinta dengan KATA yaitu “Bengkel Sastra” . Tepatnya pada
bulan mei 2010 penulis dipertemukan dengan beliau dan sampai sekarang
pertemanan itu masih terjalin dekat. Penulis juga mengenal betul sosok beliau,
ningrum adalah sosok yang pantang menyerah, tangguh dalam memperjuangkan
MIMPI. Terimakasih penulis sampaikan untuk beliau, mungkin kapan-kapan kita
harus agendakan untuk reuni bareng. Sekali lagi TERIMAKASIH.
Bayu Prakoso : sosok bayu di kenal penulis sebagai sosok yang gigih,
berjuang untuk mengapai MIMPI. Hingga saat ini mimpinya benar-benar terwujud,
menjadi Seorang Polisi. Mimpinya ia kejar sampai di negeri sebrang ; Kalimantan.
Karyanya penuh dengan ambisi meraih sesuatu yang beliau ingin. Sampai saat ini
hubungan penulis dengan beliau masih teramat dekat walau pun terpisah
bentangan air laut. Dulu ketika penulis masih menjadi seorang Santri beliau sering
sekali berkunjung ke pondok. Terimakasih penulis sampaikan pada beliau. Penulis
rindu celoteh konyol di depan rumah salah satu ust pesantren waktu itu. Sekali
lagi TERIMAKASIH.
Tika : penulis benar-benar lupa dengan nama lengap beliau. Sapaan ringan
yang biasa terlontar untuk memanggil beliau adalah tika. Beliau adalah sosok yang
benar-benar berani. Sejak beliua kelas 2 SMA sudah di tinggal wafat oleh Ayahnya,
dan saat itu pula penulis benar-benar dekat dengan beliau. Namun semenjak
beliau lulus dari SMA dan kemudian kerja, sudah putus kontak dengan penulis.
Sampai saat ini. Untuknya penulis sampaikan TERIMAKASIH.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
iii
Mereka yang tersebut di atas adalah beberapa kawan penulis yang
menyempatkan waktunya untuk memberikan karyanya dalam penulisan buku
antologi puisi ini. Walau pun sejatinya masih banyak atau beberapa temen penulis
yang ber-keinginan menyumbangkan hasil karyanya pada buku ini, tapi karena
terbatasnya waktulah yang menyebabkan mereka tidak bisa.
Sebagian besar isi dari buku antologi ini adalah asli karya penulis walau pun
memang tidak terstruktur rapi dalam muatan tanggal dan tahun bahkan banyak
yang tidak terdetect tahun berapa puisi itu dibuat. Sebenarnya banyak sekali karya
penulis yang tidak di cantumkan dalam buku ini, dikarenakan susahnya pencarian
berkas atau potongan ketas yang berisikan puisi dari penulis, yang jelas puisi ini
yang menjadi sahabat dekat selama penulis berada di pondok maupun ketika
penulis berada di tempat kerja (red. Bookfair) semisal, Kebumen, Malang, Gresik
Perwokerto, Solo dan Jogja. Dengan puisi-puisi ini penulis bersahabat sangat
dekat. Puisilah yang mengerti bahasa hatinya dan puisilah yang berkenan
menerimanya.
Dan akhirnya, gading yang sempurna adalah gading yang retak, maaf dan
terimakasih adalah kata yang pantas untuk mengakhiri sekapur sirih ini. Semoga
buku antologi ini bisa menjadi pegangan penyemangat untuk sahabat yang sudi
atau berkenan melirik dan syukur-syukur mau membaca karya-karyanya. Kritik
dan saran selalu penulis tungga untuk karya yang mudah-mudah lahir pada esok
nanti. Penulis bisa dihubungi lewat FB : radint.diantorahma atau Email:
Yogyakarta, April 2014
Penulis
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
iv
Daftar Isi
Karya radintkata___________________________________ 1-61
Karya Novia Rahmawati___________________________________ 63-74
Karya Dwi Setyaningrum___________________________________ 75-77
Karya Bayu Prakoso___________________________________ 78-90
Karya Tika___________________________________ 90-93
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
1
SEBUAH SAJAK UNTUK PERENUNG
Berjalan di rotasi bumi
Siang dan malam terus s aja berlayar
Bersikap benar walau salah
Bersikap menang walau kalah
Merasa raja walaupun hamba
Terus dan terus ia menolak kebenaran
Uang yang ia agungkan
Jabatan yang ia kejar
Merasa tak ada yang mengalahkannya
Tak pandang berapa dosa ia perbuat
Miras, judi, bahkan zina
Menjadi makanan pokok baginya
Ia tak pernah sadar apalagi ingat
Akan siapa tuhannya
Akan siapa penciptanya
Akan siapa yang berkuasa
Ia tuli dan buta akan secercah kebenaran
Berkuasa...
Berkuasa induk dalam otaknya
Ia mayat...
Mayat yang bernyawa
Ia tak mengerti arti hidup
Ia tak paham hakekat makhluk
Ia rendah, begitu hina
Setan yang berbisik
Menjadi raja yang selalu dipuja
Ia budak para setan
Budak nafsunya sendiri
Hingga izroil datang
Membawa amanah dari-Nya
Untuk menebar maut padanya
Izroil cabut nyawanya
Perlahan tapi pasti
Sedikit...
Terus...
Perlahan...kembali di abaikan
Ia tak tak punya malu pada izroil
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
2
Ia tawarkan seraya tertawa
Benda haram padanya
Bodoh...
Sungguh tolol.
Ialah manusia yang berakal
Manusia yang lupa
Pada hidup setelah hidup
Kembali izroil cabut nyawanya
Pelan...
Pelan...
Dan berhasil
Kini tinggal jasadnya
Jasad manusia yang berakal
Sesamanya terpaksa mengangkatnya
Sampai keliang kuburnya
Sebenarnya bumi tak menerimanya
Ia menyempit
Hingga tertutup liang kuburnya
Munkar nakir teman setia dalam harinya
Siksaan kini menjadi makanan utama baginya
Ia tak kenal tuhannya
Ia tak kenal nabinyya
Ia lupa kitabnya
Bahkan agamanya
Hura-hura yang dilakukan semasa hidupnya
Ia di pukul...
Ia mati....
Hidup kembali
Pukul lagi
Lagi-lagi mati
Begitu seterusnya
Hingga hari kebangkitan tiba
2009
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
3
NYAWAKU RAIB
Merah muncrat dari sayap mungilku
Ketika kau robek dengan nafsu siletmu
Aku terpulas di tangan iblis
Tanggan maut yang lalu menyatu
Remang suasana berubah
Bagai kilat menampar bumi
Tatapmu padaku...
Terlihat tajam..
Ku bagai pendosa yang melukaimu
Angan jendelaku kau lantahkan
Kau tertawa dengan hinamu
Saat ku terkulai rapuh nganga luka
Aku senyap
Kemudian hampa
Kaku nyawaku raib
Sejarahku berakhir
Pada dongeng yang tak layak terceritakan
Untuk alam yang terbungkam
0605010
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
4
MANISKU TERENGGUT
Bagai angin bahorok
Gagalkan panen tembakau
Membatu aku di tanggan kasarmu
Memelas
Dari pinggir jalan kau pungut aku
Bukan berarti secawan anggur manis
Yang bebas dicicip dan diteguk
Tak ada kuasa meski aku berkawan api
−padam
Membatu aku di tanggan kasarmu
Lemas
Tak berdaya
:iblis
“oase kerinduan”kelas mungil,0705010
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
5
KESETIAAN CINTA
Bagai induk ayam yang anaknya di ganggu
Kalian begitu...
Dan aku tak suka.
Bagiku cinta lebih indah
Dari pada kematian
Di alam bebas bermata langit
Bermulut bisu.
Menjadi saksi yang terindah
Ketika rohku terbawa angin
Dijinjing malaikat izroil
Aku kosong menjelma tiada
Lahir sejarah sepahit empedu
Yang kalian cipta...
Yang kalian ukir...
Lewat pahat kata acuhmu
Menoreh luka...
Hingga ku bertindak sesuka
Bagiku itu kesetiaan cinta
“Bengkel sastra”kelas munggil, 0805010
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
6
ARMADA IBLIS
Berayun-ayun di bawah gerimis
Melintas berderap di kala hampa
Beribu suara menggema
Bisik angan entah kemana
Aku mati hati
Buta
Tuli
Tak peduli neraka
Rohku mengabdi nafsu
Sakit
Meronta
Tiada kokoh hati kembali
Putih suci menghitam dalam rengkuh iblis
“oase kerinduan”kelas mungil, ...05010
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
7
NADA-NADA CINTAKU
Kelam sisi jiwa
Rasa memeluknya
Tak bersisa
Hanya debu.
Dipenghujung rindu
Aku terdampar
Di tanda sunyi dalam ruangan
Tak bisa terjemahkan
Lewat nada-nada cintaku
Cinta itu senyap
Hilang,
Entah terlupa atau lenyap
Hitam meluap
Hembusan nafas panjangku menahan
Di kabut malam yang tak berhias
Merayap kepada esok
Dengan untaian angan-angan
Kelam sisi jiwa
Rasa memeluknya
Tak tersisa
Hanya debu
“revisi”al-hikmah, 0605011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
8
BERLARI
Berlari
Berpacu dengan waktu
Terbang
Meninggi
Menuju singgahsana mimpi
Berobat kata kala jatuh
Penawar dari segala rasa
Yang tersisa
Yang menyisakan luka
Berlari
Bersaing dengan sang angin
Menari
Mencoba tumbangkan pohon jati diri
Yang terajut lewat pertempuran hati
Tak bisa
Tetap berlari
Memeluk esok yang kini menanti
Al-hikmah, 0605011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
9
KATA MUAKKU
Ku melangkah gerimis
Senyap
Merenung tentang kata
Kata yang meluap sadis
Kata yang melirik sinis
Kata yang melahap kehormatan
Kata yang berdiri beralas egois
Kata yang melahirkan kata muak
Ingin ku ludahi kata
Kata dari yang berkata
Berkata dari yang punya kata
Kata ini, kata itu
Kata kesini, kata kesitu
Tetap ku muak mendengar kata
Kata mereka
Mereka berkata
Muak
Muak
Muak ku mendengarnya.
“Di titik kesal”al-hikmah,0605011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
10
TERBAYAR LUNAS
Nyiurnya para daun pagi ini
Bercakap riang pada sang angin
Menjelmanya melambai
Menari penuh makna dan arti
Di penghujung musim ini
Bertanda dingin yang merayap
Menusuk tulang,
Kala subuh bangun dari gelapnya malam
Mentari jelajah dalam pertengahan pagi dan siang
Tertawa kecil padaku...
Menghina ataukah kagum
Aku tak mengerti.
Melihat gontai langkahku, mungkin.
Menyusuri aspal yang panas
Meyusuri jalan yang penuh liku
Namun niat yang membulat
Tak mampu terlelapkan
Kokoh dalam anggannya
Terus...
Melangkah gerimis
Mengabaikan nyanyian lambung
Mengabaikan cucuran keringat kala terik
Namun puas...
Saat uluran senyum tercipta
Kala berhaburan peluk bertebar
Kala tanya menodongku penuh cinta
Terbayar lunas
Dan tuntas sudah
“bapak/ibu hijrahku, aku kangen kalian”,1009011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
11
TERTAWA
Tiba-tiba aku tertawa
Teman-teman menatapku tajam
Melihatku aneh...
Seolah beban tanya di pundak
Seketika ku loncatkan tubuhku
Ku pekikkan kalimat,
“akhirnya ujian berujung juga”
Mereka melihatku aneh
Tapi tersimpan sesuatu...
Senyum indah pada raut muka
Dan ternyata......
Mereka ikut tertawa juga
1105011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
12
LAGA ANEH
Senja menyambut hangat
Memeluk erat angin disekitarnya
Awan kelabu ikut menghiburnya
Mentari tebarkan pesonanya
Melahirkan keindahan tak bertepi
Lewat perkawinan alam sore hari
Burung-burung mungil
Bertebaran, bernyanyi lagu ceria
Pohon rindang menari untuknya
Seirama dengan nada sang angin
Mereka...
Yang mengiringi...
Menyaksikan...
Bersama suara gaduh di pinggiran
Manusia yang memupuk kebersamaan
Lewat laga yang aneh
Satu benda bulat...
Di perebutkan
Kaki-kaki kekar mereka
Untuk nilai kemenangan
Untuk menciptakan sebuah kepuasan
“teman2 aku mendukung kalian”sepak bola dengan ust2,1205011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
13
INDAH PADA SAATNYA
Kini malam terasa panjang
Membalut badan bau kecut
Lewat dingin berbaju kabut
Kedip mata tampak lelah sangat
Ingin tertutup...
Namun hati tak terima
Hati rindu hari esok
Tapi tak ingin menjumpainya
Ia hanya ingin mengintip lewat celah kelam
Namun rasio menyangkal
‘Aku ingin tidur”
Katanya tegas.
Hati ingin menangis di bentaknya
ia menganggap rasio tak peduli...
masa bodoh dengannya
betapa tinggi cita sang hati
hingga kadang ketika terjatuh rasio tak mampu menghiburnya
padahal rasio sangat peduli padanya
bahkan ia ingin membenarkan apa yang salah
dengan pelukan hangatnya
tapi hati kadang tak sepemikiran
harus butuh waktu yang panjang jika harus
menyatukan dua mahkluk itu
tapi jika saling melengkapi
rasio menyakinkan
dan hatipun terima
“semua akan berakhir indah pada saatnya”
Jadwal Malam pengumuman tes depag, “mendebarkan”1305011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
14
RASA ITU
Sendiku linu
Badanku haus setuhan air
Walau bermandi keringat
Yang menciptakan bau apek
Aku tak ingin mendengar
bukan karena aku sok pintar
hanya merasa bosan
bosan...
tak hanya aku..
mata yang mengitariku juga demikian
turun kau
sudahi pidatomu
hanya membuat muak
lambung ingin muncratkan
apa yang ku masukan tadi
ah...
bosan
bosan
aku bosan..
“astaghfirullah”
Ampuni hamba ya Allah
Masjid, “bersama salah satu ust.1705011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
15
DAYA TARIKMU
Kau terlalu riak
Lewat ombak yang tercipta dari gulungan pasir hitammu
Aku mengerti,
Baumu menyengat
Bak bangkai tersapu bayu kepada lubang hidungku
Itu tercipta oleh manusia dengan nafsunya
Tapi...
Kau punya kharisma
Tak dielakan bagiku
Pasir hitammu
Daya tarikmu
“Dari Xcode”1805011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
16
SYAIDAN
Lewat benteng gagahmu
Mempesonakan...
Kala senja menjemputmu
Di kililingi lampu yang tertempel di aspal
Di iringi pesona mentari yang hendak terlelap
Di iringi ribuan mobil bagai jenis
Sepeda motor...
Sepeda...
Dan orang-orang pejalan kaki
Membuatmu layak bila dinamakan “syaidan”
“Dari Xcode”1805011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
17
SAJAK PEMIMPI
Meleleh…
Terurai…
Tak tertahan.
Saksi kelam yang terbungkam
Membisu…tanpa syarat
Teman di pekat kegelapan
Namun gagah tak bergeming
Bertengger…
Mendongakan kepala
Meneropong asa yang mengangkasa
Berlaga dengan takdir yang membalutnya
Untuk indahnya sepasang merpati
Yang bersarang di dada sang pemimpi
Tak apa jika harus arungi lautan
Tak gentar menghadang awan hitam
Nyali ciut di cekiknya
Hingga karam dalam pusaran sang alam
Menyakini sinar gilang mentari
: indah seperti dalam mimpi
0505011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
18
DUNIAKU GELAP
Membeku aku dalam senyap
Menerjemahkan arti hidup
Sulit..
Lelah di pahami
Esok memang indah
Tercermin mentari di dalamnya
Begitu pula senja
Menakjubkan
Dengan pesona keemasanya
Tapi…
Aku bak si buta
Tak melihat keindahan itu
Duniaku gelap
Damai bisa hadir lewat nyala lilinku
Kadang redup
Kadang pula terang
Mengikuti gerak sang angin
Yang kadang berlayar jauh
Namun kadang juga senyap
2605011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
19
YANG LALU: KINI
Kala yang lalu
Nyala lilin itu meredup
Berpijar samar kepada angan
Rapuh, kelelahan
Masih lalu
Nyala lilin itu hampir mati
Di terjang tarian sang angin
Karam terbalut kelam
Dan masih yang lalu
Nyala lilin itu menyusut
Kalah berperang dengan ombak
Mengikis kerasnya batu karang
Mejelma diam di kegamangan
Kini..........
Api lilin itu mencoba tegar dengan nyalanya
Tertatih, tapi langkah kian pasti
Layaknya mentari yang tersingkap awan hitam
Berusaha menerobos dengan sinarnya
Berdiri, berlari.
:untuk mimpi yang terpatri
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
20
.........AKU
Inilah aku
Aku bukan dia
Apalagi mereka
-kadang senyap, tenang
Namun membara
Aku tetaplah aku
Jika langit harus menangis
Menguyur warnaku
Ia tak akan pudar
Aku akan selalu aku
Jika bayu harus menari kencang
Mengobrak-abrik puzleku
Ia tak akan berpindah, berubah
Karena aku selamanya....aku
Inilah aku
Berteman apa yang ada
Merajut asa hingga esok tercipta
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
21
KU HARAP KAU Saudariku……..
Tersenyumlah saat kau baca bait-bait puisiku
Yang terangkum dari rajutan huruf
Tercipta dari untaian kata
Dan terlahirlah untaian kalimat
Tersampaikan lewat sang tinta
Yang bermuara dari dasar hati
Kau tahu Mar’atussholihah….......?
Putihnya mega tak seputih kesetiannya
Beningnya zam-zam tak sebening ketulusannya
Lembutnya bayu yang berhembus sepoi
Tak selembut ucapan perilakunya
Ia potongn surga yang terjatuh
Ia laksana oase di tengah gurun
Ia jaga mahkotanya dari tangan serigala jagat maya
Ia perhiasan dunia yang nyata
Tiada tandingnya
Hatinya terjaga dari butiran pembumbungan dada
Prinsipnya kokoh laksana benteng raksasa
Ia bisa sekeras kaum Adam
Dan semanja, selucu bocah dini
Kau tahu…….? Surga merindunya
Ku harap kau jadi sepertinya
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
22
SAJAK UNTUK KALIAN
Sepi yang terlahir
Hampa yang tercipta
Tawa yang karam
Seiring larinya sang waktu
Itu bukan salah PERSAHABATAN
Kalian tidak salah
Begitipun aku
Mungkin kalian akan tetap kalian
Dan aku, mungkin akan tetaplah aku…
Sebutir debu yang terus melawan angin
untuk terbang
dengan sepasang sayap mungilnya
Demi MIMPI yang mulai SEPI.
Kelas XII IPA
Monday, 18 Oktober 2010
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
23
KADO UNTUK TENGAH JANUARI
Lari sang angin
Mengalir seirama rotasi
Tak terhenti
Sebelum terompet Izroil melengking
Itu hidup…..
Tumbuh, berubah dan berkembang
Sebuah kepastian
Ketika usiamu satu langkah naik tangga
Itu manipulasi hidup
Yang hakekatnya kau turun satu tangga
Ia mengintaimu….
Kapan dan dimanapun kau bertengger
Ia “Pencabut Nyawa”
Yang tunduk pada perintah-Nya
Mari mulai saat ini
Ubah dunia dengan jemari mungil bintangmu
Yakinlah bisa
Yakinilah mampu
Sertakan do’a dalam usaha
Sukses untuk kita
“HAPPY BIRTHDAY TO YOU”
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
24
ITU DULU
Manusia-manusia yang mengaku singa itu
Membisu…
Berdiam seakan tak butuh
Walau hari kian mengalir
Riak mengisi aluanan waktu
Menghantarkanku…
Kepada gerbang tahta kesepadanan
Pernah ku bermimpi
Raih asa bersama
Itu dulu…
Dulu sekali…
Kala aku lugu, selugu bocah kemaren sore
Kini aku mengerti…
Arti dari kata…
Bahkan ku bisa bermain dengannya
Tapi..
Kini..
Mereka berdiri angkuh
Membisu seakan tak butuh
Aku tertawa
Tak ada beban
Menunggu rintihan
Kala di butuhkan
2705011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
25
LINTASAN RASIO
Gamang tercipta
Kemudian senyap
Mimpi membisu
Sulit terurai lewat rasio
Kesana kemari hanya menjamu mata
Tak terkhayal
Lintasan yang mampu menggebrak
Kering,
Kosong,
Hampa,
Dalam ruang kegamangan
Gajahmada, 3105011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
26
SENJA MENELAN MATARIKU
Senja menelan matariku
Tak ada kasih,
Begitu saja di lahapnya
Senja menelan matariku
Yang lalu, berotasi di dadaku
Yang lalu, menebarkan sinar gilangnya
Kepada hari yang tak ingin terlelap
Senja menelan matariku
Aku percaya,
Bahwa malam akan mejelma esok
Bahwa malam akan berlalu tersapu angin pagi
Bahwa malam akan menghilang bersama kelamnya
Tapi kapan…………????
Kini rasanya pagi tak akan kembali
Semua menjelma gelap,
Usai senja menelan matariku
Matariku terdiam dalam kerapuhan
1706011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
27
BIARLAH
Biarlah, Ini laksana angin
Biarlah, Ini laksana air
Berhembus,mengalir
Walau angan menjelma kepingan
Walau asa menjelma serpihan
Memang tak mudah,
Ini laksana pohon yang raib akarnya
Hanya tumbang jalannya
Namun ia tertatih berdiri
Mencari celah tanah untuk bertunas
Keras, kering tak ada air tanahpun keras
Sisa bara dalam dada kian sirna
Ketika rasa menepi tak ingin berlayar
Biarlah,
Biarlah,
Biarlah,
Semua terbang sesuai kehendak-Nya
Berbata bisikan itu berucap,
2005011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
28
Aku:Akar
Pagiku senyap
Aku ingin mengundang diksi
Aku ingin bermain kata
Aku ingin memanggil angin
Aku ingin membuang tinta
galau tak bertepi
sisa dari kobaran asa
serpihan dari bongkahan angan
terbang layaknya debu tak bersayap
ingin aku raih
ku genggam dalam ketaksanggupan
Namun..
Aku laksana akar
Tanah mencekik akar
Akar tak mampu berkoyak
Lemas memelas
Tak berdaya di sambut kematian
dan…
kini ia tertatih
melangkah sesuai arah angin menerpa
berharap asa kembali
mewarnai hidup yang hanya sekali
0507011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
29
UNTUK SANG ANGIN
Engkau sempat melintas,
Dalam rotasi diksiku
Engkau pernah berterbang,
Dalam sajak-sajak mungilku
Engkau pernah tumbuh,
Dalam taman indahku,
Terbingkai di tengah rangkaian cinta
engkau juga pernah berlayar,
meniti langit,
mengukir sejarah,
dengan jemari-jemari kecilku
engkau juga pernah menjadi pelangi,
menghiasi mozaikku dengan warnamu
tapi masa mengalir
engkau berhembus meninggalkan luka
menciptakan sakit tak bertepi
hembusanmu membawa dingin
menusuk-nusuk relungku
walau tak ada yang tau
aku bertahan,
menahan lara yang bertubi menyiksa
kemudian aku sadar,
siapa aku, darimana aku
kini sedikit langkah ku ayunkan kembali
mengejarmu tanpa mengikuti jejakmu
rangkaian ini terlahir bukan karena benci
aku hanya ingin engkau mengerti
arti dari sebuah persahabatan
yang pernah engkau jelaskan padaku
2807011 ‘kepadamu yang berlalu’
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
30
Hitam-Putih
Hitam berkuasa...
Putih seperti tertindas
Hitam mulai tak peduli, terus saja melaju
Putih hanya bisa membatu
Putih pernah mencoba untuk melawan,
Namun kematian hampir saja menjemputnya.
Kegelapan tanpa cahaya itu mengerikan
Bahkan lebih mengerikan daripada kelaparan
Belum ada ujung,
Dari herarki hitam dan putih
Masih merangkak, dengan tingkat kercayaan yang tinggi
Putih berteriak "hitam akan kalah"
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
31
Dingin
Kau seperti datang dari langit
Membawa kematian untuk penghuni bumi
Mencekik, menggenggam penuh nafsu
Kepada mereka yang tak tahan olehmu
Kau terlihat begitu senang
Kau terlihat begitu tenang
Menusuk-nusuk tulang
Hingga berlahan suasana tak nyaman
Untuk mereka yang tak ingin mengenalmu
Pasrah menyerahkan nyawanya untukmu
Apalagi jika kau berkawan angin
Kau terlihat begitu gagah
Dingin-dingin kau memang menjengkelkan.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
32
Kado Untuk Awal Januari
Tersenyumlah …..!
Untuk menjemput sang embun
Berkawan sang mentari ….
Hingga bening itu tercipta
Teguhkan langkahmu…….
Langkah yang kian pasti
Untuk menyambut indah taman surgawi.
:lenyapkan goresan tinta itu
Biarkan mereka mengalir bersama air
Biarkan mereka terbang bersama angin
Biarkan berlalu—menjadi masalalu
:lahirkan esok kembali
Esok yang terbalut sang mentari
Esok yang terbalut bening sang embun
Esok yang terbalut oleh kehangatan
Esok yang terbalut oleh kesejukan.
Tetaplah indah……!
Hingga menjadi bunga ditaman surgawi.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
33
Aku dan Kamu
Aku ingin bersyair denganmu
seperti bulan yang bersyair pada malam
Menciptakan keindahan dengan secercah sinar
Lembut bagai belaian sang bunda pada anaknya
Andai bulan terus bersyair pada malam
Pasti malam akan sesalu indah walau tampak gelap
Tapi semua hanya keinginan hati
Kadang tak ada janji untuk di tepati
Untuk mimpi-mimpi yang mulai sepi
Berkacalah pada bulan
Agar keindahanmu benar-benar terwujudkan.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
34
Ah........
Pelan embun menetes.
Mendera jiwa dalam dahaga
Keindahan yang tak mudah terpahatkan
Namun semua itu serasa palsu
Bagai sandiwara dalam sebuah drama
Kata lupa yang dulu selalu bersembunyi
Kata lupa yang begitu takut terlihat waktu
Kini nampak tidak malu-malu
Terang-terangan memamerkan lengkuk tubuhnya
Aku terpekat, aku tergoda
Aku ingin disapa lupa
Hingga tak ingat dia dan kata-katanya
Sekali lagi aku merasa tertipu
Sekali lagi aku merasa dibodoh'i
Apakah cukup disini aku mengejar cinta?
Kemudian lari kebelakang kembali pulang
Ah........
Aku hanya akan selalu berharap :
Bahwa esok akan jauh lebih indah
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
35
Aku Mengeja
Semalam aku mengeja tentang arti sebuah hidup
Lama aku lupa, karena membatu dalam pelukan realita
Dan itu bukan aku.
Angin memaksa agar air menjadi minyak
Namun tak mungkin.
Air tetaplah air.
Kokoh dengan prinsip.
Tapi waktu yang lalu, air tergoda rayuang sang angin
Hingga sekarang ia lupa siapa dia sesungguhnya
Teramat sedih mengingatnya.
Air, kau harus menjadi minyak.
Angin terus berhembus dan berbisik dengan kata itu.
Air ingin menolak tapi, ia kalah dengan realita.
Hingga ia tunduk, bahkan mengabdi pada angin
Dan kini ia sadar bahwa ia tak mungkin jadi minyak karena dia air.
Air tetaplah air.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
36
Air itu lembut namun kokoh.
Air sering terabaikan tapi ia punya kekuatan besar.
Air mulai paham dengan hal itu
Air susun kembali tangga yang berserakan itu
Tangga itu sudah dirusak oleh terpaan angin
Tapi air tetap teguh, kembali pada prinsipnya
Walau tertatih ia kembali, ia yakin bahwa ia akan menemukan jati dirinya.
Pada esok ia akan berteriak bahwa ia bisa meraih asa-asanya
Pada senja ia akan bernyanyi bahwa ia bisa meraih mimpinya.
Go back.260113
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
37
Indah dan Indah
Senja, berkatalah padaku...
Bahwa mimpiku akan baik-baik saja
Berkatalah padaku, bahwa mimpiku memang indah untukku
Berkatalah padaku, bahwa malam tak akan merebutnya dariku
Walau aku tak lagi seperti dulu
Tapi, aku tetaplah ingin menjadi debu
Tapi, aku tetaplah ingin menjadi angin
Dan tapi, aku tetaplah ingin menjadi air
Agar semua terwujud sesuai inginku, sesuai pintaku
Indah dan terus indah, seperti pelangi yang terus tercipta di langit hatiku.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
38
Tawa yang Lenyap
Tawa itu lenyap
Terganti dengan senyap
Tak selang beberapa waktu
Tawa itu meledak
Beriringan dengan kebebasan
Tiba-tiba diam
Tak ada suara
Seperti terlelap
Menunggu esok yang bercakap dengan angin
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
39
Heran
Heran
Tak terbayang
Semua dalam pelukan waktu
Aku saja heran
Terus heran
Masih heran
Dan tercengang
Karena heranku
Tak kunjung hilang.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
40
Menunggu Waktu
Pada ujung bulan aku mencari kepastian
Mencari jawaban dari sebuah tanda tanya
Terkadang ku teriakan pada langit
Hingga cakrawala di ujung senja itu pecah
Menjadi serpihan kecil kemudian terbang terbawa angin
Masih belum ada kepastian
Harus menunggu kemudian menanti.
Keindahan yang kian dalam membuat penantian semakin indah
Berkawan mimpi dalam dalam coretan tipis sang pena
Ku katakan lagi bahwa keindahan itu memang benar-benar ada
Namun menunggu waktu untuk tercipta.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
41
Mengeja Huruf
Siang tadi aku mengeja huruf yang lama aku lupakan
Bibirku terbata-bata, dan kadang beku, kelu
Kini ku tak tau arti sahabat
Kini ku tak tau arti kawan
Bahkan arti teman.
Siang tadi aku mengeja huruf C
Kemudian I
Kemudian N
Kemudian T
Dan terakhir A
Aku juga tak mengerti kata itu apa.
Aku seperti sembunyi dalam naungan takdir
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
42
Kata nanti dan lalu
Aku tersenyum mendengar kata nanti
Aku tersenyum mendengar kata lalu
Karena ku tau, dalam nanti ada harapan
Karena ku tau, dalam lalu ada kebijaksanaan
Lewat lalu aku menuju nanti
Karena ku tau nanti ada karena lalu tercipta
Lalu dan nanti
Dua kata yang membakar sumbu dari racikan potasium dan bahan lainnya.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
43
Selalu Bertanya
Aku ingin selalu bertanya
Pada angin yang lalu lalang di depanku
Pada langit yang memanasi dan menghujaniku
Pada keadaan yang memojokanku
Pada mulut mereka yang bersiul cacian padaku
Pada mata mereka yang selalu memandangku sebelah
Pada mereka yang menganggapku tak ada
Salahkah aku jika bermimpi?
Salahkah aku jika menanti?
Pun tak ku dapati jawaban
Mereka menganggapku mati
Walau aku bergadang pada malam bahwa esok benar milikku.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
44
Kata
Mataku sudah terlalu sering mengeja
Hingga hafal benar huruf-huruf itu
Racikan kata ;
Susuan kalimat ;
“tak ada yang tidak mungkin”
Kata itu menempel rekat dalam langitku
Tak seorangpun bisa meraihnya
Kusimpan benar kata itu
Dan berulang kali aku melihat dan terus saja menghafalnya
“tak ada yang tidak mungkin”
Relungku dipenuhinya.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
45
Dalam Diam
Dalam diam aku akan mencoba mengerti
Dalam diam aku akan mencoba untuk kembali
Dalam diam aku akan mencoba untuk rendah hati
Dengan diam aku merenung,
Dengan diam aku tenang,
Dengan diam aku terbang,
Dengan diam aku berubah
Dan dengan diam aku akan tau siapa aku saat ini.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
46
Dengan Kalian
Mimpi kaulah sahabatku
Kata kaulah jiwaku
Puisi kaulah ragaku
Dengan kalian aku berdiri
Dengan kalian aku terjatuh
Dengan kalian aku terlelap
Dengan kalian aku terbangun
Dengan kalian aku mengerti
Dengan kalian aku tak mengaerti
Dengan kalian aku paham
Dengan kalian aku peduli
Dengan kalian aku tak peduli
Dengan kalian aku berani
Dengan kalian kedamaian ada
Dengan kalian aku tak sendiri
Dengan kalian kebahagian tercipta
Dengan kalian keindahan ada
Dengan kalian aku tersenyum
Dengan kalian aku menangis
Dengan kalian aku gagah, aku tegar, aku kokoh, tak peduli dengan badai.
Kokoh, kuat, tak terkalahkan.
Mimpi kaulah sahabatku
Kata kaulah jiwaku
Puisi kaulah ragaku
070513
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
47
Diam
Kau tak akan pernah mengertiku ,
Jika kau tak mencoba untuk paham
Kau tidak akan pernah paham,
Jika kau tidak mencoba untuk mengerti
Diam bukanlah luka
Diam hanyalah jelmaan kejenuhan
Diam bukanlah lupa
Diam hanya bermaksud untuk melupa, hingga benar-benar ia lupa
Biar saja aku di panggil batu
Biar saja aku dipanggil bisu
Memang itulah aku
Tak akan ada yang bisa untuk merubahku
Karena aku tetaplah aku.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
48
Mereka Kau dan Aku
Mereka…………..
Sirna, sirna, sirna
Dan kosong………..
Mereka………
Lenyap, lenyap, lenyap
Dan hampa………
Mereka…………
Hilang, hilang, hilang
Dan terkenang………
Mereka…….lenyap, sirna, hilang
Terkubur bersama sajak-sajak silam
Kau………
Bunga mawar yang terlahir
Merekah tebarkan pesona
Kau……….
Matahari yang beranjak pergi
Dan bertahta dalam hariku
Aku………
Terkulai lemah tak berdaya
Bertahta dalam badai keganasan alam
Tuk perjuangkan………
Rasa yang menyiksaku untukmu
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
49
KATA SENJA DAN PAGI
Kata pagi.......
Aku harus berkarya
Berkiprah dengan mentari
Bersaing dengan awan tebal yang hitam
Untuk hari yang cerah
Mejemput pelangi di embun pagi
Kata senja ........
Akku harus bermimpi
Berlaga dengan sang camar
Menuju kelam yang terbalut angan
Agar tercipta keindahan
Dari nyala lilin yang berpijar
Begitulah.........
Kata pagi dan senja untukku
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
50
Unlimited
kenapa hujan kemaren meninggalkan bekas bukan karena aku tidak suka. tapi ini adalah masa depannya. tengoklah kedepan, tataplah langit arah jalan masih terbentang luas aku debu kecil yang masih gemar berterbang mencari tempat untuk berlabuh mencari tempat untuk berteduh pada pesona cinta dan cita-cita aku seperti dia, dia dan mereka
punya hati dan rasa bahkan mungkin lebih jelek sungguh tidak ada jaminan karena aku hanya punya kata. ingin ku tulis tebal dan besar tanda seru itu tapi itu bukanlah ranahku. ku hargai rasa itu, dengan untaian senyum dari dalam qolbu ku sertakan ucapan indah : maaf dan terimakasih
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
51
Syair Kata
malam ini, aku menimang-nimang angin kosong tidak ketara semu tiada bayang merayu ada gelap dan dingin di luar sana ku intip lewat celah jendela nyaliku ciut untuk peluk mereka : di ruangan sempit, ku bercumbu dengan sajak memunguti puisi-puisi yang berserakkan agar tercipta kata yang sempurna untuk ku persembahkan pada bintang di malam berikutnya
kata sederhana penuh makna kata cakap membawa hikmah bersumber dari qolbu yang dalam kata : rindu
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
52
Sindoro-Sumbing
Melihat-lihat tiang langit
Gagah dan amat perkasa
Ku intip lewat celah jendelah camp
Bersembunyi dari kejaran kematian
Dingin...
Kemudian ada tamu : secercah sinar kuning keemasan, mampu mengusir
kematian
Setelahnya Aku berani keluar kandang, berkicau sesuka rasa
Memeluk awan yang membalut Sumbing
Mengangkasa bersama Sindoro
Sungguh...
Keindahan ciptaan-Mu sulit terlukiskan.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
53
Tentang
Dalam ruangan sempit
Satu jendela kecil
Satu pintu normal adanya
Aku coba pahami
Aku coba mengerti
Tentang gejolak dan rasa hati
Tentang kebodohan dan kepandaian
Tentang kematian dan kehidupan
Tentang mimpi dan masa depan
Tentang kegagalan dan keberasilan
Tentang kecurangan dan kebaikan
Tentang kemunafikan dan kehalusan
Tentang arti dan makna
Masih banyak tentang kemudian dan
Tak sanggup lagi kata itu mengalir
Karena hati sudah menghentikan
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
54
Cerita
Membungkam cacian tak semudah membalik telapak tangan
Cerita kemiskinan selalu menjadi dominan dalam kesengsaraan
Apa daya ketololan yang tak bertepi
Apa daya kebodohan yang tidak ada ujung
Lemah menuju kematian
Tergores banyak luka
Menguras banyak airmata
Cerita kemiskian selalu menjadi petaka
Dan aku rela pasrah memeluknya
Sehingga mereka selalu tersenyum denganku
Membawa muka simpati denganku
Namun air tetaplah air
Dan minyak tetaplah minyak
Tak mungkin air tercampur dengan minyak
Tersingkir dan terbuang
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
55
Lawu
Bersetubuh dengan dingin.
Mencipta rasa,
Mengolah jiwa.
Dengan kebersamaan,
Dengan berpelukan.
Satu jiwa, satu raga.
Mencari satu arti, untuk kata
Kata inspirasi, untuk indonesia
Jejak-jejak kata garuda
Terbang, membelah langit
: capai hasyrat cita dan cinta tertinggi
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
56
CintaDalam Hati
malam ini, aku menimang-nimang angin
kosong tidak ketara
semu tiada bayang merayu
ada gelap dan dingin di luar sana
ku intip lewat celah jendela
nyaliku ciut untuk peluk mereka
: di ruangan sempit, ku bercumbu dengan sajak
memunguti puisi-puisi yang berserakkan
agar tercipta kata yang sempurna
untuk ku persembahkan pada bintang di malam berikutnya
kata sederhana penuh makna
kata cakap membawa hikmah
bersumber dari qolbu yang dalam
kata : rindu
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
57
Hitam Putih
Berteriak ...
Tertawa ...
Dan tiba-tiba membatu
Ujung waktu meledak
Ketika masa tenggelam bersama hitam
Semua mati,-
Teriring hening,
Senyap sebab tak bernyawa
Embun-embun kecil merayap
Kemudian jatuh memeluk bumi
Sehingga alam menjelma putih
Aku berdiri kaku
Ditengah-tengah hitam dan putih
Linglung dimakan kenyataan
Tidak tau arah untuk pulang
Tersesat dalam sandiwara kepalsuan
Ditekan
Diinjak-injak
Kemudian membatu ...
Lenyap dan terbang bersama angin.
Terbit di buletin balapan edisi 4
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
58
Namun
Maret sudah benar berlalu
Berterbang dengan waktu yang memburu
Ia tetap ada, tegap berdiri dibalik jendela hitam
Aku masih disini mengamati seksama
Kadang ku lambaikan tanganku untuk meraihnya
Tapi hitam mengahalangi kedipan mataku
Sesaat aku tunduk dan berlutut pada kenyataan
Dan seketika aku bangkit melangkah panjang
Menggenggam matahari dan membuang hitam
Pelan-pelan ia keliatan
Tampak malu dan memerah
Kakiku berayun mengirama
Memarani ia yang penuh sihir
Membawanya pulang untuk futur yang indah
Namun semua masih panjang
Sedangkan jalan ini liku nan terjal
Tidak hanya hitam
Bahkan coklat gelap, biru gelap, merah gelap
Semua kegelapan berkumpul menjadi satu
Untuk memejamkan mata dalam jalan
Namun ;
Setiap jalan pasti berujung
Sekalipun ada hitam dan gelap
Bertapak dengan kebijaksanaan
Maka semua akan berakhir dengan indah
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
59
Penantian Panjang
Malamku bertabrak dengan dingin
Menghela nafas panjang untuk sebuah kelelahan
Rasanya kaki ini.......,
Sudah berjalan panjang
Melangkah lebar
Tapi kenapa tak jua sampai
Harapan-harapan itu terus saja datang
Berterbang bagai kunang-kunang dalam kelam
Memberi warna pada hari
Membuka kejenuhan
Tapi gelap yang membayangi esok dan siang
Selalu menjadi warna yang mendominasi
Memalsukan asa yang ada
Mengisutkan harapan yang tercipta
Bekal doa dalam hati
Menjadi senjata dalam penantian panjang ini
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
60
Menjelma Sepi deretan nama itu satu per satu hilang bersama sajak-sajak lalu. diculik oleh waktu dibawa berlari menuju lorong-lorong hitam dan sunyi kaki mungilku berlari mengejar tapi tidak ku dapati hingga semua : menjelma sepi kosong entah mati atau dibungkam lali
aku berdiri di tengah gelap kakiku kaku, tanganku membiru tak lagi mampu berlari
merangkak serasa lumpuh mendekati cercah sinar yang semakin lama semakin mendekat seperti takdir kematian remang-remang ku kenali empu sinar itu sampai ku tahu : hanya dia yang tersisa di ingatanku
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
61
Untukmu Jiwa Yang Lelah
Teman, tidak usah mengeluh, apa gunanya coba....? Aku memang tidak
tau kau sepenuhnya, tapi setidaknya kita pernah satu tim dalam sebuah
komunitas. Kau bisa setegar mentari, selembut sang bayu dan seputih salju.itu
yang ku tau. Jika hidupmu kendaraan, kaulah pengemudinya, mengapa kau
tidak mencoba untuk menjadi pengemudi yang baik, dan hidupmu akan selalu
kau arahkan untuk kebaikan.
Didunia ini tidak ada kata sia-sia katanya, jika usaha dan do'a sudah
menyertai langkah kita, maka semua akan menjadi indah pada saatnya. Jika
masa kini hanya akan menjadi masalalu pada akhirnya, mengapa kita tidak
mau melakukan hal yang terbaik untuk orang lain. "bukankah orang yang
menang itu buka mereka yang selalu dapat juara, melainkan orang yang selalu
membari semangat kepada orang yang lemah.
Teman, Allah maha tau, tau ketika kita lemah, Tau ketika kita berada
dalam titik kebosanan. Cobalah untuk mendekati-Nya, sedekat mungkin.
Perbanyak sujudmu disepertiga malamNya, mintalah ketenangan , mintalah
kemenangan untuk dunia dan akherat nanti. Karena hanya Dia yang tau
suasana hati kita dan apa yang kita butuhkan, melebihi diri kita sendiri.
Sekarang bangkitlah, nyalakan lilinmu, tidak usah kau dengar kata-kata
kenyataan itu, bertandinglah untuk menang dengan keadaanmu, biar mereka
tau siapa kamu. Kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk
berbuat sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa memaksa diri kita untuk
melakukan yang terbaik dalam menyikapi sikap orang lain
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
62
Karya dari teman-teman seperjuangan, Tercipta atas nama MIMPI
Mereka adalah :
Novia Rahmawati
Dwi Setyaningrum
Bayu Prakoso
Tika
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
63
Sapaan Pertama
Menggeliat dalam enggan
Ketika rotasi waktu memaksaku
Meninggalkan tempat yang nyaman, dengan dekap yang selalu hangat,
rahim ibuku....
Untuk menyapa alam baru, bernama dunia
Dan ketika ku buka mata, silau mentari menyambutku
Bersama bulir-bulir lembut oksigen menyegarkan paru-paruku
Hingga dapat terasa senyum mungil yang mengembang di wajah suciku
Tersirat harapku, akan kebahagiaan
Pada dunia....
Karangmojo, 25 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
64
Menanti
Dalam jalan kehidupan ini, aku menunggu
Bernaung pada langit yang setia untuk biru
Bersama nyanyian-nyanyian angin kehidupan mendayu
Ini adalah penantianku
Ku mantapkan jari-jemariku
Menggapai nyata
Dalam bukti mimpiku
Ini adalah penantianku
Tentang kesabaran
Dan semangat yang selalu menggaung
Pada jiwaku yang tak lagi lemah
Karena semua, berada..
Pada keyakinan
Tentang...
Sukses yang pasti ku dapat
Gedangsari, 4 september 2011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
65
Hujan Itu, Lembut Kembali
Ayah...
Di sini hujan, dan angin bertiup dengan kencangnya
Dan aku jauh darimu
Ibu...
Di sini begitu dingin ,dan aku tak berada di sisimu
Dalam sendiri, aku disini...
Menahan angin yang akan menghempasku
Melawan dingin yang akan membekukan tubuhku
Dan hujan ini....
Begitu keras menghantamku
Perih lukaku, karenanya...
Ayah, Ibu....
Sedih mu, hanya akan menambah piluku
Namun, doamu, menguatkanku
Dan terasa, hujan itu lembut kembali
Menghilangkan dahagaku
Menyirami gersang yang menyiksa
Hingga aku, kuat kembali...
Al-hikmah, 17 maret 2011
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
66
Nadi ku
Nadi ku,
Sempat enggan terasa, menjalani titian hidup
Pada jatah usiaku….
Namun, denyutanmu menyemangati
Hingga terpacu aliran darah ini
Memberiku kesempatan lagi
Nadi ku,
Malas terasa meneruskan harapan ini
Ingin rasanya berpatah arang saja
Dan menyerah pada buaian nasib yang tertulis….
Namun, setiamu pada setiap langkah ini
Pada detak jantung dan senggal nafas yang sama
Membuatku terbangun di madya ratri
Menyulam mimpi kembali….
Nadi ku,
Terlukis sungai kecil di pipiku
Karena nanar luka yang ku rasa
Ingin saja melampiaskan gertakan hati yang tersayat…
Namun, kau ingatkan aku
Jika tak selamanya kau berdenyut
Dan ku baca pesan tersirat itu
Hiduplah untuk cinta dan dengan atas nama cinta
Untuk terlahir sempurnanya ketulusan…
Sebelum juga, aku turut menutup mata
Karangmojo, 15 januari 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
67
Tak Selalu, Untuk Sama
Ku pikir,
Damai akan ku dapatkan
Layaknya mereka
Ku kira,
Binar cahaya lentera yang sama
Akan menerangiku jua
Karena tak sadari
Tak berarti semua menginjak tanah yang sama
Tiada sangkaan pula,
Bahwa hanya akan ada pasir di bawah telapak kakiku
Namun,’tak ku temui lembutnya pasir itu
Dan justru hanya padas
Yang selalu ku injak.
Karangmojo, 27 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
68
Ada Lagi, Tentang Luka
Bukan karena gempa bumi
Aku merasa digonjang
Bukan karena halilintar
Aku dikejutkan
Bukan karena badai
Aku terhempas
Bukan karena marahnya air bah
Aku terseret dan tenggelam
Hingga aku berada pada tepian bernama putus asa
Pada episode yang tak pernah aku skenariokan
Hingga butir-butir bening itu meleleh, bak gunungan es yang menjadi
gletser
Mengaliri sebuah luka yang hampir mengering
Dan perih kini terasa, bertambah perih, dan semakin perih
Aku tersandung lagi, aku terjerembab lagi
Pada keadaan putaran waktu yang tak ku inginkan
Aku hanya bisa berharap, di balik senyum getir ini
Semoga esok, mentari menyingsing lebih baik...
Karangmojo, 5 februari 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
69
Tentang Kemuliaan
Dalam tengadah doa syukurku
Di tengah padang gersang sahara
Tiada tara dahaga memaksaku untuk merasakannya
Perih, sangat perih, tiada jumpa setetes tirta
Dari sekubang oase harap duniaku
Hingga gamang kaki ini menapak
Tanah bumi yang semakin gelap
Mencekap diri dalam ketakutan
Oh Rabbi…
Rela aku,
Ambil saja, ambil saja, jiwa penghidupku
Karena dahaga ini, karena takutku akan gelap ini
Karena janji-MU yang telah mengusai keyakinanku
Pada kesegaran Al-Kautsar MU
Pada gemilau binar cahaya Tsurayya
Pada kemuliaan Firdaus-MU yang abadi….
Karangmojo, 30 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
70
Tahukah ?
Tahukah kamu?
Bahwa ada yang terluka,
Gurat kecewa yang membias,
Gigitan bibir menahan kelu,
Dan mata yang berkaca.
Tahukah kamu?
Bahwa tangan yang mengepal ini,
Untuk menguatkan hati,
Nafas yang tertahan,
Menahan senggukan.
Ku mohon,
Hentikan, karena aku takut
Membuatmu menduga, kecewa…
Karena aku menangis di depan mu….
Karangmojo, 28 januari 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
71
Dia, Bernama Mimpi
Menghampiriku…
Menyapaku….
Berjanji dalam satu diksi, bernama ‘sahabat’
Dia bernama ‘mimpi’
Mengenalkanku tentang berjuang
Dia, mimpiku…
Selalu menggandeng yakinku
Walau tak sekeping dirham pun di genggam
Membisikiku ia, tentang keberanian
Bahwa tak selamnya selalu kelam
Jika obor keberanian terus menyala
“ Biar terbakar!” katanya
Karena panas akan membuatku semakin kencang berlari
Mencari kesejukan,
“ Bernama keberhasilan!” katanya
Karangmojo, 31 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
72
Tak Berjudul
Wahai Pemilik Segala Kemuliaan…
Aku butuh kekuatan,
Hanya ini, harap ibaku,
Memohon kemurahan-MU.
Wahai Ayah, Ibuku…
Kepercayaan kalian,
Melahirkan seorang pemenang,
Terimakasih peluk sambut sayangmu.
Wahai Cinta yang terdiam di qolbuku…
Kebahagiaan ini, menyemangatiku,
Tiada alasan untukku terduduk lesu,
Dan aku hendak berlari lagi.
Wahai harapanku….
Aku memiliki mereka,
Aku memiliki mereka,
Dan aku ingin memilkimu juga.
Karangmojo, 31 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
73
Aku, Berdiri Lagi
Intuisiku mengertak,
“ Kau selalu cengeng!”
Hingga topan menghempasku dalam geramnya,
“ Tak tahu malu, kenapa menyerah?”
Lagi-lagi, ombak menenggelamkanku dengan kasarnya,
“ Untuk apa kau hidup? Jika tidak berguna?”
Senggukku menjadi, lumpuh sudah kedua kakiku,
Enggan menopang tubuhku.
Pandanganku membuyar,
Ia tak mengizinkanku memanatap keindahan.
Aaarghh!!! Aku menyerah…
Jantungku terhenyak!
Ku dapati, dalam samar mataku,
Rinai hujan, menghampiriku..
Bersama cinta yang lembut tersenyum
“ Bangunlah, dunia akan berlutut padamu! Dan kamu jangan sekalipun
berlutut padanya.”
Karangmojo, 31 maret 2013
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
74
Permata Doa
Menyapa lembut belaian malam
Dengan kerjap bintang memanja
Bersama kerling rembulan tersipu
Menyapa jiwa dalam sendu sengguknya
Keindahan bayangan sepucuk nirwana
Tersapu oleh deras buliran airmata begitu saja
Lara terlanjur menghinggapi gadis bermata bundar itu
Isakannya mengisi kekosongan gelap hari yeng semakin sepi
Terpengkur di atas sajadah muhasabah
Lantunan kalam suci, mendayu dari bibirnya
Berharap menawarkan nila dalam belanga hatinya
Hingga berhambur terbang segala kedukaan dunia
Dan harapan kilau permata surga
Dalam khusyu’ setiap bait doanya....
Karangmojo, 04 April 2013
“Edisi spesial”
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
75
SERPIHAN INDAH Oleh Dwi Sulistyaningrum · 15 Oktober 2010
Dikala awan hitam menyelimut langit
Ketika hujan turun membasahi bumi
Ketika bulan tak dapat tersenyum
Ketika bintang –bintang tak menunjukkan sinarnya
Ketika dunia mulai gelap, tanpa cahaya...
Aku takut....!!!
Angin tak lagi bersahabat
Daun – daun berguguran seraya ingin menguburku
Tetapi kulihat serpihan cahaya terang...
Dibalik sebuah awan ...
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
76
SANG PEMUTAR WAKTU Oleh Dwi Sulistyaningrum · 01 Oktober 2010
Detik-detik ku lalui
Dengan penuh harapan aku menantimu
Disini dan selalu disini aku menantimu
Berharap sang fajar menyingsing dipagi itu,
Ketika dua sejoli saling bertemu
Melepas rindu, dengan penuh keceriaan
Genggaman tangan yang erat
Pelukan yang hangat
Serta pandangan yang hanya diisi warna kedua hati
Wahai sang pemutar waktu, kapankah semua itu terjadi..
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
77
SEMBURAT LANGIT SORE Oleh Dwi Sulistyaningrum · 15 April 2011
Kelak dikemudian hari kau kan melihat
Suatu keajaiban dengan penuh makna
Keajaiban yang tak pernah kau rasakan sebelumnya
Dengan penuh tatapan indah
Kau pancarkan aura indah dilangit
Penuh warna dan penuh makna
Kaulah yang pertama menyapa
Menyambut kala itu dengan senyuman
Indah, elok, dan anggun
Tak dapat terlukis dengan kata – kata
Mulut ini terasa mengunci...
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
78
LIHAT AKU
oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011
Lihat aku disini
lihat mata ini lihat raga ini lihat kenangan ini, . . .
Kekasih, . . . .
Gelap mataku
gelap hatiku
kutak tau kemana arahku!, . .
Tak melhat dimana jalanku, tak merasa apa rasaku, .
Kekasih lihat aku, . .
Aku rindu, . .
Kekasih, . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
79
CERITA MALAM INI oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Masih sama dengan kemarin,masih sama dengan yang lalu, . ……
Kau besarkan hatimu sampai menutup hatiku di sampingmu,
apa yang kau ingin?
Apa yang kau cari?
Apa yang kau harap?
Hampir habis semua kata!,
hampir habis semua cara!
Masih sama dengan kemarin,masih sama dengan yang lalu,
kelabu melulu,kelabu melulu, . .
Selimuti hatiku dengan hatimu,dan jangan menangis saat hatiku menghilang, jangan berandai karena sangat jauh,
TUHAN, . . .
ceritaku untuk malam ini,
yang masih sama dengan kemarin, masih sama dengan yang lalu, kelabu melulu,kelabu melulu. .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
80
DEWIKU
oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011
aku nyanyikan Senandung kesepian dibalik hujan, .
Rintih luka menyayat,
aku berlari menuju angan, aku bertriak kepada TUHAN,
kesepian juga kerinduan, .
Biarlah kau tertawa dalam tangisku,
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
81
BUNGA oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Tak seberapa jauh kau disana, . .
Tak seberapa dekat kau denganku,
dan pagi terus berlalu,
gelap aku membuta saat ada mawar yang rupawan, . .
Merah dan wangi
tak pernah ada niatku untuk memetik,
bunga yang ku simpan lebih dari mawar,
bunga yang ku simpan adalah harapan dan kenangan yang mungkin akan
ku raih, . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
82
MATA TUHAN oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 KAU tau segalanya, Kau melihat semuanya,
Kau mengatur segalanya,
aku yang terjatuh aku yang terinjak,
lalu-lalang orang-orang tak bermoral di depanku, lelah aku mendengarnya, ambil saja telingaku agar aku tak mampu mendengar,
lelah aku melihatnya, ambil saja mataku agar aku tak mampu melihat, dan Berbisiklah dalam hatiku untuk menegurku, arahkan layarku dengan mataMU,dengan mata TUHAN, .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
83
MASIH SAJA BASAH oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Tak seberapa jauh kau disana, . .
Tak seberapa dekat kau denganku,
dan pagi terus berlalu,
disini masih saja basah saat embun telah sirna
tak penrnah ada puisi tentang bunga
dan langit selalu brselimut awan hitam, saat hujan telah pergi,disini masih saja basah,
kapan kita hendak beranjak?
Seperti pemuda yang gagah,
seperti harum wangi mawar,
seperti pesona aisyah,
dan, . . .
Anak"-anak yang beranjak dewasa, . .
Pergimu tak akan menjadi perpisahan, pergimu isyarat kedewasaan, . Disini
MasIh saja basah,
selamat jalan kawan, disini rumahmu dan disini kau akan pulang
disini akan tetap basah dan masih saja basah,.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
84
. . . .Bu oleh Pebeka Prakoso pada 19 November 2010 Terlihat angun wajahnya,
walau keriput telah menghiasi pipinya, . . .
Halus kulitnya, meski tak lagi sehalus dulu, kasih sayangnya tak kan pernah habis, . .
Surgaku dikakimu, .
Aku menyayangimu bu, . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
85
SENJA TERAKHIR oleh Pebeka Prakoso pada 13 Oktober 2010 mata itu menatap tajam ke arahku
bibir itu mencaci dalam setiap langkahku
aku akan jatuh terpuruk
sakit,perih, . .
Tak kan terasa semua itu
aku mengulurkan tanganku
adakah yang akan menyambutnya?
Bayangan-bayangan itu lalu-lalang tanpa uluran!
Di senja ini aku masih tersenyum,
apakah esok aku masih akan bertemu senja ini?
Atau ini akan jadi senja terakhir ku!
Ah, . .
Aku tak perduli biarkan aku menikmati senjaku.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
86
NAMAKU PEBEKA oleh Pebeka Prakoso pada 29 September 2010 Aku bukan malaikat atau dewa yang memilki segala kesempurnaan dari surga, . . .
Aku adalah, . . .
Adalah, . . .
Bukan juga adam yang merelakan suranya demi sang hawa, .
Bagai mahkluk hidup sekarat yang selalu diintai sang burung bangkai,
dan aku, . .
Aku aku,namaku pebeka, . . .
Yang akan menjadi heyna yg selalu lapar, . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
87
KERETA KELABU oleh Pebeka Prakoso pada 21 September 2010 Kereta telah tiba dan aku masih menunggunya, . .
Aku melangkah menuju keretaku,namun ketika keretaku berjalan aku berbalik dan membiarkan keretaku meninggalkanku, aku akan menunggunya dalam penantian kelabu, . . . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
88
TANGISAN PERIH
oleh Pebeka Prakoso pada 04 September 2010
'ku berjalan melewati pasir putih, . . .
rindu ku,
cinta ku, .
Barangkali ku tak akan mencapainya!
barangkali ku tak bisa meraihnya!
apakah ini jalan ku
ataukah jalan menuju dusta!, . .
Dimana KAU TUHAN?
Dimana KAU letakkan cintaku?
dimana KAU sembunyikan rinduku?
Dimana KAU berada?
Barangkali TUHAN sedang mengawasi ku!
Barangkali TUHAN menguji ku!,
ataukah terlalu hina diriku, . .
Kapan KAU akhiri kisah ku, ku tak peduli dengan diri ku dengan kisah yang tak ku tau akhirnya, . . . . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
89
CERITA UNTUK TUHAN oleh Pebeka Prakoso pada 02 September 2010 TUHAN bila Engkau memang mengawasiku, beri aku kekuatan,TUHAN bila kau memang mengujiku, beriku petunjuk,
apakah diriku terlalu kotor untuk mendapat sedikit jalanmu,atau memang aku yg tidak mampu menghdapi cobaamu, . . .
Bukankah Kau maha tau, Kau akan lebih tau dari apa yang aku tau terhadap diriku kan, . .
TUHAN,mengapa kau bri sahabtku perasaan kpadaku,!! TUHAN,bantulah diri yang hina ini, . .
Buanglah rasa yang ada,rasa yang tidak sepantasnya ada untuk dia, . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
90
BIDADARI KENANGAN
oleh Pebeka Prakoso pada 01 September 2010
wajah nan ayu ibarat srikandi, hati yang suci,bertelanjang seperti bayi, kau hapus sedih ku dengan tawamu, . .
"Kenapa tak tersenyum untuk menghpus sedih ku?"
ah, . .
Kau memang bidadari kenangan, yang memberi ku cinta dimasa lalu,
ada malaikat sedang menangis, air hujan menghapus jejaknya, . . .
Hilang kemana bidadari ku!, . . .
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
91
PUING PUING MALAM 2 oleh TikaTiexcha Binti Jiman pada 04 Mei 2011 Pekat dalam relung jiwa,
ada pahit yang tertera,
ada asam yang melanda,
hingga berat rasanya menghadirkan senyuman,
dan aroma itu semkain memberi peluang pada air mata tuk ikut serta dalam larutan ini..
Partikel duka terpecah mengores sisi kanan hati,
jiwa menoreh basa yang menyakitkan raga..
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
92
BUNGA KHAYALANKU oleh TikaTiexcha pada 29 April 2011 Penuh harapan,
tetapi,
akhir ini tampak,
wajah yang pucat,
kurus kering,
tiada sepatah kata,
kala,
hadir disetiap lelap malamku,
ada apa disana,
isyarat apa yang akan kau ungkap?
Mengapa?
Selalu,
Selalu saja itu yang ada,
berkebalikan dengan asaku,
lama ku rindukan,
sepotong kata penyemangat,
yang dulu kau ungkap,
tinggal keabadian,
keabadian membawa luka,
ku ijinkan,
engkau hadir,
dirimu tampak dalam mimpiku,
tetapi SENYUM yang kau sunggingkan,.
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
93
UNTUK AYAH oleh TikaTiexcha pada 04 Desember 2010 Semoga Allah melindungi engkau,
menghapus dosamu,
memberikan tempat terindah untukmu..
Ayah...ketahuilah hari ini putrimu pulang,
membwa segudang cerita untukmu,dan untuk ibu.
Tapi aku tau,engkau tidak mau lagi mendengar semua itu secara langsung dihadapanku..
Ayah...sudah ada 5 surat yang ada dibukuku untukmu semenjak engkau pergi, semoga engkau tau cerita dalam surat itu..
Kerinduanku pada pelukmu,
doamu,
senyum,
semangatmu untukku saat ku sedang kecewa seperti ini...
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
94
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi
1