pui siku

99
_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi i Segala puji hanya bagimu Tuhan, Tuhan Pencipta alam, Sang Pemilik hati, Pemilik ruh di jiwa suci para makhluk alam raya, angan, harapan dan cita terbang atas izinMU. Sholawat serta salam semoga selalu dan selalu tercurah pada baginda Rosulullah SAW, Pembawa jalan kebenaran. Semoga safa’atnya nanti terlimpah untuk ummatnya. Amiiin Ketika sahabat membaca halaman demi halaman, lembar demi lembar, memaknai kata demi kata, menelusuri tiap tiap huruf pada rangkaian kata yang tercipta, tersusun dengan ambisi, tersusun lewat bahasa hati dalam buku ini. Mungkin sahabat akan terbawa dalam sebuah renungan hidup yang penuh dengan semangat, yang penuh dengan idealis dan yang penuh dengan ke-masabodo-an. Awal sekali, penulis sebenarnya merasa minder bahkan takut untuk membuat kumpulan kata ini memnjadi sebuah buku antologi puisi yang bisa di nikmati, karena dulu karya-karya ini sudah pernah penulis kumpulkan jadi satu dengan karya kawan-kawan penulis, tetapi buku itu hilang dan tidak tau kemana bekasnya. Hingga akhirnya ketakutan itu, kian terkikis dengan semangat yang ada. Penulis beranggapan bahwa buku ini hanya untuk kalangan pribadi dan bagi sahabat-sahabat berkenan menelusuri kata demi kata pada tiap rangkaian kalimat yang tersusun atas nama MIMPI. Keberanian untuk membuat buku antologi ini karena adanya banyak dorongan dari berbagai pihak, di antaranya kawan-kawan yang puisinya mampir bahkan tertanam dalam buku antologi ini, mereka adalah Novia Rahmawati, Dwi Setyaningrum, Bayu Prakoso dan Tika. Novia Rahmawati : beliau adalah kawan penulis semenjak penulis belajar di pondok pesantren. Hubungan penulis dengan Novia lumayan cukup dekat, karena mereka pernah berada pada satu atap organisasi. Novia di kenal penulis sebagai sosok Ahwat yang tangguh dengan mimpinya, tangguh dengan prinsip dan

Upload: radint-dianto-rahma

Post on 22-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdsadasd

TRANSCRIPT

Page 1: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

i

Segala puji hanya bagimu Tuhan, Tuhan Pencipta alam, Sang Pemilik hati,

Pemilik ruh di jiwa suci para makhluk alam raya, angan, harapan dan cita terbang

atas izinMU. Sholawat serta salam semoga selalu dan selalu tercurah pada baginda

Rosulullah SAW, Pembawa jalan kebenaran. Semoga safa’atnya nanti terlimpah

untuk ummatnya. Amiiin

Ketika sahabat membaca halaman demi halaman, lembar demi lembar,

memaknai kata demi kata, menelusuri tiap tiap huruf pada rangkaian kata yang

tercipta, tersusun dengan ambisi, tersusun lewat bahasa hati dalam buku ini.

Mungkin sahabat akan terbawa dalam sebuah renungan hidup yang penuh dengan

semangat, yang penuh dengan idealis dan yang penuh dengan ke-masabodo-an.

Awal sekali, penulis sebenarnya merasa minder bahkan takut untuk

membuat kumpulan kata ini memnjadi sebuah buku antologi puisi yang bisa di

nikmati, karena dulu karya-karya ini sudah pernah penulis kumpulkan jadi satu

dengan karya kawan-kawan penulis, tetapi buku itu hilang dan tidak tau kemana

bekasnya. Hingga akhirnya ketakutan itu, kian terkikis dengan semangat yang ada.

Penulis beranggapan bahwa buku ini hanya untuk kalangan pribadi dan bagi

sahabat-sahabat berkenan menelusuri kata demi kata pada tiap rangkaian kalimat

yang tersusun atas nama MIMPI.

Keberanian untuk membuat buku antologi ini karena adanya banyak

dorongan dari berbagai pihak, di antaranya kawan-kawan yang puisinya mampir

bahkan tertanam dalam buku antologi ini, mereka adalah Novia Rahmawati, Dwi

Setyaningrum, Bayu Prakoso dan Tika.

Novia Rahmawati : beliau adalah kawan penulis semenjak penulis belajar di

pondok pesantren. Hubungan penulis dengan Novia lumayan cukup dekat, karena

mereka pernah berada pada satu atap organisasi. Novia di kenal penulis sebagai

sosok Ahwat yang tangguh dengan mimpinya, tangguh dengan prinsip dan

Page 2: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

ii

idealisnya dan tentunya lihai dalam bermain kata. Untuk itu beberapa karyanya

termuat dalam buku antologi puisi ini dan semua bertemakan tentang MIMPI.

Terimakasih, penulis sampaikan atas pelajaran yang banyak di berikan entah itu

lewat tingkah atau pun lewat kata yang terungkap. Sekali lagi TERIMAKASIH.

Dwi Setyaningrum : sosok ini akrap di panggil dengan panggilan ningrum.

Penulis kenal dengan beliau karena pernah berada pada suatu wadah yang

membuat penulis jatuh cinta dengan KATA yaitu “Bengkel Sastra” . Tepatnya pada

bulan mei 2010 penulis dipertemukan dengan beliau dan sampai sekarang

pertemanan itu masih terjalin dekat. Penulis juga mengenal betul sosok beliau,

ningrum adalah sosok yang pantang menyerah, tangguh dalam memperjuangkan

MIMPI. Terimakasih penulis sampaikan untuk beliau, mungkin kapan-kapan kita

harus agendakan untuk reuni bareng. Sekali lagi TERIMAKASIH.

Bayu Prakoso : sosok bayu di kenal penulis sebagai sosok yang gigih,

berjuang untuk mengapai MIMPI. Hingga saat ini mimpinya benar-benar terwujud,

menjadi Seorang Polisi. Mimpinya ia kejar sampai di negeri sebrang ; Kalimantan.

Karyanya penuh dengan ambisi meraih sesuatu yang beliau ingin. Sampai saat ini

hubungan penulis dengan beliau masih teramat dekat walau pun terpisah

bentangan air laut. Dulu ketika penulis masih menjadi seorang Santri beliau sering

sekali berkunjung ke pondok. Terimakasih penulis sampaikan pada beliau. Penulis

rindu celoteh konyol di depan rumah salah satu ust pesantren waktu itu. Sekali

lagi TERIMAKASIH.

Tika : penulis benar-benar lupa dengan nama lengap beliau. Sapaan ringan

yang biasa terlontar untuk memanggil beliau adalah tika. Beliau adalah sosok yang

benar-benar berani. Sejak beliua kelas 2 SMA sudah di tinggal wafat oleh Ayahnya,

dan saat itu pula penulis benar-benar dekat dengan beliau. Namun semenjak

beliau lulus dari SMA dan kemudian kerja, sudah putus kontak dengan penulis.

Sampai saat ini. Untuknya penulis sampaikan TERIMAKASIH.

Page 3: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

iii

Mereka yang tersebut di atas adalah beberapa kawan penulis yang

menyempatkan waktunya untuk memberikan karyanya dalam penulisan buku

antologi puisi ini. Walau pun sejatinya masih banyak atau beberapa temen penulis

yang ber-keinginan menyumbangkan hasil karyanya pada buku ini, tapi karena

terbatasnya waktulah yang menyebabkan mereka tidak bisa.

Sebagian besar isi dari buku antologi ini adalah asli karya penulis walau pun

memang tidak terstruktur rapi dalam muatan tanggal dan tahun bahkan banyak

yang tidak terdetect tahun berapa puisi itu dibuat. Sebenarnya banyak sekali karya

penulis yang tidak di cantumkan dalam buku ini, dikarenakan susahnya pencarian

berkas atau potongan ketas yang berisikan puisi dari penulis, yang jelas puisi ini

yang menjadi sahabat dekat selama penulis berada di pondok maupun ketika

penulis berada di tempat kerja (red. Bookfair) semisal, Kebumen, Malang, Gresik

Perwokerto, Solo dan Jogja. Dengan puisi-puisi ini penulis bersahabat sangat

dekat. Puisilah yang mengerti bahasa hatinya dan puisilah yang berkenan

menerimanya.

Dan akhirnya, gading yang sempurna adalah gading yang retak, maaf dan

terimakasih adalah kata yang pantas untuk mengakhiri sekapur sirih ini. Semoga

buku antologi ini bisa menjadi pegangan penyemangat untuk sahabat yang sudi

atau berkenan melirik dan syukur-syukur mau membaca karya-karyanya. Kritik

dan saran selalu penulis tungga untuk karya yang mudah-mudah lahir pada esok

nanti. Penulis bisa dihubungi lewat FB : radint.diantorahma atau Email:

[email protected].

Yogyakarta, April 2014

Penulis

Page 4: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

iv

Daftar Isi

Karya radintkata___________________________________ 1-61

Karya Novia Rahmawati___________________________________ 63-74

Karya Dwi Setyaningrum___________________________________ 75-77

Karya Bayu Prakoso___________________________________ 78-90

Karya Tika___________________________________ 90-93

Page 5: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

1

SEBUAH SAJAK UNTUK PERENUNG

Berjalan di rotasi bumi

Siang dan malam terus s aja berlayar

Bersikap benar walau salah

Bersikap menang walau kalah

Merasa raja walaupun hamba

Terus dan terus ia menolak kebenaran

Uang yang ia agungkan

Jabatan yang ia kejar

Merasa tak ada yang mengalahkannya

Tak pandang berapa dosa ia perbuat

Miras, judi, bahkan zina

Menjadi makanan pokok baginya

Ia tak pernah sadar apalagi ingat

Akan siapa tuhannya

Akan siapa penciptanya

Akan siapa yang berkuasa

Ia tuli dan buta akan secercah kebenaran

Berkuasa...

Berkuasa induk dalam otaknya

Ia mayat...

Mayat yang bernyawa

Ia tak mengerti arti hidup

Ia tak paham hakekat makhluk

Ia rendah, begitu hina

Setan yang berbisik

Menjadi raja yang selalu dipuja

Ia budak para setan

Budak nafsunya sendiri

Hingga izroil datang

Membawa amanah dari-Nya

Untuk menebar maut padanya

Izroil cabut nyawanya

Perlahan tapi pasti

Sedikit...

Terus...

Perlahan...kembali di abaikan

Ia tak tak punya malu pada izroil

Page 6: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

2

Ia tawarkan seraya tertawa

Benda haram padanya

Bodoh...

Sungguh tolol.

Ialah manusia yang berakal

Manusia yang lupa

Pada hidup setelah hidup

Kembali izroil cabut nyawanya

Pelan...

Pelan...

Dan berhasil

Kini tinggal jasadnya

Jasad manusia yang berakal

Sesamanya terpaksa mengangkatnya

Sampai keliang kuburnya

Sebenarnya bumi tak menerimanya

Ia menyempit

Hingga tertutup liang kuburnya

Munkar nakir teman setia dalam harinya

Siksaan kini menjadi makanan utama baginya

Ia tak kenal tuhannya

Ia tak kenal nabinyya

Ia lupa kitabnya

Bahkan agamanya

Hura-hura yang dilakukan semasa hidupnya

Ia di pukul...

Ia mati....

Hidup kembali

Pukul lagi

Lagi-lagi mati

Begitu seterusnya

Hingga hari kebangkitan tiba

2009

Page 7: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

3

NYAWAKU RAIB

Merah muncrat dari sayap mungilku

Ketika kau robek dengan nafsu siletmu

Aku terpulas di tangan iblis

Tanggan maut yang lalu menyatu

Remang suasana berubah

Bagai kilat menampar bumi

Tatapmu padaku...

Terlihat tajam..

Ku bagai pendosa yang melukaimu

Angan jendelaku kau lantahkan

Kau tertawa dengan hinamu

Saat ku terkulai rapuh nganga luka

Aku senyap

Kemudian hampa

Kaku nyawaku raib

Sejarahku berakhir

Pada dongeng yang tak layak terceritakan

Untuk alam yang terbungkam

0605010

Page 8: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

4

MANISKU TERENGGUT

Bagai angin bahorok

Gagalkan panen tembakau

Membatu aku di tanggan kasarmu

Memelas

Dari pinggir jalan kau pungut aku

Bukan berarti secawan anggur manis

Yang bebas dicicip dan diteguk

Tak ada kuasa meski aku berkawan api

−padam

Membatu aku di tanggan kasarmu

Lemas

Tak berdaya

:iblis

“oase kerinduan”kelas mungil,0705010

Page 9: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

5

KESETIAAN CINTA

Bagai induk ayam yang anaknya di ganggu

Kalian begitu...

Dan aku tak suka.

Bagiku cinta lebih indah

Dari pada kematian

Di alam bebas bermata langit

Bermulut bisu.

Menjadi saksi yang terindah

Ketika rohku terbawa angin

Dijinjing malaikat izroil

Aku kosong menjelma tiada

Lahir sejarah sepahit empedu

Yang kalian cipta...

Yang kalian ukir...

Lewat pahat kata acuhmu

Menoreh luka...

Hingga ku bertindak sesuka

Bagiku itu kesetiaan cinta

“Bengkel sastra”kelas munggil, 0805010

Page 10: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

6

ARMADA IBLIS

Berayun-ayun di bawah gerimis

Melintas berderap di kala hampa

Beribu suara menggema

Bisik angan entah kemana

Aku mati hati

Buta

Tuli

Tak peduli neraka

Rohku mengabdi nafsu

Sakit

Meronta

Tiada kokoh hati kembali

Putih suci menghitam dalam rengkuh iblis

“oase kerinduan”kelas mungil, ...05010

Page 11: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

7

NADA-NADA CINTAKU

Kelam sisi jiwa

Rasa memeluknya

Tak bersisa

Hanya debu.

Dipenghujung rindu

Aku terdampar

Di tanda sunyi dalam ruangan

Tak bisa terjemahkan

Lewat nada-nada cintaku

Cinta itu senyap

Hilang,

Entah terlupa atau lenyap

Hitam meluap

Hembusan nafas panjangku menahan

Di kabut malam yang tak berhias

Merayap kepada esok

Dengan untaian angan-angan

Kelam sisi jiwa

Rasa memeluknya

Tak tersisa

Hanya debu

“revisi”al-hikmah, 0605011

Page 12: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

8

BERLARI

Berlari

Berpacu dengan waktu

Terbang

Meninggi

Menuju singgahsana mimpi

Berobat kata kala jatuh

Penawar dari segala rasa

Yang tersisa

Yang menyisakan luka

Berlari

Bersaing dengan sang angin

Menari

Mencoba tumbangkan pohon jati diri

Yang terajut lewat pertempuran hati

Tak bisa

Tetap berlari

Memeluk esok yang kini menanti

Al-hikmah, 0605011

Page 13: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

9

KATA MUAKKU

Ku melangkah gerimis

Senyap

Merenung tentang kata

Kata yang meluap sadis

Kata yang melirik sinis

Kata yang melahap kehormatan

Kata yang berdiri beralas egois

Kata yang melahirkan kata muak

Ingin ku ludahi kata

Kata dari yang berkata

Berkata dari yang punya kata

Kata ini, kata itu

Kata kesini, kata kesitu

Tetap ku muak mendengar kata

Kata mereka

Mereka berkata

Muak

Muak

Muak ku mendengarnya.

“Di titik kesal”al-hikmah,0605011

Page 14: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

10

TERBAYAR LUNAS

Nyiurnya para daun pagi ini

Bercakap riang pada sang angin

Menjelmanya melambai

Menari penuh makna dan arti

Di penghujung musim ini

Bertanda dingin yang merayap

Menusuk tulang,

Kala subuh bangun dari gelapnya malam

Mentari jelajah dalam pertengahan pagi dan siang

Tertawa kecil padaku...

Menghina ataukah kagum

Aku tak mengerti.

Melihat gontai langkahku, mungkin.

Menyusuri aspal yang panas

Meyusuri jalan yang penuh liku

Namun niat yang membulat

Tak mampu terlelapkan

Kokoh dalam anggannya

Terus...

Melangkah gerimis

Mengabaikan nyanyian lambung

Mengabaikan cucuran keringat kala terik

Namun puas...

Saat uluran senyum tercipta

Kala berhaburan peluk bertebar

Kala tanya menodongku penuh cinta

Terbayar lunas

Dan tuntas sudah

“bapak/ibu hijrahku, aku kangen kalian”,1009011

Page 15: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

11

TERTAWA

Tiba-tiba aku tertawa

Teman-teman menatapku tajam

Melihatku aneh...

Seolah beban tanya di pundak

Seketika ku loncatkan tubuhku

Ku pekikkan kalimat,

“akhirnya ujian berujung juga”

Mereka melihatku aneh

Tapi tersimpan sesuatu...

Senyum indah pada raut muka

Dan ternyata......

Mereka ikut tertawa juga

1105011

Page 16: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

12

LAGA ANEH

Senja menyambut hangat

Memeluk erat angin disekitarnya

Awan kelabu ikut menghiburnya

Mentari tebarkan pesonanya

Melahirkan keindahan tak bertepi

Lewat perkawinan alam sore hari

Burung-burung mungil

Bertebaran, bernyanyi lagu ceria

Pohon rindang menari untuknya

Seirama dengan nada sang angin

Mereka...

Yang mengiringi...

Menyaksikan...

Bersama suara gaduh di pinggiran

Manusia yang memupuk kebersamaan

Lewat laga yang aneh

Satu benda bulat...

Di perebutkan

Kaki-kaki kekar mereka

Untuk nilai kemenangan

Untuk menciptakan sebuah kepuasan

“teman2 aku mendukung kalian”sepak bola dengan ust2,1205011

Page 17: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

13

INDAH PADA SAATNYA

Kini malam terasa panjang

Membalut badan bau kecut

Lewat dingin berbaju kabut

Kedip mata tampak lelah sangat

Ingin tertutup...

Namun hati tak terima

Hati rindu hari esok

Tapi tak ingin menjumpainya

Ia hanya ingin mengintip lewat celah kelam

Namun rasio menyangkal

‘Aku ingin tidur”

Katanya tegas.

Hati ingin menangis di bentaknya

ia menganggap rasio tak peduli...

masa bodoh dengannya

betapa tinggi cita sang hati

hingga kadang ketika terjatuh rasio tak mampu menghiburnya

padahal rasio sangat peduli padanya

bahkan ia ingin membenarkan apa yang salah

dengan pelukan hangatnya

tapi hati kadang tak sepemikiran

harus butuh waktu yang panjang jika harus

menyatukan dua mahkluk itu

tapi jika saling melengkapi

rasio menyakinkan

dan hatipun terima

“semua akan berakhir indah pada saatnya”

Jadwal Malam pengumuman tes depag, “mendebarkan”1305011

Page 18: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

14

RASA ITU

Sendiku linu

Badanku haus setuhan air

Walau bermandi keringat

Yang menciptakan bau apek

Aku tak ingin mendengar

bukan karena aku sok pintar

hanya merasa bosan

bosan...

tak hanya aku..

mata yang mengitariku juga demikian

turun kau

sudahi pidatomu

hanya membuat muak

lambung ingin muncratkan

apa yang ku masukan tadi

ah...

bosan

bosan

aku bosan..

“astaghfirullah”

Ampuni hamba ya Allah

Masjid, “bersama salah satu ust.1705011

Page 19: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

15

DAYA TARIKMU

Kau terlalu riak

Lewat ombak yang tercipta dari gulungan pasir hitammu

Aku mengerti,

Baumu menyengat

Bak bangkai tersapu bayu kepada lubang hidungku

Itu tercipta oleh manusia dengan nafsunya

Tapi...

Kau punya kharisma

Tak dielakan bagiku

Pasir hitammu

Daya tarikmu

“Dari Xcode”1805011

Page 20: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

16

SYAIDAN

Lewat benteng gagahmu

Mempesonakan...

Kala senja menjemputmu

Di kililingi lampu yang tertempel di aspal

Di iringi pesona mentari yang hendak terlelap

Di iringi ribuan mobil bagai jenis

Sepeda motor...

Sepeda...

Dan orang-orang pejalan kaki

Membuatmu layak bila dinamakan “syaidan”

“Dari Xcode”1805011

Page 21: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

17

SAJAK PEMIMPI

Meleleh…

Terurai…

Tak tertahan.

Saksi kelam yang terbungkam

Membisu…tanpa syarat

Teman di pekat kegelapan

Namun gagah tak bergeming

Bertengger…

Mendongakan kepala

Meneropong asa yang mengangkasa

Berlaga dengan takdir yang membalutnya

Untuk indahnya sepasang merpati

Yang bersarang di dada sang pemimpi

Tak apa jika harus arungi lautan

Tak gentar menghadang awan hitam

Nyali ciut di cekiknya

Hingga karam dalam pusaran sang alam

Menyakini sinar gilang mentari

: indah seperti dalam mimpi

0505011

Page 22: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

18

DUNIAKU GELAP

Membeku aku dalam senyap

Menerjemahkan arti hidup

Sulit..

Lelah di pahami

Esok memang indah

Tercermin mentari di dalamnya

Begitu pula senja

Menakjubkan

Dengan pesona keemasanya

Tapi…

Aku bak si buta

Tak melihat keindahan itu

Duniaku gelap

Damai bisa hadir lewat nyala lilinku

Kadang redup

Kadang pula terang

Mengikuti gerak sang angin

Yang kadang berlayar jauh

Namun kadang juga senyap

2605011

Page 23: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

19

YANG LALU: KINI

Kala yang lalu

Nyala lilin itu meredup

Berpijar samar kepada angan

Rapuh, kelelahan

Masih lalu

Nyala lilin itu hampir mati

Di terjang tarian sang angin

Karam terbalut kelam

Dan masih yang lalu

Nyala lilin itu menyusut

Kalah berperang dengan ombak

Mengikis kerasnya batu karang

Mejelma diam di kegamangan

Kini..........

Api lilin itu mencoba tegar dengan nyalanya

Tertatih, tapi langkah kian pasti

Layaknya mentari yang tersingkap awan hitam

Berusaha menerobos dengan sinarnya

Berdiri, berlari.

:untuk mimpi yang terpatri

Page 24: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

20

.........AKU

Inilah aku

Aku bukan dia

Apalagi mereka

-kadang senyap, tenang

Namun membara

Aku tetaplah aku

Jika langit harus menangis

Menguyur warnaku

Ia tak akan pudar

Aku akan selalu aku

Jika bayu harus menari kencang

Mengobrak-abrik puzleku

Ia tak akan berpindah, berubah

Karena aku selamanya....aku

Inilah aku

Berteman apa yang ada

Merajut asa hingga esok tercipta

Page 25: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

21

KU HARAP KAU Saudariku……..

Tersenyumlah saat kau baca bait-bait puisiku

Yang terangkum dari rajutan huruf

Tercipta dari untaian kata

Dan terlahirlah untaian kalimat

Tersampaikan lewat sang tinta

Yang bermuara dari dasar hati

Kau tahu Mar’atussholihah….......?

Putihnya mega tak seputih kesetiannya

Beningnya zam-zam tak sebening ketulusannya

Lembutnya bayu yang berhembus sepoi

Tak selembut ucapan perilakunya

Ia potongn surga yang terjatuh

Ia laksana oase di tengah gurun

Ia jaga mahkotanya dari tangan serigala jagat maya

Ia perhiasan dunia yang nyata

Tiada tandingnya

Hatinya terjaga dari butiran pembumbungan dada

Prinsipnya kokoh laksana benteng raksasa

Ia bisa sekeras kaum Adam

Dan semanja, selucu bocah dini

Kau tahu…….? Surga merindunya

Ku harap kau jadi sepertinya

Page 26: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

22

SAJAK UNTUK KALIAN

Sepi yang terlahir

Hampa yang tercipta

Tawa yang karam

Seiring larinya sang waktu

Itu bukan salah PERSAHABATAN

Kalian tidak salah

Begitipun aku

Mungkin kalian akan tetap kalian

Dan aku, mungkin akan tetaplah aku…

Sebutir debu yang terus melawan angin

untuk terbang

dengan sepasang sayap mungilnya

Demi MIMPI yang mulai SEPI.

Kelas XII IPA

Monday, 18 Oktober 2010

Page 27: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

23

KADO UNTUK TENGAH JANUARI

Lari sang angin

Mengalir seirama rotasi

Tak terhenti

Sebelum terompet Izroil melengking

Itu hidup…..

Tumbuh, berubah dan berkembang

Sebuah kepastian

Ketika usiamu satu langkah naik tangga

Itu manipulasi hidup

Yang hakekatnya kau turun satu tangga

Ia mengintaimu….

Kapan dan dimanapun kau bertengger

Ia “Pencabut Nyawa”

Yang tunduk pada perintah-Nya

Mari mulai saat ini

Ubah dunia dengan jemari mungil bintangmu

Yakinlah bisa

Yakinilah mampu

Sertakan do’a dalam usaha

Sukses untuk kita

“HAPPY BIRTHDAY TO YOU”

Page 28: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

24

ITU DULU

Manusia-manusia yang mengaku singa itu

Membisu…

Berdiam seakan tak butuh

Walau hari kian mengalir

Riak mengisi aluanan waktu

Menghantarkanku…

Kepada gerbang tahta kesepadanan

Pernah ku bermimpi

Raih asa bersama

Itu dulu…

Dulu sekali…

Kala aku lugu, selugu bocah kemaren sore

Kini aku mengerti…

Arti dari kata…

Bahkan ku bisa bermain dengannya

Tapi..

Kini..

Mereka berdiri angkuh

Membisu seakan tak butuh

Aku tertawa

Tak ada beban

Menunggu rintihan

Kala di butuhkan

2705011

Page 29: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

25

LINTASAN RASIO

Gamang tercipta

Kemudian senyap

Mimpi membisu

Sulit terurai lewat rasio

Kesana kemari hanya menjamu mata

Tak terkhayal

Lintasan yang mampu menggebrak

Kering,

Kosong,

Hampa,

Dalam ruang kegamangan

Gajahmada, 3105011

Page 30: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

26

SENJA MENELAN MATARIKU

Senja menelan matariku

Tak ada kasih,

Begitu saja di lahapnya

Senja menelan matariku

Yang lalu, berotasi di dadaku

Yang lalu, menebarkan sinar gilangnya

Kepada hari yang tak ingin terlelap

Senja menelan matariku

Aku percaya,

Bahwa malam akan mejelma esok

Bahwa malam akan berlalu tersapu angin pagi

Bahwa malam akan menghilang bersama kelamnya

Tapi kapan…………????

Kini rasanya pagi tak akan kembali

Semua menjelma gelap,

Usai senja menelan matariku

Matariku terdiam dalam kerapuhan

1706011

Page 31: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

27

BIARLAH

Biarlah, Ini laksana angin

Biarlah, Ini laksana air

Berhembus,mengalir

Walau angan menjelma kepingan

Walau asa menjelma serpihan

Memang tak mudah,

Ini laksana pohon yang raib akarnya

Hanya tumbang jalannya

Namun ia tertatih berdiri

Mencari celah tanah untuk bertunas

Keras, kering tak ada air tanahpun keras

Sisa bara dalam dada kian sirna

Ketika rasa menepi tak ingin berlayar

Biarlah,

Biarlah,

Biarlah,

Semua terbang sesuai kehendak-Nya

Berbata bisikan itu berucap,

2005011

Page 32: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

28

Aku:Akar

Pagiku senyap

Aku ingin mengundang diksi

Aku ingin bermain kata

Aku ingin memanggil angin

Aku ingin membuang tinta

galau tak bertepi

sisa dari kobaran asa

serpihan dari bongkahan angan

terbang layaknya debu tak bersayap

ingin aku raih

ku genggam dalam ketaksanggupan

Namun..

Aku laksana akar

Tanah mencekik akar

Akar tak mampu berkoyak

Lemas memelas

Tak berdaya di sambut kematian

dan…

kini ia tertatih

melangkah sesuai arah angin menerpa

berharap asa kembali

mewarnai hidup yang hanya sekali

0507011

Page 33: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

29

UNTUK SANG ANGIN

Engkau sempat melintas,

Dalam rotasi diksiku

Engkau pernah berterbang,

Dalam sajak-sajak mungilku

Engkau pernah tumbuh,

Dalam taman indahku,

Terbingkai di tengah rangkaian cinta

engkau juga pernah berlayar,

meniti langit,

mengukir sejarah,

dengan jemari-jemari kecilku

engkau juga pernah menjadi pelangi,

menghiasi mozaikku dengan warnamu

tapi masa mengalir

engkau berhembus meninggalkan luka

menciptakan sakit tak bertepi

hembusanmu membawa dingin

menusuk-nusuk relungku

walau tak ada yang tau

aku bertahan,

menahan lara yang bertubi menyiksa

kemudian aku sadar,

siapa aku, darimana aku

kini sedikit langkah ku ayunkan kembali

mengejarmu tanpa mengikuti jejakmu

rangkaian ini terlahir bukan karena benci

aku hanya ingin engkau mengerti

arti dari sebuah persahabatan

yang pernah engkau jelaskan padaku

2807011 ‘kepadamu yang berlalu’

Page 34: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

30

Hitam-Putih

Hitam berkuasa...

Putih seperti tertindas

Hitam mulai tak peduli, terus saja melaju

Putih hanya bisa membatu

Putih pernah mencoba untuk melawan,

Namun kematian hampir saja menjemputnya.

Kegelapan tanpa cahaya itu mengerikan

Bahkan lebih mengerikan daripada kelaparan

Belum ada ujung,

Dari herarki hitam dan putih

Masih merangkak, dengan tingkat kercayaan yang tinggi

Putih berteriak "hitam akan kalah"

Page 35: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

31

Dingin

Kau seperti datang dari langit

Membawa kematian untuk penghuni bumi

Mencekik, menggenggam penuh nafsu

Kepada mereka yang tak tahan olehmu

Kau terlihat begitu senang

Kau terlihat begitu tenang

Menusuk-nusuk tulang

Hingga berlahan suasana tak nyaman

Untuk mereka yang tak ingin mengenalmu

Pasrah menyerahkan nyawanya untukmu

Apalagi jika kau berkawan angin

Kau terlihat begitu gagah

Dingin-dingin kau memang menjengkelkan.

Page 36: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

32

Kado Untuk Awal Januari

Tersenyumlah …..!

Untuk menjemput sang embun

Berkawan sang mentari ….

Hingga bening itu tercipta

Teguhkan langkahmu…….

Langkah yang kian pasti

Untuk menyambut indah taman surgawi.

:lenyapkan goresan tinta itu

Biarkan mereka mengalir bersama air

Biarkan mereka terbang bersama angin

Biarkan berlalu—menjadi masalalu

:lahirkan esok kembali

Esok yang terbalut sang mentari

Esok yang terbalut bening sang embun

Esok yang terbalut oleh kehangatan

Esok yang terbalut oleh kesejukan.

Tetaplah indah……!

Hingga menjadi bunga ditaman surgawi.

Page 37: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

33

Aku dan Kamu

Aku ingin bersyair denganmu

seperti bulan yang bersyair pada malam

Menciptakan keindahan dengan secercah sinar

Lembut bagai belaian sang bunda pada anaknya

Andai bulan terus bersyair pada malam

Pasti malam akan sesalu indah walau tampak gelap

Tapi semua hanya keinginan hati

Kadang tak ada janji untuk di tepati

Untuk mimpi-mimpi yang mulai sepi

Berkacalah pada bulan

Agar keindahanmu benar-benar terwujudkan.

Page 38: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

34

Ah........

Pelan embun menetes.

Mendera jiwa dalam dahaga

Keindahan yang tak mudah terpahatkan

Namun semua itu serasa palsu

Bagai sandiwara dalam sebuah drama

Kata lupa yang dulu selalu bersembunyi

Kata lupa yang begitu takut terlihat waktu

Kini nampak tidak malu-malu

Terang-terangan memamerkan lengkuk tubuhnya

Aku terpekat, aku tergoda

Aku ingin disapa lupa

Hingga tak ingat dia dan kata-katanya

Sekali lagi aku merasa tertipu

Sekali lagi aku merasa dibodoh'i

Apakah cukup disini aku mengejar cinta?

Kemudian lari kebelakang kembali pulang

Ah........

Aku hanya akan selalu berharap :

Bahwa esok akan jauh lebih indah

Page 39: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

35

Aku Mengeja

Semalam aku mengeja tentang arti sebuah hidup

Lama aku lupa, karena membatu dalam pelukan realita

Dan itu bukan aku.

Angin memaksa agar air menjadi minyak

Namun tak mungkin.

Air tetaplah air.

Kokoh dengan prinsip.

Tapi waktu yang lalu, air tergoda rayuang sang angin

Hingga sekarang ia lupa siapa dia sesungguhnya

Teramat sedih mengingatnya.

Air, kau harus menjadi minyak.

Angin terus berhembus dan berbisik dengan kata itu.

Air ingin menolak tapi, ia kalah dengan realita.

Hingga ia tunduk, bahkan mengabdi pada angin

Dan kini ia sadar bahwa ia tak mungkin jadi minyak karena dia air.

Air tetaplah air.

Page 40: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

36

Air itu lembut namun kokoh.

Air sering terabaikan tapi ia punya kekuatan besar.

Air mulai paham dengan hal itu

Air susun kembali tangga yang berserakan itu

Tangga itu sudah dirusak oleh terpaan angin

Tapi air tetap teguh, kembali pada prinsipnya

Walau tertatih ia kembali, ia yakin bahwa ia akan menemukan jati dirinya.

Pada esok ia akan berteriak bahwa ia bisa meraih asa-asanya

Pada senja ia akan bernyanyi bahwa ia bisa meraih mimpinya.

Go back.260113

Page 41: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

37

Indah dan Indah

Senja, berkatalah padaku...

Bahwa mimpiku akan baik-baik saja

Berkatalah padaku, bahwa mimpiku memang indah untukku

Berkatalah padaku, bahwa malam tak akan merebutnya dariku

Walau aku tak lagi seperti dulu

Tapi, aku tetaplah ingin menjadi debu

Tapi, aku tetaplah ingin menjadi angin

Dan tapi, aku tetaplah ingin menjadi air

Agar semua terwujud sesuai inginku, sesuai pintaku

Indah dan terus indah, seperti pelangi yang terus tercipta di langit hatiku.

Page 42: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

38

Tawa yang Lenyap

Tawa itu lenyap

Terganti dengan senyap

Tak selang beberapa waktu

Tawa itu meledak

Beriringan dengan kebebasan

Tiba-tiba diam

Tak ada suara

Seperti terlelap

Menunggu esok yang bercakap dengan angin

Page 43: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

39

Heran

Heran

Tak terbayang

Semua dalam pelukan waktu

Aku saja heran

Terus heran

Masih heran

Dan tercengang

Karena heranku

Tak kunjung hilang.

Page 44: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

40

Menunggu Waktu

Pada ujung bulan aku mencari kepastian

Mencari jawaban dari sebuah tanda tanya

Terkadang ku teriakan pada langit

Hingga cakrawala di ujung senja itu pecah

Menjadi serpihan kecil kemudian terbang terbawa angin

Masih belum ada kepastian

Harus menunggu kemudian menanti.

Keindahan yang kian dalam membuat penantian semakin indah

Berkawan mimpi dalam dalam coretan tipis sang pena

Ku katakan lagi bahwa keindahan itu memang benar-benar ada

Namun menunggu waktu untuk tercipta.

Page 45: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

41

Mengeja Huruf

Siang tadi aku mengeja huruf yang lama aku lupakan

Bibirku terbata-bata, dan kadang beku, kelu

Kini ku tak tau arti sahabat

Kini ku tak tau arti kawan

Bahkan arti teman.

Siang tadi aku mengeja huruf C

Kemudian I

Kemudian N

Kemudian T

Dan terakhir A

Aku juga tak mengerti kata itu apa.

Aku seperti sembunyi dalam naungan takdir

Page 46: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

42

Kata nanti dan lalu

Aku tersenyum mendengar kata nanti

Aku tersenyum mendengar kata lalu

Karena ku tau, dalam nanti ada harapan

Karena ku tau, dalam lalu ada kebijaksanaan

Lewat lalu aku menuju nanti

Karena ku tau nanti ada karena lalu tercipta

Lalu dan nanti

Dua kata yang membakar sumbu dari racikan potasium dan bahan lainnya.

Page 47: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

43

Selalu Bertanya

Aku ingin selalu bertanya

Pada angin yang lalu lalang di depanku

Pada langit yang memanasi dan menghujaniku

Pada keadaan yang memojokanku

Pada mulut mereka yang bersiul cacian padaku

Pada mata mereka yang selalu memandangku sebelah

Pada mereka yang menganggapku tak ada

Salahkah aku jika bermimpi?

Salahkah aku jika menanti?

Pun tak ku dapati jawaban

Mereka menganggapku mati

Walau aku bergadang pada malam bahwa esok benar milikku.

Page 48: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

44

Kata

Mataku sudah terlalu sering mengeja

Hingga hafal benar huruf-huruf itu

Racikan kata ;

Susuan kalimat ;

“tak ada yang tidak mungkin”

Kata itu menempel rekat dalam langitku

Tak seorangpun bisa meraihnya

Kusimpan benar kata itu

Dan berulang kali aku melihat dan terus saja menghafalnya

“tak ada yang tidak mungkin”

Relungku dipenuhinya.

Page 49: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

45

Dalam Diam

Dalam diam aku akan mencoba mengerti

Dalam diam aku akan mencoba untuk kembali

Dalam diam aku akan mencoba untuk rendah hati

Dengan diam aku merenung,

Dengan diam aku tenang,

Dengan diam aku terbang,

Dengan diam aku berubah

Dan dengan diam aku akan tau siapa aku saat ini.

Page 50: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

46

Dengan Kalian

Mimpi kaulah sahabatku

Kata kaulah jiwaku

Puisi kaulah ragaku

Dengan kalian aku berdiri

Dengan kalian aku terjatuh

Dengan kalian aku terlelap

Dengan kalian aku terbangun

Dengan kalian aku mengerti

Dengan kalian aku tak mengaerti

Dengan kalian aku paham

Dengan kalian aku peduli

Dengan kalian aku tak peduli

Dengan kalian aku berani

Dengan kalian kedamaian ada

Dengan kalian aku tak sendiri

Dengan kalian kebahagian tercipta

Dengan kalian keindahan ada

Dengan kalian aku tersenyum

Dengan kalian aku menangis

Dengan kalian aku gagah, aku tegar, aku kokoh, tak peduli dengan badai.

Kokoh, kuat, tak terkalahkan.

Mimpi kaulah sahabatku

Kata kaulah jiwaku

Puisi kaulah ragaku

070513

Page 51: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

47

Diam

Kau tak akan pernah mengertiku ,

Jika kau tak mencoba untuk paham

Kau tidak akan pernah paham,

Jika kau tidak mencoba untuk mengerti

Diam bukanlah luka

Diam hanyalah jelmaan kejenuhan

Diam bukanlah lupa

Diam hanya bermaksud untuk melupa, hingga benar-benar ia lupa

Biar saja aku di panggil batu

Biar saja aku dipanggil bisu

Memang itulah aku

Tak akan ada yang bisa untuk merubahku

Karena aku tetaplah aku.

Page 52: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

48

Mereka Kau dan Aku

Mereka…………..

Sirna, sirna, sirna

Dan kosong………..

Mereka………

Lenyap, lenyap, lenyap

Dan hampa………

Mereka…………

Hilang, hilang, hilang

Dan terkenang………

Mereka…….lenyap, sirna, hilang

Terkubur bersama sajak-sajak silam

Kau………

Bunga mawar yang terlahir

Merekah tebarkan pesona

Kau……….

Matahari yang beranjak pergi

Dan bertahta dalam hariku

Aku………

Terkulai lemah tak berdaya

Bertahta dalam badai keganasan alam

Tuk perjuangkan………

Rasa yang menyiksaku untukmu

Page 53: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

49

KATA SENJA DAN PAGI

Kata pagi.......

Aku harus berkarya

Berkiprah dengan mentari

Bersaing dengan awan tebal yang hitam

Untuk hari yang cerah

Mejemput pelangi di embun pagi

Kata senja ........

Akku harus bermimpi

Berlaga dengan sang camar

Menuju kelam yang terbalut angan

Agar tercipta keindahan

Dari nyala lilin yang berpijar

Begitulah.........

Kata pagi dan senja untukku

Page 54: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

50

Unlimited

kenapa hujan kemaren meninggalkan bekas bukan karena aku tidak suka. tapi ini adalah masa depannya. tengoklah kedepan, tataplah langit arah jalan masih terbentang luas aku debu kecil yang masih gemar berterbang mencari tempat untuk berlabuh mencari tempat untuk berteduh pada pesona cinta dan cita-cita aku seperti dia, dia dan mereka

punya hati dan rasa bahkan mungkin lebih jelek sungguh tidak ada jaminan karena aku hanya punya kata. ingin ku tulis tebal dan besar tanda seru itu tapi itu bukanlah ranahku. ku hargai rasa itu, dengan untaian senyum dari dalam qolbu ku sertakan ucapan indah : maaf dan terimakasih

Page 55: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

51

Syair Kata

malam ini, aku menimang-nimang angin kosong tidak ketara semu tiada bayang merayu ada gelap dan dingin di luar sana ku intip lewat celah jendela nyaliku ciut untuk peluk mereka : di ruangan sempit, ku bercumbu dengan sajak memunguti puisi-puisi yang berserakkan agar tercipta kata yang sempurna untuk ku persembahkan pada bintang di malam berikutnya

kata sederhana penuh makna kata cakap membawa hikmah bersumber dari qolbu yang dalam kata : rindu

Page 56: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

52

Sindoro-Sumbing

Melihat-lihat tiang langit

Gagah dan amat perkasa

Ku intip lewat celah jendelah camp

Bersembunyi dari kejaran kematian

Dingin...

Kemudian ada tamu : secercah sinar kuning keemasan, mampu mengusir

kematian

Setelahnya Aku berani keluar kandang, berkicau sesuka rasa

Memeluk awan yang membalut Sumbing

Mengangkasa bersama Sindoro

Sungguh...

Keindahan ciptaan-Mu sulit terlukiskan.

Page 57: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

53

Tentang

Dalam ruangan sempit

Satu jendela kecil

Satu pintu normal adanya

Aku coba pahami

Aku coba mengerti

Tentang gejolak dan rasa hati

Tentang kebodohan dan kepandaian

Tentang kematian dan kehidupan

Tentang mimpi dan masa depan

Tentang kegagalan dan keberasilan

Tentang kecurangan dan kebaikan

Tentang kemunafikan dan kehalusan

Tentang arti dan makna

Masih banyak tentang kemudian dan

Tak sanggup lagi kata itu mengalir

Karena hati sudah menghentikan

Page 58: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

54

Cerita

Membungkam cacian tak semudah membalik telapak tangan

Cerita kemiskinan selalu menjadi dominan dalam kesengsaraan

Apa daya ketololan yang tak bertepi

Apa daya kebodohan yang tidak ada ujung

Lemah menuju kematian

Tergores banyak luka

Menguras banyak airmata

Cerita kemiskian selalu menjadi petaka

Dan aku rela pasrah memeluknya

Sehingga mereka selalu tersenyum denganku

Membawa muka simpati denganku

Namun air tetaplah air

Dan minyak tetaplah minyak

Tak mungkin air tercampur dengan minyak

Tersingkir dan terbuang

Page 59: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

55

Lawu

Bersetubuh dengan dingin.

Mencipta rasa,

Mengolah jiwa.

Dengan kebersamaan,

Dengan berpelukan.

Satu jiwa, satu raga.

Mencari satu arti, untuk kata

Kata inspirasi, untuk indonesia

Jejak-jejak kata garuda

Terbang, membelah langit

: capai hasyrat cita dan cinta tertinggi

Page 60: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

56

CintaDalam Hati

malam ini, aku menimang-nimang angin

kosong tidak ketara

semu tiada bayang merayu

ada gelap dan dingin di luar sana

ku intip lewat celah jendela

nyaliku ciut untuk peluk mereka

: di ruangan sempit, ku bercumbu dengan sajak

memunguti puisi-puisi yang berserakkan

agar tercipta kata yang sempurna

untuk ku persembahkan pada bintang di malam berikutnya

kata sederhana penuh makna

kata cakap membawa hikmah

bersumber dari qolbu yang dalam

kata : rindu

Page 61: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

57

Hitam Putih

Berteriak ...

Tertawa ...

Dan tiba-tiba membatu

Ujung waktu meledak

Ketika masa tenggelam bersama hitam

Semua mati,-

Teriring hening,

Senyap sebab tak bernyawa

Embun-embun kecil merayap

Kemudian jatuh memeluk bumi

Sehingga alam menjelma putih

Aku berdiri kaku

Ditengah-tengah hitam dan putih

Linglung dimakan kenyataan

Tidak tau arah untuk pulang

Tersesat dalam sandiwara kepalsuan

Ditekan

Diinjak-injak

Kemudian membatu ...

Lenyap dan terbang bersama angin.

Terbit di buletin balapan edisi 4

Page 62: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

58

Namun

Maret sudah benar berlalu

Berterbang dengan waktu yang memburu

Ia tetap ada, tegap berdiri dibalik jendela hitam

Aku masih disini mengamati seksama

Kadang ku lambaikan tanganku untuk meraihnya

Tapi hitam mengahalangi kedipan mataku

Sesaat aku tunduk dan berlutut pada kenyataan

Dan seketika aku bangkit melangkah panjang

Menggenggam matahari dan membuang hitam

Pelan-pelan ia keliatan

Tampak malu dan memerah

Kakiku berayun mengirama

Memarani ia yang penuh sihir

Membawanya pulang untuk futur yang indah

Namun semua masih panjang

Sedangkan jalan ini liku nan terjal

Tidak hanya hitam

Bahkan coklat gelap, biru gelap, merah gelap

Semua kegelapan berkumpul menjadi satu

Untuk memejamkan mata dalam jalan

Namun ;

Setiap jalan pasti berujung

Sekalipun ada hitam dan gelap

Bertapak dengan kebijaksanaan

Maka semua akan berakhir dengan indah

Page 63: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

59

Penantian Panjang

Malamku bertabrak dengan dingin

Menghela nafas panjang untuk sebuah kelelahan

Rasanya kaki ini.......,

Sudah berjalan panjang

Melangkah lebar

Tapi kenapa tak jua sampai

Harapan-harapan itu terus saja datang

Berterbang bagai kunang-kunang dalam kelam

Memberi warna pada hari

Membuka kejenuhan

Tapi gelap yang membayangi esok dan siang

Selalu menjadi warna yang mendominasi

Memalsukan asa yang ada

Mengisutkan harapan yang tercipta

Bekal doa dalam hati

Menjadi senjata dalam penantian panjang ini

Page 64: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

60

Menjelma Sepi deretan nama itu satu per satu hilang bersama sajak-sajak lalu. diculik oleh waktu dibawa berlari menuju lorong-lorong hitam dan sunyi kaki mungilku berlari mengejar tapi tidak ku dapati hingga semua : menjelma sepi kosong entah mati atau dibungkam lali

aku berdiri di tengah gelap kakiku kaku, tanganku membiru tak lagi mampu berlari

merangkak serasa lumpuh mendekati cercah sinar yang semakin lama semakin mendekat seperti takdir kematian remang-remang ku kenali empu sinar itu sampai ku tahu : hanya dia yang tersisa di ingatanku

Page 65: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

61

Untukmu Jiwa Yang Lelah

Teman, tidak usah mengeluh, apa gunanya coba....? Aku memang tidak

tau kau sepenuhnya, tapi setidaknya kita pernah satu tim dalam sebuah

komunitas. Kau bisa setegar mentari, selembut sang bayu dan seputih salju.itu

yang ku tau. Jika hidupmu kendaraan, kaulah pengemudinya, mengapa kau

tidak mencoba untuk menjadi pengemudi yang baik, dan hidupmu akan selalu

kau arahkan untuk kebaikan.

Didunia ini tidak ada kata sia-sia katanya, jika usaha dan do'a sudah

menyertai langkah kita, maka semua akan menjadi indah pada saatnya. Jika

masa kini hanya akan menjadi masalalu pada akhirnya, mengapa kita tidak

mau melakukan hal yang terbaik untuk orang lain. "bukankah orang yang

menang itu buka mereka yang selalu dapat juara, melainkan orang yang selalu

membari semangat kepada orang yang lemah.

Teman, Allah maha tau, tau ketika kita lemah, Tau ketika kita berada

dalam titik kebosanan. Cobalah untuk mendekati-Nya, sedekat mungkin.

Perbanyak sujudmu disepertiga malamNya, mintalah ketenangan , mintalah

kemenangan untuk dunia dan akherat nanti. Karena hanya Dia yang tau

suasana hati kita dan apa yang kita butuhkan, melebihi diri kita sendiri.

Sekarang bangkitlah, nyalakan lilinmu, tidak usah kau dengar kata-kata

kenyataan itu, bertandinglah untuk menang dengan keadaanmu, biar mereka

tau siapa kamu. Kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk

berbuat sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa memaksa diri kita untuk

melakukan yang terbaik dalam menyikapi sikap orang lain

Page 66: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

62

Karya dari teman-teman seperjuangan, Tercipta atas nama MIMPI

Mereka adalah :

Novia Rahmawati

Dwi Setyaningrum

Bayu Prakoso

Tika

Page 67: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

63

Sapaan Pertama

Menggeliat dalam enggan

Ketika rotasi waktu memaksaku

Meninggalkan tempat yang nyaman, dengan dekap yang selalu hangat,

rahim ibuku....

Untuk menyapa alam baru, bernama dunia

Dan ketika ku buka mata, silau mentari menyambutku

Bersama bulir-bulir lembut oksigen menyegarkan paru-paruku

Hingga dapat terasa senyum mungil yang mengembang di wajah suciku

Tersirat harapku, akan kebahagiaan

Pada dunia....

Karangmojo, 25 maret 2013

Page 68: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

64

Menanti

Dalam jalan kehidupan ini, aku menunggu

Bernaung pada langit yang setia untuk biru

Bersama nyanyian-nyanyian angin kehidupan mendayu

Ini adalah penantianku

Ku mantapkan jari-jemariku

Menggapai nyata

Dalam bukti mimpiku

Ini adalah penantianku

Tentang kesabaran

Dan semangat yang selalu menggaung

Pada jiwaku yang tak lagi lemah

Karena semua, berada..

Pada keyakinan

Tentang...

Sukses yang pasti ku dapat

Gedangsari, 4 september 2011

Page 69: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

65

Hujan Itu, Lembut Kembali

Ayah...

Di sini hujan, dan angin bertiup dengan kencangnya

Dan aku jauh darimu

Ibu...

Di sini begitu dingin ,dan aku tak berada di sisimu

Dalam sendiri, aku disini...

Menahan angin yang akan menghempasku

Melawan dingin yang akan membekukan tubuhku

Dan hujan ini....

Begitu keras menghantamku

Perih lukaku, karenanya...

Ayah, Ibu....

Sedih mu, hanya akan menambah piluku

Namun, doamu, menguatkanku

Dan terasa, hujan itu lembut kembali

Menghilangkan dahagaku

Menyirami gersang yang menyiksa

Hingga aku, kuat kembali...

Al-hikmah, 17 maret 2011

Page 70: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

66

Nadi ku

Nadi ku,

Sempat enggan terasa, menjalani titian hidup

Pada jatah usiaku….

Namun, denyutanmu menyemangati

Hingga terpacu aliran darah ini

Memberiku kesempatan lagi

Nadi ku,

Malas terasa meneruskan harapan ini

Ingin rasanya berpatah arang saja

Dan menyerah pada buaian nasib yang tertulis….

Namun, setiamu pada setiap langkah ini

Pada detak jantung dan senggal nafas yang sama

Membuatku terbangun di madya ratri

Menyulam mimpi kembali….

Nadi ku,

Terlukis sungai kecil di pipiku

Karena nanar luka yang ku rasa

Ingin saja melampiaskan gertakan hati yang tersayat…

Namun, kau ingatkan aku

Jika tak selamanya kau berdenyut

Dan ku baca pesan tersirat itu

Hiduplah untuk cinta dan dengan atas nama cinta

Untuk terlahir sempurnanya ketulusan…

Sebelum juga, aku turut menutup mata

Karangmojo, 15 januari 2013

Page 71: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

67

Tak Selalu, Untuk Sama

Ku pikir,

Damai akan ku dapatkan

Layaknya mereka

Ku kira,

Binar cahaya lentera yang sama

Akan menerangiku jua

Karena tak sadari

Tak berarti semua menginjak tanah yang sama

Tiada sangkaan pula,

Bahwa hanya akan ada pasir di bawah telapak kakiku

Namun,’tak ku temui lembutnya pasir itu

Dan justru hanya padas

Yang selalu ku injak.

Karangmojo, 27 maret 2013

Page 72: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

68

Ada Lagi, Tentang Luka

Bukan karena gempa bumi

Aku merasa digonjang

Bukan karena halilintar

Aku dikejutkan

Bukan karena badai

Aku terhempas

Bukan karena marahnya air bah

Aku terseret dan tenggelam

Hingga aku berada pada tepian bernama putus asa

Pada episode yang tak pernah aku skenariokan

Hingga butir-butir bening itu meleleh, bak gunungan es yang menjadi

gletser

Mengaliri sebuah luka yang hampir mengering

Dan perih kini terasa, bertambah perih, dan semakin perih

Aku tersandung lagi, aku terjerembab lagi

Pada keadaan putaran waktu yang tak ku inginkan

Aku hanya bisa berharap, di balik senyum getir ini

Semoga esok, mentari menyingsing lebih baik...

Karangmojo, 5 februari 2013

Page 73: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

69

Tentang Kemuliaan

Dalam tengadah doa syukurku

Di tengah padang gersang sahara

Tiada tara dahaga memaksaku untuk merasakannya

Perih, sangat perih, tiada jumpa setetes tirta

Dari sekubang oase harap duniaku

Hingga gamang kaki ini menapak

Tanah bumi yang semakin gelap

Mencekap diri dalam ketakutan

Oh Rabbi…

Rela aku,

Ambil saja, ambil saja, jiwa penghidupku

Karena dahaga ini, karena takutku akan gelap ini

Karena janji-MU yang telah mengusai keyakinanku

Pada kesegaran Al-Kautsar MU

Pada gemilau binar cahaya Tsurayya

Pada kemuliaan Firdaus-MU yang abadi….

Karangmojo, 30 maret 2013

Page 74: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

70

Tahukah ?

Tahukah kamu?

Bahwa ada yang terluka,

Gurat kecewa yang membias,

Gigitan bibir menahan kelu,

Dan mata yang berkaca.

Tahukah kamu?

Bahwa tangan yang mengepal ini,

Untuk menguatkan hati,

Nafas yang tertahan,

Menahan senggukan.

Ku mohon,

Hentikan, karena aku takut

Membuatmu menduga, kecewa…

Karena aku menangis di depan mu….

Karangmojo, 28 januari 2013

Page 75: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

71

Dia, Bernama Mimpi

Menghampiriku…

Menyapaku….

Berjanji dalam satu diksi, bernama ‘sahabat’

Dia bernama ‘mimpi’

Mengenalkanku tentang berjuang

Dia, mimpiku…

Selalu menggandeng yakinku

Walau tak sekeping dirham pun di genggam

Membisikiku ia, tentang keberanian

Bahwa tak selamnya selalu kelam

Jika obor keberanian terus menyala

“ Biar terbakar!” katanya

Karena panas akan membuatku semakin kencang berlari

Mencari kesejukan,

“ Bernama keberhasilan!” katanya

Karangmojo, 31 maret 2013

Page 76: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

72

Tak Berjudul

Wahai Pemilik Segala Kemuliaan…

Aku butuh kekuatan,

Hanya ini, harap ibaku,

Memohon kemurahan-MU.

Wahai Ayah, Ibuku…

Kepercayaan kalian,

Melahirkan seorang pemenang,

Terimakasih peluk sambut sayangmu.

Wahai Cinta yang terdiam di qolbuku…

Kebahagiaan ini, menyemangatiku,

Tiada alasan untukku terduduk lesu,

Dan aku hendak berlari lagi.

Wahai harapanku….

Aku memiliki mereka,

Aku memiliki mereka,

Dan aku ingin memilkimu juga.

Karangmojo, 31 maret 2013

Page 77: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

73

Aku, Berdiri Lagi

Intuisiku mengertak,

“ Kau selalu cengeng!”

Hingga topan menghempasku dalam geramnya,

“ Tak tahu malu, kenapa menyerah?”

Lagi-lagi, ombak menenggelamkanku dengan kasarnya,

“ Untuk apa kau hidup? Jika tidak berguna?”

Senggukku menjadi, lumpuh sudah kedua kakiku,

Enggan menopang tubuhku.

Pandanganku membuyar,

Ia tak mengizinkanku memanatap keindahan.

Aaarghh!!! Aku menyerah…

Jantungku terhenyak!

Ku dapati, dalam samar mataku,

Rinai hujan, menghampiriku..

Bersama cinta yang lembut tersenyum

“ Bangunlah, dunia akan berlutut padamu! Dan kamu jangan sekalipun

berlutut padanya.”

Karangmojo, 31 maret 2013

Page 78: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

74

Permata Doa

Menyapa lembut belaian malam

Dengan kerjap bintang memanja

Bersama kerling rembulan tersipu

Menyapa jiwa dalam sendu sengguknya

Keindahan bayangan sepucuk nirwana

Tersapu oleh deras buliran airmata begitu saja

Lara terlanjur menghinggapi gadis bermata bundar itu

Isakannya mengisi kekosongan gelap hari yeng semakin sepi

Terpengkur di atas sajadah muhasabah

Lantunan kalam suci, mendayu dari bibirnya

Berharap menawarkan nila dalam belanga hatinya

Hingga berhambur terbang segala kedukaan dunia

Dan harapan kilau permata surga

Dalam khusyu’ setiap bait doanya....

Karangmojo, 04 April 2013

“Edisi spesial”

Page 79: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

75

SERPIHAN INDAH Oleh Dwi Sulistyaningrum · 15 Oktober 2010

Dikala awan hitam menyelimut langit

Ketika hujan turun membasahi bumi

Ketika bulan tak dapat tersenyum

Ketika bintang –bintang tak menunjukkan sinarnya

Ketika dunia mulai gelap, tanpa cahaya...

Aku takut....!!!

Angin tak lagi bersahabat

Daun – daun berguguran seraya ingin menguburku

Tetapi kulihat serpihan cahaya terang...

Dibalik sebuah awan ...

Page 80: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

76

SANG PEMUTAR WAKTU Oleh Dwi Sulistyaningrum · 01 Oktober 2010

Detik-detik ku lalui

Dengan penuh harapan aku menantimu

Disini dan selalu disini aku menantimu

Berharap sang fajar menyingsing dipagi itu,

Ketika dua sejoli saling bertemu

Melepas rindu, dengan penuh keceriaan

Genggaman tangan yang erat

Pelukan yang hangat

Serta pandangan yang hanya diisi warna kedua hati

Wahai sang pemutar waktu, kapankah semua itu terjadi..

Page 81: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

77

SEMBURAT LANGIT SORE Oleh Dwi Sulistyaningrum · 15 April 2011

Kelak dikemudian hari kau kan melihat

Suatu keajaiban dengan penuh makna

Keajaiban yang tak pernah kau rasakan sebelumnya

Dengan penuh tatapan indah

Kau pancarkan aura indah dilangit

Penuh warna dan penuh makna

Kaulah yang pertama menyapa

Menyambut kala itu dengan senyuman

Indah, elok, dan anggun

Tak dapat terlukis dengan kata – kata

Mulut ini terasa mengunci...

Page 82: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

78

LIHAT AKU

oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011

Lihat aku disini

lihat mata ini lihat raga ini lihat kenangan ini, . . .

Kekasih, . . . .

Gelap mataku

gelap hatiku

kutak tau kemana arahku!, . .

Tak melhat dimana jalanku, tak merasa apa rasaku, .

Kekasih lihat aku, . .

Aku rindu, . .

Kekasih, . .

Page 83: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

79

CERITA MALAM INI oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Masih sama dengan kemarin,masih sama dengan yang lalu, . ……

Kau besarkan hatimu sampai menutup hatiku di sampingmu,

apa yang kau ingin?

Apa yang kau cari?

Apa yang kau harap?

Hampir habis semua kata!,

hampir habis semua cara!

Masih sama dengan kemarin,masih sama dengan yang lalu,

kelabu melulu,kelabu melulu, . .

Selimuti hatiku dengan hatimu,dan jangan menangis saat hatiku menghilang, jangan berandai karena sangat jauh,

TUHAN, . . .

ceritaku untuk malam ini,

yang masih sama dengan kemarin, masih sama dengan yang lalu, kelabu melulu,kelabu melulu. .

Page 84: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

80

DEWIKU

oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011

aku nyanyikan Senandung kesepian dibalik hujan, .

Rintih luka menyayat,

aku berlari menuju angan, aku bertriak kepada TUHAN,

kesepian juga kerinduan, .

Biarlah kau tertawa dalam tangisku,

Page 85: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

81

BUNGA oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Tak seberapa jauh kau disana, . .

Tak seberapa dekat kau denganku,

dan pagi terus berlalu,

gelap aku membuta saat ada mawar yang rupawan, . .

Merah dan wangi

tak pernah ada niatku untuk memetik,

bunga yang ku simpan lebih dari mawar,

bunga yang ku simpan adalah harapan dan kenangan yang mungkin akan

ku raih, . .

Page 86: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

82

MATA TUHAN oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 KAU tau segalanya, Kau melihat semuanya,

Kau mengatur segalanya,

aku yang terjatuh aku yang terinjak,

lalu-lalang orang-orang tak bermoral di depanku, lelah aku mendengarnya, ambil saja telingaku agar aku tak mampu mendengar,

lelah aku melihatnya, ambil saja mataku agar aku tak mampu melihat, dan Berbisiklah dalam hatiku untuk menegurku, arahkan layarku dengan mataMU,dengan mata TUHAN, .

Page 87: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

83

MASIH SAJA BASAH oleh Pebeka Prakoso pada 01 Juni 2011 Tak seberapa jauh kau disana, . .

Tak seberapa dekat kau denganku,

dan pagi terus berlalu,

disini masih saja basah saat embun telah sirna

tak penrnah ada puisi tentang bunga

dan langit selalu brselimut awan hitam, saat hujan telah pergi,disini masih saja basah,

kapan kita hendak beranjak?

Seperti pemuda yang gagah,

seperti harum wangi mawar,

seperti pesona aisyah,

dan, . . .

Anak"-anak yang beranjak dewasa, . .

Pergimu tak akan menjadi perpisahan, pergimu isyarat kedewasaan, . Disini

MasIh saja basah,

selamat jalan kawan, disini rumahmu dan disini kau akan pulang

disini akan tetap basah dan masih saja basah,.

Page 88: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

84

. . . .Bu oleh Pebeka Prakoso pada 19 November 2010 Terlihat angun wajahnya,

walau keriput telah menghiasi pipinya, . . .

Halus kulitnya, meski tak lagi sehalus dulu, kasih sayangnya tak kan pernah habis, . .

Surgaku dikakimu, .

Aku menyayangimu bu, . .

Page 89: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

85

SENJA TERAKHIR oleh Pebeka Prakoso pada 13 Oktober 2010 mata itu menatap tajam ke arahku

bibir itu mencaci dalam setiap langkahku

aku akan jatuh terpuruk

sakit,perih, . .

Tak kan terasa semua itu

aku mengulurkan tanganku

adakah yang akan menyambutnya?

Bayangan-bayangan itu lalu-lalang tanpa uluran!

Di senja ini aku masih tersenyum,

apakah esok aku masih akan bertemu senja ini?

Atau ini akan jadi senja terakhir ku!

Ah, . .

Aku tak perduli biarkan aku menikmati senjaku.

Page 90: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

86

NAMAKU PEBEKA oleh Pebeka Prakoso pada 29 September 2010 Aku bukan malaikat atau dewa yang memilki segala kesempurnaan dari surga, . . .

Aku adalah, . . .

Adalah, . . .

Bukan juga adam yang merelakan suranya demi sang hawa, .

Bagai mahkluk hidup sekarat yang selalu diintai sang burung bangkai,

dan aku, . .

Aku aku,namaku pebeka, . . .

Yang akan menjadi heyna yg selalu lapar, . .

Page 91: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

87

KERETA KELABU oleh Pebeka Prakoso pada 21 September 2010 Kereta telah tiba dan aku masih menunggunya, . .

Aku melangkah menuju keretaku,namun ketika keretaku berjalan aku berbalik dan membiarkan keretaku meninggalkanku, aku akan menunggunya dalam penantian kelabu, . . . .

Page 92: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

88

TANGISAN PERIH

oleh Pebeka Prakoso pada 04 September 2010

'ku berjalan melewati pasir putih, . . .

rindu ku,

cinta ku, .

Barangkali ku tak akan mencapainya!

barangkali ku tak bisa meraihnya!

apakah ini jalan ku

ataukah jalan menuju dusta!, . .

Dimana KAU TUHAN?

Dimana KAU letakkan cintaku?

dimana KAU sembunyikan rinduku?

Dimana KAU berada?

Barangkali TUHAN sedang mengawasi ku!

Barangkali TUHAN menguji ku!,

ataukah terlalu hina diriku, . .

Kapan KAU akhiri kisah ku, ku tak peduli dengan diri ku dengan kisah yang tak ku tau akhirnya, . . . . .

Page 93: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

89

CERITA UNTUK TUHAN oleh Pebeka Prakoso pada 02 September 2010 TUHAN bila Engkau memang mengawasiku, beri aku kekuatan,TUHAN bila kau memang mengujiku, beriku petunjuk,

apakah diriku terlalu kotor untuk mendapat sedikit jalanmu,atau memang aku yg tidak mampu menghdapi cobaamu, . . .

Bukankah Kau maha tau, Kau akan lebih tau dari apa yang aku tau terhadap diriku kan, . .

TUHAN,mengapa kau bri sahabtku perasaan kpadaku,!! TUHAN,bantulah diri yang hina ini, . .

Buanglah rasa yang ada,rasa yang tidak sepantasnya ada untuk dia, . .

Page 94: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

90

BIDADARI KENANGAN

oleh Pebeka Prakoso pada 01 September 2010

wajah nan ayu ibarat srikandi, hati yang suci,bertelanjang seperti bayi, kau hapus sedih ku dengan tawamu, . .

"Kenapa tak tersenyum untuk menghpus sedih ku?"

ah, . .

Kau memang bidadari kenangan, yang memberi ku cinta dimasa lalu,

ada malaikat sedang menangis, air hujan menghapus jejaknya, . . .

Hilang kemana bidadari ku!, . . .

Page 95: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

91

PUING PUING MALAM 2 oleh TikaTiexcha Binti Jiman pada 04 Mei 2011 Pekat dalam relung jiwa,

ada pahit yang tertera,

ada asam yang melanda,

hingga berat rasanya menghadirkan senyuman,

dan aroma itu semkain memberi peluang pada air mata tuk ikut serta dalam larutan ini..

Partikel duka terpecah mengores sisi kanan hati,

jiwa menoreh basa yang menyakitkan raga..

Page 96: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

92

BUNGA KHAYALANKU oleh TikaTiexcha pada 29 April 2011 Penuh harapan,

tetapi,

akhir ini tampak,

wajah yang pucat,

kurus kering,

tiada sepatah kata,

kala,

hadir disetiap lelap malamku,

ada apa disana,

isyarat apa yang akan kau ungkap?

Mengapa?

Selalu,

Selalu saja itu yang ada,

berkebalikan dengan asaku,

lama ku rindukan,

sepotong kata penyemangat,

yang dulu kau ungkap,

tinggal keabadian,

keabadian membawa luka,

ku ijinkan,

engkau hadir,

dirimu tampak dalam mimpiku,

tetapi SENYUM yang kau sunggingkan,.

Page 97: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

93

UNTUK AYAH oleh TikaTiexcha pada 04 Desember 2010 Semoga Allah melindungi engkau,

menghapus dosamu,

memberikan tempat terindah untukmu..

Ayah...ketahuilah hari ini putrimu pulang,

membwa segudang cerita untukmu,dan untuk ibu.

Tapi aku tau,engkau tidak mau lagi mendengar semua itu secara langsung dihadapanku..

Ayah...sudah ada 5 surat yang ada dibukuku untukmu semenjak engkau pergi, semoga engkau tau cerita dalam surat itu..

Kerinduanku pada pelukmu,

doamu,

senyum,

semangatmu untukku saat ku sedang kecewa seperti ini...

Page 98: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

94

Page 99: Pui Siku

_________________________________________________Sajak Sang Pemimpi

1