ptk

16

Click here to load reader

Upload: busianto

Post on 07-Aug-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

Page 1: PTK

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI IPA

TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V

SDN GUNUNGSARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY

Disusun Oleh :

Nama : Febri Busianto

NIM : 09141081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012

Page 2: PTK

KATA PENGANTAR

Do’a dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menulis

Proposal Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Pemahaman Materi IPA Tentang Cahaya Pada Siswa Kelas V SDN Gunungsari

Melalui Model Pembelajaran Discovery”, dengan lancar.

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Penelitian

Tindakan Kelas”.Saya menyusun proposal ini berpanduan pada berbagai sumber

yang telah saya peroleh dari buku dan internet.

Penyusun dengan rendah hati menyadari bahwa dalam penyusunan

makalah ini tidak lepas dari kesalahan atau kekurangan bahkan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dan demi terwujudnya perbaikan dan penyempurnaan makalah ini

dimasa akan datang.

Besar harapan penyusun agar laporan ini dapat bermanfaatnya dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

Madiun,10 November 2012

Penyusun

Page 3: PTK

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 2

C. Analisis Masalah .................................................................................. 3

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB II KAJIAN TEORI

1. Landasan Teori ..................................................................................... 5

2. Kerangka Berfikir ................................................................................. 8

3. Hipotesis ............................................................................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian ................................................................................. 10

B. Rancangan Penelitian ........................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

Page 4: PTK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh

pendidikan dan pengajaran. Pendidikan yang diperoleh dapat terjadi baik secara

formal, informal maupun non formal. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan

sekolah sering disebut dengan pendidikan formal, sebab sudah memiliki

rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara jelas dan

rinci.

Pendidikan di sekolah sebagian besar terjadi dalam kelas dan

lingkungan sekolah, dan sebagian kecil terjadi di lingkungan masyarakat. Dalam

pendidikan terdapat beberapa komponen penting. Dimana komponen-komponen

tersebut saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lainnya.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya

interaksi antara pendidik, peserta didik, alat / media dan lingkungan belajar.

Dengan adanya interaksi yang baik antara pendidik, peserta didik, alat / media dan

lingkungan belajar, maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

Dalam hal ini guru dituntut aktif, kreatif dan inovatif serta mempunyai

kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran.

Pembelajaran IPA dianggap mempunyai materi yang sulit karena

terdapat banyak istilah latin. Sebagian besar guru dalam menyajikan pelajaran IPA

kepada siswa menggunakan model pembelajaran dan metode yang monoton, tidak

bervariasi. Padahal pembelajaran IPA seharusnya menarik dan memyenagkan bagi

siswa, karena sebagian besar materi IPA terdapat disekitar siswa. Misalnya materi

tentang tumbuhan, perkembangbiakan, gaya, magnet, lingkungan, panas dan lain

sebagainya. Selain itu alat peraga / media pembelajaran IPA juga dapat ditemukan

disekitar siswa. Kegiatan pembelajaran IPA dapat diikuti secara aktif oleh siswa

melalui eksperimen, pengamatan bahkan dengan penemuan. Disini bukan guru

yang berceramah, bercerita, dan mendominasi kegiatan belajar, sehingga mampu

menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Dengan demikian tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Page 5: PTK

Tolok ukur keberhasilan guru adalah apabila siswa mampu memahami

dan menguasai materi yang disampaikan yang diukur dari hasil tes baik tertulis

maupun lisan untuk mendapatkan informasi dari hasil pembelajaran

Seorang guru akan melaksanakan tindak lanjut setelah melaksanakan

evaluasi baik pengayaan maupun remedial. Hal ini bertujuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara optimal. Dari hasil tes formatif mata pelajaran IPA

kelas V tentang cahaya, hanya 9 dari 26 siswa yang mencapai ketuntasan belajar

hanya 70 %.

Berdasarkan data di atas penulis ingin meningkatkan pemahaman siswa

tentang materi pelajaran dengan melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK

( Penelitian Tindakan Kelas ) yang dilaksanakan dengan teman sejawat dan

supervisor.

B. Identifikasi Masalah.

Dari hasil tes formatif mata pelajaran IPA kelas V tentang cahaya hanya 9

siswa dari 26 siswa yang mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi 70

% keatas. Dari data tersebut ternyata selama proses pembelajaran berlangsung

terlihat siswa kurang memperhatikan, kurang termotivasi untuk belajar, tidak mau

bertanya pada guru dan sulit menangkap pelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas tersebut, peneliti akan

memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK untuk + meningkatkan

pemahaman materi dan motivasi serta hasil belajar siswa.

Untuk mengidentifikasi permasalahan dari proses pembelajaran yang

dilaksanakan, peneliti minta bantuan teman sejawat dan supervisor. Dari hasil

pengamatan teman sejawat dan supervisor ditemukan beberapa permasalahan

yaitu :

1. Kurangnya motivasi siswa untuk belajar.

2. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

3. Siswa tidak mau bertanya kepada guru.

4. Siswa sulit menangkap materi pelajaran.

5. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi rendah.

Page 6: PTK

C. Analisis Masalah

Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi, peneliti tertarik pada

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi dan hasil belajar siswa yang

rendah. Peneliti dan teman sejawat serta supervisor berdiskusi dan ditemukan

bahwa penyebab pemahaman dan hasil belajar rendah adalah

1. Guru hanya bercerita.

2. Guru kurang variatif dan monoton dalam menyampaikan materi.

3. Tidak digunakannya alat peraga / media.

4. Guru tidak memotivasi siswa.

5. Siswa merasa bosan.

6. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan hanya sebagai pendengar setia.

7. Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

8. Siswa merasa takut dalam menyampaikan ide.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan hasil analisis yang dilakukan peneliti

serta masukan teman sejawat dan bantuan supervisor maka ditemukan rumusan

masalahnya yaitu “ Apakah dengan model pembelajaran discovery dapat

meningkatkan pemahaman materi IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SDN

Sigedong Semester II tahun pelajaran 2008 / 2009 ? “

E. Tujuan Penelitian

Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran yang merupakan tindak

lanjut setelah pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery terhadap peningkatan

pemahaman siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat baik bagi peneliti, siswa maupun

sekolah.

1. Manfaat bagi peneliti :

a. Dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dikelolanya.

Page 7: PTK

b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Dapat memperbaiki kinerja.

d. Dapat menambah rasa percaya diri.

2. Manfaat bagi siswa :

a. Motivasi belajar siswa meningkat.

b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

c. Meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

d. Merangsang siswa untuk mengungkapkan ide.

e. Prestasi belajar siswa meningkat.

3. Manfaat bagi sekolah :

a. Memotivasi guru lain untuk melaksanakan model pembelajaran yang

bervariasi.

b. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

c. Meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.

Page 8: PTK

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

Seiring terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi

yang terlalu banyak dan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua, apalagi

menerapkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran bidang studi dalam kelas.

Keadaan ini berlaku juga dalam pembelajaran IPA.

IPA SD bukan hanya sekedar mengetahui materi IPA yang bersifat

hafalan, tetapi pengajaran yang memberikan konsep dalam mengembangkan cara

berfikir yang sehat berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Dalam mempelajarinya

tidaklah semua dapat dijelaskan dengan kalimat namun harus melalui kegiatan

pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal

dan menjelaskan gejala yang ada di lingkungan sekitar. Kegiatan ini meliputi

pembentukan konsep-konsep yang dihasilkan melalui pengabstraksian dari

kesamaan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman.

Peran guru dalam upaya membangun konsep peserta didik sangat

diperlukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk

dapat menciptakan out put yang cakap dan handal, profesi guru harus mau

menggali dan mengimplementasikan model pembelajaran. Model pembelejaran

harus mampu melibatkan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri secara bermakna, menunjukkan keterkaitan konsep -

konsep atau gagasan-gagasan antar siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan

dan mengaitkan gagasan siswa, hal tersebut sesuai dengan pandangan

konstruktivisme.

Menurut rujukan konstruktivisme, setiap orang yang belajar

sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Keberhasilan belajar siswa

tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada

pengetahuan awal siswa. Dalam belajar melibatkan pembentukan makna oleh

siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar. ( West dan Pines, 1985 ).

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa,

namun secara aktif dibangun siswa melalui pengalaman nyata mereka. Senada

Page 9: PTK

dengan pernyataan ini, belajar IPA merupakan proses konstruktif yang

menghendaki partisipasi aktif dari siswa ( Piaget dalam Dohar,1996 ), sehingga

pesan guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan

fasilitator belajar siswa.

Pembelajaran IPA harus dirancang sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Rancangan pembelajaran disebut

juga model pembelajaran. Model pembelajaran dapat digunakan sebagai suatu

rencana atau kerangka untuk merancang mekanisme pengajaran yang bermakna.

Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut.Maka agar

pembelajaran IPA menjadi bermakna, diperlukan adanya konteks ekologi

konsepsi yang sesuai, misalnya rasa tidak puas pada anak atas gagasan yang

dimilikinya, gagasan baru yang dapat dimengerti ( intelligible), konsepsi baru

yang masuk akal (phosible) dan konsepsi baru yang bermanfaat ( fruitfull).

Seperti tertulis pada awal paragraf bahwa, dalam proses belajar anak

membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar

sekolah ( Dohar, 1986:160 ). Oleh karena itu, setiap siswa akan membawa

konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan

dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa

seseorang akan mengingat dan menggunakan kembali pengetahuan yang

diperoleh, apabila pengetahuan tersebut dari upaya mengkonstruksi sendiri. ( Mc

Namara dan Healy, 1995 ).

Belajar melalui pengalaman ( learning by doing ) dalam bentuk

eksplorasi dan memanipulasi akan menjadikan sesuatu yang dipelajari diingat

untuk waktu yang lama (Long term memory). Dan khususnya bagi anak-anak usia

sekolah dasar, sesuai dengan tahap perkembangannya. Mereka lebih mudah

memahami sesuatu fenomena melalui pengalaman kongkrit, dibandingkan hanya

mendengar dari guru atau membaca materi pelajaran.

Dari beberapa uraian di atas peneliti berpendapat bahwa untuk lebih

memudahkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA, peneliti menggunakan

model pembelajaran penemuan ( Discovery learning ). Adapun pengertian model

pembelajaran penemuan ialah suatu rencana atau kerangka yang dapat digunakan

untuk merancang mekanisme pengajaran yang bermakna dalam mengkonstruksi

Page 10: PTK

pengetahuan siswa itu sendiri.Agar belajar siswa menjadi bermakna maka,

diperlukan adanya konteks ekologi konsepsi yang sesuai, misalnya rasa tidak puas

pada anak atas gagasan yang dimilikinya, gagasan baru yang dapat dimengerti (

intelligible), konsepsi baru yang masuk akal (phosible) dan konsepsi baru yang

bermanfaat ( fruitfull).

Model pembelajaran menemukan ( Discovery Learning ) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik ataupun

sosialnya. Siswa berkesempatan untuk mengungkapkan gagasannya secara

eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagai gagasan dengan

temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

Melalui pengalamannya siswa dapat berpikir kreatif, imajinatif, mendorong

refleksi teori dan modul, dan mengenalkan gagasan-gagasan SAINS pada saat

yang tepat. Kegiatan mencoba-coba gagasan baru dapat mendorong siswa untuk

memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang

telah dikenal maupun yang baru, hingga akhirnya memotivasi siswa untuk

menggunakan berbagai strategi belajar secara mandiri. Disamping itu, lingkungan

belajar yang kondusif dapat mendorong siswa mengungkapkan gagasan, saling

menyimak dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar. Jadi

dengan model pembelajaran discovery ini guru hanya membantu siswa dan

bertugas menciptakan suatu konflik terhadap siswa untuk mengungkapkan atau

mengemukakan gagasannya, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

melakukan eksperimen, observasi atau membaca melalui interaksi sosial.

Adapun menurut Brunner model pembelajaran penemuan dianggap

sesuai dengan hakiki manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari

ilmu pengetahuan secara aktif, memecahkan masalah dan informasi yang

diperolehnya, serta akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna.

Model pembelajaran penemuan dipandang sebagai suatu proses

pembelajaran yang terjadi apabila siwa tidak diberikan dengan konsep atau teori,

melainkan siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan

sehingga dapat menemukan konsep atau teori itu.Hal ini mensyaratkan siswa

untuk menemukan hubungan-hubungan diantara informasi yang ada. Menurut

Brunner, tujuan pembelajaran penemuan bukan hanya untuk memperoleh

Page 11: PTK

pengetahuan saja melainkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, melatih

kemampuan berpikir intelektual, dan merangsang keingin tahuan siswa.

Brunner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas bukan

untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subyek keilmuwan tetapi

untuk melatih siswa berpikir secara kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-

hal yang ada disekelilingnya, dan berpartisipasi secara aktif didalam proses

mendapatkan pengetahuan. Disini jelas bahwa proses pembelajaran yang

dianjurkan oleh Brunner merupakan proses pembelajaran dimana siswa secara

aktif mencari sendiri pengetahuan yang diinginkan.

Satu ciri utama dari proses pembelajaran penemuan ini adalah

keterlibatan guru yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode

pembelajaran lainnya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa seorang guru terbebas

dari pemberian bimbingan terhadap siswa saat diberikan masalah yang harus

dipecahkan. Secara singkat, Brunner memberikan tiga ciri utama pembelajaran

penemuan, yaitu :

a. Keterlibatan siswa dalam proses belajar.

b. Peran guru adalah sebagai seorang penunjuk dan pengarah bagi

siswanya yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai penyampai

informasi.

c. Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan barang-barang nyata.

Dengan demikian, melalui model pembelajaran menemukan (

Discovery learning ) proses belajar mengajar dapat terjadi secara baik. Dalam

proses pembelajaran menemukan ini, akan terjadi interaksi antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan lingkungan secara aktif. Oleh

karena itu, pemahaman siswa lebih optimal dan tujuan pembelajaran dapat dicapai

dengan maksimal.

B. Kerangka Berpikir

Dari kajian teori yang peneliti paparkan di atas,dapat peneliti garis

bawahi bahwa untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran IPA model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran

penemuan ( Discovery Learning ). Dalam proses pembelajaran penemuan dapat

Page 12: PTK

terjadi interaksi yang baik antara pendidik, peserta didik dan lingkungan. Dengan

demikian pemahaman siswa dapat meningkat dan tujuan pembelajaran tercapai.

Hal ini dikarenakan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, memecahkan

masalah dan memperoleh informasi yang diinginkan, serta akhirnya akan

mendapatkan pengetahuan yang bermakna.

C. Hipotesis.

Setelah melalui kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dapat peneliti

rumuskan bahwa penggunaan model pembelajran penemuan ( Discovery Learning

) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang cahaya pada materi pembelajaran

IPA. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran penemuan terjadi interaksi aktif

antar komponen pendidikan dalam proses pendidikan.

Page 13: PTK

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Tempat : SDN Gunungsari Madiun

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas : V ( lima )

Karakter Siswa : Siswa Laki-laki 10 siswa

Siswa Perempuan 16 siswa

B. Rancangan Pembelajaran

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan.

1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.

2. Merancang dan menyusun Rencana Pembelajaran Perbaikan I yang

dapat memotivasi siswa.

3. Menyusun alat evaluasi.

4. Menyiapkan perangkat observasi baik untuk guru maupun siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan.

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini, peneliti bekerjasama

dengan Bp Sukatman S.Pd selaku guru pembimbing untuk mengamati dan

mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran. Adapun langkah-langkah

yang ditempuh adalah :

1. Guru mengawali pelajaran dengan mengucap salam, mengabsen

siswa dan memberi apersepsi untuk memotivasi siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran.

3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

4. Guru memberi penjelasan dan pengarahan terhadap siswa tentang

tugas yang akan dikerjakan.

5. Siswa melaksanakan tugas dalam kelompok untuk berdiskusi.

6. Tiap kelompok menulis hasil pengamatan dipapantulis.

Page 14: PTK

7. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan

terhadap hasil pengamatan kelompok lain.

8. Guru membimbing siwa untuk menarik kesimpulan dari hasil

percobaan.

9. Guru memberikan kesempatan siswa umtuk bertanya.

10. Guru melakukan pemantapan materi dan evaluasi.

11. Hasil evaluasi dianalisis bersama teman sejawat.

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan masalah yang

dihadapi yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPA

tentang cahaya. Kegiatan yang menjadi perhatian dalam perbaikan pembelajaran

adalah mengusahakan agar siswa aktif terlibat langsung dalam pembelajaran

dengan melakukan percobaan. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengungkapkan gagasan, ide dan menyimpulkan hasil percobaannya

sendiri. Dengan demikian pemahaman siswa meningkat dan daya ingat siswa

tertanam dalam waktu yang lama. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti meminta

bantuan teman sejawat untuk mengamati tindakan perbaikan yang sedang

dilaksanakan guna memperoleh data sehingga dapat diketahui berhasil atau

tidaknya tindakan kelas yang dilaksanakan.

c. Observasi

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran bahwa tingkat pemahaman

materi rendah, maka tindakan untuk mengatasinya adalah dengan kegiatan untuk

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran penemuan.

Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri masalah yang dihadapi

melalui percobaan. Sebagai indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran pada

siklus I adalah :

1. Siswa aktif dalam proses pembelajaran.

2. Siswa senang mengikuti pelajaran.

3. Siswa termotivasi untuk belajar.

4. Siswa berani untuk menyampaikan ide-idenya.

5. Siswa dapat mengerjakan tugas.

Page 15: PTK

d. Refleksi.

Berdasarkan data yang diperoleh dan diskusi dengan teman sejawat,

pelaksanaan perbaikan pada siklus I sudah mengalami beberapa kemajuan dengan

siswa aktif dalam pembelajaran dan pemahaman materi meningkat dengan

tercapainya nilai rata-rata 7.4. Nilai rata-rata perbaikan pembelajaran siklus I.

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I pada siswa, ternyata masih ada

kekurangan diantaranya :

1. Masih ada siswa yang pasif dalam pembelajaran.

2. Beberapa siswa belum dapat menjawab pertanyaan dari guru.

3. Ada 4 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan yaitu 7.0.

Page 16: PTK

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk (2008) . Pemantapan Kemampuan Professional. Jakarta:

Universitas terbuka.

Depdiknas, (2006) . KTSP Kelas V. Jakarta ; Depdiknas.

Depdiknas. (2006) . Silabus SD Kelas V . Temanggung: Depdiknas.

Nasution Noehi, dkk. (2004). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Sutarno Nomo, dkk. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Taufik Agus, dkk. (2007). Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.