ptk - coop.docx

37
PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD DAPAT MENINGKATKAN KEBERSAMAAN SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DI KELAS VII PADA SMP NEGERI 2 GARUT PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Tingkat dari Gol. IV/a ke IV/b Oleh Lilis Maryati, S.Pd. NIP. 19610310 198412 2 001

Upload: anonymous-xq4cnthlbw

Post on 10-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK - COOP.docx

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD

DAPAT MENINGKATKAN KEBERSAMAAN SISWA PADA

PEMBELAJARAN SENI TARI

DI KELAS VII PADA SMP NEGERI 2 GARUT

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kenaikan Tingkat dari Gol. IV/a ke IV/b

Oleh

Lilis Maryati, S.Pd.

NIP. 19610310 198412 2 001

SMPN 2 GARUT

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT

2014

Page 2: PTK - COOP.docx

Judul: PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD DAPAT MENINGKATKAN KEBERSAMAAN SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DI KELAS VII PADA SMP NEGERI 2 GARUT

Peneliti:

Lilis Maryati, S.Pd. NIP. 19610310 198412 2 001

Mengetahui,Kepala Perpustakaan,

_________________________ NIP.

Mengetahui,Kepala Sekolah,

Drs. Iden Suparno, M.Pd NIP. 19591214 198603 1 010

Page 3: PTK - COOP.docx

ABSTRAK

Page 4: PTK - COOP.docx

KATA PENGANTAR

Page 5: PTK - COOP.docx

DAFTAR ISI

Page 6: PTK - COOP.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan

tempat tinggal mereka, dengan kata lain lingkungan yang baik akan memberi

dampak positif pada prilaku manusia. Tetapi sebaliknya apabila lingkungan yang

kurang baik maka akan berpengaruh kurang baik pula terhadap prilaku

manusianya. Berkaitan dengan hal tersebut apabila diaplikasikan dalam proses

belajar mengajar di sekolah, peserta diarahkan ke suasana demokrasi agar potensi

siswa dapat berkembang dengan baik.

Menurut Dewey dan Thelan dalam Trianto, (2007:45) “…sekolah

dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku

demokrasi”.Suasana demokrasi yaitu suasana yang memungkinkan untuk

tumbuhkembangnya potensi-potensi siswa yang positif dan bermanfaat bagi

pembangunan bangsa, seperti halnya mengembangkan kreativitas siswa,

mengembangkan kemampuan berfikir, dan mengembangkan ketrampilan

berinteraksi dengan lingkungan.

Hal ini dalam pembelajaran di sekolah sangat cocok dengan pembelajaran

cooperative learning, yang mana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil

dan untuk beberapa pertemuan mereka tetap dalam kelompoknya kemudian

mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat berkerjasama

dengan baik.Ketrampilan-ketrampilan itu di antaranya kemampuan menyelesaikan

masalah, kecakapan mengemukakan pendapat, kecakapan menyikapi pendapat

temannya, dan membantu teman yang memiliki kemampuan yang kurang.

Pada dasarnya Pembelajaran cooperative learning ini adalah untuk

menciptakan susana belajar yang lebih hidup dan nyaman. Hidup dalam

pengertian, siswa yang lebih aktif di bandingkan cuma mendengarkan penjelasan

materi dari guru.Nyaman maksudnya adalah suasana belajar yang tidak kaku

karena dengan metode ini sesama siswa lebih leluasa memberikan pendapat

ataupun pertanyaan bahkan bisa memberikan ide di bandingkan berkomunikasi

dengan gurunya.

Page 7: PTK - COOP.docx

Dari paparan di atas sangatlah jelas untuk bekerjasama perlu adanya

hubungan yang baik walaupun mereka memiliki latar belakang yang berbeda

Perbedaan di sini bisa karena jenis kelamin laki-laki atau perempuan, faktor

kemampuan pandai atau kurang pandai, faktor lingkungan keluarga, agama, suku

adat budaya dan yang lainnya. Perbedaan ini, di kelas pun ada dan ini sangat

terlihat jelas antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan dan

ada juga siswa yang mau berbaur dengan teman sesama jenisnya ada juga yang

tidak, bahkan seperti ada diskriminasi sehingga menurut peneliti metode

cooperative learning cocok untuk diterapkan agar kebersamaan lebih meningkat

di dalam pembelajaran seni budaya khususnya seni tari. Menurut peneliti jika

perbedaan-perbedaan ini dibiarkan maka akan terjadi pengelompokan-

pengelompokan yang kurang positif dan dikhawatirkan akan lahir prilaku-prilaku

yang kurang baik. Untuk itu perlu adanya pembelajaran cooperative learning.

Di dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator saja atau

memberi arahan-arahan apabila ada sesuatu yang belum dipahami oleh siswa.

Guru mengupayakan agar siswa lebih kreatif dan lebih mengenal teman

sekelompoknya atau teman sekelasnya.

Apalagi di dalam pembelajaran seni budaya, siswa bukan hanya

mempelajari bagaimana menciptakan karya seni dengan teknik dan medianya,

mempelajari irama musiknya dan gerak tarinya saja, tetapi mempelajari

bagaimana latar belakang terbentuknya karya seni tersebut, sehingga dalam

pembelajaran seni budaya perlu adanya kerja sama yang baik untuk menuangkan

pengalaman-pengalaman seni atau pemahaman-pemahaman seni yang di

milikinya.

Bagi siswa lingkungan sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu tetapi

juga tempat belajar berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan

sosialnya, seperti belajar bergaul dengan teman sebayanya, belajar bekerjasama,

dan belajar memberi bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan. Hal ini

berarti setelah belajar seni budaya khususnya seni tari dengan menggunakan

metode cooperative learning model STAD yang akan dipakai dalam penelitian

ini, itu tidak hanya kebersamaan siswa saja yang meningkat tetapi harus ada

perubahan sikap yang lebih baik sebagai salah satu bekal dalam hidupnya.

Page 8: PTK - COOP.docx

Apabila sejak dini siswa dikenalkan dengan sikap demokrasi,

memperkenalkan seni budaya mudah-mudahan di masa yang akan datang

kekerasan atau diskriminasi tidak akan terjadi. Itu adalah salah satu ketertarikan

peneliti mengambil topik ini dan juga menurut peneliti pembelajaran cooperative

leraning di samping banyak sekali manfaatnya juga metode ini oleh peneliti

dianggap lebih efektif untuk mengatasi permasalahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah penggunaan metode cooperative learning model

STAD pada pembelajaran seni tari dapat meningkatkan kebersamaan siswa di

kelas VII pada SMP Negeri 2 Garut?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kebersamaan siswa dengan menggunakan metode cooperative

learning model STAD pada pembelajaran seni tari di kelas VII pada SMP Negeri

2 Garut.

D. Hipotesis Tindakan

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang

bermanfaat bagi :

1. Siswa, dengan Pembelajaran seni tari dengan menggunakan metode

cooperative learning model STAD mampu menumbuhkan kebersamaan dan

sikap demokratis yang tinggi, rasa tanggung jawab yang tinggi, kecerdasan

dan wawasan yang luas terhadap seni budaya dan semangat belajar sehingga

hasil belajar akan lebih bermanfaat.

2. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai dapat

menjadi bahan acuan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran seni budaya.

Page 9: PTK - COOP.docx

F. Ruang Lingkup

G. Batasan Istilah

Page 10: PTK - COOP.docx

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Cooperative Learning

Metode cooperative learning adalah suatu cara atau strategi dalam

menyampaikan pelajaran yang mana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil yang setiap kelompoknya terdiri dari empat atau enam siswa secara

heterogen baik dilihat dari berbagai segi kemampuan maupun dari jenis

kelaminnya. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan

kepada semua siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan

kegiatan belajar.

Agar kegiatan belajar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan

yang berisi pertannyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan bersama-

sama dengan teman sekelompoknya.Selama belajar siswa tetap tinggal dalam

kelompoknya untuk beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-

ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi

pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya,

membantu teman sekelompoknya yang lemah dan sebagainya.

Tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang di

sajikan guru, dan mereka saling membantu di antara teman sekelompoknya untuk

mencapai ketuntasan materi tersebut.Apabila ada salah satu anggota kelompok

yang belum menguasai materi pelajaran maka belajar kelompok itu dikatakan

belum selesai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ruskandi (2001:28) bahwa

pengertian cooperative yaitu “mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lain sebagai tim”. Kerjasama dalam satu tim harus kompak

untuk itu dibutuhkan kerja sama yang baik antar anggota kelompoknya agar

tujuan dapat tercapai.

Untuk dapat belajar bekerjasama dengan baik dibutuhkan hubungan sosial

yang baik sehingga akan melahirkan sikap kebersamaan di antara kelompoknya.

Seperti dikemukakan Ibrahim dkk dalam Trianto (2007:44) “Pembelajaran ini

mempunyai efek yang berarti terhadap keragaman ras, budaya, agama, strata

sosial, kemampuan, dan ketidak mampuan”.Dari paparan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative dapat menyatukan perbedaan latar

belakang dan ini merupakan bagian dari sikap kebersamaan. Menurut Eggen dan

Page 11: PTK - COOP.docx

Kauchak dalam (Trianto,2007:42) “Pembelajaran cooperative merupakan sebuah

kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama”.

 Jadi pembelajaran ini merupakan sebuah usaha untuk meningkatakan

partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan

dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya.

Di samping itu juga pembelajaran cooperative ini dapat meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan

kemampuan berfikir kritis. Seperti apa yang dikemukakan oleh Trianto (2007:41)

”Pembelajaran cooperative muncul dari konsep bahwa siswa lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan

temannya”. Ini berarti bahwa siswa akan lebih berani dan terbuka apabila

berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Tidak menutup kemungkinan dalam

satu kelompok ada yang tidak paham, untuk itu guru harus selalu mengupayakan

agar siswa tetap aktif.

Pembelajaran yang bernaung pada teori konstruktivis ini, muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah memecahkan masalah yang sulit jika

mereka saling bekerja sama dengan temannya. Sesulit apapun siswa akan merasa

lebih ringan untuk mengerjakannya dibandingkan mengerjakan sendiri karena

potensi atau kemampuan temannya berbeda-beda.

Agar tidak jenuh atau bosan dalam metode pembelajaran, model

cooperative learning mempunyai beberapa model diantaranya model STAD,

jigsaw, investigasi kelompok, berfikir berpasangan, dan penomoran berfikir

bersama. Adapun model-model pembelajaran cooperative learning adalah sbb:

1.      Model STAD (Student Team Achievement Division)

Cara belajar kelompok dimana setiap kelompokmya beranggotakan 4-5

siswa yang kemudian bekerjasama untuk menyelesaikan persoalan kelompoknya

secara bersama sama. Adapun pemilihan ketua dalam kelompok itu dipilih secara

demokratis oleh peserta kelompoknya sendiri.

Page 12: PTK - COOP.docx

2.      Model Tim Ahli (Jigsaw)

Cara belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang masing-

masing kelompok memiliki tim ahli-tim ahli dan tim ahli dari beberapa kelompok

ini berkumpul untuk membahas permasalahan yang sama dan menyamakan

pemahaman kemudia mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan

mensosialisasikan hasil bahasannya kepada teman-teman sekelompoknya.

3.      Model Investigasi Kelompok

Siswa dibagi dalam kelompok kecil, kelompok ini dapat dibentuk dengan

mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat yang sama dalam topik

tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan

penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya menyiapkan dan

mempresentasikan laporannya di depan seluruh siswa sekelasnya.

4.      Model Think Pair Share ( TPS ) atau berpikir berpasangan

Adalah jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa, dimana siswa diberi suatu pertanyaan yang berkaitan dengan

pelajaran, dan siswa didorong untuk berfikir sendiri beberapa menit kemudian

guru menyuruh siswa untuk mencari pasangan dan mendiskusikannya.Selanjutnya

melanjutkan dari pasangan kepasangan sampai sekitar sebagian pasangan

mendapat kesempatan untuk melaporkan. (Arends,1997) disadur

(Tjokrodiharjo,2003).

5.      Numbered Head Together ( NHT ) atau penomoran berfikir bersama

Guru membagi siswa dalam setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan

kepada setiap anggota kelompok diberi penomoran 1-5 .Kem udian guru memberi

pertanyaan yang bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk

kalimat tanya. Siswa menyatukan pandangan terhadap jawaban pertanyaan itu dan

menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Kemudian

guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sama

mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh

teman-teman sekelasnya.

Adapun yang nanti akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

model STAD (Student Team Achievement Division) karena kerjasama dalam

model ini efektif dan model ini sering digunakan peneliti dalam mengajar hanya

Page 13: PTK - COOP.docx

saja bentuknya konvensional yang mana siswa dibiarkan berdiskusi sendiri tanpa

bimbingan yang insentif juga terkadang diskusi itu didominasi oleh seorang siswa

saja dan siswa yang lain menyerahkan sepenuhnya kepada temannya. Dalam

pembelajaran cooperative learning model STAD ini siswa dibagi dalam

kelompok kecil yang satu kelompoknya beranggotakan empat atau lima orang

siswa. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dalam pemilihan ketua

ketua kelompoknya dibentuk oleh siswanya sendiri dan setiap siswa memiliki

tugas masing-masing.Peran guru sebagai fasilitator saja dan selama siswa bekerja

menyelesaikan tugas guru aktif membimbing.

B. Sikap Kebersamaan Siswa

Sikap adalah persepsi atau tanggapan individu dari suatu pandangan atau

pendapat yang diungkapkan melalui gerak tubuh atau mimik untuk melakukan

langkah atau tindakan sebagai reaksi terhadap suatu obyek Purwanto M. Ngalim

(1990:141) “Sikap adalah suatu perbuatan atau tingk ah laku sebagai reaksi atau

respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus yang disertai dengan pendirian

dan perasaan orang itu”. Adapun kebersamaan berasal dari kata sama atau tidak

berbeda yang berarti tidak berlainan halnya, rupanya dan sebagainya; sama-sama,

kedua-duanya, semuanya.; bersama-sama, serta, mengikuti. Awalan ke-an adalah

pembentuk kata benda abstrak dari kata keadaan, kata kerja atau kata bilangan,

jadi kata kebersamaan adalah tidak ada perpedaan yang di permasalahkan dari

keberadaan setiap individu. Dengan pengertian lain, setiap individu menerima

kekurangan dirinya sendiri juga dapat menerima kekurangan orang lain. Jadi

siswa di sini dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan temannya, baik yang

memiliki latar belakang yang sama maupun latar belakang yang berbeda.

Dalam kegiatan belajar penekanan terhadap sikap termasuk kedalam

kelompok afektif.Sikap-sikap tersebut diklafisikasikan dalam penerimaan, respon,

nilai (value), organisasi dan pemeranan (characteris). Jadi sikap kebersamaan

termasuk kelompok afektif, diantaranya saling membantu, menolong,

bekerjasama, menghargai, berbagi,dan mampu berinteraksi atau penyesuaian

dengan lingkungan.

Page 14: PTK - COOP.docx

Sikap adalah bagian dari kepribadian yang menurut Gagne dan Beliner

dalam (Sumantri Mulyani dan Syaodih Nana, 2006:4.27) menyatakan bahwa

“Personality is the integration of all of a person’s traits, abilit ies, motives as well

as his or her temperament, attitudes, opinions, beliefs, emotional responses,

cognitive styles, character, and moral”. Kepribadian merupakan keterpaduan

seluruh ciri-ciri individu, kemampuan motivasi sebagaimana ditampilkan dalam

temperamen, sikap, pendapat, keyakinan, respon emosional, gaya kognitif,

karakter, dan moral.

Selanjutnya Nurkancana Wayan dan Sunartana (1986:276) engemukakan

bahwa :

Sikap yang diambil oleh seseorang didasarkan atas nilai-nilai tertentu yang

didukungnya. Guru perlu mengetahui nilai-nilai tertentu yang ada pada anak, dan

perlu mengetahui bagaimana sikap anak terhadap dunia sekitarnya khususnya

sekolah. Apabila ada anak yang mempunyai sikap negatif terhadap sekolah, maka

guru perlu mencari cara-cara untuk mengembangkan nilai-nilai positif pada anak

sehingga sikap negatif akan berkembang menjadi sikap positif.

Sehubungan dengan hal di atas peneliti akan mencoba menerapkan metode

cooperative learning untuk menumbuhkan sikap kebersamaan dalam

pembelajaran seni budaya. Kata pembelajaran menurut Gagne Briggs dan Wager

(1992:3) adalah “serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar.” dan kata belajar menurut Witherington (1952:1965).

Belajar merupakan “… Change in personality, manifeshing it self as new pattern

of respond which my by skill, an attitude, a habit, an ability, on under standing”.

Belajar merupakan perubahan kepribadian yang dimanifestasikan dalam pola-pola

respon yang berupa ketrampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan atau

pemahaman.Itu berarti bahwa hasil belajar melibatkan seluruh aspek kepribadian

baik aspek kognitif, afektif, maupun spikomotornya.

C. Pembelajaran seni budaya

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa hasil dari pembelajaran adalah

adanya perubahan sikap pada diri individu.Hal ini berarti dalam pembelajaran seni

Page 15: PTK - COOP.docx

budaya harus ada perubahan sikap yang diharapkan pada siswa untuk dapat

mengenali dan memahami makna yang terkandung di dalam seni budaya

daerahnya.

Di dalam pelajaran seni budaya ada empat cabang seni yang bisa dipelajari

di antaranya seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni drama. Tetapi pada

kesempatan ini peneliti akan lebih menekankan kepada bagaimana pembelajaran

cooperative learning mampu meningkatkan sikap kebersamaan dalam

pembelajaran seni budaya khususnya dalam seni tari.

John Dewey dan Herberrt Thelan dalam (Trianto,2007:45) menyatakan

bahwa tingkah laku cooperative dipandang ‘sebagai dasar demokrasi, dan sekolah

dipandang sebagai labotarium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi.’

Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah harus

mencerminkan demokrasi.

Dalam kegiatan pembelajaran ini ada interaksi antara guru dan siswa yang

saling berhubungan dalam pengembangan aspek prilakunya dan juga dalam

mengembangkan kegiatan yang satu dengan yang lainnya, hal ini merupakan

suatu kegiatan pembelajaran yang aktif.

Dari pendapat di atas, sekali lagi peneliti meyakini bahwa melalui

pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran seni budaya dapat

meningkatkan kebersamaan yang kuat diantara mereka. Belajar secara kelompok

atau belajar bekerjasama dalam satu tim akan mempermudah dalam pencapaian

tujuan baik bagi siswanya maupun gurunya sendiri. Dalam belajar tidak hanya

merupakan kegiatan yang bersifat menambah ilmu pengetahuan saja tetapi di

dalamnya harus ada perubahan sikap atau tingkah laku.Dengan demikian

pembelajaran cooperative learning di dalamnya tersirat tentang pembelajaran

nilai-nilai kemanusiaan.Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Na Ayudhya

Art-ong Jumsai. (2009 :27) bahwa:

Tujuan dari model pembelajaran nilai-nilai terpadu adalah untuk menolong siswa

mencapai keunggulan manusiawi atau human excellence, bukan pada dimensi

fisik dan mental tetapi juga dimensi rohani. Para murid akan mempunyai karakter

yang baik dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan yakni kebenaran, kebajikan,

kedamaian, kasih sayang dan tanpa kekerasan.

Page 16: PTK - COOP.docx

Jadi melalui pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran seni

budaya siswa belajar untuk bisa berdampingan dengan teman sebayanya baik di

sekolah maupun di luar sekolah dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar.

Beberapa pandangan yang mengemukakan pengertian belajar di antaranya

“Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungannya”. (Tabrani, 1994:70) dan “Belajar mer upakan proses

pertumbuhan yang dihasilkan oleh hubungan berkondisi antara stimulus dan

respons” (Surakhmad,1984:65). Dengan adanya perubahan tingkah laku yang

lebih baik ini akan mampu memberikan sumbangan pada pembangunan bangsa.

Melalui pembelajaran seni budaya dapat dijadikan alat atau media untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadikan manusia berbudaya dan memiliki

keseimbangan akal pikiran dan perasaan.Sesuai dengan pendapat Kamaril

(2001:1) dalam makalahnya mengajukan konsep, bahwa; “Peran pendidikan seni

yang bersifat multidimensional, multilingual, dan multicultural pada dasarnya

dapat dimanfaatkan untuk pembentukan kepribadian manusia secara utuh”.

Sekaitan dengan kutipan di atas, kiranya pendidikan seni memiliki peran

untuk nenumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.Seperti fisik,

perseptual, daya pikir emosional, kreativitas, sosial dan etika. Dengan

menggunakan metode cooperative learning, banyak sekali temuan-temuan yang

mereka dapatkan baik kepribadiannya, wawasannya, latar belakangnya, atau

keberaniannya yang dijadikan sebagai pembelajaran untuk bisa belajar bekerja

sama, saling memahami, saling membantu untuk menjadi kelompok belajar yang

terbaik.

Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya

untuk menciptakan dan mengatur suasana yang memungkinkan siswa melakukan

kegiatan-kegiatan belajar, sehingga akan lahir sikap kebersamaan, saling

menghargai, saling membantu, saling menerima kekurangan diri atau orang lain

dan kompak untuk membuat pagelaran tari di kelas sebagai wujud dari kerja sama

yang baik dan bukan pagelaran saja pameran kelas juga bisa dilaksanakan

bersama-sama dalam satu kelas dan satu waktu.

Untuk itu perlu adanya persiapan dalam mengajar agar suasana belajar

yang diharapkan dapat tercapai, karena tidak semua siswa berminat pada satu

Page 17: PTK - COOP.docx

cabang seni yang sama. Begitu juga kemampuan siswa dalam belajar berbeda

beda. Ada yang mampu belajar melalui penglihatan atau pengamatan, melalui

pendengaran, membaca, ada juga mampu belajar apabila melakukan eksperimen

sendiri.Dalam hal ini siswa dituntut untuk mampu berkarya tetapi tidak semua

siswa mampu membuat sebuah karya seni karena kemampuan dan bakat siswa

yang berbeda.Ada siswa yang mampu menari, menyanyi, main musik, berakting,

membuat karya seni rupa tetapi ada juga yang hanya mampu menjadi apresiator

aktif, mengemukakan pendapat dalam hal ini adalah mampu mengamati karya

seni yang dituangkan baik melalui tulisan maupun lisan.

Untuk itu peneliti mencoba memberi materi ini secara terpadu yang mana dalam

pembelajarannya mampu menampung semua kemampuan siswa, sehingga siswa

dalam belajar merasa tidak dipaksakan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

pelajaran seni tari sebagai bahan penelitiannya karena menurut peneliti seni tari

sangat kental dengan kerja sama dan hubungan sosial dalam kelompoknya sangat

terlihat jelas.

Page 18: PTK - COOP.docx

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Tempat penulis melaksanakan penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Garut.

Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi tersebut peneliti

merupakan guru pengajar mata pelajaran seni rupa di kelas VII.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran

2012/2013 dalam waktu 3 bulan mulai bulan April sampai Juni 2013.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Garut Kabupaten Aceh Utara tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah

30 siswa terdiri dari 14 siswa putra dan 16 siswa putri. Mengingat populasi yang

jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam penelitian ini tidak mengambil

sampel sebagai wakil dari populasi, namun peneliti menjadikan seluruh siswa

kelas VII SMP Negeri 2 Garut sebagai subjek penelitian.

B. Data Dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, dan tes

yang dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 2 Garut berkaitan dengan

pemahaman peserta didik mengenai mata pelajaran seni budaya setelah digunakan

metode cooperative learning model STAD. Sumber data dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas VII  SMP Negeri 2 Garut

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ada ini ada empat tahapan yang perlu

diperhatikan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi seperti yang

dikemukaakan Lewin, Kemmis dan Mc. Taggart dalam Zuriah Nurul (2003:73)

mengemukakan “penelitian tindakan dipandang sebagai suatu siklus spiral terdiri

atas komponen perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang selanjutnya

mungkin diikuti dengan siklus-siklus spiral berikutnya”.

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

Page 19: PTK - COOP.docx

1.      Perencanaan

Dalam rencana tindakan peneliti menetapkan desain pembelajaran dengan

menggunakan metode cooperative learning dengan model STAD. Menyusun

strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang merupakan bahan

intervensi yang meliputi merancang dan menyusun bahan ajar, merancang rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan merancang evaluasi.Menyusun metode dan

alat pengambil data yang terdiri dari pedoman observasi.Menyusun perencanaan

teknik pengelolaan data yang didasarkan pada model analisis data kualitatif.

2.      Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP sambil

mengamati dan mencatat semua data yang diperlukan yang telah tertulis dalam

pedoman penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenali,

mendokumentasikan semua unsur (baik proses maupun hasil) perubahan-

perubahan yang terjadi baik sebagai akibat dari tindakan maupun sebagai efek

sampingnya.

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai setiap

kelompoknya dan memotivasi siswa untuk selalu bekerja dalam satu tim agar

mampu bersaing dengan kelompok lain.

Untuk siklus pertama pada pertemuan pertama dan kedua siswa dibagi

dalam kelompok kecil yaitu 4-5 orang secara heterogen baik dari segi kemampuan

maupun jenis kelaminnya.Setiap diakhir pertemuan siswa presentasi atau

mendemonstrasikan hasil kerjasamanya. Apabila dalam siklus pertama masih

belum mencapai tujuan maka peneliti akan memperbaiki kembali pada siklus-

siklus berikutnya yang dibagi dalam dalam beberapa pertemuan hingga diperoleh

hasil sesuai dengan yang diharapkan.

3.      Pengamatan (Observing);

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan format-format pengamatan

yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh

guru yang melaksanakan PTK untuk mengamati apa yang dilakukan siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung, mencatat kebersamaan siswa dalam

pembelajaran seni budaya melalui pembelajaran seni tari dan pengamatan juga

dilakukan oleh guru lain yang sama-sama mengajar pelajaran seni budaya untuk

Page 20: PTK - COOP.docx

mengamati apa saja yang dilakukan guru dan bagaimana proses

pembelajaranmnya sesuai tidak dengan apa yang tertulis dalam RPP.

4.      Refleksi (Reflecting);

Kagiatan ini dikenal dengan peristiwa perenungan. Peneliti mengingat

kembali kejadian-kejadian apa saja yang terjadi ketika tindakan berlangsung, dan

seluruh siswa diaktifkan dalam kegiatan ini, yaitu diajak untuk mengingat kembali

peristiwa atau kejadian yang telah terjadi disaat pembelajaran berlangsung pada

waktu itu, dan meminta pendapat apa saja yang dirasakan pada proses

berlangsungnya pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki

siklus selanjutnya, dan dalam kegiatan ini guru mengevaluasi apakah tindakan

yang telah dilakukan itu sudah sesuai dengan perencanaan atau belum dan

menganalisis temuan-temuan yang ada pada waktu itu.

Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah siklus dan

hasil dari siklus tersebut dibuat laporan sebagai kesimpulan dari hasil siklus

pertama untuk dibuat siklus keduanya yang merupakan perbaikan dari hasil siklus

pertama.

D. Teknik Pengumpulan data

Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.      Observasi

Peneliti mencatat semua informasi yang berkaitan dengan masalah yang

diajukan dengan mencatat bentuk tingkah laku siswa, seperti mencatat bagaimana

siswa merespon pelajaran seni budaya dengan metode cooperative

learning,mencatat perkembangan sikap siswa selama pembelajaran seni budaya

dilaksanakan, dan mencatat kegiatan guru. Observasi yang peneliti pilih adalah

observasi berstruktur yaitu variabel tingkah laku atau sikap yang akan diteliti

ditulis dalam sebuah daftar yang nanti akan diisi dengan membubuhkan tanda cek

list (V) pada daftar yang telah disediakan dan mencatat frekwensi pada pedoman

observasi.

Adapun pedoman observasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4Pedoman Observasi

Page 21: PTK - COOP.docx

Kebersamaan Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari

No IndikatorFrekuensi

BS B C K KS

1

2

3

4

5

Saling membantu dan menolong.

Saling bekerjasama

Saling menghargai

Saling berbagi

Berbaur dengan teman sekelompoknya.

Jumlah skor

Skor maksimum

% Pencapaian

Kriteria keberhasilan

Keterangan indikator :

1.      Saling membantu atau menolong :

-         Membantu temannya memakaikan properti tari.

-         Membantu temannya yang belum mengusai gerak tari

2.      Saling bekerjasama :

-         Diskusi dalam pembagian tugas kelompok untuk penampilan tari.

-         Menanggapi ide atau pertannyaan teman tentang gerak tari yang belum

dikuasai dan mendiskusikannya.

3.      Saling menghargai :

-         Menghargai atau memberi pujian pada kelompok lain yang sedang

mendemonstrasikan hasil latihan menari.

-         Menanggapi atau memberi pujian pada teman sekelompoknya atas temuan-

temuan gerak tari

4.      Saling berbagi :

-         Saling mengajarkan gerak tari yang belum dikuasai

-         Memberi kesempatan pada temannya untuk mengemukakan pendapat, ide,

atau mendemonstrasikan gerakan tari yang ditemukannya.

5.      Berbaur dengan teman sekelompoknya :

-         Memberi jawaban atas pertannyaan temannya.

-         Memberi bantuan pada teman yang meminta bantuan

Page 22: PTK - COOP.docx

-         Menanyakan kepada teman atas persoalan yang belum dimengerti tentang tari.

Keterangan :  BS    : Baik sekali (skor 5)

                            B      : Baik (skor 4)

                            C      : Cukup (skor 3)

                            K      : Kurang (skor 2)

                            KS    : Kurang sekali (skor 1)

2.      Catatan Lapangan

 Catatan lapangan adalah tulisan tentang kejadian-kejadian selama proses

pembelajaran berlangsung, berguna untuk pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif.

E. Teknik Analisis Data

Teknik ini merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Hal

ini dilakukan untuk menguji kebenaran informasi dan memberi gambaran yang

jelas akan sebuah penelitian. Untuk mengukur sikap kebersamaan siswa dalam

pembelajaran seni budaya dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif di dapatkan dari hasil observasi sedangkan kualitatif digunakan untuk

mendeskripasikan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar. Tes yang

dipakai dalam tes sikap ini menggunakan skala sikap model likert.Zuriah Nurul

(2001:140) “…Dalam skala sikap obyek sosial berlaku sebagai obyek sikap.Skala

sikap berisi pernyataan-pernyataan sikap (attitude statement)”.

Pernyataan sikap terdiri atas dua macam yaitu pernyataan favorabel

(mendukung atau memihak pada obyek sikap) dan pernyataanyang tidak favorable

(tidak mendukung obyek sikap).

Kriteria penskorannya :

Dikatakan baik sekali = 5                Dikatakan cukup     = 3

Dikatakan baik = 4                Dikatakan kurang    = 2

Dikatakan kurang sekali = 1

                                                     (Sumber : Ridwan, 2004:87-88)

Kriteria Interprestasi skor

0% - 20% = Sangat lemah

Page 23: PTK - COOP.docx

21% - 40% = Lemah

41% - 60% = Cukup

61% - 80% = Kuat

81% - 100% = Sangat kuat

Adapun data kuantitatif dengan persentase digunakan untuk menjelaskan

data-data kualitatif.

P = Fo/N X 100

Keterangan    :   

Fo     : Frekuensi observer yang memilih alternative

N       : Jumlah siswa

100    : Bilangan tetap

P       : Persentase yang dicari

                                         (Sumber : Nana Sujana, 1989 : 130-131)

Page 24: PTK - COOP.docx

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Selintas tentang SettingB. Uraian Penelitian Secara UmumC. Penjelasan Per SiklusD. Proses Menganalisis DataE. Pembahasan Penelitian

Page 25: PTK - COOP.docx

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanB. Saran-Saran

Page 26: PTK - COOP.docx

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: PTK - COOP.docx

LAMPIRAN