contoh ptk

79
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan

Upload: taofiq-septiawan

Post on 05-Dec-2014

166 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

silahkan di edit saja

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional,

antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru,

penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana

dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun

demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan

yang memadai.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti.

Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas.

Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya

tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan

paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar

memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan

pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang

Page 2: Contoh ptk

bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan pengajaran

berbasis inkuiri.

Apa yang menjadikan pengajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi

aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan

otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka

pelajari. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan

penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak

leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,

melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang

lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan

sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba

mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah

satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri untuk

mengungkapkan apakah dengan model berbasis inkuiri dapat meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi sains. Dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri

siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan

sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka

dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi dan

Page 3: Contoh ptk

Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada

Siswa Kelas ……………………………………..Tahun Pelajaran 2004/2005.”

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan

permasalahnnya sebagi berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya

pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas …………………………….

tahun pelajaran 2004/2005?

2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi

belajar siswa Kelas ………………………………………………… tahun

pelajaran 2004/2005?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran

IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas

……………………………………………………….. tahun pelajaran

2004/2005.

2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran

berbasis inkuiri dalam membangunkan ingatan siswa terhadap materi

pelajaran IPA setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas

Page 4: Contoh ptk

………………………………………………………. tahun pelajaran

2004/2005.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam

meningkatkan pemahaman siswa belajar IPA

2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan meningkatkan

pemahaman siswa belajar IPA di ……………………………. tahun pelajaran

2004/2005.

3. Meningkatkan motivasi belajar IPA.

4. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran berbasis inkuiri adalah:

Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa didorong untuk memiliki

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka

menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Page 5: Contoh ptk

2. Motivasi belajar adalah:

Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat

melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas

………………………………… Tahun Pelajaran 2004/2005.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun pelajaran 2004/2005.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan alat peredaran darah.

Page 6: Contoh ptk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang

dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta

fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar

merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap

dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah

laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir

dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir

dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-

minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses

yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang

yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan

tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam

diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

Page 7: Contoh ptk

2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu

akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar

menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap

individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil

dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi

adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam

mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan

dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau

pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok

digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa

yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam

hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Page 8: Contoh ptk

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan

atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah

tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan

yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.

Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan

Page 9: Contoh ptk

dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau

hasil belajar yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak

menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor

diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui

kesulitan.

C. Hakikat IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi

juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan

Page 10: Contoh ptk

asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam

yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan

bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses

dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah

kemudian diperoleh hasil (produk).

D. Pengajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen

penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang

dalam inovasi atu pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan

penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan

percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri

mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri,

menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk

menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan

Page 11: Contoh ptk

untuk membuat siswa berpikir …. Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti

apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian

dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan

penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa

diberi sederet silinder dengn ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta

untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila

percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsip-

prinsip utama yagn menentuan kecepatan silinder tersebut.

Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan. Pembelajaran

dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka

untuk melanjutan pekerjaannya hingga mereka menemukan prinsip-prinsip utama

yang menentukan kecepatan silinder tersebut.

Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan.

Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui,

memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan

jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan

memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan

menangani informasi.

Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar yang

mengikuti metodologi IPA dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran

bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri

melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi,

Page 12: Contoh ptk

pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya

eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan

metode-metodenya sendiri.

Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat menajukan suatu

pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan

mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada

siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak

hanya satu jawaban yang benar).

Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan

melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam proses

melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi

yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami

ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaiman menjadi ilmuwan. Mereka belajar

lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari

berbagi proses yang terlibah dalam pemantapan konsep dan fakta.

Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang

nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana

memecahkan maslah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri

memeungkinkan siswa dalam berbgai tahap perkembangannya bekerja dengan

masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi

terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan

talentanya masing-masing.

Page 13: Contoh ptk

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika

siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang akan melibatkan IPA dan matematika, ilmu sosial, bahasa, seni,

dan teknik.

Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melapoirkan hasil-hasil

temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu

sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya – siapa

mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman

guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih

efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.

Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak

bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan

terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri.

Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses

inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri.

Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-

kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri siswa-

siswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar.

Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajara siswa-siswanya.

Page 14: Contoh ptk

Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya

(Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data

Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion).

Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai

langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar

pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus

pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian

hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model

konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan

berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja.

Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat

dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.

Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus

berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika

siswa belajar berpikir kritis, merka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan

proses-proses sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanya seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa

buktinya?”

b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.

Page 15: Contoh ptk

c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori

yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki

sejuh nini.

d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu

kesimpulan yang kuat.

e. Memberi penjelasan atau interpretasi, memalkukan observasi dan/atau

prediksi.

f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil

dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri.

Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang

diperbuat atau apa yang diyakini.seperti halnya setiap tujuan yang lain, belajar

berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong

penerimaan pandangan divergen (berbeda) dan diskusi bebas. Tatanan itu

seharusnya juga lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan

daripada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan dalam berpikir kritis

paling baik dicapai bila dihibungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa.

Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir

kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan

mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak

konsisten atau keliru.

Page 16: Contoh ptk

Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10 keterampilan berpikir kritis yang dpat

digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas (keabsahan) tuntutan atau

argument, memahami periklanan, dan sebagainya.

(1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilai-nilai yang

sulit diverifikasi (diuji kebenarannya).

(2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang relevan dengan

yang tidak relevan.

(3) Menentukan kecermatan factual (kebenaran) dari suatu penyataan.

(4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suaut sumber.

(5) Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang mendua.

(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakn.

(7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).

(8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.

(9) Mengenali ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran.

(10) Menentukan kekuatan suatu argument atau tuntutan.

Beyer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kritis di atas bukan

merupakan suatu urutan langkah-langkah tetapi lebih merupakan daftar cra yang

dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu, siswa dapat menangani informasi untuk

mengevaluasi apakah informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama dalam

mengajarkan berpikir kritis kepada siswa adalah membantu mereka belajar tidak

hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu, tetapi juga

menyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.

Page 17: Contoh ptk

Proses inkuiri tidak dpat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Konsep

berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dari konsep inteligensi. Inteligensi

bukan sesuatu yang hanya dpat diukur dengan tes, buan pula sesuatu yang

semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah. Howard Gardaner (1983)

menunjukan bahwa intelgensi dapat diubah. “Intelligence is the ability to solve

problems or to create products that are valued between one or more cultural

settings” (Johnson, 2002:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di

mana manusia itu hidup dan berkembang.

Menurut Gardaner, inteligensi tidak dilahirkan, tepai dapat berkembang

atau berkurang, bergantung pada lingkungan atau konteks seseorang. Lingkungan

yng dimaksud adalah teman, guru, orang tua, buku, alat-alat belajar (pena,

computer, kegiatan-kegiatan fisik, musik), dan hal-hal lain yang mencapai otak

melalui panca indera. Dengan menggunakan kriteria khusus untuk

mengidentifikasi konsep inteleigenais, Gardaner mengusulkan delapan jenis

inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical, spatial, bodily-

kinesthetic, interpersonal, intra-personal, dan naturalist. Jenis pekerjan dan

aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan jenis inteligensi ini dpat

dicontohkan sebagai beikut: (1) linguistic: wartawan, reporter, politikus, atu

penulis; (2) logis-mathematis; ahli fisika, neurology, atau insinyur; (3) spasial:

pelukis, interior decorator, atau pemain tennis; (4) bodily-kinesthic: penari balet,

pemain golf, pembalap, atau petinju; (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau

organis/pianis; (6) interpersonal: hakim, saleperson, atau guru; (7) intrapersonal:

Page 18: Contoh ptk

biarawan/rohaniawan, pujangga, atau ahli ilmu jiwa/psikolog; dan (8) naturalist:

ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan.

Kedelapan jenis inteligensi ini telah mengilhami para pendidik untuk

mengajar dengan dengan mengac pada salah satu dari delapan jenis inteligensi

tersebut. “Hundred, perhaps thousands, of classrooms around the world rely

today on Gardaner’s theory of multiple intelligences to help students realize their

latent potential” (Johnson, 2002:141). Apakah kelas berfokus pada siswa yang

kurang mampu atau kelas yang siswa-siswanya berbakat, para pendidik melihat

manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis

inteligensi yang dikemukakan Gardaner.

Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi atas

dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan belajar yang kaya

yang memungkikan mereka menghubungkan makna dengan konteks. “CTL’s

component work together to provide this rich environment, offering students

many opportunities to ignite the eight multiple intelligences” (Amstrong,

1994:35). Guru CTL menyadari dan menghargai bahwa setiap anak memiliki

derajat yang berbeda dalam hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu

system holistic berhubungan dengan delapan inteligensi yang dibawa setiap anak

pada lingkungan belajar.

Page 19: Contoh ptk

Delapan inteligensi (Howard Gardaner, 1983)

Multiple IntelligencesLogika-matematika Peka terhadap pola, keterampilan dan sistematika.Linguistic/ilmu bahasa Peka terhadap bunyi, ritme, dan makna kata

MusikKemapuan menghasilkan dan menghargai ritme, tinggi rendah suara, dan warna suara

Spatial/jarakKemampuan untuk melakukan transformasi mengenai persepsi awal seseorang dan kemampuan mengkreasi kembali aspek-aspek pengalaman visual seseorang.

Bodily-kinesthetic/fisik-kinestetikKemampuan mengontrol gerak tubuh seseorangdan kemampuan menangani objek secara terampil.

Inter personal/antar-pribadiKemampuan untuk menjawab atu memberikan reaksi secara tepat berbagai suasana batin, temperamen, motivasi dan keinginanorang lain.

Intapersonal/antar-pribadi

Bagaimana menjiwai perasaan sendiri, kemampuan mendiskriminasikan berbagi perasaan seseorang, dan kemampuan menarik kesimpulan untuk menuntun tingkah laku seseorang

Naturalist/alamiahMengamati, mengalami dan mengorganisasikan berbagai pola dalam lingkungan alamiah

Guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri haru menjadikan

siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa untuk mandiri sedini

mungkin sejak dari awal masuk sekolah. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya

guru membantu siswa agar mereka tumbuh mandiri? Jawabannya adalah memberi

kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minat alamiah mereka. Guru harus

mendorong siswa untuk memecahkan sendiri msalah yang dihadapinnya atau

memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban

dari masalah yang mereka hadapi. Siswa akan mendapat keuntungan jika mereka

dapat “melihat” dan “melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan

ceramah atau penjelasan guru. Guru dapat membantu siswa memahami konsep-

konsep yang sulit dengan bantuan gambar dan demontrasi.

Page 20: Contoh ptk

Belajar harus luwes dan bersifat menyelidiki atau melalui penemuan. Jika

siswa tampak berusaha dengan menghadapi suatu, berikan mereka waktu untuk

mencoba sendiri memecahkan masalah tersebut sebelum memberikan

pemecahannya. Guru juga harus memperhatikan sikap siswa terhadap belajar.

Menurut Jerome, S. Burner, sekolah harus merangsang keingintahuan siswa,

meminimalkan risiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi siswa.

Sebagai saran tamhahan bagi guru yangmengajar dengan pendekatan inkuiri: (1)

doronglah siswa agar mereka mengajukan dugan awal dengan cara guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan membimbing; (2) gunakan bahan dan

permainan yang bervariasi; (3) berikan kesempatan kepada siswa untuk

memuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan-

gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan

(4) gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang nyata

dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.

Page 21: Contoh ptk

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)

penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social

eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru

secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Page 22: Contoh ptk

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

………………………………………. tahun pelajaran 2004/2005.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester gasal tahun pelajaran 2004/2005.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas

………………………………. tahun pelajaran 2004/2005 pada pokok

bahasan alat peredaran darah.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2000: 3).

Page 23: Contoh ptk

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

Page 24: Contoh ptk

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA pada pokok

bahasan alat peredaran darah. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.

Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-

soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas

pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi

butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini

dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

Page 25: Contoh ptk

(Suharsimi Arikunto, 2001:

72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari

harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf

kesukaran adalah:

Page 26: Contoh ptk

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

Page 27: Contoh ptk

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir

soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan pengajaran berbasis inkuiri, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

Page 28: Contoh ptk

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

Page 29: Contoh ptk

atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

Page 30: Contoh ptk

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan pengajaran berbasis inkuiri dan

pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif

siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

Page 31: Contoh ptk

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari

validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45

5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga

ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 24)

dengan r (95%) = 0,404. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:

- 20 soal mudah

- 16 soal sedang

- 10 soal sukar

Page 32: Contoh ptk

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek

sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan

demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 12 September 2004 di Kelas ……….. dengan jumlah siswa

24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar

Page 33: Contoh ptk

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT1 80 √ 13 90 √2 50 √ 14 70 √3 70 √ 15 50 √4 40 √ 16 40 √5 60 √ 17 80 √6 80 √ 18 80 √7 70 √ 19 70 √8 60 √ 20 70 √9 40 √ 21 50 √10 80 √ 22 60 √11 70 √ 23 70 √12 80 √ 24 90 √

Jumlah 780 7 5 Jumlah 820 8 4Jumlah Skor 1600Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 66,67

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 15

Jumlah siswa yang belum tuntas : 9

Klasikal : Belum tuntas

Page 34: Contoh ptk

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

66,6715

62,50

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pengajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 66,67 dan ketuntasan belajar mencapai 62,50% atau ada 15 siswa

dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena

siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 62,50% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih canggung dengan diterapkannya

pengajaran berbasis inkuiri.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 19 September 2004 di Kelas V dengan jumlah

siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

Page 35: Contoh ptk

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan

pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT1 80 √ 13 80 √2 60 √ 14 60 √3 80 √ 15 80 √4 80 √ 16 70 √5 70 √ 17 70 √6 60 √ 18 70 √7 70 √ 19 60 √8 60 √ 20 90 √9 70 √ 21 80 √10 80 √ 22 60 √11 80 √ 23 80 √12 70 √ 24 80 √

Jumlah 860 9 3 Jumlah 880 9 3Jumlah Skor 1740Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 72,50

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Page 36: Contoh ptk

Jumlah siswa yang tuntas : 18

Jumlah siswa yang belum tuntas : 6

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

72,5018

75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 72,50 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 18 siswa

dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dengan pengajaran

berbasis inkuiri, disamping itu ada perasaan senang pada diri siswa

dengan adanya cara belajar yang baru karena itu adalah pengamalan

pertama bagi siswa.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

Page 37: Contoh ptk

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 25 September 2004 di Kelas V dengan jumlah

siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Page 38: Contoh ptk

Table 4.6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT1 60 √ 13 80 √2 80 √ 14 90 √3 80 √ 15 80 √4 70 √ 16 70 √5 70 √ 17 80 √6 90 √ 18 60 √7 80 √ 19 80 √8 60 √ 20 90 √9 80 √ 21 80 √10 90 √ 22 70 √11 70 √ 23 80 √12 80 √ 24 70 √

Jumlah 910 10 2 Jumlah 930 11 1Jumlah Skor 1840Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 76,67

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 21

Jumlah siswa yang belum tuntas : 3

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

76,6721

87,50

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 76,67 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan

Page 39: Contoh ptk

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami

pembelajaran berbasis inkuiri. Disamping itu peningkatan kemampuan

guru dalam mengelola pengajaran berbasis inkuiri semakin mantap.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan pengajaran berbasis inkuiri. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

Page 40: Contoh ptk

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pengajaran berbasis inkuiri

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan

apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan pengajaran berbasis inkuiri dapat

meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pengajaran berbasis

inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasasi belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan

siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan

belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 62,50%,

75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

Page 41: Contoh ptk

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pengajaran berbasis inkuiri dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal

ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran

yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya

nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran IPA dengan pengajaran berbasis inkuiri yang paling dominan

adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan

guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah pengajaran berbasis inkuiri dengan baik. Hal

ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,

menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Page 42: Contoh ptk

BAB V

PUNUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,50%), siklus II

(75,00%), siklus III (87,50%).

2. Penerapan pengajaran berbasis inkuiri mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pelajaran IPA

yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa

siswa tertarik dan berminat dengan pengajaran berbasis inkuiri sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

Page 43: Contoh ptk

1. Untuk melaksanakan pengajaran berbasis inkuiri memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan pengajaran berbasis inkuiri dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di …………………………………………. tahun pelajaran

2004/2005.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

Page 44: Contoh ptk

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Page 45: Contoh ptk

MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR

IPA DENGAN MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS

INKUIRI PADA SISWA KELAS ………………………

………………………………………………

TAHUN 2004/2005

KARYA ILMIAH

OLEH

…………………………………

NIP: ……………………………

DINAS PENDIDIKAN ……………………………………

Page 46: Contoh ptk

……………………………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi perpustakaan

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya

Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru pada Golongan IV a ke IV b.

Kepala Sekolah ……………………………

……………………………….. Penulis

……………………………… …………………………

NIP: ………………….. NIP: …………….

Mengetahui Mengetahui

Kepala UPTD Perpustakaan Umum Kepala Cabang Dinas Pendidikan

……………… ………………………

…………………………. …………………………

NIP: ………………… NIP: ……………

Mengetahui Mengetahui

Kepala Dinas Pendidikan Ketua PD II PGRI

……………………… ……………………….

……………………………. ………………………

Page 47: Contoh ptk

Pembina TK I NPA: …………………..

NIP: ……………KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan

karya ilmiah dengan judul “Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan

Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas

…………………………….. Tahun Pelajaran 2004/2005”, penulisan karya ilmiah ini

kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai

sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak

didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya

kepada:

1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ……………………….

2. Yth. Ketua PD II PGRI ………………………………

3. Yth. Rekan-rekan Guru ……………………………….

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis

harapkan.

Page 48: Contoh ptk

Penulis

ABSTRAK

Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas II B SDN Sukorame Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011

Kata Kunci: pembelajaran ipa, pengajaran berbasis inkuiri

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri? (b) Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi belajar siswa?

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas II B SDN Sukorame Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011

Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (83,33%), siklus II (85,71%), siklus III (94,29%).

Simpulan dari penelitian ini adalah metode pengajaran berbasis inkuiri dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa II B SDN Sukorame Kecamatan

Page 49: Contoh ptk

Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran IPA.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i

Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Abstrak ............................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3

D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 3

E. Definisi Operasional Variabel ........................................... 4

F. Batasan Masalah ................................................................ 5

BAB II KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ..................................... 6

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Presasi Belajar ........... 8

C. Hakikat IPA ....................................................................... 9

D. Pengajaran Berbasis Inkuiri .............................................. 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Page 50: Contoh ptk

A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................. 21

B. Rancangan Penelitian ........................................................ 21

C. Instrumen Penelitian ........................................................ 22

D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 26

E. Teknik Analisis Data ....................................................... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Item Butir Soal .................................................... 28

B. Analisi Data Penelitian Persiklus ...................................... 30

C. Pembahasan ....................................................................... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 42

B. Saran .................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44