ptk p de revisi 1
DESCRIPTION
fgvyhgvcdhfvfdvdvfdvfdvfdTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari
betapa pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu
berupaya meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban bangsa yang bermartabat1.
Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya
berbagai masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa
banyak orang untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya
pendidikan agama Islam. Tidak dipungkiri bahwa munculnya banyak
kerusuhan, konflik dan kekerasan untuk sebagian besar adalah cermin
dari ketidakberdayaan system pendidikan khususnya agama di negeri
ini.
Hal senada diungkap oleh Amin, Abdullah2, bahwa
pembelajaran pendidikan agama yang berjalan hingga sekarang lebih
banyak terfokus pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang
bersifat kognitif semata. Pendidikan agama terasa kurang terkait
terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang
bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang diinternalisasikan
1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) hlm.62 Abdullah Amin.Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta,2001) hlm.59
1
dari diri peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.
Selanjutnya “makna” dan “nilai” yang telah terhayati tersebut dapat
menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak-berbuat-
berperilaku secara konkrit agamis dalam wilayah kehidupan praktis
sehari-hari.
Selama ini, pembelajaran agama Islam berlangsung pasif, di
mana anak didik hanya mendengar dan menerima dari guru tanpa
unsur kreativitas. Guru lebih menanamkan pada
memorisasi,menekankan hafalan daripada penerapan dan pemikiran
yang kritis.
Pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung
maupun wawancara dengan para guru di kelas VI SD Negeri 02 Galih
Sari di temukan bahwa banyak siswa yang masih berperilaku tidak
terpuji dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini sangat
memprihatinkan, memandang bahwa tahap sekolah dasar adalah
tahap pembentukan karakter anak untuk menuju kedewasaan
nantinya. Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru masih
menggunakan metode yang konvensional, sehingga siswa hanya
menguasai ranah kognitif tanpa tersentuh ranah afektif dan
psikomotoriknya. Beberapa kejadian tersebut merupakan salah satu
kelemahan sistem pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam
sehingga yang seharusnya siswa berperilaku terpuji sebagai pengaruh
Pendidikan Agama Islam malah cenderung berperilaku tidak terpuji
karena pembelajaran yang dilakukan tidak bermakna bagi peserta
didik itu sendiri3(Tim Guru SDN 2 Galih Sari, 2010 :37).
Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan model pembelajaran
yang tepat sehingga dapat menyentuh baik ranah kognitif, afektif dan 3 Tim Guru SDN 2 Galih Sari (Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari, 2010) hlm. 37
2
psikomotor. Dengan menemukan model pembelajaran yang tepat
maka pembelajaran akan menjadi bermakna dan berpengaruh
terhadap perilaku anak sehari-hari, sehingga anak-anak akan
berperilaku terpuji atas dasar kesadaran diri.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Namun, tidak semua model sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran, materi dan peserta didik. Khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang cenderung harus dapat
mewujudkan perilaku terpuji sesuai kandungan Al-Quran dan Hadist
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai alasan tersebut salah satu alternatif model
pembelajaran yang ingin peneliti terapkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah model bermain peran . Bermain peran
atau role playing merupakan salah satu model pembelajaran yang
diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik4.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini meliputi,
kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu
kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba
mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara
memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-
sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah
Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti
berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas
dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji
melalui Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan 4 Mulyasa. Pembelajaran Kooperatif ( Jakarta : BumiAksara, 2003)hlm. 35
3
Agama Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari
Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.
B.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan
diatas timbulah permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sebelum diterapkan
Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan
Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?
2. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sesudah diterapkan
Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan
Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?
3. Apakah penerapan Model Bermain Peran dapat meningkatkan
Kebiasaan Perilaku Terpuji siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas VI Semester 2 SD SD Negeri 2 Galih Sari
Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bahwa penerapan Model Bermain Peran dapat
meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji pada mata pelajaran
Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan
Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
4
1. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pembiasaan perilaku terpuji dan menerapkannya di kehidupan
sehari-hari.
2. Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih
terampil menggunakan Model Pembelajaran Bermain Peran, guru
akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat
bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka
memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas
sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.
D.Kajian Pustaka
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dalam pembelajaran juga dibahas mengenai
belajar, prestasi belajar, hasil belajar, aktivitas, partisipatoris, motivasi
dan minat belajar siswa 5.
2. Pembiasaan
5 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.5
Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti
sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat,
atau tidak aneh. Kata “membiasakan” berarti melazimkan,
mengadatkan, atau menjadikan adat. Dan kata “kebiasaan” berarti
sesuatu yang telah biasa dilakukan, atau adat6 (Poerwadarminta,
2007: 153). Jadi, kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa”
yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti
proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
kebiasaan atau adat.
Pembiasaan merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pendekatan pembiasaan sangat penting
dilakukan terutama pada anak usia dini terutama sekolah dasar.
Karena dengan pendekatan pembiasaan siswa akan dengan rutin
melakukan dan akhirnya akan mencapai pemahaman7.
3. Perilaku Terpuji
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca dan sebagainya8.
6 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)h.1537 Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.
8 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 2003)hlm.1146
Contoh perilaku terpuji yang dibahas dalam penalitian ini adalah
tolong menolong dalam kebaikan. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam
Al-Qur’an yang artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma’idah : 2]9
4. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran Bermain Peran juga dikenal dengan nama
model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara
berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan
scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan
berimprofisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru10
(Isjoni, 2010). Dengan bermain peran siswa dapat mengalami
pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah
dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam11.
Menurut KTSP (2006 : 6) 12tujuan Pendidikan Islam adalah :
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
9 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995)
10 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.49
11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)hlm.1412 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : Depdiknas,2006) hlm.6
7
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.
E. Kerangka Teori
Berdasarkan Kajian pustaka di atas, pembiasaan berasal dari
kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks
“an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan
menghasilkan suatu kebiasaan atau adat. Dalam pendidikan, jika
siswa diberikan pembiasaan pada suatu materi maka akan timbul
kebiasaan yang relatif lama dan melekat pada diri siswa.
Dalam materi perilaku terpuji pada mata pelajaran PAI, perilaku
terpuji yang akan diajarkan adalah tolong menolong dalam kebaikan
diantaranya mencontohkan mengenai tolong menolong Kaum
muhajirin dan Kaum Anshar13. Materi ini akan mudah diajarkan bila
siswa dapat mempraktekkan secara langsung peristiwa tolong
menolong tersebut. Untuk itu model pembelajaran bermain peran
sangat tepat digunakan. Hal ini didukung dengan pendapat Isjoni
(2010) bahwa dengan bermain peran siswa dapat mengalami
pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah
13 Mohammad Fauzi, Saya InginMenjadi Anak Saleh (Bandung :Grafindo) hlm.1008
dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi
lebih bermakna14.
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori di atas, maka
diduga model Bermain Peran dapat meningkatkan pembiasaan
berperilaku terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas
VI SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
“Melalui Model Bermain Peran dapat meningkatkan Pembiasaan
Perilaku Terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI
SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.
G.Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 02 Galih
Sari yaitu terletak di desa Galih Sari kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar
ini karena sekolah ini tempat peneliti bertugas menjadi guru bidang
study Pendidikan Agama Islam.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran
2011/2012. Waktu penelitian ini akan berlangsung selama tiga bulan,
mulai dari tahap persiapn, pelaksanaan, dan penulisan laporan
penelitian sejak bulan Januari hingga bulan Maret pada semester II
tahun pelajaran 2011/2012.
14 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.49
9
3. Subjek yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai
subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari, dengan
jumlah siswa sebanyak 19 orang.
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.
Menurut Arikunto (2009)15 terdapat empat tahapan penelitian tindakan
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4)
refleksi.
Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan penelitian tindak kelas (Arikunto, 2009:16)
15 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
10
dst.
1) Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan (Arikunto:2009)16.
Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan
menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang
dalam kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi
pelajaran, menelaah buku paket Agama Islam yang ada , menyusun
RPP, membuat media atau alat peraga pembelajaran, membuat
instrumen data (misalnya pedoman observasi, wawancara, angket).
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas17 (Arikunto:2009).
Dalam tahap ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang
telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,
tidak di buat- buat.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini
dilakukan dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama
pembelajaran adalah dengan model pembelajaran bermain peran.
Selama kegiatan pembelajaran, kegiatan pengamatan dilakukan untuk
melihat efek dari pemberian tindakan.
3) Tahap pengamatan16 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)17 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
11
Menurut Arikunto 18 (2009) tahap pengamatan merupakan
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan
berlangsung bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses
pembelajaran berlangsung, guru pelaksana mencatat sedikit demi
sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan siklus berikutnya.
4) Tahap Refleksi
Menurut Arikunto19(2009) refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi
dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan.
Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan
suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata
dalam tindakan. Refleksi biasanya dibantu dengan diskusi di antara
peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar
rencana perbaikan untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.
Tahapannya meliputi analisis data, memaknakan data, menyimpulkan
kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.
5. Deskripsi per Siklus
18 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)19 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
12
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam
RPP yang direncanakan dengan materi perilaku terpuji
b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka
membantu siswa memahami konsep-konsep PAI dengan baik
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran bermain peran.
c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana
belajar mengajar dengan model pembelajaran bermain peran.
d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi PAI
siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran dengan skenario model
pembelajaran bermain peran berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran
diadakan tes sikap siswa. Pada setiap akhir pembelajaran dilakukan
proses evaluasi pembelajaran, evaluasi tersebut dilakukan untuk
melihat apakah ada atau tidak peningkatan pembiasaan perilaku
terpuji siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa lembar
pengamatan yang disusun oleh peneliti.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan
oleh teman sejawat yaitu guru kelas VI sebagai pengamat dalam
proses pembelajaran.
13
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur keaktifan
dan pembiasaan perilaku terpuji siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran bermain peran.
Lembar observasi dibuat sedemikian rupa oleh peneliti dengan
diukur menggunakan indicator yang sesuai. Indikator yang diukur
meliputi:
a. Pembiasaan Tolong Menolong dalam kebaikan dengan rentang skor
1-50.
b. Pembiasaan Gigih dalam kebaikan dengan rentang skor 1-50.
4) Refleksi
Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
dianalisis dan dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-
kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap
siklus akan menjadi bahan rekomendasi revisi kegiatan siklus
berikutnya. Bentuk antisipasi dilakukan dengan menugaskan siswa
membaca materi sebelumnya dan memberinya tugas mengenai materi
berikutnya.
b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).
c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II).
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Tes
Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar
siswa pada setiap akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari
14
instrumen tes di dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu pilihan
ganda. Banyak soal berjumlah 10 butir.
b) Observasi
Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar
pengamatan terhadap kegiatan dalam pembelajaran dan pembiasaan
perilaku terpuji siswa. Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk
refleksi setiap siklus. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai
instrument pengamatan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk
mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan
keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang
bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif
sederhana. Dalam menganalisa data peneliti membandingkan hasil
ulangan siswa sebelum tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah
tindakan. Dari hasil analisis data akan ditarik kesimpulan secara
keseluruhan dengan menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang
telah ditetapkan.
Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus :
P = X 100 (Hamalik, 2010:123)20
Keterangan
P = persentase keberhasilan siswa
F = Jumlah skor yang diperoleh siswa
20 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
15
N = jumlah skor maksimun
Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan
menggunakan analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa
dan persentase keberhasilan belajar yang mengacu pada KKM siswa.
1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus :
Me =
Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa
JN = Jumlah nilai seluruh siswa
S = Jumlah seluruh siswa
2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM,
diperoleh dengan rumus :
PK = x 100 %
Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan
SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan
S : jumlah seluruh siswa.
16
3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung
persentase
digunakan rumus:
Keterangan :
NP = Persentase
Me1 = Nilai rata-rata siklus 1
Me2 = Nilai rata-rata siklus 2
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai
apabila siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari lebih dari 85% dapat
mengalami peningkatan pembiasaan perilaku terpuji.
H.Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari bab-bab
antara lain :
Bab I terdiri dari latar belakang, masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,
hipotesis, metodologi penelitian, sistematika proposal, daftar pustaka
dan jadwal penelitian.
Bab II yaitu landasan teori berupa definisi pembelajaran, hasil
dan faktor yang mempengaruhi belajar, aktivitas, motivasi belajar,
pembiasaan, perilaku terpuji, model bermain peran beserta langkah-
langkahnya, dan Pendidikan Agama Islam.
17
Bab III yaitu setting wilayah penelitian SDN 2 Galih Sari
Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin, mengenai : sejarah
berdiri, letak, ketenagaan pendidikan, keadaan siswa, sarana
prasarana dan struktur organisasi sekolah.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, meliputi hasil
pengolahan data mengenai meningkatkan pembiasaan perilaku terpuji
melalui model bermain peran pada pembelajaran PAI di kelas VI
semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin. Bab V yaitu penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Perilaku Terpuji
1. Pengertian Perilaku Terpuji
Imam Al-Ghazali menyebut perilaku ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa. Dari pada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.Sedangkan
perilaku terpuji atau akhlakul karimah adalah perilaku, perangai,
ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Perilaku terpuji terbukti
efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun21.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terpuji
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terpuji
terbagi menjadi dua, yaitu 22:
a. Faktor Intern
Faktor intern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku
terpuji yang berasal dari dalam diri sendiri (tiap individu bersangkutan).
Diantaranya yang termasuk faktor intern adalah :
1. Dorongan hati nurani
2. Mengharap Ridha Allah
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku
terpuji yang berasal dari luar diri sendiri atau dorongan dari luar
individu bersangkutan.
21 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 2122 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 24
19
Diantaranya yang termasuk faktor ekstern adalah :
1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain
2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela
3. Mengharapkan pahala dan surga
4. Mengharap pujian dan takut azab Tuhan
3. Upaya Membentuk Perilaku Terpuji
Agar perilaku terpuji dapat terbentuk, maka kita harus berupaya
untuk membentuknya. Upaya tersebut dapat melalui 23:
a. Ilmu
Banyak membaca buku agar bisa mengambil keteladanan dari
sahabat-sahabat nabi dan mengikuti kajian-kajian Islam. Kemudian,
berusaha mengelompokkan nilai-nilai iman yang sudah kita ketahui ke
dalam perilaku kita sehari-hari. Dalam pembelajaran, tentu PAI
merupakan peran penting dalam khasanah ilmu yang membentuk
perilaku terpuji, terutama pada usia sekolah dasar.
b. Latihan ibadah,
Dengan latihan ibadah yang terus menerus atau melalui
pembiasaan maka perilaku terpuji akan terbentuk dan melekat pada
diri individu, dan akhirnya akan menjadi terbiasa tanpa perlu berfikir
terlalu lama apabila ingin melakukan perilaku terpuji.
Mengurangi maksiat, membentuk lingkungan yang baik, melatih
amal atau kerja kita, bergaul dengan orang-orang saleh, meninggalkan
lingkungan yang buruk, dan mengambil hal positif dari lingkungan di
sekitar kita.
4. Bentuk-bentuk Perilaku Terpuji23 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 43
20
Bentuk-bentuk perilaku tepuji dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu24 :
a. Perilaku Terpuji Terhadap Allah SWT
Perilaku terpuji terhadap Allah diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Taubat
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak
kepada Pencipta adalah Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali
pada kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan
kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan
dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang
serupa.
Menurut Ibnu Katsir, taubat adalah Tobat adalah menjauhkan
diri dari perbuatan dosa dan menyesali atas dosa yang pernah
dilakukan pada masa lalu serta yakin tidak akan melakukan kesalahan
yang sama pada masa mendatang.Menurut A.Jurjani, tobat adalah
kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari
perbuatan dosa dan melaksanakan segala kewajiban kepada Tuhan.
Menurut Hamka tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah
menempuh jalan yang sangat sesat dan tidak tentu ujungnya. Dengan
kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan
atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa
yang sudah terlanjur dikerjakan serta berjanji tidak akan mengulangi
dosa yang pernah dilakukan.
2. Tawakkal
24 http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/
21
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
b. Perilaku Terpuji Terhadap Sesama Manusia
Perilaku terpuji terhadap sesama manusia sangat banyak
macamnya. Berikut adalah beberapa macamperilaku terpuji terhadap
sesama manusia :
1. Husnuzzan
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive
thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya
berprasangka buruk ataup negative thinking.
2. Adil
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga
berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat
adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak
memihak dan tidak merugikan pihak manapun.Sebagai contoh
seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan
kedudukannya,menghukum orang yang bersalah melakukan tindak
pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa
mengurngi sedikitpun.
3. Kerjasama/ Tolong menolong
Kerjasama/tolong menolong merupakan sikap yang
menggambarkan bahwa manusia saling membutuhkan dan
merupakan makhluk sosial.
4. Gigih
Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan
kesungguhan dan keuletan dalam mencapai tujuan. Gigih atau kerja
22
keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan
hasil positif dalam segala usaha.
5. Rela berkorban
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki
demi sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud
atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.
6. Tata krama
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat
dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran
Allah kepada kaumnya.
7. Ridho/ Ikhlas
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah
ridha artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang
diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan
baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang
mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan
menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati
atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua
berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti
menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak
dibenarkan dalam agama islam.
8. Sabar
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak
disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah SWT.
9. Bijaksana
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang
dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu
23
permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun
pada orang lain.
10. Qanaah
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan
menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
B. Pembiasaan
Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting,
karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena
kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan
lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan
terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Pembiasaan ini akan
memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan
ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari (Azis : 2011)25.
Dalam penelitian ini, pembiasaan yang dimaksudkan adalah
pembiasaan perilaku terpuji. Jika perilaku terpuji dilakukan dengan
terus menerus maka tanpa berfikir siswa akan terbiasa melakukan
perilaku terpuji di manapun dan kapanpun mereka berada.
C. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Metode Bermain Peran
Menurut Dr.E. Mulyasa, M.pd. ( 2004 : 141 )26 terdapat empat
asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk
mengembangkan prilaku dan nilai sosial, yang kedudukannya sejajar
25 http://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/metode-pembiasaan-dalam-pendidikan-agama-islam/diakses tanggal 12 Februari 2012
26 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.hlm 141
24
dengan model model mengajar lainnya. Ke empat asumsi tersebut
sebagai berikut :
secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada
situasi “ disini pada saat ini “. Model ini percaya bahwa sekelompok
peserta didik dimungkinkan menciptakan analogi mengenai situasi
kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain
peran, para peserta didik dapat menampilkan respon emosional sambil
belajar dari respons orang lain.
Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa
bercermin pada orang lain. Bermain peran dalam konteks
pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan
pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari
pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide
dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui
proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu,
tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
di perankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara
optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan
tradisional. Model bermain peran dapat mendorong peserta didik untuk
turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara
seksama. Bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang
sedang dihadapi.
25
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan
dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara
spontan, denagan demikian para peserta didik dapat menguji sikap
dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai
yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan
orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang
dimilikinya. Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan
keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni : (1)
kualitas pemeranan (2) analisis dalam diskusi (3) pandangan peserta
didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi
kehidupan nyata.
2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Menurut Shaftel ( 1967 )27 mengemukakan sembilan tahap
bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran :
(1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2)
memilih partisipan/ peran (3) menyusun tahap-tahap peran (4)
menyiapkan pengamat (5) pemeranan (6) diskusi dan evaluasi (7)
pemeranan ulang (8) diskusi dan evaluasi tahap dua (9) membagi
pengalaman dan kesimpulan. Kesembilan tahap tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Menghangatkan suasana kelompok, termasuk mengantarkan
peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari..
Masalah dapat di angkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat
merasakan masalah itu hadir dihadapkan mereka. Tahap ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik
27 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.hlm. 141
26
pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain
peran dan paling menentukan keberhasilan.
Memilih peran dalam pembelajaran. Tahap ini peserta didik dan
guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka
suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara
sukarela untuk menjadi pemeran.
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap-tahap ini para
pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.
Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik
dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan
secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar
semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang
dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
Tahap pemeran, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi
secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka
berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.
Adakalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga
tanpa disadari telah memakan waktu yang terlalu lama. Dalam hal ini
guru perlu menilai kapan bermain perlu dihentikan.
Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai
jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik
secara emosional maupun secara intelektual.
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan
diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran
watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya
27
perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap
perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada
tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk
menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada
tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini
tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan
utama bermain peran ialah membantu para peserta didik untuk
memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan
interaksional dengan temannya. Pada tahap akhir para peserta didik
saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan
dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman
peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
D. Materi Pembelajaran PAI
Perilaku Terpuji
1. Gigih
Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan
kesungguhan dan keuletan dalam mencapai tujuan. Sikap gigih
ditunjukkan dengan sikap tidak mudah putus asa.
Untuk mencapai tujuan bukan hal yang
mudah, diperlukan kegigihan. Dalam mencapai
cita-cita dan tujuan, manusia banyak menjumpai
halangan dan hambatan. Selain hambatan yang
dating dari dalam dirinya seperti rasa malas, rasa
jenuh dan stress manusia juga harus menghadapi
hambatan dari luar dirinya.
28
Hambatan yang dijumpai harus dihadapi dengan kerja keras
dan kegigihan. Rasa putus asa hanya akan membuat seseorang sulit
mencapai cita-citanya. Allah menyuruh manusia untuk senantiasa
gigih dan pantang berputus asa. Allah berfirman dalam al-Quran surah
yusuf ayat 87 berikut.
Dan janganlah kamu berputus asa atas rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.(QS. Yusuf
: 87)
Anak yang berprestasi adalah mereka yang gigih
memperjuangkan cita-citanya dan tidak mudah putus asa. Halangan
dan rintangan dihadapi dengan kesabaran dan hasilnya ia akan
bertawakal kepada Allah SWT.
Kaum Muhajirin dan Anshar bias membangun kota Madinah
yang bercahaya (Madinah al munawaroh) karena kegigihan dan usaha
saling menolong. Kaum Muhajirin berusaha hijrah dengan menghadapi
rintangan musyrikin Quraisy yang kejam. Atas kerja keras dan
pertolongan Allah kesuksesan membangun masyarakat Islam dapat
tercapai (Fauzi, 2008 :99)28
2. Tolong Menolong
Tolong menolong merupakan sikap terpuji. Apabila kita
menolong sesame yang memerlukan, Allah akan memberikan pahala.
28 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta : Grafindo. hlm.99
29
Menolong orang lain tidak hanya dengan harta atau uang. Menolong
sesama bisa dilakukan dengan tenaga dan pemikiran atau ide.
Tolong menolong akan mendapat pahala jika dalam urusan
kebaikan. Tolong menolong dilarang jika dalam hal kemaksiatan atau
dosa. Meminjami teman bolpoin adalah perbuatan terpuji. Memberi
contekan kepada teman ketika sedang ujian adalah perbuatan yang
tercela. Tentang perintah untuk tolong menolong diterangkan dalam al-
Quran surah al-Maidah ayat 2 berikut.
Tolong menolonglah dalam kebaikan dan jangan tolong menolong
dalam keburukan dan permusuhan (QS. Al-Maidah : 2)
Islam menganjurkan agar umatnya selalu tolong menolong.
Menolong harus dengan keikhlasan dan mengharap ridho Allah.
Pahala menolong akan hilang jika dilandasi ingin diketahui orang lain
atau riya.
Dalam kehidupan masyarakat biasa dikembangkan sikap tolong
menolong dan bekerja sama. Bergotong royong merupakan contoh
sikap bekerja sama. Sikap tolong menolong dan bekerja sama
dilakukan oleh kaum muhajirin dan Anshar dalam membangun kota
Madinah.
Ukhuwah Islamiyah dan kerukunan uamt di Madinah tercipta
salah satunya karena kebiasaan tolong menolong pada masyarakat
Madinah. Mereka membangun masjid Nabawi dan menjadikannya
sebagai pusat pendidikan dan pengawasan pemerintah kota . Masjid
Nabawi di bangun atas dasar ikatan persaudaraan dan semangat
tolong menolong.
30
Tolong menolong banyak manfaatnya, berikut ini manfaat dari
tolong menolong :
3. Memupuk rasa persaudaraan antar sesama manusia.
4. Mempermudah dan mempercepat terselesaikannya suatu
pekerjaan.
5. Meringankan beban orang lain dan mendapat pahala bagi yang
menolong.
6. Mendapat rida Allah, karena Allah mencintai makhluk-Nya yang
senantiasa menolong sesama manusia.
Kedamaian dan kerukunan antar umat di Madinah terbina
salah satunya karena kebiasaan penduduknya saling menolong.
Terlepasnya beban seseorang bisa dilakukan salah satunya apabila
seseorang mau menolong sesamanya. Mengingat tolong-menolong
adalah perilaku terpuji, maka Allah memerintahkan untuk senantiasa
menjalankannya (Fauzi, 2008:102)29.
I. Daftar Pustaka29 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta :
Grafindo. hlm.9931
Amin, Abdullah. 2001.Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dkk.. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI,1995. Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta:
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :
Depiknas
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active
Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan
komunikasi antar peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Mulyasa. 2003. Pembelajaran Kooperatif . Jakarta : BumiAksara.
Poerwadarminta.2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Tim Guru SDN 2 Galih Sari.2010. Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari.
Galih Sari
32
Sudarsono, 2003.Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja Jakarta: Bina
Aksara
J. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan
Desembe
r
Januari Februari Maret
1 Persiapan
Proposal
√ √
2 Pengumpulan
data
√
3 Pelaksanaan
penelitian
√ √ √
4 Pengolahan dan √ √
33
analisa data
5 Penyelesaian
laporan akhir
√
34