ptk p de revisi 1

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari betapa pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu berupaya meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban bangsa yang bermartabat 1 . Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya berbagai masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa banyak orang untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Tidak dipungkiri bahwa munculnya banyak kerusuhan, konflik dan kekerasan untuk sebagian besar adalah cermin dari ketidakberdayaan system pendidikan khususnya agama di negeri ini. 1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) hlm.6 1

Upload: ika-oktavia

Post on 28-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fgvyhgvcdhfvfdvdvfdvfdvfd

TRANSCRIPT

Page 1: PTK P DE REVISI 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari

betapa pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam

kehidupan setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan

Pendidikan Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu

berupaya meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif

membangun peradaban bangsa yang bermartabat1.

Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya

berbagai masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa

banyak orang untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya

pendidikan agama Islam. Tidak dipungkiri bahwa munculnya banyak

kerusuhan, konflik dan kekerasan untuk sebagian besar adalah cermin

dari ketidakberdayaan system pendidikan khususnya agama di negeri

ini.

Hal senada diungkap oleh Amin, Abdullah2, bahwa

pembelajaran pendidikan agama yang berjalan hingga sekarang lebih

banyak terfokus pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang

bersifat kognitif semata. Pendidikan agama terasa kurang terkait

terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang

bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang diinternalisasikan

1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) hlm.62 Abdullah Amin.Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta,2001) hlm.59

1

Page 2: PTK P DE REVISI 1

dari diri peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.

Selanjutnya “makna” dan “nilai” yang telah terhayati tersebut dapat

menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak-berbuat-

berperilaku secara konkrit agamis dalam wilayah kehidupan praktis

sehari-hari.

Selama ini, pembelajaran agama Islam berlangsung pasif, di

mana anak didik hanya mendengar dan menerima dari guru tanpa

unsur kreativitas. Guru lebih menanamkan pada

memorisasi,menekankan hafalan daripada penerapan dan pemikiran

yang kritis.

Pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung

maupun wawancara dengan para guru di kelas VI SD Negeri 02 Galih

Sari di temukan bahwa banyak siswa yang masih berperilaku tidak

terpuji dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini sangat

memprihatinkan, memandang bahwa tahap sekolah dasar adalah

tahap pembentukan karakter anak untuk menuju kedewasaan

nantinya. Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru masih

menggunakan metode yang konvensional, sehingga siswa hanya

menguasai ranah kognitif tanpa tersentuh ranah afektif dan

psikomotoriknya. Beberapa kejadian tersebut merupakan salah satu

kelemahan sistem pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam

sehingga yang seharusnya siswa berperilaku terpuji sebagai pengaruh

Pendidikan Agama Islam malah cenderung berperilaku tidak terpuji

karena pembelajaran yang dilakukan tidak bermakna bagi peserta

didik itu sendiri3(Tim Guru SDN 2 Galih Sari, 2010 :37).

Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan model pembelajaran

yang tepat sehingga dapat menyentuh baik ranah kognitif, afektif dan 3 Tim Guru SDN 2 Galih Sari (Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari, 2010) hlm. 37

2

Page 3: PTK P DE REVISI 1

psikomotor. Dengan menemukan model pembelajaran yang tepat

maka pembelajaran akan menjadi bermakna dan berpengaruh

terhadap perilaku anak sehari-hari, sehingga anak-anak akan

berperilaku terpuji atas dasar kesadaran diri.

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran. Namun, tidak semua model sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran, materi dan peserta didik. Khususnya pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang cenderung harus dapat

mewujudkan perilaku terpuji sesuai kandungan Al-Quran dan Hadist

dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai alasan tersebut salah satu alternatif model

pembelajaran yang ingin peneliti terapkan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah model bermain peran . Bermain peran

atau role playing merupakan salah satu model pembelajaran yang

diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan

dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik4.

Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini meliputi,

kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu

kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba

mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara

memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-

sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan,

sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah

Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti

berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas

dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji

melalui Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan 4 Mulyasa. Pembelajaran Kooperatif ( Jakarta : BumiAksara, 2003)hlm. 35

3

Page 4: PTK P DE REVISI 1

Agama Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari

Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.

B.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan

diatas timbulah permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sebelum diterapkan

Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan

Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?

2. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sesudah diterapkan

Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan

Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?

3. Apakah penerapan Model Bermain Peran dapat meningkatkan

Kebiasaan Perilaku Terpuji siswa pada Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di kelas VI Semester 2 SD SD Negeri 2 Galih Sari

Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin ?

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penerapan Model Bermain Peran dapat

meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji pada mata pelajaran

Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan

Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

4

Page 5: PTK P DE REVISI 1

1. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pembiasaan perilaku terpuji dan menerapkannya di kehidupan

sehari-hari.

2. Guru

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih

terampil menggunakan Model Pembelajaran Bermain Peran, guru

akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat

bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka

memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas

sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.

D.Kajian Pustaka

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat

terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan

pada peserta didik. Dalam pembelajaran juga dibahas mengenai

belajar, prestasi belajar, hasil belajar, aktivitas, partisipatoris, motivasi

dan minat belajar siswa 5.

2. Pembiasaan

5 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.5

Page 6: PTK P DE REVISI 1

Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti

sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat,

atau tidak aneh. Kata “membiasakan” berarti melazimkan,

mengadatkan, atau menjadikan adat. Dan kata “kebiasaan” berarti

sesuatu yang telah biasa dilakukan, atau adat6 (Poerwadarminta,

2007: 153). Jadi, kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa”

yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti

proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu

kebiasaan atau adat.

Pembiasaan merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Pendekatan pembiasaan sangat penting

dilakukan terutama pada anak usia dini terutama sekolah dasar.

Karena dengan pendekatan pembiasaan siswa akan dengan rutin

melakukan dan akhirnya akan mencapai pemahaman7.

3. Perilaku Terpuji

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –

tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena

mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca dan sebagainya8.

6 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)h.1537 Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.

8 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 2003)hlm.1146

Page 7: PTK P DE REVISI 1

Contoh perilaku terpuji yang dibahas dalam penalitian ini adalah

tolong menolong dalam kebaikan. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam

Al-Qur’an yang artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada

Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma’idah : 2]9

4. Model Pembelajaran Bermain Peran

Model pembelajaran Bermain Peran juga dikenal dengan nama

model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara

berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan

scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan

berimprofisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru10

(Isjoni, 2010). Dengan bermain peran siswa dapat mengalami

pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah

dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi

lebih bermakna.

5. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam11.

Menurut KTSP (2006 : 6) 12tujuan Pendidikan Islam adalah :

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,

dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

9 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995)

10 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.49

11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)hlm.1412 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : Depdiknas,2006) hlm.6

7

Page 8: PTK P DE REVISI 1

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan

berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin

beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,

bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal

dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam

komunitas sekolah.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan Kajian pustaka di atas, pembiasaan berasal dari

kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks

“an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan

menghasilkan suatu kebiasaan atau adat. Dalam pendidikan, jika

siswa diberikan pembiasaan pada suatu materi maka akan timbul

kebiasaan yang relatif lama dan melekat pada diri siswa.

Dalam materi perilaku terpuji pada mata pelajaran PAI, perilaku

terpuji yang akan diajarkan adalah tolong menolong dalam kebaikan

diantaranya mencontohkan mengenai tolong menolong Kaum

muhajirin dan Kaum Anshar13. Materi ini akan mudah diajarkan bila

siswa dapat mempraktekkan secara langsung peristiwa tolong

menolong tersebut. Untuk itu model pembelajaran bermain peran

sangat tepat digunakan. Hal ini didukung dengan pendapat Isjoni

(2010) bahwa dengan bermain peran siswa dapat mengalami

pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah

13 Mohammad Fauzi, Saya InginMenjadi Anak Saleh (Bandung :Grafindo) hlm.1008

Page 9: PTK P DE REVISI 1

dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi

lebih bermakna14.

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori di atas, maka

diduga model Bermain Peran dapat meningkatkan pembiasaan

berperilaku terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas

VI SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:

“Melalui Model Bermain Peran dapat meningkatkan Pembiasaan

Perilaku Terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI

SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.

G.Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 02 Galih

Sari yaitu terletak di desa Galih Sari kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar

ini karena sekolah ini tempat peneliti bertugas menjadi guru bidang

study Pendidikan Agama Islam.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran

2011/2012. Waktu penelitian ini akan berlangsung selama tiga bulan,

mulai dari tahap persiapn, pelaksanaan, dan penulisan laporan

penelitian sejak bulan Januari hingga bulan Maret pada semester II

tahun pelajaran 2011/2012.

14 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.49

9

Page 10: PTK P DE REVISI 1

3. Subjek yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai

subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari, dengan

jumlah siswa sebanyak 19 orang.

4. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah

menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.

Menurut Arikunto (2009)15 terdapat empat tahapan penelitian tindakan

yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4)

refleksi.

Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Tahapan penelitian tindak kelas (Arikunto, 2009:16)

15 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)

10

dst.

Page 11: PTK P DE REVISI 1

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

mengamati proses jalannya tindakan (Arikunto:2009)16.

Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan

menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang

dalam kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi

pelajaran, menelaah buku paket Agama Islam yang ada , menyusun

RPP, membuat media atau alat peraga pembelajaran, membuat

instrumen data (misalnya pedoman observasi, wawancara, angket).

2) Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas17 (Arikunto:2009).

Dalam tahap ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang

telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,

tidak di buat- buat.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini

dilakukan dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama

pembelajaran adalah dengan model pembelajaran bermain peran.

Selama kegiatan pembelajaran, kegiatan pengamatan dilakukan untuk

melihat efek dari pemberian tindakan.

3) Tahap pengamatan16 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)17 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)

11

Page 12: PTK P DE REVISI 1

Menurut Arikunto 18 (2009) tahap pengamatan merupakan

kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan

berlangsung bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses

pembelajaran berlangsung, guru pelaksana mencatat sedikit demi

sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk

perbaikan siklus berikutnya.

4) Tahap Refleksi

Menurut Arikunto19(2009) refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi

dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan.

Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan

suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha

memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata

dalam tindakan. Refleksi biasanya dibantu dengan diskusi di antara

peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar

rencana perbaikan untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.

Tahapannya meliputi analisis data, memaknakan data, menyimpulkan

kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.

5. Deskripsi per Siklus

18 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)19 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)

12

Page 13: PTK P DE REVISI 1

a. Siklus I

1) Perencanaan

a) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam

RPP yang direncanakan dengan materi perilaku terpuji

b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka

membantu siswa memahami konsep-konsep PAI dengan baik

dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran bermain peran.

c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana

belajar mengajar dengan model pembelajaran bermain peran.

d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi PAI

siswa.

2) Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran dengan skenario model

pembelajaran bermain peran berdasarkan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran

diadakan tes sikap siswa. Pada setiap akhir pembelajaran dilakukan

proses evaluasi pembelajaran, evaluasi tersebut dilakukan untuk

melihat apakah ada atau tidak peningkatan pembiasaan perilaku

terpuji siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa lembar

pengamatan yang disusun oleh peneliti.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan

oleh teman sejawat yaitu guru kelas VI sebagai pengamat dalam

proses pembelajaran.

13

Page 14: PTK P DE REVISI 1

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur keaktifan

dan pembiasaan perilaku terpuji siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran bermain peran.

Lembar observasi dibuat sedemikian rupa oleh peneliti dengan

diukur menggunakan indicator yang sesuai. Indikator yang diukur

meliputi:

a. Pembiasaan Tolong Menolong dalam kebaikan dengan rentang skor

1-50.

b. Pembiasaan Gigih dalam kebaikan dengan rentang skor 1-50.

4) Refleksi

Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi

dianalisis dan dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap

siklus akan menjadi bahan rekomendasi revisi kegiatan siklus

berikutnya. Bentuk antisipasi dilakukan dengan menugaskan siswa

membaca materi sebelumnya dan memberinya tugas mengenai materi

berikutnya.

b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).

c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II).

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Tes

Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar

siswa pada setiap akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari

14

Page 15: PTK P DE REVISI 1

instrumen tes di dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu pilihan

ganda. Banyak soal berjumlah 10 butir.

b) Observasi

Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar

pengamatan terhadap kegiatan dalam pembelajaran dan pembiasaan

perilaku terpuji siswa. Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk

refleksi setiap siklus. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai

instrument pengamatan.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk

mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan

keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang

bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif

sederhana. Dalam menganalisa data peneliti membandingkan hasil

ulangan siswa sebelum tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah

tindakan. Dari hasil analisis data akan ditarik kesimpulan secara

keseluruhan dengan menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang

telah ditetapkan.

Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus :

P = X 100 (Hamalik, 2010:123)20

Keterangan

P = persentase keberhasilan siswa

F = Jumlah skor yang diperoleh siswa

20 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

15

Page 16: PTK P DE REVISI 1

N = jumlah skor maksimun

Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan

menggunakan analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa

dan persentase keberhasilan belajar yang mengacu pada KKM siswa.

1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus :

Me =

Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa

JN = Jumlah nilai seluruh siswa

S = Jumlah seluruh siswa

2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM,

diperoleh dengan rumus :

PK = x 100 %

Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan

SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan

S : jumlah seluruh siswa.

16

Page 17: PTK P DE REVISI 1

3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung

persentase

digunakan rumus:

Keterangan :

NP = Persentase

Me1 = Nilai rata-rata siklus 1

Me2 = Nilai rata-rata siklus 2

8. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai

apabila siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari lebih dari 85% dapat

mengalami peningkatan pembiasaan perilaku terpuji.

H.Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari bab-bab

antara lain :

Bab I terdiri dari latar belakang, masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,

hipotesis, metodologi penelitian, sistematika proposal, daftar pustaka

dan jadwal penelitian.

Bab II yaitu landasan teori berupa definisi pembelajaran, hasil

dan faktor yang mempengaruhi belajar, aktivitas, motivasi belajar,

pembiasaan, perilaku terpuji, model bermain peran beserta langkah-

langkahnya, dan Pendidikan Agama Islam.

17

Page 18: PTK P DE REVISI 1

Bab III yaitu setting wilayah penelitian SDN 2 Galih Sari

Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin, mengenai : sejarah

berdiri, letak, ketenagaan pendidikan, keadaan siswa, sarana

prasarana dan struktur organisasi sekolah.

Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, meliputi hasil

pengolahan data mengenai meningkatkan pembiasaan perilaku terpuji

melalui model bermain peran pada pembelajaran PAI di kelas VI

semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin. Bab V yaitu penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

18

Page 19: PTK P DE REVISI 1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Perilaku Terpuji

1. Pengertian Perilaku Terpuji

Imam Al-Ghazali menyebut perilaku ialah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa. Dari pada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan

dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.Sedangkan

perilaku terpuji atau akhlakul karimah adalah perilaku, perangai,

ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana

dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Perilaku terpuji terbukti

efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun21.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terpuji

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terpuji

terbagi menjadi dua, yaitu 22:

a. Faktor Intern

Faktor intern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku

terpuji yang berasal dari dalam diri sendiri (tiap individu bersangkutan).

Diantaranya yang termasuk faktor intern adalah :

1. Dorongan hati nurani

2. Mengharap Ridha Allah

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku

terpuji yang berasal dari luar diri sendiri atau dorongan dari luar

individu bersangkutan.

21 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 2122 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 24

19

Page 20: PTK P DE REVISI 1

Diantaranya yang termasuk faktor ekstern adalah :

1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain

2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela

3. Mengharapkan pahala dan surga

4. Mengharap pujian dan takut azab Tuhan

3. Upaya Membentuk Perilaku Terpuji

Agar perilaku terpuji dapat terbentuk, maka kita harus berupaya

untuk membentuknya. Upaya tersebut dapat melalui 23:

a. Ilmu

Banyak membaca buku agar bisa mengambil keteladanan dari

sahabat-sahabat nabi dan mengikuti kajian-kajian Islam. Kemudian,

berusaha mengelompokkan nilai-nilai iman yang sudah kita ketahui ke

dalam perilaku kita sehari-hari. Dalam pembelajaran, tentu PAI

merupakan peran penting dalam khasanah ilmu yang membentuk

perilaku terpuji, terutama pada usia sekolah dasar.

b. Latihan ibadah,

Dengan latihan ibadah yang terus menerus atau melalui

pembiasaan maka perilaku terpuji akan terbentuk dan melekat pada

diri individu, dan akhirnya akan menjadi terbiasa tanpa perlu berfikir

terlalu lama apabila ingin melakukan perilaku terpuji.

Mengurangi maksiat, membentuk lingkungan yang baik, melatih

amal atau kerja kita, bergaul dengan orang-orang saleh, meninggalkan

lingkungan yang buruk, dan mengambil hal positif dari lingkungan di

sekitar kita.

4. Bentuk-bentuk Perilaku Terpuji23 Sudarsono, Munir. 2002. Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia. hlm. 43

20

Page 21: PTK P DE REVISI 1

Bentuk-bentuk perilaku tepuji dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu24 :

a. Perilaku Terpuji Terhadap Allah SWT

Perilaku terpuji terhadap Allah diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Taubat

Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak

kepada Pencipta adalah Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali

pada kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan

kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan

dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang

serupa.

Menurut Ibnu Katsir, taubat adalah Tobat adalah menjauhkan

diri dari perbuatan dosa dan menyesali atas dosa yang pernah

dilakukan pada masa lalu serta yakin tidak akan melakukan kesalahan

yang sama pada masa mendatang.Menurut A.Jurjani, tobat adalah

kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari

perbuatan dosa dan melaksanakan segala kewajiban kepada Tuhan.

Menurut Hamka tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah

menempuh jalan yang sangat sesat dan tidak tentu ujungnya. Dengan

kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan

atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa

yang sudah terlanjur dikerjakan serta berjanji tidak akan mengulangi

dosa yang pernah dilakukan.

2. Tawakkal

24 http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/

21

Page 22: PTK P DE REVISI 1

Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam

menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.

b. Perilaku Terpuji Terhadap Sesama Manusia

Perilaku terpuji terhadap sesama manusia sangat banyak

macamnya. Berikut adalah beberapa macamperilaku terpuji terhadap

sesama manusia :

1. Husnuzzan

Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive

thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya

berprasangka buruk ataup negative thinking.

2. Adil

Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga

berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat

adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak

memihak dan tidak merugikan pihak manapun.Sebagai contoh

seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan

kedudukannya,menghukum orang yang bersalah melakukan tindak

pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa

mengurngi sedikitpun.

3. Kerjasama/ Tolong menolong

Kerjasama/tolong menolong merupakan sikap yang

menggambarkan bahwa manusia saling membutuhkan dan

merupakan makhluk sosial.

4. Gigih

Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan

kesungguhan dan keuletan dalam mencapai tujuan. Gigih atau kerja

22

Page 23: PTK P DE REVISI 1

keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan

hasil positif dalam segala usaha.

5. Rela berkorban

Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki

demi sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud

atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.

6. Tata krama

Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat

dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran

Allah kepada kaumnya.

7. Ridho/ Ikhlas

Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah

ridha artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang

diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan

baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang

mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan

menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati

atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua

berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti

menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak

dibenarkan dalam agama islam.

8. Sabar

Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak

disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya

kepada Allah SWT.

9. Bijaksana

Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang

dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu

23

Page 24: PTK P DE REVISI 1

permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun

pada orang lain.

10. Qanaah

Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan

menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..

B. Pembiasaan

Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting,

karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena

kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan

lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan

terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Pembiasaan ini akan

memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan

ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok

dalam kehidupan sehari-hari (Azis : 2011)25.

Dalam penelitian ini, pembiasaan yang dimaksudkan adalah

pembiasaan perilaku terpuji. Jika perilaku terpuji dilakukan dengan

terus menerus maka tanpa berfikir siswa akan terbiasa melakukan

perilaku terpuji di manapun dan kapanpun mereka berada.

C. Metode Bermain Peran

1. Pengertian Metode Bermain Peran

Menurut Dr.E. Mulyasa, M.pd. ( 2004 : 141 )26 terdapat empat

asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk

mengembangkan prilaku dan nilai sosial, yang kedudukannya sejajar

25 http://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/metode-pembiasaan-dalam-pendidikan-agama-islam/diakses tanggal 12 Februari 2012

26 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.hlm 141

24

Page 25: PTK P DE REVISI 1

dengan model model mengajar lainnya. Ke empat asumsi tersebut

sebagai berikut :

secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar

berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada

situasi “ disini pada saat ini “. Model ini percaya bahwa sekelompok

peserta didik dimungkinkan menciptakan analogi mengenai situasi

kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain

peran, para peserta didik dapat menampilkan respon emosional sambil

belajar dari respons orang lain.

Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk

mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa

bercermin pada orang lain. Bermain peran dalam konteks

pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan

pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari

pembelajaran.

Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide

dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui

proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu,

tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang

di perankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari

pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada

gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara

optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi

peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan

tradisional. Model bermain peran dapat mendorong peserta didik untuk

turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara

seksama. Bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang

sedang dihadapi.

25

Page 26: PTK P DE REVISI 1

Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang

tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan

dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara

spontan, denagan demikian para peserta didik dapat menguji sikap

dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai

yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan

orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang

dimilikinya. Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan

keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni : (1)

kualitas pemeranan (2) analisis dalam diskusi (3) pandangan peserta

didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi

kehidupan nyata.

2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran

Menurut Shaftel ( 1967 )27 mengemukakan sembilan tahap

bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran :

(1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2)

memilih partisipan/ peran (3) menyusun tahap-tahap peran (4)

menyiapkan pengamat (5) pemeranan (6) diskusi dan evaluasi (7)

pemeranan ulang (8) diskusi dan evaluasi tahap dua (9) membagi

pengalaman dan kesimpulan. Kesembilan tahap tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

Menghangatkan suasana kelompok, termasuk mengantarkan

peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari..

Masalah dapat di angkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat

merasakan masalah itu hadir dihadapkan mereka. Tahap ini lebih

banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik

27 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.hlm. 141

26

Page 27: PTK P DE REVISI 1

pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain

peran dan paling menentukan keberhasilan.

Memilih peran dalam pembelajaran. Tahap ini peserta didik dan

guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka

suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka

kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara

sukarela untuk menjadi pemeran.

Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap-tahap ini para

pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.

Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik

dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.

Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan

secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar

semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang

dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

Tahap pemeran, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi

secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka

berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

Adakalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga

tanpa disadari telah memakan waktu yang terlalu lama. Dalam hal ini

guru perlu menilai kapan bermain perlu dihentikan.

Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai

jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik

secara emosional maupun secara intelektual.

Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan

diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran

watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya

27

Page 28: PTK P DE REVISI 1

perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap

perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.

Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada

tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk

menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada

tahap ini mungkin sudah lebih jelas.

Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini

tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan

utama bermain peran ialah membantu para peserta didik untuk

memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan

interaksional dengan temannya. Pada tahap akhir para peserta didik

saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan

dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman

peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

D. Materi Pembelajaran PAI

Perilaku Terpuji

1. Gigih

Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan

kesungguhan dan keuletan dalam mencapai tujuan. Sikap gigih

ditunjukkan dengan sikap tidak mudah putus asa.

Untuk mencapai tujuan bukan hal yang

mudah, diperlukan kegigihan. Dalam mencapai

cita-cita dan tujuan, manusia banyak menjumpai

halangan dan hambatan. Selain hambatan yang

dating dari dalam dirinya seperti rasa malas, rasa

jenuh dan stress manusia juga harus menghadapi

hambatan dari luar dirinya.

28

Page 29: PTK P DE REVISI 1

Hambatan yang dijumpai harus dihadapi dengan kerja keras

dan kegigihan. Rasa putus asa hanya akan membuat seseorang sulit

mencapai cita-citanya. Allah menyuruh manusia untuk senantiasa

gigih dan pantang berputus asa. Allah berfirman dalam al-Quran surah

yusuf ayat 87 berikut.

Dan janganlah kamu berputus asa atas rahmat Allah. Sesungguhnya

tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.(QS. Yusuf

: 87)

Anak yang berprestasi adalah mereka yang gigih

memperjuangkan cita-citanya dan tidak mudah putus asa. Halangan

dan rintangan dihadapi dengan kesabaran dan hasilnya ia akan

bertawakal kepada Allah SWT.

Kaum Muhajirin dan Anshar bias membangun kota Madinah

yang bercahaya (Madinah al munawaroh) karena kegigihan dan usaha

saling menolong. Kaum Muhajirin berusaha hijrah dengan menghadapi

rintangan musyrikin Quraisy yang kejam. Atas kerja keras dan

pertolongan Allah kesuksesan membangun masyarakat Islam dapat

tercapai (Fauzi, 2008 :99)28

2. Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan sikap terpuji. Apabila kita

menolong sesame yang memerlukan, Allah akan memberikan pahala.

28 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta : Grafindo. hlm.99

29

Page 30: PTK P DE REVISI 1

Menolong orang lain tidak hanya dengan harta atau uang. Menolong

sesama bisa dilakukan dengan tenaga dan pemikiran atau ide.

Tolong menolong akan mendapat pahala jika dalam urusan

kebaikan. Tolong menolong dilarang jika dalam hal kemaksiatan atau

dosa. Meminjami teman bolpoin adalah perbuatan terpuji. Memberi

contekan kepada teman ketika sedang ujian adalah perbuatan yang

tercela. Tentang perintah untuk tolong menolong diterangkan dalam al-

Quran surah al-Maidah ayat 2 berikut.

Tolong menolonglah dalam kebaikan dan jangan tolong menolong

dalam keburukan dan permusuhan (QS. Al-Maidah : 2)

Islam menganjurkan agar umatnya selalu tolong menolong.

Menolong harus dengan keikhlasan dan mengharap ridho Allah.

Pahala menolong akan hilang jika dilandasi ingin diketahui orang lain

atau riya.

Dalam kehidupan masyarakat biasa dikembangkan sikap tolong

menolong dan bekerja sama. Bergotong royong merupakan contoh

sikap bekerja sama. Sikap tolong menolong dan bekerja sama

dilakukan oleh kaum muhajirin dan Anshar dalam membangun kota

Madinah.

Ukhuwah Islamiyah dan kerukunan uamt di Madinah tercipta

salah satunya karena kebiasaan tolong menolong pada masyarakat

Madinah. Mereka membangun masjid Nabawi dan menjadikannya

sebagai pusat pendidikan dan pengawasan pemerintah kota . Masjid

Nabawi di bangun atas dasar ikatan persaudaraan dan semangat

tolong menolong.

30

Page 31: PTK P DE REVISI 1

Tolong menolong banyak manfaatnya, berikut ini manfaat dari

tolong menolong :

3. Memupuk rasa persaudaraan antar sesama manusia.

4. Mempermudah dan mempercepat terselesaikannya suatu

pekerjaan.

5. Meringankan beban orang lain dan mendapat pahala bagi yang

menolong.

6. Mendapat rida Allah, karena Allah mencintai makhluk-Nya yang

senantiasa menolong sesama manusia.

Kedamaian dan kerukunan antar umat di Madinah terbina

salah satunya karena kebiasaan penduduknya saling menolong.

Terlepasnya beban seseorang bisa dilakukan salah satunya apabila

seseorang mau menolong sesamanya. Mengingat tolong-menolong

adalah perilaku terpuji, maka Allah memerintahkan untuk senantiasa

menjalankannya (Fauzi, 2008:102)29.

I. Daftar Pustaka29 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta :

Grafindo. hlm.9931

Page 32: PTK P DE REVISI 1

Amin, Abdullah. 2001.Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi dkk.. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Departemen Agama RI,1995. Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta:

Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :

Depiknas

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active

Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan

komunikasi antar peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Mulyasa. 2003. Pembelajaran Kooperatif . Jakarta : BumiAksara.

Poerwadarminta.2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Tim Guru SDN 2 Galih Sari.2010. Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari.

Galih Sari

32

Page 33: PTK P DE REVISI 1

Sudarsono, 2003.Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja Jakarta: Bina

Aksara

J. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan

Desembe

r

Januari Februari Maret

1 Persiapan

Proposal

√ √

2 Pengumpulan

data

3 Pelaksanaan

penelitian

√ √ √

4 Pengolahan dan √ √

33

Page 34: PTK P DE REVISI 1

analisa data

5 Penyelesaian

laporan akhir

34