proposal ptk pak de

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari betapa pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu berupaya meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban bangsa yang bermartabat 1 (Depdiknas, 2006 : 6). Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya berbagai masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa banyak orang untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Tidak dipungkiri bahwa munculnya banyak kerusuhan, konflik dan kekerasan untuk sebagian 1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) h.6 1

Upload: ika-oktavia

Post on 14-Feb-2016

289 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

jhdbcjhdbcfjhdbcfjhdbvcjdhcbvdjhcbvdjhfbcjhdfbvc djhvbcdjhvbcdjhgvcbhdgvchdgsctyfvcdhvcchgsdvbc

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ptk Pak De

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu

kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari betapa

pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan

setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Agama

Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu berupaya meyempurnakan

iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban bangsa yang

bermartabat1 (Depdiknas, 2006 : 6).

Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya berbagai

masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa banyak orang untuk

mempertanyakan peran pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Tidak

dipungkiri bahwa munculnya banyak kerusuhan, konflik dan kekerasan untuk

sebagian besar adalah cermin dari ketidakberdayaan system pendidikan

khususnya agama di negeri ini.

Hal senada diungkap oleh Amin, Abdullah (2001:59)2, bahwa

pembelajaran pendidikan agama yang berjalan hingga sekarang lebih banyak

terfokus pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif

semata. Pendidikan agama terasa kurang terkait terhadap persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan

“nilai” yang diinternalisasikan dari diri peserta didik lewat berbagai cara,

media dan forum. Selanjutnya “makna” dan “nilai” yang telah terhayati

1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) h.62 Abdullah Amin.Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta,2001) h.59

1

Page 2: Proposal Ptk Pak De

tersebut dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak-

berbuat-berperilaku secara konkrit agamis dalam wilayah kehidupan praktis

sehari-hari.

Selama ini, pembelajaran agama Islam berlangsung pasif, di mana

anak didik hanya mendengar dan menerima dari guru tanpa unsur kreativitas.

Guru lebih menanamkan pada memorisasi,menekankan hafalan daripada

penerapan dan pemikiran yang kritis.

Pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung maupun

wawancara dengan para guru di kelas VI SD Negeri 02 Galih Sari di temukan

bahwa banyak siswa yang masih berperilaku tidak terpuji dan bertentangan

dengan ajaran Islam. Hal ini sangat memprihatinkan, memandang bahwa

tahap sekolah dasar adalah tahap pembentukan karakter anak untuk menuju

kedewasaan nantinya. Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru masih

menggunakan metode yang konvensional, sehingga siswa hanya menguasai

ranah kognitif tanpa tersentuh ranah afektif dan psikomotoriknya. Beberapa

kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan sistem pembelajaran

khususnya Pendidikan Agama Islam sehingga yang seharusnya siswa

berperilaku terpuji sebagai pengaruh Pendidikan Agama Islam malah

cenderung berperilaku tidak terpuji karena pembelajaran yang dilakukan tidak

bermakna bagi peserta didik itu sendiri3(Tim Guru SDN 2 Galih Sari,

2010 :37).

Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan model pembelajaran yang

tepat sehingga dapat menyentuh baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Dengan menemukan model pembelajaran yang tepat maka pembelajaran akan

menjadi bermakna dan berpengaruh terhadap perilaku anak sehari-hari,

sehingga anak-anak akan berperilaku terpuji atas dasar kesadaran diri.

3 Tim Guru SDN 2 Galih Sari (Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari, 2010) h. 372

Page 3: Proposal Ptk Pak De

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran. Namun, tidak semua model sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran, materi dan peserta didik. Khususnya pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang cenderung harus dapat mewujudkan perilaku

terpuji sesuai kandungan Al-Quran dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai alasan tersebut salah satu alternatif model pembelajaran

yang ingin peneliti terapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah

model bermain peran . Bermain peran atau role playing merupakan salah satu

model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah

yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik4. (Mulyasa, 2003:35)

Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini meliputi,

kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu

kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi

hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan

mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat

mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai

strategi pemecahan masalah

Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti

berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul

” Upaya Meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji melalui Model

Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas

VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas

timbulah permasalahan sebagai berikut :

4 Mulyasa. Pembelajaran Kooperatif ( Jakarta : BumiAksara, 2003)h. 353

Page 4: Proposal Ptk Pak De

1. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sebelum diterapkan Model

Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas VI

Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin ?

2. Bagaimana Pembiasaan Perilaku Terpuji siswa sesudah diterapkan Model

Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas VI

Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin ?

3. Apakah penerapan Model Bermain Peran dapat meningkatkan Kebiasaan

Perilaku Terpuji siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

kelas VI Semester 2 SD SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan

Kabupaten Musi Banyuasin ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penerapan Model Bermain Peran dapat

meningkatkan Pembiasaan Perilaku Terpuji pada mata pelajaran Pedidikan

Agama Islam kelas VI SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten

Musi Banyuasin.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pembiasaan perilaku terpuji dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

2. Guru

4

Page 5: Proposal Ptk Pak De

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil

menggunakan Model Pembelajaran Bermain Peran, guru akan terbiasa

melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi perbaikan

proses belajar mengajar.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka

memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah

dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.

D. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dalam pembelajaran juga dibahas

mengenai belajar, prestasi belajar, hasil belajar, aktivitas, partisipatoris,

motivasi dan minat belajar siswa 5(Hamalik, Oemar,2010).

2. Pembiasaan

Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti sebagai

sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat, atau tidak aneh.

Kata “membiasakan” berarti melazimkan, mengadatkan, atau menjadikan

adat. Dan kata “kebiasaan” berarti sesuatu yang telah biasa dilakukan, atau

adat6 (Poerwadarminta, 2007: 153). Jadi, kata pembiasaan berasal dari kata

dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang

5 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.6 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)h.153

5

Page 6: Proposal Ptk Pak De

berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu

kebiasaan atau adat.

Pembiasaan merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Pendekatan pembiasaan sangat penting dilakukan

terutama pada anak usia dini terutama sekolah dasar. Karena dengan

pendekatan pembiasaan siswa akan dengan rutin melakukan dan akhirnya

akan mencapai pemahaman7.

3. Perilaku Terpuji

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua

makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing –

masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah

tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca dan sebagainya8 (Sudarsono, 2003: 114).

Contoh perilaku terpuji yang dibahas dalam penalitian ini adalah

tolong menolong dalam kebaikan. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam Al-

Qur’an yang artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat

berat siksa-Nya.” [Al-Ma’idah : 2]9

4. Model Pembelajaran Bermain Peran

7 Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.

8 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 2003)h.1149 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995)6

Page 7: Proposal Ptk Pak De

Model pembelajaran Bermain Peran juga dikenal dengan nama model

pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara  berkelompok,

masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah

disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam

batas-batas skenario dari guru10 (Isjoni, 2010). Dengan bermain peran siswa

dapat mengalami pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang

telah dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi lebih

bermakna.

5. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam11 (Ramayulis, 1994:14).

Menurut KTSP (2006 : 6) 12tujuan Pendidikan Islam adalah :

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,

jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

agama dalam komunitas sekolah.

E. Kerangka Teori10 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) h.49 11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)h.1412 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : Depdiknas,2006) h.6

7

Page 8: Proposal Ptk Pak De

Berdasarkan Kajian pustaka di atas, pembiasaan berasal dari kata dasar

“biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti

proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kebiasaan

atau adat. Dalam pendidikan, jika siswa diberikan pembiasaan pada suatu

materi maka akan timbul kebiasaan yang relatif lama dan melekat pada diri

siswa.

Dalam materi perilaku terpuji pada mata pelajaran PAI, perilaku

terpuji yang akan diajarkan adalah tolong menolong dalam kebaikan

diantaranya mencontohkan mengenai tolong menolong Kaum muhajirin dan

Kaum Anshar13 (Fauzi,2006 :100). Materi ini akan mudah diajarkan bila siswa

dapat mempraktekkan secara langsung peristiwa tolong menolong tersebut.

Untuk itu model pembelajaran bermain peran sangat tepat digunakan. Hal ini

didukung dengan pendapat Isjoni (2010) bahwa dengan bermain peran siswa

dapat mengalami pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang

telah dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi lebih

bermakna14.

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori di atas, maka diduga

model Bermain Peran dapat meningkatkan pembiasaan berperilaku terpuji

pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2 Galih Sari

Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:

“Melalui Model Bermain Peran dapat meningkatkan Pembiasaan Perilaku

Terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2

Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.

13 Mohammad Fauzi, Saya InginMenjadi Anak Saleh (Bandung :Grafindo) h.10014 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) h.498

Page 9: Proposal Ptk Pak De

G.Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 02 Galih Sari

yaitu terletak di desa Galih Sari kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin

provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar ini karena sekolah

ini tempat peneliti bertugas menjadi guru bidang study Pendidikan Agama

Islam.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran

2011/2012. Waktu penelitian ini akan berlangsung selama tiga bulan, mulai

dari tahap persiapn, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian sejak bulan

Januari hingga bulan Maret pada semester II tahun pelajaran 2011/2012.

3. Subjek yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai subjek

penelitian adalah siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari, dengan jumlah siswa

sebanyak 19 orang.

4. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan

pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.

Menurut Arikunto (2009)15 terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 15 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)

9

Page 10: Proposal Ptk Pak De

Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Tahapan penelitian tindak kelas (Arikunto, 2009:16)

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan

(Arikunto:2009)16.

16 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)10

dst.

Page 11: Proposal Ptk Pak De

Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan

menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang dalam

kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran,

menelaah buku paket Agama Islam yang ada , menyusun RPP, membuat

media atau alat peraga pembelajaran, membuat instrumen data (misalnya

pedoman observasi, wawancara, angket).

2) Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas17 (Arikunto:2009). Dalam

tahap ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang telah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak di buat- buat.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini dilakukan

dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama pembelajaran adalah dengan

model pembelajaran bermain peran. Selama kegiatan pembelajaran, kegiatan

pengamatan dilakukan untuk melihat efek dari pemberian tindakan.

3) Tahap pengamatan

Menurut Arikunto 18 (2009) tahap pengamatan merupakan kegiatan

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung

bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung,

guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4) Tahap Refleksi 17 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)18 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)

11

Page 12: Proposal Ptk Pak De

Menurut Arikunto19(2009) refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi

dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan

tindakan.

Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu

tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami

proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan. Refleksi

biasanya dibantu dengan diskusi di antara peneliti dan kolaborator. Melalui

diskusi, refleksi memberikan dasar rencana perbaikan untuk kegiatan

pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi analisis data, memaknakan

data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.

5. Deskripsi per Siklus

a. Siklus I

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

a) Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam RPP yang

direncanakan dengan materi perilaku terpuji

b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu

siswa memahami konsep-konsep PAI dengan baik dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran bermain peran.

c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar

mengajar dengan model pembelajaran bermain peran.

d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi PAI siswa.

2) Pelaksanaan Tindakan

19 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)12

Page 13: Proposal Ptk Pak De

Melaksanakan pembelajaran dengan skenario model pembelajaran

bermain peran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran diadakan tes sikap siswa. Pada

setiap akhir pembelajaran dilakukan proses evaluasi pembelajaran, evaluasi

tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak peningkatan

pembiasaan perilaku terpuji siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa

lembar pengamatan yang disusun oleh peneliti.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan oleh teman sejawat yaitu

guru kelas VI sebagai pengamat dalam proses pembelajaran.

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur keaktifan dan

pembiasaan perilaku terpuji siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran bermain peran.

Lembar observasi dibuat sedemikian rupa oleh peneliti dengan diukur

menggunakan indicator yang sesuai. Indikator yang diukur meliputi:

a. Pembiasaan Tolong Menolong dalam kebaikan dengan rentang skor 1-50.

b. Pembiasaan Gigih dalam kebaikan dengan rentang skor 1-50.

4) Refleksi

Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi

dianalisis dan dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan

menjadi bahan rekomendasi revisi kegiatan siklus berikutnya. Bentuk

antisipasi dilakukan dengan menugaskan siswa membaca materi sebelumnya

dan memberinya tugas mengenai materi berikutnya.

b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).13

Page 14: Proposal Ptk Pak De

c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II).

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Tes

Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar siswa

pada setiap akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari instrumen tes di

dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu pilihan ganda. Banyak soal

berjumlah 10 butir.

b) Observasi

Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar pengamatan

terhadap kegiatan dalam pembelajaran dan pembiasaan perilaku terpuji siswa.

Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk refleksi setiap siklus. Peneliti

menggunakan lembar observasi sebagai instrument pengamatan.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk

mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan

keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang bersifat

kuantitatif dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana. Dalam

menganalisa data peneliti membandingkan hasil ulangan siswa sebelum

tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah tindakan. Dari hasil analisis data

akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan menyatakan kebenaran

hipotesis tindakan yang telah ditetapkan.

Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus :

14

Page 15: Proposal Ptk Pak De

P = FN X 100 (Hamalik, 2010:123)20

Keterangan

P = persentase keberhasilan siswa

F = Jumlah skor yang diperoleh siswa

N = jumlah skor maksimun

Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan

menggunakan analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa dan

persentase keberhasilan belajar yang mengacu pada KKM siswa.

1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus :

Me = JNS

Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa

JN = Jumlah nilai seluruh siswa

S = Jumlah seluruh siswa

2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM, diperoleh

dengan rumus :

20 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

15

Page 16: Proposal Ptk Pak De

PK = SKS x 100 %

Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan

SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan

S : jumlah seluruh siswa.

3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung persentase

digunakan rumus:

NP= Me2−Me1Me 1

x100

Keterangan :

NP = Persentase

Me1 = Nilai rata-rata siklus 1

Me2 = Nilai rata-rata siklus 2

8. Indikator Keberhasilan

16

Page 17: Proposal Ptk Pak De

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila

siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari lebih dari 85% dapat mengalami

peningkatan pembiasaan perilaku terpuji.

H.Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari bab-bab antara lain :

Bab I terdiri dari latar belakang, masalah, rumusan masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, hipotesis, metodologi

penelitian, sistematika proposal, daftar pustaka dan jadwal penelitian.

Bab II yaitu landasan teori berupa definisi pembelajaran, hasil dan

faktor yang mempengaruhi belajar, aktivitas, motivasi belajar, pembiasaan,

perilaku terpuji, model bermain peran beserta langkah-langkahnya, dan

Pendidikan Agama Islam.

Bab III yaitu setting wilayah penelitian SDN 2 Galih Sari Kecamatan

Lalan Kabupaten Musi Banyuasin, mengenai : sejarah berdiri, letak,

ketenagaan pendidikan, keadaan siswa, sarana prasarana dan struktur

organisasi sekolah.

Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, meliputi hasil

pengolahan data mengenai meningkatkan pembiasaan perilaku terpuji melalui

model bermain peran pada pembelajaran PAI di kelas VI semester 2 SD

Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin. Bab V

yaitu penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

17

Page 18: Proposal Ptk Pak De

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dalam pembelajaran juga dibahas

mengenai belajar, prestasi belajar, hasil belajar, aktivitas, partisipatoris,

motivasi dan minat belajar siswa 21(Hamalik, Oemar,2010).

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktifitas (Suprijono,2009:02)22. Menurut winataputra,dkk

(2008:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh

manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes.

Sedangkan Riyanto (2009:5)23 menyatakan bahwa belajar merupakan

pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si

belajar. Hal ini diartikan bahwa dalam proses belajar, siswa akan

menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam

memorinya dan kemusian menghubungkannya dengan pengetahuan baru.

Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi

yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi,

seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan

perbaikan performansi.

21 Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.22 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka

Pelajar.h 223 Riyanto, Yatim.2009. Paradigma Baru Pembelajaran;Sebagai Referensi Bagi Pendidik

Dalam Implementasi Yang Efektif Dan Berkuaslitas. Jakarta: Prenada Media.h 5

18

Page 19: Proposal Ptk Pak De

Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2009)24 bahwa kosep belajar

itu selalu menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi

seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu dan hal – hal pokok

dalam pengertian belajar adalah belajar membawa perubahan tingkah laku

karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan

kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.

Sudjana (2009:28)25, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya

penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Sementara itu Slameto (2010)26 mendefinisikan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah serangkaian proses berfikir untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, karena

kualitas hasil belajar dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri.

24 Sagala, Syaiful.2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Bandung:Alfabeta.

25 Sudjana, Nana. 2009. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.h 26

26 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara

19

Page 20: Proposal Ptk Pak De

Menurut Winkel (2007)27 bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan

pemahaman dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.

Berbeda dengan pernyataan Marsun dan Martaniah (dalam

Wahyuningsih, 2004)28 hasil belajar yaitu sejauh mana siswa menguasai

bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti dengan munculnya

perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu yang baik. Hal ini

berarti bahwa hasil belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan

penilaian.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2005:36)29 hasil belajar merupakan

hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dan biasanya pada

individu yang belajar, jadi hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang

dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pendapat tersebut menyatakan bila dilihat dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan

saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil

belajar merupakan usaha yang dicapai siswa berupa suatu kecakapan

dari kegiatan belajar yang dapat diketahui setelah dilakukan penilaian.

Adanya perubahan tersebut tampak dalam hasil belajar yang diperoleh

siswa terhadap pemberian pertanyaan atau tugas oleh guru. Hasil belajar

memberi informasi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam belajar

baik siswa maupun guru.

27 Winkel, W.S. 2007. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

28 Wahyuningsih, W.A. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II SMU Lab School. Skripsi. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I.29 Dimyati dan Mudjiono.2005.Belajar dan Pembelajaran.. Jakarta : Rineka Cipta.h.36

20

Page 21: Proposal Ptk Pak De

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Slameto (2010:54-71)30, faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa dapat digolongkan menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

meliputi: faktor jasmaniah, berupa kesehatan dan cacat tubuh; faktor

psikologis, berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan; faktor kelelahan, berupa kelelahan jasmani dan psikis.

Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu yang sedang

belajar, meliputi: faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian

orang tua dan latar belakang kebudayaan; faktor sekolah, berupa metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, stándar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah; faktor

masyarakat, berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Hanafiah (2009:8-10), faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar, antara lain:

1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya

2. Pengajar yang profesional

3. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif

4. Sarana dan prasarana

5. Kurikulum

30 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara. h.54

21

Page 22: Proposal Ptk Pak De

6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi

serta lingkungan alam sekitar

7. Atmosfir kepemimpinan belajar yang sehat, partisipatif, demokratis, dan

situasional

8. Pembiayaan yang memadai

Jadi, untuk menunjang keberhasilan belajar siswa diharapkan adanya

pengajar yang professional yaitu seorang guru harus memiliki kemampuan

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik dan terarah. Selain

itu harus memberikan suasana yang nyaman kepada siswa untuk belajar di

sekolah serta pemenuhan fasilitas pendidikan yang baik.

5. Aktivitas

Aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa

dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perilaku belajar pada

diri siswa. Paul D. Dierich mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan

kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan Visual : Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan

bermain.

2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan : Mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan Menulis : Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan

mengisi angket.

22

Page 23: Proposal Ptk Pak De

5. Kegiatan-kegiatan Menggambar : Menggambar, membuat grafik, chart,

diagram, peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan Metrik : Melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,

menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan Mental : Merenung, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat

keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan Emosional : Minat, membedakan, berani, tenang dan

lain-lain.

(Oemar Hamalik , 2008:172)31

6. Motivasi

Huitt, W. (2001)32 mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau

status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau

hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam

rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian

motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan

dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi

tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3)

Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas

perilaku seseorang.

Thursan Hakim (2000 : 26)33 mengemukakan pengertian motivasi

adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan

31 Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara) h. 17232 http://sunartombs.wordpress.com/2008/09/23/motivasi-belajar/diakses tanggal 12

fFebruari 2012

33 http://sunartombs.wordpress.com/2008/09/23/motivasi-belajar/diakses tanggal 12 fFebruari 201223

Page 24: Proposal Ptk Pak De

suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat

ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya

motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim

(2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan,

semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang

atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa

yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni

: (1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,

(2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau

kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan

sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh factor di dalam

diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan factor di luar diri

disebut ekstrinsik.

Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan

pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.

Sedangkan factor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa

karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.

Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang

sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah

kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar

tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas

keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses

belajar ( Carole Ames: 1990)34.

34 http://sunartombs.wordpress.com/2008/09/23/motivasi-belajar/diakses tanggal 12 Februari 201224

Page 25: Proposal Ptk Pak De

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh

keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang

datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus

menerus dalam rangka mencapai tujuan.

B. Pembiasaan

Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena

banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena kebiasaan

semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab

sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang

akan dilakukan. Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan kepada peserta

didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun

secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari (Azis : 2011)35.

Dalam penelitian ini, pembiasaan yang dimaksudkan adalah

pembiasaan perilaku terpuji. Jika perilaku terpuji dilakukan dengan terus

menerus maka tanpa berfikir siswa akan terbiasa melakukan perilaku terpuji

di manapun dan kapanpun mereka berada.

C. Metode Bermain Peran

1. Pengertian Metode Bermain PeranMenurut Dr.E. Mulyasa, M.pd. ( 2004 : 141 )36 terdapat empat asumsi

yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan prilaku

dan nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model model mengajar

lainnya. Ke empat asumsi tersebut sebagai berikut :

35 http://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/metode-pembiasaan-dalam-pendidikan-agama-islam/diakses tanggal 12 Februari 2012

36 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.h 141

25

Page 26: Proposal Ptk Pak De

secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan

pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi “ disini pada

saat ini “. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan

menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi

yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan

respon emosional sambil belajar dari respons orang lain.

Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk

mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada

orang lain. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa

diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan

utama dan integral dari pembelajaran.

Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat

diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses

kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja

muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang di perankan. Dengan

demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang

cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini

berusaha mengurangi peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran

dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran dapat mendorong peserta

didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara

seksama. Bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang

dihadapi.

Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang

tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan dapat

diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan, denagan

demikian para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai

dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu

26

Page 27: Proposal Ptk Pak De

dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit

untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya. Terdapat tiga hal yang

menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model

pembelajaran, yakni : (1) kualitas pemeranan (2) analisis dalam diskusi (3)

pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan

dengan situasi kehidupan nyata.

2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran

Menurut Shaftel ( 1967 )37 mengemukakan sembilan tahap bermain

peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran : (1)

menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) memilih partisipan/

peran (3) menyusun tahap-tahap peran (4) menyiapkan pengamat (5)

pemeranan (6) diskusi dan evaluasi (7) pemeranan ulang (8) diskusi dan

evaluasi tahap dua (9) membagi pengalaman dan kesimpulan. Kesembilan

tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Menghangatkan suasana kelompok, termasuk mengantarkan peserta

didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari.. Masalah dapat di

angkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir

dihadapkan mereka. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi

peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting

dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.

Memilih peran dalam pembelajaran. Tahap ini peserta didik dan guru

mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,

bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,

kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi

pemeran.

Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap-tahap ini para pemeran

menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak

37 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.h 141

27

Page 28: Proposal Ptk Pak De

perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan

berbicara secara spontan.

Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara

matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta

didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif

mendiskusikannya.

Tahap pemeran, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara

spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha memainkan

setiap peran seperti benar-benar dialaminya. Adakalanya para peserta didik

keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah memakan waktu yang

terlalu lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain perlu

dihentikan.

Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika

pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara

emosional maupun secara intelektual.

Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi

mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang

dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam

upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran

lainnya.

Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini

sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil

pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah

lebih jelas.

Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak

harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama bermain

peran ialah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman

berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan temannya.

28

Page 29: Proposal Ptk Pak De

Pada tahap akhir para peserta didik saling mengemukakan pengalaman

hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya.

Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

D. Materi Pembelajaran PAI

Perilaku Terpuji

1. Gigih

Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan kesungguhan

dan keuletan dalam mencapai tujuan. Sikap gigih ditunjukkan dengan sikap

tidak mudah putus asa.

Untuk mencapai tujuan bukan hal yang mudah,

diperlukan kegigihan. Dalam mencapai cita-cita dan

tujuan, manusia banyak menjumpai halangan dan

hambatan. Selain hambatan yang dating dari dalam

dirinya seperti rasa malas, rasa jenuh dan stress manusia

juga harus menghadapi hambatan dari luar dirinya.

Hambatan yang dijumpai harus dihadapi dengan

kerja keras dan kegigihan. Rasa putus asa hanya akan membuat seseorang

sulit mencapai cita-citanya. Allah menyuruh manusia untuk senantiasa gigih

dan pantang berputus asa. Allah berfirman dalam al-Quran surah yusuf ayat

87 berikut.

Dan janganlah kamu berputus asa atas rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.(QS. Yusuf : 87)

29

Page 30: Proposal Ptk Pak De

Anak yang berprestasi adalah mereka yang gigih memperjuangkan

cita-citanya dan tidak mudah putus asa. Halangan dan rintangan dihadapi

dengan kesabaran dan hasilnya ia akan bertawakal kepada Allah SWT.

Kaum Muhajirin dan Anshar bias membangun kota Madinah yang

bercahaya (Madinah al munawaroh) karena kegigihan dan usaha saling

menolong. Kaum Muhajirin berusaha hijrah dengan menghadapi rintangan

musyrikin Quraisy yang kejam. Atas kerja keras dan pertolongan Allah

kesuksesan membangun masyarakat Islam dapat tercapai (Fauzi, 2008 :99)38

2. Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan sikap terpuji. Apabila kita menolong

sesame yang memerlukan, Allah akan memberikan pahala. Menolong orang

lain tidak hanya dengan harta atau uang. Menolong sesame bias dilakukan

dengan tenaga dan pemikiran atau ide.

Tolong menolong akan mendapat pahala jika dalam urusan kebaikan.

Tolong menolong dilarang jika dalam hal kemaksiatan atau dosa. Meminjami

teman bolpoin adalah perbuatan terpuji. Memberi contekan kepada teman

ketika sedang ujian adalah perbuatan yang tercela. Tentang perintah untuk

tolong menolong diterangkan dalam al-Quran surah al-Maidah ayat 2 berikut.

Tolong menolonglah dalam kebaikan dan jangan tolong menolong dalam

keburukan dan permusuhan (QS. Al-Maidah : 2)

Islam menganjurkan agar umatnya selalu tolong menolong. Menolong

harus dengan keikhlasan dan mengharap ridho Allah. Pahala menolong akan

hilang jika dilandasi ingin diketahui orang lain atau riya.

38 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta : Grafindo. h.99

30

Page 31: Proposal Ptk Pak De

Dalam kehidupan masyarakat biasa dikembangkan sikap tolong

menolong dan bekerja sama. Bergotong royong merupakan contoh sikap

bekerja sama. Sikap tolong menolong dan bekerja sama dilakukan oleh kaum

muhajirin dan Anshar dalam membangun kota Madinah.

Ukhuwah Islamiyah dan kerukunan uamt di Madinah tercipta salah

satunya karena kebiasaan tolong menolong pada masyarakat Madinah.

Mereka membangun masjid Nabawi dan menjadikannya sebagai pusat

pendidikan dan pengawasan pemerintah kota . Masjid Nabawi di bangun atas

dasar ikatan persaudaraan dan semangat tolong menolong.

Tolong menolong banyak manfaatnya, berikut ini manfaat dari tolong

menolong :

1. Memupuk rasa persaudaraan antar sesama manusia.

2. Mempermudah dan mempercepat terselesaikannya suatu pekerjaan.

3. Meringankan beban orang lain dan mendapat pahala bagi yang menolong.

4. Mendapat rida Allah, karena Allah mencintai makhluk-Nya yang

senantiasa menolong sesama manusia.

Kedamaian dan kerukunan antar umat di Madinah terbina salah

satunya karena kebiasaan penduduknya saling menolong. Terlepasnya beban

seseorang bisa dilakukan salah satunya apabila seseorang mau menolong

sesamanya. Mengingat tolong-menolong adalah perilaku terpuji, maka Allah

memerintahkan untuk senantiasa menjalankannya (Fauzi, 2008:102)39.

I. Daftar Pustaka39 Fauzi, Mohammad. 2008. Saya Ingin Menjadi Anak Saleh PAI untuk Kelas VI SD. Jakarta :

Grafindo. h.9931

Page 32: Proposal Ptk Pak De

Amin, Abdullah. 2001.Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi dkk.. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI,1995. Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depiknas

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harto, Kasinyo.2009.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning.Palembang :Grafika Telindo Press.

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Mulyasa. 2003. Pembelajaran Kooperatif . Jakarta : BumiAksara.

Poerwadarminta.2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Tim Guru SDN 2 Galih Sari.2010. Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari. Galih Sari

Sudarsono, 2003.Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja Jakarta: Bina Aksara

J. Jadwal Kegiatan

32

Page 33: Proposal Ptk Pak De

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

No KegiatanBulan

Desember Januari Februari Maret

1 Persiapan Proposal √ √

2 Pengumpulan data √

3 Pelaksanaan

penelitian

√ √ √

4 Pengolahan dan

analisa data

√ √

5 Penyelesaian

laporan akhir

33