ptk. 2007

69
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN SEBAGAI UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI MARGAJAYA V KECAMATAN BEKASI SELATAN KOTA BEKASI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Tingkat dari IV/a ke IV/b Oleh : FIFIH RAHMIASIH, S.Pd. NIP:

Upload: marhadi-leonchi

Post on 24-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ptk

TRANSCRIPT

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MELALUI PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN

SEBAGAI UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI MARGAJAYA V KECAMATAN BEKASI SELATAN

KOTA BEKASIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kenaikan Tingkat dari IV/a ke IV/b

Oleh :

FIFIH RAHMIASIH, S.Pd.

NIP:SD NEGERI MARGAJAYA VUPTD SD KECAMATAN BEKASI SELATAN

KOTA BEKASI2008LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Melalui Pembelajaran Bermain Peran Sebagai Upaya Guru Dalam Mengembangkan Nilai dan Sikap Siswa Kelas IV SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota BekasiPenulis :FIFIH RAHMIASIH, S.Pd.NIP.:

Mengetahui :

Kepala Sekolah,Pengawas SD,

FIFIH RAHMIASIH, S.Pd.UYUD SURYANA

NIP. NIP. 1953091519730911001Mengetahui :

Kepala UPTD, Pembina SDKecamatan Bekasi SelatanH. ADE ABDULLAH, S.Pd

NIP. 196208151982041006KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi dengan segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penetilian tindakan kelas dengan judul Melalui Pembelajaran Bermain Peran Sebagai Upaya Guru Dalam Mengembangkan Nilai dan Sikap Siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi. Adapun yang melatarbelakangi penelitian tindakan kelas ini adalah usaha guru dalam menanamkan nilai dan sikap melalui sebuah proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, hal ini didasari semakin menipisnya rasa kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitarnya.

Hal lain yang mendasari penelitian ini adalah faktor kejenuhan siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas yang menonton. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat melatih guru untuk terbiasa menemukan dan menganalisis berbagai macam permasalahan yang terjadi di dalam kelas ataupun di luar kelas, kemudian memberi tindakan yang berguna untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut.

Oleh karena itu, jika terjadi kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Akhirnya, semoga hal-hal yang penulis sajikan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang berkepentingan. Semoga Allah SWT senantiasa meridoi serta memberikan petunjuk yang baik bagi kita semua. Amin.

Bekasi, Maret 2009Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

1

B.Rumusan Masalah

3

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

4

D.Hipotesis Tindakan

4

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

1.Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

6

A.Pengertian PTK

6

B.Karakteristik PTK

7

2.Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas

8

3.Mengajar Lewat Permainan (Teaching Through Play)

9

4.Metode Bermain Peran

11

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Rancangan Penelitian

13

B.Lokasi Penelitian

13

C.Tahapan Penelitian

14

1.Pelaksanaan dan Pengamatan

14

2.Pemaknaan dan Refleksi

14

3.Revisi Rancangan

14

D.Pelaksanaan Tindakan Ulang

14

E.Instrumen Penelitian

15

1.Instrumen Pengumpulan Data

15

2.Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

16

BAB IVDATA HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data Penelitian

18

1.Deskripsi Data Awal

18

B.Deskripsi Data Siklus 1

19

a.Perencanaan Tindakan Siklus 1

19

b.Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

19

c.Analisis dan Refleksi Siklus 1

26

C.Deskripsi Data Siklus 2

28

D.Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan

30

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

31

B.Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 4.7 Data Hasil Jawaban Angket

Tabel 4.8Rekapitulasi Jawaban Angket No. 1 sampai 7

Tabel 4.9Data Hasil Penilaian Proses Siklus 1

Tabel 4.10Data Hasil Penilaian Proses Siklus 2

Tabel 4.2.1Profil Hasil Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Skenario Pembelajaran Bermain Peran)

Lampiran 2Format Penilaian

Lampiran 3Foto-foto Kegiatan

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran dewasa ini masih berpusat pada guru, siswa hanya sebagai objek penderita saja, sedangkan saat ini kurikulum sudah menuntut adanya perubahan besar-besaran tentang pandangan proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang berubah diantaranya adalah perubahan siswa, dari hanya sebagai objek menjadi subjek/pelaku dalam proses pembelajaran. Dapat diartikan bahwa pembelajaran sekarang berpusat pada siswa/anak (child centre).

Materi atau bahan ajar yang bagaimana yang dapat mendorong siswa untuk menjadi subyek dalam pembelajaran?. Tentunya hal inilah yang menjadikan pertanyaan besar bagi guru sebagai peneliti untuk dapat menemukan jawabannya. Selain siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, siswa juga dituntut untuk mengembangkan nilai dan sikap, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat baik, norma agama ataupun norma masyarakat.

Berbicara masalah nilai dan sikap untuk saat ini merupakan hal yang sangat mahal harganya, dikarenakan proses memudarnya bentuk nilai-nilai dan sikap yang makin jarang ditunjukkan oleh siswa, baik kepada guru ataupun kepada teman. Proses pembelajaran mengenai pengembangan nilai dan sikap bukanlah merupakan salah satu tanggung jawab dari mata pelajaran Pendidikan Agama saja, tetapi didukung oleh guru mata pelajaran lain untuk bagaimana seorang siswa dapat mampu mempunyai nilai dan sikap yang baik untuk kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, masyarakat ataupun sekolah.

Mendapat hasil yang akurat mengenai pengembangan nilai dan sikap tidak mungkin kalau dengan hanya melihat nilai yang berbentuk angka, karena pengembangan nilai dan sikap dapat dikembangkan guru melalui penampilan diri pribadi sebagai teladan yang patut ditiru. Selain teladan yang diberikan guru, sebuah proses pembelajaran juga dapat memberikan gambaran tentang penilaian pengembangan nilai sikap.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini, masih terpaku pada teknik warisan pendahuluannya. Teknik warisan yang sudah mendarah daging inilah yang susah dirubah oleh generasi sekarang. Oleh karena itu, untuk merubah paradigma tersebut diperlukan sebuah kesadaran tinggi dari seluruh jajaran yang berada di lingkungan pendidikan, khususnya guru sebagai ujung tombak dalam mereformasi pandangan mereka tentang mengajar dan mendidik. Pada saat ini, masih mengartikan mangajar adalah memberikan ilmu atau hanya sekedar mentransfer pengatahuan guru kepada siswanya. Akhirnya proses pembelajaran menjadi kurang bermakna, dampaknya siswa tidak mempunyai nilai lebih dan kurang peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.

Pandangan tersebut sebenarnya kurang relevan dengan masa sekarang, padahal nilai yang harus ditanamkan oleh guru tidak sebatas pengetahuan saja akan tetapi harus mengenai tiga ranah penilaian, seperti kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis (guru) mencoba mengembangkan sebuah materi yang mendekati secara obyektif tentang pengembangan nilai dan sikap (akhlak).

Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dan memberikan sebuah tindakan atau alternatif jawaban yang menajdi permasalahan siswa di kelas berkaitan dengan nilai dan sikap yang harus dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya peneliti mengambil sebuah judul penelitian (PTK) : Melalui Pembelajaran Bermain Peran Sebagai Upaya Guru Dalam Mengembangkan Nilai dan Sikap Siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi, dengan jumlah responden 20 siswa.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimana bentuk dan materi pembelajaran siswa yang dapat mengembangkan nilai dan sikap?

2.Bagaimana tema cerita yang dapat mengembangkan nilai dan sikap dalam pembelajaran bermain peran?

3.Apakah penggunaan pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan pengembangan nilai dan sikap siswa?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dijabarkan oleh peneliti, merupakan realisasi dari masalah-masalah yang terjadi di lapangan. Adapun tujuan yag ingin dicapai dari hasil penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

a.Menemukan bentuk metode dan materi pelajaran yang dapat mengembangkan siswa untuk mempunyai nilai dan sikap yang baik.

b.Mengetahui tema cerita yang cocok dan dapat mengembangkan siswa untuk mempunyai nilai dan sikap yang baik.

c.Meningkatkan pengembangan nilai dan sikap siswa menjadi lebih baik.

2.Manfaat

Manfaat penelitian dalam pembelajaran tersebut, baik manfaat bagi siswa maupun guru adalah sebagai berikut:

a.Dengan diterapkannya pembelajaran bermain peran pada proses pembelajaran, pengembangan nilai dan sikap siswa meningkat.

b.Pembelajaran bermain peran dapat diterapkan dan dikembangkan oleh guru.

D.Hipotesis Tindakan

Proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran bermain peran melalui tema cerita yang menarik, mendidik (educatif), masuk akal (logis) dapat meningkatkan dan mengembangkan nilai dan sikap siswa menjadi lebih peka terhadap keadaan lingkungan sekitar dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

A.Pengertian PTK

Kata penelitian, merupakan terjemahan dari bahasa Inggris : research. Dikutip dari I.G.A.K Wardani, bahwa : Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan juga, yang oleh Carr dan Kemmis (dalam I.G.A.K Wardani) didefinisikan sebagai berikut :

Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teacher, students or principals for examples) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of this practisces, and the situations (and institutions) in which the practices are carried out. (2006 : 1.4)

Ide pokok yang terkadnung dari pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

1.Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.

2.Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.

3.Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.

4.Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktek tersebut dilaksanakan.

Dari keempat ide pokok di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

B.Karakteristik PTK

Karakteristik PTK yakni sebagai berikut :

1.Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.

2.Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3.Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.

4.Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.

5.Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

6.Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.

2.Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas

Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas

Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK

(Perbandingan : I.G.A.K Wardani)

No. AsepekPenelitian Tindakan KelasPenelitian Kelas Non-PTK

PenelitiGuruOrang luar

Rencana PenelitianOleh Guru (mungkin dibantu orang luar)Oleh Peneliti

Munculnya masalahDirasakan oleh guru (mungkin dengan dorongan orang luar)Dirasakan oleh orang luar

Ciri utamaAda tindakan untuk perbaikan yang berulang.Belum tentu ada tindakan perbaikan.

Peran guruSebagai guru dan penelitiSebagai guru (subjek peneliti)

Tempat PenelitianKelasKelas

Proses pengumpulan dataOleh guru sendiri atau bantuan orang lain.Oleh peneliti

Hasil penelitianLangsung dimanfaatkan oleh guru, dan dirasakan oleh kelas.Menjadi milik peneliti belum tentu dimanfaatkan oleh guru.

Perbandingan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal

(Diterjemahkan dari Raka Joni, Kardiwarman & Hadisubroto, 1998 hal 18 dalam I.G.A.K Wardani, 2006 : 1.10)

NoDimensiPTKPenelitian Formal

1.MotivasiTindakanKebenaran

2.Sumber masalahDiagnosa statusInduktif-deduktif

3.TujuanMemperbaiki praktik, sekarang dan di sini.Verifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan

4.Peneliti yang terlibatPelaku dari dalam (guru)Orang yang berminat

5.SampelKasus khususSampel yang representatif

6.MetodologiLonggar tetapi berusaha objektif, jujur, tidak memihak (impartiality)Baku dengan objektivitas dan ketidakmemihakan yang terintegrasi (build inobjectivity & impartiality)

7.Penafsiran hasil penelitianUntuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangunMendeskripsikan, mengabstraksi, penyimpulan dan pembentukan teori oleh ilmuwan.

8.Hasil akhirSiswa belajar lebih baik (proses dan produk)Pengetahuan, prosedur atau materi yang teruji.

3.Mengajar Lewat Permainan (Teaching Through Play)

Dari bagan yang dibuat oleh Neville Bennet (2005:201) dapat diterjemahkan menjadi seperti berikut ini:

1.Sifat dan Manfaat Permainan

a.Fungsi terapuetik, menyingkapkan ketakutan dan rasa tidak aman.

b.Fungsi penyingkapan, menunjukkan anak sudah sampai di tahap mana.

c.Membangun keyakinan.

d.Medium pembelajaran.

e.Berbeda dengan tugas formal, dll.

2.Peran Guru

a.Guru dalam peran sebagai pendukung.

b.Membantu mengembangkan kepercayaan meruntuhkan hambatan anak-anak.

c.Guru tidak ikut campur karena takut mengganggu atau memaksakan kehendaknya sendiri.

d.Meluaskan kegiatan dan pembelajaran dengan menyarankan ekplorasi terarah.

e.Menyediakan peran memastikan keseimbangan dan variasi dalam kegiatan yang ditawarkan.

f.Menyediakan peran permainan tetap berada di jalur yang benar.

3.Kendala-kendala

a.Tuntutan kurikulum nasional

b.Jumlah murid di kelas

c.Kurangnya pengalaman guru

Permainan memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak (Piaget, 1962 ; Vigotsky, 1978). Melalui permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi, sosial, fisik dan bahasa (Stone, 1995) dalam Ahmad Rofiuddin, (1999 : 38). Disamping itu, permainan dapat diintegrasikan ke dalam pengajaran, termasuk pengajaran bahasa ini, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk semua mata pelajaran.

Adapun beberapa teori yang mengungkapkan pentingnya permainan bagi anak-anak. Berikut dikemukakan dua teori permainan : teori konstruktif dan teori psikodinamik.

Teori Konstruktif

Teori konstruktif yang dimotori oleh Piaget (1962) dan Vigotsky (1978). Piaget yakin bahwa perkembangan intelek manusia melibatkan dua proses yang saling berkaitan, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Kedua proses tersebut, secara bersama-sama membentuk suatu keseimbangan, yang mencerminkan keadaan individu dalam suatu waktu tertentu.

Teori Psikodinamika

Teori ini dimotori oleh Freud dan Erikson (dalam Spodek dan Saracho 1994) Frued berpendapat bahwa permainan adalah aktivitas katarsis yang dapat mengarahkan anak menguasai situasi-situasi sulit, situasi atau pengalaman yang tidak menyenangkan dengan cara melepaskan perasaan yang tidak menyenangkan tersebut dalam permainan.

Manfaat Permainan

Permainan dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah. Manfaat permainan dalam kegiatan belajar dapat diamati dari segi kognisi, sosial, emosi dan fisik anak.

1)Permainan mendorong anak untuk berpikir secara divergen, karena melalui permainan anak akan mencoba memecahkan berbagai masalah dan menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam permainan.

2)Permainan merupakan wahana bagi anak-anak untuk berekspresi secara kreatif.

3)Permainan membantu anak memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi (Ahmad Rofiuddin, 1999 : 43)

4.Metode Bermain Peran

Unsur yang menonjol dalam bermain peran adalah unsur hubungan sosial. Dalam bermain peran siswa dapat :

Mencoba mendapatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter, guru, sopir dilatih menghargai jasa dan peranan orang lain, serta dibina meresapi nilai-nilai kebersamaan dan tenggang rasa.

Berlaku sebagai benda-benda misalnya, berpura-pura menjadu gunung, pohon dan awan. Melalui aktivitas ini siswa dilatih mengembangkan daya imajinasi.

Dalam melaksanakan memainkan peran untuk kelas-kelas rendah tidak perlu disusun suatu cerita secara khusus. Guru cukup mengembangkan isi cerita secara garis besar, kemudian kepada siswa ditentukan peran-peran yang ada dalam cerita tersebut. Mereka dapat memerankan tingkah laku tokoh secara bebas sesuai dengan imajinasinya. Selain itu, dengan bermain peran siswa akan lebih menghayati pelajaran yang diberikan.

Untuk permainan peran di kelas yang lebih tinggi, sekurang-kurangnya diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

Menentukan topik

Menyusun kalimat-kalimat untuk pemeranan

Menentukan anggota-anggota pemeranan

Tiap anggota pemeranan mempelajari tugas masing-masing

Pelaksanaan bermain peran

Langkah-langkah tersebut dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan tujuan serta jenis permainan peran. Bermain peran dapat berbentuk drama atau pantomim.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian dan subyek yang diteliti dalam PTK bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Sepakat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suyanto, bahwa :

Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses balajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa (1997 : 2).

B.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi kelas yang dijadikan penelitian yaitu kelas IV dengan jumlah murid sebanyak 20 siswa. Dijadikannya subyek penelitian karena guru (peneliti) ingin mengaplikasikan materi pembelajaran dengan pengembangan nilai dan sikap yang harus dipunyai oleh setiap siswa.

C.Tahapan Penelitian

Pembuatan sebuah rancangan mengajar berupa RPP yang tersusun lengkap berdasarkan prosedur yang berlaku.

1.Pelaksanaan dan Pengamatan

(a)Peneliti dan praktisi melaksanakan pembelajaran bermain peran dengan mengikuti prosedur yang sudah disusun.

(b)Peneliti melakukan pembelajaran dan diamati oleh beberapa pengamatan.

(c)Peneliti melakukan refleksi terhadap tindakan yang dilakukan.

2.Pemaknaan dan Refleksi

Dalam proses PTK, langkah refleksi menjadi sangat penting. Langkah ini dilaksanakan setelah pembelajaran satu siklus selesai. Langkah refleksi yang dilaksanakan diantaranya, pemeriksaan kembali kesesuaian informasi serta informasi data dari kelemahan proses pembelajaran, kemudian kita renungkan untuk mendapatkan penekanan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya jika diperlukan.

3.Revisi Rancangan

Revisi rancangan dilakukan atas dasar hasil refleksi data, dilanjutkan dengan merencanakan tindakan ulang dengan mengadakan perbaikan rancangan menyangkut hal-hal yang sudah dianggap baik ataupun yang belum.

D.Pelaksanaan Tindakan Ulang

Pelaksanaan tindakan ulang disesuaikan atau bergantung pada hasil target yang dicapai. Selama masih ada kekurangan, siklus akan tetap diulang sesuai kebutuhan.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen yaitu (1) instrumen pengumpulan data, (2) instrumen perlakuan, (3) instrumen pedoman latihan.

Instrumen pengumpulan data terdiri atas tiga jenis yaitu (1) instrumen untuk mengumpulkan data kemampuan awal, (2) istrumen untuk mengumpulkan data pelaksanaan perlakuan, dan (3) instrumen untuk mengumpulkan data prestasi hasil belajar siswa.

1.Instrumen Pengumpulan Data

a.Instrumen Kemampuan Awal Siswa (Instrumen 1)

Instrumen 1 digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (daftar nilai, buku absen, dan buku rapor pendidikan)

b.Instrumen Pelaksanaan Tindakan (Instrumen 2)

Instrumen 2 digunakan untuk mengetahui pelaksanaan tindakan (lembar observasi, catatan lapangan, dan lembar kerja siswa)

c.Instrumen Prestasi Hasil Belajar (Instrumen 3)

Instrumen 3 digunakan untuk mengetahui hasil prestasi dan motivasi belajar siswa (data hasil)

d.Instrumen Perlakuan (Instrumen 4)

Instrumen perlakuan bentuknya berupa skenario model pembelajaran (RPP)

e.Instrumen Pedoman Penilaian (Instrumen 5)

Digunakan untuk memeriksa data prestasi (bentuk format penilaian)

2.Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a.Teknik Pengumpulan Data

1)Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data (Muhammad Ali, 1993:64).

2)Observasi

Observasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung (Muhammad Ali, 1993:64).

b.Analisis Data

Hasil wawancara dan observasi, berupa data kualitatif yaitu nilai hasil dari ketiga alat pengumpul data tersebut kepada sekelompok siswa yang telah melaksanakan pembelajaran bermain peran menggunakan tema cerita yang menarik, dan data hasil analisis dengan tahapan sebagai berikut :

1)Melaksanakan proses pembelajaran bermain peran dengan menggunakan tema cerita yang menarik.

2)Melaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.

c.Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan dua teknik yaitu triangulasi dan pembahasan teman sejawat. Triangulasi dilakukan konfirmasi data, data hasil yang dijaring lewat observasi ditriangulasi kepada guru ataupun siswa melalui angket. Hal ini biasanya dilakukan setelah selesai pembelajaran, sedangkan masalah yang dikonfirmasi ditandai waktu pemantauan berlangsung (dalam catatan lapangan). Triangulasi dengan teman sejawat dilakukan setiap selesai pembelajaran, sekaligus sebagai diskusi refleksi.

BAB IV

DATA HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data dan hasil penelitian dalam bab ini, mengikuti alur pelaksanaan penelitian yang meliputi kegiatan : (a) orientasi dan identifikasi masalah, (b) perencanaan tindakan penelitian, dan (c) pelaksanaan tindakan penelitian.

A.Deskripsi Data Penelitian

(a)Deskripsi Data Awal (identifikasi masalah)

Data yang diperoleh dari hasil pembicaraan peneliti dengan kepala sekolah dan guru adalah seperti di bawah ini :

a)Proses pembelajaran bermain peran masih jarang dilakukan oleh guru.

b)Guru berpendapat, bahwa untuk proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa memerlukan banyak waktu, biaya dan tenaga sehingga dianggap menghambat pencapaian target kurikulum.

c)Guru hanya berpegang pada salah satu buku sumber yang ada di sekolah serta kurangnya keberanian mengeksplorasi kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.

Pada akhir pembicaraan, guru kelas menerima rencana kegiatan penelitian tindakan kelas menggunakan metode bermain peran di kelas IV SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi, maka disepakati penelitian yang waktunya dilaksanakan beberapa hari kemudian.

B.Deskripsi Data Siklus 1

(a)Perencanaan Tindakan

Sebagai hasil dari refleksi awal, rancangan disusun dalam bentuk skenario pembelajaran (RPP). Pelaksanaannya dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Skenario pembelajaran terlampir.

(b)Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Siklus 1 penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 12 Februari 2007 mulai pukul 07.30 sampai dengan 08.40, pertemuan kedua dilaksanakan pada haru Selasa, 13 Februari 2007 mulai pukul 07.30 sampai dengan 08.40.

Masalah yang muncul di awal penelitian, kita ungkap kembali sebagai landasan untuk meningkatkan kembali apa-apa yang menjadi masalah yang harus diberi tindakan dan sebagai bahan untuk melakukan tindakan berikutnya. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1.Siswa kurang peduli / peka terhadap keadaan lingkungan sekitar.

2.Guru kurang mengembangkan nilai dan sikap dalam proses pembelajaran.

3.Siswa dalam belajar kurang bermakna, tidak berpusat pada anak, dan belajar hanya sebatas nilai angka saja.

Pengorganisasian bahan untuk siklus 1 diambil dari kegiatan bermain peran. Prosedur tindakan dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang sudah disusun. (Skenario terlampir)

Pada pertemuan pertama, kelompok siswa melakukan diskusi bersama untuk memilih jenis cerita / tema yang akan diperankannya. Kegiatan ini menggambarkan situasi kelompok untuk menentukan sebuah keputusan. Cara belajar siswa dengan kemampuan seperti itu, ternyata dapat menumbuhkan sikap percaya diri dengan mengekplorasi kemampuannya. Seperti dikemukakan oleh Dewey (Rofiuddin dan Zudi) mengemukakan bahwa :

pembelajaran memiliki kekuatan, kesanggupan dan keinginan untuk belajar. Pembelajaran adalah pribadi yang kreatif, ia mampu menyusun, menciptakan dan menemukan pemecahan terhadap berbagai persoalan secara aktif jika mereka diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas tersebut selaras dengan kemampuannya. (1999 : 187 - 188)

Berikut ini adalah hasil observasi selama 2 x 35 menit dalam pelaksanaan PTK yang bertujuan menanamkan nilai dan sikap yang diwujudkan dalam tindakan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran bermain peran dengan menggunakan tema cerita yang menarik dan mendidik. Tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat meneladani peran-peran protagonis dan sebaliknya menjauhi peran tokoh antagonis. Jadi, tujuannya bukanlah siswa mahir dalam bermain peran. Kalaupun siswa terampil bermain peran, itu hanya sebagai dampak pengiring dari pembelajaran tersebut. Pengambilan data nilai dan sikap ini dilakukan berdasarkan angket yang berisi tentang pertanyaan atau penilaian skala sikap yang berhubungan dengan tema cerita tersebut. Data nilai dan sikap terlihat dalam tabel skala sikap di bawah ini :

Tabel 4.1

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

1Sangat Setuju1470

Setuju630

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 1 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai dukungan terhadap tokoh protagonis (peran baik), hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan rasa senang tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran baik dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 4.2

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

2Sangat Setuju1260

Setuju840

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 2 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai tidak ada dukungan terhadap tokoh antagonis (peran jahat), hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan rasa tidak mendukung tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran jahat tidak mendapatkan hati / dukungan pada siswa.

Tabel 4.3

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

3Sangat Setuju735

Setuju1365

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 3 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai ingin menjadi seperti tokoh protagonis (peran baik), hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran baik dapat menjadi inspirasi siswa dalam berbuat pada kehidupannya sehari-hari.

Tabel 4.4

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

4Sangat Setuju1470

Setuju630

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 4 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai meniru segala tindak tanduk terhadap tokoh protagonis (peran baik), hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran baik dapat mempengaruhi perilaku siswa untuk menjadi lebih baik.

Tabel 4.5

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

5Sangat Setuju1890

Setuju210

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 5 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai ingin memberikan pelajaran atau nasihat terhadap tokoh antagonis (peran jahat), hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan rasa tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai rasa peduli terhadap sikap tokoh antagonis.

Tabel 4.6

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

6Sangat Setuju1785

Setuju315

Tidak Setuju--

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 6 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai ingin membela / menolong terhadap tokoh yang lemah, hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan rasa senang tersebut di atas sebanyak 20 siswa dari 20 responden (100%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya.

Tabel 4.7

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

7Sangat Setuju1155

Setuju630

Tidak Setuju315

Aspek yang dikembangkan pada soal nomor 7 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan aspek nilai senang terhadap tema cerita yang menarik dan mendidik, hasil jawaban responden yang merasa sangat setuju dan setuju terhadap ungkapan rasa tersebut di atas sebanyak 17 siswa dari 20 responden (85%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tertarik dengan pembelajaran bermain peran yang tema ceritanya menarik dan mendidik serta dapat berdampak positif terhadap perkembangan mental.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Jawaban Angket (Skala Sikap) Nomor 1 - 7

No. SoalJawabanFrekuensiProsentase

1 - 7Sangat Setuju9393 : 140 x 100% = 66,4%

Setuju4444 : 140 x 100% = 31,4%

Tidak Setuju33 : 140 x 100% = 2,2%

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab sangat setuju dari 7 soal sebanyak 66,4%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 31,4% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 2,2%.

Semua pertanyaan dalam angket (skala sikap) berbentuk pertanyaan yang potisif, maka dengan jawaban sangat setuju dan jawaban setuju dianggap jawaban yang ideal atau bernilai tinggi. Prosentase untuk jawaban sangat setuju dan setuju sebanyak 97,8%, sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 2,2%. Dengan demikian, karena adanya perbedaan antara jawaban yang dianggap ideal dengan jawaban yang tidak menyetujui sangat berbeda jauh / sangat signifikan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan nilai dan sikap siswa, sehingga siswa peka terhadap perubahan-perubahan yang ada di sekitar kehidupannya.

Selain siswa mempunyai kepekaan emosional terhadap peranan tokoh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, siswa juga mempunyai nilai dan sikap dalam hal keberanian, percaya diri, dan kerjasama. Adapun hasil yang diperoleh dari ketiga hal selama proses kegiatan tersebut dalam siklus 1 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Siklus I

NoNama Siswa

(Dalam Kelompok)KeberanianPercaya DiriKerjasamaSkorNilaiKet

KSBBSKSBBSKSBBS

1.M. Rayhan Julian(((165,3Perlu Perhatian

2.Aji Rama W.(((155Perlu Perhatian

3.Fajrul Falaq(((155Perlu Perhatian

4.Wahyu Nurhidayat(((155Perlu Perhatian

5.Anjar Hidayatullah(((206,7

6.Anisa Damayanti(((206,7

7.Atika Nurcahya(((217

8.Aldino(((217

9.Astuti Hadi K.(((186

10.Bilqis Sheila S.(((186

11.Dewa Ayu Deby(((217

12.Elma Chintia(((186

13.Fatimah Nurul(((186

14.Farisha F.(((186

15.Herlina Putri(((186

16.Haris(((186

17.Habil Syawaludin(((155Perlu Perhatian

18.Iis Islahiyah(((155Perlu Perhatian

19.Muh Febrian F.(((155Perlu Perhatian

20.Muh Faiz(((155Perlu Perhatian

Selain dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, guru juga mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan nilai dan sikap. Tentunya guru dalam penampilannya menunjukkan pribadi yang:

a)selalu rapih (pakaian, rambut, dan sebagainya)

b)disiplin (datamg di kelas tepat waktu, menepati janji)

c)berpartisipasi (terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran)

Dua catatan hasil observasi di atas dapat diinformasikan bahwa proses pembelajaran yang 2 x 35 menit tersebut menggunakan pembelajaran bermain peran membawa dampak pada pengembangan nilai sikap berikut.

1)Selama pembelajaran berlangsung telah dibina / dikembangkan nilai dan sikap, yaitu melalui tes skala sikap yang diberikan oleh guru terhadap pembelajaran bermain peran dari hasil pengamatannya (ranah afektif). Pengembangan wawasan terhadap peranan yang diperankannya (kognitif) dan keterampilan bermain peran (psikomotor).

2)Pelatihan kerjasama dan toleransi terjadi saat diskusi menentukan tugas masing-masing siswa dalam membagi peranan yang akan dilakukan.

3)Nilai dan sikap juga tergambarkan dari siswa tampil memerankan tokoh, seperti nilai keberanian, percaya diri serta kerjasama.

Proses pembelajaran selama 2 x 35 menit pada siklus 1 secara keseluruhan dianggap belum berhasil mengembangkan berbagai nilai dan sikap positif yang harus dimiliki oleh setiap siswa.

(c)Refleksi Siklus 1

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas kelas IV SDN Margajaya V Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan, dan hasil menunjukkan adanya perkembangan yang sangat signifikan. Hasil analisis sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.8, menggambarkan bahwa selama pembelajaran yang lamanya 2 x 35 menit telah tercatat adanya upaya guru untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu. Ini adalah sebagian indikator yang baik dibandingkan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.

Masih ada jenis-jenis sikap yang belum dikembangkan pada pertemuan tersebut ataupun ada sejumlah sikap lainnya adalah suatu hal yang wajar. Namun kekurangan dalam pembelajaran ini harus diperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Ini berarti dalam proses pembelajaran selama setahun, guru harus mengembangkan setiap jenis sikap yang diamanatkan dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku (norma agama).

Perlu kuga dicatat di sini bahwa membina dan melatih sikap bagaimanapun memerlukan waktu yang panjang. Sikap tidak mungkin berkembang menjadi bagian dari individu kalau hanya sekedar disentuh, sikap harus dilatih berulang dan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan siswa. Pelatihan pengembangan sikap akan berhasil baik bilamana semua guru melatih dan mengembangkan sikap melalui mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Conny Semiawan bahwa : Untuk lebih memantapkan pengetahuan yang telah diajarkan, pengetahuan tersebut hendaknya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain, siswa diminta untuk menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang diperolehnya. (1990 : 84)

Dari hasil tindakan yang diberikan tersebut dapat disimpulkan beberapa kelahamahan-kelemahan proses pembelajaran bermain peran pada siklus 1, yaitu :

1.Pemilihan materi / bahan cerita perlu diperjelas dalam kelompok dan sebaiknya dipilih oleh anggota kelompoknya masing-masing.

2.Pemilihan materi / bahan cerita masih kurang menarik minat siswa untuk memerankannya, sehingga proses pembelajaran bermain peran belum maksimal.

3.Masih banyaknya siswa / kelompok yang masih ragu dalam berperan, sehingga penonton atau kelompok lain yang mengamati masih belum terlibat secara emosional.

4.Angket (tes skala sikap) yang diberikan pada siklus I, respon yang diberikan siswa sangat memuaskan.

5.Dengan demikian, perolehan siklus 1 (pertama) perlu ada perbaikan dari beberapa kelemahan-kelemahan tersebut dengan melakukan perbaikan pada siklus berikutnya (siklus 2)

C.Deskripsi Data Siklus 2

Perencanaan tindakan pada siklus 2 masih mengacu pada skenario pembelajaran pada siklus 1, hal ini mengingat hanya ada beberapa tindakan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Beberapa diantaranya tindakan yang harus diperbaiki atau tingkatkan lagi adalah sebagai berikut :

1.Pemilihan materi / bahan cerita diserahkan kepada setiap kelompok masing-masing sesuai keputusan bersama, dan cerita dianggap sebagai cerita yang sangat menarik untuk diperankan oleh anggota kelompoknya.

2.Teknik yang digunakan untuk memberikan rasa percaya diri dalam memerankan tokoh, siswa diberi perlengkapan peranan sesuai dengan kebutuhan alur cerita.

3.Untuk meningkatkan keberanian siswa, diupayakan dengan bentuk penguatan-penguatan, seperti penghargaan, pujian dan sebagainya.

Data hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10

Siklus 2

NoNama Siswa

(Dalam Kelompok)KeberanianPercaya DiriKerjasamaSkorNilaiKet

KSBBSKSBBSKSBBS

1.M. Rayhan Julian(((206,7

2.Aji Rama W.(((196,3

3.Fajrul Falaq(((186

4.Wahyu Nurhidayat(((175,7Perlu Perhatian

5.Anjar Hidayatullah(((206,7

6.Anisa Damayanti(((217

7.Atika Nurcahya(((237,7

8.Aldino(((217

9.Astuti Hadi K.(((217

10.Bilqis Sheila S.(((186

11.Dewa Ayu Deby(((217

12.Elma Chintia(((186

13.Fatimah Nurul(((186

14.Farisha F.(((186,

15.Herlina Putri(((196,3

16.Haris(((196,3

17.Habil Syawaludin(((206,7

18.Iis Islahiyah(((186

19.Muh Febrian F.(((196,3

20.Muh Faiz(((155Perlu Perhatian

Pada akhir siklus kedua hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, yakni adanya peningkatan perolehan nilai dan sikap dari faktor keberanian, percaya diri dan kerjasama.

D.Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan nilai dan sikap siswa dalam pembelajaran bermain peran adalah memuaskan. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, baik sikap empati terhadap tokoh dalam cerita yang dibawakan, maupun dari diri siswa itu sendiri, seperti keberanian, percaya diri, serta kerjasama. Hasil setiap siklus tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2.1

Profil Hasil Penelitian

Nilai dan Sikap

(Skala Sikap)Siklus198,2%-

2--

Nilai dan Sikap

(Keberanian, Percaya diri dan Kerjasama)Siklus140%

(Perlu Perhatian)60%

(Keberhasilan)

210%

(Perlu Perhatian)90%

(Keberhasilan)

Salah satu hasil observasi selain nilai dan sikap yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah dengan berkembangnya pemahaman materi sejalan dengan berkembangnya aktivitas siswa sebagai pusat belajar (Child Center). Dengan kata lain, semakin siswa memahami tema cerita dalam pembelajaran bermain peran, semakin mendapatkan pengalaman yang dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Sepakat dengan Taksonomi Bloom (dalam Waluyo) : Lewat dramatisasi dimungkinkan suatu pengetahuan (kognitif), dapat menjadi sikap (afektif) dan kemudian menjadi tungkah laku (psikomotor). (2003 : 160)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan fokus penelitian, paparan data penemuan penelitian, serta pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode bermain peran dapat terlihat pada skenario / RPP yang dibuat oleh guru. Adapun hasil kesimpulan dari kegiatan perencanaan, tindakan dan hasil secara prosedur dapat disimpulkan sebagai berikut :

a)Bentuk materi yang dapat mengembangkan nilai dan sikap adalah materi dalam bentuk model pembelajaran bermain peran yang di dalamnya terdapat sebuah aktivitas siswa yang memungkinkan penyaluran minat siswa lebih terdorong untuk belajar. Dengan model ini juga, siswa dilatih menelaah dan memandang suatu materi dalam suatu konteks yang lebih luas. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan lebih sering melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.

b)Untuk membuat sebuah materi pembelajaran bermain peran yang tema ceritanya menarik dan mendidik dan dapat mengembangkan nilai dan sikap, tentunya terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi, adapun syarat tersebut adalah :

1.Memilih bahan tema cerita / materi yang sesuai dengan perkembangan siswa.

2.Memilih bahan tema cerita / materi tidak jauh dari kehidupan mereka sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat ataupun lingkungan sekolah.

3.Tema cerira / materi harus bersifat kontekstual dan uptodate.

c)Pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan pengembangan nilai dan sikap siswa.

d)Perlu juga dicatat di sini bahwa membina dan melatih sikap bagaimanapun memerlukan waktu yang panjang. Sikap tidak mungkin berkembang menjadi bagian dari individu kalau hanya sekedar disentuh, sikap harus dilatih berulang dan terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan siswa. Pelatihan pengembangan sikap akan berhasil baik bilamana semua guru melatih dan mengembangkan sikap melalui mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

B.Saran

a)Untuk meningkatkan pengembangan nilai dan sikap siswa, guru harus menggunakan pembelajaran bermain peran sebagai alternatif pembelajaran yang dilaksanakan di kelas ataupun di luar kelas.

b)Upaya untuk meningkatkan keterampilan guru, kepala sekolah menyelenggarakan pelatihan atau program kerjasama dengan lembaga tenaga kependidikan yang berkompeten di bidangnya untuk mengadakan program-program pengayaan yang terarah agar lebih kreatif dan inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.

Bennet, Neville. (1998). Teaching Through Play. Jakarta : Grasindo.

Rofiuddin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.

Semiawan, Conny. (1990). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia.

Syah. M. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta : Depdikbud.

--------------------. (2007). Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas IV. Jakarta : -------------.

Waluyo, J. Herman. (2003). Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : Hanindita Graha Widia.

Wardani, I.G.A.K. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(SKENARIO PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN)

Mata Pelajaran:IPS

Kelas / Semester:IV / 2

Pertemuan ke:

Alokasi Waktu:2 Jam Pelajaran

Standar KompetensiKompetensi DasarIndikatorKegiatan PembelajaranAlat dan Sumber

2.Mengenal Sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.2.1Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya aam dan potensi lain di daerahnya.-Menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi di lingkungannya.A.Kegiatan Awal

1.Apersepsi (guru menjaring perhatian siswa dengan gambar keramaian pasar)Alat :

-Gambar keramaian pasar format penilaian (terlampir)

Sumber :

Buku paket,

KTSP

2.Mempersiapkan alat-alat pembelajaran.

B.Kegiatan Inti

1.Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 anak.

2.Guru memberi tugas keapda siswa untuk memerankan peran / tokoh yang ada di lingkungan pasar, seperti pedagang, pembeli dan sebagainya.

3.Siswa berdiskusi membari peran.

4.Secara bergiliran kelompok bermain peran, kelompok lain mengamati.

5.Diskusi kelas (membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan materi)

C.Kegiatan Penutup

1.Melalui bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran.

2.Guru memberikan tindak lanjut.

Penilaian :

Unjuk Kerja

Lampiran 2

Format Penilaian

NoNama Siswa

(Dalam Kelompok)KeberanianPercaya DiriKerjasamaSkorNilaiKet

KSBBSKSBBSKSBBS

Keterangan :

K=Kurangskor5

S=Sedangskor6

B=Baikskor7

BS=Baik Sekali / Istimewaskor8

Lampiran 3

PHOTO-PHOTO KEGIATAN

PAGE

_1318540208.unknown