psikoterapi islam dan implikasinya dalam pendidikan...
TRANSCRIPT
-
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
-
i
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
-
ii
-
iii
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
“SESUNGGUHNYA ILMU ITU ADALAH CAHAYA YANG ALLAH CURAHKAN
DI HATI SEORANG HAMBA, DAN MAKSIYAT MEMATIKAN CAHAYA
TERSEBUT”
(IBNU QAYYIM)
“MELAKUKAN SESUATU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA DIAM DAN HANYA
BERANGAN ATAU BERMIMPI TANPA MELAKUKAN APAPUN”
(Alifatul Latifah)
-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis persembahkan
skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibundaku tercinta, bapak Ngajiyanto dan Ibu Istiniah yang tak
hentinya memberikan dukungan baik dukungan materiil maupun non materiil,
trimaksih tak terhingga aku ucapkan sehingga bisa menyelesaikan tugas
akhirku dengan baik
2. Adik-adikku tersayang adik muhammad khoir dzikron dan robeth ibadillah
kalian yang membuatku menjadikan rasa tanggung jawab yang lebih agar
cepat menyelesaikan tugas akhir ini karena menjadikan seorang kakak yang
harus menggantikan perjuangan bapak dan ibu kelak untuk pendidikan kalin di
masa depan
3. Teman-teman seperjuangan ku mbak siti zuliyanah, mbak dian vera
rahmawati, inggi putri pradana, tak lupa teman ku yang satu mbak Devye
Anandari yang selalu mensuport dan membantu dalam bentuk apapun itu
hingga terselesaikan skripsi ini
4. Teman seperjuangan di Yayasan Darul ilmi mbak Nina Desyana dan mbak
Nur Istiqomah, trimakasih karena sudah mengganggu dan merepotkan kalian.
Adik-adik rumah tahfid yang selalu menyemangatiku, “SEMANGAT-
SEMANGAT”.
5. Sahabat-sahabatku mahasiswa IAIN SALATIGA PAI angkatan 2013.
-
ix
6. Kakak-kakak alumni Darul Ilmi, mbak nafis, mabak merry dan mbak vina
yang sudah memberi dukungan meski dari jauh tapi masih ingat dengan kabar
skripsi penulis.
7. Kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan do‟a kepada penulis
dalam pembuatan skripsi ini, semoga kebaikan dan keberkahan juga
tercurahkan kepada kalian semua.
-
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.
Atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
KARAKTER (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku
Konseling dan Psikoterapi Islam)”.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda
Rasulullah SAW, manusi inspirasi penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan
syafa‟atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam juga disampaikan
kepada kuluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan
kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motifasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
mengucpakan trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan trimaksih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberi wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan
IAIN Salatiga.
-
xi
3. Ibu Siti Ruhayati, M. Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Abi Hamdani Bakhrani Bakhran Adz-Dzakiy dan Bp. Drs. Ahmad Sultoni,
M.Pd. yang sudah membimbing dan banyak sekali memberi inspirasi dan
cerita-cerita spiritual yang membuat penulis semakin banyak wawasan dalam
membuat skripsi ini. Dan trimaksih yang tak terkira karena sudah dengan
sabar dalam membimbing penulis.
5. Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag (alm) selaku dosen pembimbing Dosen
akademik yang telah membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN
Salatiga, yang baru saja beliau meninggalkan kita semua karena telah
dipanggil oleh Allah SWT, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga
“Khusnul Khotimah”, Amin.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi layanan serta bantuan.
8. Sahabat-sahabatku mba vera, mba zuli, inggi teman-teman KKN dan PPL
trimakasih atas dukungan dan motifasi dan inspirasinya. Tidak lupa kepada
teman satu rumah ku di RT mbak Nina Desyana Farikhah dan mb Nur
Istiqomah yang selalu memberi semangat kepada ku agar segera
menyelesaikan tugas akhir ini
9. Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2013 khususnya PAI kelas A.
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini semoga amal dan kebaikannya di trima di sisi Allah SWT.
-
xii
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT
serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amin. Peneliti sadar bahwa
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, denagn kerendahan hati peneliti mohon saran dan kritik yang
sifatnya membangaun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya maupun pada
pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia
pendidikan. Amin ya robbal „alamin.
Wasslamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 28 Agustus 2017
Peneliti,
-
xiii
ABSTRAK
Latifah, Alifatul. 2017. Psikoterapi Islam Dan Implikasinya Dalam Penddikan
Karakter Studi Pemikiran Hamdani Bakran Dalam Buku Konseling Dan
Psikoterapi Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Imu Keguruan. Institut Agama Islam Negri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Ahmad Sulthoni, M. Pd.
Kata Kunci: Psikoterapi Islam, Pendidikan Karakter.
Latar belakang penelitian ini dimulai dari dampak modernisasi teknologi
yang dapat mengakses informasi secara bebas, hal ini manusia berlomba-lomba
dalam mencari keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk
menggapai segala keinginannya. Kebebasan informasi itu menyebabkan interaksi
sosial semakin kompleks, dan menyebabkan gangguan mental dan spiritual.
Fokus penelitian yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana Konsep Psikoterapi Islam
menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey?, (2) Bagaimana implikasi
Konsep Psikoterapi Islam dalam pendidikan karakter?.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library research). Sumber data
penelitian ini adalah Buku Konseling dan Psikoterapi islam karya Hamdani
Bakhran Adz-Dzakiey. Analisa menggunakan metode analisis isi (content
analysis); Metode ini merupakan analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah
pemikiran.
Hasil penelitian ini meninjukkan: 1) Psikoterapi Islam adalah proses
perawatan atau penyembuhan penyakit kebatinan melalui teknik dan metode yang
dilaksanakan dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an, As Sunah dan empiric
(pengalaman). Objeknya gangguan mental dan spiritual. Metode Psikoterapi Islam
yang digunakan yaitu 1)Takhalli, Tahalli, Tajallli. 2) Implikasi Psikoterapi Islam
dalam pendidikan karakter adalah keterlibatan seorang guru professional yaitu
untuk membimbing dan mendidiknya dengan menggunakan metode psikoterapi
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Tiga metode itu
menjadi penyempurna dalam pendidikan karakter, agar peserta didik siap dalam
menghadapi segala ganggaun mental dan spiritualnya. Dengan konsep ketaatan
dalam agama yang ditawarkan dalam psikoterapi Islam diharapkan akan
melahirkan generasi-generasi yang terampil, cerdas, brilian dan bijaksana.
-
xiv
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v
DEKLARASI ........................................................................................................ vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
ABSTRAK ............................................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penenlitian ................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7
E. Metode Penelitian ................................................................................. 8
F. Penegasan Istilah ................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12
BAB II : BIOGRAFI PENULIS
A. Latar Belakang kehidupan .................................................................... 14
-
xv
B. Latar Belakang Pendidikan .................................................................. 15
C. Karir Hamdani Bakhran Adz-dzakiey .................................................. 17
D. Karya-Karyanya ................................................................................... 20
BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN TOKOH
A. Pengertian Psikoterapi Islam ................................................................ 22
B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam ................................................... 27
C. Objek Psikoterapi Islam ....................................................................... 38
D. Dasar Paradigma Psikoterapi Islam...................................................... 45
E. Metode Psikoterapi Islam ..................................................................... 50
F. Peta Konsep Pskoterap Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ............. 62
BAB IV : ANALISIS PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
A. Analisis Psikiterapi Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ............... 63
B. Implikasi Psikoterapi Islam dalam Pendidikan Karakter ................... 77
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................. 93
B. SARAN .............................................................................................. 94
C. PENUTUP .......................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nilai SKK
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 4 Lembar Wawancara
Lampiran 5 Deskripsi Hasil Wawancara
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di era modern ini sudah sangat menjamur
hingga merambat dalam berbagai bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dan
masih banyak lagi. Dewasa ini hampir setiap segi kehidupa kita telah terkait
dengan teknologi. Sejak bangun di pagi hari kita melihat jam dinding untuk
mengetahui waktu dengan tepat agar kita tidak terlambat melakukan kegiatan.
Jam dinding, pakaian, alat transportasi untuk pergi ke kantor atau ke sekolah,
peralatan kantor untuk melaksanakan tugas kita merupakan produk teknologi.
Di dalam rumah tangga produk teknologi juga merupakan bagian dari
kehidupan kita (B Uno dan Nina, 2011: 50). Diantara produk yang sangat
banyak diminati oleh masayaraka adalah Televisi, telephone, tablet,
smartphone adalah barang-barang untuk memudahkan kegiatan kita sehari-
hari yang semuanya sangat mudah terkoneksi dengan internet.
Manuasia dapat mencari informasi, mengunduh segala hal dengan
waktu yang singkat dalam mengerjakannya, kebebasan dalam akses
informasi ini membuahkan manusia berlomba-lomba dalam mencari
keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk menggapai
segala keinginan manusia. Akan tetapi di balik dari sisi positifnya ada juga
berdampak negatifnya bagi kehidupan manusia yang merusak akhlak para
generasi. Kebebasan informasi yang tiada hambatan tersebut mengakibatkan
adanya interaksi sosial budaya semakin kompleks, dengan bebasnya meraka
-
2
dapat mengakses berbagai situs tanpa adanya filter dalam diri yang akan
mengendalikan mereka dalam melakukan sesuatu hal. Teknologi tersebut
membuat manusia terlena dan berlebihan dalam menggunakan teknologi.
Sebagian dari mereka rela berjam-jam menghabiskan waktu untuk “bermain”
dengan teknologi dengan mengunduh banyaknya apliksi yang tersedia di
internet yang demikian itu sedikit banyak telah menggeser aspek spiritual
mereka. Kemajuan teknologi yang memudahkan manusia telah menjadi salah
satu penghalang religius dan psikologi manusia, sehingga banyak dari mereka
jatuh dalam penyakit hati dan mendapatkan gangguan mental dan spiritual.
Menurut hamdani, terjadinya stres dan depresi karena manusia tidak
mempunyai daya tahan mental dan spiritual yang tangguh. Baginya keimanan
merupakan basis utama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kuatnya
iman akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dalam menghadapi
problematika kehidupan (Adz-Dzakiey, 2008: 2).
Penggunaan internet yang tidak terkontrol dan pengaruh globalisasi
ini akan mengganggu kejiwaan seseorang karena tidak setabilnya antara
ketajaman EQ (emosional quotien) yaitu kemampuan untuk merasa, kunci
kecerdasan emosi adalah pada kejujuran dan suara hati. Suara hati itulah yang
itulah yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa
aman, pedoman, kekuatan, serta kebijaksanaan. Disini adalah sebuah anugrah
bagi seseorang yaitu kesadaran diri (self awareness), untuk memeriksa diri
seseorang, jika seseorang menghargai prinsip dan kenyataan di mana suara
hati berperan sebagai kompasnya. Danah zohar dan lan Marshall
-
3
mendefinisikan SQ (spiritual quotient), sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. IQ (intelekual
quotient) adalah kemampuan yang mengandalkan kecerdasan otak. SQ adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsian IQ dan EQ secara efektif.
Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Agustian, 2007: 42-47)
Islam telah mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia
dengan akhirat. Konsep keseimbangan akan mengarahkan manusia dalam hal
kedamaina, dan keselarasan. Islam sebagai ajaran agama yang memuat nilai
dan mengatur segala bentuk perbuatan yang dapat di jadikan pedoman bagi
para pemeluknya agar tidak salah jalan dan menemukan jalan yang baik dan
bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Agama islam menawarkan bimbingan
dan tuntunan agar manusia senantiasa menjaga kefitrahanya pada jalan lurus
yang di tunjukkan oleh Tuhan (Adz-Dzakiey, 2008: 3). Fitrah yang dimiliki
manusia sejak lahir menjadi penunjuk atau kompas dalam kehidupannya saat
manusia itu lalai atau jauh dari Tuhannya untuk kembali ke jalan yang baik
lagi.
Psikoterapi merupakan kajian yang mendasar dalam kajian psikologi.
Aliran-aliran dalam psikologi tidak lepas dari praktek dan teori psikoterapi.
Psikoterapi selalu berusaha menyelesaikan masalah kejiwaan manusia.
Namun dalam perjalanannya psikoterapi kurang mampu menyentuh ke dalam
-
4
jiwa manusia jika tanpa sentuhan iman saat manusia di hadapkan dengan
permasalahan untuk menyelesaikannya dengan baik.
Dalam masyarakat islam, psikoterapi telah diterapkan bahkan sudah
memiliki lembagakan tersendiri. Fungsi sebagai psikoterapis atau konselor
banyak diperankan oleh para tokoh agama dan ulama, guru sufi atau tarekat
atau kiyai yang dianggap punya kelebihan spiritual atau supra natural. Metode
dan teknik yang dipakai pun tidak keluar dari ajaran islam, yaitu yang
bersumber dari Al Qur‟an dan As-Sunnah. Hal tersebut dilakukan semata-
mata untuk lebih mengingatkan manusia kepada Sang Maha Menyembuhkan
(Subandi Ed, 2001: 92).
Mengingat Psikoterapi Islam sangat berperan dalam menyehatkan
mental, maka sangat relevan apabila psikoterapi di terapkan dalam
pendidikan karakter, karena pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk
memanusiakan manusia, bertanggung jawab dan kedudukannya di bumi
sebagai kholifatul fil ardh atau sebagai pemimpin di muka bumi ini.
Maraknya remaja yang berlaku menyimpang menunujukkan bahwa
jiwanya sedang mengalami gangguan masalah, tidak terarah, tidak seimbang,
perasaan gelisah bahkan mencapai rasa ingin mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tindakan antisipasi yang
diwujudkan untuk melindungi mereka dari kemungkinan hal yang negatif dan
membantu mereka menumbuhkan hal positif dalam diri agar menjadi penerus
bangsa yang berbobot unggul.
-
5
Kesehatan mental seseorang sangat penting maka harus dijaga, sebab
perkembangan mental jika sejak awal sudah baik maka akan berlangsung baik
begitu juga sebaliknya, saat mental mengalami kerusakan dan tidak segera di
benahi maka akan sulit untuk disembuhkan.
Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti mengenai Psikoterapi
Islam dalam rangka mengatasi problem kesehatan mental melalui pendidikan
karakter. Penulis ingin mewujudkan salah satu pemikiran tentang konsep
psikoterapi berwawasan Islam dengan menggunakan metode Psikoterapi
Islam. Langkah ini penulis sandarkan pada apa yang pernah dikatan oleh
Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey bahwa beliau berpendapat “banyak
permasalahan psikologi yang terus bermunculan di Indonesia namun
psikologi Barat belum mampu memberikan solusi secara komprehensif”.
Oleh karena itu beliau mengungkapkan sedikit dari sekian banyak keagungan
Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh yang memiliki eksistensi, potensi dan
kepribadian Rabbani yang sempurna sehingga esensi dan citra kenabian
beliau menjadi keteladanan khususnya untuk umat islam dalam seluruh aspek
kehidupannya. Islam yang bersumber pada Al Qur‟an dan As-Sunnah sebagai
ajaran yang lengkap dan solusif terhadap berbagai persoalan kehidupan. Islam
datang ke tengah-tengah ummat manusia dalam rangka ingin menyelamatkan
mereka dari kehancuran dan kegagalan dalam meraih hidup dan kehidupan
yang baik.
-
6
Mengingat bahwa karakter merupaka salah satu pilar dalam
pendidikan yang harus dimiliki oleh seseorang yang berilmu, maka penulis
menentukan judul penelitian ini pada “PSIKOTERAPI ISLAM DAN
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi
Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku Konseling dan
Psikoterapi Islam)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Psikoterapi Islam menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-
Dzakiey?
2. Bagaimana implikasi psikoterapi islam dalam pendidikan karakter?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep psokoterapi dalam islam yang digunakan sebagai
terapi menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
2. Mengetahui impikasi psikoterapi islam dalam pendidikan karakter
-
7
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi yaitu
secara teoritis dan praktis:
1. Secara teoritis
Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif untuk dunia pendidikan dan dapat menambah
khasanah ke ilmuan yang menekankan pada nilai-nilai aklak.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan
akhlak yang dilihat dalam kacamata psikoterapi islam.
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan terhadap seseorang terutama orang yang mengalami gangguan
psikologis baik mental maupun spiritual dengan mengunakan
psikoterapi sebagai satu dari model pengobatanya dan akan
teraplikasikan paada prilakunya.
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
acuan untuk penelitian yang relevan dimasa yang akan datang
d. Bagi pendidik, agar dapat memahami peserta didiknya dengan
pendekatan psikologis
-
8
E. Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah
suatu cara atau jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah dan keabsahannya (Ruslan, 2010:14).
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian studi pustaka (Library
Research). Studi pustaka adalah penelitian yang teknik pengumpulan
datanya dilakukan di lapangan (perpustakaan) dengan didasarkan atas
pembacaan-pembacaan terhadap beberapa literature yang memiliki
informasi serta memiliki relevansi dengan topik penelitian (Sukardi,
2010:35).
Alasannya dipilihnya jenis penelitian studi pustaka karena topik
penelitian ini merupakan studi pemikiran. Oleh karenanya yang relevan
adalah menggunakan jenis penelitian studi pustaka. Bukan jenis penelitian
kuantitatif yang masalahnya sudah jelas dan ingin mencari hubungan
kausalitas dalam rangka untuk mengenalisir, ataupun bukan jenis
penelitian kualitatif yang hendak meneliti suatu kasus tertentu (Furqon,
2013: 20).
2. Metode pengumpulan data
a. Metode Library Research
Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka, maka metode
pengumpuan datanya dengan pembacaan terhadap literatur yang
-
9
berkaitan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data demikian
dapat juga disebut dengan metode dokumentasi (Sugiyono, 2010: 329).
Metode dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara menghimpun
data dari berbagai literatur dapat berupa buku, jurnal, artikel, majalah
ilmiah, surat kabar, hasil seminar, dan sejenisnya yang berbentuk tulisan.
Dari pencarian data model metode dokumentasi tersebut diharapkan dapat
terkumpulnya data sehingga dapat melengkapi dan memperkuat penelitian.
b. Metode Wawancara
Penelitian ini merupakan kajian tentang pemikiran seorang tokoh,
maka sangat perlu sekali apabila penulis melakukan wawancara guna
mancari kevalitan data. Jenis wawancara yang digunakan adalah bebas
terpimpin dimana pertanyaan yang akan diajukan sudah dipersiapkan
terlebih dahulu. Pihak yang diwawancarai dalam hal ini adalah beliau
Hamdani Bakhran Adz- Dzakiey karena beliau masih dapat penulis temui
secara langsung.
3. Sumber data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa
sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Secara garis besar terdapat
dua sumber dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder:
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber kajian utama dalam
penelitian ini. Literature tersebut adalah: Hamdani Bakran Adz-Dzaky,
Konseling dan Psikoterapi Islam.
-
10
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan
dan relevan dengan objek penelitian. Sumber primer dalam penelitian
adalah: AKH Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani
(Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa). Dan berbagai artikel,
jurnal, dan blok internet dan karya tulis lain yang berkaitan dengan
penelitian ini demi memperkaya khasanah keilmuan dalam kajian dan
analisis.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian analisis isi (Content Analysis); metode ini merupakan
analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah pemikiran dan hasil penelitian
mempunyai sumbangan teoristik (Muhadjir, 1998: 94).
Dalam konteks ini penulis berangkat dari pemikiran tokoh yang
membahas tentang psikoterapi islam kemudian data tersebut dianalisa dan di
konsep yang sesuai dengan nilai-nilai islam dan memasukkannya kedalam
pendidian karakter.
-
11
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul ini sebagai berikut:
1. Psikoterapi Islam
Kata Psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan
therapy yang mempunyai arti pengobatan dan pencegahan (Sadari,
2015:72). Psikoterapi menurut Al-Ghazali adalah meninggalkan semua
prilaku yang buruk dan rendah, yang mengotori jiwa manusia, serta
melaksanakan perintah yang baik untuk membersihkannya (Rahayu, 2009:
217-218).
Psikoterapi yaitu proses pengobatan atau penyembuhan suatu
penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui
bimbingan Al Qur‟an dan As-Sunnah. Atau secara empiris adalah melalui
bimbingan dan ajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, dan rasul-Nya
(Adz-Dzakiey, 2015: 228). Kata Islam adalah kata yang mensifati kata
Psikoterapi tersebut, agar Psikoterapi dapat dilaksanakan sesuai dengan
ajaran dan norma Islam.
Jadi Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan penyakit
kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi berdasarkan ajaran dan
norma Islam, melalui bimbingan Al-Quran dan As Sunah yang dapat
menjadikan seseorang merasa tenang, tentram, dan mampu mewujudkan
kesehatan mental dan spiritualnya dengan baik.
-
12
2. Implikasi
Implikasi berasal dari bahsa ingris “implicate” yaitu
menyangkutkan (Enchols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti
menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa impliksi adalah
hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara
langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak
positif maupun negatif). Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan
terubah, pelibatan, penyelipan masalah (Ramayulis, 1994:149).
Jadi implikasi adalah suatu keterlibatan atau keadaan terubah yang
menghubungkan antara satu dengan yang lainnya baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan dapat membawa pengaruh positif maupun
negatif.
3. Pendidikan karakter
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran
dan pelatihan (Almutaqi, 2103: 11).
Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat
mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang
ada pada diri seseorang. Sering orang menyebutnya dengan tabiat atau
perangai (Majid, 2013: 12).
Jadi pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan
sadar untuk mendatangkan perubahan sikap pada manusia, sehingga
menjadi berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
-
13
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari
lima bab. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat tentang: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II : BIOGRAFI
Bab ini memuat tentang biografi penulis dari buku induk
penelitian ini yaitu konseling dan psikoterapi islam, yang
mencakup latar belakang kehidupan, pendidikan, karir dan
karya Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey.
BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN
Bab ini akan dikemukaan tentang psikoterapi islam yang
meliputi: definisi psikoterapi (baik psikoterapi secara
khusus maupun umum), dasar dan tujuan psikoterapi islam,
obyek psikoterapi, paradigma psikoterapi, metodologi
psikotrapi).
-
14
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini akan memuat tentang bagaimana implikasi
psikoterapi dalam pendidikan karakter, meliputi Psikoterapi
Islam dengan dunia pendidikan dan pentingnya Psikoterapi
Islam terhadap pendidikan karakter.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah
daftar pustaka yang digunakan penulis sebagai referensi
dalam penulisan skripsi ini.
-
15
BAB II
BIOGRAFI HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY
A. Latar Belakang Kehidupan
Drs. H. M Hamdani Bakhran Adz-Dzaky, dikenal sebagai guru
spiritual. Lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 3 Mei 1960. Beliau
juga secara otodidak mempelajari Psikologi Psikodiagnostik dan
psikoterapi berdasarkan ajaran islam melalui pendekatan sufistik.
Sedangkan pendidikan spiritual ia dapatkan antara lain dari
ayahandanya sendiri Tuan Guru Bakhran Adz-Dzaky bin Abdul Karim al-
Banjari; Tuan Guru Al-Hajj Rusdi bin Muchtar al-Banjary yang sekaligus
sebagai mertuanya; Sayyid Abdurrahman As-Segaff dari Bantul
Yogyakarta; K. H. Hasan Asykari yang lebih dikenal dengan Mbah Maghli
dari Magelang, Tuan Guru Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram;
Syaikh Romadlon As-Somaliy, di Kalimantan Barat; dan K. H. Idhaman
Khalid dari Jakarta.
Setelah lulus sarjana, penggemar musik jazz-yang disebutnya
sebagai musik para sufi-ini aktif mengajar diberbagai sekolah islam di
Yogyakarta dan sekitarnya. Namun kini ia lebih memfokuskan untuk
membina pondok pesantrennya, PP Raudhatul Muttaqien, di Babadan,
Purmowartini, Kalasan, Sleman, sekaligus sebagai konsultan persoalan-
persoalan spiritual. Ia juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam
Muhammadiyah Klaten, dan fakultas agama Islam Universiatas
Muhammadiyah Surakarta (Adz-Dzakiey, 2006:522).
-
16
B. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan dasar dan menengah dijalani di kota kelahirannya,
kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Yogyakarta,
Fakultas Hukum Universitas Cokrominoto (tidak selesai), dan Fakultas
Syari‟ah IAN Sunan Kalijaga (lulus 1986).
Meski pendidikanya secara formal hanya sampai jenjang strata
satu, dan itu pun tidak terkait secara langsung dengan ilmu kejiwaan
(psikologi), namun secar otodidak K.H Hamdani mendalami dengan penuh
keseriusan bidang kejiwaan, khususnya psikodiagnostik dan psikoterapi
berdasarkan ajaran islam. K.H. Hamdani sendiri menjelaskan bahwa
metode yang digunakan oleh para ilmuan muslim dahulu, yakni dengan
bertemu langsung (talaqqi) kepada sang guru besar dan meminta pelajaran
imu darinya. Dalam hal ini K. H. Hamdani sangat diuntungkan dengan
kondisi Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang melimpah dengan para
pakar pada bidang ilmu.
Beliau Tuan Guru Bakran Adz-Dzakiey bin Abdul Karim Banjari
yang juga merupakan ayah mertua memerankan peran yang tidak kalah
penting. Pembimbing ruhani beliau lainnya yaitu Sayyid Abdurrahman Al
Ba‟bud dari bantul Yogyakata; kemudian K. H. Hasan Asykari ysng lebih
dikenal dengan Mbah Magli dari Magelang; selain itu ada Tuan Guru
Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram; tidak ketinggalan Syaikh
Romadlon As-Somaliy, di kalimantan Barat; dan K. H. Idham Khalid dari
Jakarta.
-
17
Pendidikan ruhani bukanlah pembelajaran yang teoritis yang dapat
diperoleh dari pembacaan terhadap berbagai buku. Pendidikan ruhani
adalah bagian dari “mengalami”, terhadap pengalaman keagamaan, yang
umumnya diberikan dari usia yang sangat dini. Diantara hal ringan dan
mendasar yang menurut K. H. Hamdani merupakan proses awal dalam
memasuki alam ketuhanan dan hakikat, yaitu berupa ketaatan kepada
orang tua. Dinyatakan oleh K. H. Hamdani:
“Sejak kecil, penulis sejak kecil selalu ditanamkan oleh guru-guru ruhani
penulis, bahwa ketaatan kepada kedua orang tua merupakan pintu
memasuki alam ketuhanan yang hakikat. Para guru penulis tersebut
senantiasa pesan: “Wahai ananda, janganlah engkau menyakiti hati kedua
orang tuamu, janganlah engkau berkata “tidak” terhadap apa yang mereka
katakan; dan berprasangka baiklah kepada mereka berdua.”
C. Karir Hamdani Bakran Adz-Dzakiey
1. Kyai Pesantren
Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesanteren Raudhatul
Muttaqien, yang berada di Babadan, Purmowartini, Kalasan, Sleman.
Beliau mempunyai seorang istri yang sevisi dengan beliau sehingga
sangat membantu perkembangan spiritual beliau. Istrinya yang
bernama Risty Bulqis pada banyak hal, turut memberikan kontribusi
dalam upaya mengarungi samudra spiritual yang beliau jalani (Abidin,
2012: 41).
2. Dosen
Beliau K. H. Hamdani juga pernah menjadi dosen di Sekolah
Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Klaten, fakultas agama Islam
-
18
Universiatas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Syariah IAIN Sunan
Kalijaga, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, Magister
Profesi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta, Fakultas agama Islalm dan
Ekonomi Universitas Cokroaminoto. Saat ini KH. Hamdani sudah
tidak lagi mengajar di beberapa perguruan tinggi tersebut, melainkan
memfokuskan diri di pesanteren yang diasuhnya. Materi yang
diajarkan di pesanteren tersebut adalah Psikoterapi Islam yang berbasis
prophetic teori dan prakteknya. (Abidin, 2013:42)
3. Konsultan Spiritual
Dengan bekal pengalaman dibidang tasawuf, K. H. Hamdani
cukup mendapatkan tempat di dalam diskursus keilmuan psikologi di
Indonesia. Selain profesi utamanya sebagai pengasuh pada Pondok
Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan, Purwomartini, Kalasan
Sleman, Yogyakarta, K. H. Hamadni juga pernah aktif sebagai
konsultan Pusat Psikologi Terapi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta.
Beberapa tahun tarakhir, K. H. Hamdani giat mengembangkan
konsep kecerdasan kenabian dan psikologi kenabain di bawah Centere
of Prophetic Intelligence. Lembaga ini merupakan sebuah bidang kerja
di bawah Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien yang bertugas
melaksanakan program pendidikan pelatihan dan pengembangan
mental moral spiritual dan sosial (Personal Mastery) umat yang
berparadigma pada Prophetic Intelligence (Kecerdasan kenabian) yaitu
kemampuan seseorang untuk berinteraksi, bersosialisasi, beradaptasi
-
19
dengan lingkungan vertikal maupun horizontal serta memahami,
mengambil manfaat dan hikmah dari berbagai persoalan hidup.
(Abidin, 2013: 42)
4. Psikoterapis/Konselor.
Selain sebagai pengasuh pondok, aktif mengajar dan konsultan
spiritual juga dikenal sebagai psikoterapis atau konselor, dalam buku
beliau telah dijelaskan beberapa syarat-syarat menjadi Konselor
diantaranya dilihat dalam beberapa aspek yaitu: aspek spiritualitas,
aspek moralitas, aspek keilmuan dan skill. Dari tiga aspek itu di
simpulkan Oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey (2013:332) syarat-
syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang psikoterapis/konselor
adalah:
a. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb,nya,
yang hal itu diperoleh melalui ketaatannya melaksanakan perintah-
Nya manjauhi larangannya;
b. Adanya kualitas moral atau akhlak islamiyah yang baik dan benar
secara otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntutan
profesionalisme;
c. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori konseling,
psikodiagnostik dan psikoterapi islam maupun umum
d. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam melakukan proses
konseling, psikodiagnostik dan terapi dengan motede ilmiah,
prophetic (kenabian) maupun normatif (Al Qur‟an dan As-Sunnah)
-
20
D. Karya-Karyanya
Diantara karya beliau yang telah terbit adalah Wihdah As-Sujud
(1989), Metodologi Psikologi Islam (2000), Pendidikan Ketuhanan dalam
Islam (2001), Akidah dalam Aplikasi Empirik; Psikologi Kesehatan
Rohani, serta Psikologi Etika Pendidikan; Kecerdasan Kenabian Prophetic
Intelligence. Pada buku psikologi kenabian pada tahun 2008 telah
memasuki cetakan ketiga sedangkan buku pada buku Prophetic
Intelligence sampai tahun 2008 telah mengalami empat kali naik cetak
sejak terbit pertama kali tahun 2004. Selanjutnya buku yang paling
belakangan beliau tulis, yang oleh beliau dinyatakan sebagai buah dari
psikologi profetik, yaitu buku yang berjudul Kepemimpinan Kenabian:
Prophetic Leadership, yang terbit untuk edisi pertamanya pada bulan
September 2009.
Buku Prophetic Intellegence (kecerdasan kenabian) memiliki
pengertian dan keunikan tersendiri yang menjadikan berbeda dan memiliki
signifikasi tersendiri dari model kecerdasan. Kecerdasan kenabian yang
diusung oleh K.H Hamdani bertumpu pada nurani yang bersih dari
penyakit-penyakit ruhaniyah seperti; syirik, kufur, nifaq, fasiq, dan lain-
lain. Kondisi nurani yang sehat Allah akan menurunkan rasa percaya,
yakin dan takut kepada-Nya, dari rasa itulah lahir kekuatan dan keinginan
untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang lebih positif, lebih baik
dan lebih benar.
-
21
Salah satu buku beliau yang diracik dengan formulasi teoritis yang
bersifat intuitif ilahiyah, nuansa parkatis yang sangat terasa dalam setiap
lembarnya. Buku ini ingin meluruskan bahwa pemahaman yang telah
terpatri lewat kemasan rasionalistik semata, seperti ala barat tersebut harus
di pertanyakan, dan kemudian mengasah potensi-potensi kecerdasan
kenabian dapat dipahami sebagai potensi untuk berinteraksi, beradaptasi,
memahami, dan mengambi hikmah dari kehidupan langi dan bumi, ruhani
dan jasmani lahir dan batin, serta dunia dan akhirat.
Buku yang terdiri dari 14 bab dan 783 halaman ini secara umum
membahas tentang prinsip-prinsip keislaman dan keimanan yang sudah
sering dikeahui, namun tema-tema dari prinsip tersebut dibaca dengan
perspektif ruhaniah-batiniah dengan metode ilahiyah-mukasyifah yang
akhirnya mencuatkan wawasan-wawasan baru, sebagaimana kita
meyakini, shalat, do‟a, dan seluruh aktifitas yang kita niatkan sebagai
ibadah kepada Allah (Zami: 2016).
-
22
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY
A. Pengertian Psikoterapi Islam
Psikoterapi (Psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak
dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai
bidang seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (Guidance
and counseling), kerja sosial (Case Work), pendidikan dan ilmu agama
(Rahayu, 2009: 191).
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata
“psyche” dan “therapy” . Psyche mempunyai beberapa arti, antara lain:
1. Jiwa dan hati
2. Dalam mitologi yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang
bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa di gambarkan berupa gadis
dan kupu-kupu simbol keabadian.
3. Ruh, akal dan diri.
4. Meneurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan
psikologis, terdiri dari bagian dasar (Conscious) dan bagian tidak sadar
(Unconsious).
5. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan
bentuk jamaknya “anfus” atau “nufus”. Ia memiliki beberapa arti,
diantaranya: jiwa, ruh, darah, jasad, orang, diri dan sendiri.
-
23
Dari beberapa arti secara etimologis tersebut, dapat dipahami bahwa
psyche atau nufs adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih
bersifat rohaniyah dan paling tidak lebih banyak menyinggung sisi yang
dalam dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau jasmaniyahnya.
Firman Allah SWT, sebagai berikut:
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-
Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku”. (Al Fajr, 89: 27-30).
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (Al A‟raf,
7: 205).
Kata “nafs” dalam ayat 205 dari surat al-A‟raf di atas dapat
diartikan dengan bebrapa arti, seperti diri, ruh, jiwa dan nafsu. Jadi dzikir,
sebutan atau ingatan ialah bukan saja pada lisan, tetapi seluruh unsur dan
komponen keinsanan yang hidup, yaitu berdzikir daam diri, jasad, jiwa,
nafs, nafsu dan ruh.
-
24
Adapun kata “therapy” (dalam bahasa inggris) bermakna
pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahsa Arab kata therapy
sepadan dengan اآلستشفا ء yang berasal dari - شفا ء –ىشفى فى ش , yang
artinya menyembuhkan.
Firman Allah SWT yang memuat kata syifa:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Yunus,
10: 57)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Isra, 17:
82).
Psikoterapi (psychotherapy) ialah pengobaan penyakit dengan cara
kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit
mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau
penyembuhan lewat keyakinan agama, dan disisi personal dengan para
guru atau teman.
-
25
Pengertian psikoterapi secara istilah, ada beberapa pendapat yang
dikemukakan para ahli (Rahayu, 2009:192-195) diantaranya:
1. Corsini, definisi psikoterapi sukar dirumuskan. Meskipun demikian itu
merumuskan psikoterapi sebagai suatu proses formal dari interaksi
antara dua pihak, masing-masing pihak biasanya terdiri satu orang,
tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih. Proses ini
bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan
(distress) pada salah satu dari kedua belah pihak karena ketidak
mampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:
fungsi kognitif (kelalaian pada fungsi berfikir), fungsi afektif
(penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenagkan) atau
fungsi perilaku (ketidak tepatan perilaku) dengan terapis yang
memiliki teori tentang asal usul kepribadian, perkembangan,
mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa
metode perawatan berdasarkan teori dan profesi yang diakui secara
resmi untuk bertindak sebagai terapis.
2. Prawitasari (2002) mendefinisian psikoterapi sebagai proses formal
interaksi antara dua orang atau lebih, dengan salah satu berposisi
sebagai “penolong” dan yang lain sebagai “yang ditolong” dengan
tujuan perubahan. Sedangkan Frank (1982 dalam Phares dan Trull,
2001) mendefinisikan psikoterapi sebagai interaksi yang terencana
antara seorang yang terlatih dan memiliki kewenangan sosial untuk
melakukan terapi, dengan seorang yang menderita dengan tujuan untuk
-
26
meringankan penderitaan si penderita melalui komunikasi dengan
tujuan simbolis khususnya kata-kata maupun aktifitas fisik.
3. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul
medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang
sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada
mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang
penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarka pendapat Jung ini,
bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif
(penyembuhan), juga berfungsi prefentiv (pencegahan) dan konsruktif
(pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi
tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada
psikiater tidak hanya ketika psikis seorang dengan kondisi sakit.
Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau
penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang
sempurna
Lewis R. Wolberg. Mo (1997) dalam bukunya yang berjudul
THE TECHNIQUE OF PSYCHOTHERAPY yang mengatakan
bahwa:
Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat
psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan
profesional dengan pasien yang bertujuan:
-
27
1. Menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang
ada,
2. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan
3. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang
positif
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey dalam buku Konseling dan
Psikoterapi Islam (2008) mengemukakan bahwa Psikoterapi Islam
adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah
mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui bimbingan Al
Qur‟an dan As-Sunnah Nabi SAW. Atau secara empirik adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah SWT. Malaikat-malaikatnya Nabi
dan Rasulnya atau ahli waris para Nabi-Nya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengertian
psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit
kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Kata islam adalah kata
yang mensifati dari kata psikoterapi tersebut dilaksanakan sesuai
dengan ajaran dan norma islam.
B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam
1. Fungsi Psikoterapi Islam
Disamping fungsi-fungsi utama tersebut, masih ada fungsi yang
bersifat spesifik yaitu:
-
28
a. Fungsi Pencegahan (Prevention)
Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan
ilmu ini, seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal, keadaan atau
peristiwa yang membahayakan dirinya. Melalui fungsi ini terapis
memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
b. Fungsi penyembuhan atau perawatan (Kuratif)
Psikoterapi ini akan membantu seseorang melakukan,
penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan masalah, baik
menyangkut aspek pribadi maupun social.
c. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat
(Konstruktif)
Fungsi ini untuk membantu klien supaya dapat menjaga diri
dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi klien agar terhindar dari kondisi-
kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri
(Sudrajad: 2014)
Menurut Carl Gustav Jung Psikoterapi selain digunakan
untuk fungsi: kuratif (penyembuhan), juga berfungsi kuratif
(pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan
jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa
usaha-usaha untuk berkonsultasi kepada psikoterpis tidak hanya
ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik
-
29
ijka dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental,
karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.
(Zainuri: 2017)
Sebagai suatu ilmu tentu saja Psikoterapi Islam mempunyai
fungsi dan tujuan yang komplit, nyata dan mulia (Adz-Dzakiey,
2015: 270) :
a. Fungsi Pemahaman (Understanding)
Fungsi yang memberikan pemahaman dan pengertian
tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan
kehidupan serta bagaimana mencari solusi dari problematika
itu secara baik, benar dan mulia. Khususnya terhadap gangguan
mental, serta problematika-problematika lahiriyah maupun
batiniyah pada umumnya. Memberikan pemahaman pula
bahwasanya ajaran Islam (Al Qur‟an dan As-Sunnah)
merupakan sumber yang paling lengkap, benar dan suci untuk
menyelesaikan berbagai problematika yang berkaitan dengan
pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan
dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan
keluarganya, pribadi manusia dengan lingkungan sosialnya.
Firman-Nya:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.” (Al Baqarah, 2:2)
-
30
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan
itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka”. (An nisa, 4:80)
b. Fungsi pengendalian (Control)
Memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktifitas
setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan
pengawasan Allah Ta‟ala. Sehingga tidak akan keluar dari hal
kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Cita-cita dan tujuan
hidup dan kehidupan akan dapat tercapai dengan sukses;
eksistensi dan esensi dari senantiasa mengalami kemajuan dan
perkembangan yang positif serta terjadinya keselarasan dan
harmoni dalam kehidupan bersosialisasi, baik secara vertikal
maupun horizontal.
Potensi pengendalian diri itu dapat difahami secara
tersirat dari pesan-pesan ayat Allah:
-
31
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila suatu bencana
telah menimpa mereka, mereka mengatakan, sesungguhnya
kami milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepadaNya-
lah akan kembali.” (Al Baqarah, 02: 155-156).
Seseorang yang telah memiliki tingkat kesabaran yang
tinggi, apabila ia ditimpa ujian, musibah atau bencana, maka
secara otomstis ia akan dengan segera menggembalikan hal itu
semua kepada Allah Ta‟ala. Emosional dan kepribadiannya
tetap terkendali dan stabil dalam hal bimbingan, tuntunan dan
perlindungan-Nya.
c. Fungsi peramalan atau Analisa ke depan (Prediction).
Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan memiliki
potensi dasar untuk dapat melakukan analisa ke depan tentang
segala peristiwa, kejadian dan perkembangan. Hal itu dapat
dibaca dan dianalisa berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu
dan sedang atau akan terjadi. Sebagaimana Nabi Yusuf as.
Pernah menganalisa suatu peristiwa yang akan terjadi
berdasarkan analisa dari suatu mimpi tentang “tujuh ekor
lembu yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor lembu
yang kurus-kurus dan tujuh butir (Gandum) yang hijau dan
tujuh butir (gandum) lainnya yang kering”. Beliau menjelaskan
bahwa negara akan dilanda kekeringan tujuh tahun dan setelah
itu akan mengalami kemakmuran.
-
32
Hal itu semua semata-mata karena bimbingan, tuntunan
dan pengajaran dari Allah Ta‟ala. Seseorang tidak akan
mungkin dapat melakukannya, melainkan semata-mata karena
pertolongan-Nya.
Firman-Nya:
“Dan bertakwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan
senantiasa mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Al Baqarah, 2: 282)
Dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi, maka
seseorang akan dapat mempersiapkan diri untuk tindakan
antisipasi, jika peristiwa itu akan membawa manfaat atau tidak,
kebaikan atau tidak, kebenaran atau tidak dan sebagainya. Dan
akhirnya banyak mengundang hikmah dan kebaikan bagi
kehidupan manusia.
d. Fungsi pengembangan (Development)
Mengembangkan Ilmu keislaman, khususnya tentang
manusia dan seluk beluknya, baik yang berhubungan dengan
problematika Ketuhanan menuju keinsanan; baik yang bersifat
teoritis, aplikatif, maupun empirik. Bahkan bagi yang
mempelajari dan mengaplikasikan ilmu ini, ia pun berarti
melakukan proses pengembangan eksistensi keinsanannya
menuju kepada esesi keinsanan yang sempurna.
-
33
Firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di
jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih
Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan.” (At Taubah, 9: 20)
e. Fungsi Pendidikan (Education)
Hakikat pendidikan adalah meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu
manjadi tahu, dari buruk menjadi baik, atau dari yang sudah
baik menjadi lebih baik lagi
Fungsi utama datangnya para Nabi dan Rasul adalah
memberikan pendidikan kepada seluruh umat manusia, agar
menjadi pandai, kritis dan brilian. Dengan potensi itu seorang
manusia akan dapat manjadi seorang manusia yang unggul dan
sempurna (insan kamil) dimata Tuhannya. Dengan adanya As
Sunnah Nabi-Nya SAW; maka seluruh isi Al Qur‟an dapat
dijabarkan seluas-luasnya, sedalam-dalamnya dan setinggi-
tingginya.
-
34
Firman-Nya:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al
Jumuah, 62:2).
Psikoterapi islam memberikan bimbingan dalam proses
pendidikan melepaskan diri dari bekasan-bekasan dosa dan
kedurhakaan serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya; yang
senantiasa dapat mengganggu eksistensi kepribadian yang fitri,
yaitu suatu kepribadian yang selalu cenderung berbuat baik dan
kemaslahatan kepada sesama makhluk dan lingkungannya.
Untuk melepaskan diri dari lingkaran setan itu, maka
perlu adanya perjuangan dan kesungguhan yang tinggi dengan
metode, teknik dan strategi yang akurat, seperti yang sering
dilakukan dalam kerja psikologi umumnya, seperti perlu
adanya:
1) Pemahaman diri (Self Insigt)
2) Pengubahan sikap (Attitude Change)
3) Motifasi (Motivation)
-
35
4) Penyelesaian masalah (Problem Solving)
5) Penerimaan diri (Self Acceptance)
Dalam ajaran spiritual islam lebih dikenal dengan
istilah, Mujahadah (kesungguhan diri), riyadhah (mengolah
diri), muraqabah (pengamatan diri), wara (bersikap hati-hati)
dan sebagainya dengan melakukan ibadah utama dan sunat,
seperti salat, puasa dzikirullah, do‟a, membaca Al Qur‟an dan
shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Tujuan Psikoterapi
Berikut ini diuraikan mengenai tujuan, dari psikoterapi secara
khusus yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al
(1987):
a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut
Ivey, at al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi
sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan
terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun
sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada
pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan
terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri
arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata
-
36
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta
memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik .
c. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey,
et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan
utnuk mengganti dengan pola-pola perilakuyang lebih bias
menyesuaikan.
d. Sehubugan dengan teori behavioristik ini, Ivey, et al (1987)
menjelaskan mengenai tujuan pada teori kognitif-behavioristik,
yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri,
mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran
terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan
oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai
kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan
seseorang.
Sedangkan tujuan Psikoterapi Menurut Corey (1991):
a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi , menurut
Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu
yangdisadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
b. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut
Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas agar klien
-
37
mengekplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-
halyang mencegah pertumbuhan dan bisa mengalami aspek-aspek
pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
c. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan
sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara
memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri
sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara rasional dan toleran.
d. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien
memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.
Untuk merangsang menerima ketergantungannya terhadap
dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi
antara lain:
1) Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
2) Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat )
3) Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka
panjang)
4) Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus
kepada pasien)
-
38
Adapun tujuan dari Psikoterapi Islam ialah (Adz-Dzakiey,
2015: 278) :
a) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat
jasmaniyah dan rohaniyah, atau sehat mental, spiritual dan
moral, atau sehat jiwa dan raganya.
b) Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya
insani, mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi
dalam kepribadian dan etos kerja
c) Meningkatkan kualitas keimanan, keihsanan dan ketauhidan
dalam kehidupan sehari-hari dan nyata
d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa
dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat yang
Maha Suci yaitu Allah Ta‟ala Rabbal „Alamin.
C. Objek Psikoterapi Isalam
Sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan
atau pengobatan dari Psikoterapi Islam adalah manusia (insan) secara utuh,
yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada (Adz-
Dzakiey: 2015: 237) :
1. Mental
Mental merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fikiran,
akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan
ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu
-
39
berkonsentrasi, picik tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan
baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan
antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang madharat serta yang
hak dan yang bathil.
Firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil
dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu
mengetahuinya.” (Al Baqarah, 2:42).
Bagi manusia yang memiliki mental yang lemah bahkan
mungkin kotor dan bernajis, apakah mungkin ia dapat berfikir dan
menerangkan semua dari ayat-ayat Nya yang menerangkan tentang
berbagai rahasia dan hikmahnya yang dalam dan tinggi.
Seperti Firman Nya:
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar.” (Al Baqarah, 2:9)
“Dan mereka tidak melakukan penyesatkan melainan dirinya sendiri,
sedangkan merekat idak menyadarinya.” (Ali Imran, 3: 69)
“Dan mereka tidak berbuat kebinasaan melainkan kepada diri mereka
sendiri sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (Al An‟am, 6: 26).
-
40
Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang
kesadarannya terganggu, sehingga ia tidak dapat menyadari bahawa
segala perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang dapat
mengganggu, membinasakan dan merugikan dirinya sendiri, orang
lain maupun lingkungannya.
2. Spiritual
Spiritual yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh,
semangat atau jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama,
keimanan, keshalihan, dan menyangkut nilai-nilai Transsedental.
Seperti syirik (menduakan Allah), nifaq, fasiq, dan kufur; lemah
keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malaikat dan
lam ghaib semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada
Allah.
Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa, 4:48).
Ayat Allah tersebut menerangkan secara jelas tentang
eksistensi orang-orang yang berbuat syirik atau menyekutukan Allah
dengan sesuatu, sehingga mereka itu benar-benar tealah rusak dan sakit
-
41
parah spiritualnya. Bahkan Allah Ta‟ala menyebutkan mereka sebagai
orang-orang yang:
a. Tidak mendapatkan ampunan selama perbuatan syirik itu belum
ditinggalkan
b. Keluar dari bimbingan dan hidayah Allah
c. Diharamkan syurga dan dihalalkan neraka baginya
d. Menddapatkan siksa yang pedih
e. Terombang ambing dalam kegelisahan, kebimbangan dan
kegalauan kehidupan
f. Dihukumi sebagai najis atau kotoran
g. Diharamkan untuk dinikahi oleh orang yang mukmin
h. Dicampakkan dan dijauhkan dari rahmat-Nya
Nifaq adalah penyakit spiritual yang juga sangat berbahaya.
Yaitu sifat yang mendua dan tidak integrited. Dalam hati ia sangat
menentang kebenaran dari Allah, tetapi lisannya melantunkan kata-
kata dan kalimat kebaikan, kebenaran dan ketaqwaan.
Allah Ta‟ala menerangkan tentang karakter dari orang-orang
yang munafik sebagai:
1) Pendusta dan pembohong
2) Pengingkar janji dan penghinat
-
42
Rasulullah SAW, menerangkan bahwa tanda-tanda orang
munafiq itu ada tiga; jika ia berkata ia berdusta, jika ia berjanji ia tidak
menepatinya (ingkar) dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari
dan Muslim ari Abu Hurairah RA).
Nifaq adalah perbuatan sedangkan munafiq adalah orang yang
melakukan kemunafikan adalah orang yang secara lahiriyah ia
mengaku sebagai orang muslim sedangkan kondisi bahtiniyah ingkar.
Walaupun ia menampakkan kemuslimannya dengan melakuan shalat,
puasa dan perbuatan ibadah lainnya.
Demikian pula penyakit bahtiniyah yang lain seperti fasiq,
yaitu sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak
Allah Ta‟ala. Suka menunda-nunda untuk melakukan perbuatan-
perbuatan kebenaran dan kebaikan. Menganggap enteng perkara-
perkara yang berhubungan dengan akhlak dan moral. Sehingga tidak
dapat melihat kebenaran ketuhanan, tidak dapat mengatakan kebenaran
dengan kebenaran Ketuhanan.
Bahkan yang paling parah adalah Allah Ta‟ala mencabut
potensi Ilahiyah-Nya yang Dia anugrahkan kepada setiap hamba, yaitu
potensi akal, indrawi dan qalbu. Sehingga akal fikiran sudah tidak
dapat merenungkan dan menganalisa esensi dari rahasia-rahasia ayat-
ayat Nya, hukum-hukum Nya dan eksistensi diri Nya. Indrawi pun
tidak dapat menangkap pesan-pesan tersurat yang terhampar di
permukaan seluruh alam. Qalbu pun menjadi buta dan kotor, tidak
-
43
dapat menangkap pesan-pesan, isyarat isyarat hidayah dan ilham
kewahyuan secara bashirah (penglihatan batin) dan mukasyafah
(ketersingkapan hakekat kebenaran).
3. Moral (akhlak),
Moral adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian; atau sikap
mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara,
bertingkah laku dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari
kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan
otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan
tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek ,
bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma
agama (islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang
lain. Seperti liar, pemarah, sembrono, dengki, dendam, suka
mengambil hak milik orang lain, berprasangka buruk, pemalas, mudah
putus asa dan sebagainya. Dalam ajaran islam sikap dan tingkah laku
seperti itu merupakan perbuatan tercela dan di murkai oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasullah SAW
diutus kedunia ini. Perkataan, perbuatan, sikap dan gerak geriknya
-
44
merupakan keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia,
oleh karena itulah Allah Ta‟ala berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak megingat Allah.” (Al
Ahzab, 33: 21).
Fungsi dan tujuan kedatangan para nabi dan rasul itu adalah
sebagai pendidik, pensuci dan penyembuhan terhadap berbagai
penyakit yag terdapat ditengah-tengah umat, agar mereka menjadi
hamba-hamba Allah yang benar-benar memiliki kesehatan dan
kemuliaan di hadapan Nya maupun dihadapan makhluk Nya.
4. Fisik
Fisik atau (Jasmaniyah), tidak semua gangguan fisik dapat
disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin
Allah SWT. Terapi fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan oleh
psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan oleh dosa-dosa dan
kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang,
seperti, wajah dan kulit tampak hitam bahkan mungkin mengalami
pembengkakan, luka dan sebagainya. Padahal mereka telah melakukan
berbagai upaya dan ihtiyar, tetapi tidak kunjung sembuh.
Setelah seorang psikoterapis islam melakukan diagnose
(psikodiagnose) ternyata penyakit dan gangguan itu akibat penyakit
-
45
spiritual. Karena murka Allah yang sangat besar, seperti pernah terjadi
pada masa kenabian dan umat-umat terdahulu yaitu wabah penyakit
yang dapat setiap saat merenggut jiwa seseorang pada mada masa Nabi
Musa as. Atas pembangkangan Fir‟aun.
D. Dasar Paradigma Psikoterapi Isalam
Paradigma adalah sistem atau model konseptual yang
menggambarkan suatu aspek kenyataan dimana nantinya dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan tentang bagaimana atau apa langkah-langkah yang
harus diambil untuk menjalankan suatu penelitian.
Islam sebagai agama yang mengajarkan banyak hal, masih sedikit
kurang mengembangkan sebuah riset terkait dengan psikoterapi. Untuk
melihat konsep psikoterapi harus merujuk pada pedoman ayat-ayat Al-
Qur‟an, sehingga akan segera mengetahui bentuk dan teknik psikoterapi
islam itu seperti apa.
Ali Ibnu Sahal Rabbani Ath-Thabari sebagai pencetus terapi jiwa
di dunia islam, bukunya yang berjudul Al Firdaus AL Hikmah merupakan
salah satu tulisan terlengkap dan tertua berbahsa Arab tentang obat-obatan.
Melalui bukunya itu Al Thabari menjelakan bidang terapi jiwa
sebagai teknik penyembuhan pasien, ia melakukannya melalui konseling.
Ia berpendapat, pasien gangguan kesehatan fisik dan jiwa sangat
membutuhkan pendamping atau konseling. Hal ini perlu kesabaran dan
butuh waktu lama.
-
46
Metode semacam itu pada era modern disebut dengan psikoterapi.
Ia menyebut metodenya dengan istilah konseling bijak atau ilaj al nafs.
Menurutnya seorang yang sakit adakalanya disebabkan imajinasi atau
masalah psikis berat. Untuk itu, langkah penyembuhannya hanya bisa
dilakukan dengan konseling tadi.
Melalui terapi itu, diharapkan pasien bersedia mengungkapkan
perasaanya, penyebab masalahnya dan segala isi hatinya. Kemudian
Psikoterapis dapat memberikan saran atau solusi terbaik yang bisa di
tempuh. Hal ini dapat membantu pasien keluar dari masalah jiwa yang
membelenggunya. Ia meyakini cara ini efektif menyembuhkan penyakit.
Lebih lanjut, al Thabari mengatakan bahwa Psikoterapis yang
bijak, komnikatif dan punya selera humor sanggup mempraktikkan metode
psikoterapi dengan baik. Ia menduga beberapa sifat manusia yang bisa
menggiringnya kepada gangguan jiwa antara lain; tamak, dengki, iri,
benci, tidak peduli dan suka berkhayal. Pengobatan terbaik adalah melalui
cara prefentif, tentunya dengan menjauhi sifat-sifat tadi, menjalani pola
hidup sehat, dan menjalankan ajaran agama
Pemikiran Al Tahabari mengenai Psikoterapi menjadi sumber
rujukan. Pada masa selanjutnya, buka yang ditulis dalam bahasa Arab itu
diterjemahkan kedalam bahasa lainnya. Risalah hasil pemikirannya kini
tersimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Ingris.
Psikoterapi Islam jelas berakar pada Al-Qur‟an dan As Sunah
(normatif), empiris (pengalaman, yakni dapat dijabarkan sebagai berikut:
-
47
1. Al-Qur‟an
Bahwasanya konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari
suatu penyakit ysng terdapat mengandung makna ntuk:
a. Menguatkan keimanan dengan Al-Qur‟an
b. Membenarkan suatu keyakinan bahwa barang siapa ditimpa suatu
penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati penyakit itu
kapan saja ia kehendaki dengan mencari metode atau
penyembuhan
c. Keyakinan orang yang mempercayai (beriman) kepada Rasulullah
SAW., bahwa Tuhannya telah memberi petunjuk kepadanya
mengenai pelajaran-pelajaran tentang rahasia-rahasia Al Qur‟an
dan dari padanya terdapat rahsia pengobatan atau penyembuhan
yang bermakna.
Adapun arti penyembuhan/obat (syifa) yang terdapat dalam Al-
Qur‟an menunjukkan bahwa Al Qur‟an itu ialah akal dan
penyembuhan bagi siapa saja yang meyakininya. Dalam hal itu Al
Qur‟an sebagai penyembuh atau dibagi mejadi dua Bagian:
Pertama, bersifat umum; seluruh isi Al Qur‟an secara
maknawi, surat-surat, ayat-ayat maupun hurufnya adalah memiliki
potensi penyembuhan atau obat.
Kedua, bersifat khusus yakni bukan seluruh Al-Qur‟an,
melainkan hanya sebagian, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat
dapat menjadi obat atau penyembuhan terhadap suatu penyakit secara
-
48
spesifik bagi orang-orang yang beriman dan meyakini akan kekuasaan
Allah Ta‟ala .
Menurut Hamdani (2015: 291), Kehususan-kehususan itu dapat dilihat
dalam beberapa ayat yang memiliki kekhususan pula seperti:
a. Asmaul Khusna
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayakan imam
bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra; “Sesungguhnya Allah
Ta‟ala mempunya sembian puluh sembilan nama, seratus kurang
satu, barang siapa telah menghafalnya masuk surga.”
b. Kalimat “Basmalah”
Rasulullah SAW menyatakan “Apabila seseorang ingin memulai
suatu pekerjaan hendak ia memulainya dengan membaca kalimat
“basmalah” agar selama melakukan pekerjaan itu senantiasa di
dalam bimbingan rahmat Allah Ta‟ala
c. surat Al Fatihah
Rasulullah SAW, menyatakan, pembukaan kitab (Surat Al-
Fatihah) merupakan obat untuk semua penyakit, kecuali yang
beracun dan racun kematian (HR. Baihaqi dan Jabir ra).
d. Beberapa surat yang lain
Rasulullah SAW, menyatakan, barangsiapa telah membaca dua
ayat yang terakhir dari surat Al Baqarah pada waktu alam hari
niscaya keduanya mematikannya; membaca ayat kursi menjauhkan
-
49
diri dari syetan sehingga pagi hari; membaca surat Al Kahfi dapat
mendatangkan kebahagiaan.
2. As Sunah
Ada beberapa hadis yang menyatakan bagaimana Rasulullah
SAW melakukan penyembuhan secara psikoterapi diantaranya;
Dari „Aisyah ra ., beliau menyatakan “Bahwasanya apabila Rasulullah
SAW. Sakit, beliau membaca dua surat Al Qur‟an (Al Falaq dan An
Naas) untuk dirinya dan meniupkannya. Kemudian ketika sakitnya
bertambah keras, maka sayalah yang membacanya lalu saya usapkan
ketempat yang sakit itu dengan menggunakan tangan beliau, demi
mengharapkan berkahnya.” (HR Muslim)
3. Empirik (pengalaman) orang-orang shaleh.
Pengalaman para sahabat ketika di tengah-tengah
perkampungan mereka menemukan seorang kepala suku atau suatu
kaum telah tersengat binatang berbisa. Salah seorang dari sahabat Nabi
Muhammad SAW mengobati dan menghilangkan bisa itu dengan
membaca surat Al fatihah.
Sebagaimana beberapa tahun penulis (KH. Hamdan Bakhran)
telah melakukan terapi dengan pendekatan spiritual yaitu sejak tahun
1985 hingga hari ini. Penulis mengkaji makna-makna yang tersurat
maupun tersirat dari beberapa surat maupun ayat al Qur‟an yang
mengandung energi atau potensial penyembuh, sebagaimana yang
disebutkan dalam Hadist-hadis Nabi .
-
50
Adapun Klien yang merasa pasif dan tidak dapat melakukan
terapi sendiri maka penulis lebih aktif dan lebih berinisiatif membantu
mereka agar dapat keluar dari beban-beban yang mengganggu
kejiwaan mereka. Sistematika yang dimaksud adalah sebagaimana
berikut:
a. Penulis (Hamdan Bakhran Adz-Dzakiey) melakukan shalat sunat
hajat dua (2) rakaat atau empat (4) rakaat sebagai wadah
permohonan kepada Allah
b. Setelah shalat memohon pengampunan kepada Allah untuk diri
penulis sendiri maupun untuk klien
c. Penulis membaca shalawa Nabi, karena shalawat itu berfungsi
sebagai pengantar dan pembuka untuk terkabulnya do‟a.
d. Membaca Al Fatihah, ayat kursi, al ikhlas, al falaq, an naas
sebagaimana dalil yang diatas, kemudian setelah membaca itu
penulis (KH Hamdan Bakhran) berdo‟a untuk kesembuhan si klien
e. Setelah itu beliau meniupkan energi dari do‟a-do‟a yang telah
beliau lakukan kedalam air sebagai sarana bagi klien dan agar
dapat di minum sambil beri‟tikad bahwa Allah jualah Yang Maha
Penyembuh.
f. Klien yang aktif atau sehat dapat melakukan sendiri sebagaimana
yang beliau lakukan. Dan Alkhamdulillah cara ini berulang kali
beliau lakukan dan banyak memberikan manfaat dan kesembuhan
bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.
-
51
E. Metode Psikoterapi Islam
Sebagai suatu ilmu, Psikoterapi islam harus mempunyai metode,
dan dengan metode itulah fungsi dan tujuan dari esensi ilmu ini dapat
tercapai dengan baik, benar dan ilmiah. Artinya ilmu ini memberi manfaat
bagi umat manusia, dan ia benar karena berasal dan berakal dari kebenaran
ilahiyah, serta ilmiah, karena dapat dengan mudah difahami, diaplikasikan
dan dialami oleh siapa saja yang mengambil manfaat dan kebaikan dari
ilmu ini.
Adapun metode-metode yang dipakai oleh Psikoterapi Islam adalah:
1. Metode Keyakinan (Method of Tenacity)
Meode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat yang dimiliki
oleh seorang peneliti . keyakinan itu dapat diraih melalui:
a. Ilmu Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan
ilmu secara teoritis.
b. Ainul Yaqin, Yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara
c. Haqqul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui,
pengamatan dan penghayatan pengalaman (empiris) artinya si
peneliti sekaligus menjadi pelaku dan peristiwa dari penenlitinya.
Inilah keyakinan sesungguhnya.
d. Kamalul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap,
karena ia dibangun di atas keyakinan berdasarkan hasil
-
52
pengamatan dan penghayatan teoritis (Ilmu Yaqin), aplikatif
(„Ainul Yaqin) dan empirik (Haqqul Yaqin).
2. Metode otoritas (method of authority)
Yaitu suatu metode dengan menggunakan otoritas yang
dimiliki oleh seorang peneliti/psikoterapi, yaitu berdasarkan keahlian,
kewibawaan dan pengaruh positif. Atas dasar itulah seorang
psikoterapis memiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara
tanggung jawab. Apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas yang
tinggi, maka sangat membantu dalam mempercepat proses
penyembuhan terhadap suatu penyakit atau gangguan yang sedang
diderita oleh seseorang.
Apabila seseorang tidak memiliki otoritas, yaitu wewenang dan
keahlian untuk melakukan suatu tindakan dengan baik dan benar, maka
justru tindakannya akan mendatangkan bahaya dan kesengsaraan bagi
orang lain bahkan akhirnya merugikan dirinya sendiri.
3. Metode intuisi atau ilham (method of intuition)
Adalah metode berdasarkan ilham yang bersifat wahyu yang
datangnya dari Allah Ta‟ala. Metode ini sering dilakukan oleh para
sufi dan orang-orang yang dekat Allah Ta‟ala dan mereka memiliki
pandangan batin yang tajam (Bashirah), serta tersingkapnya alam
keghaiban (mukasyafah).
-
53
Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami
akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan Kami akan jauhkan dirimu
dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan
Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al Anfal, 8: 29).
Ada satu methode lagi yang digunakan oleh kaum sufi dalam
mereka melakukan proses pensucian diri dan evolusi spiritual. Metode
ini tidak hanya bertujuan memberikan penyembuhan dan perawatan,
akan tetapi sampai kepada peningkatan kualitas dari esensi manusia,
yaitu penemuan jati diri dan citra diri yang mulia dan suci.
Metode Tasawwuf (Method of sufism), adalah suatu metode
peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-karakter dan perbuatan-
perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan Ketuhanan.
Metode ini dibagi 3, yakni:
1. Takhalli
Metode pengosongan diri dari bekasan-bekasan
kedurhakaan dan pengingkaran (dosa) terhadap Allah Ta‟ala
dengan jalan melakukan pertobatan yang sesungguhnya (nasuha).
Fase takhalli adalah fase pensucian mental, jiwa, akal fikiran,
qalbu, dan moral (akhlak) dengan sifat-sifat yang mulia dan
terpuji. Metode takhalli ini secara teknis ada lima:
-
54
a. Mensucikan yang najis, dengan melakukan istinja dengan baik,
teliti dan benar dengan menggunakan air atau tanah.
b. Mensucikan yang kotor, dengan cara mandi atau menyiram air
keseluruh tubuh dengan cara yang baik, teliti dan benar.
c. Mensucikan yang bersih, dengan cara berwudlu dengan air,
dengan cara yang baik, teliti dan benar.
d. Mensucikan yang suci (Fitrah) dengan mendirikan shalat taubat
untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
e. Mensucikan Yang Maha Suci, dengan berdzikir dan
mentauhidkan dengan kalimat الاله اال اهلل (tiada sesembahan
keculai Allah Ta‟ala).
Metode penyucian rohani itu adalah merenungkan
keburukan dunia ini dan menyadari bahwa ia palsu dan cepat sirna,
dan mengosongan hati darinya. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
perjuangan menaklukkan hawa nafsu, dan kesungguhan perjuangan
yang terpenting adalah melaksanakan peraturan-peraturan disiplin
lahiriyah secara terus-menerus dalam keadaan apapun.
2. Tahalli
Pengisian diri dengan ibadah dan ketaaan, aplikasi tauhid
dan akhlak yang terpuji dan mulia. Dalam upaya mencapai esensi
tauhid ada beberapa hal yang sangat penting, yang harus dilakukan,
yaitu:
-
55
a. Perbaikan pemahaman dan aplikasi ilmu tauhid
Pemahaman terhadap esensi Ilmu Tauhid harus benar-
benar menyentuh ke permukaan kerja akal fikiran, indrawi,
qalbu, jiwa dan tingkah laku. Dan pemahaman yang benar-
benar tuntas harus diraih, khususnya tentang pemahaman
terhadap af’al Allah (perbuatan-perbuatan atau keajaiban Nya),
Asma’Allah (nama-nama Nya yang Agung dan Terbaik), sifat-
sifat Allah dan Dzat-Nya.
b. Perbaikan pemahaman dan aplikasi syariat.
Pemahaman terhadap syari‟at harus lebih luas,
mendalam dan tidak hanya terbatas pada tekstual tetapi lebih
kontekstual. Karena dengan itu seseorang akan mendapatkan
kekayaan pemahaman dan akhirnya dapat meningkatkan
motivasi dan keyakinannya yang mantap, kuat dan dinamis.
Esensi kewajiban menjalankan perintah adalah, menjauhi
larangan-Nya dan kewajiban untuk tabah terhadap ujian-ujin
Nya, haruslah benar-benar difahami dihayati dan akhirnya
dikena dan dicintai secara utuh. Bagi siapa saja yang telah baik
ilmu tauhidnya, maka pastilah ia akan mudah mendapatkan
hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia syari‟at itu. Adanya hukum
halal, haram, makruh, wajib dan sunnat merupakan titah Allah
yang wajib untuk difahami, dan dihayati dan diaplikasikan
secara taat dan patuh. Bukan karena terpaksa, takut dosa dan
-
56
neraka, atau akarena ingin pahala dan surga, melainkan semata-
mata mengharap ridha, cinta dan perjumpaan dengan dzat-Nya.
Syari‟at adalah peraturan yang mengatur hidup dan
kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan, ketentraman,
ketertiban dan kedamain di dunia hingga di akhirat. Syari‟at