psikoterapi islam dan implikasinya dalam pendidikan...

127
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: ALIFATUL LATIFAH NIM. 11113026 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 02-Jun-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM

    PENDIDIKAN KARAKTER

    (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey

    dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    OLEH:

    ALIFATUL LATIFAH

    NIM. 11113026

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

  • i

    PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM

    PENDIDIKAN KARAKTER

    (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey

    dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    OLEH:

    ALIFATUL LATIFAH

    NIM. 11113026

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

    PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM

    PENDIDIKAN KARAKTER

    (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey

    dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    OLEH:

    ALIFATUL LATIFAH

    NIM. 11113026

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    “SESUNGGUHNYA ILMU ITU ADALAH CAHAYA YANG ALLAH CURAHKAN

    DI HATI SEORANG HAMBA, DAN MAKSIYAT MEMATIKAN CAHAYA

    TERSEBUT”

    (IBNU QAYYIM)

    “MELAKUKAN SESUATU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA DIAM DAN HANYA

    BERANGAN ATAU BERMIMPI TANPA MELAKUKAN APAPUN”

    (Alifatul Latifah)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis persembahkan

    skripsi ini kepada:

    1. Bapak dan Ibundaku tercinta, bapak Ngajiyanto dan Ibu Istiniah yang tak

    hentinya memberikan dukungan baik dukungan materiil maupun non materiil,

    trimaksih tak terhingga aku ucapkan sehingga bisa menyelesaikan tugas

    akhirku dengan baik

    2. Adik-adikku tersayang adik muhammad khoir dzikron dan robeth ibadillah

    kalian yang membuatku menjadikan rasa tanggung jawab yang lebih agar

    cepat menyelesaikan tugas akhir ini karena menjadikan seorang kakak yang

    harus menggantikan perjuangan bapak dan ibu kelak untuk pendidikan kalin di

    masa depan

    3. Teman-teman seperjuangan ku mbak siti zuliyanah, mbak dian vera

    rahmawati, inggi putri pradana, tak lupa teman ku yang satu mbak Devye

    Anandari yang selalu mensuport dan membantu dalam bentuk apapun itu

    hingga terselesaikan skripsi ini

    4. Teman seperjuangan di Yayasan Darul ilmi mbak Nina Desyana dan mbak

    Nur Istiqomah, trimakasih karena sudah mengganggu dan merepotkan kalian.

    Adik-adik rumah tahfid yang selalu menyemangatiku, “SEMANGAT-

    SEMANGAT”.

    5. Sahabat-sahabatku mahasiswa IAIN SALATIGA PAI angkatan 2013.

  • ix

    6. Kakak-kakak alumni Darul Ilmi, mbak nafis, mabak merry dan mbak vina

    yang sudah memberi dukungan meski dari jauh tapi masih ingat dengan kabar

    skripsi penulis.

    7. Kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan do‟a kepada penulis

    dalam pembuatan skripsi ini, semoga kebaikan dan keberkahan juga

    tercurahkan kepada kalian semua.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.

    Atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat

    diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul

    “PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

    KARAKTER (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku

    Konseling dan Psikoterapi Islam)”.

    Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda

    Rasulullah SAW, manusi inspirasi penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan

    syafa‟atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam juga disampaikan

    kepada kuluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan

    kebaikan.

    Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa

    motifasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis

    mengucpakan trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

    menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan trimaksih

    kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang

    senantiasa memberi wejangan inspirasinya.

    2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan

    IAIN Salatiga.

  • xi

    3. Ibu Siti Ruhayati, M. Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    (PAI) IAIN Salatiga.

    4. Abi Hamdani Bakhrani Bakhran Adz-Dzakiy dan Bp. Drs. Ahmad Sultoni,

    M.Pd. yang sudah membimbing dan banyak sekali memberi inspirasi dan

    cerita-cerita spiritual yang membuat penulis semakin banyak wawasan dalam

    membuat skripsi ini. Dan trimaksih yang tak terkira karena sudah dengan

    sabar dalam membimbing penulis.

    5. Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag (alm) selaku dosen pembimbing Dosen

    akademik yang telah membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN

    Salatiga, yang baru saja beliau meninggalkan kita semua karena telah

    dipanggil oleh Allah SWT, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga

    “Khusnul Khotimah”, Amin.

    6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

    pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

    7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi layanan serta bantuan.

    8. Sahabat-sahabatku mba vera, mba zuli, inggi teman-teman KKN dan PPL

    trimakasih atas dukungan dan motifasi dan inspirasinya. Tidak lupa kepada

    teman satu rumah ku di RT mbak Nina Desyana Farikhah dan mb Nur

    Istiqomah yang selalu memberi semangat kepada ku agar segera

    menyelesaikan tugas akhir ini

    9. Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2013 khususnya PAI kelas A.

    10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian

    skripsi ini semoga amal dan kebaikannya di trima di sisi Allah SWT.

  • xii

    Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT

    serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amin. Peneliti sadar bahwa

    dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

    Oleh karena itu, denagn kerendahan hati peneliti mohon saran dan kritik yang

    sifatnya membangaun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya maupun pada

    pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia

    pendidikan. Amin ya robbal „alamin.

    Wasslamu’alaikum Wr. Wb

    Salatiga, 28 Agustus 2017

    Peneliti,

  • xiii

    ABSTRAK

    Latifah, Alifatul. 2017. Psikoterapi Islam Dan Implikasinya Dalam Penddikan

    Karakter Studi Pemikiran Hamdani Bakran Dalam Buku Konseling Dan

    Psikoterapi Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

    Tarbiyah dan Imu Keguruan. Institut Agama Islam Negri Salatiga.

    Pembimbing: Drs. Ahmad Sulthoni, M. Pd.

    Kata Kunci: Psikoterapi Islam, Pendidikan Karakter.

    Latar belakang penelitian ini dimulai dari dampak modernisasi teknologi

    yang dapat mengakses informasi secara bebas, hal ini manusia berlomba-lomba

    dalam mencari keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk

    menggapai segala keinginannya. Kebebasan informasi itu menyebabkan interaksi

    sosial semakin kompleks, dan menyebabkan gangguan mental dan spiritual.

    Fokus penelitian yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana Konsep Psikoterapi Islam

    menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey?, (2) Bagaimana implikasi

    Konsep Psikoterapi Islam dalam pendidikan karakter?.

    Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library research). Sumber data

    penelitian ini adalah Buku Konseling dan Psikoterapi islam karya Hamdani

    Bakhran Adz-Dzakiey. Analisa menggunakan metode analisis isi (content

    analysis); Metode ini merupakan analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah

    pemikiran.

    Hasil penelitian ini meninjukkan: 1) Psikoterapi Islam adalah proses

    perawatan atau penyembuhan penyakit kebatinan melalui teknik dan metode yang

    dilaksanakan dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an, As Sunah dan empiric

    (pengalaman). Objeknya gangguan mental dan spiritual. Metode Psikoterapi Islam

    yang digunakan yaitu 1)Takhalli, Tahalli, Tajallli. 2) Implikasi Psikoterapi Islam

    dalam pendidikan karakter adalah keterlibatan seorang guru professional yaitu

    untuk membimbing dan mendidiknya dengan menggunakan metode psikoterapi

    Hamdani Bakran Adz-Dzakiey yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Tiga metode itu

    menjadi penyempurna dalam pendidikan karakter, agar peserta didik siap dalam

    menghadapi segala ganggaun mental dan spiritualnya. Dengan konsep ketaatan

    dalam agama yang ditawarkan dalam psikoterapi Islam diharapkan akan

    melahirkan generasi-generasi yang terampil, cerdas, brilian dan bijaksana.

  • xiv

    DAFTAR ISI

    SAMPUL .............................................................................................................. i

    LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv

    PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v

    DEKLARASI ........................................................................................................ vi

    MOTTO ................................................................................................................ vii

    PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

    ABSTRAK ............................................................................................................ xiii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

    C. Tujuan Penenlitian ................................................................................ 6

    D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7

    E. Metode Penelitian ................................................................................. 8

    F. Penegasan Istilah ................................................................................... 11

    G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12

    BAB II : BIOGRAFI PENULIS

    A. Latar Belakang kehidupan .................................................................... 14

  • xv

    B. Latar Belakang Pendidikan .................................................................. 15

    C. Karir Hamdani Bakhran Adz-dzakiey .................................................. 17

    D. Karya-Karyanya ................................................................................... 20

    BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN TOKOH

    A. Pengertian Psikoterapi Islam ................................................................ 22

    B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam ................................................... 27

    C. Objek Psikoterapi Islam ....................................................................... 38

    D. Dasar Paradigma Psikoterapi Islam...................................................... 45

    E. Metode Psikoterapi Islam ..................................................................... 50

    F. Peta Konsep Pskoterap Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ............. 62

    BAB IV : ANALISIS PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA

    DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

    A. Analisis Psikiterapi Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ............... 63

    B. Implikasi Psikoterapi Islam dalam Pendidikan Karakter ................... 77

    BAB V : PENUTUP

    A. KESIMPULAN .................................................................................. 93

    B. SARAN .............................................................................................. 94

    C. PENUTUP .......................................................................................... 94

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Nilai SKK

    Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

    Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis

    Lampiran 4 Lembar Wawancara

    Lampiran 5 Deskripsi Hasil Wawancara

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan teknologi di era modern ini sudah sangat menjamur

    hingga merambat dalam berbagai bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dan

    masih banyak lagi. Dewasa ini hampir setiap segi kehidupa kita telah terkait

    dengan teknologi. Sejak bangun di pagi hari kita melihat jam dinding untuk

    mengetahui waktu dengan tepat agar kita tidak terlambat melakukan kegiatan.

    Jam dinding, pakaian, alat transportasi untuk pergi ke kantor atau ke sekolah,

    peralatan kantor untuk melaksanakan tugas kita merupakan produk teknologi.

    Di dalam rumah tangga produk teknologi juga merupakan bagian dari

    kehidupan kita (B Uno dan Nina, 2011: 50). Diantara produk yang sangat

    banyak diminati oleh masayaraka adalah Televisi, telephone, tablet,

    smartphone adalah barang-barang untuk memudahkan kegiatan kita sehari-

    hari yang semuanya sangat mudah terkoneksi dengan internet.

    Manuasia dapat mencari informasi, mengunduh segala hal dengan

    waktu yang singkat dalam mengerjakannya, kebebasan dalam akses

    informasi ini membuahkan manusia berlomba-lomba dalam mencari

    keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk menggapai

    segala keinginan manusia. Akan tetapi di balik dari sisi positifnya ada juga

    berdampak negatifnya bagi kehidupan manusia yang merusak akhlak para

    generasi. Kebebasan informasi yang tiada hambatan tersebut mengakibatkan

    adanya interaksi sosial budaya semakin kompleks, dengan bebasnya meraka

  • 2

    dapat mengakses berbagai situs tanpa adanya filter dalam diri yang akan

    mengendalikan mereka dalam melakukan sesuatu hal. Teknologi tersebut

    membuat manusia terlena dan berlebihan dalam menggunakan teknologi.

    Sebagian dari mereka rela berjam-jam menghabiskan waktu untuk “bermain”

    dengan teknologi dengan mengunduh banyaknya apliksi yang tersedia di

    internet yang demikian itu sedikit banyak telah menggeser aspek spiritual

    mereka. Kemajuan teknologi yang memudahkan manusia telah menjadi salah

    satu penghalang religius dan psikologi manusia, sehingga banyak dari mereka

    jatuh dalam penyakit hati dan mendapatkan gangguan mental dan spiritual.

    Menurut hamdani, terjadinya stres dan depresi karena manusia tidak

    mempunyai daya tahan mental dan spiritual yang tangguh. Baginya keimanan

    merupakan basis utama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kuatnya

    iman akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dalam menghadapi

    problematika kehidupan (Adz-Dzakiey, 2008: 2).

    Penggunaan internet yang tidak terkontrol dan pengaruh globalisasi

    ini akan mengganggu kejiwaan seseorang karena tidak setabilnya antara

    ketajaman EQ (emosional quotien) yaitu kemampuan untuk merasa, kunci

    kecerdasan emosi adalah pada kejujuran dan suara hati. Suara hati itulah yang

    itulah yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa

    aman, pedoman, kekuatan, serta kebijaksanaan. Disini adalah sebuah anugrah

    bagi seseorang yaitu kesadaran diri (self awareness), untuk memeriksa diri

    seseorang, jika seseorang menghargai prinsip dan kenyataan di mana suara

    hati berperan sebagai kompasnya. Danah zohar dan lan Marshall

  • 3

    mendefinisikan SQ (spiritual quotient), sebagai kecerdasan untuk

    menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk

    menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas

    dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

    seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. IQ (intelekual

    quotient) adalah kemampuan yang mengandalkan kecerdasan otak. SQ adalah

    landasan yang diperlukan untuk memfungsian IQ dan EQ secara efektif.

    Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Agustian, 2007: 42-47)

    Islam telah mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia

    dengan akhirat. Konsep keseimbangan akan mengarahkan manusia dalam hal

    kedamaina, dan keselarasan. Islam sebagai ajaran agama yang memuat nilai

    dan mengatur segala bentuk perbuatan yang dapat di jadikan pedoman bagi

    para pemeluknya agar tidak salah jalan dan menemukan jalan yang baik dan

    bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Agama islam menawarkan bimbingan

    dan tuntunan agar manusia senantiasa menjaga kefitrahanya pada jalan lurus

    yang di tunjukkan oleh Tuhan (Adz-Dzakiey, 2008: 3). Fitrah yang dimiliki

    manusia sejak lahir menjadi penunjuk atau kompas dalam kehidupannya saat

    manusia itu lalai atau jauh dari Tuhannya untuk kembali ke jalan yang baik

    lagi.

    Psikoterapi merupakan kajian yang mendasar dalam kajian psikologi.

    Aliran-aliran dalam psikologi tidak lepas dari praktek dan teori psikoterapi.

    Psikoterapi selalu berusaha menyelesaikan masalah kejiwaan manusia.

    Namun dalam perjalanannya psikoterapi kurang mampu menyentuh ke dalam

  • 4

    jiwa manusia jika tanpa sentuhan iman saat manusia di hadapkan dengan

    permasalahan untuk menyelesaikannya dengan baik.

    Dalam masyarakat islam, psikoterapi telah diterapkan bahkan sudah

    memiliki lembagakan tersendiri. Fungsi sebagai psikoterapis atau konselor

    banyak diperankan oleh para tokoh agama dan ulama, guru sufi atau tarekat

    atau kiyai yang dianggap punya kelebihan spiritual atau supra natural. Metode

    dan teknik yang dipakai pun tidak keluar dari ajaran islam, yaitu yang

    bersumber dari Al Qur‟an dan As-Sunnah. Hal tersebut dilakukan semata-

    mata untuk lebih mengingatkan manusia kepada Sang Maha Menyembuhkan

    (Subandi Ed, 2001: 92).

    Mengingat Psikoterapi Islam sangat berperan dalam menyehatkan

    mental, maka sangat relevan apabila psikoterapi di terapkan dalam

    pendidikan karakter, karena pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk

    memanusiakan manusia, bertanggung jawab dan kedudukannya di bumi

    sebagai kholifatul fil ardh atau sebagai pemimpin di muka bumi ini.

    Maraknya remaja yang berlaku menyimpang menunujukkan bahwa

    jiwanya sedang mengalami gangguan masalah, tidak terarah, tidak seimbang,

    perasaan gelisah bahkan mencapai rasa ingin mengakhiri hidupnya dengan

    bunuh diri. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tindakan antisipasi yang

    diwujudkan untuk melindungi mereka dari kemungkinan hal yang negatif dan

    membantu mereka menumbuhkan hal positif dalam diri agar menjadi penerus

    bangsa yang berbobot unggul.

  • 5

    Kesehatan mental seseorang sangat penting maka harus dijaga, sebab

    perkembangan mental jika sejak awal sudah baik maka akan berlangsung baik

    begitu juga sebaliknya, saat mental mengalami kerusakan dan tidak segera di

    benahi maka akan sulit untuk disembuhkan.

    Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti mengenai Psikoterapi

    Islam dalam rangka mengatasi problem kesehatan mental melalui pendidikan

    karakter. Penulis ingin mewujudkan salah satu pemikiran tentang konsep

    psikoterapi berwawasan Islam dengan menggunakan metode Psikoterapi

    Islam. Langkah ini penulis sandarkan pada apa yang pernah dikatan oleh

    Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey bahwa beliau berpendapat “banyak

    permasalahan psikologi yang terus bermunculan di Indonesia namun

    psikologi Barat belum mampu memberikan solusi secara komprehensif”.

    Oleh karena itu beliau mengungkapkan sedikit dari sekian banyak keagungan

    Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh yang memiliki eksistensi, potensi dan

    kepribadian Rabbani yang sempurna sehingga esensi dan citra kenabian

    beliau menjadi keteladanan khususnya untuk umat islam dalam seluruh aspek

    kehidupannya. Islam yang bersumber pada Al Qur‟an dan As-Sunnah sebagai

    ajaran yang lengkap dan solusif terhadap berbagai persoalan kehidupan. Islam

    datang ke tengah-tengah ummat manusia dalam rangka ingin menyelamatkan

    mereka dari kehancuran dan kegagalan dalam meraih hidup dan kehidupan

    yang baik.

  • 6

    Mengingat bahwa karakter merupaka salah satu pilar dalam

    pendidikan yang harus dimiliki oleh seseorang yang berilmu, maka penulis

    menentukan judul penelitian ini pada “PSIKOTERAPI ISLAM DAN

    IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi

    Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku Konseling dan

    Psikoterapi Islam)”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendapatkan

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana Psikoterapi Islam menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-

    Dzakiey?

    2. Bagaimana implikasi psikoterapi islam dalam pendidikan karakter?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui konsep psokoterapi dalam islam yang digunakan sebagai

    terapi menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey

    2. Mengetahui impikasi psikoterapi islam dalam pendidikan karakter

  • 7

    D. Kegunaan Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi yaitu

    secara teoritis dan praktis:

    1. Secara teoritis

    Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    kontribusi yang positif untuk dunia pendidikan dan dapat menambah

    khasanah ke ilmuan yang menekankan pada nilai-nilai aklak.

    2. Secara praktis

    a. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan

    akhlak yang dilihat dalam kacamata psikoterapi islam.

    b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi

    masukan terhadap seseorang terutama orang yang mengalami gangguan

    psikologis baik mental maupun spiritual dengan mengunakan

    psikoterapi sebagai satu dari model pengobatanya dan akan

    teraplikasikan paada prilakunya.

    c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

    acuan untuk penelitian yang relevan dimasa yang akan datang

    d. Bagi pendidik, agar dapat memahami peserta didiknya dengan

    pendekatan psikologis

  • 8

    E. Metode Penelitian

    Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

    suatu cara atau jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

    dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek

    penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat di

    pertanggungjawabkan secara ilmiah dan keabsahannya (Ruslan, 2010:14).

    1. Jenis penelitian

    Penelitian ini menggunakan penelitian studi pustaka (Library

    Research). Studi pustaka adalah penelitian yang teknik pengumpulan

    datanya dilakukan di lapangan (perpustakaan) dengan didasarkan atas

    pembacaan-pembacaan terhadap beberapa literature yang memiliki

    informasi serta memiliki relevansi dengan topik penelitian (Sukardi,

    2010:35).

    Alasannya dipilihnya jenis penelitian studi pustaka karena topik

    penelitian ini merupakan studi pemikiran. Oleh karenanya yang relevan

    adalah menggunakan jenis penelitian studi pustaka. Bukan jenis penelitian

    kuantitatif yang masalahnya sudah jelas dan ingin mencari hubungan

    kausalitas dalam rangka untuk mengenalisir, ataupun bukan jenis

    penelitian kualitatif yang hendak meneliti suatu kasus tertentu (Furqon,

    2013: 20).

    2. Metode pengumpulan data

    a. Metode Library Research

    Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka, maka metode

    pengumpuan datanya dengan pembacaan terhadap literatur yang

  • 9

    berkaitan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data demikian

    dapat juga disebut dengan metode dokumentasi (Sugiyono, 2010: 329).

    Metode dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara menghimpun

    data dari berbagai literatur dapat berupa buku, jurnal, artikel, majalah

    ilmiah, surat kabar, hasil seminar, dan sejenisnya yang berbentuk tulisan.

    Dari pencarian data model metode dokumentasi tersebut diharapkan dapat

    terkumpulnya data sehingga dapat melengkapi dan memperkuat penelitian.

    b. Metode Wawancara

    Penelitian ini merupakan kajian tentang pemikiran seorang tokoh,

    maka sangat perlu sekali apabila penulis melakukan wawancara guna

    mancari kevalitan data. Jenis wawancara yang digunakan adalah bebas

    terpimpin dimana pertanyaan yang akan diajukan sudah dipersiapkan

    terlebih dahulu. Pihak yang diwawancarai dalam hal ini adalah beliau

    Hamdani Bakhran Adz- Dzakiey karena beliau masih dapat penulis temui

    secara langsung.

    3. Sumber data

    Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa

    sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Secara garis besar terdapat

    dua sumber dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder:

    a. Sumber data primer

    Sumber data primer merupakan sumber kajian utama dalam

    penelitian ini. Literature tersebut adalah: Hamdani Bakran Adz-Dzaky,

    Konseling dan Psikoterapi Islam.

  • 10

    b. Sumber data sekunder

    Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan

    dan relevan dengan objek penelitian. Sumber primer dalam penelitian

    adalah: AKH Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani

    (Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa). Dan berbagai artikel,

    jurnal, dan blok internet dan karya tulis lain yang berkaitan dengan

    penelitian ini demi memperkaya khasanah keilmuan dalam kajian dan

    analisis.

    4. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode penelitian analisis isi (Content Analysis); metode ini merupakan

    analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah pemikiran dan hasil penelitian

    mempunyai sumbangan teoristik (Muhadjir, 1998: 94).

    Dalam konteks ini penulis berangkat dari pemikiran tokoh yang

    membahas tentang psikoterapi islam kemudian data tersebut dianalisa dan di

    konsep yang sesuai dengan nilai-nilai islam dan memasukkannya kedalam

    pendidian karakter.

  • 11

    F. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis

    kemukakan pengertian dan penegasan judul ini sebagai berikut:

    1. Psikoterapi Islam

    Kata Psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan

    therapy yang mempunyai arti pengobatan dan pencegahan (Sadari,

    2015:72). Psikoterapi menurut Al-Ghazali adalah meninggalkan semua

    prilaku yang buruk dan rendah, yang mengotori jiwa manusia, serta

    melaksanakan perintah yang baik untuk membersihkannya (Rahayu, 2009:

    217-218).

    Psikoterapi yaitu proses pengobatan atau penyembuhan suatu

    penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui

    bimbingan Al Qur‟an dan As-Sunnah. Atau secara empiris adalah melalui

    bimbingan dan ajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, dan rasul-Nya

    (Adz-Dzakiey, 2015: 228). Kata Islam adalah kata yang mensifati kata

    Psikoterapi tersebut, agar Psikoterapi dapat dilaksanakan sesuai dengan

    ajaran dan norma Islam.

    Jadi Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan penyakit

    kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi berdasarkan ajaran dan

    norma Islam, melalui bimbingan Al-Quran dan As Sunah yang dapat

    menjadikan seseorang merasa tenang, tentram, dan mampu mewujudkan

    kesehatan mental dan spiritualnya dengan baik.

  • 12

    2. Implikasi

    Implikasi berasal dari bahsa ingris “implicate” yaitu

    menyangkutkan (Enchols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti

    menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa impliksi adalah

    hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara

    langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak

    positif maupun negatif). Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan

    terubah, pelibatan, penyelipan masalah (Ramayulis, 1994:149).

    Jadi implikasi adalah suatu keterlibatan atau keadaan terubah yang

    menghubungkan antara satu dengan yang lainnya baik secara langsung

    maupun tidak langsung, dan dapat membawa pengaruh positif maupun

    negatif.

    3. Pendidikan karakter

    Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk

    mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran

    dan pelatihan (Almutaqi, 2103: 11).

    Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat

    mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang

    ada pada diri seseorang. Sering orang menyebutnya dengan tabiat atau

    perangai (Majid, 2013: 12).

    Jadi pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan

    sadar untuk mendatangkan perubahan sikap pada manusia, sehingga

    menjadi berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

  • 13

    G. Sistematika Penulisan

    Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari

    lima bab. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab ini akan memuat tentang: latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

    metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika

    penulisan.

    BAB II : BIOGRAFI

    Bab ini memuat tentang biografi penulis dari buku induk

    penelitian ini yaitu konseling dan psikoterapi islam, yang

    mencakup latar belakang kehidupan, pendidikan, karir dan

    karya Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey.

    BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN

    Bab ini akan dikemukaan tentang psikoterapi islam yang

    meliputi: definisi psikoterapi (baik psikoterapi secara

    khusus maupun umum), dasar dan tujuan psikoterapi islam,

    obyek psikoterapi, paradigma psikoterapi, metodologi

    psikotrapi).

  • 14

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan memuat tentang bagaimana implikasi

    psikoterapi dalam pendidikan karakter, meliputi Psikoterapi

    Islam dengan dunia pendidikan dan pentingnya Psikoterapi

    Islam terhadap pendidikan karakter.

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah

    daftar pustaka yang digunakan penulis sebagai referensi

    dalam penulisan skripsi ini.

  • 15

    BAB II

    BIOGRAFI HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY

    A. Latar Belakang Kehidupan

    Drs. H. M Hamdani Bakhran Adz-Dzaky, dikenal sebagai guru

    spiritual. Lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 3 Mei 1960. Beliau

    juga secara otodidak mempelajari Psikologi Psikodiagnostik dan

    psikoterapi berdasarkan ajaran islam melalui pendekatan sufistik.

    Sedangkan pendidikan spiritual ia dapatkan antara lain dari

    ayahandanya sendiri Tuan Guru Bakhran Adz-Dzaky bin Abdul Karim al-

    Banjari; Tuan Guru Al-Hajj Rusdi bin Muchtar al-Banjary yang sekaligus

    sebagai mertuanya; Sayyid Abdurrahman As-Segaff dari Bantul

    Yogyakarta; K. H. Hasan Asykari yang lebih dikenal dengan Mbah Maghli

    dari Magelang, Tuan Guru Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram;

    Syaikh Romadlon As-Somaliy, di Kalimantan Barat; dan K. H. Idhaman

    Khalid dari Jakarta.

    Setelah lulus sarjana, penggemar musik jazz-yang disebutnya

    sebagai musik para sufi-ini aktif mengajar diberbagai sekolah islam di

    Yogyakarta dan sekitarnya. Namun kini ia lebih memfokuskan untuk

    membina pondok pesantrennya, PP Raudhatul Muttaqien, di Babadan,

    Purmowartini, Kalasan, Sleman, sekaligus sebagai konsultan persoalan-

    persoalan spiritual. Ia juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam

    Muhammadiyah Klaten, dan fakultas agama Islam Universiatas

    Muhammadiyah Surakarta (Adz-Dzakiey, 2006:522).

  • 16

    B. Latar Belakang Pendidikan

    Pendidikan dasar dan menengah dijalani di kota kelahirannya,

    kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Yogyakarta,

    Fakultas Hukum Universitas Cokrominoto (tidak selesai), dan Fakultas

    Syari‟ah IAN Sunan Kalijaga (lulus 1986).

    Meski pendidikanya secara formal hanya sampai jenjang strata

    satu, dan itu pun tidak terkait secara langsung dengan ilmu kejiwaan

    (psikologi), namun secar otodidak K.H Hamdani mendalami dengan penuh

    keseriusan bidang kejiwaan, khususnya psikodiagnostik dan psikoterapi

    berdasarkan ajaran islam. K.H. Hamdani sendiri menjelaskan bahwa

    metode yang digunakan oleh para ilmuan muslim dahulu, yakni dengan

    bertemu langsung (talaqqi) kepada sang guru besar dan meminta pelajaran

    imu darinya. Dalam hal ini K. H. Hamdani sangat diuntungkan dengan

    kondisi Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang melimpah dengan para

    pakar pada bidang ilmu.

    Beliau Tuan Guru Bakran Adz-Dzakiey bin Abdul Karim Banjari

    yang juga merupakan ayah mertua memerankan peran yang tidak kalah

    penting. Pembimbing ruhani beliau lainnya yaitu Sayyid Abdurrahman Al

    Ba‟bud dari bantul Yogyakata; kemudian K. H. Hasan Asykari ysng lebih

    dikenal dengan Mbah Magli dari Magelang; selain itu ada Tuan Guru

    Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram; tidak ketinggalan Syaikh

    Romadlon As-Somaliy, di kalimantan Barat; dan K. H. Idham Khalid dari

    Jakarta.

  • 17

    Pendidikan ruhani bukanlah pembelajaran yang teoritis yang dapat

    diperoleh dari pembacaan terhadap berbagai buku. Pendidikan ruhani

    adalah bagian dari “mengalami”, terhadap pengalaman keagamaan, yang

    umumnya diberikan dari usia yang sangat dini. Diantara hal ringan dan

    mendasar yang menurut K. H. Hamdani merupakan proses awal dalam

    memasuki alam ketuhanan dan hakikat, yaitu berupa ketaatan kepada

    orang tua. Dinyatakan oleh K. H. Hamdani:

    “Sejak kecil, penulis sejak kecil selalu ditanamkan oleh guru-guru ruhani

    penulis, bahwa ketaatan kepada kedua orang tua merupakan pintu

    memasuki alam ketuhanan yang hakikat. Para guru penulis tersebut

    senantiasa pesan: “Wahai ananda, janganlah engkau menyakiti hati kedua

    orang tuamu, janganlah engkau berkata “tidak” terhadap apa yang mereka

    katakan; dan berprasangka baiklah kepada mereka berdua.”

    C. Karir Hamdani Bakran Adz-Dzakiey

    1. Kyai Pesantren

    Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesanteren Raudhatul

    Muttaqien, yang berada di Babadan, Purmowartini, Kalasan, Sleman.

    Beliau mempunyai seorang istri yang sevisi dengan beliau sehingga

    sangat membantu perkembangan spiritual beliau. Istrinya yang

    bernama Risty Bulqis pada banyak hal, turut memberikan kontribusi

    dalam upaya mengarungi samudra spiritual yang beliau jalani (Abidin,

    2012: 41).

    2. Dosen

    Beliau K. H. Hamdani juga pernah menjadi dosen di Sekolah

    Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Klaten, fakultas agama Islam

  • 18

    Universiatas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Syariah IAIN Sunan

    Kalijaga, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, Magister

    Profesi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta, Fakultas agama Islalm dan

    Ekonomi Universitas Cokroaminoto. Saat ini KH. Hamdani sudah

    tidak lagi mengajar di beberapa perguruan tinggi tersebut, melainkan

    memfokuskan diri di pesanteren yang diasuhnya. Materi yang

    diajarkan di pesanteren tersebut adalah Psikoterapi Islam yang berbasis

    prophetic teori dan prakteknya. (Abidin, 2013:42)

    3. Konsultan Spiritual

    Dengan bekal pengalaman dibidang tasawuf, K. H. Hamdani

    cukup mendapatkan tempat di dalam diskursus keilmuan psikologi di

    Indonesia. Selain profesi utamanya sebagai pengasuh pada Pondok

    Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan, Purwomartini, Kalasan

    Sleman, Yogyakarta, K. H. Hamadni juga pernah aktif sebagai

    konsultan Pusat Psikologi Terapi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta.

    Beberapa tahun tarakhir, K. H. Hamdani giat mengembangkan

    konsep kecerdasan kenabian dan psikologi kenabain di bawah Centere

    of Prophetic Intelligence. Lembaga ini merupakan sebuah bidang kerja

    di bawah Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien yang bertugas

    melaksanakan program pendidikan pelatihan dan pengembangan

    mental moral spiritual dan sosial (Personal Mastery) umat yang

    berparadigma pada Prophetic Intelligence (Kecerdasan kenabian) yaitu

    kemampuan seseorang untuk berinteraksi, bersosialisasi, beradaptasi

  • 19

    dengan lingkungan vertikal maupun horizontal serta memahami,

    mengambil manfaat dan hikmah dari berbagai persoalan hidup.

    (Abidin, 2013: 42)

    4. Psikoterapis/Konselor.

    Selain sebagai pengasuh pondok, aktif mengajar dan konsultan

    spiritual juga dikenal sebagai psikoterapis atau konselor, dalam buku

    beliau telah dijelaskan beberapa syarat-syarat menjadi Konselor

    diantaranya dilihat dalam beberapa aspek yaitu: aspek spiritualitas,

    aspek moralitas, aspek keilmuan dan skill. Dari tiga aspek itu di

    simpulkan Oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey (2013:332) syarat-

    syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang psikoterapis/konselor

    adalah:

    a. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb,nya,

    yang hal itu diperoleh melalui ketaatannya melaksanakan perintah-

    Nya manjauhi larangannya;

    b. Adanya kualitas moral atau akhlak islamiyah yang baik dan benar

    secara otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntutan

    profesionalisme;

    c. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori konseling,

    psikodiagnostik dan psikoterapi islam maupun umum

    d. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam melakukan proses

    konseling, psikodiagnostik dan terapi dengan motede ilmiah,

    prophetic (kenabian) maupun normatif (Al Qur‟an dan As-Sunnah)

  • 20

    D. Karya-Karyanya

    Diantara karya beliau yang telah terbit adalah Wihdah As-Sujud

    (1989), Metodologi Psikologi Islam (2000), Pendidikan Ketuhanan dalam

    Islam (2001), Akidah dalam Aplikasi Empirik; Psikologi Kesehatan

    Rohani, serta Psikologi Etika Pendidikan; Kecerdasan Kenabian Prophetic

    Intelligence. Pada buku psikologi kenabian pada tahun 2008 telah

    memasuki cetakan ketiga sedangkan buku pada buku Prophetic

    Intelligence sampai tahun 2008 telah mengalami empat kali naik cetak

    sejak terbit pertama kali tahun 2004. Selanjutnya buku yang paling

    belakangan beliau tulis, yang oleh beliau dinyatakan sebagai buah dari

    psikologi profetik, yaitu buku yang berjudul Kepemimpinan Kenabian:

    Prophetic Leadership, yang terbit untuk edisi pertamanya pada bulan

    September 2009.

    Buku Prophetic Intellegence (kecerdasan kenabian) memiliki

    pengertian dan keunikan tersendiri yang menjadikan berbeda dan memiliki

    signifikasi tersendiri dari model kecerdasan. Kecerdasan kenabian yang

    diusung oleh K.H Hamdani bertumpu pada nurani yang bersih dari

    penyakit-penyakit ruhaniyah seperti; syirik, kufur, nifaq, fasiq, dan lain-

    lain. Kondisi nurani yang sehat Allah akan menurunkan rasa percaya,

    yakin dan takut kepada-Nya, dari rasa itulah lahir kekuatan dan keinginan

    untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang lebih positif, lebih baik

    dan lebih benar.

  • 21

    Salah satu buku beliau yang diracik dengan formulasi teoritis yang

    bersifat intuitif ilahiyah, nuansa parkatis yang sangat terasa dalam setiap

    lembarnya. Buku ini ingin meluruskan bahwa pemahaman yang telah

    terpatri lewat kemasan rasionalistik semata, seperti ala barat tersebut harus

    di pertanyakan, dan kemudian mengasah potensi-potensi kecerdasan

    kenabian dapat dipahami sebagai potensi untuk berinteraksi, beradaptasi,

    memahami, dan mengambi hikmah dari kehidupan langi dan bumi, ruhani

    dan jasmani lahir dan batin, serta dunia dan akhirat.

    Buku yang terdiri dari 14 bab dan 783 halaman ini secara umum

    membahas tentang prinsip-prinsip keislaman dan keimanan yang sudah

    sering dikeahui, namun tema-tema dari prinsip tersebut dibaca dengan

    perspektif ruhaniah-batiniah dengan metode ilahiyah-mukasyifah yang

    akhirnya mencuatkan wawasan-wawasan baru, sebagaimana kita

    meyakini, shalat, do‟a, dan seluruh aktifitas yang kita niatkan sebagai

    ibadah kepada Allah (Zami: 2016).

  • 22

    BAB III

    DESKRIPSI PEMIKIRAN HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY

    A. Pengertian Psikoterapi Islam

    Psikoterapi (Psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak

    dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai

    bidang seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (Guidance

    and counseling), kerja sosial (Case Work), pendidikan dan ilmu agama

    (Rahayu, 2009: 191).

    Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata

    “psyche” dan “therapy” . Psyche mempunyai beberapa arti, antara lain:

    1. Jiwa dan hati

    2. Dalam mitologi yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang

    bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa di gambarkan berupa gadis

    dan kupu-kupu simbol keabadian.

    3. Ruh, akal dan diri.

    4. Meneurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan

    psikologis, terdiri dari bagian dasar (Conscious) dan bagian tidak sadar

    (Unconsious).

    5. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan

    bentuk jamaknya “anfus” atau “nufus”. Ia memiliki beberapa arti,

    diantaranya: jiwa, ruh, darah, jasad, orang, diri dan sendiri.

  • 23

    Dari beberapa arti secara etimologis tersebut, dapat dipahami bahwa

    psyche atau nufs adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih

    bersifat rohaniyah dan paling tidak lebih banyak menyinggung sisi yang

    dalam dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau jasmaniyahnya.

    Firman Allah SWT, sebagai berikut:

    “Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang

    puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-

    Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku”. (Al Fajr, 89: 27-30).

    “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri

    dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan

    petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (Al A‟raf,

    7: 205).

    Kata “nafs” dalam ayat 205 dari surat al-A‟raf di atas dapat

    diartikan dengan bebrapa arti, seperti diri, ruh, jiwa dan nafsu. Jadi dzikir,

    sebutan atau ingatan ialah bukan saja pada lisan, tetapi seluruh unsur dan

    komponen keinsanan yang hidup, yaitu berdzikir daam diri, jasad, jiwa,

    nafs, nafsu dan ruh.

  • 24

    Adapun kata “therapy” (dalam bahasa inggris) bermakna

    pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahsa Arab kata therapy

    sepadan dengan اآلستشفا ء yang berasal dari - شفا ء –ىشفى فى ش , yang

    artinya menyembuhkan.

    Firman Allah SWT yang memuat kata syifa:

    “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

    Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam

    dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Yunus,

    10: 57)

    “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan

    rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah

    menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Isra, 17:

    82).

    Psikoterapi (psychotherapy) ialah pengobaan penyakit dengan cara

    kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit

    mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau

    penyembuhan lewat keyakinan agama, dan disisi personal dengan para

    guru atau teman.

  • 25

    Pengertian psikoterapi secara istilah, ada beberapa pendapat yang

    dikemukakan para ahli (Rahayu, 2009:192-195) diantaranya:

    1. Corsini, definisi psikoterapi sukar dirumuskan. Meskipun demikian itu

    merumuskan psikoterapi sebagai suatu proses formal dari interaksi

    antara dua pihak, masing-masing pihak biasanya terdiri satu orang,

    tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih. Proses ini

    bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan

    (distress) pada salah satu dari kedua belah pihak karena ketidak

    mampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:

    fungsi kognitif (kelalaian pada fungsi berfikir), fungsi afektif

    (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenagkan) atau

    fungsi perilaku (ketidak tepatan perilaku) dengan terapis yang

    memiliki teori tentang asal usul kepribadian, perkembangan,

    mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa

    metode perawatan berdasarkan teori dan profesi yang diakui secara

    resmi untuk bertindak sebagai terapis.

    2. Prawitasari (2002) mendefinisian psikoterapi sebagai proses formal

    interaksi antara dua orang atau lebih, dengan salah satu berposisi

    sebagai “penolong” dan yang lain sebagai “yang ditolong” dengan

    tujuan perubahan. Sedangkan Frank (1982 dalam Phares dan Trull,

    2001) mendefinisikan psikoterapi sebagai interaksi yang terencana

    antara seorang yang terlatih dan memiliki kewenangan sosial untuk

    melakukan terapi, dengan seorang yang menderita dengan tujuan untuk

  • 26

    meringankan penderitaan si penderita melalui komunikasi dengan

    tujuan simbolis khususnya kata-kata maupun aktifitas fisik.

    3. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul

    medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang

    sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada

    mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang

    penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarka pendapat Jung ini,

    bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif

    (penyembuhan), juga berfungsi prefentiv (pencegahan) dan konsruktif

    (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi

    tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada

    psikiater tidak hanya ketika psikis seorang dengan kondisi sakit.

    Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau

    penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang

    sempurna

    Lewis R. Wolberg. Mo (1997) dalam bukunya yang berjudul

    THE TECHNIQUE OF PSYCHOTHERAPY yang mengatakan

    bahwa:

    Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat

    psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan

    emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan

    profesional dengan pasien yang bertujuan:

  • 27

    1. Menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang

    ada,

    2. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan

    3. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang

    positif

    Hamdani Bakran Adz-Dzakiey dalam buku Konseling dan

    Psikoterapi Islam (2008) mengemukakan bahwa Psikoterapi Islam

    adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah

    mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui bimbingan Al

    Qur‟an dan As-Sunnah Nabi SAW. Atau secara empirik adalah melalui

    bimbingan dan pengajaran Allah SWT. Malaikat-malaikatnya Nabi

    dan Rasulnya atau ahli waris para Nabi-Nya.

    Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengertian

    psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit

    kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Kata islam adalah kata

    yang mensifati dari kata psikoterapi tersebut dilaksanakan sesuai

    dengan ajaran dan norma islam.

    B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam

    1. Fungsi Psikoterapi Islam

    Disamping fungsi-fungsi utama tersebut, masih ada fungsi yang

    bersifat spesifik yaitu:

  • 28

    a. Fungsi Pencegahan (Prevention)

    Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan

    ilmu ini, seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal, keadaan atau

    peristiwa yang membahayakan dirinya. Melalui fungsi ini terapis

    memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan

    diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

    b. Fungsi penyembuhan atau perawatan (Kuratif)

    Psikoterapi ini akan membantu seseorang melakukan,

    penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan masalah, baik

    menyangkut aspek pribadi maupun social.

    c. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat

    (Konstruktif)

    Fungsi ini untuk membantu klien supaya dapat menjaga diri

    dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam

    dirinya. Fungsi ini memfasilitasi klien agar terhindar dari kondisi-

    kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri

    (Sudrajad: 2014)

    Menurut Carl Gustav Jung Psikoterapi selain digunakan

    untuk fungsi: kuratif (penyembuhan), juga berfungsi kuratif

    (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan

    jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa

    usaha-usaha untuk berkonsultasi kepada psikoterpis tidak hanya

    ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik

  • 29

    ijka dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental,

    karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.

    (Zainuri: 2017)

    Sebagai suatu ilmu tentu saja Psikoterapi Islam mempunyai

    fungsi dan tujuan yang komplit, nyata dan mulia (Adz-Dzakiey,

    2015: 270) :

    a. Fungsi Pemahaman (Understanding)

    Fungsi yang memberikan pemahaman dan pengertian

    tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan

    kehidupan serta bagaimana mencari solusi dari problematika

    itu secara baik, benar dan mulia. Khususnya terhadap gangguan

    mental, serta problematika-problematika lahiriyah maupun

    batiniyah pada umumnya. Memberikan pemahaman pula

    bahwasanya ajaran Islam (Al Qur‟an dan As-Sunnah)

    merupakan sumber yang paling lengkap, benar dan suci untuk

    menyelesaikan berbagai problematika yang berkaitan dengan

    pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan

    dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan

    keluarganya, pribadi manusia dengan lingkungan sosialnya.

    Firman-Nya:

    “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk

    bagi mereka yang bertaqwa.” (Al Baqarah, 2:2)

  • 30

    “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah

    mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan

    itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara

    bagi mereka”. (An nisa, 4:80)

    b. Fungsi pengendalian (Control)

    Memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktifitas

    setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan

    pengawasan Allah Ta‟ala. Sehingga tidak akan keluar dari hal

    kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Cita-cita dan tujuan

    hidup dan kehidupan akan dapat tercapai dengan sukses;

    eksistensi dan esensi dari senantiasa mengalami kemajuan dan

    perkembangan yang positif serta terjadinya keselarasan dan

    harmoni dalam kehidupan bersosialisasi, baik secara vertikal

    maupun horizontal.

    Potensi pengendalian diri itu dapat difahami secara

    tersirat dari pesan-pesan ayat Allah:

  • 31

    “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan

    sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-

    buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang

    yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila suatu bencana

    telah menimpa mereka, mereka mengatakan, sesungguhnya

    kami milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepadaNya-

    lah akan kembali.” (Al Baqarah, 02: 155-156).

    Seseorang yang telah memiliki tingkat kesabaran yang

    tinggi, apabila ia ditimpa ujian, musibah atau bencana, maka

    secara otomstis ia akan dengan segera menggembalikan hal itu

    semua kepada Allah Ta‟ala. Emosional dan kepribadiannya

    tetap terkendali dan stabil dalam hal bimbingan, tuntunan dan

    perlindungan-Nya.

    c. Fungsi peramalan atau Analisa ke depan (Prediction).

    Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan memiliki

    potensi dasar untuk dapat melakukan analisa ke depan tentang

    segala peristiwa, kejadian dan perkembangan. Hal itu dapat

    dibaca dan dianalisa berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu

    dan sedang atau akan terjadi. Sebagaimana Nabi Yusuf as.

    Pernah menganalisa suatu peristiwa yang akan terjadi

    berdasarkan analisa dari suatu mimpi tentang “tujuh ekor

    lembu yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor lembu

    yang kurus-kurus dan tujuh butir (Gandum) yang hijau dan

    tujuh butir (gandum) lainnya yang kering”. Beliau menjelaskan

    bahwa negara akan dilanda kekeringan tujuh tahun dan setelah

    itu akan mengalami kemakmuran.

  • 32

    Hal itu semua semata-mata karena bimbingan, tuntunan

    dan pengajaran dari Allah Ta‟ala. Seseorang tidak akan

    mungkin dapat melakukannya, melainkan semata-mata karena

    pertolongan-Nya.

    Firman-Nya:

    “Dan bertakwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan

    senantiasa mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala

    sesuatu.” (Al Baqarah, 2: 282)

    Dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi, maka

    seseorang akan dapat mempersiapkan diri untuk tindakan

    antisipasi, jika peristiwa itu akan membawa manfaat atau tidak,

    kebaikan atau tidak, kebenaran atau tidak dan sebagainya. Dan

    akhirnya banyak mengundang hikmah dan kebaikan bagi

    kehidupan manusia.

    d. Fungsi pengembangan (Development)

    Mengembangkan Ilmu keislaman, khususnya tentang

    manusia dan seluk beluknya, baik yang berhubungan dengan

    problematika Ketuhanan menuju keinsanan; baik yang bersifat

    teoritis, aplikatif, maupun empirik. Bahkan bagi yang

    mempelajari dan mengaplikasikan ilmu ini, ia pun berarti

    melakukan proses pengembangan eksistensi keinsanannya

    menuju kepada esesi keinsanan yang sempurna.

  • 33

    Firman-Nya:

    “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di

    jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih

    Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang

    mendapat kemenangan.” (At Taubah, 9: 20)

    e. Fungsi Pendidikan (Education)

    Hakikat pendidikan adalah meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu

    manjadi tahu, dari buruk menjadi baik, atau dari yang sudah

    baik menjadi lebih baik lagi

    Fungsi utama datangnya para Nabi dan Rasul adalah

    memberikan pendidikan kepada seluruh umat manusia, agar

    menjadi pandai, kritis dan brilian. Dengan potensi itu seorang

    manusia akan dapat manjadi seorang manusia yang unggul dan

    sempurna (insan kamil) dimata Tuhannya. Dengan adanya As

    Sunnah Nabi-Nya SAW; maka seluruh isi Al Qur‟an dapat

    dijabarkan seluas-luasnya, sedalam-dalamnya dan setinggi-

    tingginya.

  • 34

    Firman-Nya:

    “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

    Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya

    kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka

    kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka

    sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al

    Jumuah, 62:2).

    Psikoterapi islam memberikan bimbingan dalam proses

    pendidikan melepaskan diri dari bekasan-bekasan dosa dan

    kedurhakaan serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya; yang

    senantiasa dapat mengganggu eksistensi kepribadian yang fitri,

    yaitu suatu kepribadian yang selalu cenderung berbuat baik dan

    kemaslahatan kepada sesama makhluk dan lingkungannya.

    Untuk melepaskan diri dari lingkaran setan itu, maka

    perlu adanya perjuangan dan kesungguhan yang tinggi dengan

    metode, teknik dan strategi yang akurat, seperti yang sering

    dilakukan dalam kerja psikologi umumnya, seperti perlu

    adanya:

    1) Pemahaman diri (Self Insigt)

    2) Pengubahan sikap (Attitude Change)

    3) Motifasi (Motivation)

  • 35

    4) Penyelesaian masalah (Problem Solving)

    5) Penerimaan diri (Self Acceptance)

    Dalam ajaran spiritual islam lebih dikenal dengan

    istilah, Mujahadah (kesungguhan diri), riyadhah (mengolah

    diri), muraqabah (pengamatan diri), wara (bersikap hati-hati)

    dan sebagainya dengan melakukan ibadah utama dan sunat,

    seperti salat, puasa dzikirullah, do‟a, membaca Al Qur‟an dan

    shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

    2. Tujuan Psikoterapi

    Berikut ini diuraikan mengenai tujuan, dari psikoterapi secara

    khusus yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al

    (1987):

    a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut

    Ivey, at al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi

    sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan

    terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun

    sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.

    b. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada

    pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan

    terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri

    arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata

  • 36

    atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta

    memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik .

    c. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey,

    et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan

    utnuk mengganti dengan pola-pola perilakuyang lebih bias

    menyesuaikan.

    d. Sehubugan dengan teori behavioristik ini, Ivey, et al (1987)

    menjelaskan mengenai tujuan pada teori kognitif-behavioristik,

    yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri,

    mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran

    terhadap diri sendiri dan orang lain.

    e. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan

    oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai

    kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan

    seseorang.

    Sedangkan tujuan Psikoterapi Menurut Corey (1991):

    a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi , menurut

    Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu

    yangdisadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali

    pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui

    konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

    b. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut

    Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas agar klien

  • 37

    mengekplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-

    halyang mencegah pertumbuhan dan bisa mengalami aspek-aspek

    pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.

    c. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan

    sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara

    memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri

    sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup

    secara rasional dan toleran.

    d. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien

    memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.

    Untuk merangsang menerima ketergantungannya terhadap

    dorongan-dorongan dari dunia luar.

    Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi

    antara lain:

    1) Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)

    2) Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat )

    3) Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka

    panjang)

    4) Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus

    kepada pasien)

  • 38

    Adapun tujuan dari Psikoterapi Islam ialah (Adz-Dzakiey,

    2015: 278) :

    a) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat

    jasmaniyah dan rohaniyah, atau sehat mental, spiritual dan

    moral, atau sehat jiwa dan raganya.

    b) Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya

    insani, mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi

    dalam kepribadian dan etos kerja

    c) Meningkatkan kualitas keimanan, keihsanan dan ketauhidan

    dalam kehidupan sehari-hari dan nyata

    d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa

    dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat yang

    Maha Suci yaitu Allah Ta‟ala Rabbal „Alamin.

    C. Objek Psikoterapi Isalam

    Sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan

    atau pengobatan dari Psikoterapi Islam adalah manusia (insan) secara utuh,

    yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada (Adz-

    Dzakiey: 2015: 237) :

    1. Mental

    Mental merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fikiran,

    akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan

    ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu

  • 39

    berkonsentrasi, picik tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan

    baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan

    antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang madharat serta yang

    hak dan yang bathil.

    Firman Allah SWT:

    “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil

    dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu

    mengetahuinya.” (Al Baqarah, 2:42).

    Bagi manusia yang memiliki mental yang lemah bahkan

    mungkin kotor dan bernajis, apakah mungkin ia dapat berfikir dan

    menerangkan semua dari ayat-ayat Nya yang menerangkan tentang

    berbagai rahasia dan hikmahnya yang dalam dan tinggi.

    Seperti Firman Nya:

    “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,

    Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak

    sadar.” (Al Baqarah, 2:9)

    “Dan mereka tidak melakukan penyesatkan melainan dirinya sendiri,

    sedangkan merekat idak menyadarinya.” (Ali Imran, 3: 69)

    “Dan mereka tidak berbuat kebinasaan melainkan kepada diri mereka

    sendiri sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (Al An‟am, 6: 26).

  • 40

    Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang

    kesadarannya terganggu, sehingga ia tidak dapat menyadari bahawa

    segala perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang dapat

    mengganggu, membinasakan dan merugikan dirinya sendiri, orang

    lain maupun lingkungannya.

    2. Spiritual

    Spiritual yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh,

    semangat atau jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama,

    keimanan, keshalihan, dan menyangkut nilai-nilai Transsedental.

    Seperti syirik (menduakan Allah), nifaq, fasiq, dan kufur; lemah

    keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malaikat dan

    lam ghaib semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada

    Allah.

    Firman Allah SWT:

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

    mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

    dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka

    sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa, 4:48).

    Ayat Allah tersebut menerangkan secara jelas tentang

    eksistensi orang-orang yang berbuat syirik atau menyekutukan Allah

    dengan sesuatu, sehingga mereka itu benar-benar tealah rusak dan sakit

  • 41

    parah spiritualnya. Bahkan Allah Ta‟ala menyebutkan mereka sebagai

    orang-orang yang:

    a. Tidak mendapatkan ampunan selama perbuatan syirik itu belum

    ditinggalkan

    b. Keluar dari bimbingan dan hidayah Allah

    c. Diharamkan syurga dan dihalalkan neraka baginya

    d. Menddapatkan siksa yang pedih

    e. Terombang ambing dalam kegelisahan, kebimbangan dan

    kegalauan kehidupan

    f. Dihukumi sebagai najis atau kotoran

    g. Diharamkan untuk dinikahi oleh orang yang mukmin

    h. Dicampakkan dan dijauhkan dari rahmat-Nya

    Nifaq adalah penyakit spiritual yang juga sangat berbahaya.

    Yaitu sifat yang mendua dan tidak integrited. Dalam hati ia sangat

    menentang kebenaran dari Allah, tetapi lisannya melantunkan kata-

    kata dan kalimat kebaikan, kebenaran dan ketaqwaan.

    Allah Ta‟ala menerangkan tentang karakter dari orang-orang

    yang munafik sebagai:

    1) Pendusta dan pembohong

    2) Pengingkar janji dan penghinat

  • 42

    Rasulullah SAW, menerangkan bahwa tanda-tanda orang

    munafiq itu ada tiga; jika ia berkata ia berdusta, jika ia berjanji ia tidak

    menepatinya (ingkar) dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari

    dan Muslim ari Abu Hurairah RA).

    Nifaq adalah perbuatan sedangkan munafiq adalah orang yang

    melakukan kemunafikan adalah orang yang secara lahiriyah ia

    mengaku sebagai orang muslim sedangkan kondisi bahtiniyah ingkar.

    Walaupun ia menampakkan kemuslimannya dengan melakuan shalat,

    puasa dan perbuatan ibadah lainnya.

    Demikian pula penyakit bahtiniyah yang lain seperti fasiq,

    yaitu sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak

    Allah Ta‟ala. Suka menunda-nunda untuk melakukan perbuatan-

    perbuatan kebenaran dan kebaikan. Menganggap enteng perkara-

    perkara yang berhubungan dengan akhlak dan moral. Sehingga tidak

    dapat melihat kebenaran ketuhanan, tidak dapat mengatakan kebenaran

    dengan kebenaran Ketuhanan.

    Bahkan yang paling parah adalah Allah Ta‟ala mencabut

    potensi Ilahiyah-Nya yang Dia anugrahkan kepada setiap hamba, yaitu

    potensi akal, indrawi dan qalbu. Sehingga akal fikiran sudah tidak

    dapat merenungkan dan menganalisa esensi dari rahasia-rahasia ayat-

    ayat Nya, hukum-hukum Nya dan eksistensi diri Nya. Indrawi pun

    tidak dapat menangkap pesan-pesan tersurat yang terhampar di

    permukaan seluruh alam. Qalbu pun menjadi buta dan kotor, tidak

  • 43

    dapat menangkap pesan-pesan, isyarat isyarat hidayah dan ilham

    kewahyuan secara bashirah (penglihatan batin) dan mukasyafah

    (ketersingkapan hakekat kebenaran).

    3. Moral (akhlak),

    Moral adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,

    yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa

    melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian; atau sikap

    mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara,

    bertingkah laku dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.

    Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari

    kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan

    otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan

    tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek ,

    bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma

    agama (islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang

    lain. Seperti liar, pemarah, sembrono, dengki, dendam, suka

    mengambil hak milik orang lain, berprasangka buruk, pemalas, mudah

    putus asa dan sebagainya. Dalam ajaran islam sikap dan tingkah laku

    seperti itu merupakan perbuatan tercela dan di murkai oleh Allah dan

    Rasul-Nya.

    Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasullah SAW

    diutus kedunia ini. Perkataan, perbuatan, sikap dan gerak geriknya

  • 44

    merupakan keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia,

    oleh karena itulah Allah Ta‟ala berfirman:

    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

    baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

    (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak megingat Allah.” (Al

    Ahzab, 33: 21).

    Fungsi dan tujuan kedatangan para nabi dan rasul itu adalah

    sebagai pendidik, pensuci dan penyembuhan terhadap berbagai

    penyakit yag terdapat ditengah-tengah umat, agar mereka menjadi

    hamba-hamba Allah yang benar-benar memiliki kesehatan dan

    kemuliaan di hadapan Nya maupun dihadapan makhluk Nya.

    4. Fisik

    Fisik atau (Jasmaniyah), tidak semua gangguan fisik dapat

    disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin

    Allah SWT. Terapi fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan oleh

    psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan oleh dosa-dosa dan

    kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang,

    seperti, wajah dan kulit tampak hitam bahkan mungkin mengalami

    pembengkakan, luka dan sebagainya. Padahal mereka telah melakukan

    berbagai upaya dan ihtiyar, tetapi tidak kunjung sembuh.

    Setelah seorang psikoterapis islam melakukan diagnose

    (psikodiagnose) ternyata penyakit dan gangguan itu akibat penyakit

  • 45

    spiritual. Karena murka Allah yang sangat besar, seperti pernah terjadi

    pada masa kenabian dan umat-umat terdahulu yaitu wabah penyakit

    yang dapat setiap saat merenggut jiwa seseorang pada mada masa Nabi

    Musa as. Atas pembangkangan Fir‟aun.

    D. Dasar Paradigma Psikoterapi Isalam

    Paradigma adalah sistem atau model konseptual yang

    menggambarkan suatu aspek kenyataan dimana nantinya dapat ditarik

    kesimpulan-kesimpulan tentang bagaimana atau apa langkah-langkah yang

    harus diambil untuk menjalankan suatu penelitian.

    Islam sebagai agama yang mengajarkan banyak hal, masih sedikit

    kurang mengembangkan sebuah riset terkait dengan psikoterapi. Untuk

    melihat konsep psikoterapi harus merujuk pada pedoman ayat-ayat Al-

    Qur‟an, sehingga akan segera mengetahui bentuk dan teknik psikoterapi

    islam itu seperti apa.

    Ali Ibnu Sahal Rabbani Ath-Thabari sebagai pencetus terapi jiwa

    di dunia islam, bukunya yang berjudul Al Firdaus AL Hikmah merupakan

    salah satu tulisan terlengkap dan tertua berbahsa Arab tentang obat-obatan.

    Melalui bukunya itu Al Thabari menjelakan bidang terapi jiwa

    sebagai teknik penyembuhan pasien, ia melakukannya melalui konseling.

    Ia berpendapat, pasien gangguan kesehatan fisik dan jiwa sangat

    membutuhkan pendamping atau konseling. Hal ini perlu kesabaran dan

    butuh waktu lama.

  • 46

    Metode semacam itu pada era modern disebut dengan psikoterapi.

    Ia menyebut metodenya dengan istilah konseling bijak atau ilaj al nafs.

    Menurutnya seorang yang sakit adakalanya disebabkan imajinasi atau

    masalah psikis berat. Untuk itu, langkah penyembuhannya hanya bisa

    dilakukan dengan konseling tadi.

    Melalui terapi itu, diharapkan pasien bersedia mengungkapkan

    perasaanya, penyebab masalahnya dan segala isi hatinya. Kemudian

    Psikoterapis dapat memberikan saran atau solusi terbaik yang bisa di

    tempuh. Hal ini dapat membantu pasien keluar dari masalah jiwa yang

    membelenggunya. Ia meyakini cara ini efektif menyembuhkan penyakit.

    Lebih lanjut, al Thabari mengatakan bahwa Psikoterapis yang

    bijak, komnikatif dan punya selera humor sanggup mempraktikkan metode

    psikoterapi dengan baik. Ia menduga beberapa sifat manusia yang bisa

    menggiringnya kepada gangguan jiwa antara lain; tamak, dengki, iri,

    benci, tidak peduli dan suka berkhayal. Pengobatan terbaik adalah melalui

    cara prefentif, tentunya dengan menjauhi sifat-sifat tadi, menjalani pola

    hidup sehat, dan menjalankan ajaran agama

    Pemikiran Al Tahabari mengenai Psikoterapi menjadi sumber

    rujukan. Pada masa selanjutnya, buka yang ditulis dalam bahasa Arab itu

    diterjemahkan kedalam bahasa lainnya. Risalah hasil pemikirannya kini

    tersimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Ingris.

    Psikoterapi Islam jelas berakar pada Al-Qur‟an dan As Sunah

    (normatif), empiris (pengalaman, yakni dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • 47

    1. Al-Qur‟an

    Bahwasanya konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari

    suatu penyakit ysng terdapat mengandung makna ntuk:

    a. Menguatkan keimanan dengan Al-Qur‟an

    b. Membenarkan suatu keyakinan bahwa barang siapa ditimpa suatu

    penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati penyakit itu

    kapan saja ia kehendaki dengan mencari metode atau

    penyembuhan

    c. Keyakinan orang yang mempercayai (beriman) kepada Rasulullah

    SAW., bahwa Tuhannya telah memberi petunjuk kepadanya

    mengenai pelajaran-pelajaran tentang rahasia-rahasia Al Qur‟an

    dan dari padanya terdapat rahsia pengobatan atau penyembuhan

    yang bermakna.

    Adapun arti penyembuhan/obat (syifa) yang terdapat dalam Al-

    Qur‟an menunjukkan bahwa Al Qur‟an itu ialah akal dan

    penyembuhan bagi siapa saja yang meyakininya. Dalam hal itu Al

    Qur‟an sebagai penyembuh atau dibagi mejadi dua Bagian:

    Pertama, bersifat umum; seluruh isi Al Qur‟an secara

    maknawi, surat-surat, ayat-ayat maupun hurufnya adalah memiliki

    potensi penyembuhan atau obat.

    Kedua, bersifat khusus yakni bukan seluruh Al-Qur‟an,

    melainkan hanya sebagian, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat

    dapat menjadi obat atau penyembuhan terhadap suatu penyakit secara

  • 48

    spesifik bagi orang-orang yang beriman dan meyakini akan kekuasaan

    Allah Ta‟ala .

    Menurut Hamdani (2015: 291), Kehususan-kehususan itu dapat dilihat

    dalam beberapa ayat yang memiliki kekhususan pula seperti:

    a. Asmaul Khusna

    Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayakan imam

    bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra; “Sesungguhnya Allah

    Ta‟ala mempunya sembian puluh sembilan nama, seratus kurang

    satu, barang siapa telah menghafalnya masuk surga.”

    b. Kalimat “Basmalah”

    Rasulullah SAW menyatakan “Apabila seseorang ingin memulai

    suatu pekerjaan hendak ia memulainya dengan membaca kalimat

    “basmalah” agar selama melakukan pekerjaan itu senantiasa di

    dalam bimbingan rahmat Allah Ta‟ala

    c. surat Al Fatihah

    Rasulullah SAW, menyatakan, pembukaan kitab (Surat Al-

    Fatihah) merupakan obat untuk semua penyakit, kecuali yang

    beracun dan racun kematian (HR. Baihaqi dan Jabir ra).

    d. Beberapa surat yang lain

    Rasulullah SAW, menyatakan, barangsiapa telah membaca dua

    ayat yang terakhir dari surat Al Baqarah pada waktu alam hari

    niscaya keduanya mematikannya; membaca ayat kursi menjauhkan

  • 49

    diri dari syetan sehingga pagi hari; membaca surat Al Kahfi dapat

    mendatangkan kebahagiaan.

    2. As Sunah

    Ada beberapa hadis yang menyatakan bagaimana Rasulullah

    SAW melakukan penyembuhan secara psikoterapi diantaranya;

    Dari „Aisyah ra ., beliau menyatakan “Bahwasanya apabila Rasulullah

    SAW. Sakit, beliau membaca dua surat Al Qur‟an (Al Falaq dan An

    Naas) untuk dirinya dan meniupkannya. Kemudian ketika sakitnya

    bertambah keras, maka sayalah yang membacanya lalu saya usapkan

    ketempat yang sakit itu dengan menggunakan tangan beliau, demi

    mengharapkan berkahnya.” (HR Muslim)

    3. Empirik (pengalaman) orang-orang shaleh.

    Pengalaman para sahabat ketika di tengah-tengah

    perkampungan mereka menemukan seorang kepala suku atau suatu

    kaum telah tersengat binatang berbisa. Salah seorang dari sahabat Nabi

    Muhammad SAW mengobati dan menghilangkan bisa itu dengan

    membaca surat Al fatihah.

    Sebagaimana beberapa tahun penulis (KH. Hamdan Bakhran)

    telah melakukan terapi dengan pendekatan spiritual yaitu sejak tahun

    1985 hingga hari ini. Penulis mengkaji makna-makna yang tersurat

    maupun tersirat dari beberapa surat maupun ayat al Qur‟an yang

    mengandung energi atau potensial penyembuh, sebagaimana yang

    disebutkan dalam Hadist-hadis Nabi .

  • 50

    Adapun Klien yang merasa pasif dan tidak dapat melakukan

    terapi sendiri maka penulis lebih aktif dan lebih berinisiatif membantu

    mereka agar dapat keluar dari beban-beban yang mengganggu

    kejiwaan mereka. Sistematika yang dimaksud adalah sebagaimana

    berikut:

    a. Penulis (Hamdan Bakhran Adz-Dzakiey) melakukan shalat sunat

    hajat dua (2) rakaat atau empat (4) rakaat sebagai wadah

    permohonan kepada Allah

    b. Setelah shalat memohon pengampunan kepada Allah untuk diri

    penulis sendiri maupun untuk klien

    c. Penulis membaca shalawa Nabi, karena shalawat itu berfungsi

    sebagai pengantar dan pembuka untuk terkabulnya do‟a.

    d. Membaca Al Fatihah, ayat kursi, al ikhlas, al falaq, an naas

    sebagaimana dalil yang diatas, kemudian setelah membaca itu

    penulis (KH Hamdan Bakhran) berdo‟a untuk kesembuhan si klien

    e. Setelah itu beliau meniupkan energi dari do‟a-do‟a yang telah

    beliau lakukan kedalam air sebagai sarana bagi klien dan agar

    dapat di minum sambil beri‟tikad bahwa Allah jualah Yang Maha

    Penyembuh.

    f. Klien yang aktif atau sehat dapat melakukan sendiri sebagaimana

    yang beliau lakukan. Dan Alkhamdulillah cara ini berulang kali

    beliau lakukan dan banyak memberikan manfaat dan kesembuhan

    bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.

  • 51

    E. Metode Psikoterapi Islam

    Sebagai suatu ilmu, Psikoterapi islam harus mempunyai metode,

    dan dengan metode itulah fungsi dan tujuan dari esensi ilmu ini dapat

    tercapai dengan baik, benar dan ilmiah. Artinya ilmu ini memberi manfaat

    bagi umat manusia, dan ia benar karena berasal dan berakal dari kebenaran

    ilahiyah, serta ilmiah, karena dapat dengan mudah difahami, diaplikasikan

    dan dialami oleh siapa saja yang mengambil manfaat dan kebaikan dari

    ilmu ini.

    Adapun metode-metode yang dipakai oleh Psikoterapi Islam adalah:

    1. Metode Keyakinan (Method of Tenacity)

    Meode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat yang dimiliki

    oleh seorang peneliti . keyakinan itu dapat diraih melalui:

    a. Ilmu Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan

    ilmu secara teoritis.

    b. Ainul Yaqin, Yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui

    pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara

    c. Haqqul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui,

    pengamatan dan penghayatan pengalaman (empiris) artinya si

    peneliti sekaligus menjadi pelaku dan peristiwa dari penenlitinya.

    Inilah keyakinan sesungguhnya.

    d. Kamalul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap,

    karena ia dibangun di atas keyakinan berdasarkan hasil

  • 52

    pengamatan dan penghayatan teoritis (Ilmu Yaqin), aplikatif

    („Ainul Yaqin) dan empirik (Haqqul Yaqin).

    2. Metode otoritas (method of authority)

    Yaitu suatu metode dengan menggunakan otoritas yang

    dimiliki oleh seorang peneliti/psikoterapi, yaitu berdasarkan keahlian,

    kewibawaan dan pengaruh positif. Atas dasar itulah seorang

    psikoterapis memiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara

    tanggung jawab. Apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas yang

    tinggi, maka sangat membantu dalam mempercepat proses

    penyembuhan terhadap suatu penyakit atau gangguan yang sedang

    diderita oleh seseorang.

    Apabila seseorang tidak memiliki otoritas, yaitu wewenang dan

    keahlian untuk melakukan suatu tindakan dengan baik dan benar, maka

    justru tindakannya akan mendatangkan bahaya dan kesengsaraan bagi

    orang lain bahkan akhirnya merugikan dirinya sendiri.

    3. Metode intuisi atau ilham (method of intuition)

    Adalah metode berdasarkan ilham yang bersifat wahyu yang

    datangnya dari Allah Ta‟ala. Metode ini sering dilakukan oleh para

    sufi dan orang-orang yang dekat Allah Ta‟ala dan mereka memiliki

    pandangan batin yang tajam (Bashirah), serta tersingkapnya alam

    keghaiban (mukasyafah).

  • 53

    Firman Allah SWT:

    “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami

    akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan Kami akan jauhkan dirimu

    dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan

    Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al Anfal, 8: 29).

    Ada satu methode lagi yang digunakan oleh kaum sufi dalam

    mereka melakukan proses pensucian diri dan evolusi spiritual. Metode

    ini tidak hanya bertujuan memberikan penyembuhan dan perawatan,

    akan tetapi sampai kepada peningkatan kualitas dari esensi manusia,

    yaitu penemuan jati diri dan citra diri yang mulia dan suci.

    Metode Tasawwuf (Method of sufism), adalah suatu metode

    peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-karakter dan perbuatan-

    perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan Ketuhanan.

    Metode ini dibagi 3, yakni:

    1. Takhalli

    Metode pengosongan diri dari bekasan-bekasan

    kedurhakaan dan pengingkaran (dosa) terhadap Allah Ta‟ala

    dengan jalan melakukan pertobatan yang sesungguhnya (nasuha).

    Fase takhalli adalah fase pensucian mental, jiwa, akal fikiran,

    qalbu, dan moral (akhlak) dengan sifat-sifat yang mulia dan

    terpuji. Metode takhalli ini secara teknis ada lima:

  • 54

    a. Mensucikan yang najis, dengan melakukan istinja dengan baik,

    teliti dan benar dengan menggunakan air atau tanah.

    b. Mensucikan yang kotor, dengan cara mandi atau menyiram air

    keseluruh tubuh dengan cara yang baik, teliti dan benar.

    c. Mensucikan yang bersih, dengan cara berwudlu dengan air,

    dengan cara yang baik, teliti dan benar.

    d. Mensucikan yang suci (Fitrah) dengan mendirikan shalat taubat

    untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.

    e. Mensucikan Yang Maha Suci, dengan berdzikir dan

    mentauhidkan dengan kalimat الاله اال اهلل (tiada sesembahan

    keculai Allah Ta‟ala).

    Metode penyucian rohani itu adalah merenungkan

    keburukan dunia ini dan menyadari bahwa ia palsu dan cepat sirna,

    dan mengosongan hati darinya. Hal ini hanya dapat dicapai dengan

    perjuangan menaklukkan hawa nafsu, dan kesungguhan perjuangan

    yang terpenting adalah melaksanakan peraturan-peraturan disiplin

    lahiriyah secara terus-menerus dalam keadaan apapun.

    2. Tahalli

    Pengisian diri dengan ibadah dan ketaaan, aplikasi tauhid

    dan akhlak yang terpuji dan mulia. Dalam upaya mencapai esensi

    tauhid ada beberapa hal yang sangat penting, yang harus dilakukan,

    yaitu:

  • 55

    a. Perbaikan pemahaman dan aplikasi ilmu tauhid

    Pemahaman terhadap esensi Ilmu Tauhid harus benar-

    benar menyentuh ke permukaan kerja akal fikiran, indrawi,

    qalbu, jiwa dan tingkah laku. Dan pemahaman yang benar-

    benar tuntas harus diraih, khususnya tentang pemahaman

    terhadap af’al Allah (perbuatan-perbuatan atau keajaiban Nya),

    Asma’Allah (nama-nama Nya yang Agung dan Terbaik), sifat-

    sifat Allah dan Dzat-Nya.

    b. Perbaikan pemahaman dan aplikasi syariat.

    Pemahaman terhadap syari‟at harus lebih luas,

    mendalam dan tidak hanya terbatas pada tekstual tetapi lebih

    kontekstual. Karena dengan itu seseorang akan mendapatkan

    kekayaan pemahaman dan akhirnya dapat meningkatkan

    motivasi dan keyakinannya yang mantap, kuat dan dinamis.

    Esensi kewajiban menjalankan perintah adalah, menjauhi

    larangan-Nya dan kewajiban untuk tabah terhadap ujian-ujin

    Nya, haruslah benar-benar difahami dihayati dan akhirnya

    dikena dan dicintai secara utuh. Bagi siapa saja yang telah baik

    ilmu tauhidnya, maka pastilah ia akan mudah mendapatkan

    hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia syari‟at itu. Adanya hukum

    halal, haram, makruh, wajib dan sunnat merupakan titah Allah

    yang wajib untuk difahami, dan dihayati dan diaplikasikan

    secara taat dan patuh. Bukan karena terpaksa, takut dosa dan

  • 56

    neraka, atau akarena ingin pahala dan surga, melainkan semata-

    mata mengharap ridha, cinta dan perjumpaan dengan dzat-Nya.

    Syari‟at adalah peraturan yang mengatur hidup dan

    kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan, ketentraman,

    ketertiban dan kedamain di dunia hingga di akhirat. Syari‟at