psikoterapi (asosiasi bebas)

21
PSIKOTERAPI TERAPI PSIKOANALISIS “ASOSIASI BEBAS” KELOMPOK 1 Disusun Oleh : Cory Dita Pratiwi 11509614 Duhyta Fenti 13509679 Elfa Gustiara 12509831 Hana Nurraidah 14509314 Irene Anggraini 15509152 Joko Alan Febrianto 11509344 Khoirunnisa 14509226 Maria Sistyantin 11509524 Sinta Dewi Oktaviani 13509396 Valentin 16509642 Vania Riyanti 11509720 Yuly Rahmawati 11509599 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2012

Upload: coryditapratiwi

Post on 03-Jul-2015

1.442 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikoterapi (asosiasi bebas)

PSIKOTERAPI TERAPI PSIKOANALISIS

“ASOSIASI BEBAS”

KELOMPOK 1

Disusun Oleh :

Cory Dita Pratiwi 11509614

Duhyta Fenti 13509679

Elfa Gustiara 12509831

Hana Nurraidah 14509314

Irene Anggraini 15509152

Joko Alan Febrianto 11509344

Khoirunnisa 14509226

Maria Sistyantin 11509524

Sinta Dewi Oktaviani 13509396

Valentin 16509642

Vania Riyanti 11509720

Yuly Rahmawati 11509599

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

2012

Page 2: Psikoterapi (asosiasi bebas)

MATERI PENGANTAR :

A. Riwayat Hidup Secara Singkat tentang Freud

Sigmund Freud dilahirkan 6 Mei 1856 dari sebuah keluarga

Yahudi di Freiberg, Moravia, sebuah kota kecil di Austria (kini

menjadi bagian dari Cekoslowakia). Psikoanalisis adalah

cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para

pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis

manusia.Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan

dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis”

dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut

Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan

menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih

suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Pada saat Freud berusia 4 tahun,

keluarganya mengalami kemunduran ekonomi, dan ayah Freud membawa pindah Freud

sekeluarga ke kota Wina. Setelah menamatkan sekolah menengahnya di kota Wina ini, Freud

masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan lulus sebagai dokter pada tahun 1881. Dari

catatan pribadinya diketahui bahwa Freud sesungguhnya tidak tertarik untuk menjalani

praktek sebagai dokter, dan lebih tertarik kepada kegiatan penelitian ilmiah. Tetapi karena

desakan ekonomi keluarga, dibina bersama Martha Bernays, istrinya yang dinikahi Freud

pada tahun 1886, Freud akhirnya menjalani praktek yang tidak disukainya itu. Adapun minat

ilmiah utama Freud adalah pada neurologi, sebuah minat yang menyebabkan Freud menekuni

penanganan gangguan-gangguan neurotik, khususnya histeria.

B. Teori Kepribadian Freud

Prioritas dalam pembahasan pemikiran Freud ini, ditujukan pada dua, yaitu struktur

kepribadian dan struktur pikiran.

a. Struktur Kepribadian

Menurut Nevid mengenai struktur kepribadian sebagai berikut.

“Menurut hipotesis struktural (structural hypothesis) dari Freud, kepribadian dibagi

ke dalam tiga unit mental, atau struktur psikis: id, ego, dan superego. Struktur psikis tidak

dapat dilihat atau diukur secara langsung, namun keberadaannya ditandai oleh perilaku

yang dapat diamati dan diekspresikan pada pikiran dan emosi.”

Page 3: Psikoterapi (asosiasi bebas)

Dengan demikian, kita dapat simpulkan bahwa struktur kepribadian menurut Freud

ada tiga, yaitu id, ego, dan superego. Berikut ini penjelasan dari ketiganya yaitu :

Id adalah bagian kepribadian yang sangat primitif, inti kepribadian yang belum

tercemarberisi motivasi dan psikis dasar yang disebut insting. Dengan instingnya

tersebut, Id menuntut pemuasan segera tanpa memperhitungkan aturan-aturan sosial

atau berbagai norma, atau kebutuhan dari orang lain. Maka, Id itu sifatnya irealistik,

irasional, amoral (tidak dapat menilai ataupun membedakan antara baik dan jahat), khas

(tidak teratur), dan dapat secara serempak memiliki pikiran-pikiran yang bertentangan.

Sebagai segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, Id

dengan begitu dioperasikan menurut proses berpikir primer (primary process thinking),

yaitu cara yang berhubungan dengan dunia melalui imajinasi dan fantasi. Di samping

itu, Id juga bekerja berdasarkan tuntutan prinsip kesenangan (pleasure

principle).Dengan prinsip ini, Id tentu saja hanya bertujuan untuk mencari kenikmatan,

atau memuaskan hasratnya, tanpa menghiraukan apakah hal itu tepat atau tidak.Di

sinilah, peran ego, menjadi sangat menentukan. Namun, sebelum ego dipaparkan, akan

disimpulkan dulu apa itu id. Id, dengan demikian adalah struktur psikis yang tidak

disadari, muncul saat lahir, yang berisi insting-insting primitif dan diatur oleh prinsip

kesenangan.

Ego merupakan struktur kepribadian yang berkembang untuk menghadapi dunia nyata

atau secara harfiah “aku”. Bekerja berdasarkan prinsip kenyataan atau reality principle.

Prinsip kenyataan merupakan kekuatan yang mendorong ego untuk menyelesaikan

masalah yang nyata. Beroperasi menurut proses berpikir sekunder (secondary process

thinking), yakni berpikir realistik, atau dengan bahasa yang lebih lengkap, proses

berpikir sekunder ini adalah proses yang dimulai dengan mengingat, merencanakan,

dan menimbang situasi yang memungkinkan kompromi antara fantasi dari id dan

realitas dari dunia luar (ego). Bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai

ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Dengan demikian, ego

adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri, diatur oleh prinsip

realitas dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustasi.

Superego ialah bagian moral atau etis dalam kepribadian. Dikendalikan oleh prinsip

moralistik (moral principle) dan idealistik (idealistic principle) yang kontradiktif

dengan pleasure principlenya id dan reality principle dari ego. Prinsip moral superego

menuntut kepatuhan yang ketat terhadap standar moral. Dengan begitu, superego

Page 4: Psikoterapi (asosiasi bebas)

mencerminkan yang ideal dan bukan yang riil. Karena itu, superego memiliki dua

subsistem, yaitu egoideal dan suara hati (conscience). Egoideal adalah superego yang

mencerminkan nilai-nilai moral dari self yang ideal. Dengan kata lain, egoideal

merupakan serangkaian nilai-nilai sosial yang lebih tinggi dan moral ideal yang hidup

dalam superego.

Sedangkan suara hati, atau hati nurani, adalah penjaga moral internal yang mengawasi

ego dan memberikan penilaian tentang benar dan salah. Superego berkonsekuensi: bila

ego gagal dalam memenuhi standar moral dari superego, maka ego akan dihukumi

dengan bentuk rasa bersalah dan malu. Hal demikian, memosisikan ego di antara id dan

superego.Karenanya, egoharus selaluberusaha untuk memuaskan kebutuhan id tanpa

menyerang standar moral superego. Maka dapat disimpulkan, bahwa superego adalah

struktur psikis yang menggabungkan nilai-nilai sosial yang diatur oleh prinsip moral;

terdiri dari dua bagian: hati nurani dan egoideal.

b. Struktur Pikiran

Bagi Freud, ketiga struktur kepribadian itu menempati struktur lain dalam mental atau

pikiran manusia, yang dalam referensi lain sering disebut sebagai alam sadar manusia,

yaitu alam kesadaran (conscious), alam keprasadaran (preconscious), dan alam

ketidaksadaran (unconscious).

Kesadaran atau conscious mengacu pada pengalaman-pengalaman mental sekarang.

Dalam pengertian yang lain, kesadaran dipandang sebagai lapisan mental manusia yang

berhadapan langsung dengan realitas. Ia mengenal realitas dengan akrab dan mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi yang ditemuinya di realitas. Dengan demikian,

ia mampu memperoleh apa yang dibutuhkannya.

Kesadaran, seperti halnya ego, bekerja berdasarkan prinsip kenyataan atau reality

principle.Karena prinsip kerjanya, maka pengalaman apapun yang masuk ke dalam alam

sadar dapat kita sadari sepenuhnya. Mengapa? karena pelbagai pengalam itu tidak

bertentangan dengan realitas. Dengan demikian, dapatlah kita tuliskan bahwa alam sadar

sesungguhnya bagian dari pikiran manusia yang berhubungan langsung dengan kesadaran

kita saat ini, dan bekerja sesuai dengan reality principle.

Keprasadaran (preconscious) merupakan alam sadar manusia yang kedua.Ia

merupakan isi mental yang tidak ada dalam kesadaran, tapi dapat dengan mudah masuk ke

dalam kesadaran. Keberadaannya diapit oleh dua alam, yaitu alam sadar dan alam

taksadar. Pengalaman-pengalaman yang masuk dalam area prasadar ini masih dapat kita

Page 5: Psikoterapi (asosiasi bebas)

sadari bilamana kita menghendakinya. Caranya, dengan kita memfokuskan diri pada hal

yang dikehendaki itu.

Namun demikian, penjelasan yang singkat ini setidaknya telah memberikan informasi

bahwa alam prasadar merupakan bagian dari pikiran di mana isinya terletak di luar

kesadaran saat ini namun dapat dibawa ke kesadaran dengan memfokuskan perhatian pada

apa yang ingin dimunculkan.

Ketidaksadaran atau yang lebih akrab dengan Freud sebagai unconscious merupakan

bagian terbesar dari pikiran manusia. Ia diselimuti oleh kemisteriusan. Dan isinya, hanya

dapat dimunculkan ke dalam alam kesadaran dengan upaya yang besar, itupun jika bisa.

Mengapa demikian? Karena alam asadar ini memendam dan melupakan berbagai

dorongan, pengalaman dan kenangan, yang dapat mengancam dialog antara dirinya dan

realitas. Bila suatu pengalaman sudah masuk ke areanya, maka akan sangat sulit bagi yang

bersangkutan untuk dapat mengenali atau menyadarinya. Dalam pengertian yang lebih

ekstrim: pengalaman itu disegel. Namun demikian, diyakini Freud bahwa alam asadar

adalah gudang dari dorongan-dorongan biologis, atau insting-insting dasar, seperti seks

dan agresi. Dalam hal psikoanalisis Freud, agresi atau agresivitas bukan bermakna

“penyerangan” atau “penyerbuan” melainkan suatu insting akan mati; keinginan akan

kematian.

Dari uraian itu, dapatlah kita simpulkan bahwa alam taksadar ialah bagian dari pikiran

manusia yang terletak di luar kesadaran yang umum dan berisi berbagai dorongan

instingtual, semisal insting hidup atau dorongan seksual dan insting mati atau agresivitas.

Ketiga struktur pikiran yang berkenaan dengan alam kesadaran manusia itu, Freud,

menganalogikannya pada fenomena gunung es, di mana daerah yang muncul di

permukaan air disebut daerah kesadaran. Sedangkan daerah yang lebih besar, yang

terdapat di bawah permukaan air dinamakan daerah ketidaksadaran. Daerah asadar itu

sendiri dipicu (dikendalikan) oleh dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, pikiran-pikiran yang

direpresikan, berisi kekuatan penting yang mengendalikan pikiran-pikiran dan pelbagai

perbuatan setiap individu. Bila dipetakan, maka akan terlihat hubungan sebagaimana di

bawah ini.

Struktur pikiran itu sendiri, tak hidup terpisah dengan struktur kepribadiannya.Dengan

demikian, ada korelasi yang sangat erat antara id, ego, superego dan alam sadar,

prasadar, serta sadar.

Page 6: Psikoterapi (asosiasi bebas)

C. Metode Psikoterapi

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat

manusia dan metode psikoterapi.

a. Sumbangan utama psikoanalisis :

1. kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat

manusia bias diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia.

2. tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh factor tak sadar.

3. perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat thd

kepribadian dimasa dewasa.

4. teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yg berharga untuk memahami

cara-cara yg di peroleh individu dalam mengatasi kecemasan.

5. terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari

ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.

Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis

6. struktur kepribadian

id

ego

super ego

7. pandangan tentang sifat manusia

pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,

deterministic, mekanistik dan reduksionistik

8. kesadaran & ketidaksadaran

konsep ketaksadaran

mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-

kebutuhan, hasrat-hasrat, konflik

salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal

sugesti pascahipnotik

bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas

bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif

9. Kecemasan

Suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu

Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya.

Page 7: Psikoterapi (asosiasi bebas)

3 Macam Kecemasan

Kecemasan realistis

Kecemasan neurotic

Kecemasan moral

b. Tujuan terapi Psikoanalisis

Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran

yg tak disadari didalam diri klien

Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak

c. Fungsi & peran Terapis

Terapis / analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan

& pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis / analisis

Peran terapis

Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam

melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis

Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar &

menafsirkan

Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien

Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan& pertentangan-pertentangan pada

cerita klien

d. Pengalaman klien dalam terapi

Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif & berjangka panjang

Mengembangkan hubungan dengan analis / terapis

Mengalami krisis treatment

Memperoleh pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari

Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri

sendiri

Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap

Memperdalam terapi

Menangani resistensi2 & masalah yg terungkap

Mengakhiri terapi

Page 8: Psikoterapi (asosiasi bebas)

e. Hubungan terapis dan klien

Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yang menjadi inti Terapi

Psikoanalisis

Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “ urusan yg

belum selesai” yg terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang

berpengaruh

Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak

percaya, cinta lawan benci

Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya

yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan dan dendamnya

Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yg berasal dari konflik-

konflik sendiri, maka akan terjadi kontratransferensi

Bentuk kontratransferensi

perasaan tidak suka / keterikatan dan keterlibatan yang berlebihan.

Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi

f. Teknik dasar Terapi Psikoanalisis

1. Asosiasi bebas

Berbeda dengan metode hipnosis yang menyadarkan diri pada anggapan bahwa

pengalaman-pengalaman traumatik yang ada pada pasien histeria perlu dan hanya

bisa diungkapkan dalam keadaan si pasien tidak sadar (di bawah pengaruh

hipnosis), metode asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa pengalaman-

pengalaman traumatik (pengalaman yang menyakitkan) yang dimiliki pasien

hysteria itu bisa diungkapkan dalam keadaan sadar. (Dalam asosiasi bebas, pasien

diminta untuk mengemukakan secara bebas hal-hal apa saja yang terlintas dalam

pikirannya saat itu. Bagi terapeut, hal-hal hal yang kemukakan oleh pasiennya itu

merupakan bahan untuk menggali dan mengungkap ingatan-ingatan atau

pengalaman-pengalaman yang sifatnya traumatic dari alam tak sadar si pasien).

Hal yang penting dari pengembangan asosiasi bebas ini adalah, metode asosiasi

bebas dengan prinsip atau anggapan yang mendasarinya telah membawa Freud

kepada suatu kesimpulan bahwa ketaksadaran memiliki sifat dinamis, dan

memegang peranan dalam terjadinya gangguan neurotik seperti histeria. (Di

kemudian hari peranan ketaksadaran oleh Freud diperluas dan dipandang sebagai

“kawasan terbesar” dari kehidupan psikis, yang di dalamnya terdapat suatu unsur

Page 9: Psikoterapi (asosiasi bebas)

atau sistem yang berisikan naluri-naluri. Dan keinginan-keinginan berasal dari

naluri-naluri itu. Pada gilirannya, melalui mekanisme represi, keinginan-keinginan

yang tidak atau sulit dipuaskan akan dikembalikan ke kawasan tak sadar ini,

dipenjarakan bersama-sama dengan pengalaman-pengalaman tertentu yang

sifatnya traumatic atau menyakitkan bagi individu.) Selain itu, berbeda dengan

Breuer, Charcot, Bernheim, dan terapeut-terapeut atau para peneliti umumnya

pada waktu itu, Freud mulai menempatkan data yang diperoleh dari kegiatan

terapinya dalam kerangka psikologi, serta ia melihat aspek atau mekanisme yang

terlibat dalam kejadian munculnya gangguan neurotik dari sudut psikologi, dan

bukan dari sudut neurologi atau fisiologi. Dengan demikian, sejak Freud

menempuh jalannya sendiri, mengembangkan gagasan dan metode terapinya

sendiri, Freud sesungguhnya tengah berada dalam usaha membangun landasan

bagi ajaran psikoanalisanya yang unik; dan ternyata usahanya ini memang

berhasil. Dapat dikatakan bahwa metode asosiasi bebas merupakan tonggak yang

menandai dimulainya psikoanalisa.

Metode asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-

pengalaman masa lalu &pelepasan emosi-emosi yg berkaitan dengan situasi-

situasi traumatik di masa lalu. Freud’s couch atau sofa freud adalah sofa yang

digunakan freud dalam melakukan terapi psikoanalisanya, khususnya terapi

dengan teknik asosiasi bebas. Dalam teknik asosiasi bebas, pasien diminta untuk

berbaring di atas sofa yang nyaman sambil memejamkan mata dan mencapai

keadaan rileks. kemudian pasien diminta untuk berbicara sebebas-bebasnya, dan

terapis mencatat kata-kata kunci untuk dianalisa sehingga terbukalah jalan menuju

permasalahan yang sebenarnya yang digali dari alam bawah sadar pasien.

2. Penafsiran

Suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi,

resistensi-resitensi dan transferensi.

Bentuk nya tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien

makna-maknatingkah laku.

Page 10: Psikoterapi (asosiasi bebas)

3. Analisis Mimpi

Di camping metode asosiasi bebas, pads periode awal dari psikoanalisa itu Freud

juga mengembangkan analisis mimpi (dream analysis) atau penafsiran mimpi.

Penafsiran mimpi ini diketnbangkan oleh Freud berdasarkan anggapannya bahwa

isi mimpi merupakan simbol dari keinginankeing;n4n atau pengalaman-

pengalaman tertentu yang direpres di slam tak sadar. Dengan demikian,

sebagaimana dikatakan oleh Freud, mimpi itu sendiri adalah via regia Oalan

utama) menuju alam tak sadar. Artinya, melalui penafsiran atas sebuah mimpi,

kits bisa mengetahui keinginankeinginan atau pengalaman-pengalaman spa yang

direpres oleh si pernimpin di alam tak sadarnya. Itulah yang login dicapai Freud

melalui penafsiran mimpi yang dikembangkannya. Adapun subjek Freud yang

pertama dan sering digunakan untuk keperluan menguji ketepatgunaan metode

penafsiran mimpinya tidak lain adalah dirinya sendiri. Dalam buku pertamanya

yang diberi judul The Interpretation of Dreams (Die Traumdeutung, 1900), Freud

menunjukkan bagaimana mimpi-mimpinya sendiri ia telah dan ia tafsirkan,

sehingga daripada.nya ia memperoleh bahan yang berharga untuk memahami

kehidupan psikis berikut kekuatan dan mekanisme-mekanisme yang terdapat di

dalamnya. Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan-bahan yg tidak

disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak

terselesaikan.

4. Analisis dan Penafsiran Resistensi

Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi

shg dia bias menanganinya

5. Analisis & Penafsiran Transferensi

Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk

menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.

D. Tujuan Metode Psikoanalisis

Tujuan dari metode psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya

tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar

yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk

mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa

mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).

Page 11: Psikoterapi (asosiasi bebas)

PEMBAHASAN :

Metode : Asosiasi bebas

Kami meminta subjek untuk berbaring senyaman mungkin, tapi subjek menolak dan

berkeinginan untuk duduk selama proses terapi berlangsung. Akhirnya subjek

memilih sendiri posisi nyamannya, subjek juga tidak keberatan jika ada banyak orang

saat proses terapi berlangsung.

Berikut ini adalah gambar yang sempat terekam :

Page 12: Psikoterapi (asosiasi bebas)

Identitas Subjek

Nama : GH

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Persoalan yang dihadapi : Menyukai sesama jenis

Karena kami memilih metode asosiasi bebas, maka kami meminta subjek untuk

bercerita sebebas mungkin. Dan akhirnya kami mendapatkan cerita sebagai berikut :

Mulanya subjek bercerita mengenai keadaannya saat ini, secara umum subjek merasa

dirinya baik-baik saja. Tetapi lama-kelamaan mulai tergali kehidupan masa lalu

subjek. Berkaitan dengan kondisinya yang menyukai sesama jenis, subjek bercerita

sejak SD sudah mulai merasa jika dirinya menyukai sesama jenis tetapi ketika ada

adik kelasnya di SDyang menyukainya subjek merasa heran, tetapi subjek pernah

menyukai kakak kelasnya yang sesama jenis dan terus berlanjut. Untuk selanjutnya

ketika masuk tingkat SMP subjek mulai berpacaran dengan temannya yang sesama

jenis dan yang tahu hanya teman rumahnya saja tetapi teman-teman sekolah tidak

mengetahuinya.Di SMP pula subjek ketahuan oleh keluarganya kalau subjek penyuka

sesama jenis, lalu ketika tingkat SMA subjek pindah ke Jakarta untuk tinggal bersama

ayahnya dengan maksud supaya bisa tidak menyukai lagi sesama jenis. Dan ketika dia

tinggal bersama ayahnya subjek mendapatkan teman yang ternyata sama dengannya

menyukai sesama jenis yang penampilannya sama dengan subjek yaitu tomboy.

Setiap seminggu sekali subjek ikut pengajian setelah ikut pengajian tersebut ayahnya

bertanya apa ada perubahan dan subjek menjawab iya ada perubahan tetapi

jawabannya itu hanya untuk menyenangkan ayahnya saja. Setiap ingin mencoba

berubah subjek berpikir semakin enjoy,semakin subjek merubah sifat jeleknya

semakin banyak kesenangan yang subjek dapatkan dari sifat jelek yang subjek punya.

Subjek pernah berpacaran oleh seorang cowo dari kelas 1 sampai kelas 3 SMA ketika

itu subjek merasa seperti wanita seutuhnya karena subjek diperlakukan secara

romantis. Tetapi tetap untuk perasaannya subjek susah untuk menerimannya.

Beberapa kali banyak cowo yang nembak tetapi subjek tolak.Tetapi ada satu cowo

yang subjek terima untuk jadi pacarnya karena untuk menutupi rumor tentangnya

kalau subjek menyukai sesama jenis karena itu subjek mau menerimanya dan

bertahan selama 3 tahun.Selama berpacaran subjek tidak pernah pergi keluar bareng

hanya bertemu di sekolah saja.Dan hanya ke rumah ketika lebaran untuk bertemua

orang tuanya.Ketika subjek berpacaran dengan cowo itu subjek pun tetap menjalani

Page 13: Psikoterapi (asosiasi bebas)

hubungannya dengan teman dekatnya yang diketahui oleh teman-temannya jika

wanita itu adiknya.Dan setelah 3 tahun subjek dan pacarnya yang cowo putus.Setelah

putus subjek tidak merasa sedih apalagi patah hati seperti wanita pada umumya hanya

biasa-biasa saja. Setelah itu subjek berpacaran lagi yang rumahnya berdekatan dengan

subjek dan teman kerja bareng dan sampai sekarang tidak pernah ada kata putus tetapi

lost contact.

Subjek merasa susah untuk berubah karena setiap ingin berubah ada saja perempuan

yang mendekatinya. Dan itu membuat subjek merasa nyaman karena subjek merasa

perempuan itu selalu ada buatnya. Sehingga subjek merasa enjoy dengan posisinya

yang menyukai sesama jenis. Tetapi setelah tidak ada perempuan yang dekat

dengannya subjek merasa ingin berubah untuk berani menjalani hubungan dengan

lawan jenis.Subjek memang suka dengan lawan jenis tetapi tidak ingin memilikinya

karena tidak bisa bahkan tidak pernah terlintas untuk berpacaran dengan lawan jenis.

Keluarga besar subjek sudah mengetahui sifatnya ini sejak subjek tingkat SMP karena

subjek juga tidak bisa untuk menutupinya terus menerus dari orangtuanya. Orangtua

subjek suka bertanya mau sampai kapan subjek akan terus menerus seperti ini dan

subjek pun tidak bisa menjawabnya. Biasanya setelah ditanya seperti itu subjek suka

merenungkannya selama seminggu bahwa yang subjek lakukan itu salah dan ingin

berubah tetapi setelah itu subjek kembali lagi tidak memikirkannya dan kembali

menjalin hubungan sesama jenis.Untuk masalah ini subjek jika ditanya ingi berubah

subjek pun sangat ingin berubah. Ketika temannya bertanya akan menikah dengan

perempuan atau laki-laki subjek pun langsung menjawabnya kalau subjek pasti

menikah dengan seorang laki-laki. Subjek berpatokan pada perkataan ayahnya selagi

muda rasain aja apa yang menjadi kesenangan diri subjek, nanti jika sudah merasa

puas barulah berubah dan jangan dipaksakan jika tidak ingin berubah karena percuma

jika dipaksakan tidak akan berubah. Kalau udah niat berubah barulah berubah. Disatu

sisi subjek berpikir akan berubah karena tidak ingin mengecewakan orangtuanya

tetapi perubahannya itu tidak untuk sekarang-sekarang ini.

Subjek tidak masalah jika ada temannya yang menjauhinya karena mengetahui kalau

subjek itu menyukai sesama jenis.

Orangtua subjek susah untuk mengerti keadaan subjek walaupun pada saat ini sudah

mulai banyak yang menyukai sesama jenis. Ibu subjek tidak menyukai jika rambutnya

Page 14: Psikoterapi (asosiasi bebas)

pendek.Sedikit saja subjek memotong rambutnya ibunya pasti memarahinya sekalipun

rambutnya hanya ditipisin.

Tadinya subjek merasa biasa saja dengan sifatnya itu tetapi setelah semakin banyak

yang sejalan dengannya sekarang ini membuat subjek merasa risih karena subjek

takut kalau teman yang mempunyai sifat sama dengannya itu akan memberitahu ke

orang-orang siapa subjek sebenarnya. Karakter orang yang homo sudah di judge jelek.

Dan jika subjek melihat ada 2 orang yag homo memperlihatkan secara frontal subjek

merasa kesal dan ingin marah. Tetapi subjek pun tidak bisa merasa marah karena

semua orang mempunyai kehidupannya masing-masing.

Subjek merasa nyaman dengan sifatnya ini walaupun terkadang subjek merasa bosan

dengan keadaannya.Subjek pun merasa lebih nyaman dengan seorang perempuan

daripada seorang laki-laki. Karena banyak temannya yang cerita tentang cowonya

yang sudah menyakiti walaupun pacaran dengan sesama jenis ataupun lawan jenis

akan tetap sama-sama merasakan sakit hati. Banyak label dalam hal lesbi ada buci

atau andro.

Pandangan subjek tentang laki-laki adalah jika memang laki-laki itu baik maka

ayahnya yang notaben adalah kaki-laki tidak akan meninggalkan ibunya ketika subjek

baru saja dilahirkan. Dan itu menjadi patokan subjek kenapa ayahnya meninggalkan

ibunya. Karena subjek suka perempuan dan subjek paling sayang dengan ibunya,

tetapi ibunya malah disakitin sama ayahnya sendiri. Semenjak itu subjek berpatokan

tidak pernah suka dengan seorang laki-laki. Subjek berpikir memang tidak mungkin

semua laki-laki sama tetapi hampir semua laki-laki seperti itu. Subjek juga berpikir

yang jelek saja bisa menduakan pacarnya apalagi yang cakep. Dan subjek berpikir

tidak akan menemukan seorang laki-laki yang hanya menyukai satu perempuan saja.

Subjek sadar tidak ada manusia yang sempurna tetapi menurut subjek susah sekali

untuk mendapatkan laki-laki yang benar-benar baik tidak akan menyakitinya dan

hanya satu perempuan yang dia suka. Menurut subjek sekarang ini laki-laki

kekurangan perempuan karena sudah banyak perempuan yang lesbi.Bahkan ada laki-

laki yang berpura-pura untuk menjadi perempuan buci.Untuk sekarang jika melihat

laki-laki tidak ada yang subjek suka.Subjek berpositif thinking mungkin untuk

sekarang ini memang belum mendapatkan jodoh. Jika ada seorang laki-laki yang

berniat baik dan sesuai dengan yang subjek inginkan dan subjek merasa nyaman pasti

Page 15: Psikoterapi (asosiasi bebas)

subjek akan mencoba menjalaninya dan jika memang meyakinkan subjek akan

menerimanya dan berpikir memang itu jodohnya. Kalau tidak subjek akan

melepaskannya tidak dipikirkan kembali.

Untuk masalah disakiti oleh pasangan subjek berpikir tidak hanya yang normal yang

homo pun seperti itu akan sama-sama merasa disakiti. Bahkan pernah ketika subjek

mempunyai pacar yang sesama jenis ada perempuan yng ingin menjadi pacarnya

padahal dia tahu kalau subjek sudah mempunyai pacar.Bahkan dia ingin jadi pacar

keduanya. Walaupun subjek menyadari jika dalam keadaan yang normal atau homo

sama-sama akan tersakiti subjek tetap ada di keadaan homo karena pada awalnya

subjek berada di keadaan yang salah.

Sejak subjek TK subjek mengetahui kalau subjek tinggal dengan ayah tiri dan ayah

kandungnya pun suka menjenguknya.

History

Subjek diberitahu oleh tantenya ketika ibu subjek baru saja melahirkan subjek ayah

kandungnya ke rumah sakit membawa surat cerai ke ibunya. dan akhirnya ibunya

bekerja subjek pun dititipin ke tantenya dan tinggal lah bersama tantenya. Tetapi

disitu subjek mendapatkan penolakan dari kakeknya karena subjek anak dari ayah

kandungnya. Kakeknya sama sekali tidak mau melihat subjek dan subjek pun tidak

ingin melihat kakeknya. Dari kecil ayah kandungnya tidak pernah memberi uang

untuk membeli susu bahkan sepersen pun tidak pernah member.

Sejak kecil tantenya yang berusaha untuk agar subjek diterima oleh kakeknya itu.Dan

pada akhirnya kakeknya pun menerima subjek.Tetapi subjek memang lebih dekat

dengan nenenknya dibandingkan kakeknya.dari kecil diasuh oleh ibu dan tantenya

yang beragama keristen jadi subjek beragama keristen walapun ayah kandungnya

islam. Subjek suka memberi lihat nilai-nilai agama keristen ke ayah kandungnya.

Karena subjek pernah tinggal dengan ayahnya jadi subjek belajar agama islam

dirumah maupun disekolah. Tetapi subjek tidak masuk secara syah menjadi orang

islam.

Ketika liburan subjek tinggal dengan ayahnya dan ibu subjek suka merasa sedih jika

subjek tinggal dengan ayah kandungnya. Pernikahan beda agama yang dijalani oleh

orangtua subjek tidak terlalu dipusingkan oleh keluarga ibunya. hubungan terakhir

Page 16: Psikoterapi (asosiasi bebas)

subjek dengan ayahnya tidak baik karena subjek merasa tidak nyaman dengan

ayahnya dan istrinya. Apalagi subjek pernah di fitnah oleh ibu tirinya.Setelah itu

subjek pindah tinggal lagi dengan ibu kandungnya sampai sekarang.Dan tidak pernah

bertemu lagi dengan ayah kandungnya setelah lebaran. Komunikasi dengan ayahnya

hanya lewat HP. Ayahnya tidak berusaha untuk menghubunginya karena ayahnya

tahu kalau subjek tinggal dengan ibunya dan tidak akan kemana-mana. Karena ayah

dan ibu kandungnya sama-sama tidak mengizinkan subjek untuk nginep dirumah

temannya.Jika subjek main keluar rumah dan belum pulang-pulang ibunya berpikir

jika subjek ada di rumah ayah kandungnya padahal subjek sedang bersama

temannya.Subjek lebih memilih bersama teman dibandingkan dengan ayahnya karena

pernah difitnah oleh ibu tirinya.

Pertama kali tahu ayahnya sudah menyakiti ibunya ketika sedang di tingkat SMP.

Kedekatan subjek dengan ayah kandung dan ayah tiri sama saja karena buat subjek

ayah kandungnya maupun ayah tirinya itu adalah orang lain. Tetapi kalau siapa ayah

kandungnya subjek merasa ayah kandungnya itu ayah tirinya.Subjek sadar jika subjek

dosa tidak mengakui ayah kandungnya tetapi memang subjek tidak bisa menganggap

ayah kandungnya itu karena subjek merasa dari kecil ayah kandungnya tidak pernah

ada tetapi yang ada ayah tirinya. Dan karena sosok ayah yang subjek pandang di

dalam rumah ayah tirinya yang selalu ada dari susah sampai senang dan selalu

merawatnya. Sedangkan ayah kandungnya tidak pernah ada bahkan tidak tahu

dimana.Saat ini subjek menganggap ayah kandung subjek yaitu ayah tirinya dan ayah

kandungnya itu tidak pernah ada.Ketika kecil subjek merasa senang-senang saja

karena subjek belum memahami masalah yang ada.

Hubungan ayah tiri subjek dan ayah kandungnya tidak baik.Ibu subjek pun tidak di

izinkan untuk berkomunikasi sekalipun lewat media.Jika ada urusan dengan ayah

kandungnya maka yang menghubungi tantenya.Ketika bertanya ke ayah kandung

subjek tentang subjek pun ibu kandungnya bertanya lewat perantara tantenya subjek.

Ada temannya yang berbicara ke subjek agar subjek mau mendatangi ayah

kandungnya sebelum subjek terlambat karena tidak ada yang tahu umur manusia

kapan supaya subjek tidak merasa menyesal nantinnya.Tetapi karena kondisi subjek

yang tidak dibolehkan bertemu dengan ayah kandungnya untuk menginap saja tidak

boleh apalagi untuk mendatangi ayahnya.Karena sesuai dengan keputusan agama,

Page 17: Psikoterapi (asosiasi bebas)

ibunya tidak mengizinkan ayah kandungnya menemui subjek.Ketika ayah

kandungnya ingin mengajak berkemah pun tidak diizinkan oleh ibunya. Ibu subjek

berpikir kalau subjek akan diajak untuk menjadi mualaf karena ayah kandungnya

mengundang seorang ustad datang ke perkemahan. Dan ibunya juga berpikir kalau

subjek tinggal dengan ayah kandungnya maka subjek akan masuk islam dan memang

ayah kandungnya berharap kalau subjek bisa satu agama yaitu islam.

Subjek pernah diusir oleh ibunya pada tingkat SMP karena ibunya mengetahui kalau

subjek menyukai sesama jenis.Ketika diusir subjek tidak pernah tinggal bersama ayah

kandungnya tetapi dengan ayahnya tetapi rumah teman subjek satu daerah dengan

rumah ayah kandungnya.Setelah subjek diusir ibu subjek berpikir kalau subjek pasti

ke rumah ayah kandungnya karena berpikir karena pertama kalinya subjek diusir tidak

berani pergi kemana-mana pasti ada di rumah ayah kandungnya padahal tidak.

Ayah tiri subjek tidak suka kalau ibu kandung subjek menghubungi ayah kandung

subjek karena menurut ayah tirinya kalau ibunya sudah tidak lagi menjadi istri dari

ayah kandung subjek dan sudah menjadi istri ayah tirinya. Waktu subjek tingkat SMP

ibu kandung dan ayah tirinya suka berantem karena tidak suka dengan sikap

subjek.Hingga orangtuanya lelah untuk memberitahu subjek untuk berhenti menjadi

lesbian.

Subjek ketahuan oleh ibunya ketika ada teman perempuannya yang datang hanya

berdua saja dengan subjek dan pintu pagar dan pintu rumahnya dikunci.Sehingga ibu

subjek curiga dan berpikir macem-macem jadi dari situ baru subjek jujur dengan

keadaannya yang lesbian.

Menurut subjek orangtuanya egois karena subjek diminta untuk melanjutkan usaha

orangtuanya padahal subjek tidak menyukai usaha orangtuanya. Sekalipun subjek

harus bekerja subjek akan mencari pekerjaan yang lain dibandingkan harus

meneruskan usaha orangtuanya. Dan menurutnya juga susah untuk memahami

orantuanya hanya subjek yang bisa memahami pemikiran dari orangtuanya.

Subjekpun menceritakan ke temannya tentang orangtuanya dan temannyapun

menjawab sesuai dengan pemikiran subjek memang susah untuk memahami

orangtuanya.

Page 18: Psikoterapi (asosiasi bebas)

Menurut subjek ayah kandungnya sayang pada dia apalagi subjek anak perempuan

satu-satunya.Subjek sempat ditolak keberadaannya oleh kakeknya ketika masih bayi

jika dibilang sayang subjek memang menyanyanginya tapi lebih menyanyangi

neneknya karena lebih dekat.

Kesimpulan cerita :

Subjek merupakan anak dengan orangtua yang berbeda agama, ibundanya seorang

yang beragaman kristen, dan ayahnya beragaman islam. Subjek tidak pernah

menanyakan mengenai masa lalu orang tuanya, suatu ketika subjek pernah

mengungkit mengenai hal sensitif ini, tapi sang ibu menolak untuk menceritakannya,

sejak saat itu subjek tidak pernah bertanya lagi. Subjek memiliki pengalaman kurang

menyenangkan dengan ayahnya. Saat subjek masih kecil, ayahnya menceraikan

ibunya. Sang ayah pun diketahui memiliki 3 orang istri, ibu subjek adalah istri

pertamanya, saat bercerai ayah subjek membawa serta istri ke 2 nya. Seakan-akan

subjek merasakan apa yang dirasakan ibunya, subjek pun marah dengan sikap

ayahnya. Ibu subjek kemudian menikah lagi, dan masih menjalani biduk rumah

tangganya hingga saat ini. Sejak kecil subjek dirawat oleh ayah tirinya, yang

kemudian diaku subjek sebagai ayah kandungnya. Subjek mengatakan kepada kami,

jika ayah kandungnya dianggap telah tiada. Saat masih kecil, ayah kandung subjek

sering datang berkunjung, saat usia sebelum TK, subjek sudah mengetahui bahwa

laki-laki yang sering datang adalah ayah kandungnya. Ayah kandung subjek sering

datang bersama istri barunya, mereka juga suka mengajak subjek berjalan-jalan.

Saat memasuki remaja, subjek mulai mengetahui semua cerita masa lalunya dari sang

tante, subjek pun mulai memahami kondisinya. Subjek sempat tinggal bersama

ayahnya selama beberapa tahun, tapi kemudian kembali kepada ibunya. Meski segala

fasilitas terpenuhi, subjek merasa semuanya tidak cukup, saat itu subjek tinggal

dengan istri-istri ayahnya, dan anak dari istri-istri ayahnya yang lain, meski

diperlakukan dengan baik, tapi subjek merasa tidak nyaman tinggal disana.

Dalam situasi seperti ini diusia yang labil, akhirnya subjek memilih untuk berpacaran

dengan sesama jenis. Meski ketertarikannya dengan perempuan mulai terlihat sejak

subjek duduk dibangku sd. Hingga kini subjek masih menyukai sesama jenis, dan

memiliki pasangan.

Page 19: Psikoterapi (asosiasi bebas)

Subjek juga pernah mendapatkan penolakan dari kakeknya, saat subjek lahir,

kakeknya menolak kehadiran subjek, entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi lambat

laun sang kakek pun dapat menerima kehadiran subjek, meski subjek mengaku lebih

dekat dengan neneknya.

Subjek kini tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, dengan 2 orang adik hasil

pernikahan sang ibu dan ayah tirinya.

Analisis masalah :

Meskipun belum menjadi seorang ahli, kami berusaha untuk menganalisis

permasalahan yang ada. Kini subjek memiliki persoalan dengan ketertarikan terhadap

sesama jenis, hal ini tentunya dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya saja

faktor hormon, lingkungan pergaulan, juga pengalaman yang menimbulkan traumatik.

Dalam kasus ini, kami tidak dapat mengintervensi terlalu jauh berkaitan dengan faktor

hormon atau kondisi faali dari subjek. Lingkungan pergaulan subjek juga tentunya

mempengaruhi kondisi subjek saat ini, akan tetapi lingkungan pergaulan tentunya

berkembang seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengenal subjek sebagai

sosok lesbian. Ada penyebab mendasar yang kami lihat, yakni pengalaman kurang

menyenangkan yang dialami subjek dengan beberapa sosok laki-laki yang semestinya

dekat dengan dirinya. Entah disadari atau tidak, kondisi ini tentunya mempengaruhi

cara berpikir subjek mengenai laki-laki. Subjek juga mengaku banyak mendengar

cerita dari teman-temannya, jika laki-laki sering kali menyakiti perempuan. Hal ini

tentunya semakin memperngaruhi cara pandang subjek terhadap laki-laki, meski ia

juga mengaku sering kali sakit hati dalam menjalani hubungan dengan sesama

jenisnya. Namun subjek lebih hingga saat ini lebih memilih menjalani hubungan yang

demikian. Kesimpulannya, kehidupan masa lalu subjek memberikan trauma tersendiri

bagi subjek.

Kemudian kami mencoba untuk menjelaskan kondisi trauma yang mungkin

dialaminya, yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu cikal bakal penyebab

kondisinya saat ini. Bukan hal yang mudah untuk membuat klien mengerti dan

menerima hal-hal yang sebelumnya diingkarinya.

Page 20: Psikoterapi (asosiasi bebas)

Pada tahap selanjutnya, kami membuat subjek berada dikondisi yang lebih rileks lagi,

dan subjek lebih memilih untuk berbaring dengan posisi tidur terngkurap.

Kami mencoba untuk membuat subjek menyadari perilaku yang tidak semestinya,

memotivasi subjek untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Meski tidak

dapat dilakukan secara instan, tapi info terbaru yang kami dapat, subjek kini mulai

mengatur intensitas pertemuan dengan pasangannya, mulai mengurangi komunikasi

dan dengan kesadaran serta tekad yang kuat, subjek mengaku ingin berubah.

Evaluasi kegiatan

Sejauh ini kami lebih banyak belajar teori ketimbang praktek, dan penerapan ilmu

secara langsung dengan dihadapkan pada suatu permasalahan, membuat kami

memahami jika untuk melakukan proses terapi tidak semudah yang kami bayangkan.

Perlu ada pendekatan yang baik (rapport), hingga akhirnya klien merasa nyaman

untuk bercerita, perlu kesabaran yang besar untuk menghadapi pengingkaran dari

klien, dan yang pasti perlu pemahaman yang mendalam tentang suatu bidang ilmu

yang memang akan kita terapkan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan

kita.

Page 21: Psikoterapi (asosiasi bebas)

DAFTAR PUSTAKA

Koswasa, E. 2009. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : Refika Offset

http://usberstop.wordpress.com/2012/04/04/800/

http://sindikatpsikologjahat.wordpress.com/tag/asosiasi-bebas/

http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik/

http://eka.web.id/pengertian-psikoanalisis-psiko-analisa.html

indryawati.staff.gunadarma.ac.id/.../TERAPI+PSIKOANALISIS.doc