materi pengaruh psikoterapi spiritual

116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS saat ini merupakan prioritas masalah kesehatan masyarakat didunia dan perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini disebabkan oleh penyebarannya yang cepat, dan sampai sekarang belum ditemukan pengobatan yang memuaskan. Penyakit ini dapat mengenai siapa saja mulai dari bayi sampai orang tua, pria atau wanita, kulit hitam maupun kulit putih. Penularan penyakit ini dapat melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian diantara para pengguna narkoba. Selain itu ia juga dapat ditularkan dari ibu yang menderita penyakit tersebut kepada janin yang dikandungnya. Penyakit yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyebabkan menurunnya tingkat kekebalan tubuh. Menurunnya tingkat kekebalan tubuh akan memudahkan masuknya kuman-kuman lain kedalam tubuh baik yang .patogen maupun yang non-patogen. Infeksi-infeksi

Upload: dhilaalkatiri

Post on 29-Nov-2015

173 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

qwerty

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

HIV/AIDS saat ini merupakan prioritas masalah kesehatan masyarakat

didunia dan perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini disebabkan

oleh penyebarannya yang cepat, dan sampai sekarang belum ditemukan

pengobatan yang memuaskan. Penyakit ini dapat mengenai siapa saja mulai

dari bayi sampai orang tua, pria atau wanita, kulit hitam maupun kulit putih.

Penularan penyakit ini dapat melalui hubungan seksual, penggunaan jarum

suntik secara bergantian diantara para pengguna narkoba. Selain itu ia juga

dapat ditularkan dari ibu yang menderita penyakit tersebut kepada janin yang

dikandungnya.

Penyakit yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

menyebabkan menurunnya tingkat kekebalan tubuh. Menurunnya tingkat

kekebalan tubuh akan memudahkan masuknya kuman-kuman lain kedalam

tubuh baik yang .patogen maupun yang non-patogen. Infeksi-infeksi lain yang

ditimbulkannya dikenal sebagai .”opportunistic - infection”.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1981. dari analisis

spesimen yang didapatkan pada orang yang meninggal sebelum tahun tersebut

(Kaplan HI, 2000) . Di Amerika kasus pertama terjadi pada musim panas tahun

1981. Pada saat itu mulai dilaporkan adanya Pneumonia Pneumocystic Carinii

dan Sarcoma Kaposi pada seorang pria muda homoseksual dengan penurunan

kekebalan (Adler MW, 1996). Meskipun demikian sebenarnya gambaran

serupa dengan gangguan ini telah ada sejak tahun 1959 (Kaplan HI, 2000). Hal

Page 2: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

2

ini didukung adanya bukti peningkatan penyakit – penyakit yang berhubungan

dengan HIV dan AIDS, khususnya di Afrika dan Amerika, namun pada saat itu

belum dikenal. Menurut Centre for Desease Control and Prevention (CDC)

pada tahun 2001 diperkirakan 500.000 sampai 600,000 orang Amerika akan

terinfeksi virus HIV dan 320,000 lainnya dengan AIDS. Infeksi virus ini

memcapai puncaknya 150.000 pada pertengahan tahun 80 an dan berkurang

sampai 40.000 pada awal tahun 90 an dengan penggunaan Highly Active

Antiretroviral Therapy (HAART) (Kaplan HI, 2000). WHO memperkirakan

diseluruh dunia terdapat 2,5 juta orang dewasa dan 1 juta anak-anak menderita

AIDS, dan 30 juta telah terinfeksi HIV (Kaplan HI, 2000). Data statistik oleh

Mark Cichocki (http; \\ aids.about.com) di Amerika ada 1,2 juta orang yang

hidup dengan HIV dan 400.000 orang diantaranya didiagnosis AIDS. Jumlah

yang meninggal kira-kira sekitar 17.000 menurut data yang diambil pada tahun

2005. Kurang dari 40 kasus HIV/AIDS terjadi pada anak-anak dibawah 13

tahun pada tahun 2006. Jumlah kasus baru relatif stabil sekitar 40.000

pertahun. (http; \\ aids.about.com)

Di Indonesia.kasus ini baru dilaporkan pada tahun 1987. saat itu

ditemukan 4 kasus HIV dan 2 kasus AIDS. Dari tahun ke tahun kasus-kasus

HIV / AIDS cendrung meningkat. Dari data Statistik Kasus HIV/AIDS di

Indonesia secara kumulatif yang dilapor dari 1 April 1987 s/d 31 Desember

2011 yang bersumber dari Ditjen PP & PL (Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Kemenkes RI secara kumulatif kasus

HIV adalah 76879 orang dan AIDS adalah 29879 orang serta jumlah yang

meninggal (angka kematian) sejumlah 5430 orang. Di RS. Wahidin sejak tahun

Page 3: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

3

2004 sampai juni 2007 telah dirawat inap 309 orang yang terdiri dari 283

pasien laki-laki dan 26 pasien perempuan.

Menurut Pusat Pengawasan Penyakit Menular di Amerika Serikat, AIDS

adalah penyakit tanpa penyebab yang jelas, diduga merupakan defek pada

system imunitas yang diatur oleh tubuh yang menurunkan resistensi terhadap

penyakit tersebut. Namun karena pada pemeriksaan ditemukan adanya Human

Immunodeficiency Virus (HIV), maka virus tersebut dianggap penyebabnya.

Virus ini ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi, khususnya semen dan

darah. (Barlett JG, 2007 )

Saat ini telah ditemukan dua macam virus HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Di

Negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) virus yang bertanggung

jawab adalah virus HIV-1. Test standar menilai prognosis progresi dari AIDS

adalah ditentukan dengan pengukuran peningkatan muatan virus atau “viral

load” dan penurunan hitung sel CD4. Bagi daerah dengan keterbatasan

pemeriksaan hitung sel CD4+ dapat digantikan dengan hitung total sel limfosit

atau total lymphocyte count (TLC) (Barlett JG, 2007, Kaplan HI, 1998).

Mereka yang termasuk kelompok beresiko tinggi meliputi : (1) pria

homoseksual. (2) pengguna zat adiktif intravena. (3) penerima transfusi darah.

(4) pasangan seksual dari orang-orang yang berisiko tinggi menderita

HIV/AIDS. (5) orang dengan luka terbuka yang kontak dengan darah HIV.

(petugas laboratorium, laundry). Diduga 2/3 penderita AIDS mempunyai gejala

neuropsikiatrik yang terkait sebagai gejala penampilan pertama (Menko Kesra

No. 2/Per/Menko/Kesra/ 2007).

Selain berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dengan adanya

infeksi oportunistik, virus HIV ini juga memberikan dampak pada kesehatan

Page 4: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

4

mental. Infeksi HIV merupakan stresor psikologik (Nasronudin, 2007), yang

bermakna dan dapat menyebabkan depresi. Begitu pula sebaliknya depresi

juga mempengaruhi perkembangan progresivitas dari HIV menjadi AIDS

sebagaimana dilaporkan oleh Leserman dkk (Leserman J., Petitto J.M., Perkins

D.O., et al 2000).

Episode depresi mungkin dipicu oleh stres, peristiwa-peristiwa kesulitan

hidup, efek samping pengobatan ARV, atau pengaruh dari virus HIV terhadap

otak. Apapun penyebabnya, depresi dapat membatasi ketersediaan energi

yang dibutuhkan untuk memusatkan diri dalam mempertahankan kesehatan

tubuh. Sedangkan pengaruh depresi terhadap perkembangan progresivitas dari

HIV terjadi sebagai akibat kurangnya asupan gizi, pengobatan dengan anti

depresi dan akibat pengaruh hormonal. Depresi yang dialami oleh mereka yang

positif HIV seringkali membawa mereka terlibat dalam aktivitas – aktivitas

keagamaan / spiritualitas (Hackl, et al. 1997).

World Health Organization (WHO,1984), telah menetapkan spiritual /

agama sebagai salah satu unsur dari empat unsur kesehatan (Biologik,

Psikologik, Sosial dan Spiritual). Pendekatan atau paradigma baru tersebut

diadopsi oleh American Psychiatric Association (APA, 1992), World Psychiatric

Association (WPA, 1993) yang dikenal sebagai pendekatan "bio-psycho-social-

spiritual (BPSS)" (Hawari D, 2010).

Spritualitas ini digunakan individu untuk menghadapi penyakit, distres

psikologik dan emosional serta menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak

menentu (Simoni, Martone & Kerwin, 2002). Menurut Hawari, D (2002) terapi

psikoreligius atau psikospiritual akan membangkitkan rasa percaya diri (self-

confident) dan rasa optimisme. Dua hal ini (rasa percaya diri dan rasa

Page 5: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

5

optimisme) penting bagi penyembuhan dari penyakit disamping terapi obat-

obatan dan tindakan medis lainnya (Hawari, D., 2002).

Penggunan psikoterapi spiritual tidak berarti mengabaikankan terapi

medik sesuai dengan batasan WHO (1984), APA (1992), WPA (1994) yang

menyatakan definisi sehat meliputi kesehatan biologik (fisik), psikologik, sosial

dan spiritual (BPSS). Dari hasil penelitian di bidang ini yang dllakukan oleh

Snyderman (1996), dihasilkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa

"Terapi medik saja tanpa disertai doa dan dzikir, tidak lengkap; sebaliknya doa

dan dzikir saja tanpa terapi medik, tidak efektif". Demikian pula pendapat

Christy (1996) yang menyatakan bahwa "doa dan dzikir juga sebagai obat

(prayer as medicine)" (Hawari, D. 2010).

Pada Konferensi AIDS Singapura IV 27-28 November 2004 di Suntec

City diorganisir oleh Action For AIDS (AFA) bekerja sama dengan Palang

Merah Singapura dan Tan Tock Seng Hospital. Ketua AFA Roy Chan dalam

sambutannya menggaris bawahi pentingnya spiritualitas dalam memerangi

AIDS. "Spiritualitas bisa menjadi suatu kekuatan terpenting dalam membantu

orang-orang yang terinfeksi HIV menghadapi penyakit itu secara positif. Bagi

kelompok-kelompok yang tidak terinfeksi tetapi rentan, ajaran dan praktek

spiritualitas bisa menjadi alat ampuh untuk mencegah infeksi HIV," katanya

kepada sekitar 400 dokter, perawat, dan relawan. (http://www.mirifica.net)

Dari hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan Lindenthal (1970) dan Star

(1971) menunjukkan bahwa mereka yang religius (beribadah, berdoa dan

berzikir) resiko untuk mengalami stres, cemas dan depresi jauh lebih sedikit

dari mereka yang tidak religius (Hawari,2002). Harold G. Koenig pada

penelitian pertama terhadap 87 penderita depresi menyatakan bahwa mereka

Page 6: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

6

yang – beragama lebih cepat sembuh dari yang tidak beragama (Harold

G.Koenig.MD). Pada penelitiannya yang kedua terhadap 1700 orang lansia

menunjukkan faktor imunitas dari orang-orang yang taat beribadah secara

bermakna yang lebih baik. Sedangkan Herbert Benson dalam penelitiannya

tentang respons meditasi dalam mengurangi stres menemukan bahwa mereka

yang taat dalam menjalankan agamanya memiliki kesehatan yang lebih baik.

Suatu penelitian yang telah dilakukan selama 10 tahun dan telah dimuat dalam

American Journal of Psychiatry dan Archives of General Psychiatry,

menunjukkan bahwa 72% responden menyatakan terdapat hubungan positif

antara komitmen agama dan kesehatan jiwa; 16% menyatakan tidak ada

hubungan, 12% menyatakan hubungannya tidak bermakna. Suatu studi

banding yang dilakukan oleh Fitchett et, al, antara pasien psikiatri dan pasien

umum yang dirawap inap mengenai kebutuhan spiritualnya, diperoleh data 80%

pasien psikiatri dan 86% pasien umum menyatakan diri mereka religius. Ketika

ditanyakan sejauh mana keimanannya pada agama itu memberikan kekuatan

spiritual terhadap penyembuhan penyakitnya, 68% pasien psikiatri dan 72%

pasien umum menyatakan positif bermakna..sementara itu hanya 10% pasien

psikiatri dan 2% pasien umum menyatakan tidak bermakna (Hawari D, 2002).

Terkait dengan pasien HIV/AIDS, Woods (1999) dari Universitas of

Miami menemukan bahwa pasien HIV-positif yang aktif menjalankan ibadah

keagamaan menunjukkan jumlah CD4+ dan persentase CD4+ (T-helper

inducer cells) meningkat, yang berarti fungsi sistem kekebalan tubuh berjalan

baik. Ironson (2000) melakukan penelitian mengenai pengaruh keagamaan /

spiritualitas terhadap kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS. Dia membagi

penderita menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 71 orang dan

Page 7: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

7

kelompok kedua terdiri dari 121 orang. Kedua kelompok tersebut mempunyai

jumlah T-sel yang sama (jumlah sel darah putih yang berperan bagi kekebalan

tubuh). Kelompok pertama mempunyai riwayat kehidupannya banyak

menjalankan kegiatan keagamaan, sedangkan kelompok kedua tidak. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa usia kelompok pertama lebih panjang dari

kelompok kedua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama berperan penting

dalam memperpanjang usia seseorang yang menderita HIV/AIDS.

Hal ini menarik saya untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh

psikoterapi spiritual pada pasien HIV/AIDS dengan metode relaksasi – sugesti

yang dikembangkan oleh Herbert Benson.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian (pada latar belakang masalah) diatas dapat dirumuskam

pemasalahannya sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh psikoterapi spiritual terhadap penurunan derajat

depresi?

2. Apakah psikoterapi spiritual mempengaruhi peningkatan kadar CD4

pasien HIV.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Menilai pengaruh psikoterapi spiritual terhadap penurunan skor depresi

dan peningkatan kadar CD4 pasien HIV / AIDS.

Page 8: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

8

2. Tujuan Khusus :

a. Menilai besarnya perbedaan penurunan skor depresi pada kelompok

yang menerima pskoterapi spiritual dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

b. Menilai besarnya perbedaan peningkatan kadar CD4 pada kelompok

pasien yang menerima psikoterapi spiritual dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan :

a. Menambah kasanah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh

psikoterapi spiritual terhadap pada pasien HIV.

a. Mengetahui adanya kaitan antara ilmu pengetahuan dan Agama /

Spiritual

2. Pemanfaatan Medik

a. Terapi ini dapat digunakan sebagai terapi pelengkap bagi pasien HIV

b. Mengurangi keputusasaan pasien dalam pengobatan terhadap

penyakitnya.

c. Meningkatkan keyakinan pasien akan kekuasaan Tuhan Sang Yang

Maha Penyembuh.

Page 9: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. HIV /AIDS

1.1. Definisi :

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang

menyebabkan suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan fungsi sistem

kekebalan. Sindromnya disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency

Syndrome). Virus ini menyerang sel CD4 (sel T yang pada permukaannya

mengandung CD4 yang merupakan reseptor untuk peptida dan makromolekul

dan mikroba termasuk virus HIV. Biasanya disebut sebagai Sel T-helper (Th)

karena mengeluarkan sitokin yang merangsang dan membantu Sel B

menghasilkan antibodi)

1.2. Struktur Virus HIV

Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan

kapsid. Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua

kopi utas tunggal RNA. Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus

dan melindungi genom. Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya

HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk

sferis (spherical) hingga oval karena bentuk

selubung yang menyelimuti partikel virus (virion).

Selubung virus berasal dari membran sel inang yang

sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam

selubung terdapat bagian yang disebut protein

matriks. (http://id.wikipedia.org/wiki/HIV)Gambar 1. Struktur Virus HIV

Page 10: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

10

memiliki tiga gen (gag, pol, dan env), HIV memiliki enam gen tambahan (vif,

vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus yang

berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori

berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env),

protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx

hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef). (http://id.wikipedia.org/wiki/HIV)

1.3 Siklus Hidup Virus HIV dalam Tubuh

Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis,

vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV

juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di

limponodus.

Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran

sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel. Selanjutnya, enzim

transkriptase balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa

RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia

Gambar 2. Siklus Hidup HIV

Seperti virus lain pada umumnya,

HIV hanya dapat bereplikasi dengan

memanfaatkan sel inang. Siklus

hidup HIV diawali dengan

penempelan partikel virus (virion)

dengan reseptor pada permukaan

sel inang, di antaranya adalah CD4,

CCR5, dan CXCR4. Sel-sel yang

menjadi target HIV adalah sel

dendritik, sel T, dan makrofag.

Page 11: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

11

sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia. DNA virus

yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan

cukup lama di dalam sel.[ Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang

dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu

diubah menjadi mRNA. Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan

menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV. Sebagian RNA dari

provirus yang merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA tersebut akan

dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. Pada tahap

perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong protein

panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV utuh

telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi

sel berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan

(budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari membran

permukaan sel inang.

1.4. Deteksi HIV

. Umumnya, ada tiga tipe tes deteksi HIV, yaitu : (1) tes PCR, (2) tes

antibodi HIV, dan (3) tes antigen HIV. Tes reaksi berantai polimerase (PCR)

merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat

mendeteksi keberadaan materi genetik HIV didalam tubuh manusia. Tes ini

sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat

(HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa

mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus

dapat dilakukan dengan metode real-time PCR yang merupakan metode

kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada

11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya digunakan untuk

Page 12: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

12

mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada

individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan

mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes

lainnya.

Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes

antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan

menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan

mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak tahun

2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi

antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel

dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian,

kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif

maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari

alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi

kembali dengan ELISA. Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat

digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah Western blot.

Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang

memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam

jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes

antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi

yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena

sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap

HIV terbentuk.

1.3. Diagnostik

Page 13: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

13

Diagnosa AIDS ditegakkan pada seorang pasien dengan HIV positif

dengan penurunan imunitas dan infeksi oppurtunistik (seperti : pneumonia

pneumocystic carinii) atau neoplasma (seperti : sarcoma Kaposi) sebagai

tambahan, definisi kasus pangawasan AIDS yang diperluas termasuk semua

orang yang terinfeksi oleh HIV yang mempunyai jumlah CD+4 T-limfosit kurang

dari 200/µl. atau kurang dari 14 persen CD+4 T-limfosit dari total limfosit yang

didignosis sebagai tuberculosis pulmoner, kanker servikal siinvasive, atau

pneumonia rekurentis. (Menko Kesra, 2007)

WHO memperkenalkan suatu kriteria diagnostik berdasarkan gejala

klinis yang dapat digunakan dilapangan, namun tergantung kondisi saat itu.

Sekarang ini kriteria diagnostik itu dimodifikasi dan disesuaikan dengan

serologis HIV. Seorang pengidap AIDS ditetapkan atau ditentukan dengan

adanya paling sedikit dua gejala utama yang berkaitan dengan satu gejala

minor, dan tidak adanya penyebab tertekannya system kekebalan yang telah

diketahui seperti adanya kanker atau gangguan malnutrisi yang parah atau

etiologi lainnya yang telah dikenal. (Kaplan HI, 1998. Levy D, 2004)

1.3 Stadium Klinis HIV/AIDS

Menurut WHO stadium klinis infeksi HIV dibagi dalam empat stadium,

yaitu :

1. Stadium 1, Asimtomatik dengan pembesaran kelenjar limponodi.

2. Stadium 2, Infeksi sudah sampai ke permukaan kulit

3. Stadium 3, Infeksi sudah mencapai mukosa

4. Stadium IV, Infeksi sudah mencapai organ dalam seperti paru, otak,

liver.

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO (Levy D, 2004)

Page 14: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

14

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimtomatik

2. Limfadenopati generalisata

Asimtomatik

aktivitas

normal

II 3. Berat badan menurun <10%

4. Kelainan kulit dan mukosa yasng ringan

seperti dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis,

ulkus oral yang rekuren

5. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.

6. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti :

sinusitis bacterialis

Simtomatik,

aktivitas

normal

III 7. Berat badan menurun > 10%

8. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1

bulan

9. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

10. Kandidiasis orofaringeal

11. Oral Hairy Leukoplakia

12. TB paru dalam tahun terakhir

13. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia,

piomiositis.

Pada

umumnya

lemah, aktivitas

di tempat tidur

kurang dari

50%

IV 14. HIV wasting syndrome. Seperti yang

didefinisikan oleh CDC.

15. Pneumonia Pneumocystic carinii

16. Toksoplasmosis otak

17. Diare kriptokokosis lebih dari 1 bulan

Pada

umumnya

sangat lemah,

aktivitas di

tempat tidur

Page 15: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

15

18. Kriptokokosis diluar paru

19. Retnitis virus sitomegalo

20. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan

21. Leukoencephalopati Multifokal Progresif

22. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis

23. Kandidiasis bronki, trakea dan paru, esofagus

24. Mikobakteriosis atipikal diseminata

25. Septikemia salmonellosis non tifoid

26. Tuberkulosis di luar paru

27. Limfoma

28. Sarkoma Kaposi

29. Ensefalopati HIV

lebih dari 50%

Beratnya penyakit berhubungan dengan besarnya penurunan CD4+

1.4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV perlu dilakukan secara holistik dengan

memperhatikan seluruh aspek kesehatan yang terdiri : aspek biologis, aspek

psikologis, aspek social dan aspek spiritual (WHO, 1984. Hawari, 1997.

Nasronudin, 2007).

1.4.1. Biologik

Dari aspek biologik penatalaksanaannya dengan menggunakan obat-

obatan dan zat nutrisi yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi fisik dari

penderita. Obat-obatan yang diberikan untuk menanggulangi infeksi virus HIV

dan infeksi oportunistik (OI).

Page 16: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

16

- Obat-obatan :

Untuk mengatasi infeksi HIV digunakan antiretroviral (ARV)

Untuk infeksi oportunistik diatasi sesuai dengan penyebab infeksinya

(virus, jamur, amoeba, bakteri).

Simptomatik sesuai dengan kebutuhan

- Diet sesuai kebutuhan biasanya TKTP, berbasis makronutrien

(karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (multivitamin,

multimineral, trace element) (Nasronudin, 2007).

- Istirahat dan tidur yang cukup

- Senam atau latihan fisik sesuai dengan kebutuhan

1.4.2. Psikologik.

Menurut (Nasronudin, 2007), infeksi HIV merupakan stresor bagi tubuh

manusia.

1. Stressor biologis akibat infeksi HIV itu sendiri yang akan

menggerogoti berbagai jaringan tubuh penderita.

2. Stressor psikologis akibat dinyatakan menderita infeksi HIV yang

akan menyiksanya sampai mati

3. Stressor psikososial akibat stgma dan diskriminasi yang

mengucilkannya dari masyarakat karena orang-orang takut

ketularan.

4. Stressor spiritual akibat rasa berdosa yang tak akan terampuni

sehingga harus menerima hukuman yang berat.

Akibat stres ini membuat penderita putus asa dan tidak punya harapan

yang bermanifestasi sebagai gangguan mental mulai dari yang ringan (cemas,

Page 17: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

17

depresi) sampai yang berat (psikotik, demensia). Pengobatannya sesuai

dengan manifestasi gangguannya.

1.4.3. Sosial

Dukungan social yang datang dari keluarga maupun masyarakat yang

peduli dengan HIV/AIDS akan meningkatkan rasa percaya diri dari penderita

dan mengurangi rasa frustasinya. Mereka merasa tidak ditinggalkan sendiri

menanggung penderitaannya. Mereka merasa diperhatikan dan dibantu dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Hal ini penting dalam meningkatkan

kualitas dan harapan hidup penderita.

Dukungan ini sangat menentukan perkembangan penyakitnya.

Dukungan ini akan menghindarkan paham bahwa penderita HIV tidak ada

harapan hidup, dan menghilangkan stigma maupun diskriminasi yang

berkembang di masyarakat.

1.4.4. Spiritual

Penderita HIV/AIDS selain mengalami stress biologi, psikologik dan

sosial, mereka juga stress spiritual (Buck, 2004). Mereka meyakini diri mereka

mengalami hukum dan tak mungkin diampuni, untuk itu kita perlu

mengembalikan keyakinan akan sifat-sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan

Maha Pengampun dengan menunjukkan bukti-bukti yang ada disekelilingnya

dan Tuhan senantiasa mendengar doa-doa mereka meskipun harus melalui

banyak ujian. Survei mendukung kesehatan spiritual ini berhubungan dengan

rendahnya derajat depresi, rendahnya ide-ide bunuh diri, ketiadaan harapan,

dan meningkatnya dukungan social.

Page 18: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

18

2. Depresi

Gangguan ini telah dikenal di masyarakat umum sejak zamam purbakala

(Kaplan, 1997) dan merupakan salah satu penyebab penyakit global. World

Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 depresi

akan naik dari urutan ke-4 menjadi urutan ke-2 di bawah penyakit jantung

iskemik sebagai penyebab disabilitas. Depresi juga mempengaruhi morbiditas

dan mortalitas sejumlah penyakit somatik (Manning, 2003; Jain, 2004).

Depresi dapat terjadi pada semua umur, dapat muncul dalam berbagai

tingkat keparahan, bahkan ada yang disertai gambaran psikotik, atau

berkomorbiditas baik dengan gangguan psikiatrik maupun gangguan fisik lain.

Kadang terdapat suatu predisposisi yang memfasilitasi perkembangannya,

tetapi juga kadang berkembang secara progresif (Amir, 2003). Karena

kompleksnya gangguan depresi dan tingginya angka komorbiditas dengan

penyakit medis umum, menyebabkan gangguan ini banyak yang tidak

terdiagnosis sebagaimana mestinya sehingga pasien tidak mendapatkan

pengobatan secara adekuat bahkan dapat mengarah pada pemeriksaan

berulang atau pengobatan yang sebenarnya tidak perlu (Amir, 2003;

Syamsulhadi, 2004).

Sampai saat ini masih diyakini bahwa gangguan depresi merupakan

hasil interaksi antara faktor psikogenik, faktor sosiogenik dan faktor biogenik.

Dikatakan bahwa suatu faktor dapat saling mempengaruhi dengan faktor

lainnya, sebagai contoh, faktor psikogenik dapat mempengaruhi faktor

biogenik, ataupun sosiogenik demikian pula sebaliknya. Faktor biogenik juga

dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap stresor psikososial, dan

seterusnya (Amir, 2003; Sadock & Sadock, 2003).

Page 19: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

19

2.1. Definisi :

Depresi adalah suasana hati (afek) yang sedih atau kelihangan minat

atau kesenangan dalam semua aktifitas selama sekurang-kurangnya dua

minggu yang disertai dengan berapa gejala yang berhubungan,seperti

kehilangan berat badan dan kesulitan berkonsentrasi (DepKes RI, 2003 ; De

Cock KM, 1996 ; Puri. B.K, 1996)

2.2. Epidemiologi

Gangguan depresi berat merupakan kelainan yang umum dengan

prevalensi semua umur sekitar 15%; depresi mengenai sekitar 20% wanita dan

12% pada laki-laki. Gangguan ini juga banyak terjadi pada orang tanpa

hubungan interpersonal yang dekat atau pada mereka yang dipisahkan,

dikucilkan oleh keluarganya atau diceraikan oleh suami / istrinya. Tidak

terdapat korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresi berat

(Silverstein, 2002; Sadock & Sadock, 2003; Amir, 2005).

Suatu survei yang dilakukan oleh Kielholz dan Polinger (1974)

menunjukkan bahwa 10% pasien yang berobat ke dokter adalah pasien depresi

dan separuhnya merupakan depresi terselubung yang gejalanya muncul

sebagai keluhan somatik. Katzestein (1998) menemukan bahwa lebih dari 70%

pasien depresi tidak terdiagnosis oleh dokter. Sartorius (1974) memperkirakan

bahwa sekitar 100 juta penduduk dunia mengalami depresi, dan Cass (1988)

menemukan bahwa 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi dalam

kehidupannya (Hawari, 2002).

Page 20: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

20

2.3. Etiologi

Etiologi dari depresi secara pasti belum diketahui hanya ada beberapa

hipotesis yang berhubungan dengan factor biologik dan psikososial.

Faktor Biologik.

1. Biogenik Amine.

Istilah biogenic amine umumnya digunakan terhadap komponen

katekolamine, norepinephrin, epinephrine, dopamine dan serotonin. Sistem

neuronal menggunakan biogenic amine relative kecil dalam sekelompok sel

yang berada dibatang otak. Biogenik amine ini dilepaskandalam ruang sinaps

sebagai neurotransmitter. Neuro transmitter yang banyak berperan pada

depresi adalah norepinephrin dan serotonin (Sadock & Sadock, 2003) Pada

penelitian post mortem didapatkan penurunan konsentrasi serotonin dalam otak

dari penderita depresi (Sadock & Sadock, 2003). Selain itu juga ditemukan

adanya penurunan aktivitas dopaminergik (Kaplan HI,,1990; Kety SS, 1975).

2. Hormonal

Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis system limbic-

hypothalamus-hypophyse-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi

kortisol . Selain itu juga ditemukan penurunan hormone yang lain seperti

Growth hormone, LH, FSH, dan testosterone (De Cock KM, 1996 ;, Puri.

B.K,1996)

3. Tidur.

Pada depresi ditemukan peningkatan dari aktivitas rapid eye movement

(REM) pada fase awal memasuki tidut dan penurunan REM pada fase latensi

(De Cock KM, 1996 ;, Puri BK, 1996)

Page 21: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

21

4. Genetik

Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang orang tua

mempunyai riwayat depresi maka 27 % dari anaknya akan menderita

gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi

maka kemungkinanya meningkat menjadi 50 – 75 %. Diduga gen dominant

yang berperan pada depresi ini terikat pada kromosom 11 (Kaplan HI,,1990,81-

95 ;. Kety SS, 1975)

5. Data biologik lain.

Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya pelebaran ventrikel.

PET scan menunjukkan penurunan metabolisme otak, pengurangan cerebro

blood flow terutama sekali pada ganglia basalis (Puri. B.K, 1996)

Faktor Psikososial (De Cock KM, 1996)

1. Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan.

Para klinikus percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan

penting dalam terjadinya depresi. Data-data yang ada menunjukkan bahwa

kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan

merupakan awal dari gangguan depresi.

2. Kepribadian premorbid

Tipe kepribadian tertentu seperti kepribadian dependen, obsesi

kompulsif dan histrionik mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi depresi

dibanding dengan kepribadian anti sosial dan paranoid.

3. Faktor psiko-analitik

Menurut Karl Abraham manifestasi penyakit depresi dicetuskan oleh

karena kehilangan objek libidinal yang berakhir dalam suatu proses regresi

dimana terjadi penurunan fungsi ego yang telah matang ketingkat oral sadistik

Page 22: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

22

dari tingkat perkembangan libidinal akibat trauma infantil yang menyebabkan

proses fiksasi pada anak usia dini. Sedangkan menurut Freud, introjeksi

ambivalen terhadap kehilangan objek dalam ego membawa kepada suatu

depresi tipikal.

2.4. Diagnosis

Berdasarkan PPDGJ III diagnosa depresi dapat ditegakkan atas dasar

adanya (PPDJ III, 1993)

A. Gejala utama :

1. Suasana perasaan yang depresi / sedih atau muurung

2. Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurangnya energiyang menuju kepada meningkatnya

keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

B. Gejala tambahan :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau

bunuh diri

6. Gangguan tidur

7. Nafsu makan berkurang

2.5. Derajat Depresi

Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu (De Cock KM, 1996 ;, Puri

BK, 1996: PPDGJ III, 1993, Maslim R, 2004)

Page 23: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

23

1. Depresi ringan (mild), bila terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga

gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan.

yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan

tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

2. Depresi sedang (moderat), bila terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga

gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) dari

gejala tambahan.

3. Depresi berat (severe), apabila terdapat tiga gejala utama ditambah

sekurang-kurangnya empat gejala tambahan, dan beberapa diantaranya

harus berintensitas berat.

Penilaian berat ringannya depresi diukur dengan menggunakan (Dinan G T,

1985; De Cock KM, 1996)

1. Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), adalah suatu skala

pengukuran depresi yang terdiri dari 21 items pernyataan dengan fokus

primer pada gejala somatik dan penilaian dilakukan oleh pemeriksa.

2. Beck’s Depression Inventory (BDI), adalah suatu skala pengukuran

depresi yang terdiri dari 21 items pernyataan yang diberikan oleh

pemeriksa, namun dapat juga digunakan oleh pasien untuk menilai derajat

depresinya sendiri.

3. Zung Self Depression Scale, adalah suatu skala depresi yang terdiri dari

20 kalimat dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien sendiri.

2.6.Penatalaksanaan

Prinsip pengelolaan pasien dengan gangguan depresi melibatkan

penegakkan diagnosis yang benar dan penerapan pengobatan yang terbukti

serta ditujukan langsung pada penyakitnya.

Page 24: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

24

Tujuan pengobatan adalah mencapai remisi dari gejala klinik, memperbaiki

kualitas hidup dan mencegah kekambuhan. Penatalaksanaan dilakukan

dengan menggunakan obat-obatan (psikofarmaka), terapi kejang listrik (ECT)

dan psikoterapi.

2.6.1. Psikofarmaka.

Terapi psikofarma dengan menggunakan anti depresan seperti :

amitriptilin, imipramin, fluoxetin, setralin dll.

2.6.2. Psikoterapi.

a. Terapi kognitif

b. Terapi perilaku

c. Interpersonal psikoterapi.

2.6.3. Electro Convulsive Therapy (Terapi Kejang Listrik)

Terapi ini diberikan bila :

a. Pengobatan dengan antidepresi tidak

memberikan respons yang baik

b. Pasien yang tidak dapat mentoleransi efek

antidepresi.

c. Keadaan klinis yang sangat parah dan

memerlukan perbaikan segera

3. Psikoterapi spiritual

3.1. Definisi

Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu ”psyche” yang berarti jiwa

dan ”therapy” yang berarti pengobatan. Jadi singkatnya ”psikoterapi” berarti

”pengobatan gangguan jiwa. dengan menggunakan aspek-aspek psikologis

Page 25: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

25

(pikiran, perasaan dan perilaku). Secara umum psikoterapi diartikan sebagai

proses formal interaksi antara dua orang atau lebih, dimana seorang sebagai

profesional ”penolong” dan yang lain sebagai ”petolong” (orang yang ditolong)

dengan catatan bahwa interaksi itu menuju kepada perubahan dan

penyembuhan. (Prawitasari JE, 2002)

Page 26: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

26

Sedangkan Spiritualitas didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan

dengan atau terdiri dari atau memiliki sifat spirit (roh). Sifat spirit (roh) adalah

tidak berwujud atau tidak. Kata "spirit (roh)" dalam bahasa Inggris berasal dari

kata 'spiritus' yang dalam bahasa Latin yang berarti 'napas'. Hubungan antara

alam spiritual dengan realitas abadi dirasakan berbeda dengan mengenai sifat

utama manusia, yang bersifat sementara atau duniawi. Spiritualitas melibatkan

ajaran inti yang terhubung ke sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri,

yang mencakup pengalaman emosional terhadap agama yang dikagumi dan

dihormati. Oleh karena itu pengalaman spiritualitas individu dan hubungan

dengan aspek fundamental, nonmateri dari alam semesta yang dapat disebut

dalam banyak cara - Tuhan, Kekuatan Tertinggi, Kuasa, Misteri dan

Transenden dan membentuk cara dengan mana seorang individu menemukan

arti dan makna yang berhubungan dengan kehidupan, alam semesta dan

segalanya. Orang awam mengartikan kata “spirit” yang menurut orang awam

adalah semangat. Menurut Wayne W. Dyer (2001) spirit adalah energi tak

kasatmata dan tak berbentuk yang merupakan sumber dan nutrisi kehidupan di

Bumi. Dalam buku “There’s a Spiritual Solution to Every Problem” yang ditulis

Wayne W. Dyer, Santa Teresa menyatakan spirit adalah “jiwa Tuhan dalam

dalam diri manusia” dan menurut Ramana Maharshi “apapun yang menarik

pikiran ke dalam bersifat spiritual”. Kunci pemahaman spiritualitas adalah

konsep tentang dunia lahir dan batin yang merupakan dua aspek unik

keberadaan manusia. Bila dianalogkan dunia fisik adalah bola lampu,

sedangkan dunia spirit adalah listrik.(Dyer, 2001)

Beberapa penulis di barat mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu

karakteristik yang meliputi penyingkapan misteri, kekuatan dalam

Page 27: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

27

(tersembunyi), keharmonisan yang saling berhubungan (Barnum, 1996).

Spiritualitas berhubungan dengan kekuatan yang baik dan berhubungan

dengan pengalaman jiwa yang tumbuh dan dengan kekuatan yang lebih tinggi

(Barnum,1996). Menurut O’Brien (2003) spiritual adalah suatu konsep pribadi

yang melibatkan sikap dan keyakinan seseorang yang berhubungan dengan

Tuhan. Betty Neuman (2002) menggambarkan spiritualitas adalah bagian dari

struktur dasar yang dibawa sejak lahir yang tidak berkembang atau dikenal dan

dari suatu keadaan istirahat dibangkit oleh beberapa katalis lingkungan.

Menurut Neuman dan Fawcett (2002), suatu kewaspadaan diri seseorang

berhubungan dengan kesejahteraan yang optimal. Menurut Ellison (1983),

kesejahteraan spiritual adalah pernyataan kehidupan dalam berhubungan

dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan pengasuhan secara

keseluruhan. Ini adalah suatu perasaan sejahtera yang berhubungan dengan

Tuhan dan perasaan kehidupan yang merujuk kepada agama yang tidak

spesifik. Ellison membagi kesejahteraan spiritual menjadi dua subkonsep,

yaitu :

1) Subkonsep kesejahteraan eksistensial (existential well-being), adalah

demensi kesejahteraan spiritual yang menghubungkan seseorang dengan

orang lain dan tujuan hidupnya.

2) Subkonsep kesejahteraan keagamaan (religious well-being) adalah

demensi kesejahteraan spiritual yang menghubungkan antara seseorang

dengan Tuhannya.

Sedangkan di Indonesia spiritual dikait dari kata ”spirit” yang berarti

semangat, jiwa, roh, atau energi batin. Menurut Suryani (2004), spirit adalah

gabungan energi ibu, bapak dan Tuhan yang terbentuk sejak terjadinya

Page 28: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

28

konsepsi, yang merupakan sumber kehidupan, sumber pengetahuan dan

sumber kemampuan manusia. Spirit merupakan kekuatan konstan yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental manusia

sejak manusia itu tercipta dan selama ia menjalani kehidupannya di dunia.

Spirit mampu memberikan kemudahan kepada kita dalam mempelajari dan

memahami kehidupan, mampu membantu kita dalam memaksimalkan fungsi

mental dan melahirkan ide-ide baru yang berguna bagi diri, manusia dan

makhluk lainnya didunia. (Suryani LK,2004) Energi spirit ini dapat bekerja

dengan baik bila ibu dan bapak menyediakan situasi spiritual. Situasi ini tercipta

dalam keadaan tenang, dalam suasana dekat dengan Tuhan melalui

pelaksanaan ajaran agama dan kepercayaan agama yang dianut.(Suryani LK,

2004)

Dalam Mosby Medical Dictionary edisi ke 8 (2009) spiritual therapy

adalah suatu bentuk konseling atau psikoterapi yang melibatkan moral,

spiritual dan agama yang berpengaruh pada perilaku dan kesehatan fisik.

Spiritual dan agama serta nilai-nilai yang diyakini digunakan untuk memperkuat

diri.

Jadi psikoterapi spiritual dapat diartikan sebagai suatu psikoterapi yang

menggunakan kekuatan spiritual yang berasal dari Tuhan melalui pelaksanaan

ajaran agama dan kepercayaan yang dianut.

3.2. Spiritual dan Agama

Spiritualitas adalah suatu konsep yang lebih luas dari pada agama

(Plevak & Rumman, 2001; Dubin & Seeman, 2003) dan mungkin berakar atau

berhubungan dengan agama (Miller & Thoresen, 2003). Spiritualitas merujuk

Page 29: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

29

kepada suatu pertanyaan dalam kehidupan dimana kekudusan dan kesucian

(Kliewer, 2004), suatu yang luar biasa yang berhubungan dengan Tuhan atau

suatu kekuatan yang lebih tinggi (Kliewer, 2004), dan terpusat pada sesuatu

yang tak berwujud (Miller & Thoresen, 2003). Disisi lain agama berpusat pada

peraturan-peraturan kepercayaan atau keyakinan, praktek, ritual dan faktor

institusional social (Miller & Thoresen, 2003). Spiritual melampaui batasan

pribadi, batasan ilmiah (Reed, 1992) dan juga batasan fisik, sedangkan agama

didefinisikan dengan batasan tersebut (Miller & Thoresen, 2003). Spiritualitas

secara tipikal berhubungan dengan pengalaman dari keyakinan atau

kepercayaan. Bagi banyak orang spiritualitas erat kaitannya dengan agama

yang diyakininya. Sedangkan yang lain membedakan komponen hubungan

antara manusia dan komponen pengalaman terhadap agama. Martin Marty dan

Paul Tillich menyatakan bahwa jika agama dipandang sebagai aspek struktur

atau organisasi. Spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari agama. Mereka

berhubungan satu sama lainnya dan spiritualitas cendrung mengalir dari

agama. Mereka dapat dibedakan tapi tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya

(Benson H,2000)

3.3. Spiritual dan Jiwa

Ketika berbicara tentang spirit atau ruh, Allah SWT berfirman : “Dan mereka

bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah : “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-

ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra’

(17) : 85). Ketika berbicara tentang jiwa, Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang

berjiwa akan merasakan mati” (QS. Al- Imran (3) : 185). Ini menunjukkan

Page 30: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

30

bahwa ruh adalah urusan Tuhan dan sedikit sekali kita diberi pengetahuan,

sedangkan jiwa sesuatu yang akan mati. (Al-Kahil, AD. 2011)

Menurut Abdud Daim Al-Kahil (2011), Spirit atau Ruh adalah energi yang Allah

pancarkan kepada mahluk hidup yang ada di muka bumi, yang kemudian

menjadikannya bergerak, berkembang biak dan membuat sel membelah

menjadi lebih banyak. Ketika sel itu mati, maka energi penggerak ini telah

habis. Ruh bisa dibayangkan sebagai getaran yang tidak terlihat, tidak bisa

diukur apalagi dikenali dengan perangkat apapun. Namun kita bisa melihat

hasil keberadaannya. Getaran ruh inilah yang menggerakkan sel dan

memicunya untuk membelah diri dan melanjutkan kehidupannya.

Menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid (2008), spirit atau ruh adalah

sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan yang Maha Tinggi dan Maha

Pencipta. Ruh manusia memiliki banyak keistimewaan, kekuatan kemampuan

yang membuatnya bisa berhubungan dengan ruh lainnya tanpa membutuhkan

perantara. Sedangkan jiwa menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid adalah

hasil pertemuan ruh dengan benda materi atau perpaduan antara ruh dengan

jasad. (As-Sayid, ABM. 2008)

Sedangkan Jiwa adalah aurora yang meliputi tubuh dan menempel serta tidak

akan meninggalkannya kecuali ketika tidur atau mati. Persepsi ini berkenaan

dengan firman Allah SWT “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan di

waktu tidurnya. Dia (Allah SWT) menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan

kematiannya dan Dia (Allah SWT) melepaskan jiwa yang lain sampai waktu

yang ditetapkan. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda

kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (QS. Az-Zumar (39) : 42).

Page 31: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

31

Jiwa cenderung memberi bisikan dan mendorong seseorang untuk berbuat

keburukan dan kejahatan. Allah SWT berfirman : “Karena sesungguhnya nafsu

(jiwa) itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat

oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang” (QS. Yusuf (12) : 53). Orang yang jauh dari Allah jiwanya cendrung

membisikkan tentang keburukan atau kejahatan, sedangkan bagi orang-orang

yang beriman (mukmin) yang selalu menyucikan jiwanya dan

mengendalikannya sehingga menjadi tenang. Jiwa yang tenang ini akan

kembali kepada Allah SWT setelah meninggal. Firman : “Hai jiwa yang tenang,

kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka

masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-

Ku”(QS. Al-Fajr (89) ; 27-30).

3.4. Spiritual dan Kesehatan

Spiritualitas adalah suatu konsep yang lebih luas dari pada agama

(Plevak & Rumman, 2001; Dubin & Seeman, 2003) dan mungkin berakar atau

berhubungan dengan agama (Miller & Thoresen, 2003). Spiritualitas merujuk

kepada suatu pertanyaan dalam kehidupan dimana kekudusan dan kesucian

(Kliewer, 2004), sesuatu yang luar biasa yang berhubungan dengan Tuhan

atau suatu kekuatan yang lebih tinggi (Kliewer, 2004), dan terpusat pada

sesuatu yang tak berwujud (Miller & Thoresen, 2003). Disisi lain agama bersifat

ortodoks berisi aturan-aturan dan kitab suci bersejarah yang dilertarikan

manusia yang berpusat pada peraturan-peraturan kepercayaan atau

keyakinan, praktek, ritual dan faktor institusional social (Miller & Thoresen,

2003, Dyer, 2001). Spiritual melampaui batasan pribadi, batasan ilmiah (Reed,

1992) dan juga batasan fisik, sedangkan agama didefinisikan dengan batasan

Page 32: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

32

tersebut (Miller & Thoresen, 2003). Spiritualitas secara tipikal berhubungan

dengan pengalaman dari keyakinan atau kepercayaan. Bagi banyak orang

spiritualitas erat kaitannya dengan agama yang diyakininya. Sedangkan yang

lain membedakan komponen hubungan antara manusia dan komponen

pengalaman terhadap agama. Martin Marty dan Paul Tillich menyatakan bahwa

jika agama dipandang sebagai aspek struktur atau organisasi. Spiritualitas tidak

dapat dipisahkan dari agama. Mereka berhubungan satu sama lainnya dan

spiritualitas cendrung mengalir dari agama. Mereka dapat dibedakan tapi tak

bisa dipisahkan satu dengan lainnya (Benson H,2000)

Page 33: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

33

3.5. Cara Mengakses Pengarahan Spiritual

Menurut Wayne W. Dyer ada tiga langkah untuk mengakses pengarahan

spiritual, yaitu :

1. Pengenalan : mengenali keberadaan kekuatan kasatmata yang bisa

digunakan dalam memecahkan masalah (penyembuhan).

2. Penyadaran : menyadari kehadiran kekuatan spiritual dengan

memvisualisasikan kehadirannya

3. Penghormatan : menghormati jati diri kita secara keseluruhan sebagai

bagian dari Tuhan. Melalui hening kita berinteraksi dengan spirit kita

sendiri– Tuhan.

3.6. Mekanisme Penyembuhan Melalui Spiritual / Agama

Menurut Dale A. Mathew ada beberapa kemungkinan yang

mempercepat penyembuhan, antara lain :

1. Tubuh memberi respon positif pada agama

Menurut Matthews dengan memiliki agama atau kepercayaan dan

keteraturan dalam beribadah:

a) tekanan darah dan denyut jantung cendrung menjadi lebih rendah

b) konsumsi oksigen akan lebih baik

c) pola gelombang otak melambat

d) fungsi imunitas meningkat

2. Agama membawa kedamaian pikiran.

a) Adanya agama atau kepercayaan akan menimbulkan rasa damai

dan meningkatkan kemampuan kita dalam mencari pemecahan

masalah yang sedang kita hadapi.

b) Agama mengurangi stres

Page 34: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

34

3. Agama memelihara kebersihan dan kesehatan.

Menurut Matthews orang yang beragama dan rajin beribadah :

a) Tidak akan terjebak dengan minuman keras

b) Senantiasa menjaga kebersihan diri

c) Mengutamakan keselamatan.

4. Agama membentuk komunitas penyembuhan.

Adanya kesamaan kepercayaan/agama dan tujuan hidup akan membuat

suatu hubungan / ikatan yang kuat diantara mereka yang tak mudah

terpisahkan, sehingga terbentuk suatu komunitas yang saling membantu, saling

menjaga, dan memperbaiki diantara mereka. Ketiadaan salah seorang diantara

mereka akan mempengaruhi yang lainnya.

3.7. Mekanisme Potensial Spiritual Mengarah Kepada Kesehatan fisik

Menurut Fetzer (2003) ada banyak cara religiusitas dan spiritualitas yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain melalui mekanisme perilaku,

sosial, psikologik dan fisiologik

3.7.1. Mekanisme Perilaku

Spiritualitas / keagamaan mungkin melindungi tubuh dari berbagai

penyakit secara tidak langsung dihubungkan melalui gaya hidup sehat. Pada

sekte agama tertentu mendukung diet sehat dan menasihatkan anggota

kelompoknya menghindari tembakau (Cochran, Begley and Buck, 1988, Fetzer,

2003). Tak dapat dipungkiri orang yang tinggi tingkat keagamaan /

spiritualitasnya secara konsisten tidak menyukai alkohol dan obat-obatan

dibandingkan dengan dengan mereka yang kurang keagamaannya.

Keterlibatan dalam organisasi keagamaan akan memudahkan mereka

Page 35: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

35

mendapatkan informasi perawatan kesehatan dan membuat mereka berespon

lebih cepat terhadap krisis-krisis kesehatan yang akut. Hampir semua agama

dan tradisi spiritual meyakini pentingnya pemeliharaan kesehatan pikiran,

badan dan jiwa.

3.7.2. Mekanisme Sosial

Kelompok-kelompok agama dan spiritual akan memberikan dukungan

sosial bagi anggota kelompok mereka. Anggota kelompok keagamaan

dianggap sebagai suatu bagian dari ikatan sosial yang besar bersama

keluarga, teman dan kelompok sosial yang lain. Dalam penelitian epidemiologi

ikatan yang demikian antara anggota kelompok keagamaan akan menurunkan

angka kematian seiring dengan sejumlah peningkatan ikatan. Tawaran

dukungan oleh kelompok ikatan sosial ini seringkali dikonsepsualisasikan

sebagai salah satu tawaran emosional (berbagi perasaan simpati, pemberian

semangat) atau sebagai pertolongan (tawaran untuk membantu dalam tugas,

material atau uang). Perhimpunan keagamaan merupakan sumber dukungan

potensial dari berbagai dukungan diantara anggota yang saling mengenal

ataupun yang tak mengenal. Kunjungan ke pelayanan keagamaan akan

memperluas jaringan sosial.

3.7.3. Mekanisme Psikologik

Kelompok keagamaan / spiritual menawarkan kepada para anggotanya

suatu rangkaian kompleks keyakinan mengenai Tuhan, etika, hubungan antar

manusia, hidup dan mati, serta keyakinan yang secara langsung berhubungan

dengan kesehatan. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pengaruh keikut

sertaan dalam pelayanan keagamaan, berdoa, dan membaca kitab suci akan

memperkuat sistem keyakinan beragama. Individu yang menggambarkan diri

Page 36: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

36

mereka mempunyai kepercayaan kepada Tuhan yang kuat dilaporkan lebih

berbahagia dan lebih puas dengan kehidupan mereka.

Agama juga memberi efek perlindungan yang bermakna bagi kesehatan

emosional dan fisik dari individu-individu yang berada dalam krisis.

Pengalaman kedamaian yang mendalam dari dunia dalam (batin atau ruhani)

yang seringkali dihubungkan dengan meditasi dan doa mungkin menandai

suatu peralihan dari bangkitan simpatis ke relaksasi parasimpatis yang akan

mengurangi reaksi-reaksi fisiologik (Fetzer, 2003).

3.7.4. Mekanisme fisiologik.

Spiritualitas menjadi mungkin dapat bantalan terhadap stresor mulai dari

yang ringan sampai yang berat secara langsung secara fisologik melalui

penghantaran neuroendokrin seperti katekolamine, serotonin dan kortisol.

Emosi-emosi negatif berhubungan dengan mekanisme kunci patogenik dari

penyakit-panyakit seperti Ischemia myocardial, arrythmia, supresi respons

imunitas (kekebalan). Praktek-praktek keagamaan / spiritual tertentu akan

merangsang “respons relaksasi” suatu penggabungan reaksi fisiologik yang

berlawanan dengan “respon stres”. Perangsangan berulang-ulang dari respons

relaksasi ini menghasilkan pengurangan ketegangan otot, berkurangnya

aktivitas simpatis dari sistem saraf otonom, berkurangnya aktivitas aksis

hipofise anterior – adrenal, rendahnya tekanan darah, denyut jantung yang

lebih rendah.

3.8. Kekuatan Penyembuhan Spiritual

Menurut Dalai Lama, ada tiga faktor yang mempengaruhi kesembuhan

Seseorang pernah berkata : "Kesehatan tubuh yang baik, sebenarnya sebagian

besar bergantung pada pikiran". Dalam bahasa arab : "Al aqlus salim fi jismis

Page 37: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

37

salim" atau dalam bahasa latin "Mens sana in corpore sano" (Satire, X. 356) (A

healthy mind in a healthy body) didalam Bahasa Indonesia diterjemahkan

sebagai " Jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat".

Ilmu pengetahuan masa kini telah menemukan bahwa ungkapan tersebut

benar. Pikiran mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, sehingga membuat

sebagian berpikir bahwa untuk menyembuhkan seorang pasien, mereka juga

harus mengobati pikirannya bersama-sama dengan tubuhnya. Beberapa

peneliti mengemukakan hasil penelitiannya menyatakan bahwa : "Dokter

sekarang ini terlalu banyak tahu soal penyakit. Tetapi terlalu sedikit tahu

tentang manusia – serta apa yang membuat mereka. Para dokter kerap gagal

memenuhi kebutuhan emosiomal pasien dengan memperlakunya sebagai

pasien, dan bukan sebagai manusia". (Sherman H, 2008)

Dr. Lauren T. Guy dalam sebuah laporan yang ditujukan kepada Medical

Society of New York, menyebutkan bahwa "kecemasan dan ketegangan dapat

menyebabkan kebutaan dan glaucoma". Selanjutnya dia menambahkan "Suatu

analisis yang dilakukan oleh pasien terhadap masalah pribadinya dapat

meringankan penyakit fisik, berdampak baik pada mata, jantung, tekanan

darah, dan penyakit yang menyerang organ tubuh lainnya"

Sherman menyatakan bahwa "Banyak penyakit disebabkan oleh cara

berpikir, emosi, dukacita, rasa terhina, dan semua itu dapat meracuni tubuh

manusia". Selain itu Sherman juga menyatakan bahwa "Kebutaan dan

kesulitan yang sering dialami oleh laki-laki dan perempuan bisa dikarenakan

mereka tidak mau menghadapi sesuatu dalam hidup ini, mereka tidak mau

melihat atau mendengar seseorang atau sesuatu". Jadi penyakit itu tidak hanya

disebabkan oleh faktor fisik semata, tetapi oleh pikiran dan emosi. Maka untuk

Page 38: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

38

mengatasinya kita perlu memutuskan ikatan dengan pikiran dan emosi yang

mengganggu tersebut. (Sherman H, 2008)

Untuk mencapai kesembuhan yang optimal, seseorang harus memiliki

keyakinan dan kepercayaan yang penuh kepada sumber kekuatan (Tuhan)

yang mendatangkan kesembuhan sesuai yang diharapkan. Kita harus

memanfaatkan semua kekuatan, baik dari luar maupun dari dalam diri kita demi

kesehatan fisik dan mental kita.

Ingatlah, Tuhan bekerja melalui pikiran manusia. Harus ada keyakinan

bahwa apa yang kita lakukan saat itu akan berpengaruh positif dan makin

memungkinkan kesembuhan. Sumber dasar dari penyembuhan selamanya

adalah Kekuatan Tuhan. Orang-orang yang sembuh dari kanker, tumor, dll.

melihat diri mereka sembuh dalam pikiran mereka disertai dengan keyakinan

kepada Tuhan Sang Pencipta, sehingga kekuatan Penciptaan yang diberikan

Tuhan kepada mereka telah diaktifkan dan akan memberikan energy kepada

setiap sel dan bagian tubuh.

Penyebab penyembuhan adalah Kekuatan Tuhan yang bekerja dalam

diri kita yang harus kita aktifkan melalui pikiran yang bersih. Menurut Santa

Anna Kekuatan Tuhan yang bekerja dalam diri kita inilah yang disebut sebagai

Kekuatan Spiritual.

Dalai Lama menyatakan bahwa efektifitas pengobatan Buddha bergantung

pada , yaitu :

1. Kepercayaan dan keyakinan pasien

2. kepercayaan dan keyakinan dokter

3. Karma (Kekuatan spiritual yang dibangkitkan oleh rasa saling percaya)

dokter dan pasien.

Page 39: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

39

Maka jika pasien dan dokter sama-sama berangkat pada kepercayaan

pada kekuatan nonfisik atau spiritual yang sama, hal-hal yang luar biasa

mungkin bisa terjadi. Jadi seorang dokter yang mendapatkan kepercayaan

dankeyakinan pasien memiliki peluang lebih besar untuk berhasil mengobati

penyakit daripada yang tidak mendapatkannya. (Benson H, 2000).

Singkatnya, interaksi kepercayaan dan keyakinan antara dokter dan pasien

mampu mengubah fisiologi pasien dan mempengaruhi kesembuhan atau

meringankan penyakit fisik.(Benson H, 2000)

Dr. Joan Z. Borysenko dari RS.Beth Israel Boston dan Fakultas

Kedokteran Harvard mengungkapkan bahwa para peneliti yang meneliti pasien-

pasien kanker menemukan pasien yang hidup lebih lama memiliki sejumlah

persamaan, antara lain :

Pertama, mereka yang hidup lebih lama mempunyai "keyakinan dan percaya

diri".

Kedua, mereka memiliki "semangat juang", mereka ingin sembuh dan

merencanakan untuk sembuh, mereka berjuang semampu mereka memerangi

penyakitnya.

Dr. Borysenko menyatakan bahwa "terapi perilaku bedasarkan

pembangkitan respon relaksasi merupakan upaya mempermudah mengatasi

masalah". Singkatnya, meditasi terutama yang berakar pada keyakinan yang

mendalam dapat menjadi alat yang sangat baik untuk membantu pasien tetap

bersemangat tinggi dan dapat bertahan hidup lebih lama. Cara terpenting untuk

mengaktifkan kepercayaan yang mendatangkan kesehatan dalam hidup Anda

adalah belajar bekerjasama dengan dokter dalam hubungan dokter-pasien

yang akrab.

Page 40: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

40

3.9. Metode Terapi Spiritual Islam (Sayyid AB, 2008)

Menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid metode pengobatan

spiritual Islam melalui lima cara, yaitu :

1. Membaca doa pada makanan

2. Membaca doa pada udara

3. Membacakan doa pada orang yang sakit

4. Sentuhan tangan

5. Membacakan doa pada air

3.9.1. Membaca doa pada makanan

Membaca “bismillahirrahmanirrahim” merupakan kewajiban bagi setiap

orang Islam sebelum makan, lebih-lebih bagi orang yang sedang sakit, agar

makanan yang masuk kedalam perutnya terhindar dari gangguan jin. Dengan

melakukan hal tersebut berulang-ulang kali pagi, siang sore dan malam hari,

maka jin tidak lagi mempunyai tempat bernaung. Makanan yang dibacakan doa

dapat menyerap cahaya Allah dengan kuat yang dapat dilihat oleh jin.

3.9.2. Membaca doa pada udara

Caranya dengan membaca “bismillahi rahmanirrahim” sambil

menghembuskan udara di kedua telapak tangan yang terbuka, kemudian mulut

ditutup dan hiruplah udara dari telapak tangan yang telah dibacakan doa tsb.

Hal ini dilakukan berulang-ulang kali. Minimal 15 menit

Nabi Muhammad s.a.w bersabda : “Apabila kamu bangun dari tidur

maka berwudhulah, hiruplah air tiga kali, karena setan menginap di lubang

hidung”.

Setan merasa nyaman dengan adanya aliran nafas dan bau yang keluar masuk

dari lubang hidung.

Page 41: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

41

3.9.3. Membacakan doa pada orang yang sakit

Penyembuhan dilakukan dengan membacakan surat Al-fatihah, Ayat

kursi, al –Ikhlas dan surat al-muawwidhathain kepada pasien. Allah SWT

berfirman : “Dan kami turunkan al-Qur’an menjadi pengobat dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman dan AlQur’an itu tidaklah menambah kepada orang

yang zalim kecuali kerugian.

3.9.4. Sentuhan tangan

Caranya adalah dengan meletakkan tangan kanan pada pasien. Hal ini

didasarkan pada riwayat Masruq dari Aisyah berkata : “Ketika Rasulullah

menjenguk orang sakit, beliau mengusapkan tangan kanannya sambil berdoa,

“hilangkan lah sakit wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah karena Engkaulah

yang memberi kedembuhan yang tidak meninggakan rasa sakit lagi”.

Dengan mengusapkan tangan kanan yang disertai doa, menyebabkan terjadi

hubungan antara doa dengan pasien-mengantarkan doa itu kepada Allah

dengan harapan akan disembuhkan olehNya. Hubungan ini akan mengalirkan

kekuatan spiritual menuju tubuh pasien dan mengembalikan keseimbangan

yang ada dalam tubuhnya. Dari hubungan itulah aliran kekuatan spiritual

(spiritual power) berjalan menuju ke tubuh pasien dan mengembalikan

keseimbangan yang ada dalam tubuh.

Melalui sentuhan tangan kanan dan ucapan (doa) menjadi penghubung antara

kekuatan orang yang sehat (terapis) dengan orang yang sakit (pasien), yang

akan mengembalikan keseimbangan kekuatan dalam tubuh pasien sehingga ia

menjadi sembuh. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kesamaan

energi.

Page 42: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

42

Pengobatan dengan sentuhan berfungsi melawan ketidak teraturan,

menciptakan keseimbangan dan keharmonisan yang ada dalam tubuh.

Pengobatan dengan sentuhan mengaktifkan kembali respon relaksasi yang

terbukti efektif menghilangkan rasa sakit.

Mengapa dengan menyentuhkan tangan ke bagian kepala pasien sambil

membacakan doa atau salawat dapat memberikan ketenangan ? Karena sel-

sel otak manusia bekerja sebagai pengirim getaran elektromagnetik keseluruh

tubuh dengan harmonis,

3.9.5. Membacakan doa pada air

Metode ini dilakukan dengan memasukkan cairan kedalam tubuh pasien

disertai dengan doa tertentu sehingga pasien mempunyai kekuatan untuk

mengembalikan “energy spiritual” yang telah terputus dari bagian lain

Dari uraian diatas,tampak jelas bahwa psikoterapi spiritual dalam agama Islam

berupa "dzikir dan doa". Dzikir dan doa ini berisi pujian dan permohonan

kepada Allah SWT dengan menyebutkan nama-nama-Nya. Dzikir merupakan

aktivitas pikiran bawah sadar yang bermakna "mengingat" dan "merasakan"

(Mustofa A, 2012). Dzikir adalah pembersih dan pengasah hati serta obatnya

jika hati sakit. Selagi orang yang berdzikir semakin tenggelam dalam dzikirnya,

maka cinta dan kerinduannya semakin terpupuk terhadap Dzat yang diingat

(Allah SWT). Dzikir memberikan kedamaian, ketentraman serta ketenangan

hati (jiwa) kepada yang melakukannya sebagaimana firman Allah SWT dalam

al-Qur'an :

�ه� الل �ر� �ذ�ك ب ه م وب ق ل �ن� �ط�م�ئ و�ت وا آم�ن �ذ�ين� �ر�  ال �ذ�ك ب ال�� أ

�ق ل وب ال �ن� �ط�م�ئ ت �ه� الل

Page 43: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

43

Artinya : "Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram. (QS. Ar-Rad : 28)

Menurut Mustofa (2012) dzikir bermakna "mengingat" dan "merasakan"

yang merupakan aktivitas " alam bawah sadar". Makna khusus dari dzikir

digunakan dalam kata "dzikrullah": mengingat dan merasakan kehadiran Allah,

dengan menggunakan potensi "alam bawah sadar". (Mustofa A, 2012). Makna

dzikrullah adalah membangkitkan kembali ingatan kita tentang Allah. Ini tak

bisa dipikirkan dan dianalisa, cukup dirasakan dalam kondisi yang khusyuk,

maka "Dia" akan hadir dalam kesadaran kita.

Saat berdzikir kita berada pada gelombang "alfa-theta" atau bahkan

pada gelombang "theta-delta". Pada saat itu kita menuju kepada gelombang-

gelombang imajinatif berdasarkan rasa dan sangat focus. Bahkan lebih dalam

lagi kita berada di gelombang "alam semesta" di fase delta. Gelombang

"berserah diri" kepada Sang Penguasa Jagad Raya.

Jika komposisi semua gelombang itu bisa kita hadirkan dalam fase

sadar, maka kita dapat berdzikir setiap saat secara efektif. Hal ini disebut

dalam Al-Qur'an sebagai orang yang selalu bedzikir dalam keadaan berdiri,

duduk, maupun berbaring. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an (QS, 3 :

191) :

�ه�م� وب ن ج و�ع�ل�ى" و�ق ع ود%ا �ام%ا ق�ي �ه� الل ون� ر �ذ�ك ي �ذ�ين� ل�ق�ت� ل خ� م�ا �ا �ن ب ر� ر�ض�

� و�األ� م�او�ات� الس� خ�ل�ق� ف�ي ون� �ر �ف�ك �ت و�ي�ار� الن ع�ذ�اب� �ا ف�ق�ن �ك� ان �ح� ب س �اط�ال% ب ه�"ذ�ا

Artinya : "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk

atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

Page 44: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

44

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari

siksa neraka". (QS, Al-Imran : 191)

Mereka tidak hanya sekedar mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dengan

mulutnya, tetapi juga membangkitkan potensi alam bawah sadar atau bahkan

potensi alam tidak sadar ke alam sadar.

3.10. Fungsi Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar (Syatra AK, 2010)

Alam Sadar mempunyai empat fungsi utama yaitu :

1) Mengenali informasi yang masuk melalui panca indra

2) Membandingkan dengan memori yang ada

3) Menganalisis informasi tersebut

4) Memutuskan respon spesifik terhadap informasi tersebut.

Sedangkan Alam Bawah Sadar berfungsi memproses :

1) Kebiasaan

2) Perasaan

3) Persepsi

4) Memori permanen

5) Kepribadian

6) Intuisi

7) Kreativitas dan

8) Keyakinan

3.11. Alam Bawah Sadar

Aktivitas Alam Bawah Sadar bekerja pada bagian otak kanan sebagaimana

gambar dibawah.Yang paling berperan dalam pikiran alam sadar

adalah korteks serebri, sedang pada pikiran

bawah sadar adalah sistem limbik yang terdiri

dari thalamus, hypothalamus, hipokampus dan

amigdala.

Page 45: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

45

3.12. Neurobiologi Spiritual.

atau dipersepsi sebagai hal yang positif atau negatif. Bila ia dipersepsikan

sebagai hal yang baik atau positif, maka ia akan mempengaruhi otak bagian

kanan, tapi bila ia dipersepsikan sebagai hal yang tidak baik atau negatif maka

ia akan mempengaruhi otak sebelah kiri.

Semua penelitian yang mengeksplorasi spiritualitas berkonsentrasi pada praktek

meditasi. Sebagian besar penelitian memeriksa dengan menggunakan pencitraan

fungsional sebagai alat investigasi, untuk menggambarkan mekanisme saraf yang

terlibat dalam aktivitas meditasi. Termasuk penggunaan Positron Emission

Tomography (PET) pada studi tentang Yoga, Tantra Yoga dan Yoga Nidra. (Mohandas

E.2012). Aktivasi prefrontal meningkatkan aktivitas lobus frontalis dan menurunkan

aktivitas parietal dalam aktivitas spiritualitas (meditasi, dzikir, dsb).

Gambar 3. Alam sadar vs Alam bawah Sadar

Semua rangsang sensori yang ditangkap oleh panca-

indra akan masuk melalui formasi retikularis (sistem

RAS), kemudian memasuki thalamus dan dipancarkan

ke kortex prefrontal. Di korteks prefrontal setiap

informasi akan dianalisa apakah baik atau buruk,Gambar 4. Reticular Activating System

Page 46: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

46

Gambar 5 : Differentiation PSPL (Adapted from Newberg and Iversen, 2003)

Studi pencitraan meditasi mengungkapkan bahwa proses meditasi

membutuhkan focus perhatian yang intens, tampaknya mengaktifkan korteks

prefrontal (PFC) bilateral, tetapi lebih sering di sebelah kanan, serta girus

cingulate. Aktivasi prefrontal berhubungan dengan aspek kehendak untuk

meditasi. Prefrontal medial bersama-sama girus singulate posterior terlibat

dalam pemikiran reflektif diri, membantu seseorang untuk memiliki wawasan

tentang pengalamannya sendiri dan persepsi diri dalam hubungannya dengan

Tuhan. Keadaan mental yang terlihat selama latihan spiritual (meditasi) ini

disebut sebagai "kesadaran yang berubah" yang terjadi karena deregulasi

korteks prefrontal sementara. Kesadaran berubah adalah modifikasi perilaku

dan fungsi kognitif halus yang biasanya dianggap berasal dari korteks

prefrontalis.

Ketika PFC diaktifkan, melalui proyeksi glutamatergic dapat

mengaktifkan thalamus, terutama inti retikuler dari thalamus. Thalamus

menengahi aliran informasi ke korteks sensorik baik visual dan informasi yang

diperlukan untuk menentukan orientasi spasial tubuh melalui Lateral Geniculate

Body (LGB) dan lateral posterior nucleus (LPN). Informasi visual disampaikan

melalui LGB ke korteks striata dan informasi spasial disampaikan melalui LPN

Page 47: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

47

ke PSPL. Ketika kita gembira inti retikuler thalamus melalui GABAergic (asam

amino gama butirat) menghambat proyeksi ke LGB dan LPN yang memotong

input korteks striata dan PSPL. Ini berarti mengganggu rangsangan yang

masuk ke korteks striata dan PSPL, yang akan meningkatkan rasa focus

selama meditasi. PSPL membantu membuat gambar tiga dimensi yang

kompleks dari tubuh dalam ruang, membantu membedakan objek dan

membantu mengidetifikasi benda-benda yang dapat dipahami dan di

manipulasi. Fungsi ini membantu membedakan diri dengan dunia eksternal dan

ini penting dalam fisiologi meditasi.

Gambar 6 :Neural circuitry of meditation post PSPL differentiation (Adapted from Newberg and Iversen, 2003)

Sistem limbik juga terlibat dalam pengalaman yang mirip dengan

meditasi hipokampus memodulasi dan merespons bangkitan kortikal melalui

hubungan ini (PSPL dan Hipokampus). Differensiasi PSPL mengstimulasi

hipokampus. Hipokampus akan mempengaruhi amigdala lateralis kanan dan

mereka saling berinteraksi satu sama lain dalam membangkitkan perhatian,

emosi dan beberapa jenis pencitraan tertentu yang merupakan bagian dari

pengalaman meditasi pada masa yang lalu. Stimulasi amigdala kanan lateral

menghasilkan stimulasi hypothalamus ventromedial dan stimulus sistem

parasimpatis perifer. Peningkatan aktivitas parasimpatis dikaitkan dengan

sensasi subjektif, pertama relaksasi kemudian menuju kepada ketenangan

Page 48: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

48

yang lebih mendalam. Aktivasi dari sistem parasimpatis menurunkan denyut

jantung dan melambatkan pernafasan. Ketika denyut jantung menurun dan

pernafasan melambat ada penurunan persarafan dari LC (Locus cereleus) oleh

PGN (Paragigantocellular nucleus). Hal ini mengakibatkan penurunan

noradrenalin. Penurunan PGN dan stimulasi LC memotong pasokan dari LC ke

PSPL dan LPN (Lateral Posterior Nucleus). LC juga mengurangi pasokan nor

adrenalin ke hypothalamus paraventricular nucleus (PVN) dan menurunkan

produksi hormone CRH (corticotrophin hormone) dan kortisol.

Stimulasi intens sistem simpatis dan sistem parasimpatis, jika berlanjut pada

akhirnya dapat menghasilkan debit yang simultan dari kedua sistem. Praktek

spiritual didominasi oleh pengaktifan sistem parasimpatis yang ditandai dengan

penurunan denyut jantung dan perlambatan pernafasan. Stimulasi parasimpatis

terus berlanjut, akhirnya menghasilkan terobosan ke sisi yang lain yang

menghasilkan dorongan (drive) simpatis. (Gambar 7)

Gambar 7 : Sympathetic breakthrough

(Adapted from Newberg and Iversen, 2003)

Page 49: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

49

Ada ketidakjelasan mengenai stimulasi belahan otak yang mulai urutan

kejadian saraf selama aktivitas spiritual. Model diatas menunjukkan akrivitas

spiritual dimulai dari belahan kanan otak, tetapi mungkin aktivitas ini

mengaktifkan belahan kiri pertama atau menyebabkan aktivasi bilateral.

Terobosan selanjutnya mengstimulasi struktur otak di kedua belahan otak. PFC

kiri mengaktifkan thalamus mengarah ke deferensiasi dari PSPL kiri yang

melalui hipokampus dan amgdala kiri, mengaktifkan hypothalamus lateral.

Hypothalamus lateral yang pada akhirnya mengaktifkan sistem simpatis. Selain

itu akan mengaktifkan raphe dorsalis dan kelenjar hipofise (pituitary)

melatoninergik. (Gambar 8)

3.13. Neurokimiawi Spiritualitas

Sistem dopaminergik melalui basal ganglia,terlibat dalam interaksi

kortikal- subkortikal dan pada sebuah studi PET dalam Yoga Nidra

menunjukkan paningkatan dopamine yang signifikan selama meditasi (Kjaer

T.W., et al. 2002). Hal ini diduga terkait dengan gating dari interaksi kortikal-

subkortikal.

Ada juga peningkatan kadar serotonin selama aktivitas spiritual

(meditasi), terutama melalui stimulasi hipotalamus terhadap raphae dorsalis.

Gambar 8 : Left hemispheric neural sequence (Adapted from Newberg and Iversen, 2003)

Page 50: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

50

Serotonin mempunyai pengaruh pada depresi dan anxietas. Peningkatan

serotonin dapat berinteraksi dengan dopamin yang dapat meningkatkan

perasaan euforia. Serotonin dalam hubungannya dengan glutamat, dapat

mengakibatkan pelepasan asetilkolin dari Nucleus Basalis.

Meditasi berhubungan dengan penurunan kadar noradrenalin. Mekanisme ini

terjadi karena peningkatan aktivitas parasimpatis meredam dan mengakibatkan

penurunan dari aktivitas dari LC.

Selain itu juga ada peningkatan neurotransmitter asam amino, yaitu glutamat

dan GABA. Peningkatan aktivitas PFC menghasilkan peningkatan glutamat

bebas di sinaptik otak.

Meditasi berhubungan dengan peningkatan plasma melatonin. Stimulasi

hipofise oleh hipotalamus bertanggung jawab terhadap hal ini. Peningkatan

melatonin dapat menyebabkan ketenangan dan penurunan kesadaran nyeri.

Aktivasi parasimpatis dan penurunan rangsang LC dan PVN dari hipotalamus

dapat mengakibatkan penurunan CRH dan penurunan kadar kortisol. Aktivasi

parasimpatis juga mengstimulasi penurunan baroreseptor dan pelepasan

arginin vaso pressine (AVP) dan akan mengembalikan tekanan darah ke

normal. Peningkatan AVP selama meditasi berperan mengurangi kelelahan dan

meningkatkan gairah dan membantu mengkonsolidasikan kenangan yang baru.

Peningkatan glutamat merangsang inti arkuata di hipotalamus dan

menyebabkan pelepasan ß-Endorphin (BE), dan ini bertanggung jawab

menurunkan efek nyeri dan menimbulkan sensasi menyenang dan gembira

selama meditasi. (Newberg A.B., Iversen J., 2003),

Table 1 :Neurochemical Changes During Meditation (Adapted from Newberg and

Iversen, 2003)

Page 51: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

51

 

Penelitian Hubungan Antara Doa Dan Kesehatan Jasmani (Elzaky J, 2011)

Ada sejumlah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Barat mengenai

fenomena doa dan hubungannya dengan kesehatan jasmani, antara lain :

1. Haris melakukan penelitian terhadap 990 pasien disebuah rumah sakit di

Amerika. Ia memintan sekelompok orang untuk mendoakan sebagian pasien

setiap hari selama empat minggu berturut-turut. Namun peneliti sengaja tidak

mempertemukan orang yang sakit dengan orang-orang yang mendoakan

mereka. Kelompok orang yang diminta berdoa tidak mengenali pasien yang

mereka doakan. Mereka hanya diberitahu nama-nama pasien tersebut.

Sebaliknya para pasien yang sakit tidak tahu bahwa mereka sedang didoakan

oleh sekelompok orang. Ternyata hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kelompok pasien yang didoakan oleh sekelompok orang.itu meresakan

Page 52: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

52

kemajuan dan perbaikan kondisi badannya, karena serangan penyakit yang

mereka derita berkurang 10% dibanding kelompok pasien yang tidak didoakan.

2. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harris terhadap 393 pasien yang

menderita penyakit berat seperti penyakit jantung dan paru-paru. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pasien yang didoakan membutuhkan obat-

obatan dan alat bantu pernafasan yang lebih sedikit dari yang tidak didoakan.

Dan mereka lebih sedikit mengalami komplikasi .

3. Majalah "Psychosomatic Medicine" melakukakn penelitian yang

melibatkan dua kelompok responden, yaitu 78 orang pasien kulit hitam dan 77

orang kulit putih, yang usianya bervariasi antara 25 hingga 45 tahun. Kedua

kelompok itu dipisahkan dalam studi tersebut karena orang Afro-Amerika

dianggap cendrung lebih religious dan lebih taat menjalankan doa dan shalat

dibanding kelompok kulit putih. Para pasien itu kemudian diminta untuk

menjalankan perintah-perintah agama lebih taat dankhusyuk, terutama doa dan

shalat. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa shalat dan doa yang

banyakmereka lakukan itu dapat menurunkan tekanan darah tinggi, terutama

pada pasien kulit hitam. Penyakit yang diderita para pasien kulit putih tidak

mengalami perubahan yang berarti karena mereka lebih malas menjalankan

shalat dan doa.

4. "Natural Pharmacist" melakukan penelitian terhadap 40 pasien penderita

kanker stadium pertama. Mereka dibagi dalam dua kelompok seperti

pembagian pada penelitian sebelumnya, kemudian mereka juga diminta

menjalankan ajaran agama, terutama shalat dan doa. Enam hari dalam

seminggu selamasepuluh minggu. Para pasien menjalani terapi dan

pengobatan selama enam bulan. Dan perubahan yang jelas terlihat pada

Page 53: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

53

kelompok pasien yang taat berdoa. para peneliti berkeyakinan bahwa orang

yang taat beribadah seperti shalat dan doa lebih kecil kemungkinannya

terserang panyakit, baik penyakit jiwa maupun panyakit badani. Mereka juga

memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menanggung rasa sakit dan

menahan penderitaan. Mereka memiliki jiwa yang lebih kuat dan stabil

sehingga terhindar dari stress, kegelisahan, dan putus asa. Tidak hanya itu,

mereka juga memiliki tubuh yang lebih sehat dan jika sakit, proses pemulihan

berjalan lebih cepat.

Dr. Mathew Dale melakukan suatu penelitian yang menyerupai

penelitian Harris dan menyimpulkan bahwa pasien yang beriman kepada

Tuhan, meyakini yang gaib, dan taat menjalankan perintah agama mengalami

proses penyembuhan yang lebih cepat dibanding pasien lainnya. Namun

menurutnya, perbedaan itu tidak dapat dijelaskan begitu saja dari sudut

pandang medis. Dan sejatinya, ilmu kedokteran tidak dapat member penjelasan

mengenai fenomena ini. Kemajuan yang dialami para pasien itu tidak dapat

dijelaskan kecuali dengan adanya kekuatan yang luar biasa (supernatural) atau

bentuk kekuatan lain yang tidak kita ketahui secara indrawi.

4. Hubungan Antara HIV/AIDS, Kadar CD4+ dan Depresi

Infeksi mulai terjadi ketika HIV masuk ke dalam sel tubuh. Melalui proses

ikatan gp120 dengan CD4 dan CCR5, HIV masuk dengan media gp41 dan

akhirnya terjadi membran fusion. Terjadi proses transkripsi RNA ke DNA dan

akhirnya terjadi infeksi permanen. Sel T4 akan dihancurkan sehingga

terbentuklah HIV baru (replikasi) untuk menginfeksi sel CD4+ yang lain

(Smeltzer and Bare. 2002.). Sejumlah penelitian menyatakan bahwa sesudah

Page 54: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

54

infeksi inisial (permulaan), kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan

terinfeksi pula (Smeltzer and Bare. 2002).

Ketika sistem imun terstimulasi, maka replikasi virus akan terjadi dan

virus akan menyebar ke dalam plasma darah dan mengakibatkan infeksi

berikutnya pada sel-sel CD4 lainnya. Dalam respon imun, limfosit T4 berperan

dalam pengenalan antigen asing, aktifasi limfosit B untuk memproduksi

antibodi, stimulasi limfosit T sitotoksik memproduksi limfokin dan

mepertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Jika T4 terganggu, maka

mikroorganisme akan mudah menginvasi(Smeltzer and Bare. 2002). Infasi

tersebut akan menurunkan kadar CD4+ dalam tubuh dari jumlah normal (700-

1200/mm3) dan berefek ganda pada beberapa komponen imun yang lain,

antara lain menurunnya respon melarutkan Ag; menurunnya sekresi limphokin;

menurunnya cytotoxixity spesifik; menurunnya sel NK; produksi Ig terhambat

ketika berespon dengan Ag yang baru dan berkurangnya kemampuan

makrofag untuk cytotoxic; menurunnya chemotaxis; berkurangnya sekresi IL-1

dan lemahnya presentasi Ag.

Progresivitas AIDS dihubungkan dengan waktu terpapar HIV dan

tahapan infeksi didapatkan relative number or activity dari sel CD4+ pada awal

infeksi masih berada di atas 75% dan semakin menurun pada titik di bawah

25% 1 tahun sesudah terinfeksi, kondisi ini disebut immunodeficiency dan pada

tahun pertama ini klien sudah menunjukkan tanda-tanda simptomatik. Ketika

masa akut sudah terlampaui, klien jatuh pada fase kronik 3-8 tahun di mana

sudah mulai muncul infeksi yang berhubungan dengan AIDS antara lain

adanya carcoma kaposi; TB dan infeksi virus – jamur pada mukosa, sedangkan

angka aktifitas relatif sel CD4+ berada pada 75% pada tahun ke-3 dan sempat

Page 55: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

55

mengalami masa plateu dan akhirnya mulai terjadi penurunan pada tahun ke-5

menjadi 50% dan bersamaan dengan menurunnya sel T memori dan sel T

reactivity yang berada pada titik di bawah 25%-0% di tahun ke-8 terinfeksi.

Saat inilah pasien jatuh pada kondisi krisis dengan infeksi oportunistik yang

meluas.

Percepatan penurunan kadar CD4+ ini akan meningkat dan terjadi

infeksi oportunistik yang berdampak pada gangguan mental klien (Dwein.

2009), klien akan stres-fisik dan psikis-dan menyebabkan terjadinya penekanan

sistem imun (Nursalam. 2009).Berdasar konsep psychoneuroimunology, stres

diposisikan sebagai stimulus yang akan menimbulkan stressor dan melalui

HPA axis stres akan mempengaruhi kelenjar adrenal untuk mensekresikan

kortisol dalam jumlah yang banyak sehingga akan menekan sistem imun

(Clancy, J. 1998), sekresi kortisol ini berbanding lurus dengan perubahan

mental (stres) pasien dan berbanding terbalik dengan imunitas tubuh, karena

kortisol akan menekan sintesis protein dan menghambat proliferasi limfosit

diantaranya dapat menurunkan jumlah subset sel T terutama CD4 (Sholeh M.

2009).

Kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal sebagai

hasil dari stimulasi umpan balik negatif antara hipothalamus dan kelenjar

hipofisis anterior .(http://dok-tercantik.blogspot.com/2009).Persyarafan serabut

eferen simpatis dan efferen parasimpatis menyebabkan b-agonis dan

vasoaktive intestinal peptide mempengaruhi sekresi kortisol dan aldosteron.

Antara kelenjar adrenal dan hipothalamus terdapat jalur efferen yang

memungkinkan stres dapat merangsang sekresi ACTH. (Sholeh M. 2009) .

Sekresi kolesterol dan androgen diatur ACTH, sedangkan aldosteron oleh

Page 56: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

56

angiotensin dan konsentrasi ion K. Selain ACTH, kortisol dipengaruhi oleh

rangsangan otak sebagai respon terhadap stres dan oleh diurnal rytme.

Sedangkan ACTH diatur oleh CRH dan neurotransmitter. Stres baik fisik dan

emosional menyebabkan terjadinya sekresi CRH dan arginin vasopressin dan

aktivasi dari system saraf simpatis. Hal ini akan meningkatkan sekresi ACTH.

(http://dok-tercantik.blogspot.com/2009).Interaksi ACTH-kortisol terjadi melalui

negative feedback, konsentrasi kortisol yang meningkat akan menghambat

sekresi ACTH dan CRH. (Sholeh M. 2009)..

Pemberian kortisol meningkatkan pelepasan leukosit (PMN)

intravaskuler sumsum tulang, meningkatkan paruh waktu PMN dalam sirkulasi,

mengurangi pergerakan PMN dari pembuluh darah. Kortisol mengurangi

konsentrasi sistem pertahanan tubuh paling awal. Bila imunogen memasuki

tubuh, epitop ditangkap makrofag dan secara bersamaan menampilkannya

pada sel T. Makrofag melepaskan IL-1 (limfokin) yang dapat mengaktifkan Th.

Sekresi IL-2 oleh Th berfungsi sebagai mediator proliferasi sel T. Juga sel Th

dapat mengaktifkan limfosit B untuk memproduksi antibodi terhadap antigen

penyerang awal. Sehingga secara keseluruhan kortisol dapat menurunkan

respon sel T. (Sholeh M. 2009)

Kortisol juga mempengaruhi tingkah laku dan emosi seperti labil, euforia,

iritable dan depresi. Ketika stres terjadi, maka berbagai macam stressor

menghambat proliferasi limfosit dan akhirnya menurunkan jumlah subset dari

sel T, terutama CD4. Selain itu, stres juga menurunkan IL-2 sehingga terjadi

aktifitas dan toleransi sel T meningkat serta menurunan CD8. Stres dapat

mempengaruhi hilangnya kemampuan sel T dalam mengenal imunogen

dengan tanda kadar IFN-Y rendah (Sholeh M. 2009)..

Page 57: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

57

Pada pasien HIV-AIDS akan mengalami berbagai macam keluhan dan

komplikasi (infeksi oportunistik) dan ini akan menimbulkan stres. Stres fisik dan

psikologis membutuhkan strategi penanggulangan adaptif (coping mechanism).

Mekanisme koping yang positif dan efektif dapat menghilangkan stres,

sebaliknya, jika negatif dan tidak efektif maka akan memperburuk kesehatan

dan memperbesar potensi sakit. Stres dianggap sebagai stressor yang

menghambat proliferasi limfosit karena dapat menurunkan jumlah subset dari

sel T (CD4), IL-2 dan CD8 sehingga mempengaruhi hilangnya kemampuan sel

T mengenal imunogen, semakin banyak CD4 dihancurkan maka semakin turun

imunitas seorang pasien HIV-AIDS (Sholeh M. 2009).

5. Hubungan Antara Psikoterapi Spiritual dan, Kadar CD4+ dan

Depresi

Pengelolaan stres memiliki 2 komponen utama, 1) edukatif, dan 2)

tekhnik relaksasi, meliputi meditasi; perenungan dan biofeedback. Selain

tahajjud, dzikir mempunyai kandungan komponen yang kedua sehingga dapat

digunakan sebagai mekanisme koping menghadapi stres. Pengontrolan respon

emosi dapat dilakukan dengan 1) strategi cognitive refenition untuk melihat

masalah dari sisi pandangan yang lebih positif, dan 2) strategi cognitive

restructuring sebagai upaya mengubah persepsi menjadi lebih realistis dan

konstruktif tentang stressor, dan dzikir memenuhi 2 strategi tersebut, terdapat

esensi hidup realistis; optimis dan konstruktif. Sikap optimis dapat

menghindarkan diri dari depresi; cemas dan stres, dengan optimis orang akan

terjaga dan tetap dalam kondisi homeostasis.

Keterkaitan perilaku dengan ketahanan tubuh imunologik dalam konteks

PNI diperantarai oleh neurotransmitter; neurohormonal, hormon dan sitokin.

Page 58: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

58

Salah satu jalur yang mudah dibahas adalah jalur ACTH-kortisol-imunitas

(Sholeh M. 2009). Dalam proses pengelolaan tersebut, sebenarnya pasien

sedang berada pada kondisi adaptasi, menyeimbangkan diri antara stimulus-

respon yang diatur dalam sistem limbik. Bagian utama sistem limbik adalah

hipothalamus yang berperan dalam mengatur perilaku; dorongan dan fungsi

vegetatif. Adanya rangsangan pada hipothalamus memimbulkan sekresi

neurohormonal melalui HPA axis. Sedangkan pengaruh emosi sendiri diperoleh

melalui amigdala, stimulasi pada amigdala menimbulkan efek diantaranya

sekresi kortikotropik dan muncul rasa senang. Selain itu terdapat hipokampus

sebagai perekam dan pemakna proses persepsi, yaitu penyedia detail ingatan

akan konteks dan pemahaman emosional. Dalam proses suatu stimulus, sinyal

akan berjalan terlebih dahulu di otak menuju thalamus, melewati sinaps tunggal

ke amigdala. Sinyal kedua dari thalamus disalurkan ke neokorteks otak yang

berfikir. Percabangan ini memungkinkan amigdala mulai memberikan respon

sebelum neokorteks merespon dan mengolah informasi melalui beberapa

lapisan jaringan otak, sebelum otak sepenuhnya memahami dan pada akhirnya

memulai respon yang telah diolah (Sholeh M. 2009).

Amigdala menghidupkan hipothalamus agar mensekresikan CRF, CRF

akan mengaktifkan hipothalamus anterior (AP) untuk mensekresi opiat

(enkephalin dan endorphin). Selain itu sekresi ACTH pada AP menurun yang

akan mengontrol korteks adrenal untuk mengendalikan sekresi kortisol.

Menurunnya ACTH dan kortisol akan menyebabkan respon imun meningkat

(Sholeh M. 2009).

Ketika terjadi multicondition seperti ini (HIV positif dan atau AIDS dan

atau peningkatan kortisol karena stress fisik dan psikis), maka pasien HIV-AIDS

Page 59: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

59

semakin jatuh pada kondisi penurunan daya kekebalan tubuhnya. Diperlukan

berbagai penatalaksanaan yang komprehensif bio-psiko-sosio-spiritual.

Penatalaksanaan HIV-AIDS dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya

adalah pendekatan spiritual. Telah banyak ditemukan bukti yang mendukung

pada hubungan spiritual dengan peningkatan status kesehatan klien,

diantaranya: Complementary Alternative Medicine (CAM) antara lain terapi doa

(27%) berefek pada kualitas hidup pasien HIV dibanding penggunaan Anti

Retroviral Theraphy (ART) (Duggan, et all. 2001), perasaan positif; koping

konstruktif dan adaptasi yang efektif akan berkontribusi terhadap kesejahteraan

psikospiritual pasien kanker yang akhirnya meningkatkan status kesehatannya

(Lin, et all. 2003), dan kepercayaan dan doa akan menurunkan rasa nyeri

(Palmer, et all. 2004). Ditemukan pula jumlah sel CD4+ pada pasien remaja

dengan HIV tidak berkaitan dengan coping style (Stein, et all. 2004.), keterlibatan

dan hubungan dengan Tuhan-kekuatan tertinggi-dan keterlibatan keluarga akan

menghasilkan aspek positif dan kekuatan berjuang pada pasien HIV

(Tarakeshwar, et all. 2006), mantram akan meningkatkan kesejahteraan hidup

dan kesehatan fisik pada pasien HIV/AIDS (Bormann, et all. 2006). Bukti lain

mengatakan sebagian besar wanita HIV+ menggunakan pendekatan spiritual

untuk mengatasi masalah hidup dengan HIV+ dan berefek pada kemampuan

bertahan/kelangsungan hidup (Dalmida, et all.2006), spiritualitas pada pasien

HIV+ berkulit hitam tidak berhubungan dengan depresi (Braxton, et all. 2007) .,

depresi akan menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit karena terjadi

perubahan kimia sistem imun tubuh dan perbaikan kualitas hidup pasien setelah

didiagnosa HIV dipengaruhi oleh nilai spiritual yang tinggi dan nilai positif

terhadap agama(Tsevat, et all. 2009).

Page 60: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

60

Dalam kisah nyata, seorang gay mengatakan bahwa doa memberikan

kemampuan fokus pada pertahanan diri di saat T-cell, harapan yang meningkat

pada klien HIV-AIDS akan meningkatkan status fungsional tubuh dan kualitas

hidupnya (Chammas G.1999).. Evidance lain menjelaskan bahwa tidak ada

perbedaan antara pengguna dan non-pengguna terapi komplementer terhadap

perubahan CD4 dan beban virus yang ada (Chang, et all. 2003)., doa dan zikir

dapat menjadi unsur penyembuh penyakit (Hawari Dadang. 2003)., ketaatan

beragama akan meningkatkan daya tahan hidup pasien kanker dan HIV-AIDS

(Djauzi. (2004). Terapi Spiritual. Yayasan Spiritia: Jakarta), serta respon

relaksasi dengan menyebutkan kalimat spiritual akan menghilangkan nyeri;

insomnia dan kecemasan pada pasien kanker dan HIV-AIDS (Duggan, et all.

2001). Selain itu efek dukungan spiritual pada PHIV memberikan hasil yang

signifikan, kesejahteraan spiritual berhubungan dengan perubahan status

kesehatan fisik (Palmer, et all. 2004)., menurut Taylor stres dan depresi: akan

berpengaruh negatif pada sistem kekebalan tubuh dan dalam hal ini individu

yang tidak menjalankan agama akan mengalami stres (Yahya Harun. (2008).

Frayback menemukan bahwa spiritualitas adalah komponen yang sangat

penting untuk seseorang merasa sehat dan sejahtera (Fryback, et all. 1999),

dan pada penelitian terakhir tahajjud perkuat sistem imun tubuh

(http://www.klik-brc.com. 2010)., salat tahajjud yang dilakukan dengan tepat; 

khusyuk; ihlas dan kontinyu dapat meningkatkan perubahan respon ketahanan

tubuh imunologik (http://www.klik-brc.com. 2010). Salah satu upaya/aktifitas

spiritual yang sangat mudah dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh

adalah dengan dzikir. Dzikir secara etimologi berasal dari bahasa Arab dzakara

yang berarti mengingat, dan secara terminologi dimaknai sebagai suatu amalan

Page 61: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

61

ucapan melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah. Dari sekian

banyak pengertian tentang dzikir dapat diambil pengertian mendasar bahwa

dzikir merupakan setiap kegiatan fisik dan psikis yang membentuk akselerasi

mulai dari renungan; sikap; aktualisasi sampai kepada kegiatan proses hidup

yang dapat mengantarkan kita untuk teringat dan mengingat Allah, The Great

Power (Amin dan Al-Fandi. 2008). Dzikir merupakan ibadah sunnah yang paling

baik dan paling disukai oleh Allah, paling ringan dan mudah untuk dikerjakan

karena tidak dituntut dengan syarat dan rukun tertentu, dapat dilakukan

kapanpun; di manapun dan dalam kondisi apapun (Saleh A. Yurisaldi. 2010).

Walaupun tidak terbatas ruang dan waktu, tetapi ada waktu-waktu tertentu

yang sangat baik untuk dilakukan yaitu malam hari terutama sepertiga malam,

saat sholat, mendapatkan musibah, dan ketika lupa Allah (Amin dan Al-Fandi.

(2008).

Banyak sekali jenis dzikir yang dapat dilakukan, baik dalam bentuk tafakkur

(dzikir pikir, merenung dan berfikir tentang keagungan Allah), dzikir qouliyyah

(dzikir lisan, mengucapkan bacaan-bacaan tertentu dan dapat didengar oleh

telinga), dzikir qolbu (mengingat Allah dalam hati) dan dzikir amal/fi’liyyah

(mengingat Allah dengan perbuatan yang sesuai dengan aturan-Nya). Salah

satu dzikir yang paling utama adalah dzikir lisan, ada beberapa bacaan yang

bisa digunakan kapanpun dan dimanapun, yaitu kalimat tasbih, tahmid, takbir,

tahlil dan alhauqolah, selain istighfar, basmalah, dan  isti’adzah (Amin dan Al-

Fandi. 2008), selain dzikir yang paling utama yaitu laa Ilaaha illallah.

Salah satu jenis bacaan yang biasa dibaca orang sakit adalah istighfar,  karena

di dalamnya mengandung pemahaman kepasrahan diri; permohonan maaf dan

berserah diri pada-Nya. Kondisi ini akan memberikan kenyamanan dan dapat

Page 62: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

62

dilakukan kapanpun dimanapun dengan bacaan yang tidak sulit karena hanya

berbentuk kalimat Astaghfirullah. Tidak ada aturan khusus berapa kali; kapan

dan bagaimana istighfar itu dibaca, akan tetapi terdapat koridor saat akan

membaca yaitu diusahakan hati dan badan bersih; benar-benar berpasrah dan

memahami arti pemohonan maaf yang sesungguhnya dan bisa dibaca 100 kali

tiap pagi (Saleh A. Yurisaldi. 2010).

Korelasi dzikir dengan peningkatan kekebalan tubuh dapat dibuktikan sebagai

berikut : Dzikir merupakan ibadah sarat muatan psikologis dan mempengaruhi

kognisi dengan memperbaiki persepsi; motivasi positif dan coping efektif. Pada

teori gate control dikatakan bahwa stres dapat dikendalikan oleh biokimiawi

juga motivasi-proses kognisi, sehingga dengan sikap optimis, orang akan

terjaga dan tetap dalam kondisi homeostasis (Saleh A. Yurisaldi. 2010). Dzikir

pada klien HIV-AIDS adalah membaca istighfar yang sangat mudah dilakukan;

tidak ada batasan waktu dan tempat; kalimat pendek; tidak menimbulkan

kepayahan dan kebosanan serta sesuai kondisi (Amin dan Al-Fandi. 2008).

Pasien dikondisikan memahami esensi kalimat istighfar; konsentrasi dan

penyerahan diri kepada Allah; dan ditekankan pada keihlasan serta kontinuitas.

Dzikir minimal 30 menit/hari dengan frekuensi 5-6 menit/selesai sholat (waktu

datang sholat), dengan cara di atas maka dzikir akan dapat memodulasi sistem

imun. Dzikir mendatangkan persepsi positif, amigdala akan mengirimkan

informasi kepada Locus Coeruleus (LC) yang mengaktifkan reaksi syaraf

otonom, lewat hipothalamus, mensekresikan neurotransmitter; endorpin dan

enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit dan pengendali sekresi

CRF secara berlebihan. Akibatnya HPA axis dalam mensekresi ACTH juga

stabil terkendali, begitu juga kortisol; adrenalin dan nor adrenalin serta

Page 63: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

63

katekolamin yang mempunyai reseptor alfa (Ra) dan beta (Rb), sehingga

sistem imun menjadi positif. Alurnya sebagai berikut:

Emosional kognitif yang positif (dzikir) ditransmisikan ke sistem limbik dan

kortex serebral dengan tingkat koneksitas kompleks antara batang otak-

thalamus-hypothalamus-pre frontal kiri dan kanan-hipokampus-amigdala.

Terjadi keseimbangan sintesis dan sekresi neurotransmitter; GABA dan

antagonis GABA oleh hipokampus dan amigdala, dopamin; serotonin dan

norepineprin oleh prefrontal serta asetilkolin; endorpin dan enkepalin oleh

hipothalamus. Sifat inhibisi dan eksitasi tersebut akan mempengaruhi sekresi

CRF oleh PVN di hipothalamus, pengendalian ini akan mengendalikan sekresi

ACHT oleh HPA-A sehingga terjadi keseimbangan korteks adrenal dalam

mensekresikan kortisol dan beberapa neurotransmitter; adrenalin-nor epineprin

dan katekolamin dengan reseptor alfa maupun beta (Sholeh M. 2009).

Normalitas kortisol menstimulasi respon ketahanan tubuh imunologik, baik

spesifik non-spesifik; seluler maupun humoral yaitu kortisol normal akan

menstimulasi limfosit (T, B) yang dapat memproduksi antibodi. Secara spesifik

pada klien HIV-AIDS, kortisol menstimulasi makrofag/monosit untuk

mensekresi IL-1 yang dapat menstimuli differensiasi sel T menjadi Th-1; Th-2;

Tc; basofil; eosinofil; neutrofil dan berpengaruh langsung pda sek NK.

Makrofag/monosit dapat dirangsang oleh produk bakteri dan sitokin; IFNg;

TNF dan IL-1 untuk mengahsilkan NO. Pada satu sisi, Th-2 menstimulasi

differensiasi sel B untuk menjadi sel plasma, sementara sel T sitotoksik

berikatan dengan IL-1 untuk mngaktifkan kembali sel T-helper (Sholeh M.

2009).

Page 64: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

64

Sel CD4+ mencakup monosit; makrofag dan limfosit T helper, limfosit T helper

merupakan sel yang paling banyak. Ketika semua komponen ini akan

terstimulasi oleh normalitas kortisol, maka terjadi peningkatan sistem imun

tubuh; peningkatan kemampuan mengenal benda asing; mengaktifkan limfosit

B yang memproduksi antibodi; menstimulasi sel sitotoksik; memproduksi

limfokin dan memperthankan tubuh terhadap infeksi parasit. Pada akhirnya

cadangan CD4 pada klien HIV-AIDS meningkat, yang artinya ketika sistem

imun meningkat maka terjadi perlambatan produksi HIV dalam tubuh dan

percepatan munculnya infeksi opportunistik akan menurun dan akhirnya status

kesehatan pasien meningkat atau minimal tidak jatuh pada kondisi terburuk.

BAB III

KERANGKA KERJA

A. Kerangka Teori

A.1. Hubungan Infeksi HIV – CD4 – Depresi

Infeksi HIV

Persepsi Negatif

Hipotalamus

CRH

Stress BiologikStress psikologik

Stress socialStress spiritual

Locus Ceruleus

Korteks Prefrontal

Page 65: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

65

Hipofise

ACTH

Kel. Adrenal

Kortisol

Sintesis Protein

CD 4 +

Proliferasi Limfosit T

Skor Depresi

LimfokimSel NK, MakrofagIL-1, IL-2, INF-Y

AIDS

Nor-epnephrin

Page 66: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

66

A.2. Pengaruh Psikoterapi Spiritual terhadap depresi dan CD4

.

Psikoterapi Spiritual

Reticular Activating System (RAS)

Aktivasi Retikuler Thalamus Anterior Kanan

Aktivasi Korteks Prefrontalis

Lobus Parietal Posterior Superior Kanan

Hipokampus Kanan

Amigdala kanan

Hipotalamus Ventromedial

Glutamat

GABA

Glutamat

Glutamat

Glutamat

Hipotalamus Lateral

ParasimpatisSimpatis

CRH Locus Sereleus

Hipofise

ACTH

Noradrenalin

Kortex Adrenal

Kortisol

Sintesis Protein

Limfosit T

Kadar CD4+

Relaksasi

Tenang , Tentram, Damai dan Sejahtera

Raphe Dorsalis

Serotonin

Inti Arkuata Hipotalamus

ß- Endorfin

Skor Depresi

Skor Depresi

Noradrenalin

Page 67: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

67

B. Kerangka Konsep

Identifikasi Variabel

: Variabel Bebas

: Variabel Antara

:

: Variabel Tergantung

: Variabel Random

Psikoterapi Spiritual

Mekanisme BiologikNeurotransmitter

Mekanisme PsikologikStrategi Koping

Umur

Pendidikann

Kepribadian

Pekerjaan

Persepsi

Kadar CD4+

Skor Depresi

Page 68: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

68

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pasien HIV adalah orang dengan hasil rapid tes positif terinfeksi virus

HIV dan hasil pemeriksaan elisa menunjukkan penurunan imunitas (kadar CD4

antara 200 s/d 500 sel/mm3 )

2. Skor depresi : adalah hasil penjumlahan dari Skala depresi Beck

Depression Inventory (BDI).

3. Relaksasi : metode relaksasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kombinasi relaksasi otot dan pernapasan.

4. Psikoterapi Spiritual adalah suatu bentuk pendekatan / pengobatan

dengan menggunakan tehnik relaksasi sederhana yang digabungkan dengan

kekuatan keyakinan terdalam seseorang (keyakinan akan kekuasaan Tuhan).

(Herbert Benson).

5. CD4+ adalah subset limfosit yang merupakan indikator perkembangan

progresif dari infeksi HIV (kadar normal = 600 - 1200 sel/mm3

D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara Psikoterapi spiritual dengan penurunan

derajat depresi pada pasien HIV/AIDS.

2. Terdapat hubungan antara psikoterapi spiritual dengan peningkatan

kadar CD4 pada pasien HIV/AIDS.

3. Terdapat hubungan antara peningkatan skor spiritual dengan

penurunan skor depresi dan peningkatan kadar CD4+.

Page 69: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

69

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi rancangan experimental randomized pretest-

post-test control group design mengenai pengaruh psikoterapi spiritual

terhadap penurunan skor sindrom depresi dan peningkatan kadar CD4+ pada

pasien HIV. Penelitian ini dilakukan secara prospektif menilai kemajuan

penyembuhan pasien HIV dan sindrom depresi. Kemajuan penyembuhan HIV

dinilai dengan kenaikan kadar CD4 darah. Sedangkan skor depresinya dinilai

dengan mempergunakan Beck’s Depression Inventory (BDI). Untuk menilai

tingkat Spiritualitas digunakan Skala Spiritual dari Fetzer yang telah

dimodifikasi dan divalidasi di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo oleh

Muhammad Fanani dkk.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilakukan di di Poli Metadon dan bangsal rawat

inap pasien HIV/AIDS BLU RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,

Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Kassi-kassi. Direncanakan mulai

tanggal 1 Maret s/d 1 Mei 2011.

C. Populasi Penelitian

Page 70: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

70

Populasi penelitian adalah pasien HIV yang berobat di poliklinik penyakit

tropis, poliklinik Metadon dan rawat inap RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo serta

poliklinik metadon Puskesmas Jumpandang Baru dan Puskesmas Kassi-kassi,

D. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel adalah pasien penderita HIV (+) dibuktikan dengan hasil rapid test

reaktif dan berobat poliklinik tropis, poliklinik metadon dan pasien rawat inap di

RS.Dr. Wahidin Sudirohusodo serta poliklinik metadon Puskesmas

Jumpandang Baru dan Puskesmas Kassi-kassi. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara purposive sampling, artinya dilakukan pengambilan sampel

dengan pertimbangan bahwa subjek tersebut dapat memberikan informasi

yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael,

2002).

E. Perkiraan Besar Sampel Penelitian

Untuk perhitungan besar sampel digunakan analitik-numerik tidak berpasangan

(Dahlan MS, 2009)

2

n1 = n2 = 2 (Z + Z β). S D

(Xt - Xc)

Keterangan:

Z = deviat baku alfa yaitu 1,96

Zβ = deviat baku beta yaitu 0,842

S = standar deviasi perkiraan perbedaan

(Xt - Xc) = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Page 71: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

71

Bila (Xt - Xc) = efek sebesar 1 SD, maka

n1 = n2 = 2 (Z + Z β)2

n1 = n2 = 2 (1,96 + 0,842)2

n1 = n2 = 2 (2,802)2

n1 = n2 = 2 (7,851)

n1 = n2 = 15.702 = 16

Bila angka drop out diperkirakan 25% berarti f25 = 0,25, maka :

n1 = n2 = 1 X 16 = 4/3 X 16 = 21.33 = 21

1 – 0,25

Jadi jumlah sampel minimun adalah 21 orang

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi, yaitu :

- Pasien yang terinfeksi virus HIV dinyatakan dengan hasil rapid tes

positif

- Usia 15 - 50 tahun

- Bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan membuat

informed consent tertulis.

- Pendidikan minimal tamat SD

- Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

Kriteria Eksklusi

- Mengalami gangguan mental berat (psikotik), yang penilaiannya

dilakukan melalui metode wawancara

Page 72: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

72

- Mengalami gangguan pendengaran sehingga mengganggu komunikasi

verbal.

- Gangguan kesadaran.

G. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas adalah jenis perlakuan berupa psikoterapi spiritual

dengan metode relaksasi dan sugesti

2. Variabel luar yang mempengaruhi hasil penelitian adalah : faktor jenis

kelamin, pendidikan, diagnostik penyakit medik umum dan neurologik,

komorbiditas dengan gangguan psikiatrik, penggunaan terapi farmakologik /

non farmakologik.

H. Definisi Operasional Variabel

1. Pasien HIV adalah orang dengan hasil rapid tes positif terinfeksi virus

HIV dan hasil pemeriksaan elisa menunjukkan penurunan imunitas (kadar CD4

antara 200 s/d 500 sel/mm3 )

2. Skor depresi : adalah hasil penjumlahan dari Skala depresi Beck

Depression Inventory (BDI).

3. Relaksasi : metode relaksasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kombinasi relaksasi otot dan pernapasan.

4. Psikoterapi Spiritual adalah suatu bentuk pendekatan / pengobatan

dengan menggunakan tehnik relaksasi sederhana yang digabungkan dengan

kekuatan keyakinan terdalam seseorang (keyakinan akan kekuasaan Tuhan).

(Herbert Benson).

5. CD4+ adalah subset limfosit yang merupakan indikator perkembangan

progresif dari infeksi HIV (kadar normal = 600 - 1200 sel/mm3

I. PENGOLAHAN DAN ANALISIS SERTA PENYAJIAN HASIL

Page 73: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

73

Data dari subjek dikumpulkan dari :

- Status rawat jalan di poliklinik dan rawat inap pasien HIV/AIDS yang

dirawat dibangsal.

- Pemeriksaan depresi dengan menggunakan Beck’s Inventory for

Depression untuk menilai skor depresinya.

- CD4+ untuk menilai tingkat imunitas pasien terhadap HIV/AIDS

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Chi

Square test karena jumlah sampelnya kecil. Penyajian hasil dalam bentuk tabel

secara deskriptif dan diuraikan secara linier dengan prosentase.

J. Prosedur kerja. :

1. Terhadap semua subjek dijelaskan tujuan dari penelitian ini dan

dimohonkan kesediaannya untuk ikut dalam penelitian tersebut dengan

menanda tangani informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan dan

perlakuan.

2. Terhadap semua subjek dilakukan pemeriksaan skoring depresinya

dengan menggunakan Beck’s Inventory for Depression dan untuk menilai

derajat depresinya dan CD4 untuk menilai tingkat imunitasnya. .

3. Berikan psikoterapi spiritual dengan menggunakan tehnik relaksasi

yang digabungkan dengan doa sesuai keyakinan pasien selama lima sampai

sepuluh menit.

4. Dilakukan pemeriksaan kembali derajat depresi Beck’s Inventory for

Depression untuk menilai skoring depresinya dinilai setelah tiga bulan

perlakuan, sedangkan untuk menilai tingkat imunitasnya dilakukan dengan

pemeriksaan CD4 setelah tiga bulan perlakuan

Page 74: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

74

K. Alur Penelitian :

Pengumpulan Data

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Penempatan Populasi

Randomisasi

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pre-tesPemeriksaan CD4Tes Skala Depresi(BDI)Tes Skala Spiritual

Pre-tesPemeriksaan CD4Tes Skala Depresi(BDI)Tes Skala Spiritual

Terapi Standar + Psikoterapi Spiritual Terapi Standar

Post-tesPemeriksaan CD4Tes Skala Depresi(BDI)Tes Skala Spiritual

Post-tesPemeriksaan CD4Tes Skala Depresi(BDI)Tes Skala Spiritual

Page 75: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

75

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel

Variabel

Kelompok

Total X2Perlakuan

(n = 20)

Kontrol

(n =20)

Jenis Kelamin

- Laki-laki

- Perempuan

17

3

15

5

32

8

p = 0,695

Umur

- 20 - 29

- 30 - 39

- 40 – 49

7

11

2

10

10

0

17

21

2

p = 0,276

Pendidikan

- SD

- SMP

- SMU/SMK

- PT

0

4

15

1

2

2

12

4

2

6

27

5

p = 0,187

Pekerjaan

- Tidak Bekerja

- Wiraswasta

- PNS

12

8

0

2

17

1

14

25

1

p = 0,003

Hasil Analisa

Page 76: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

76

Status Rawat

- Rawat Inap

- Rawat Jalan

- Lapas

8

3

9

8

12

0

16

15

9

p = 0,001

Diperoleh 40 orang penderita HIV/AIDS yang memenuhi kriteria sampel. Terdiri

dari 20 orang kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol

Adapun distribusi karakteristik sampel pada kedua kelompok dapat dilihat pada

tabel 5.1.

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi jenis kelamin,

kelompok umur, dan tingkat pendidikan.

Distribusi penderita berdasarkan pekerjaan dan status rawat ditemukan

perbedaan bermakna (p < 0,05) dimana pada kelompok perlakuan lebih banyak

diikuti oleh penderita yang tidak bekerja, sedangkan kelompok kontrol lebih

banyak dari kelompok wiraswasta.

Penderita yang dilapas semuanya mengikuti dzikir (kelompok perlakuan).

Kelompok rawat jalan lebih banyak menjadi kelompok kontrol (80%). Sebagian

penderita rawat inap ikut kelompok perlakuan (dzikir), sebagian yang lain

mejadi kelompok kontrol.

Tabel 5.2. Perubahan Skor BDI, Skor Skala Spiritual Fetzer, Kadar CD4,

sebelum dan sesudah perlakuan.

Variabel

Kelompok

X2Perlakuan

(n = 20)

Kontrol

(n = 20)

BDI (1) 21,50 (11,52) 17,80 (12,52) p = 0,327

BDI (2) 15,95 (10,16) 24.30 (13..28) p = 0,052

Page 77: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

77

SSF (1) 77.050 (9.14) 78.93 (8.30) p = 0,718

SSF (2) 80.30 (6.21) 72.63 (10.79) p = 0,020

CD4+ (1) 266.80 (204.89) 438.80 (325.41) p = 0,091

CD4+ (2) 289.10 (154.52) 278.05 (232.92) p = 0,512

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa skor BDI antara kelompok perlakuan dan

kontrol tidak bermakna (p > 0,05) sebelum perlakuan. Setelah perlakuan

selama 3 bulan, maka kelompok perlakuan skor BDI menurun dari 21,50

(11,52) menjadi 15,95 (10,16). Sedangkan kelompok kontrol malah terjadi

peingkatan skor dari 17,80 (12,52) menjadi 24,30 (13,28) setelah 3 bulan

kemudian.

Pada skala SSF, tidak ditemukan perbedaan bermakna (p > 0,05)

sebelum perlakuan. Skor SSF pada kelompok perlakuan 77,050 (9,14), sedang

pada kelompok kontrol skor SSF adalah 78,93 (8,30). Setelah 3 bulan skor SSF

meningkat menjadi 80,30 (6,21) pada kelompok perlakuan, sedangkan pada

kelompok kontrol turun menjadi 72.63 (10.79).

Hasil analisis CD4+ serum berbeda secara bermakna (p < 0,05) antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan kadar

CD4+ serum lebih rendah (266,80 (294,89)) dari kelompok kontrol (438.80

(325.41)). Setelah perlakuan 3 bulan pada kelompok perlakuan meningkat

menjadi 289.10 (154.52), sedangkan pada kelompok kontrol justru menurun

menjadi 278.05 (232.92).

Bila dilakukan analisis katagorial dengan cara mengkatagorikan perbedaan

CD4+ serum sebelum dan sesudah perlakuan selama 3 bulan pada setiap

sampel diperoleh hasil sebagaimana yang tertera pada tabel 5.3.

Page 78: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

78

Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Sampel yang mengalami perubahan skor BDI, SSF,

dan CD4+ setelah 3 bulan pada kedua kelompok.

Variabel

Kelompok

RR

95%

Confidence

Interval for OR

Perlakuan

(n =20)

Kontrol

(n = 20)

Perubahan BDI

Membaik

Memburuk

12

8

2

18

6.00 (1,1536–

23,438)

Perubahan

SSF

Meningkat

Tidak

Meningkat

12

8

1

19

12,00 (1.718–

83.803)

Perubahan

CD4

Meningkat

Tidak

Meningkat

15

5

1

19

15.000 (2.184–

103.035)

Page 79: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

79

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan (Dzikir) terjadi

perbaikan BID sebayak 12 orang dari 20 (60 % ) sedangkan pada kelompok

kontrol sebelum hanya 2 diantara 20 (10 %) dengan RR = 6.00 (1,1536 –

23,438) artinya kelompok perlakuan 6 kali lebih mungkin BID membaik

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pada kelompok perilaku skor SSF meningkat sebanyak 12 dari 20 orang (60 %)

sedangkan pada kelompok kontrol hanya 1diantara 20 orang (5%) dengan RR

= 12,00 (11.718– 83.803). Sedangkan kelompok perlakuan 12 kali lebih

mungkin mengalami peningkatan/perbaikan SSF dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

Terjadi peningkatan CD4 sebanyak 15 orang dari 20 orang (25 %) pada

kelompok perlakuan,sedangkan pada kelompok kontrol hanya 1 orang diantara

20 orang (5 %) , dengan RR sebesar 15,00 (2,184-103,035) artiya kelompok

perlakuan 15 kali lebih mungkin mengalami peningkatan kadar CD4 dibanding

kelompok kontrol.

B. PEMBAHASAN

Pada awal penelitian tidak didapatkan adanya perbedaan yang bermakna

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol baik skor skala depresi, skala

spiritual Fetzer dan kadar CD4+ serum. Namun setelah penelitian selama 3

bulan didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok

perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan

terjadi penurunan skor skala depresi BDI dari 21,50 (11,52) menjadi 15,95

(10,16), sedangkan pada kelompok kontrol terjadi kenaikan skor skala depresi

BDI dari 17,80 (12,52) menjadi 24,30 (13,28). Dengan menurunnya skor skala

Page 80: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

80

depresi berarti psikoterapi spiritual mempunyai pengaruh yang baik terhadap

depresi atau membantu penyembuhan gangguan depresi.

Pengaruh psikoterapi spiritual terhadap CD4+, dapat dilihat pada tabel 5.2 yang

menunjukkan adanya peningkatan kadar CD4 pada kelompok perlakuan dari

266,80 (294,89) menjadi 289.10 (154.52). sedangkan pada kelompok terjadi

penurunan kadar CD4+ dari 438.80 (325.41) menjadi 278.05 (232.92).

Peningkatan kadar CD4+ ini menunjukkan bahwa psikoterapi spiritual

memberikan pengaruh yang baik terhadap kesehatan penderita dengan

peningkatan aktivitas dari sistem imunitas mereka.

Dari hasil wawancara dengan penderita HIV/AIDS, keluarga dan petugas lapas

didapatkan informasi bahwa mereka yang mengalami penurunan skor depresi

dan peningkatan kadar CD4+ serum adalah mereka yang tekun beribadah dan

bersungguh-sungguh dalam berdzikir serta bagi mereka yang di lapas adalah

yang sering dijenguk oleh keluarga. Sedang mereka yang meningkat skor

depresinya dan menurun kadar CD4+ adalah mereka yang berdzikir hanya ikut-

ikutan, masih menggunakan zat psikoaktif dan jarang dijenguk oleh

keluarganya baik yang diperawatan maupun yang di lapas.

Pada kelompok kontrol didapatkan 1 orang yang mengalami peningkatan kadar

CD4+. Hasil wawancara dengannya didapatkan informasi bahwa dia mendapat

infeksi HIV dari suaminya yang telah meninggal dan telah dua kali dirawat di

rumah sakit karena drop dengan CD4+ 4 ul. Pasien telah mencoba berbagai

macam pengobatan antara lain dengan minum susu beruang, rebusan daun

sirsak dll. Setiap dia mendapat informasi mengenai pengobatan HIV/AIDS dia

coba menerapkannya. Selain itu sejak dia dirawat dia sering shalat tahajud dan

shalat dhuha. Dia berjuang melawan penyakitnya demi kedua anaknya.

Page 81: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

81

KETERBATASAN

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan, antara lain :

1. Pada umumnya penderita yang masuk rawat inap adalah dalam stadium

lanjut dengan berbagai infeksi opportunistik (TBC, tumor otak, meningitis dll)

dan dalam keadaan lemah sehingga tidak dapat mengisi kuesner yang

diberikan.

2. Kebanyakan penderita HIV/AIDS yang dirawat berasal dari luar daerah

seperti Palu (Sulteng), Kendari (Sultra), Ambon (Maluku), dan Papua.sehingga

setelah mereka kembali ke daerahnya sulit dihubungi kembali

Page 82: Materi Pengaruh Psikoterapi Spiritual

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Psikoterapi Spiritual mempengaruhi penurunan skor depresi BDI secara

bermakna, pada kelompok perlakuan.

2. Psikoterapi Spiritual mempengaruhi peningkatan kadar CD4+ serum

secara permakna pada kelompok perlakuan.

3. Psikoterapi Spiritual meningkatkan nilai skala spiritual secara bermakna.

SARAN

1. Disaran agar Psikoterapi spiritual ini dapat dimanfaatkan sebagai terapi

penunjang dalam pengobatan penyakit-penyakit fisik dan mental dalam stadium

terminal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana pengaruh psikoterapi

spiritual terhadap penurunan dari viral load.

3. .