proposal tak

44
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 1. Topik : TAK STIMULASI PERSEPSI : Perilaku Kekerasan 2. Latar Belakang Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%. Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan 1

Upload: harrie-az-na

Post on 18-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Topik : TAK STIMULASI PERSEPSI : Perilaku Kekerasan2. Latar BelakangTerapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.3. TujuanA. Tujuan UmumKlien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.B. Tujuan Khusus1. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.3. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.4. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya.5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.4. Landasan Teori : Terlampir5. Sesi Yang DigunakanDalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:A. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan.B. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik.C. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.D. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual.E. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat.6. KlienA. Karakteristik/Kriteria1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat. B. Proses Seleksi1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.3. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi: menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.7. Kriteria HasilA. Evalusi Struktur1. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinyaB. Evalusi Proses1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.2. Leader mampu memimpin acara.3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir. C. Evalusi HasilDiharapkan 80% dari kelompok mampu :a. Memperkenalkan dirib. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.c.Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.8. PengorganisasianA. Waktu Pelaksanaan1. Hari/Tanggal : 2. Waktu : 3. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)4. Tempat : 5. Jumlah klien : B. Tim Terapis1. Leader: I GD Yudiari AnggaraUraian tugas: a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.b. Memimpin jalannya terapi kelompok.c. Memimpin diskusi.2.Co-leader : Handriana Fuji AstutiUraian tugas :a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.d. Menggantikan leader jika ada berhalangan.3. Observer : Jemi saputraUraian tugas :a. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara.b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompok.4. Fasilitator : 1. Harianti2. I Gede Hendra WidarmaUraian tugas :a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.5. Paisen : 1. I Gede indrawan2. I Komang Triadnya saputraC. Metode dan Media1. Alat :a. Papan tulis/flipchart/whitebordb. Kapur/ spidolc. Buku catatan dan pulpend. Jadwal kegiatan kliene. Bantal2. Metode :a. Dinamika kelompokb. Diskusi dan tanya jawabc. Bermain peran/simulasi9. Proses Pelaksanaan Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa DilakukanA. Tujuan:1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.B. Setting:1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.2. Ruangan nyaman dan tenang.C. Alat :1. Papan tulis/flipchart/whitebord.2. Kapur/ spidol3. Buku catatan dan pulpen4. Jadwal kegiatan klienD. Metode :1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. Bermain peran/simulasiE. Langkah Kegiatan :1. Persiapana. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatifb. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2. Orientasia. Salam teraupetik1. Salam dari terapis kepada klien2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)3. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)b. Evaluasi /validasi1. Menanyakan perasaan klien saat ini2. Menanyakan masalah yang dirasakanc. Kontrak1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan2. Menjelaskan aturan main berikut :a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.b) Lama kegiatan 45 menit.c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.3. Tahap Kerjaa. Mendiskusikan penyebab marah1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboardb. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboardc. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboardd. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan.e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboardh. Memberikan reinforcement pada peran serta klieni. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibatj. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasank. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan4. Tahap Terminasia. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.2) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.b. Kontrak yang akan datang1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.Evaluasi dan DokumentasiEvaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :Sesi 1 TAKStimulasi perilaku KekerasanKemampuan PsikologiNo.Nama klienPenyebab PKMemberi Tanggapan Tentang

Tanda & gejala PKPerilaku kekerasanAkibat PK

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda () jika mampu dan beri tanda (x) jika tidak mampu.DokumentasiDokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregeten dan deg-degan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan FisikA. Tujuan1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.B. Setting1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat 2. Ruangan nyaman dan tenang.C. Alat1. Bantal2. Sound musik3. Papan tulis4. Buku catatan dan pulpen5. Jadwal kegiatan klienD. Metode1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. PermainanE. Langkah kegiatan 1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2. Orientasia. Salam terapeutik1) Salam dari terapis kepada klien.2) Klien dan terapis pakai papan nama b. Evaluasi validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.c. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan2) Menjelaskan aturan main berikut :a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapib) Lama kegiatan 45 menitc) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir3. Tahap kerjaMelakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien memutar bola yang di pegang, bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.1. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh klien.2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboardb. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.1) Terapis mempratekkan.2) Klien melakukan redemontrasi.e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.f. Memberikan pujian pada peran serta klieng. Upayakan semua klien berperan aktif.4. Tahap terminasia. Evaluasi1) Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.3) Memberitahukan kemajuan masing masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan.2) Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.c. Kontak yang akan datang 1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan DokumentasiEvaluasiEvaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:Sesi 2:Stimulasi Persepsi Perilaku KekerasanKemampuan mencegah perilaku kekerasan fisikNoNama klienMempraktekkan cara fisik yang pertamaMempraktekkan cara fisik yang kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampuDokumentasiDokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan SosialA. Tujuan1.Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa2.Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan B. Seting1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang C. Alat1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis2. Buku catatan dan pulpen3. Jadwal kegiatan klien D. Metode1.Dinamika kelompok2.Diskusi dan tanya jawab3.Bermain peran / simulasiE. Langkah kegiatan :1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik1) Salam dari terapis kepada klien 2) Klien dan terapis pakai papan namab. Evaluasi /Validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini2) Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan 3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukanc. Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan2) Menjelaskan aturan main berikut:a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.b) Lama kegiatan 45 menit.c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.3. Tahap kerjaa. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain.b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu, Saya perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk.....d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.f. Memberikan pujian pada peran serta klien.g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu,Saya tidak dapt melakukan...atauSaya tidak menerima dikatakan .....atau Saya kesal dikatakan seperti....h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.j. Memberikan pujian pada peran serta klien.4. Tahap terminasia. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara teratur.3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.c. Kontrak yang akan datang1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan DokumentasiEvaluasiEvaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 3: TAKStimulasi persepsi perilaku kekerasanKemampuan mencegah perilaku kekerasan social

NoNama KlienMemperagakan cara meminta tanpa paksaMemperagakan cara menolak yang baikMamperagakan cara mengungkapkan kekerasan yang baik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Petunjuk :1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda () jika klien tidak mampu.

DokumentasiDokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritualA. TujuanKlien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.B. Setting1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis2. Buku catatan dan pulpen3. Jadwal kegiatan klien

D. Metode1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. Bermain peran/ stimulasi

E. Langkah kegiatan1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.b. Menyiapkan alat dan tempat.2. Orientasia. Salam terapeutik1) Salam dari terapis kepada klien2) Klien dan terapis pakai papan namab. Evaluasi/ validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini.2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan.3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.c. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan2) Menjelaskan aturan main berikut:a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.b) Lama kegiatan 45 menit.c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.3. Tahap kerjaa. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.b.Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.f. Memberikan pujian pada penampilan klien.4. Tahap terminasi a. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.c. Kontrak yang akan datang1) Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan DokumentasiEvaluasiEvaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut. Sesi 4 : TAKStimulasi persepsi perilaku kekerasanKemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritualNoNama klienMempraktikkan kegiatan ibadah pertamaMempraktikkan kegiatan ibadah kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk:1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda () jika klien tidak mampu. DokumentasiDokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi ObatA. Tujuan1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

B. Setting1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis2. Buku catatan dan pulpen3. Jadwal kegiatan klien4. Beberapa contoh obat

D. Metode1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab

E. Langkah kegiatan1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.b. menyiapkan alat dan tempat2. Orientasia. Salam terapeutik1) Salam dari terapis kepada klien2) Klien dan terapis pakai papan namab. Evaluasi/ validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini.2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan.3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.c. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan2) Menjelaskan aturan main berikut:a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.b) Lama kegiatan 45 menit.c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.3. Tahap kerjaa. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan tiap klien menyampaikan).b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.f. Berikan pujian pada klien yang benar.g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku kekerasan/ kambuh.j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku kekerasan/ kambuh.k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.4. Tahap terminasi a. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.c. Kontrak yang akan datangMengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan DokumentasiEvaluasiEvaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.Sesi 5: TAKStimulasi persepsi perilaku kekerasanKemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

NoNama klienMenyebutkan lima benar minum obatMenyabutkan keuntungan minum obatMenyebutkan akibat tidak patuh minum obat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk:1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda () jika klien tidak mampu.

DokumentasiDokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGCKeliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGChttp://ariokeputra.blogspot.com/

LampiranLANDASAN TEORIPerilaku KekerasanA. DefinisiMarah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1996). Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/panik. Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan gaduh gelisah yang tak terkontrol.Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.1. Rentang Respons Marah Adaptif Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk/PKa. Respon marah yang adaptif meliputi :1) Pernyataan (Assertif)Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.2) FrustasiRespons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.b. Respon marah yang maladaptif meliputi :1) Pasif Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.2) AgresifPerilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.3) Amuk dan kekerasanPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.B. Etiologi1. Faktor Predisposisia. Faktor psikologis.1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecilyang tidak menyenangkan.3) Frustasi.4) Kekerasan dalam rumah atau keluarga.b. Faktor sosial budaya.Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresi tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat memengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.c. Faktor biologis.Berdasarkan basil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, di mana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.2. Faktor PresipitasiSecara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam. baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.a. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.b. lnteraksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahau diri klien sendiri maupun eksternal danlingkungan.c. Lingkungan: panas, padat, dan bising.

C. Tanda GejalaPada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara:1. Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.2. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. 3. perilaku yang berkaitan dengan marah antara laina. Menyerang atau Menghindar ( fight or flight)Pada keadaan ini respons psikologi timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yg menyebabkan tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, Pupil melebar,mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi,kewaspadaan jg meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup,tangan dikepal,tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yg cepat.b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yg sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yg terbaik untuk mengekspresikan marah krn individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.c. Memberontak (acting out)Perilaku yg muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku memberontak utk menarik perhatian orang lain.d. Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yg ditujukan kepada diri sendiri,orang lain maupun lingkungan.

D. Pohon Masalah Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri RendahE. Macam Perilaku Kekerasan1. Ancaman verbal2. Merusak lingkungan 3. Menciderai diri sendiri 4. Menciderai orang lainF. Mekanisme KopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)1. Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping yg konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.2. Mekanisme koping yg umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti Displacement, Sublimasi, Proyeksi, Represi, dan Reaksi Formasi.a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunyac. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

G. Akibat dari Perilaku KekerasanResiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan Gejala :1. Memperlihatkan permusuhan.2. Mendekati orang lain dengan ancaman.3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.5. Mempunyai rencana untuk melukai.H. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasanKeliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :1. Tindakan Keperawatan a. Berteriak, menjerit, dan memukul. Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.b. Cari gara-gara. Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.c. Bantu melalui humor. Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.2. Terapi MedisPsikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

2