proposal tak

19
A. Dasar Pemikiran Manusia adalah makhluk sosial yang terus-menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa yang dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan dari orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap 1

Upload: annatasiapujiwinata

Post on 07-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TAK Sosial

TRANSCRIPT

A. Dasar PemikiranManusia adalah makhluk sosial yang terus-menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa yang dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan dari orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai klien yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi.Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, terapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI dalam Fitria, 2011)Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen dalam Fitria, 2011)Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.Pasien jiwa yang mengalami perilaku kekerasan umumnya tidak dapat mengendalikan kemarahannya dengan baik. Sehingga emosinya sangat labil dan membahayakan orang-orang yang ada di sekitarnya.Namun pada pasien jiwa dengan perilaku kekerasan yang sudah mampu bekerja sama dengan perawat hendaknya diajarkan tentang perilaku kekerasan yang pasien alami, mulai dari stimulasi penyebab kemarahannya, tanda dan gejala kemarahannya, yang dilakukannya saat marah atau perilaku kekerasannya, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya dan juga cara mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara kegiatan fisik, interaksi sosial, kegiatan spiritual maupun dengan cara patuh minum obat agar perilaku kekerasan yang dilakukannya dapat terkendali dengan baik.

B. Tujuan1. Tujuan umum Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya2. Tujuan khususa. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya.e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.

C. Karakteristik Pasien Klien yang tidak terlalu gelisah. klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil Klien tenang dan kooperatif Kondisi fisik dalam keadaan baik Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

D. Sesi yang DigunakanDalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat

E. Kriteria HasilEvalusi struktur1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.Evalusi proses1. Leder dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.2. Leader mampu memimpin acara.3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.Evalusi hasilDiharapkan 80% dari kelompok mampu:1. Memperkenalkan diri2. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.3. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.4. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.5. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.F. Pengorganisasian1. Leader, bertugas:a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.b. Memimpin jalannya terapi kelompok.c. Memimpin diskusi.2. Co-Leader, bertugas :a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.d. Menggantikan leader jika terhalang tugas.3. Fasilitator, bertugas:a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.b. Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan.c. Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.f. Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.4. Observer, bertugas:a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan jalannya acara.b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok.

G. Landasan Teori1. Konsep Teori Terapi Aktivitas Kelompoka. Definisi Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan.b. Sasaran dan Keanggotaan.Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang intensif, kelompok yang heterogen lebih menguntungkan dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok umur, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan kelompok psikoterapi yang lain adalah kelompok homogen yang anggotanya mempunyai kebiasaan yang sama misalnya alkoholisme, homosexual, ada kecenderungan setiap anggota mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota lainnya. Keanggotaan sebuah terapi kelompok mempunyai beberapa persyaratan;1) Sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi yang jelas.2) Sudah tidak terlalu gelisah, agresif, inkoheren, dan waham yang tidak terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi kelompok.c. Bentuk-bentuk Terapi Aktifitas Kelompok.Menurut Keliat & Akemat (2004. Hlm. 13), terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat bagian yaitu: 1) Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi.Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam setiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan responden klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang dipersiapkan: membaca artikel/ majalah/ buku/ puisi, menonton acara TV (Keliat & Akemat, 2004. Hlm. 13).2) Terapi aktifitas kelompok sensori.Aktifitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya serta menampilkan respon. Aktifitas yang digunakan sebagai stimulus adalah musik, seni, menyanyi, dan menari.3) Terapi aktifitas kelompok stimulasi realita.Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula pada orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktifitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata (Keliat & Akemat, 2004. Hlm. 14).4) Terapi aktifitas kelompok sosialisasi.Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. (Akemat, 2004. Hlm. 14-15).d. Peran Perawat dalam Terapi Aktifitas Kelompok.Peran perawat jiwa profesional dalam pelaksanaan terapi aktifitas kelompok pada penderita adalah:1) Mempersiapkan program terapi aktifitas kelompokSebelum melaksanakan terapi aktifitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam melaksanakan terapi aktifitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi: deskriptif, karakteristik klien, masalah keperawatan, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.2) Tugas sebagai leader dan coleader.Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membatu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.3) Tugas sebagai fasilitator.Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.4) Tugas sebagai observer.Tugas seorang observer meliputi: mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktifitas dan menangani peserta/ anggota kelompok yang drop out. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi. Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik induvidu maupun kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara untuk mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktifitas tersebut.5) Program antisipasi masalah.Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanan terapi aktifitas kelompok.

2. Tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok.Fase fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :a. Pre kelompokDimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.b. Fase awalPada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. Orientasi.Anggota mulai mengembangkan system social masing masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. KonflikMerupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. KebersamaanAnggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya. c. Fase kerjaPada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.d. Fase terminasiAda dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

3. Konsep Teori Perilaku Kekerasana. Pengertian Perilaku KekerasanPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).b. Penyebab Perilaku KekerasanPerilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.c. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :1) Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.2) Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.3) Memberontak (acting out)Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain.4) Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Tanda dan gejala : Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)d. Akibat dari Perilaku KekerasanResiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan Gejala : Memperlihatkan permusuhan Mendekati orang lain dengan ancaman Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai rencana untuk melukaie. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.1) Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang.2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.3) Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu tuntutan nyata.4) Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.5) Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.6) Bunuh diri.

H. PenutupDemikian proposal ini dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat professional dalam menangani klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi aktivitas kelompok.

6