proposal pertimbangan maintenance

24
I. Judul Penelitian EVALUASI TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN BERDASARKAN KINERJA ALAT BERAT DENGAN MEMPERTIMBANGKAN POLA KERUSAKAN DAN DOWNTIME (STUDI KASUS PT.XY PERIODE 2008 – 2012). II. Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri komoditas yang keberlangsungan operasionalnya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan berbagai jenis alat berat. Alat berat dalam industri pertambangan merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan dari awal proses penambangan dilakukan hingga proses penutupan tambang, baik dari konstruksi bangunan maupun eksekusi mineral ataupun Batubara yang akan ditambang. Oleh karena penggunaan alat berat dalam berbagai tahapan dalam industri penambangan, maka suatu perusahaan dituntut untuk memperhatikan peningkatan dan pengelolaan suatu peralatan pertambangan secara efektif dan efisien. Industri pertambangan merupakan industri yang sarat akan resiko, namun juga bisa memberikan peluang besar kepada para investor untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan dengan modal investasi yang besar pula. Pengadaan alat berat merupakan salah satu contohnya. Pengadaan alat berat dalam industri pertambangan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yakni dengan membeli baru maupun bekas ataupun dengan menyewa alat berat dari perusahaan yang menyediakan jasa penyewaan alat berat. Pembelian alat berat umumnya dilakukan oleh perusahaan besar yang tentunya disertai dengan investasi yang besar pula. Jika tidak dilakukan analisis pada faktor-faktor yang berpengaruh

Upload: abd-hafidz

Post on 21-Jan-2016

130 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pertimbangan Maintenance

I. Judul Penelitian

EVALUASI TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN

BERDASARKAN KINERJA ALAT BERAT DENGAN

MEMPERTIMBANGKAN POLA KERUSAKAN DAN DOWNTIME (STUDI

KASUS PT.XY PERIODE 2008 – 2012).

II. Latar Belakang

Industri pertambangan merupakan salah satu industri komoditas yang

keberlangsungan operasionalnya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

berbagai jenis alat berat. Alat berat dalam industri pertambangan merupakan

salah satu komponen penting yang dibutuhkan dari awal proses penambangan

dilakukan hingga proses penutupan tambang, baik dari konstruksi bangunan

maupun eksekusi mineral ataupun Batubara yang akan ditambang. Oleh

karena penggunaan alat berat dalam berbagai tahapan dalam industri

penambangan, maka suatu perusahaan dituntut untuk memperhatikan

peningkatan dan pengelolaan suatu peralatan pertambangan secara efektif

dan efisien.

Industri pertambangan merupakan industri yang sarat akan resiko,

namun juga bisa memberikan peluang besar kepada para investor untuk

mendapatkan keuntungan yang besar dan dengan modal investasi yang besar

pula. Pengadaan alat berat merupakan salah satu contohnya. Pengadaan alat

berat dalam industri pertambangan dapat dilakukan dengan beberapa

alternatif, yakni dengan membeli baru maupun bekas ataupun dengan

menyewa alat berat dari perusahaan yang menyediakan jasa penyewaan alat

berat.

Pembelian alat berat umumnya dilakukan oleh perusahaan besar yang

tentunya disertai dengan investasi yang besar pula. Jika tidak dilakukan

analisis pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengadaan alat berat,

maka resiko akhir yang diperoleh akan berujung pada biaya, yakni kerugian

yang mungkin dialami oleh perusahaan. Pada awal pengadaan alat berat tentu

telah dilakukan analisis keuangan mengenai proyek tersebut, dari awal

pengadaan hingga habis masa dari penggunaan alat berat tersebut. Namun

Page 2: Proposal Pertimbangan Maintenance

perlu diketahui bahwa analisis keuangan tersebut hanya dapat memberikan

gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan sebelum dan setelah

membeli alat berat.

Tercapainya target produksi dalam penggunaan alat berat yang dimilik

oleh perusahaan tentu menjadi hal yang sangat diharapkan oleh perusahaan.

Namun perlu diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya,

alat berat terkadang memiliki berbagai kendala di lapangan yang dapat

mengurangi tingkat efektifitasnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi

untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampulabaan dari perusahaan

berdasarkan kinerja atau produktifitas dari alat berat yang dimiliki oleh

perusahaan, sehingga memungkinkan sebuah perusahaan untuk meningkatkan

laba setelah dilakukan evaluasi.

III. Perumusan Masalah

Besarnya investasi dalam rangka pengadaan alat berat terkadang tidak

sejalan dengan kinerja alat berat karena beberapa faktor. Sehingga perlu untuk

dilakukan analisis mengenai produktifitas alat berat sebagai parameter dalam

penilaian kinerja yang diproyeksikan dalam aliran kas perusahaan periode

2008 – 2012. Selain itu, memungkinkan adanya solusi dalam pemanfaatan dan

pengelolaan alat berat di perusahaan jika terjadi ketidaksinambungan jumlah

alat dengan profitabilitas perusahaan.

IV. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa

besar tingkat profitabilitas perusahaan berdasarkan kinerja dari sejumlah alat

berat yang dimiliki oleh perusahaan selama masanya (equipment life time)

yang akan diukur berdasarkan tingkat produktifitas alat berat tersebut.

V. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian

ini, antara lain:

Page 3: Proposal Pertimbangan Maintenance

a. Dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan pada industri

pertambangan dalam melaksanakan kebijakan perusahaan dalam

rangka peningkatan pendapatan perusahaan.

b. Dapat dijadikan bahan acuan bagi pihak lain dalam mengukur tingkat

kemampulabaan berdasarkan aktiva yang dimiliki.

c. Memperluas wawasan bagi peneliti secara khusus dan bagi para

pembaca secara umum.

VI. Tinjauan Pustaka

Industri pertambangan merupakan suatu industri yang sarat akan resiko.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan berbagai proyeknya perlu dilakukan suatu

analisis dan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan suatu industri

pertambangan untuk menghasilkan keuntungan. Analisis dan evaluasi harus

selalu dilakukan dalam setiap proyek penambangan yang dijalankan, sehingga

kita dapat menilai tingkat keberlangsungan suatu perusahaan serta dapat

menarik minat para investor.

a. Investasi

Investasi adalah komitmen saat ini atas penggunaan sejumlah uang atau

harta dalam bentuk lain yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan di

masa yang akan datang (Bodie, et.al., 2011).

Secara umum, investasi terbagi dalam dua bentuk, yaitu investasi riil

dan investasi finansial. Investasi riil misalnya membeli tanah, bangunan, mesin

dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.

Sementara investasi finansial dapat berupa saham, obligasi dan kontrak-ontrak

tertulis lainnya. Dalam hal ini, suatu proyek yang diharapkan dapat

memberikan pengembalian di kemudian hari merupakan salah satu investasi

riil (Bodie, et.al., 2011).

b. Alat berat

Page 4: Proposal Pertimbangan Maintenance

Alat berat yaitu sarana angkut yang khusus dirancang untuk

pelaksanaan rancang bangun yang berat dan tugas konstruksi.

(www.wikipedia.com).

Alat-alat berat yang dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil adalah alat yang

digunakan untuk membantu manusia melakukan pekerjaan pembangunan

suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama

proyekproyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-

alat berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan

pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih

mudah pada waktu yang relatif singkat. Alat berat yang umum dipakai di

dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali (excavator) seperti

backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut seperti loader, truck dan

conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan compactor, dan lain-lain.

(Rostiyanti, 2002).

Alat berat dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi. Secara

fungsional alat berat dibagi mejadi:

1) Alat Pengolah Lahan

Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang

harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih

terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan

dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas

menggunakan scraper. Sedangkan untuk

pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunkaan juga

motor grader.

2) Alat Penggali

Alat penggali juga dikenal dengan istilah excavator. Beberapa alat berat

digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk dalam kategori

ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

3) Alat Pengangkut Material

Page 5: Proposal Pertimbangan Maintenance

Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat

ini dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya

secara horizontal pada jarak jangkau yang relative kecil. Untuk pengangkutan

material lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat

yang dapat digunakan dapat berupa belt, truck, dan wagon.

4) Alat Pemindah Material

Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak

digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan

material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat

pemindah material.

5) Alat Pemadat

Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut

perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan,

baik itu jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan

kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-

tired roller, compactor dan lain-lain.

6) Alat Pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi sutu

bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan

bergradasi, semen, beton dan aspal. Yang termasuk dalam kategori alat ini

adalah crusher. Alat yang dapat mencampur material-material diatas juga

dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant

dan asphalt mixing plant.

7) Alat Penempatan Akhir Material

Alat ini berfungsi untuk menempatkan material pada tempat yang telah

ditentukan. Di tempat atau lokasi ini mterial disebarkan secara merata dan

dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di

dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt paver, motor grader dan

alat pemadat.

Page 6: Proposal Pertimbangan Maintenance

8) Klasifikasi operasional alat berat

Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu

tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakkan atau statis.

Berdasarkan pergerakannya, alat berat diklasifikasikan ke dalam

beberapa jenis, sebagai berikut:

a. Alat dengan Penggerak

Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan

asil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau

roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat penggerak pada

conveyor belt.

b. Alat Statis

Yang termasuk dalam kategori ini adalah tower crane, batching plant,

baik untuk beton maupun aspal serta crusher plant.

Dalam pemilihan alat berat diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam

pengelolaan dan pelaksanaannya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan

dalam pengunaan alat berat adalah biaya awal yakni biaya pembelian

(investasi), biaya operasi dan pemeliharaan. Pilihan ini dipengaruhi oleh besar

kecilnya ukuran proyek, tersedianya fasilitas pemeliharaan dan cashflow (aliran

kas) perusahaan. Selain itu juga, faktor ekonomi dan jadwal proyek akan

menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan tersebut. Beberapa

hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penggunaan alat berat

adalah produktivitas serta usia serta penjualan.

Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor. Faktor yang

pertama adalah biaya dalam jumlah yang besar yang dikeluarkan karena

membeli alat tersebut. Jika pemilik meminjam uang dari bank untuk membeli

alat tersebut maka akan ada biaya terhadap bunga pinjaman. Faktor kedua

adalah depresiasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka akan

ada penurunan nilai alat. Faktor ketiga yang penting adalah pajak. Faktor

keempat adalah biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar

Page 7: Proposal Pertimbangan Maintenance

asuransi alat. Dan faktor terakhir adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

menyediakan tempat penyimpanan alat (Day, 1989 dalam Rostiyanti, 2002).

c. Evaluasi

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,

dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang

artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Sudiono (2005). Anas sudiono,

Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT.Grafindo persada, 2001

Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau

menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu

dari program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi

yaitu:

(a) Kriteria/pembanding, yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang

diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan operasional.

(b) Bukti /kejadian, yakni kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil

penelitian.

(c) Penilaian (judgement) yang dibentuk dengan membandingkan kriteria

dengan kejadian. (Sutjipta, 2009).

Lebih lanjut Sutjipta (2009) mengatakan bahwa terdapat lima ciri dalam

evaluasi, sebagai berikuit:

1) Kualitas: apakah program baik atau tidak baik, kualitas isi program,

kegiatan pendidik, media yang digunakan, penampilan pelaksana

program.

2) Kesesuaian (suitability): pemenuhan kebutuhan dan harapan

masyarakat. Program tidak menyulitkan atau membebani masyarakat,

sesuai dengan tingkat teknis, sosial dan ekonomis masyarakat.

3) Keefektifan: seberapa jauh tujuan tercapai

4) Efisiensi: penggunaan sumber daya dengan baik

5) Kegunaan (importance): kegunaan bagi masyarakat yang ikut terlibat

dalam program.

Page 8: Proposal Pertimbangan Maintenance

Tingkat keefektifan dari suatu evaluasi dapat dinilai berdasarkan

beberapa kriteria, sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan evaluasi yang didefinisikan dengan jelas.

b. Pengukuran dilakukan dengan saksama menggunakan alat ukur yang

valid.

c. Evaluasi dilakukan seobyektif mungkin yaitu bebas dari penilaian yang

bersifat pribadi.

d. Kriteria yang digunakan sebagai standar harus spesifik.

e. Evaluasi harus menggunakan metode ilmiah yang pantas sehingga

memiliki nilai kepercayaan yang tinggi.

f. Evaluasi harus dapat mengukur perubahan yang terjadi.

g. Evaluasi harus bersifat praktis.

d. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang

ditetapkan Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur

dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran

yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan

penilaian kinerja.

Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan

kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.

Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies performance

assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai

pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan

standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann, 1996;

Brandon & Drtina, 1997).

Penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai

aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik

untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi mengandung

makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi: (a) perbaikan

perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi

Page 9: Proposal Pertimbangan Maintenance

selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan “perencanaan-proses-

evaluasi” selanjutnya. Proses “perencanaan proses-evaluasi” harus dilakukan

secara terus-menerus (continuous process improvement) agar faktor strategik

(keunggulan bersaing) dapat tercapai. Pada perspektif penilaian kinerja yang

lebih luas, Hansen dan Mowen (1997) menyatakan sebagai berikut:

Activity performance measure exist in both financial and non financial

forms. These measures are designed to assess how well an activity was

performed and the result achieved. They are also designed to reveal if constant

improvement is being realized. Measures of activity performance center on

three major dimension: (1) efficiency, (2) quality, and (3) time.

Hal diatas menjelaskan bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat dua

jenis pengukuran yaitu keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini dirancang

untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Ada

juga penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika terjadi

kemandekan perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja aktivitas pusat

dibagi kedalam tiga dimensi utama, yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Hal

senada juga dijelaskan oleh Kaplan dan Norton, (1996); Lingle dan Schiemann,

(1996) “pengukuran kinerja non keuangan didesain untuk menilai seberapa

baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama

yaitu efisiensi, kualitas dan waktu”.

Menurut Dess dan Lumpkin (2003:90) ada 2 pendekatan yang digunakan

untuk menilai kinerja perusahaan. Pendekatan yang pertama adalah analisis

rasio keuangan (financial ratio analysis) dan pendekatan yang kedua dilihat

dari perspektif pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder perspective).

Dalam analisis rasio keuangan dapat dibedakan atas 5 tipe, yaitu Short-term

solvency or liquidity, Long-term solvency measures, Asset management (or

turn over), Profitability dan Market value.

e. Analisis rasio keuangan

Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik secara perorangan maupun

berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau menambah nilai

perusahaan dengan laba yang maksimai Harapan untuk mendapatkan laba

perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang

Page 10: Proposal Pertimbangan Maintenance

tetapi memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan memperhatikan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor intern

maupun faktor ekstern. Untuk memberikan pengertian yang jelas tentang apa

yang dimaksud dengan raslo profitabilitas, maka dapat dilihat dan penjelasan

dan beberapa penulis sebagai berikut: Menurut Sutrisno (2002:20) Profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan semua

modal yang bekerja di dalamnya. Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut

Atmajaya (2004:415) bahwa: Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Untuk menjaga eksistensinya maka manajemen perusahaan harus bisa

mengelola perusahaan dengan baik. Salah satu yang bisa dilakukan

perusahaan adalah menjaga kualitas kerja dalam perusahaan itu sendiri

(internal perusahaan), terutama dalam hal upaya peningkatan kinerja

keuangan perusahaan. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan

perusahaan dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan adalah aspek

pengaturan keuangan yang tertuang di dalam pengelolaan modal kerja.

Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio

profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan sebagai sarana untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dalam analisis ini

diperlukan suatu ukuran perbandingan untuk mengetahui profitabilitas

perusahaan. Dalam hal ini, profitabilitas perusahaan dapat diukur

menggunakan rasio: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets

atau Return On Investment dan Return On Equity (Agus Sartono,2008: 123).

1. Gross Profit Margin

ROE= Laba KotorPENJUALAN NETTO

× 100 %

2. Net Profit Margin

Page 11: Proposal Pertimbangan Maintenance

ROE= LABA BERSIHPENJUALAN NETTO

× 100 %

3. Return On Assets

Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,

2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut:

ROA=(EBIT )

TOTAL AKTIVA×100%

Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam

memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja

perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar

(Brigham, 2001:90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor

kepada perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan

perusahaan tersebut makin diminati investor, karena dapat memberikan

keuntungan (return) yang besar bagi investor. Dengan kata lain ROA akan

berpengaruh terhadap return Saham yang akan diterima oleh investor.

4. Return On Equity

Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net

income (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROE adalah sebagai berikut:

ROE=LABA BERSIH SETELAH PAJAKTOTAL MODAL

×10 0 %

Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Rasio ini

juga digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa

maupun saham preferen. Peningkatan harga saham perusahaan akan

memberikan keuntungan (return) yang tinggi pula bagi para investor. Hal ini

selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan.

Page 12: Proposal Pertimbangan Maintenance

Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati

oleh investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Dengan kata lain

ROE akan berpengaruh terhadap return Saham yang akan diterima oleh

investor.

f. Return On Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam

analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu

menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA

mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada

masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets

atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang

diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah

perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk

kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:90),

“Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total

aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Menurut Horne dan Wachowicz

(2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba

melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang

diinvestasikan”. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan

rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.

Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning

Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal

yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan

neto. Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah

pajak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA atau ROI dalam

penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah

dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes / EAT) yang dihasilkan

dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva (assets) yang dimiliki

perusahaan untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan

dinyatakan dalam persentase.

Page 13: Proposal Pertimbangan Maintenance

Beberapa kelebihan dari evaluasi dengan melakukan perhitungan Return

On Assets (ROA), sebagai berikut:

1. ROA mudah dihitung dan dipahami.

2. Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitive terhadap

setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.

3. Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang

maksimal.

4. Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets

yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba.

5. Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

6. Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan

manajemen.

Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga mempunyai

kelemahan di antaranya:

(a) Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets apabila nilai

ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi.

(b) Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek bukan pada

tujuan jangka panjang, sehingga cenderung mengambil keputusan

jangka pendek yang lebih menguntungkan tetapi berakibat negatif

dalam jangka panjangnya.

g. Faktor yang Mempengaruhi Return on Assets

Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba. Return on Assets (ROA) termasuk salah satu rasio

profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2001:89), rasio profitabilitas

(profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas,

manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.

1) Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya, yang dihitung dengan membandingkan aktiva

lancar perusahaan dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas terdiri dari:

Page 14: Proposal Pertimbangan Maintenance

a) Current Ratio, yakni untuk mengetahui kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan membandingkan semua

aktiva likuid yang dimiliki perusahaan dengan kewajiban lancar.

b) Acid Test, yakni untuk mengukur kemampuan peusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang lebih

likuid yaitu tanpa memasukkan unsur persediaan dibagi dengan

kewajiban lancar. Menurut Brigham dan Houston (2001:79), aktiva likuid

adalah aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat tanpa

harus mengurangi harga aktiva tersebut terlalu banyak.

c) Rasio Manajemen Aktiva (asset management ratio), yakni untuk

mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya (Brigham

dan Houston, 2001:81). Rasio manajemen aktiva terdiri dari:

(1) Inventory Turnover, mampu mengetahui frekuensi pergantian

persediaan yang masuk ke dalam perusahaan, mulai dari bahan

baku kemudian diolah dan dikeluarkan dalam bentuk produk jadi

melalui penjualan dalam satu periode.

(2) Days Sales Outstanding, mengetahui jangka waktu rata-rata

penagihan piutang menjadi kas yang berasal dari penjualan kredit

perusahaan.

(3) Fixed Assets Turnover, mengetahui keefektivan perusahaan

menggunakan aktiva tetapnya dengan membandingkan penjualan

terhadap aktiva tetap bersih.

(4) Total Assets Turnover, mengetahui keefektivan perusahaan

menggunakan seluruh aktivanya dengan membandingkan

penjualan terhadap total aktiva.

d) Rasio Manajemen Utang, yakni untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang (utang)

perusahaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktivitas

perusahaan. Manajemen utang terdiri dari:

(1) Debts Ratio, mengetahui persentase dana yang disediakan oleh

kreditur.

Page 15: Proposal Pertimbangan Maintenance

(2) Times Interest Earned (TIE), mengukur seberapa besar laba operasi

dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban

bunga tahunan.

(3) Fixed Charge Coverage Ratio, hampir serupa dengan rasio TIE,

namun mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan yang dilease

dan harus melakukan pembayaran dana pelunasan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Inventory Turnover dan Days Sales

Outstanding termasuk rasio manajemen aktiva dan Debts Ratio termasuk

manajemen utang. ROA termasuk rasio profitabilitas, oleh karena itu ROA juga

dipengaruhi faktor-faktor tersebut.

2) Inventory Turnover

Inventory atau persediaan adalah sesuatu barang yang dibeli untuk

kemudian diolah menjadi barang lain atau langsung dijual kembali sesuai

dengan jenis perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh terhadap neraca

atau laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi. Jumlah dan

persentase persediaan setiap perusahaan berbeda-beda. Al Haryono Jusup

(2005:99) mengemukakan bahwa persediaan seringkali merupakan bagian

yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Besar persediaaan umumnya dipengaruhi oleh harapan-harapan akan volume

penjualan dan tingkat harga di masa datang. Harapan dapat menjual lebih

banyak atau harga jual akan meningkat, mendorong perusahaan untuk

memperbanyak persediaan barang (Djarwanto, 1996:135).

Inventory Turnover adalah tingkat perputaran persediaan pada suatu

perusahaan yang ditunjukkan melalui perbandingan antara penjualan dengan

persediaan dalam satu periode. Inventory Turnover dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

Inventory Turnover= PenjualanPersediaan

3) Days Sales Outstanding

Page 16: Proposal Pertimbangan Maintenance

Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual

kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi (Al Haryono Yusup,

2005:52). Dengan kata lain, piutang ini menunjukkan tuntutan pada pihak luar

perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah

uang tunai setelah tanggal transaksi penjualan sesuai syarat yang telah

disepakati sebelumnya. Piutang usaha umumnya berjangka waktu kurang dari

satu tahun. “Periode penagihan rata-rata (average collection period = ACP)

atau Days Sales Outstanding (DSO), digunakan untuk menaksir piutang usaha,

dan dihitung dengan membagi piutang usaha dengan rata-rata penjualan

harian untuk menentukan jumlah hari penjualan dalam piutang usaha. “Jadi

ACP (average collection period) atau DSO (Days Sales Outstanding)

menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah

melakukan penjualan sebelum menerima kas, yang merupakan periode

penagihan rata-rata” (Brigham dan Houston, 2001:82).

Agnes Sawir (2001:16) menjelaskan bahwa rasio Average Collection

Period ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka

waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus

menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Hanafi dan Halim

(2003:78) mengemukakan bahwa rata-rata umur piutang melihat berapa lama

yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Days Sales

Outstanding adalah jangka waktu rata-rata perusahaan menerima pelunasan

piutang dari konsumen setelah melakukan penjualan secara kredit yang

dinyatakan dalam satuan hari. Besar kecilnya Days Sales Outstanding

berdampak pada modal perusahaan yang tertanam dalam piutang. Days Sales

Outstanding dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

DSO= Piutang ×360penjualan tahunan

Jangka penagihan piutang yang rendah pada tingkat penjualan tertentu

mengakibatkan semakin besar dana kelebihan yang tertanam pada piutang

usaha, karena itu lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif

yang dinilai dapat menambah laba perusahaan.

Page 17: Proposal Pertimbangan Maintenance

4) Debts Ratio

Setiap perusahaan pasti tidak akan lepas dari hutang, baik hutang

jangka pendek maupun panjang. Hutang yang dilakukan perusahaan bertujuan

untuk memperoleh dana. Dana yang telah dikumpulkan kemudian dibelanjakan

untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Akan tetapi untuk menentukan

proporsi utang yang sesuai kebutuhan perusahaan memang sangat sulit.

“Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic

sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain di masa

yang akan datang” (Slamet Sugiri, Bogat A. Riyono, dan Zuni Barokah,

2001:15).

Menurut Djarwanto (1996:29), “Hutang merupakan kewajiban

perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau jasa pada

tanggal tertentu”. Para kreditur sebelum mengambil keputusan memberi atau

menolak permintaan kredit dari perusahaan, perlu menganalisis laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan. Hasil analisis digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dan juga

membayar beban bunga dari hutang tersebut.

Agnes Sawir (2001:11) mengemukakan debts ratio atau rasio utang

memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan

yang dimiliki.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan Debts Ratio adalah

perbandingan antara total hutang terhadap total aktiva. Para kreditur perlu

mengetahui bahwa kredit yang diberikan itu mendapat jaminan yang cukup

dari aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. “Prospek pengembalian yang

tinggi sangat diinginkan oleh investor, tetapi mereka enggan menghadapi

risiko” (Brigham dan Houston, 2001:86). Secara sistematis, Debts Ratio dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

DR=Total HutangTotal Aktiva

×100 %

“Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko

keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham” (Agnes Sawir,

2001:13). Semakin tinggi persentase Debts Ratio maka hal tersebut akan

Page 18: Proposal Pertimbangan Maintenance

berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena

sebagian keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membayar pinjaman

pokok dan bunga pinjaman yang tentunya juga tinggi.

VII. Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara

teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapat pendekatan

penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:

1. Studi Literatur, yakni dengan melakukan kajian pustaka mengenai

informasi penunjang yang diperoleh dari instansi terkait serta literatur-

literatur ilmiah yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini.

2. Penelitian di lapangan, yakni metode pengumpulan data di lapangan

dengan cara:

a. Survey atau observasi, yaitu metode yang dilakukan dimana penulis

melakukan pengamatan secara langsung dari perusahaan.

b. Wawancara (interview), dilakukan dengan cara tanya jawab secara

langsung dengan pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk

mendapatkan data yang diperlukan.

3. Pengolahan data, yakni dengan melakukan beberapa perhitungan

mengenai rasio keuangan untuk evaluasi dan efisiensi untuk kemudian

disajikan dalam bentuk grafik-grafik atau rangkaian perhitungan dalam

penyelesaian masalah yang ada.

4. Analisa hasil pengelompokkan data

Dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif guna memperoleh

kesimpulan sementara. Selanjutnya kesimpulan sementara ini akan

diolah lebih lanjut dalam bagian pembahasan.

5. Kesimpulan

Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang

telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

VIII. Jadwal Kegiatan

Page 19: Proposal Pertimbangan Maintenance

BULAN

NO

.KEGIATAN Bulan Ke-I Bulan Ke-II Bulan Ke-III

I II III IV I II III IV I II III IV

1.Observasi

Lapangan

2. Studi Literatur

3. Pengambilan data

4. Pengolahan Data

5. Pembuatan draft

IX. Daftar Pustaka

Warga, Poetri Mustika. 2006. Kebangkrutan untuk menilai kinerja Keuangan

serta kelangsungan pada Pt. Mayora indah tbk beserta Anak perusahaan

(periode 2001-2005). Jakarta: Skripsi Manajemen.

Istiqlaliyah, Nida. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan

Keputusan Menyewa Alat Berat Pada Perusahaan Konstruksi di surabaya.

Surabaya: Tesis Bidang Keahlian Manajemen Proyek Konstruksi.

Brigham, Eugene F.dan Joul F Houston.2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Twersky, Fay and Karen Lindblom. 2012. Evaluation Principles And Practice. The William And Flora Hewlett Foundation: