proposal penelitian (pendidikan matematika)

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkadang, siswa menganggap Matematika adalah sesosok monster yang menakutkan. Sehingga siswa tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan memengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar. Padahal, Matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah pendidik yang kurang kreatif dalam menyampaikan materi yang hanya mengandalkan tulisan-tulisannya sehingga aktivitas siswa hanya mencatat saja. Hal ini yang memungkinkan siswa merasa bosan karena materi yang disampaikan selalu monoton. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak maksimal. Berdasarkan pernyataan di atas, pengajaran matematika perlu diperbarui, dimana siswa dituntut harus aktif dan dominan dalam kegiatan belajar mengajar dibanding dengan guru. Jadi, sasaran dari 1

Upload: stkip-pgri-bandar-lampung

Post on 25-May-2015

25.893 views

Category:

Education


15 download

DESCRIPTION

Happy read! don't forget to follow my twitter ( @ikaoika10 ) https://twitter.com/ikaoika10

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar yang

mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Terkadang, siswa menganggap Matematika adalah sesosok monster

yang menakutkan. Sehingga siswa tersebut akan bersikap pesimis dalam

menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk

mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan memengaruhi hasil yang

akan mereka capai dalam belajar. Padahal, Matematika merupakan kunci

utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Faktor

lain yang mungkin terjadi adalah pendidik yang kurang kreatif dalam

menyampaikan materi yang hanya mengandalkan tulisan-tulisannya sehingga

aktivitas siswa hanya mencatat saja. Hal ini yang memungkinkan siswa

merasa bosan karena materi yang disampaikan selalu monoton. Akibatnya,

hasil belajar siswa tidak maksimal.

Berdasarkan pernyataan di atas, pengajaran matematika perlu diperbarui,

dimana siswa dituntut harus aktif dan dominan dalam kegiatan belajar

mengajar dibanding dengan guru. Jadi, sasaran dari pembelajaran matematika

adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. Untuk

mengembangkan potensi tersebut maka salah satunya dengan menggunakan

stategi pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif adalah

proses pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok akan bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama pula. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa

yang mempunyai prestasi yang rendah pastinya akan memahami materi yang

mereka belum pahami sedangkan siswa yang mempunyai prestasi yang baik

akan lebih meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga, terjadilah proses take

and give antara satu siswa dengan siswa lain.

1

Page 2: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian yang

berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran

Kooperatif pada Siswa Kelas XI IPA 2 Semester Ganjil MAN 2

Bandarlampung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam pokok bahasan peluang untuk siswa kelas XI Semester Ganjil

kebanyakan siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi tersebut.

Materi peluang ini mengharuskan siswa untuk berpikir logis, inilah kelemahan

para siswa untuk memahami materi tersebut sehingga hasil belajar siswa

rendah. Kemungkinan lain yang terjadi adalah siswa enggan bertanya kepada

guru entah karena malu atau takut mengeluarkan pendapatnya. Hal itu

dikarenakan di dalam proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sedang

yang dilakukan siswa hanya mendengar dan mencatat saja.

Jadi diperlukan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar proses

pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar, salah satunya adalah dengan

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Sehingga di dalam kelas

terjadilah diskusi antara satu siswa dengan siswa lainnya yang awalnya tidak

aktif kini siswa menjadi aktif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas

masalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika melalui strategi

pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya hasil

belajar siswa dilihat dari proses pembelajaran selama diskusi berlangsung dan

meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari tes yang diberikan.

2

Page 3: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah:

Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif pada pokok bahasan peluang siswa kelas XI IPA 2

Semester Ganjil MAN 2 Bandarlampung?

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini

adalah:

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif pada pokok bahasa peluang

siswa kelas XII IPA 2 Semester Ganjil MAN 2 Bandarlampung.

Dan kegunaan peningkatan tindakan kelas ini adalah:

1. Bagi Siswa

Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan

menganggap matematika adalah pelajaran yang menyenangkan.

2. Bagi Guru

Menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran matematika dengan

melaksanakan pembelajaran kooperatif.

3. Bagi Sekolah

Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah maupun sekolah lainnya dalam

rangka perbaikan proses pembelajaran matematika.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Bandarlampung pada semester ganjil tahun

2012. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas XI IPA 2 MAN

2 Bandarlampung.

3

Page 4: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kela XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung,

yaitu 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa putri dan 10 siswa putra. Dan obyek

penelitian ini adalah peningkatan strategi pembelajaran kooperatif.

4

Page 5: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan

orang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan

belajar.

Berikut ini pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar:

1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process

progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan

bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat

progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih

baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan

proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.

2. McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in

performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa

perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.

3. Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent

change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice.

Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang

bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.

4. Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be

defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a

result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini

5

Page 6: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan

atau pengalaman.

5. Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

6. Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya.

Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan

semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti

perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

7. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar

merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah

laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi

belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi

akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan

serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

8. Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua

pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri

seseorang.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan

bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang

6

Page 7: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah

belajar dan sebelum belajar.

2.1.2 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiataan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam

SPK, yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok;

(3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan

yang harus dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap

kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan

beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokkan yang didasarkan atas

minat dan bakat siswa, pengelompokkan yang didasarkan atas latar belakang

kemampuan, pengelompokkan yang didasarkan atas campuran baik campuran

ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan

apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan

utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua

pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai

anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota

kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan

kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,

baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok,

sehingga antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran,

pengalaman, meupun gagasan-gagasan.

7

Page 8: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok

dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan

strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan

dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan

terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan

(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan

dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan

positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan

tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal

dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka

akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga tiap

individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi

demi keberhasilan kelompok.

SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif

(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative

incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang

menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok;

sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan salah satu yang

membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan

kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran

kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja

8

Page 9: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai

materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki

dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi peserta didik

(student archievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi

sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri,

norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi

pertolongan pada yang lain.

Strategi pembelajaran ini bisa digunakan manakala:

Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha

individual dalam belajar.

Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar

saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.

Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman

yang lain, dan belajar dari bantuan orang lain.

Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah

tingkat partisipasi mereka.

Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

2.1.3 Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK

Pembelajaraan kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain

perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin

dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan

bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaaan

9

Page 10: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari

pembelajaran kooperatif.

Slavin, Abrani dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui

kooperatif dapat dijelaskan dari beberapai perspektif, yait perspektif motivasi,

perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi

kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan

kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling

membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya

adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap

anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling

membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota

kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi

keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana

setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi

antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir

mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa

akan berusaha untuk memahami dam menimba informasi untuk menambah

pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik strategi

pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini.

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus

mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota

kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran

ditentukan oleh keberhasilan tim.

10

Page 11: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas

anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar

belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota

kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan

menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan

kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi

perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.

Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan

perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara

efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara

mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan

lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan, malalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati

bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok,

oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota

kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes

maupun nontes.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu

ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota

kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-

11

Page 12: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja

sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu

dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,

mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada

keberhasilan kelompok.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di

bawah ini.

a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positif Interdependence)

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota

kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan

kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan

kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan

positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan

manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan

semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing

anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan

lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk

menyelesaikan tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh

karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,

maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai

12

Page 13: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk

keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu

memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian

individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling

memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka

akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota

kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi

kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk

secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan

kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan

menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota

kelompok.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu

dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya,

cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat

orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan

gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak

mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu,

guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap

siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.

13

Page 14: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

2.1.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,

yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan

(4) pengakuan tim.

1. Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama

dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi

pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang

materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan

memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap

ini guru dapat menggunakan metode ceramah, tukar pendapat, dan

tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan

demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan barbagai

media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik

siswa.

2. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok

materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada

kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok

dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik

perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik,

serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan

akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang,

dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita

Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih

disukainya pengelompokkan heterogen. Pertama, kelompok heterogen

memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan

14

Page 15: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan

interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok

heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu

orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu

asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa

didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan

pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama,

membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang

tepat.

3. Penilaian

Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau

kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes

individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap

siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan

setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan

keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama

dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai

bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap

anggota kelompok.

4. Pengakuan Tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap

paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan

tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan

juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu

meningkatkan prestasi mereka.

2.1.5 Keunggulan SPK

Keunggulan pembelajaran pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi

pembelajaran diantaranya:

15

Page 16: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan

tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa

yang lain.

b. SPK dapat mngembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala

perbedaan.

d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif

dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,

dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji

ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,

karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi

dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk

proses pendidikan jangka panjang.

2.2 Kerangka Berpikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar

di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang

selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa masih

16

Page 17: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

rendah dalam mempelajari materi peluang. Hal ini yang menjadi indikator

perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi peluang

dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan model

pembelajaran kooperatif lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan

tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak

berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi peluang kelas XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah:

Peningkatan strategi pembelajaran koopertif dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi peluang kelas XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung.

17

Page 18: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut di atas, penulis menggunakan

metode analisis data secara kuantitatif. Dalam melakukan analisi data dan

menarik kesimpulan akhir, penulis menggunakan rumus statistik dan uji

hipotesis.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel bebas: penerapan strategi pembelajaran kooperatif

Variabel terikat : hasil belajar siswa

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti mengambil populasi pada kelas

XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung yang terdiri dari 25 siswa yaitu 15

siswa putri dan 10 siswa putra.

3.3.2 Sampel

Peneliti menggunakan Sampel Random Sederhana (Sample Random

Sampling). Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi

kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi

anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari

populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal

yaitu menggunakan Cointoss atau Random Numbers. Bila jumlah

populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".

Keuntungan menggunakan cara penarikan sampel ini, bahwa prosedur

estimasi mudah dan sederhana. Sedangkan kerugiannya akan

membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.

18

Page 19: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

3.3.3 Teknik Sampling

Banyaknya populasi ada 25 siswa dan peneliti menginginkan

banyaknya sampel 5 siswa. Setelah subjek diberi nomor, yaitu nomor 1

sampai 25, maka sampel random kita lakukan dengan salah satu cara

demikian:

Undian (untung-untungan)

Pada kertas kecil-kecil peneliti tuliskan nomor subjek, satu nomor

untuk untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini digulung. Dengan tanpa

prasangka, peneliti mengambil 5 gulungan kertas, sehingga nomor-

nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang

merupakan nomor subjek sampel penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi

hasil belajar siswa dan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif.

Observasi hasil belajar siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan

siswa selama proses pembelajaran pada materi peluang. Sedangkan

observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif difokuskan pada

aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan

pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan

pada lembar catatan lapangan.

2. Angket

Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk

mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa

mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif.

4. Tes

Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi peluang dengan

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.

5. Dokumentasi

19

Page 20: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar

wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto

selama proses pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan

data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan

lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes

naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini

dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara

diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan

kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan

triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).

1. Analisis Hasil Belajar Siswa

Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan

siswa, nilai individu, skor kelompok dan penghargaan kelompok.

a. Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa

”siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh

≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka dalam penelitian ini juga

menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk

menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan

perhitungan persen (%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:

Rumus:

Persen (%) ketuntasan = jumlah siswa tuntasjumlah siswa

x 100%

b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka

pendeknya yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes

pada setiap siklus. Dari data perolehan skor untuk setiap tes, rata-

rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut : rumus

x̄=

∑i=1

i=25

x i

n

Dengan x = nilai siswa; n = jumlah siswa

c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan

membandingkan skor dasar siswa

20

Page 21: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

(rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang.

Aturan pemberian skor

peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80).

Menurut Slavin (1995:80) salah satu cara perhitungan dalam

penentuan nilai perkembangan siswa sebagai berikut:

Langkah 1 : menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis

sebelumnya.

Langkah 2 : menentukan skor kuis terkini

Siswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitan dengan materi

terkini.

Langkah 3 : menghitung skor perkembangan

Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang

besarnya dihitung dari selisih skor sekarangdan skor dasar. Poin

tersebut ditentukan dengan menggunakan skala berikut:

Tabel 1 Kriteria Poin Perkembangan

Kriteria Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poindi bawah

skor dasar

5 poin

10 poin hingga 1 poin di bawah

skor dasar

10 poin

Skor dasar hingga 10 poin di

atas skor dasar

20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor

dasar

30 poin

Pekerjaan sempurna tanpa

memperhatikan skor dasar

30 poin

d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata

skor tiap kelompok.

Aturan perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan dalam

Mohamad Nur (2005:36).

Menurut Mohamad Nur (2005:36) ada tiga tingkat penghargaan

yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat

adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan

15 Tim Baik

20 Tim Hebat

25 Tim Super

21

Page 22: Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina.(2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Bandung: Kencana Prenada Media Group

Suharsimi, Arikunto.(2010).Prosedur Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta

Pusat Bahasa Depdiknas.(2002).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai

Pustaka

22