proposal matematika

63
BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam perwujudan diri seorang individu. Pendidikan mampu membentuk manusia yang berbudaya, bermoral dan bertanggung jawab. Berbagai usaha dilakukan pemerintah sebagai penyelenggara pelaksanaan sistem pendidikan sekolah. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, diperlukan penguasaan terhadap bidang IPS, karena mengingat pentingnya IPS bagi ilmu-ilmu yang lain. Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam membentuk individu yang dapat berpikir kritis dan logis. Dimana siswa memiliki kemampuan kerjasama yang efektif dan menciptakan keterampilan khususnya pada mata 1

Upload: diandra-devikha

Post on 27-Oct-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal matematika

TRANSCRIPT

BAB IPANDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan

dalam perwujudan diri seorang individu. Pendidikan mampu membentuk

manusia yang berbudaya, bermoral dan bertanggung jawab. Berbagai usaha

dilakukan pemerintah sebagai penyelenggara pelaksanaan sistem pendidikan

sekolah. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, khususnya untuk

memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju,

diperlukan penguasaan terhadap bidang IPS, karena mengingat pentingnya

IPS bagi ilmu-ilmu yang lain.

Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam

membentuk individu yang dapat berpikir kritis dan logis. Dimana siswa

memiliki kemampuan kerjasama yang efektif dan menciptakan keterampilan

khususnya pada mata pelajatan IPS. kenyataan yang ada pada umumnya siswa

kurang menyenangi terhadap pelajaran IPS karena dianggap kurang

menyenangkan dan membosankan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksukaan siswa tersebut, salah satunya dadalah faktor guru dalam

menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga

siswa lebih bersifat pasif dan guru tampak sangat mendominasi dalam proses

pembelajaran.

Pada umumnya dalam mengajar IPS guru kurang memperhatikan

kompetensi yang dimiliki oleh setiap siswa, oleh karena interaksi antara guru

1

dengan siswa hanya berlangsung satu arah. Guru nampaknya sangat

mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Dominasi

guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa bersifat

pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.

Penggunaan model pembelajaran yang dirasa kurang tepat dalam pelaksanaan

pembelajaran IPS. Dalam hal ini, para guru dituntut lebih untuk memiliki

keterampilan dan dapat memilih pendekatan, model, atau metode

pembelajaran yang tepat diterapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Agar dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat beraktivitas dan berbuat

hendaknya siswa diberi kesempatan untuk dapat memperoleh pengetahuan

dengan jalan berinteraksi dengan lingkungannya. Siswa diberi kesempatan

untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru menanamkan perannya

sebagai fasilitator. Hal ini merupakan penekanan dalam pembelajaran

kooperatif. Menurut Slavin (Gerson, 2002:107) “Belajar kooperatif adalah

suatu model pembelejaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam

kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi.”

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran

salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Divission (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

sehingga dapat dengan mudah mengkondisikan siswa pada pembelajaran

kooperatif, dapat memotivasi siswa untuk selalu belajar secara aktif,

2

membantu dalam menguasai materi pelajaran dan berdiskusi bersama dalam

menemukan dan menyelesaikan masalah.

Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan

penelitian dengan judul, “Penerapan Pembelajaran Materi Pokok Lingkaran

Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar mata pelajaran IPS di SD Negeri

Kurjati Kabupaten Tasikmalaya.(PTK terhadap Siswa Kelas

............................. Tasikmalaya Tahun Ajaran 2006/2007).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah respon siswa kelas .......................SD Negeri Kurjati

Kabupaten Tasikmalaya terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS?

b. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas ............... SD Negeri Kurjati

Kabupaten Tasikmalaya selama mengikuti mata pelajaran IPS dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD)?

c. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas ....................... SD Negeri Kurjati

Kabupaten Tasikmalaya?

3

C. Definisi Operasional

a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa

belajar dengan bantuan LKS secara kelompok, berdiskusi guna memahami

konsep-konsep. Semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa secara individu diberi

suatu tes yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok. Hasil

belajar kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lainnya guna

memperoleh penghargaan.

b. Hasil Belajar Siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah

proses pembelajaran selesai, untuk melihat sejauh mana materi yang

disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Hasil belajar siswa dilihat

dari hasil ulangan harian, tugas kelompok dan tugas individu.

4

c. Aktivitas Siswa adalah keaktifan siswa selama penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) berlangsung

pada materi pokok lingkaran dilihat dari indikator memperhatikan

penjelasan guru, mencatat materi pelajaran, berdiskusi atau bertanya antara

siswa dengan siswa, mengerjakan soal dalam LKS, keberanian

mengemukakan pendapat bertanya kepada guru. Aktivitas siswa diketahui

berdasarkan pengamatan dua orang observer selama pembelajaran

berlangsung.

d. Respon Siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD adalah perilaku siswa yang lahir setelah mereka mengikuti

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Respon dilihat dari

hasil penyebaran angket yang dilaksanakan setelah seluruh pembelajaran

selesai. Respon siswa pada penelitian ini akan dibatasi pada indikator

sikap dan minat siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran materi pokok lingkaran

melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD.

b. Mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada materi pokok lingkaran.

5

c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi pokok

lingkaran melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian dengan pembelajaran koopertif tipe STAD

adalah memberi informasi bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD

merupakan pembelajaran yang mengarah pada konsep belajar mandiri, serta

memberi masukan kepada guru untuk perbaikan proses pemeblajaran dan

dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika selanjutnya.

6

BAB II

LANDASAN TEORETIS

a. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan oleh

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:70) mengemukakan, “Model

cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesamanya dalam struktur kerjasama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.” Selanjutnya

Slavin (Wardani, Sri, 2002:16) mengemukakan, “Belajar kooperatif adalah

suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok heterogen.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

cooperative learning merupakan pembelajaran yang mencakup kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4 dampai 6 orang yang bekerjasama

untuk menyelesaikan masalah serta ada interaksi antar anggotanya.

Menurut Ibrahim, Muslimin, et.al. (2000:6) pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

1

3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Selanjutnya Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2001:71),

mengemukakan karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Individual Accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab menyelesaikan permsalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.

2) Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok.

3) Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan membentuk kesadaran sosial.

4) Positif Interdipendent, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantunga satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Eberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki konstribusi. Jadi sisa berkolaborasi bukan berkompetisi.

5) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Dalam pembelajaran kooperatif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk mencapai hal tersebut, maka guru harus mampu merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa, sehingga mampu mengkondisikan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif.

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:72) mengemukakan langkah-

langkah guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

2) Dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.

3) Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan menimbang siswa baik secara individual, maupun kelompok

2

dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.

4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil bekerjanya. Guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.

Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif di

atas, maka tampak bahwa peran aktif sswa di kelas sangat menonjol

dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002:73) berpendapat bahwa

manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan model pembelajaran

kooperatif pada proses belajar mengajar antara lain, yaitu:

1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana beajar mengajar yang bersikap terbuka dan demokratis.

2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi yang telah dimiliki oleh siswa.

3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan masyarakat.

4) Siswa tidak hanya sebagai objek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar karena siswa dapat menajdi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

5) Siswa dilatih untuk bekerjasama karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.

6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan

model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan komunikasi dan

interaksi antara siswa dengan siswa dalam satu kelompoknya, maupun

antara siswa dengan siswa antara kelompok lain, sehingga dapat memacu

para siswa untuk dapat bekerja sama, saling membantu satu sama lain

3

dalam memberitahukan pengetahuan-pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang telah dimilikinya.

Peranan guru dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai

motivator dan fasilitator. Pada pembelajaran ini siswa ditempatkan pada

peran yang sama dalam mencapai tujuan belajar, penguasaan materi

pelajaran dan keberhasilan belajar, bukan ditentukan oleh guru. Tetapi

merupakan tanggungjawab bersama, sehingga akan tumbuh dan

berkembang rasa kebersamaan serta saling membutuhkan diantara siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling bekerjasama dalam penguasaan materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran

kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin, dan merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Struktur kelompok

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu kelompok heterogen

dengan 4 sampai 5 orang anggota. Keuntungan pengelompokkan

heterogen menurut Lie, Anita (2004:43) antara lain:

1) Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung.

2) Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama etnik dan gender.

3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang.

4

Sedangkan kelebihan kelompok beremapat menurut Lie, Anita

(2004:47) yaitu, “Mudah dipecahkan menjadi berpasangan, lebih banyak

ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, guru mudah

memonitor.” Lie, Anita (2004:47) berpendapat kelebihan kelompok

berlima, “Jumlah ganjil memudahkan proses pengambilan suara, lebih

banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, guru

mudah memonitor kontribusi.”

Menurut Slavin (1995:71), “Ada lima tahap proses kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu, Penyajian materi, kegiatan

kelompok, tes individu, perhitungan skor perkembangan individu,

pemberian penghargaan kelompok.” Lebih jelas tahap-tahap pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan

tujuan pembelajaran khusus serta memotivasi rasa keingintahuan siswa

mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan

memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap

materi prasyarat yang telah dipelajari agar siswa dapat

menghubungkan materi yang akan diberikan dengan pengetahuan yang

telah dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan

secara klasikal ataupun secara diskusi. Mengenai lamanya presentasi

dan berapa kali harus dipresentasikan tergantung kepada kompleks

atau tidaknya materi yang akan dibahas.

5

Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan

pada pengembangan materi pembelajaran yang sesuai dengan apa yang

akan dipelajari siswa dalam kelompok. Bahwa belajar adalah

memahami makna bukan hapalan memberikan umpan balik sesering

mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan

terhadap jawaban pertanyaan yang benar atau salah, dan beralih

kepada materi yang selanjutnya setelah siswa memahami permasalahan

yang sedang dihadapi.

b. Tahap Kegiatan Kelompok

Dalam tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan

yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi

tugas dan saling membantu memberikan penyelesaian agar semua

anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu

lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru

bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

c. Tahap Tes Individu

Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar yang telah

dicapai siswa, diadakan tes secara individual mengenai materi yang

telah dibahas. Tes individual biasanya dilakukan setiap selesai

pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa dapat menunjukan apa

yang telah dipelajari secara individu selama belajar dalam kelompok.

Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan serta

perhitungan perolehan kelompok.

6

d. Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.

Berdasarkan skor ini siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya

berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan skor

perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk

memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuan.

Pedoman memberikan skor perkembangan individu pada tabel di

bawah ini dikemukakan oleh Stahl (Wardani, Sri, 2002:14).

Tabel 2.1Skor Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor tesSkor

Perkembangan Individu

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0

Antara 10 poin dibawah skor awal sampai skor awal

10

1 sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

40

Sumber: Stahl (Wardani, Sri, 2002:14)

e. Pemberian Penghargaan Kelompok

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai

jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan

berdasarkan perolehan skor rata-rata, yang dikategorikan menjadi

kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Slavin, R.E.

7

(1995:80) mengemukakan kriteria yang digunakan untuk menentukan

pemberian penghargaan terhadap kelompok yaitu:

8

Tabel 2.2Tingkat Penghargaan Kelompok

Nilai Rata-rata Kelompok Penghargaan

15 poin

20 poin

25 poin

Good Team

Great Team

Super Team

Sumber: Slavin, R.E. (1995:80)

Pemberian penghargaan kelompok dilakukan pada pertemuan

selanjutnya. Dengan adanya pemberian penghargaan terhadap

kelompok dapat memotivasi siswa untuk dapat belajar lebih giat lagi.

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

setiap siswa dapat terbiasa untuk bekerja sama dengan anggota

kelompoknya serta mereka saling membantu dan mempersiapkan diri

untuk mengerjakan tes individu. Tes individu yang diperoleh siawa

(nilai) disumbangkan untuk kelompoknya masing-masing dan diambil

dari rata-rata nilai dari semua anggota kelompok kemudian

diklasifikasikan dalam kategori penghargaan kelompok.

Hal ini dapat memotivasi siswa untuk selalu berusaha mendapatkan

nilai yang tinggi dan setiap kelompok selalu membantu semua anggota

kelompoknya dalam mempersiapkan tes individu sehingga

memperoleh hasil yang diharapkan.

3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif

a. Teori Belajar Piaget

Piaget (Wardani, S, 2002:27) mengemukakan, “Pengetahuan

merupakan adaptasi pikiran terhadap realitas seperti organisme

9

beradaptasi dengan lingkungannya.” Berdasarkan pemikiran Piaget

tersebut, Suparno (Utari, Risma, 2006:22) mengemukakan, “Dalam

pembentukan pengetahuan siswa dituntun untuk bertindak aktif

terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang berinteraksi dengan

objek, mengamati dan meneliti serta berpikir berasimilasi dengan alam

agar terjadi perkembangan struktur dan pengetahuan.

b. Teori Vygotsky

Vygotsky (Suparno, Paul, 1997:45) menyatakan, “Pembentukan

dan pengembangan pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial, ia juga

mengemukakan bahwa belajar merupakan pengetahuan suatu

pengertian, baik pengertian spontan maupun pengertian ilmiah.”

Pengertian spontan adalah pengertian yang didapat dalam pengalaman

siswa sehari-hari dan sifatnya tidak sistematis logis, sedangkan

pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas dan

sifatnya logis, kemudian sistemnya lebih luas. Implikasi dari teori

Vygotsky dalam pembelajaran adalah menghendaki setting kelas

berbentuk pembelajaran kooperatif, sehingga siswa saling berinteraksi

dan berkomunikasi serta saling memunculkan strategi dalam

pemecahan yang efektif.

c. Teori Belajar Bermakna Ausubel

Ausubel (Ruseffendi, E.T., 1991:172), “Membedakan dua jenis

belajar yaitu, belajar menerima dan belajar menemukan.” Pada belajar

menerima bentuk akhir dari yang diajarkan itu diberikan, sedangkan

10

pada belajar menemukan, bentuk akhir itu harus dicari siswa. Selain

itu Ausubel juga mengemukakan belajar menghapal dan belajar

bermakna. Ausubel adalah pelopor belajar verbal yang bermakna yaitu

proses belajar yang jelas dan hasilnya berguna bagi siswa. Belajar

bermakna adalah proses belajar dimana pengetahuan baru yang

dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya,

sedangkan belajar menghapal adalah belajar melalui menghapalkan

apa yang sudah diperolehnya.

4. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Sudjana, Nana (2005:61) menyatakan bahwa penilaian proses

belajar mengajar terutama dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat

dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajar.2) Terlibat dalam pemecahan masalah.3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.7) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta

prilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai sehubungan hal tersebut sistem

pembelajaran menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas)

11

dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

Manfaat aktivitas dalam pembelajaran dijelaskan oleh Hamalik, Oemar

(2003:91) yaitu:

1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.3) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang

pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.4) Siswa belajar bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,

sehingga sangat bermanfaat dam rangka pelayanan perbedaan individual.

5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mupakat.

6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7) Pembelajaran dan belajar ilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Berkembang tidaknya aktivitas siswa selama proses belajar mengajar

juga dipengaruhi oleh respon siwa terhadap proses pembelajaran.

5. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divission (STAD)

Interaksi dalam proses pembnelajaran, khususnya dalam pembelajaran

matematika sangatlah diperlukan baik interaksi antara guru dengan siswa

maupun antara siswa dengan siswa. Respon akan ditunjukkan pula oleh

siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Proses

pembelajaran dikatakan telah berhasil apabila terlihat perubahan khas yang

12

menjadi karakteristik prilaku belajar yaitu perubahan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Agar perubahan itu terjadi secara maksimal dengan mengembangkan

potensi diri para siswa, guru harus bisa memotivasi siswa sehingga

menimbulkan aktivitas belajar. Hal ini penting sebagai strategi

pembelajaran untuk mendapatkan respon yang baik dari siswa. Karena

respon penting sebagai bahan acuan dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang diharapkan bisa menjadi inovasi baru dalam

pembelajaran.

Lores (Utari, Risma, 2006:20) mengemukakan perwujudan perubahan

prilaku (respon) dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan

yaitu:

a. Kognitif, yang berupa pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan

pemecahan masalah.

b. Afektif, berupa sikap, minat dan apresiasi.

c. Tujuan-tujuan/pola-pola bertindak, seperti keterampilan psikomotorik,

kompetensi dalam menyelenggarakan pertemuan, kebiasaan yang

berupa hidup sehat, keamanan dan lain sebagainya.

Respon afektif yang akan dikemukakan berupa sikap dan minat.

Berikut adalah penjelasan tentang respon afektif yaitu:

a. Sikap

Sikap positif terhadap pembelajaran merupakan respon awal dalam

memberdayakan potensi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses

13

pembelajaran itu akan berjalan lebih efektif. Syah (Rismawan, A,

2005:22) mengemukakan bahwa sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap

obyek orang, barang, dasn sebagainya, baik bicara positif maupun

negatif. Indikator untuk sikap yaitu keterbukaan, ketekunan belajar,

kerajinan, kerjasama, tanggungjawab dan kepedulian.

b. Minat

Sebagian siswa berpendapat bahwa pelajaran matematika itu sulit,

dan dalam pembelajarannya suka membosankan, oleh karena itu guru

harus bisa membangkitkan minat belajar siswa. Agar prestasi belajar

siswa meningkat. Depdiknas (2003:23) mengemukakan bahwa minat

merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan

menggairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Indikator untuk

minat yaitu kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu

mengumpulkan tugas dan catatan di buku rapi.

6. Deskripsi Materi Pelajaran IPS

7. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Mata

Pelajaran IPS

a. Tahap Penyajian Materi

Dalam apersepsi guru memberikan pertanyaan kepada siswa

tentang unsur-unsur lingkaran yang sudah dipelajari, kemudian siswa

14

diarahkan untuk menghitung keliling dan lingkaran melalui penjelasan

konsep mengenai rumus keliling dan luas lingkaran. Kemudian siswa

diarahkan untuk dapat mengambil kesimpulan sehingga dapat

mengetahui dan memahami rumus keliling dan luas lingkaran.

b. Tahap Kegiatan Kelompok

Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-masing untuk

mendiskusikan bahan ajar yang telah diberikan oleh guru dan

mengerjakan LKS, soal-soal dalam LKS dapat diselesaikan dengan

memperhatikan konsep dan rumus keliling dan luas lingkaran

meskipun ukuran jari-jarinya berubah.

c. Tahap Tes Individual

Setelah kegiatan kelompok siswa diberi tes yang dikerjakan secara

individu. Soal tes terdiri dari menghitung keliling dan luas lingkaran.

d. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Tahap ini dilakukan guru di luar jam pelajaran.

e. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

Pemberian penghargaan kelompok diberikan pada pertemuan

selanjutnya.

8. Hasil Belajar Siswa

Sudjana, Nana (2005:49) menyatakan, “Tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif

(penguasaan intelektual, bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan

nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan bertindak/berperilaku).”

15

Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

serta dipandang sebagai hasil belajar siswa di sekolah dari proses

pembelajaran.

Hal yang sama diungkap pula oleh Depdiknas (2004:1) yang

menyatakan, “Hasil belajar siswa adalah merupakan pencapaian hasil

belajar siswa dalam bentuk yang mencakup ranah kognitif, psikomotor dan

afektif. Nilai hasil belajar adalah reta-rata dari nilai ulangan harian/nilai

ulangan umum tertulis, penampilan, perbuatan, produk, tugas, dan

portofolio.” Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002:20) menyatakan,

“Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar

tersebut terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar ini merefleksikan

keluasan, kedalaman dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta

dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar merupakan hasil

yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai untuk melihat

sampai sejauh mana materi yang disampaikan guru dapat diterima oleh

siswa. Hasil belajar siswa biasanya ditunjukkan oleh hasil tes yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka berdasarkan kriteria penilaian.

Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dilihat dari hasil ulangan harian,

tugas kelompok dan tugas individu.

b. Penelitian yang Relevan

16

Penelitian yang dilaksanakan oleh Yanuar,Yana (2003) mengenai, Analisis

Hasil Belajar Matematika yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Pokok Bahasan

Matriks di Kelas 1 SMUN 5 Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa hasil belajar matemtika yang pembelajarannya menggunakan model

belajar kooperatif tipe STAD baik.

Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh Dalia, Dede (2005)

mengenai, Analisis Hasil Belajar Matematika yang Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayong. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang pembelajarannya

menggunakan model belajar kooperatif tipe STAD baik.

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan oleh Rismawan, Aris (2005)

mengenai, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Segiempat Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Division (STAD) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa dalam

pembelajaran segiempat dengan menggunakan metode Kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Anggapan Dasar

Arikunto, Suharsimi (2002:22) berpendapat, “Anggapan dasar adalah

sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai

hal-hal yang dipakai untuk dapat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan

17

penelitiannya”. Berdasarkan landasan teoretis, peneliti mengemukakan

anggapan dasar sebagai berikut:

1. Pembelajaran pada materi pokok lingkaran diberikan di kelas VIII SMP

Negeri 12 Tasikmalaya sesuai dengan kurikulum 2004.

2. Guru (peneliti) mempunyai kemampuan merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran matematika pada materi pokok lingkaran dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divission

(STAD).

3. Siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya mampu mengikuti

pembelajaran materi pokok lingkaran dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divission

(STAD).

d. Hipotesis Tindakan dan Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis Tindakan

Sudarsono, F. X (Kasihani, E. S. Kasbolah, 1998:65) berpendapat,

“Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan tentang suatu hal yang akan

terjadi jika suatu tindakan dilakukan.” Maka berdasarkan rumusan

masalah, anggapan dasar dan kajian teori yang telah dikemukakan di atas,

peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

pada pembelajaran materi pokok lingkaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya.

2. Pertanyaan Penelitian

18

Berdasarkan masalah pada penelitian ini, maka pertanyaan penelitian

yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12

Tasikmalaya selama mengikuti pembelajaran materi pokok lingkaran

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD)?.

b. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya

terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) pada materi pokok lingkaran?.

19

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Bentuk penelitian tindakan yang dipilih adalah

tindakan kelas kolaboratif partisipatoris. Penelitian Tindakan Kelas ini

bertujuan untuk mengkaji dan merefleksikan secara kolaboratif suatu

pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) dalam upaya meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran IPS. Partisipatoris dimaksudkan berkembangnya diskusi telaah balik

berkelanjutan antara guru dan peneliti untuk mengobservasi sekaligus

merefleksibalikan praktek tersebut.

B. Variabel Penelitian

Sudjana, Nana (2005:23) berpendapat “Variabel secara sederhana dapat

diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur

secara kuantitatif ataupun kualitatif.” Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

dua, yaitu :

1. Variabel bebas : Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD).

2. Variabel terikat :Hasil belajar siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

1

Agar dalam penelitian ini diperoleh data yang diharapkan, maka haruslah

menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan Ulangan Harian

Ulangan harian dilaksanakan setelah seluruh proses pembelajaran

selesai untuk setiap siklus. Pelaksanaan ulangan harian ini bertujuan untuk

mengungkap penguasaan pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk

mengungkap penguasaan pemakaian alat atau suatu prosedur.

2. Memberikan Tugas

a. Tugas Kelompok

Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja

kelompok. Tugas kelompok diberikan selama penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) berlangsung.

b. Tugas Individu

Tugas individu diberikan di setiap akhir pertemuan yang berupa

soal latihan untuk dikerjakan di rumah mengenai materi yang telah

diberikan pada pertemuan saat itu.

3. Melaksanakan Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilaksanakan dengan menggunakan

lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

pada mata pelajaran IPS pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi

2

dilakukan oleh 2 orang observer yang merupakan guru IPS di SD Negeri

Kurjati Kabupaten Tasikmalaya.

4. Menyebarkan Angket

Penyebaran angket siswa dilaksanakan untuk memperoleh data

tentang respon siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD). Penyebaran angket dilaksanakan satu kali setelah seluruh proses

pembelajaran selesai.

Tabel 3.1Kisi-kisi Ulangan Harian

Masalah Penelitian

IndikatorJumlah

Soal

Penerapan Pembelajaran

STAD

Menghitung keliling dan luas bidang lingkaran.Menghitung besarnya perubahan jika ukuran jari-jarinya berubah.Menghitung panjang busur, luas juring dan luas tembereng.Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama.Menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter dan busur yang sama.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Soal Ulangan Harian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa ulangan harian.

Soal-soal untuk setiap siklus terdiri dari 3 soal dengan Skor Maksimal

3

Ideal (SMI) 100. Tes yang diberikan berbentuk soal uraian, diberikan satu

kali untuk setiap siklus. Sebelum soal diberikan kepada subjek penelitian

terlebih dahulu diujicobakan kepada tiga orang siswa di luar subjek

penelitian.

2. Soal Tugas Kelompok

Tugas kelompok diberikan kepada siswa dalam bentuk Lembar

Kerja Siswa (LKS). Setiap siswa mengerjakan LKS dalam kelompok. LKS

digunakan sebagai latihan siswa dan diberikan saat pembelajaran materi

IPS. Penilaian untuk LKS menggunakan skala 100.

3. Soal Tugas Individu

Tugas individu diberikan di setiap akhir pertemuan yang berupa soal

latihan untuk dikerjakan di rumah mengenai materi yang telah diberikan

pada pertemuan saat itu. Bentuk soal berupa uraian. Tugas individu ini

akan dinilai berdasarkan skor yang ditentukan peneliti dengan

mempertimbangkan bobot dan tingkat kesulitan soal dengan Skor

Maksimal idel (SMI) 100.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas

siswa selama selama berlangsungnya proses pembelajaran model

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Untuk

mengukur hasil observasi digunakan lembar observasi yang memuat tujuh

indikator yang harus diamati oleh 2 orang observer.

4

Tabel 3.2Kisi-kisi Lembar Observasi

Masalah Penelitian

Aktivitas SiswaIndikator Jumlah

Item

Penerapan Model

Kooperatif Tipe STAD

Aktivitas mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru.

1

Aktivitas berdiskusi. 5Aktivitas kemampuan siswa 3Aktivitas yang tidak relevan. 1

5. Angket

Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan

yang disampaikan kepada responden secara tertulis. Angket siswa yang

diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa dalam penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi

pokok lingkaran, sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.

Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya alternatif

jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu

alternatif jawaban sesuai dengan pendapatnya. Angket terdiri dari 18

pertanyaan berupa pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dan dipilihan

jawaban dalam angket ada empat yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), dengan skor yang diberikan

pada tiap-tiap kategori menurut Suherman dan Sukjaya (1990:236), yaitu :

Pertanyaan Positif : SS = 5, S = 4, TS = 2, STS = 1

Pertanyaan Negatif : SS = 1, S = 2, TS = 4, STS = 5

Tabel 3.3Kisi-kisi Angket

5

Masalah Penelitian

IndikatorItem Angket

Positif NegatifPenggunaan

Model Kooperatif Tipe STAD

Respon terhadap Pembelajaran

Respon terhadap diskusi kelompok

1,2,6,8,9

3,5,7,11,13

10,14,15

4,16,12,17,18

E. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas

..........SD Negeri Kurjati Kabupaten Tasikmalaya dengan banyaknya siswa

............ orang terdiri dari ............. orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa

perempuan.

F. Desain Penelitian

Menurut Arikunto, Suharsimi (1996:44) “Desain penelitian adalah rencana

atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang

akan dilaksanakan.” Berdasarkan pendapat di atas dan mengingat bahwa

penelitian yang akan berlangsung adalah penelitian tindakan kelas, yang

menurut Kasihani, E. S. Kasbolah (1998:27) berpendapat, “Guru

melaksanakan PTK untuk memperbaiki belajar mengajar, jadi bukan untuk

mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas.” Maka desain penelitian yang

diambil berdasarkan adaptasi dari Hopkins (Tim Pelatih Proyek PGSM,

1999:7).

Plan

Action/Observation

Reflective

RevisedPlan

Action/Observation

Reflective

RevisedPlan

Action/Observation

Reflective

Plan

Action/Observation

Reflective

RevisedPlan

Action/Observation

Reflective

RevisedPlan

Action/Observation

Reflective

6

Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas di Adaptasi dari Hopkins dalam Depdikbud

Berdasarkan spiral penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari

Hopkins, maka penelitian yang berlangsung untuk setiap siklusnya meliputi

empat tahapan sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1. Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan (planning) terdapat beberapa kegiatan yang akan

dilakukan adalah:

a. Diskusi dengan guru.

b. Membuat lembar observasi dan angket melihat situasi belajar mengajar

berlangsung.

c. Menyusun skenario pembelajaran.

d. Menyiapkan alat dan teknis analisis data.

2. Tindakan (Action)

Dalam pelaksanaan tindakan (action) adalah melaksanakan apa yang

telah dibuat dalam perencanaan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan

tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Pengamatan (Observation)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengamatan (observation) adalah

guru bersama peneliti mengobservasi tindakan yang dilakukan dengan

teknik observasi dan cacatan lapangan.

4. Refleksi (Reflection)

7

Tahap refleksi (reflection) merupakan tahap akhir dari siklus penelitian

tindakan kelas. Pada tahap refleksi peneliti bersama observer (guru)

mendiskusikan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan serta

permasalahan yang timbul di kelas penelitian. Refleksi dapat ditentukan

setelah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi, dan biasanya

muncul masalah atau pemikiran baru, sehingga merasa perlu

melaksanakan perencanaan ulang, tindakan ulang serta pengamatan ulang

dan diikuti dengan refleksi ulang yang akan dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Pelaksanaan pembeljaran matematika pada materi pokok lingkaran di

kelas VIII-G SMP Negeri 12 Tasikmalaya, adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I akan dibahas dua indikator yaitu:

indikator menghitung keliling dan luas bidang lingkaran, dan indikator

menghitung besarnya perubahan luas lingkaran jika ukuran jari-jari

berubah. Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit, dengan alokasi

waktu 4 45 menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit untuk ulangan

harian.

a. Perencanaan tindakan

sikluis I

b. Pelaksanaan

pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD

c. Observasi pada siklus I

8

d. Refleksi siklus I untuk

merencanakan tindakan yang harus dilakukan pada siklus II

2. Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II akan dibahas satu indikator yaitu,

indikator menghitung panjang busur, luas juring dan luas tembereng.

Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit, dengan alokasi waktu 4 45

menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit untuk ulangan harian.

a. Perencanaan tindakan siklus II

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD

c. Observasi pada proses pembelajaran

d. Refleksi siklus II untuk merencanakan tindakan yang dilakukan pada

siklus III

3. Siklus III

Pelaksanaan tindakan pada siklus III akan dibahas dua indikator yaitu,

indikator mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, serta

indikator menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter

dan busur yang sama. Waktu yang diperlukan adalah 5 45 menit,

dengan alokasi waktu 4 45 menit untuk pembelajaran dan 1 45 menit

untuk ulangan harian.

a. Perencanaan tindakan siklus III

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD

c. Observasi pada proses pembelajaran

d. Refleksi siklus III.

9

4. Evaluasi hasil tindakan.

Pada evaluasi hasil tindakan ini, peneliti dapat menentukan tingkat

keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.

5. Analisis hasil tindakan

Analisis keseluruhan tindakan dimulai dari siklus I, siklus II, dan

siklus III. Hasil dari analisis tadi digabungkan dengan hasil yang diamati

oleh observer.

G. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Ketiga tahap tersebut

lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Mendapatkan surat keputusan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Siliwangi mengenai bimbingan skripsi.

b. Melakukan konsultasi dengan Pembimbing I dan Pembimbing II untuk

mengajukan judul penelitian agar disetujui.

c. Menyusun proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan kepada

Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diseminarkan.

d. Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal kepada

Dewan Bimbingan Skripsi.

e. Melaksanakan seminar proposal penelitian.

f. Melakukan perbaikan proposal berdasarkan hasil seminar serta

petunjuk dan arahan dari Pembimbing I dan Pembimbing II.

10

g. Mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan :

a. Konsultasi dengan Kepala SMP Negeri 12 Tasikmalaya.

b. Konsultasi dengan guru tentang subjek penelitian yaitu kelas yang

akan digunakan penelitian.

c. Membuat kelompok-kelompok kecil pada kelas sampel.

d. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.

e. Memberikan tes tertulis pada subjek penelitian.

f. Pengumpulan data.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Mengolah data yang terkumpul.

b. Menganalisis data tentang situasi belajar mengajar pada saat

dilaksanakan tindakan, yang diambil dengan menggunakan lembar

observasi.

c. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari

rata-rata nilai ulangan harian, nilai tugas kelompok dan nilai tugas individu

pada materi pokok lingkaran yang pembelajarannya menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Data yang telah terkumpul belum menunjukkan hasil yang mengandung arti,

karena masih berupa data mentah, untuk mengetahui hasil yang diperoleh,

11

maka dilakukan langkah berikutnya adalah menganalisis data, seperti yang

dijelaskan berikut ini:

1. Analisis Ulangan Harian

Memberi skor tiap butir soal terhadap hasil uangan harian dengan

rumus menurut Depdiknas (Widaningsih, Dedeh, 2005:41)

SBS =

Keterangan:

SBS = skor butir soal

a = skor mentah yang diperoleh

b = skor mentah maksimum butir soal

c = bobot butir soal

Skor Total Siswa (STS) untuk memperoleh tes yang bersangkutan

diperoleh dengan menjumlahkan skor butir soal (SBS).

2. Analisis Tugas Kelompok dan Tugas Individu

Setiap tugas-tugas kelompok dan tugas-tugas individu diberi

penskoran dan pembobotan dengan mempertimbangakan faktor-faktor

yang berkaitan dengan materi, kedalaman materi dan tingkat kesukaran.

Soal diberi bobot yang berbeda sesuai dengan kedalaman materi dan

tingkat kesukaran soal. Skor yang diberikan untuk tugas individu dan

tugas kelompok menggunakan skala 100.

3. Analisi Hasil Belajar

Maksud dari penilaian akhir ini adalah nilai akhir yang merupakan

gabungan dari nilai tes tertulis, nilai tugas individu, dan nilai tugas

12

kelompok. Berdasarkan dari sekolah, dalam penelitian ini bobot ulangan

harian (tes tertulis) adalah 2, bobot tugas kelompok adalah 1, dan bobot

tugas individu adalah 1 sehingga peneliti menggunakan rumus untuk nilai

hasil belajar sebagai berikut:

Nilai Akhir =

Keterangan :

a = nilai tes tertulis

b = nilai tugas kelompok

c = nilai tugas individu

4. Analisis Observasi

Untuk mengetahui aktivitas siswa selama penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

pada pembelajaran materi pokok lingkaran digunakan lembar observasi

yang diisi oleh observer. Caranya adalah dengan menjumlahkan aktivitas

yang muncul dan untuk setiap aktivitas yang muncul tersebut

dipresentasikan dengan menggunakan rumus:

P =

Keterangan:

P = Persentase Aktivitas Siswa

5. Angket

Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran, dilihat dari

hasil penyebaran angket. Menurut Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya

(1990:237) pembobotan untuk pernyataan favorable Sangat Setuju (SS) di

13

beri skor 5, Setuju (S) di beri skor 4, Netral (N) di beri skor 3, Tidak

Setuju (TS) di beri skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor 1.

Pembobotan untuk pernyataan unfavorable Sangat Setuju (SS) di beri skor

1, Setuju (S) di beri skor 2, Netral (N) di beri skor 3, Tidak Setuju (TS) di

beri skor 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor 5.

Setelah angket terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara seperti

di atas responden digolongkan ke dalam memiliki sikap positif atau

bersikap positif jika > 3 dan responden memiliki sikap negatif atau

bersikap negatif jika < 3. Untuk ilustrasinya perhatikan tabel di bawah

ini:

Tabel 3.4Analisi Respon Siswa Item Positif

Alternatif JawabanPernyataan Positif

f.xRata-rata

( )Frekuensi (f) Skor (x)Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuSangat Tidak Setuju

54321

=

Jumlah

Tabel 3.5Analisi Respon Siswa Item Negatif

Alternatif JawabanPernyataan Negatif

f.xRata-rata

( )Frekuensi (f) Skor (x)Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuSangat Tidak Setuju

12345

=

Jumlah

14

I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dimulai pada awal semester genap, yaitu

sekitar .............. sampai dengan ................., dengan rencana kegiatan

seperti disajiakan pada tabel berikut:

Tabel 3.6Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No Jenis KegiatanBulan

Nov‘06

Des‘06

Jan‘07

Feb‘07

Mar‘07

Apr‘07

1 Mendapatkan SK Bimbingan Skripsi

2 Mengajukan masalah/ judul

3 Menyusun Proposal penelitian

4 Seminar proposal

5 Persiapan penelitian

6 Tindakan Siklus I

7 Tindakan Siklus II

8 Tindakan Siklus III

9 Pengolahan Data

10 Penyelesaian skripsi

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMPN 12 Tasikmalaya yang

beralamat di Jln. Perintis Kemerdekaan No. 285 Tasikmalaya. SMPN 12

Tasikmalaya didirikan pada bulan juni tahun 1965 di atas tanah seluas

4.525 m2, sedangkan luas bangunan adalah 1.243 m2. Dari pertama kali

15

didirikan sampai sekarang SMP Negeri 12 Tasikmalaya telah mengalami

10 kali pergantian kepala sekolah dan pada saat ini dipimpin oleh bapak

Drs. Zaenal Mutaqin, M. Pd. Jumlah tenaga pengajar di SMP Negeri 12

Tasikmalaya sebanyak 61 orang dengan staf tata usaha (TU) sebanyak 12

orang dan dibantu oleh 2 orang pesuruh. Jumlah siswa SMP Negeri 12

Tasikmalaya 2006/2007 sebanyak 1.057 orang siswa. Terdiri dari 383

orang siswa kelas VII, terdiri dari 358 orang siswa kelas VIII dan 316

orang siswa kelas III.

Fasilitas yang dimiliki oleh SMP Negeri 12 Tasikmalaya sampai saat

ini adalah 24 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 2 ruang guru, 1 ruang

tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang

laboratorium komputer yang di dalamnya terdiri dari 14 unit komputer, 1

ruang BP, 1 ruang koperasi, 1 ruan UKS, 1 rumag penjaga, 1 ruang

gudang dan 5 WC. Sebagai sarana peribadatan disediakan mushola dan

untuk sarana olah raga disediakan 2 lapangan bulu tangkis dan 1 lapangan

basket yang juga berfungsi sebagai lapangan upacara.

16