proposal skripsi pendidikan matematika

42
1 I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MATTIRO BULU KAB.PINRANG. A. Latar Belakang Undang undang sistem pendidikan Nasional menunjukkan dengan jelas betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh para pendidik. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di bidang pendidikan dan mengusahakan pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas dan mandiri serta memberikan dukungan bagi perkembangan masyarakat Indonesia. Perlu disadari bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling penting mengingat peranannya dalam kehidupan manusia. Baik dari sisi teknologinya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat hal tersebut di atas kiranya dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermamfaat guna menjawab tantangan masa depan.

Upload: anon302201166

Post on 04-Aug-2015

1.709 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

1

I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MATTIRO BULU KAB.PINRANG.

A. Latar Belakang

Undang undang sistem pendidikan Nasional menunjukkan dengan jelas

betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh para pendidik. Tanggung jawab

tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai

pengamalan Pancasila di bidang pendidikan dan mengusahakan pembentukan

manusia Indonesia yang berkualitas dan mandiri serta memberikan dukungan bagi

perkembangan masyarakat Indonesia.

Perlu disadari bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

paling penting mengingat peranannya dalam kehidupan manusia. Baik dari sisi

teknologinya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat hal tersebut di atas

kiranya dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan

pengetahuan dan keterampilan yang bermamfaat guna menjawab tantangan masa

depan.

Sehubungan hal tersebut Arif Arya Setyaki (2008: 86) mengemukakan bahwa

matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari pengembangan teknologi.

Al-Khawarismi adalah seorang ilmuan yang pertama kali membuat simbol untuk

angka 0, tanpa penemuan angka 0, mungkin teknologi komputer tidak akan pernah

ditemukan karena komputer menggunakan sistem biner yang sangat tergantung pada

angka 0 dan 1.

Menurut Djaali (2010: 186) Dalam abad 20 ini, seluruh kehidupan manusia

sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya

Page 2: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

2

untuk menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya

perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah

mempergunakan matematika, baik sebagai pengembangan aljabar maupun statistik.

Sejalan dengan itu Soedjadi (1995: 2) mengemukakan bahwa matematika

sebagai salah satu ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya

mempunyai peranan yang amat penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.

Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap

warga negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Lebih lanjut

soedjadi mengemukakan bahwa matematika yang dipilih atas dasar kepentingan

pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu

pegetahuan dan teknologi perlu selalu dapat sejalan dengan tuntutan kepentingan

peserta didik menghadapi masa depan. Hudojo (1995: 1) mengatakan bahwa

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus di dasari oleh penguasaanm

matematika, karena dengan menguasai matematika merupakan kunci utama dalam

menguasai ilmu dan teknologi.

Sebagaimana peranan matematika yang memiliki peranan yang sangat

penting dan telah menjadi salah satu mata pelajaran yang masuk ujian nasional (UN)

baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pada dasarnya belajar matematika

merupakan belajar konsep-konsep dengan kesatuan yang bulat dan

berkesinambungan. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan di SMAN 1

Mattiro Bulu kelas XI IPA 1 pada proses pembelajaran masih ada 42% siswa

memperoleh nilai di bawah 65 dari KKM yang ditetapkan sekolah. Beberapa siswa

mengatakan bahwa belajar matematika sangat tidak menarik dan sangat

Page 3: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

3

membosankan. Akibatnya siswa menjadi tidak antusias dan mudah bosan dalam

proses pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa tidak maksimal.

Salah satu alrenatif dari masalah diatas yaitu, seorang guru harus mampu

memilih model yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya

model kooperatif tipe Jigsaw. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar, siswa tidak pasif,

siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman. Selain itu dengan menggunakan

skor perkembangan dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk menyumbangkan

skor pada kelompoknya untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Dengan belajar

secara kooperatif, siswa mempunyai pengalaman sendiri untuk langsung

menanamkan konsep di dalam memori jangka panjang siswa.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Mattiro Bulu Kab.Pinrang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah

secara umum dalam penelitian ini adalah “Apakah Hasil Belajar Matematika Dapat

Ditingkatkan Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1

Mattiro Bulu Kab.Pinrang?”.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini

adalah untuk dapat “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Page 4: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

4

Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Mattiro Bulu

Kab.Pinrang”.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa: Dengan menerapkan pelatihan soal, diskusi, dan persentase pada mata

pelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam

memecahkan masalah matematika

2. Bagi guru: Sebagai bahan pertimbngn dalm pembelajaran matematika di kelas

sehingga dapat memudahkan siswa dalam memhami materi.

3. Bagi peneliti: Sebagai gambaran tentang keadaan sistem pembelajran disekolah

sehingga dapat menjadikan sebagai acuan dalam pengembangan ide –ide dalam

transfer nilai.

4. Bagi sekolah: Sebagai masukan untuk mendapatkan strategi pembelajaran yang

aktif dalam proses belajar mengajar.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Belajar Matematika

Belajar merupakan bagian dari penindakan yang merupakan suatu usaha

untuk mendapatkan kepandaian dan merupakan suatu usaha proses kegiatan yang

mengaitkan banyak faktor. Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar

sebagai berikut:

Page 5: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

5

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

melalui aktivitas, perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari

proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as result of experience. (Belajar

adalah perubahan tingkah laku).

d. Morgan

Learning is any relatively permanen change in behavior that is a result of past

experience. (belajar adalah perubahan prilaku yang bersifat pemanen sebagai

hasil dari pengalaman).

Sebagaimana yang dikemukakan Ahmadi(2004: 128) bahwa “belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2007: 27) menyajikan dua

definisi yang umum tentang belajar yaitu:

a. Belajar adalah modifkasi atau memperteguh melalui pengalaman (learning is

defined as the modification srengthering of behavior trhough experiencing).

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalaui interaksi

dengan lingkungannya.

Page 6: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

6

Untuk lebih memahami prinsip proses pembelajaran sebaiknya diuraikan

proses belajar dan mengajar. Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi

semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama

lain saling berhubungan dalam ikatan mencapai suatu tujuan (Usman, 1990: 17).

Menurut Djaali, (2008: 101) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah

motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.

Matematika adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani “mathematikos”

berarti ilmu pasti atau”mathesis” yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan

deduktif yang dimana kesimpulan tidak ditarik dari kaedah-kaedah tertentu melalui

deduksi. Jadi belajar matematika adalah segala usaha untuk menguasai pengetahuan

abstrak dan deduktif.

Menurut Mas’ud (2009: 25) Matematika merupakan dasar ilmu pengetahuan.

Perkembangan ilmu dan technologi tidak luput dari peranan matematika. Matematika

ratu dari semua ilmu dan sekaligus sebagai pelayan. Belajar matematika adalah

bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana yang dalam

pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif individu untuk memperoleh

pengalaman atau pengetahuan baru hingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar matematika dilaksanakan secara

hierarkis, sistematis dan logis dengan proses yang aktif dalam melibatkan semua

komponen atau unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yang satu sama lain

saling berhubungan dalam mencapai tujuan.

2. Hasil belajar

Page 7: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

7

Dalam proses pembelajaran di sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah,

maupun perguruan tinggi sering kali ada dijumpai beberapa siswa/mahasiswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar

itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk dalam pemikiran Gagne(Agus

Suprijono, 2008: 5) hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasekan konsep dan

lambing.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom (Agus Supridjono, 2008: 6) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh), Application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai).

Page 8: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

8

Sehubungan dengan hasil belajar siswa untuk ranah kognitif yang digunakan

adalah pengetahuan dan penerapan.

Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson ( Winkel, 2005 ) meliputi :

1) Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi

yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-

ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan seperti dalam menyisihkan

benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

2) Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam

mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah

menunggu beberapa lama di depan lampu merah.

3) Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan

suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan

ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang

diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti meniru urutan gerakan tari atau meniru

bunyi suara.

4) Gerakan terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih

secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam menggerakkan anggota / bagian tubuh, sesuai dengan prosedur

yang tepat.

Page 9: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

9

5) Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk

melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan

lancar, tepat dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk

mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi

setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai

kemahiran.

7) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola

gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Menurut klasifikasi Simpson hasil belajar psikomotor siswa yang meliputi

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks,

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas yang masing-masing mempunyai tingkatan

tersendiri.

Dalam penelitian ini hasil belajar siswa untuk ranah psikomotor berisi

serangkaian kinerja yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya dalam

menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.

3. Model pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin (1995: 86) mengatakan bahwa“Selama kerja kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar”.

Pada pembelajaran koperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus

agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya seperti menjadi pendengar yang baik,

memberi penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar

kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang diajarkan untuk diajarkan.

Page 10: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

10

Menurut Lungdren (Isjoni, 2007: 46) Keterampilan-keterampilan kooperatif

sebagai berikut:

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

1. Menggunakan kesepakatan

2. Menghargai kontribusi

3. Mengambil giliran dan berbagi tugas

4. Berada dalam kelompok

5. Berada dalam tugas

6. Mendorong partisipasi

7. Mengundang orang lain

8. Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9. Menghormati perbedaan individu

b. Keterampilan tingkat menengah

Keterampilan ini meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati,

mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan

arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi

ketegangan.

c. Keterampilan tingkat mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa

dengancermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif

Terdapat 6 fase dalam model pembelajaran kooperatif. Keenam fase model

pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel berikut :

Page 11: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

11

Tabel 3.1Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan GuruFase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Fase-2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(Ibrahim dkk, 2000:10)

Berdasarkan tabel 3.1 di atas langkah utama di dalam model pembelajaran

kooperatif yaitu dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tahap ini diikuti dengan

penyampaian informasi secara lisan atau dalam bentuk bacaan, selanjutnya dilakukan

pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap selanjutnya guru

memberikan bimbingan pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan secara berkelompok dan dilanjutkan dengan presentasi hasil akhir

dari tugas yang diselesaikan secara berkelompok dan memberikan penghargaan

terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Page 12: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

12

4. Model kooperatif tipe Jigsaw

A. Teori-teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw juga diperkenalkan oleh

Aronson, Blaney, Stephan, dan Snapp, 1978; Aronson, Bridgemen & Geffner, 1978).

Metode itu adalah strategi belajar kooperatif dimana setiap siswa menjadi seorang

anggota dalam bidang tertentu. Kemudian membagi pengetahuannya kepada anggota

lain dari kelompoknya agar setiap orang pada akhirnya dapat mempelajari konsep-

konsep. Menurut Aronson, para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-

masing anggota kelompok diberikan satu tugas untuk dikerjakan atau bagian-bagian

dari materi-materi penelitian untuk dikoreksi dan ditinjau ulang.

Selaras dengan pendapat Aronson (1997), tehnik belajar kooperatif jenis

Jigsaw lebih menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa. Pertama

kalinya dikembangkan untuk menghadapi isu yang disebabkan perbedaan sekolah-

sekolah di Amerika Serikat yang sering terjadi antara tahun 1964 dan 1974.

Dalam hal ini, Soejadi (2000) mengemukakan, jumlah anggota dalam satu

kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama

antara para anggotanya.

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini

terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa

dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-

kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.

Page 13: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

13

B. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pembelajaran

Matematika

Model belajar kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan kepada siswa

untuk dapat melakukan kerja sama dengan anggota kelompoknya dalam menghadapi

segala persoalan yang dihadapi. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa

didorong untuk lebih aktif dan setiap pembelajaran yang dilakukannya pun akan

lebih bermakna. Hal ini juga dikemukakan oleh Lie, Anita (2003:68).

Hudoyo (Arifin, 2007: 4) mengemukakan bahwa ”matematika berkenaan

dengan ide-ide atau gagasan, struktur-sturktur dan hubungannya diatur secara logis

sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Orton (2009:5)

mengemukakan bahwa hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan

menerima dan menghafalkan saja, tetapi harus belajar secara bermakna.

Dengan menganalisis hubungan antara model belajar kooperatif tipe Jigsaw

dengan pembelajaran matematika dapat di simpulkan bahwa dalam pembelajran

kooperatif tipe Jigsaw siswa lebih ditekankan untuk lebih aktif dalam pembelajaran

sehingga cara belajaranyapun lebih bermakna dengan belajar berkelompok dan saling

bertukar ilmu pengetahuan dan berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya.

Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai

pembimbing.

Dalam model pembelajaran tipe jigsaw mampu memberikan peluang dalam

memudahkan pemahan mendalam baik secara individu maupun kelompok secara

sistematis dan berkesinambungan.

C. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran matematika

Page 14: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

14

Menurut Slavin(2009: 238), pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw terdiri

dari tahap persiapan dan jadwal kegiatan sebagai berikut

Persiapan

1. Materi

Pilihlah satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya masing-masing mencakup

materi untuk dua atau tiga hari.

2. Membagi siswa kedalam tim

Membagi para siswa kedalam heterogen yang terdiri dari empat sampai enam

anggota.

3. Penentuan skor awal pertama

Berikan skor awal pertama siswa persis seperti dalam STAD. Gunakan lembar

skor kuis untuk mencatat skor-skor tersebut.

Jadwal kegiatan

1. Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk

menemukan informasi.

2. Diskusi kelompok-ahli

Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam

kelompok-kelompok ahli.

3. Laporan tim

Para ahli kembali dalam kelompok mereka masing-masing untukmengajari topic-

topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes/kuis

Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topic.

5. Rekognisi tim

Skor tim dihitung berdasarkanskor kemajuan.

Page 15: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

15

Sebagaimana langkah-langkah pelaksanaan yang dikemukakan sehingga pada

penerapannya dapat di ilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 4.1Ilustrasi Pelaksanaan Model Kooperatif Tipe Jgsaw

Page 16: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

16

ILUSTRASI PELAKSANAAN

Keterangan :a,b,c,d,dan e adalah siswa warna huruf adalah karakteristik siswa(heterogen)

Kelompok bagi

Kelompok kurang

Kelompok tambah

Kelompok bagi

Kelompok kurang

Kelompok tambah

3.Diskusi kelompok asal

a b c d e

a b c d e

a b c d e

2.Diskusi Kelompok Ahli

c c c c c

b b b b b

a a a a a

1.Kelompok Asal (heterogen) a b c

d ea b c d e

a b c d e

Page 17: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

17

Roger dan Johnson (Lie, Anita, 2003:31) menyatakan bahwa ada lima unsur

model pembelajaran kerja sama yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk

menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang

saling membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.

2. Tanggung jawab perseorangan

Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung

jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif dalam model

pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri-sendiri agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi

adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi

kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Page 18: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

18

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu

kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

B. Kerangka Berpikir

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran

diantaranya tujuan siswa belajar, pengajar, fasilitas, serta struktur mata pelajaran.

Tetapi siswalah banyak menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Sehingga kualitas lebih banyak bermanfaat atau leih banyak berpengaruh. Metode

merupakan salah satu usuha dalam peningkatan kualitas pengajaran. Oleh sebab itu

guru perlu menerapakan teknik mengajar yang sesuai dengan karaktristik mata

pelajaran yang bisa mengoptimalkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Kenyataan di lapangan banyak menghadapi kendala dalam belajar dan

menggunakan strategi, model, pendekatan, dan metode yang hanya menggunakan

satu alternative pada semua materi. Menurut Nur dan Wikandari (1999: 6) “Alternatif

pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah

model pembelajaran kooperatif”. Menurut Suherman, dkk (2001:218) menyebutkan

Page 19: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

19

bahwa “pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya”.

Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa adalah bagaimana seorang guru mampu menciptakan suatu

pembelajaran dimana siswa diajak untuk bergerak aktif Oleh karena itu, dalam

memilih model pembelajaran yang tepat, haruslah memperhatikan kondisi siswa,

sifat materi bahan ajar, fasilitas, media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini

adalah :“Jika Model Kooperatif Tipe Jigsaw diterapkan pada Siswa Kelas XI IPA 1

SMA Negeri 1 Mattiro Bulu Kab.Pinrang akan Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah Classroom Action Research (CAR) jenis

partisipan yaitu jenis penelitian tindakan kelas dimana penelitian yang dilakukan

dengan keterlibatan langsung peneliti dari awal sampai akhir proses pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Page 20: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

20

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Neg.1 Mattiro Bulu

Kab.Pinrang tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki

dan 23 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap.

C. Faktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor siswa

Dengan meneliti aktivitas kelas atau kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

di kelas, seperti kehadiran, aktifitas, dan persentase siswa. Aktifitas siswa dibedakan

atas aktifitas kelompok dan aktifitas individual.

2. Faktor guru

Dengan memperhatikan kegiatan yang telah dilakukan oleh guru pada proses

pembelajaran, misalnya:

a. Bagaimana guru menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami dalam

mengajar.

b. Bagaimana guru membagi kelompok dalam keheterogen.

c. Bagaimana guru memberikan arahan atau bimbingan bagi siswa yang mengalami

kesulitan belajar.

d. Bagaimana guru menguasai strategi pembelajaran.

e. Bagaimana guru mengimplementasikan strategi belajar yang sesuai dengan

materi yang diajarkan.

f. Bagaimana guru membuat tes hasil belajar sesuai dengan indikator yang ingin

dicapai.

3. Faktor hasil belajar

Page 21: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

21

Dengan melihat hasil tes atau evaluasi siswa pada setiap siklus.

D. Defenisi Operasional Variabel

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu sistem pembelajaran

memiliki kelompok asal dan membentuk kelompok ahli dari tiap kelompok untuk

mendiskusikan materi kemudian kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan

kepada anggotanya masing-masing tentang hasil diskusi dari kelompok ahli.

Meminimalkan kesulitan belajar matematika yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah tingkat belajar siswa baik dalam diskusi kelompok maupun

tugas individual sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri atas

lembar observasi dan tes hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran sampai

pada akhir pembelajaran atau evaluasi.

1. Lembar observasi

Lembar observasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu lembar observasi aktivitas

siswa dan lembar observasi aktivitas guru.

a. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktifitas siswa terbagi menjadi dua yaitu aktifitas kelompok

siswa dan aktifitas individual siswa. Indikator-indikator yang akan diobservasi

berkaitan dengan aktivitas kelompok siswa adalah sebagai berikut:

1) Siswa yang bertanya pada saat proses pembelajaran.

2) Siswa yang menjadi kelompok ahli.

Page 22: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

22

3) Siswa yang mempersentasekan hasil diskusi kelompok.

4) Siswa yang memberi tanggapan terhadap pertanyaan dari siswa lain.

5) Siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada akhir proses pembelajaran.

Indikator-indikator yang akan diobservasi berkaitan dengan aktivitas individu

siswa adalah sebagai berikut:

1) Siswa yang hadir dalam proses pembelajaran.

2) Siswa yang mengerjakan PR.

3) Keaktifan siswa mengerjakan LKS

b. Lembar observasi aktivitas guru

Komponen-komponen utama yang akan diobservasi berkaitan dengan aktivitas

guru adalah sebagai berikut:

2. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar ini berbentuk essay yang dibuat sendiri oleh peneliti bekerja

sama dengan guru bidang studi matematika dengan memperhatikan indikator pada

rencana pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum yang berlaku pada tingkat SMP,

khususnya kelas VII1 semester genap.

Tes yang telah disusun hendaknya terlebih dahulu divaliditasi oleh beberapa

orang validator yang sudah dianggap mengetahui dan memahami tentang materi

tersebut yang menyatakan bahwa instrumen ini dapat digunakan dalam pengumpulan

data penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Page 23: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

23

Prosedure penelitian tindakan kelas ini direncanakan menggunakan dua siklus yang

terdiri dari empat komponen utama yakni, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

refleksi.

1. Siklus I

Kegiatan dalam siklus 1 berlangsung selama empat kali pertemuan tiap kali

tatap muka:

a. Planning

Pada tahap ini akan dilaksanakan adalah:

1) Menganalisis kurikulum perencanaan

2) Membuat RPP yang disesuaikan dengan tahapan penerapan pembelajaran

kontekstual.

3) Sarana pendukung yang diperlukan.

4) Membuat lembaran observasi yaitu untuk melihat bagaimana keaktifan siswa

dikelas selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Action

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada tahap ini sebagai berikut:

1) Kegiatan awal:

Bagaimana guru mengawali proses pembelajaran baik membuka

pertemuan dalam kelas hingga masuk pada kegiatan inti.

2) Kegiatan inti:

Dalam kegiatan inti yang termuat pada tahap ini sesuai dengan sintaks

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari enam fase yaitu:

Fase1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Page 24: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

24

Fase2. Menyajikan informasi.

Fase3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

Fase4. Membantu kerja kelompok dalam belajar atau membimbing.

Fase5. Mengetes materi atau evaluasi.

Fase6.Memberikan penghargaan

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir guru memberikan arahan kepada kelompok ahli

selanjutnya untuk mengembangkan hasil diskusi dan memberikan pekerjaan

rumah (PR) sebagai tugas individual siswa.

c. Observasi

Dilakukan observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung yang

disesuaikan dengan lembar observasi siswa pada instrumen penelitian baik

keaktifan kelompok maupun keaktifan individu siswa.

d. Reflection

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi, dianalisis untuk mengetahui sejauh

mana hal-hal yang telah diselidiki telah dicapai dan kekurangan yang terdapat

pada bagian ini dapat diperbaiki kemudian menentukan tindakan pada siklus II

dalam rangka pencapaian tujuan akhir.

2. Siklus II

Kegiatan dalam siklus II berlangsung selama 3 kali pertemuan tatap muka.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II pada umumnya relatif sama yang

dilakukan pada siklus I. Apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I

ke siklus II

Page 25: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

25

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data kuantitatif tentang peningkatkan pemahaman konsep pecahan diambil dari

tes setiap siklus.

2. Data kualitatif tentang aktifitas siswa pada saat berlangsung pembelajaran di

dalam kelas dan kehadiran siswa.

3. Data respon siswa diperoleh dengan cara menyiapkan lembar angket dan

membagikan lembar angket kepada siswa. Angket ini diberikan penulis dan diisi

oleh siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat

peraga pada sub materi pokok persegipanjang dan persegi. Guru juga meminta

siswa untuk mengisi angket dengan jujur dan menginformasikan bahwa tidak

akan mempengaruhi nilai yang telah diperoleh

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis dengan

cara sebagai berikut :

1. Analisis aktivitas guru

Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis dengan mendeskripsikan

aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cara :

Pr esentase = Banyaknya aktivitas yang muncul dan teramatiJumlah aktivitas keseluruhan

x 100 %

( Azizah, 1998 )

Page 26: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

PTa=∑Ta

Tx 100 %

26

2. Analisis aktivitas siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengelola pembelajaran

dianalisis dengan cara :

data hasil penilaian pengamat untuk aktivitas dan kehadiran selama proses

pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus (Buhaerah, 2009: 102) sebagai

berikut:

Keterangan: PTa = persentase aktivitas siswa untuk melakukan suatu jenis aktivitas

∑Ta= jumlah jenis aktivitas yang dilakukan siswa setiap pertemuan.

∑T = jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan

Adapun Penskoran kinerja siswa dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang

harus dikerjakan siswa di dalam kelompoknya dalam keperluan analisis kualitatif

akan digunakan teknik kategori dengan skala lima dengan berdasarkan pada tehnik

kategorisasi yang disusun Nurkancana (Mas’ud, 2008: 16) yaitu:

Skor Kategori ≤ 54

55 – 64

65 – 79

80 – 89

90 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

I. Indikator Keberhasilan

Page 27: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

27

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah meningkatnya hasil belajar setelah diterapkan model kooperatif tipe

Jigsaw yang dapat dilihat dari:

1. Meningkatnya skor rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus

II.

2. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.

3. Meningkatnya presentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II apabila

terdapat ≥ 85 % siswa yang mencapai nilai ≥ 75(kriteria ketuntasan minimal)

maka kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar.

4. Adanya respon siswa yang positif mengenai model yang digunakan dengan

dinyatakan dalam angket.

Page 28: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

28

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2007. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arsyad, azhar. 2009. Media Pembelajaran Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Badolo, Mas’ud. 2008. Pedoman dan Teknik Penulisan Skripsi. Parepare:

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Hadi, Amirul dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Hamalik, oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. bumi aksara.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press UNESA Kunandar. 2009. Guru Profesonal Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pelajaran (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

________, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning(Memperaktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontesktual. Jakarta: Bumi Aksara

Nur, M dan Wikandari, P. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : University Press Unesa

Page 29: Proposal Skripsi Pendidikan Matematika

29

Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.

Solihatin Etin, Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Rieneka Cipta

Suherman, erman. Dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI.

Suprijono, Agus. 2008. Cooperative Learning: teori dan Aplikasi Paikem.