proposal penelitian metpen

27
1 A. Latar belakang Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997). Hal inilah yang membuat banyak orang, wanita maupun pria, remaja maupun dewasa, berbondong-bondong pergi ke klinik kecantikan atau rumah sakit untuk merawat kulit mereka terutama wajah agar terlihat bersih, putih, bersinar, sehingga menambah daya tarik dan memperbaiki penampilan. Dari sekian banyak orang yang pergi ke dokter kulit, keluhan terbanyak adalah jerawat. Jerawat termasuk penyakit kulit yang disebabkan karena pori-pori kulit tersumbat sehingga timbul radang berupa tonjolan kemerahan. Jerawat dapat disebabkan oleh makanan, lingkungan, obat, stres, atau bakteri. Bakteri penyebab jerawat di antaranya adalah Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acne. Antibiotik adalah zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme termasuk bakteri. Dimulai dari

Upload: asep-ekas-somantri

Post on 26-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Metpen

1

A. Latar belakang

Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang

mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak

langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari

struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan

tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Hal inilah yang membuat banyak orang, wanita maupun pria, remaja maupun

dewasa, berbondong-bondong pergi ke klinik kecantikan atau rumah sakit untuk

merawat kulit mereka terutama wajah agar terlihat bersih, putih, bersinar, sehingga

menambah daya tarik dan memperbaiki penampilan.

Dari sekian banyak orang yang pergi ke dokter kulit, keluhan terbanyak adalah

jerawat. Jerawat termasuk penyakit kulit yang disebabkan karena pori-pori kulit

tersumbat sehingga timbul radang berupa tonjolan kemerahan. Jerawat dapat

disebabkan oleh makanan, lingkungan, obat, stres, atau bakteri. Bakteri penyebab

jerawat di antaranya adalah Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium

acne.

Antibiotik adalah zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme

termasuk bakteri. Dimulai dari penemuannya oleh Alexander Fleming, antibiotik

telah menjadi obat yang dapat mengobati bermacam-macam penyakit. Hal ini

membuat penggunaannya menjadi tidak rasional. Tidak rasional dapat bermakna dua

hal. Pertama, penggunaan antibiotik yang sering dalam pengobatan sehingga dapat

mengurangi keefektifan dari antibiotik tersebut. Kedua, penggunaan antibiotik yang

berlebihan.

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menjadi masalah utama dalam

resistensi bakteri terhadap antibiotik. Berdasarkan data World Health Organization

(WHO) tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan

beban tinggi kekebalan obat terhadap bakteri di dunia (Multidrug Resistance/MDR).

Tingginya kasus resistensi antibiotik di Indonesia ini cukup mengkhawatirkan.

Page 2: Proposal Penelitian Metpen

2

Banyak faktor yang menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Salah

satunya adalah peresepan antibiotik yang salah dengan dosis yang tidak tepat. Hal

penting yang harus digarisbawahi dalam hal ini adalah adanya strategi kontrol

terhadap penggunaan antibiotik dalam meningkatkan efektivitasnya terhadap

penghambatan atau pembunuhan bakteri sehingga resistensi bakteri terhadap

antibiotik pun dapat diatasi.

Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik sebagai obat

jerawat pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Evaluasi ini bertujuan untuk

mengurangi respon dari efek samping yang merugikan, sehingga obat yang digunakan

tetap aman dan efektif.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka masalah yang dapat

diidentifikasi pada penelitian ini adalah:

1. Jenis antibiotik apa saja yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit Hasan

Sadikin Bandung ?

2. Bagaimana tingkat keamanan antibiotik dalam sediaan obat jerawat Rumah

Sakit Hasan Sadikin Bandung ?

C. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis antibiotik yang paling banyak digunakan di salah satu klinik

kecantikan di kota Bandung.

2. Mengetahui tingkat keamanan antibiotik dalam sediaan obat jerawat di salah

satu klinik kecantikan di Kota Bandung.

D. Manfaat

Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

Page 3: Proposal Penelitian Metpen

3

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam pemilihan sediaan

dan jenis antibiotik untuk mengobati jerawat.

2. Dapat dijadikan masukkan bagi klinik kecantikan untuk penyusunan standar

peresepan penggunaan antibiotik dengan upaya mencegah terjadinya resistensi

antibiotik.

3. Sumber informasi bagi instansi Pendidikan tinggi untuk penelitian-penelitian

selanjutnyaberkenaan tentang penggunaan antibiotic yang rasional.

E. Luaran yang diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi klinik kecantikan yang

bersangkutan dan masyarakat sehingga meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik.

F. Teori

Definisi rumah sakit menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

539/Menkes/VI/1994 tentang susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum,

rumah sakit adalah unit organisasi di lingkungan departemen kesehatan yang berbeda

di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal pelayanan

medic, yang dipimpin oleh seorang kepala rumah sakit dan mempunyai tugas

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi

dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan (Depkes, 1994).

Tujuan dari rumah sakit adalah menyediakan pelayanan penderita yang

bermutu tinggi sesuai harapan dan tuntunan masyarakat (Surachman, 2000).

Kulit merupakan organ tubuh yang penting yaitu permukaan luar organism dan

membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Fungsi kulit di

antaranya :

1. Melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika

2. Mencegah terjadinya pengeringan berlebihan

Page 4: Proposal Penelitian Metpen

4

3. Bertindak sebagai pengatur panas dengan melakukan kontriksi dan dilatasi

pembuluh darah

4. Menunjang kerja ginjal dengan pengeluaran keringat (Mutschler, 1991).

Kulit terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan epidermis dan dermis. Lapisan

epidermis adalah suatu epitel khusus yang berasal dari ectoderm dan di bawahnya

terdapat dermis atau korium yang berupa jaringan ikat dan padat, vascular, yang

berasal dari mesoderm. Lapisan dermis bersesuaian dengan lamina propria membrane

mukosa. Kedua lapisan tersebut melekat erat satu sama lain dengan membentuk

membran yang beragam tebalnya (Surahman, 2007).

Jerawat adalah penyakit kulit akibat peradangan menahun dari folikel

pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus, dan

kista pada tempat prediksi seperti muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung

(Wasitaatmadja, 1997).

Radang saluran kelenjar minyak kulit tersebut dapat menyebabkan sumbatan

aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga

kemudian timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses

radang selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus,

dan kista. Bila peradangan terus terjadi, maka jaringan parut akan terbentuk

(Wasitaatmadja, 1997).

Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi di antaranya karena:

1. Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai

faktor penyebab, yaitu: hormonal, cuaca, jasad renik, makanan, stres psikis dan

lain-lainnya terjadi pada akne vulgaris

2. Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea olah massa eksternal, baik dari

kosmetik, bahan kimia di tempat kerja, di rumah tangga, deterjen, atau bahkan

tekanan helm atau ikatan rambut

3. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar

matahari, atau sinar radio aktif terjadi pada akne fisik (Wasitaadmadja, 1997).

Page 5: Proposal Penelitian Metpen

5

Disposisi akne merupakan bawaan, gejalanya disebabkan oleh faktor-faktor

tambahan lainnya. Misalnya oleh androgen, proliferasi epitel folikel kelenjar sebum

meningkat, dan akan dihambat oleh estrogen. Akne dibedakan menjadi akne endogen

dan akne eksogen. Akne endogen dibagi atas acne vulgaris dan berbagai bentuk

istimewa lain (misalnya akne pramenstruasi). Akne vulgaris ang timbul pada awal

pubertas biasanya akan sembuh dengan spontan pada usia tiga puluhan. Pada akne

eksogen terdapat akne klor, yang disebabkan oleh hidrokarbon aromatis terklorinasi

dan akne karena obat. Misalnya terjadi pada pemberian senyawa iod atau brom (akne

iod atau akne brom), isonikotinathidrazida, difenilhidantoin, atau glukokortikoid

(akne steroid) (Mutschler, 1991).

Usaha pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan 3 cara:

1. Pengobatan topikal

Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo, menekan

peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi jerawat. Misalnya dengan

pemberian bahan iritan seperti sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil

peroksida, asam vitamin A, dan asam azelet. Selain itu diberikan pula obat lain

seperti kortikosteroid topikal atau suntikan intralesi untuk mengurangi radang

2. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan aktivitas jasad renik, menekan

reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan

hormonal. Golongan obat sistemik misalnya: pemberian antibiotik (tetrasiklin,

eritromisin dan klindamisin), obat hormonal (etinil estradiol, antiandrogen

siproteron asetat), penggunaan retinoid untuk menekan hiperkeratinisasi dan

atas dasar serta tujuan berbeda dapat digunakan berupa antiinflamasi

nonsteroid, dapson atau seng sulfat.

3. Bedah kulit

Bedah kulit ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut yang terjadi akibat

jerawat. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat sembuh baik dengan cara

Page 6: Proposal Penelitian Metpen

6

bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, bedah pisau, dermabrasi atau bedah

laser (Wasitaadmadja, 1997).

Bakteri penyebab jerawat umumnya adalah Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis.

Bakteri Propionibacterium acne

Dalam penelitian ini salah satu bakteri yang digunakan adalah Propionibacterium

acne. Propionibacterium acne adalah organisme utama yang pada umumnya

memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat. Adapun sistematika bakteri

Propionibacterium acne adalah sebagai berikut:

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Propionibacteriaceae

Marga : Propionibacterium

Jenis : Propionibacterium acne

Propionibacterium acne adalah termasuk gram positif berbentuk batang, tidak

berspora, tangkai anaerob ditemukan dalam spesimen-spesimen klinis.

Propionibacterium acne pada umumnya tumbuh sebagai anaerob obligat,

bagaimanapun, beberapa strain atau jenis adalah aerotoleran, tetapi tetap

menunjukkan pertumbuhan lebih baik sebagai anaerob. Bakteri ini mempunyai

kemampuan untuk menghasilkan asam propionat, sebagaimana ia mendapatkan

namanya (Jawetz dkk., 1996).

Bakteri Staphylococcus epidermidis

Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut:

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococaceae

Page 7: Proposal Penelitian Metpen

7

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis

Stafilokokus merupakan sel gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam

bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus epidermidis

membentuk koloni berupa abu-abu sampai putih, non patogen, koagulasi negatif,

memfermentasi glukosa, dapat bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Staphylococcus

epidermidis merupakan flora normal pada kulit. Infeksi stafilokokus lokal tampak

sebagai jerawat, infeksi folikel rambut atau abses, terdapat juga sebagai reaksi

inflamasi yang kuat dan terlokalisir (Jawetz dkk., 1996).

Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat

menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi ini harus

diperluas karena zat yang bersifat antibiotik ini dapat pula dibentuk oleh beberapa

hewan dan tanaman tinggi. Di samping itu, berdasarkan antibiotika alam, dapat pula

dibuat antibiotika baru secara sintetis parsial yang sebagian mempunyasi sifat yang

lebih baik. Sejak ditemukannya penicillin oleh Alexander Fleming sampai saat ini

sudah beriu-ribu antibiotika yang ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang dapat

dipakai untuk maksud terapeutik. Antibiotika yang berguna hanyalah antibiotika yang

mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang

dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik ( Mutschler,1991).

Mekanisme kerja antibiotik umumnya dapat dibagi menjadi :

1. Menghambat biosintesis dinding sel contohnya adalah penisilin, sefalosforin,

sikloserin, bacitracin.

2. Meningkatkan permeabilitas membran sitoplasma contohnya adalah

sefalosforin, sikloserin, bacitracin.

3. Mengganggu sintesis protein normal bakteri contohnya adalah tetrasiklin,

klolamfenikol, dan eritromisin ( Mutschler,1991).

Page 8: Proposal Penelitian Metpen

8

Berdasarkan strukturnya antibiotika dibagi menjadi yaitu :

1. Antibiotik beta lactam

Yang termasuk antibiotika beta lactam adalah tertrasiklin, sefalosforin, mono

bactam , karbapenen. Spectrum kerja antibiotika ini mencangkum Gram positif

dan Gram negative tergantung dari masung-masing senyawa. Mekanisme kerja

utamanya menghambat D-alanin-transpeptidase , yang mengakibatkan pita

glikan dari dinding sel yang baru disintesis tak dapat menyatu dan dengan

demikina dinding sel tak mendapatkan stabilitas yang diperlukan.

2. Antibiotika Tetrasiklin

Antibiotik spectrum luas golongn tertrasiklin diisolasi dari berbagai jenis

streptomyces, yaitu tetrasiklin, oksitetrasiklinj,demeklosiklin. Tetrasiklin

mempunyai struktur dasar yang sama yang terdiri atas empat cincin beratom

enam teranelasi dan perbedaan dengan yang satu dengan yang lain hanya

karena adanya subsituen yang berbeda. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat

sintetis protein ribosom yaitu dengan menghambat pemasukan aminoasil-t-

RNA pada fase pemanjangan yang termasuk fase translasi. Hal ini akan

menyebabkan blockade perpanjangan rantai peptida. Spektrum kerja tetrasiklin

yang luas menyebabkan seringnya penggunaan tetrasiklin pada sejumlah

penyakit infeksi. Karena meningkatnya resistensi pada berbagai galur bakteri,

pemakaiannya dirumah sakit sudah banyak berkurang

3. Antibiotika kloramfenikol

Kloramfenikol yang dulu diisolasi dari Streptomyces venezuelae, saat ini sudah

disintesis secara kimia dan mempunyai spectrum kerja seperti tetrasiklin, akan

tetapi diantara keduanya tidak terjadi resistensi silang. Mekanisme kerjanya

yaitu menghambat peptidil transferase pada fase pemanjangan dan dengan

demikian mengganggu sintesis protein.

Page 9: Proposal Penelitian Metpen

9

5. Antibiotika makrolida

Yang termasuk golongan makrolida adalah eritromisin dan spiramisin. Senyawa

yang didapat dari jenis streptomyces ini mempunyai sifat glikosida dan

mengandung cicin lactam makrosiklik, gula amino basa dan gula netral.

Spectrum kerjanya terutama mengikuti mikroba gram positif. Mekanisme

kerjanya yaitu menghambat sintesis protein pada fase pemanjanga dengan

mempengaruhi translokasi. Senyawa ini terikat secara refersibel pada unit 50 s

dari ribosom. Eritromisin merupakan senyawa cepat membentuk galur yang

resisen sehngga indikasinya harus benar-benar tepat.

6. Antibiotika Linkomisin

Yang termasuk antibiotika linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi dari

streptomyces lincolnensis . dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu

klindamisin. Pada klindamisin, sebuah gugus hindroiksil dari struktur

linkomisin ditukar dengan suatu atom klor dengan melakukan inverse

konfigurasi. Kelompok linkomisin mempunyai spekterum kerja yang mirip

antara yang satu dengan yang lainnya, mekanisme kerjanya sama dengan

antibiotika golongan makrolida, antara kedua kelompok ini juga terjadi

resistensi parsial. Linkomisin dan klindamisin digunakan untuk infeksi

staphylococcus bila antibiotik lain tidak bisa digunakan. Klindamisin juga

berguna pada infeksi bakteri anaerob.

7. Antibiotika Aminoglikosida

Yang termasuk golongan antibiotika aminoglikosida adalah steptomisin,

neomisin, kelompok kanamisin-gentamisin,dan spektinumisin. Semua senyawa

ini mempuyai spekrum kerja yang luas dan resistensi silang parsial antara

sesamanya. Mekanisme kerjanya adalah mengikat secara ireversibel pada unit

30 s ribosom dan menyebabkan gangguan yang kompleks pada sintesis protein

(Mutschler,1991).

Page 10: Proposal Penelitian Metpen

10

Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu. Masing masing persyaratan mempunyai kosekuensi

yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam mendiagnosis akan

menimbualkan kosekuensi berupa kekeliruan dalam menenntukan pengobatan.

Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya

2. Untuk periode yang sesuai dengan yang dibutuhkan

3. Dengan harga yang paling murah untukya dan masyarakat

Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria-kriteria, di

antaranya :

1. Sesuai indikasi penyakit

2. Tepat pemilihan obat

3. Tepat dosis

4. Tepat cara pemberian

5. Tepat interval waktu pemberian

6. Tepat lama pembarian

7. Waspada terhadap efek samping

8. Tepat penilaian kondisi pasien

9. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin

10. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau

11. Tepat informasi

12. Tepat tindak lanjut

13. Tepat penyerahan obat

14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 2002).

Sebagai antiinfeksi, antibiotika telah sangat drastic berhasil menurunkan

morbiditas dan mortilitas sebagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya menjadi

sangat singkat. Seiring berjalannya waktu, antibiotika pun menjadi obat yang paling

Page 11: Proposal Penelitian Metpen

11

sering disalahgunakan atau digunakan secara irasional, sehingga dapat menyebabakan

peningkatan efek samping, resistensi, dan biaya (Sastramihardja, 2002).

Penggunaan terapeutik antibiotika bertujuan membasmi mikroorganisme

penyebab infeksi. Untuk memutuskan perlu atau tidaknya pemberian antibiotik, perlu

diperhatikan dari gejala klinik, jenis dan patogenitas mikrobanya, serta kesanggupan

mekanisme daya tahan tubuh hostes (Setiabudy, 2007).

Terdapat tiga parameter mikrobiologis yang perlu dikuasai dalam penggunaan

antibiotik, yaitu :

1. Pengertian kepekaan

Kadar hambat minimal merupaka konsentrasi terendah dari antibiotik untuk

menghambat pertumbuhan kuman setelah diinkubasi selama satu malam.

Karena metode dilusi agak rumit untuk dikerjakan, maka yang dikerjakan

adalah metode difusi.

2. Relevansi hasil pemeriksaan laboratorium

Situasi di mana pasien ternyata dapat disembuhkan oleh antibiotik tertentu

walupun laporan laboratorium menunjukkan kuman tersebut sudah resistensi

terhadap antibiotik yang digunakan. Ketidakkonsistenan seperti ini dapat

mengakibatkan polifarmasi dan preskripsi irasional. Untuk itulah penggunaan

antibiotic harus diuji klinis yang objektif berdasarkan hasil-hasil uji klinis yang

dilaksanakan sesuai GCRP (Good Clinical Research Practice).

3. Mencegah berkembangnya resistensi bakteri

Penggunaan antibiotik secara rasional akan mengurangi perkembangan

resistensi. Situasi penggunaan antibiotik memang perlu dievaluasi dari waktu

ke waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang

terbarukan serta masukan yang dapat diberikan oleh para klinikus (Nelwan,

2006).

Sistem ATC/DDD memiliki tujuan sebagai sarana untuk penelitian penggunaan

obat untuk meningkatkan kualitas penggunaan obat. Salah satu komponen ini adalah

Page 12: Proposal Penelitian Metpen

12

presentasi dan perbandingan konsumsi obat tingkat internasional dan level-level lain.

Terdapat alasan kuat untuk membuat satu perubahan dalam klasifikasi atau DDD di

mana perubahan yang terjadi berdasarkan alasan permintaan yang secara tidak

langsung berhubungan dengan studi penggunaan obat. Berdasarkan alasan inilah

system ATC/DDD tidak sesuai apabila dijadikan pedoman pengambilan keputusan

pembelanjaan, harga, dan substitusi terapeutik (WHO, 2010).

DDD (Defined Daliy Dose) diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-rata

per hari yang digunakan untuk indikasi utama orang deawsa. DDD hanya ditetapkan

untuk obat yang memiliki kode obat ATC. Analisis penggunaan obat dalam unit

kuantitas dapat membantu dalam mengidentifikasi penggunaan yang overuse dan

under use dalam pengobatan sendiri atau kelompok. Metode DDD merubah dan

menyeragamkan data kualitas produk yang ada seperti dalam berbagai bentuk sediaan

seperti obat, injeksi vial, dan botol ke dalam perkiraan kasar dari pemaparan obat

yang dinamakan sebagai dosis harian (WHO, 2003).

Metode ATC memiliki keuntungan dalam penggunaannya, di antaranya sebagai

berikut :

1. Unit tetap yang tidak dipengaruhi perubahan harga dan mata uang serta bentuk

sediaan

2. Mudah diperbandingkan institusi, nasional, regional, internasional

Metode ATC/DDD juga memiliki keterbatasan, di antaranya sebagai berikut :

1. Tidak menggambarkan penggunaan yang sebenarnya

2. Belum lengkap untuk semua obat : topikal, vaksin, anestesi

(WHO, 2010).

Drug Utilization (DU) 90% didefinisikan oleh WHO pada tahun 1997 sebagai

pemasarn, distribusi, peresepan, dan penggunaan obat dalam masyarakat dengan

perhatian khusus pada hasil akhir dari konsekuensi pengobatan, sosial, dan ekonomi

(Sjoquist and Birket, 2003).

Page 13: Proposal Penelitian Metpen

13

Keuntungan dari DU90% dibandingkan pada indikator penggunaan obat lain

yang direkomendasikan oleh WHO adalah menggunaan perhitungan jumlah

penggunaan obat, dengan data penggunaan obat yang tersedia yang berdasar pada

metode ATC/DDD dengan perbandingan bertaraf internasional. Metode DU90%

merupakan metode yang sederhana, tidak mahal, mudah dimengerti, dan mudah

digunakan untuk menafsirkan kualitas (WHO, 2010).

G. Metode penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian ini ini merupakan penelitian observasional dengan pengumpulam

data secara retrospektif dan penyajian data secara deskriptif.

2. Populasi dan sampel

Data yang digunakan adalah data populasi penggunaan antibiotic berdasarkan

penggunaan antibiotik oleh pasien selama tahun 2012 di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

3. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2013 di Fakultas Farmasi

Universitas Padjajaran.

4. Tahapan penelitian

a. Meminta surat pengantar penelitian dari fakultas

b. Mengajukan surat pengantar penelitian dari fakultas dan proposal ke

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

c. Mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit

Hasan Sadikin Bandung.

d. Pengambilan dan pengumpulan data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung.

e. Pengolahan data

Page 14: Proposal Penelitian Metpen

14

5. Pengolahan data

a. Klasifikasi ATC berdasarkan guideline yang telah ditetapkan WHO

b. Jenis antibiotik yang digunakan selama tahun 2010-2012 yang masuk

kedalam segmen DU90%

c. DDD untuk masing-masing antibiotik berdasarkan guideline yang telah

ditetapkan WHO

d. Jumlah dosis antibiotik yang digunakan selama tahun 2010-2012

e. Hasil perhitungan penggunaan antibiotik per tahun dengan

menggunakan satuan DDD/1000KPRJ

f. Persentase penggunaan antibiotik

g. DU90% selama satu tahun

6. Analisis hasil

Data yang telah dikelompokkan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil

analisis disajikan dalam bentuk table atau grafik meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Klasifikasi ATC

b. Jenis antibiotic yang masuk dalam segmen DU90%

c. DDD setiap antibiotic

d. Perhitungan penggunaan antibiotic

e. Perhitungan antibiotic dihitung dalam DDD/1000KPRJ

f. Persentasi penggunaan antibiotic

g. DU90% Pertahun

Page 15: Proposal Penelitian Metpen

15

H. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan Ke Pembagian tugas1 2 3 4 5

Persiapan surat pengantar

penelitian

Risa Putri Utami

Pengajuan proposal

penelitian dan surat

pengantar penelitian dari

fakultas ke rumah sakit

Hasan Sadikin Bandung

Dinitha Maulida

Mendapatkan izin untuk

melaksanakan penelitian

Dinitha Maulida

Pengambilan dan pemilihan

data

Risa Putri Utami

Pengamatan dan

pengumpulan data

Dinitha Maulida

Pengolahan dan analisis data Risa Putri Utami

Pelaporan hasil penelitian Risa dan Dinitha

I. Rancangan Biaya

Transportasi Rp 400.000

Pembuatan proposal dan surat perizinan Rp 50.000

Biaya penelitian Rp 1.500.000

Biaya konsultan statistik Rp 500.000

Rp. 2.930.000

Page 16: Proposal Penelitian Metpen

16

J. Daftar Pustaka

Depkes RI. 1994. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 539/MenKes/SK/VI/1994

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum.

Depkes RI. 2002. Penggunaan Obat Rasional-Masalah. Depkes RI. Jakarta.

Jawetz, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Nelwan. 2006. Pemakaian Antimikroba Secara Rasional di Klinik, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Jakarta.

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi kelima. Penerbit ITB. Bandung.

Sastramihardja, HS. 2002. Farmakologi Klinik Jilid 1 Edisi 2. Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Gaya Baru. Jakarta.

Sjoquist, Folke., Birkett, Donald. 2003. Drug Utilization. In: Introduction to Drug

Utilization Research. WHO office of publication; 76-84

Surachman, Emma. 2000. Pengenalan Rumah Sakit Secara Umum: Materi Kuliah

Tingkat Profesi Apoteker. Jurusan Farmasi FMIPA Unpad. Bandung.

Surahman. 2007. Buku Ajar Kosmetika. Farmasi Unpad. Jatinangor.

Wasitaatmadja, Sjarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. UI Press. Jakarta.

World Health Organization. 2003. Drug Utilization and Their Applications.

Introduction to Drug Utilization Research. World Health Organization. Oslo.

World Health Organization. 2010. Guidelines for ATC Classification and DDD

Assignment 2010 13th edition. WHO Collaborating Centre for Drugs

Statistic Methodology. Oslo.

Page 17: Proposal Penelitian Metpen

17

K. Lampiran

1). Biodata ketua dan anggota kelompok

Nama : Risa Putri Utami

NPM : 260110100073

Jurusan :Farmasi

Fakultas : Farmasi

Universitas : Universitas Padjadjaran

Alamat Rumah/ hp : Pondok Ungu Permai F 20 no 28 Bekasi Utara

Alamat E-mail : [email protected]

Nama : Dinitha Maulida

NPM : 260110100017

Jurusan : Farmasi

Fakultas : Farmasi

Universitas : Universitas Padjadjaran

Alamat Rumah/ hp : Margahayu Raya Barat blok A3 no 59 Bandung

Alamat E-mail : [email protected]