laporan penelitian metpen oke sekali

34
1 Evaluasi Unsur-Unsur Spasial dan Visual Museum Brawijaya Malang Abstrak Kota Malang termasuk kota dengan sejarah kolonial yang kental, dimana dulunya merupakan daerah hunian bagi kaum bangsawan penjajah karena memiliki kemiripan situasi dan kondisi yang cocok sebagai tempat beristirahat. Karena keadaan tersebut, kota Malang memiliki barang-barang peninggalan bersejarah yang harus dijagadan dirawat. Peninggalan dari sejarah tersebut berupa bangunan kolonial dan benda-benda yang dipakai pada masa penjajahan berlangsung seperti senjata, kereta, dan lain sebagainya. Peninggalan-peninggalan tersebut diletakkan dengan baik di sebuah museum. Museum tersebut adalah Museum Brawijaya Malang yang memiliki tujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Malang memiliki masa lalu yang bersejarah. Museum didesain sedemikian rupa agar supaya masyarakat memiliki keinginan untuk berkunjung dan dapat menikmati apa yang ditawarkan oleh museum tersebut. Unsur-unsur spasial dan visual Museum Brawijaya haru smampu menarik minat masyarakat khususnya masyarakat Kota Malang agar mereka memiliki rasa keingin tahuan akan sejarah kotanya sendiri. Dari hasil evaluasi unsur-unsur spasial dan visual museum brawijaya akan menghasilkan sebuah konsep kriteria desain untuk museum brawijaya agar lebih diminati oleh warga kota Malang. Kata Kunci: Museum, Spasial dan Visual, Konsep

Upload: vickyrizaldi

Post on 20-Oct-2015

287 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan metpen

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

1

Evaluasi Unsur-Unsur Spasial dan Visual Museum Brawijaya Malang

Abstrak

Kota Malang termasuk kota dengan sejarah kolonial yang kental, dimana dulunya

merupakan daerah hunian bagi kaum bangsawan penjajah karena memiliki kemiripan

situasi dan kondisi yang cocok sebagai tempat beristirahat. Karena keadaan tersebut, kota

Malang memiliki barang-barang peninggalan bersejarah yang harus dijagadan dirawat.

Peninggalan dari sejarah tersebut berupa bangunan kolonial dan benda-benda yang

dipakai pada masa penjajahan berlangsung seperti senjata, kereta, dan lain sebagainya.

Peninggalan-peninggalan tersebut diletakkan dengan baik di sebuah museum. Museum

tersebut adalah Museum Brawijaya Malang yang memiliki tujuan untuk menunjukkan

kepada masyarakat bahwa Malang memiliki masa lalu yang bersejarah. Museum didesain

sedemikian rupa agar supaya masyarakat memiliki keinginan untuk berkunjung dan dapat

menikmati apa yang ditawarkan oleh museum tersebut. Unsur-unsur spasial dan visual

Museum Brawijaya haru smampu menarik minat masyarakat khususnya masyarakat Kota

Malang agar mereka memiliki rasa keingin tahuan akan sejarah kotanya sendiri. Dari hasil

evaluasi unsur-unsur spasial dan visual museum brawijaya akan menghasilkan sebuah

konsep kriteria desain untuk museum brawijaya agar lebih diminati oleh warga kota

Malang.

Kata Kunci: Museum, Spasial dan Visual, Konsep

Page 2: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

2

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan akan budaya Nusantara dan sejarah lokal

nya yang sangat kental dan patut dilestarikan dan dibudidayakan. Indonesia

memiliki sejarah kerajaan Hindu Budha yang begitu kuat dan merupakan

bekas jajahan Belanda selama 350 tahun juga Jepang selama 3,5 tahun.

Kondisi itulah yang membuat Indonesia kaya akan sejarahnya. Bekas-

bekas peninggalannya pun disimpan dengan baik dan rapi di seluruh

museum yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Museum Brawijaya,

Malang.

Kota Malang juga salah satu kota yang pernah disinggahi oleh Belanda

sebagai tempat peristirahatan pada saat itu, sehingga banyak ditemui benda-

benda peninggalan Belanda yang ada di Kota Malang. Benda-benda

peninggalan tersebut disimpan dengan baik di Museum Brawijaya, Malang.

Koleksi yang dimiliki museum tersebut sebagian besar adalah bekas

peninggalan Belanda. Terdapat banyak benda-benda kuno seperti senjata yang

digunakan pada saat perang. Koleksi yang dimiliki oleh Museum Brawijaya

sangat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan maupun pelajar, karena

selain memiliki fungsi edukasi, Museum Brawijaya merupakan salah satu

simbol yang dimiliki oleh Kota Malang. Tetapi, fakta yang diperoleh di

lapangan, Museum Brawijaya sepi akan pengunjung. Fakta ini sedikit banyak

mempengaruhi citra Kota Malang sendiri.

Kota Malang kaya akan sejarahnya namun ironisnya, warga Kota

Malang sendiri tidak memiliki rasa ketertarikan akan sejarah kotanya. Padahal,

pemerintah sudah memfasilitasi sebuah museum untuk mempermudah warga

Kota Malang supaya mempelajari sejarah kotanya. Desain bangunan pada

Museum Brawijaya sendiri juga turut mempengaruhi minat masyarakat

Kota Malang untuk datang berkunjung. Karena, semakin indah desain yang

dimiliki oleh sebuah bangunan, maka masyarakat pun akan tertarik untuk

mengunjungi bangunan tersebut. Penelitian ini akan mengkaji ulang unsur-

Page 3: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

3

unsur visual dan spasial museum seperti apakah yang dibutuhkan oleh

masyarakat Kota Malang agar mereka tertarik dan berminat untuk berkunjung

ke museum dan disandingkan dengan unsur desain yang dimiliki oleh Museum

Brawijaya, Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah unsur spasial dan visual desain pada bangunan akan

berpengaruh pada minat pengunjung untuk datang ke museum

Brawijaya?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui hasil evaluasi unsur spasial dan visual pada

museum brawijaya terhadapa minat warga kota Malang.

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui unsur spasial dan visual museum brawijaya

sehingga dapat menghasilkan konsep kriteria desain.

Page 4: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

4

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Museum

Museum adalah sebuah wadah untuk menyimpan, mengoleksi, merawat, dan

menelitibenda-benda peninggalan masa lalu untuk kepentingan pendidikan

maupunpariwisata bagi masyarakat luas.

Konsep mengenai pengertian museum mula-mula secara etimologi berasal dari

bahasa yunani klasik, yaitu muze yang berarti kumpulan dari sembilan dewi sebagai

lambang ilmu pengetahuan dan kesenian.Kesembilan dewi tersebut merupakan anak

Zeus, Dewa tertinggi dalam pantheon Yunani kuno.Pemujaan terhadap dewi-dewi

Muze tersebut merupakan pelengkap pemujaan manusia terhadap agama dan ritual

yang ditujukan bagi Zeus.

Seiring dengan perkembangan zaman, konsep mengenai pengertian tersebut

mengalami perubahan dengan menyesuaikan zaman dan perkembangan dari fungsi

museum itu sendiri.Kemudian, untuk lebih menandaskan konsep pengertian tentang

museum tersebut, para ahli permuseuman tingkat internasional yang tergabung dalam

International Council Of Museums (ICOM) pada tahun 1974 di Copenhagen telah

mermuskan, bahwa museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari

keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum serta

bertugas untuk menghimpun, merawat meneliti, serta menyajikan atau memamerkan

benda pembuktian alam, manusia dan kebudayaan untuk kepentingan studi dan

rekreasi.

Berikut ini merupakan klasifikasi museum:

Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari jenis koleksinya:

Museum Umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu

Museum Khusus, koleksinya mencakup satu disiplin ilmu

Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari asal koleksinya:

Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh dunia

Museum Nasional, koleksinya berasal dari suatu Negara

Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah

Museum Lokal, koleksinya berasal dari suatu Kotamadya/kabupaten

tertentu

Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari penyajian koleksi :

Page 5: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

5

Museum Terbuka, penyajian koleksinya dilakukan secara terbuka

Museum Tertutup, penyajian koleksinya dilakukan secara tertutup

Kombinasi antara museum terbuka dan tertutup.

Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari waktu penyajian:

Museum tetap

Museum temporer

Sistem penyelenggaraan museum, ditinjau dari segi ilmu pengetahuan :

Museum ilmu alam, meliputi museum zoology, herbarium, geologi.

Museum teknologi dan industry, meliputi museum perkapalan,

museum ilmupurbakala, museum ilmu anthropologi dan etnografi.

Museum sejarah, meliputi :

1. Museum memorial, museum yang mengingatkan akan

seorang tokoh pentingdalam sejarah.

2. Museum perjuangan, yaitu museum yang menggambarkan

sejarah perjuangan suatu masyarakat pada suatu waktu tertentu

yang dapat bersifat lokal ataupuninternasional.

3. Museum perang, yaitu museum yang menggambarkan

sejarah perkembanganteknologi dan strategi peperangan yang

pernah dialami suatu bangsa.

Museum seni rupa

Museum sejarah seni rupa

2.2 Unsur Visual Museum

2.2.1 Arsitektur Simbolik

Bentuk museum biasanya diadaptasi oleh sebuah simbol atau tanda dari ciri

khas suatu daerah dimana museum itu dibangun. Oleh karena itu, museum biasa

disebut dengan bangunan simbolik. Arsitektur Simbolisme adalah perihal

pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide secara arsitektural

yang akan dapat diperlihatkan jati diri suatu karya arsitektur dan sekaligus

mempunyai makna dan nilai-nilai simbolik yang dapat dihasilkan melalui bentuk,

struktur dan langgam.

Penggunaan simbolisme terbagi dua, yaitu:

Page 6: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

6

1. Simbolisme secara langsung

Penggunaan metaphora secara langsung/jelas dipengaruhi oleh

sebuah sifat dasar pada objek itu sendiri, sehingga makna yang timbul

dari objek tersebut menyerupai artinya. Misalnya tempat penjualan alat

musik, dengan bentuk bangunan seperti piano.

2. Simbolisme tidak langsung/tersamar

Suatu bentuk akan memberikan suatu makna yang tersamar pada

jenis bangunan tertentu yang merupakan suatu simbol yang timbul

untuk memenuhi fungsi bangunan tersebut.

2.2.2 Penataan Eksterior-Tata Ruang Luar Museum.

Konsep penataan eksterior harus terakomodasi dengan jelas dalam gambar

rencana tapak (siteplan). Penataan diutamakan pada halaman muka museum yang

berorientasi kepentingan publik, dan taman yang berhubungan dengan ruang-ruang

publik yang berada di dalam bangunan. Semua ruang publik pada eksterior museum

harus diberi penanda (signage) dengan standar yang berlaku, harus jelas terbaca, dan

mudah terlihat. Penataan eksterior-ruang luar harus menekankan kenyamanan dan

keamanan publik, seperti;

a) pintu masuk-keluar bangunan;

b) taman atau ruang sign-board museum;

c) taman parkir kendaraan;

d) tersedianya ruang pedestrian bagi pejalan kaki dengan petunjuk masuk-keluar

bangunan yang jelas.

2.3 Unsur Spasial Museum

2.3.1 Konsep Ruang Museum.

Ruang di dalam bangunan mempunyai beberapa variabel, dalam

konteks ruang di dalam museum yang harus diperhatikan adalah:

1) fungsi dan bentuk ruang;

2) skala dan besaran ruang; dan

3) modul ruang.

Page 7: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

7

Fungsi dan bentuk ruang. Ruang pameran sebagai bagian dari sebuah

museum sesungguhnya mengacu pada fungsi dan bentuk bangunan museum itu

sendiri. Dalam hal ini ada 4 fungsi dan bentuk bangunan museum, yaitu;

a) bangunan yang memang dari awal dirancang sebagai museum;

b) bangunan biasa atau umum yang dijadikan sebagai museum;

c) bangunan yang mempunyai latar belakang sejarah dengan menjadikan

bangunan itu sebagai museum yang mempunyai hubungan peristiwa atau

dengan tokoh tertentu; dan

d) bangunan cagar budaya sebagai museum.

Skala dan besaran ruang. Skala dan besaran ruang pameran mengacu pada

konsep penyajian koleksi dan pameran yang mempunyai 2 variabel tetap yaitu

benda koleksi pamer dan pengunjung.

Skala dan besaran benda koleksi pamer umumnya mempunyai 3 variabel

bebas dan relatif yaitu mikro (kecil), meso (manusia), dan makro ( skala bangunan

museum).

Skala dan besaran benda koleksi pamer menentukan jarak pandang dan ruang

gerak pengunjung yang akhirnya akan menentukan tata letak benda koleksi pamer

dan sirkulasi pengunjung.

Modul ruang. Variabel modul ruang pameran tetap sebaiknya melakukan

penyesuaian dengan modul keletakan kolom bangunan, ketinggian ruang, dan

unsur-unsur dinding ruangan seperti letak pintu dan jendela.

2.3.2 Konsep Ruang Pameran Tetap

Konsep dasar. Sebaiknya ruang pameran tetap mengambil konsep

dasar ruang positf dan negatif 3 dimensi. Ruang positif dibentuk untuk

penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi dengan maksud menjadi

orientasi pandang mata pengunjung. Ruang negatif yang terbentuk di luar

ruang-ruang mikro penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi

Page 8: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

8

Konsep ruang pameran tetap harus mengacu pada tema, alur cerita, dan

alur penyajian benda koleksi pamer.

Kondisi besaran dan modul ruang eksisting dapat menjadi

pertimbangan penting untuk membuat konsep ruang pameran tetap, dengan

bentuk ruang mengikuti fungsi ruang pameran tetap.

2.3.3 Ruang Pamer Museum

Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum perlu dipamerkan

untuk diinformasikan kepada umum. Agar pameran ini dapat menarik

perhatian pengunjung, perlu dilakukan penataan yang baik. Untuk kegiatan ini

kurator bekerjasama dengan Bagian Preparasi. Koleksi yang tidak dipamerkan

harus disimpan dengan baik di ruangan penyimpanan (storage). Agar tidak

terjadi kebosanan terhadap pengunjung perlu diadakan pergantian koleksi

yang dipamerkan dengan yang disimpan. Koleksi yang berada baik di ruang

pamer maupun di ruang simpan harus cukup terlindung dari api, coretan dan

bencana alam. Perlu ditetapkan prosedur penanganan dalam keadaan darurat.

Ada beberapa macam pameran di museum yaitu:

1. Pameran tetap

Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi suatu museum yang

ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh museum

tersebut. Waktu penyelenggraan Pameran Tetap berlangsung minimal 1

kali dalam satu tahun.

2. Pameran temporer

Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya

seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh museum

atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran

Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung

selama 30 hari.

3. Pameran di ruang terbuka.

Dalam sebuah pameran di ruang terbuka, pameran ditampilkan di

luar bangunan, yang diprioritaskan untuk benda-benda yang tahan

terhadap iklim dan juga karena bentuknya yang besar, sehingga

menyulitkan untuk diletakkan di dalam ruangan. Selain itu, dengan

Page 9: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

9

pertimbangan yang berdasarkan sejarah maka benda-benda tersebut

dipamerkan di tempat peristiwa itu terjadi.

Selain itu, museum juga sebaiknya mengadakan pameran keliling,

dengan tujuan menyampaikan informasi tentang koleksi museum kepada

masyarakat yang berada jauh dari museum tersebut. Kurator mentukan

konsep tema pameran keliling beserta koleksi dan keterangannya,

kemudian diserahkan kepada preparator untuk ditata dalam sarana

penunjang yang dapat dipindah-pindahkan. Koleksi untuk pameran

keliling sebaiknya bukan master piece, dan lebih baik adalah replika

koleksi.

Pada museum tentang sejarah terdapat istilah living museum.

Living museum adalah salah satu jenis museum, di mana peristiwa historis

yang menunjukkan kehidupan di zaman kuno dilakukan, terutama dalam

etnografi atau sejarah pandangan, atau proses untuk memproduksi produk

komersial dalam hal perkembangan teknis dan teknologi yang ditampilkan,

terutama kerajinan. Ini adalah jenis museum yang menciptakan kondisi

penuh dari budaya, lingkungan alam, atau periode sejarah. Terkadang

sebuah drama diperagakan oleh sekelompok orang tentang sejarah adegan

masa lalu pada bangunan bersejarah.

display museum-buildingindonesia.biz

Eur erco illuminating museumsintrop-cina.panduanwisata.comDoc. internasional.kompas.com

Ruang pameran tetap--pelauts.com

Page 10: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

10

Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh

kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan

memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,

sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena

masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas

yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;

2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan

tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator

menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya

kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,

keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.

Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya

dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,

sasaran idiil, dan pengunjung.

2.3.4 Alur Sirkulasi

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan

informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.

Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan

cerita yang ingin disampaikan dalam pameran

Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para

pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,

dengan ketentuan faktor sebagai berikut:

1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk

melihat obyek yang telah mereka lihat.

10

Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh

kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan

memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,

sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena

masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas

yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;

2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan

tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator

menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya

kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,

keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.

Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya

dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,

sasaran idiil, dan pengunjung.

2.3.4 Alur Sirkulasi

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan

informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.

Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan

cerita yang ingin disampaikan dalam pameran

Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para

pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,

dengan ketentuan faktor sebagai berikut:

1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk

melihat obyek yang telah mereka lihat.

10

Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh

kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan

memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,

sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena

masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas

yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;

2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan

tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator

menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya

kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,

keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.

Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya

dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,

sasaran idiil, dan pengunjung.

2.3.4 Alur Sirkulasi

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan

informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.

Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan

cerita yang ingin disampaikan dalam pameran

Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para

pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,

dengan ketentuan faktor sebagai berikut:

1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk

melihat obyek yang telah mereka lihat.

Page 11: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

11

2. Harus memenuhi syarat spacial pagi pengunjung untuk berjalan dengan

kecepatan berbeda, beberapa akan berjalan terus namun ada beberapa

bengunjung yang berhenti untuk melihat obyek atau karya yang sedang di

display lebih detail.

3. Pengunjung cenderung untuk memulai arah kanan ketika memasuki main

entrance untuk menjelajahi galeri.

4. Mengamati area galeri dalam satu alur membantu pengunjung untuk mengerti

apa yang sedang di display.

Berikut ini merupakan contoh pola sirkulasi yang diterapkan pada ruangan:

1. Pola Linear, yaitu jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir

utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah,

memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).

2. Pola Radial, yaitu konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang

berkembang dari sebuah pusat bersama.

3. Pola Spiral(Berputar), yaitu suatu jalan tunggal menerus yang berasal dan

titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah.

Gambar 1 :Pola Sirkulasi Linier

Gambar 2 :Pola Sirkulasi Radial

Page 12: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

12

4. Pola Gridyaitu konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang

saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau

kawasan ruang segi empat.

5. Jaringan, yaitu Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang

menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang.

Pada kenyataannya sebuah bangunan umumnya membuat kombinasi

dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan,

jalan masuk ke ruangan, serta tempat untuk sirkulasi vertikal. Untuk

menghindari timbulnya orientasi yang membingungkan, suatu susunan hirarkis

di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan

skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.

2.3.5 Display Museum

A. Penataan Display Museum

Penataan eksibisi adalah wajah publik dari museum. Presentasi yang efektif

mengenai koleksi dan informasi di Eksibisi adalah aktivitas unik untuk museum, dan

melalui eksibisi inilah mayoritas masyarakat mengetahui detail museum. Berdasarkan

2012 Standarts for Museum Exhibitions and Indicator Excellence terbitan dari

Gambar 3 :Pola Sirkulasi Spiral

Gambar 4 :Pola Sirkulasi Grid

Gambar 5 :Pola Sirkulasi Jaringan

Gambar 3: Pola Spiral (Berputar)

Page 13: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

13

organisasi American Alliance of Museums menerangkan bahwa karakteristik untuk

meningkatkan keefektifan Museum dalam menyajikan informasi publik terdiri dari

beberapa indikator di bawah ini :

Kepercayaan Publik dan Akuntabilitas

1. Museum diharuskan supaya inklusif dan menyajikan peluang bagi partisipasi yang

beraneka ragam.

2. Museum mempertahankan peran public service dan memposisikan edukasi di

tengah peranan tersebut.

3. Museum mendemonstrasikan komitmen untuk menyediakan pulik dengan akses

fisikal dan intelektual bagi museum seluruh sumber dayanya.

Misi dan Perencanaan

1. Museum merencanakan standart untuk kesuksesan museum itu sendiri dan

menggunakannya untuk mengevaluasi serta meningkatkan performa.

Edukasi dan Interpretasi

1. Museum dengan jelas menyatakan tujuan edukasi secara menyeluruh, filosofi,

pesan khusus, dan mendemonstrasikan bahwa segala aktivitas yang ditampung di

dalamnya bertujuan untuk hal tersebut.

2. Museum mengerti karakteristik dan kebutuhan dari Pengunjung dan

memanfaatkannya untuk menginformasikan interpretasinya.

3. Interpretasi museum berdasarkan penelitian yang diperlukan.

4. Museum mengapresiasikan penelitian utamanya berdasarkan standart ilmuwan.

5. Museum menggunakan teknik, teknologi, dan metode yang tepat guna bagi tujuan

edukasi, isi, pengunjung, dan sajian museum.

6. Museum menyajikan display yang akurat dan informasi yang jelas.

7. Museum memanfaatkan keefektifan dari interpretasi aktivitas dan menggunakannya

untuk meningkatkan kinerja museum.

Standart Eksibisi Museum

Suatu display eksibisi dianggap sukses apabila secara fisik, intelektual, dan

emotional bisa dirasakan oleh pengunjung.

1. Perhatian terhadap Pengunjung (Audience Awareness)

Page 14: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

14

Eksibisi dikembangkan dengan pemahaman artikulasi mengenai

pemahaman pengunjung, keinginan, style pemahaman, perilaku, dan ekspektasi

tentang topik serta perencanaan pengalaman bagi pengunjung.

Target pengunjung ditentukan saat proses perencanaan.

Keputusan mengenai isi, ekspresi, dan desain berdasarkan pengetahuan

tentang pengunjung yang dikhusukan.

Eksibisi mengikutsertakan pesan komunitas dalam proses

pengembangan dan menyertakan keaneka ragaman perspketif display,

jika memungkinkan.

2. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diproses selama proses pengembangan atau setelah pembukaan

eksibisi untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan terhadap pengunjung

dengan relasi tujuan proyek.

Informasi dari awal hingga akhir dikumpulkan untuk memahami

pengunjung dan terutama untuk berinteraksi dengan pengetahuan

tentang topik eksibisi.

Pengunjung potensial dilibatkan dalam memahamai elemen eksibisi,

terutama komponen interaktif.

3. Isi (Content)

Isi ditentukan supaya ada kesinambungan dengan akurasi, relevansi

dan dengan tema eksibisi.

Subjek memiliki keterkaitan dengan format eksibisi, dengan

penggunaan koleksi, lingkungan, fenomena, dan pengertian lainnya

mengenai presentasi fisk berdasarkan isi (content).

Hak cipta, pola pikir, maksud, dan perspektif pemikiran diungkapkan,

diidentifikasi, atau disertakan.

Eksibisi mengungkapkan siapa yang beropini, fakta atau fiksi, yang

real dan tidak real.

Isi mengekspresikan metodologi yang terbaik bagi media.

Media secara efektif mengkomunikasikan isi.

Isi berupa informasi up to date.

Page 15: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

15

Informasi terbaik dibuat untuk menunjukkan relevansi bagi

pengunjung.

4. Koleksi ( Collections)

Pemilihan dan presentasi objek mendetail dan content intelektual dari

eksibisi.

Penyeleksian dari objek mengekspresikan ide yang signifikan bagi

eksibisi.

Koleksi secara sukses merefleksikan dan menjelaskan tema eksibisi

dan content.

Eksibisi menyajikan presentasi objek yang otentik.

Eksibisi menjelaskan material, bentukan, dan metode pembuatan objek

display.

Kepentingan konservasi dan faktor keamanan secara penting

diikutsertakan.

5. Interpretasi / Komunikasi (Interpretation/Communication)

Visi dan misi dari eksibisi jelas dan koheren, jika tidak maka perlu

penjelasan mengapa tidak lengkap.

Ekspresi ide dijelaskan secara gamblang.

Ada koherensi yang mudah dicerna dan format yang konsisten

mengenai presentasi isi dan respon terhadap isi.

Asumsi dan Point of View diidentifikasi dengan jelas.

Variasi dari strategi interpretatif (termasuk label, interaktif, video,

audio, dll) digunakan untuk mengapresiasikan tujuan eksibisi, isi, dan

pengunjung.

Informasi dan ide di bagian yang berbeda dari eksibisi saling

melengkapi satu sama lain.

Isi eksibisi bisa diperdebatkan. Selain sebagai stimulus secara

intelektual, diperlukan usaha untuk meningkatkan interaksi sosial bagi

pengunjung, dan ada banyak kesempatan untuk menjalin koneksi

personal yang erat.

Page 16: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

16

6. Desain dan Produksi (Design and Production)

Proses penyeleksian, desain, dan produksi dari media interpretatif

secara efektif mampu meningkatkan isi komunikasi.

Pemilihan estetis mensupport dan merefleksikan tema eksibisi.

Media eksibisi didesain untuk kenyamanan dan aksesibilitas.

Orientasi, Spatial Organization, dan Traffic Flow perlu

dipertimbangkan secara matang untuk mencapai tujuan utama

penyajian display museum.

Aplikasi penggunaan media interpretatif yang imaginatif dan inventif :

Label, Tanda (Signage), Furniture, CaseWork, Interaktif, Audio

Visual, Teknologi Baru, dll.

Motif desain yang konsisten dan baik secara estetis di sepanjang

eksibisi.

7. Kenyamanan Manusia, Keamanan, dan Aksesibilitas (Human Comfort,

Safety, and Accessibility)

Eksibisi didesain untuk memberikan pengalaman ruang bagi

pengunjung dalam hal fisikal, intelektual dan sosial.

Ruang Fisikal (Layout, Lighting, Flooring) diciptakan secara khusus

supaya pengunjung dengan variasi fisik dapat berinteraksi selama

proses eksibisi.

Isi dikembangkan sedemikian rupa supaya member pengunjung dari

bervariasi usia, budaya, dan kemampuan kognitif supaya mengerti arti

eksibisi.

Lingkungan diciptakan sedemikian rupa supaya pengunjung dari

berbagai usia, budaya, dapat merasa aman dan nyaman selama eksibisi.

Jika eksibisi menyajikan Display yang memiliki potensi isi yang

mengkhawatirkan maka ditunjukkan kontent peringatan terhadap

pengunjung sebelum memasuki sesi ini.

Label mudah dipahami.

Pengunjung diberikan tempat duduk selama proses eksbisi pada lokasi

tertentu.

Page 17: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

17

B. Konsep Furniture

Pengertian furniture pada ruang pamer adalah furniture peraga atau perabot

atau benda peraga atau sarana pamer untuk benda koleksi museum. Konsep dasar

rancangan mengacu pada konsep perlindungan, konservasi, dan pengamanan benda

koleksi pamer. Berdasarkan konsep diatas maka jenis furniture-perabot peraga antara

lain adalah: vitrin lepas terbuka dan tertutup transparan; vitrin dinding terbuka dan

tertutup transparan; box terbuka dan tertutup transparan; panil-panil lepas, panil-panil

dinding; dan sarana pamer lainnya.

Konsep tata letak furniture-perabot peraga harus mengacu pada konsep alur

penyajian pameran dan ukuran benda koleksi pamer. Bentuk dan ukuran furniture

peraga ditentukan oleh skala, besaran, dan ruang gerak benda koleksi pamer dan

ruang gerak perawatan. Bahan atau material furniture-perabot yang bakan digunakan

ditentukan oleh ukuran dan persyaratan konservasi. Usulan modul yang disesuaikan

dengan modul komponen lantai, dinding, dan plafon adalah modul 30 cm, dengan

kelipatan 60, 90,120, 150, 180, 210, dan 240 cm.

C. Tata Penyajian Koleksi

1. Penyajian Koleksi

Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjungdengan

benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukunglainnya

(Pedoman Museum Indonesia, 2008).

Prinsip-prinsip Penyajian Koleksi

Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki :

Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di

ruangpameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi

koleksi museumkepada masyarakat.

Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus

dipersiapkansebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang

jelas antar isi materipameran.

2. Jenis Pameran

Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pameran tetap dan

pameran khusus / temporer

Page 18: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

18

a. Pameran tetap

Adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun. Tema

pameransesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah

25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian

koleksiyang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.

b. Pameran khusus / temporer

Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Fungsi

utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang

pengunjung datang ke museum.

3. Metode Pameran

Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :

a. Metode pendekatan intelektual

cara penyajian benda-bendakoleksimuseum yang mengungkapkan informasi tentang

guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.

b. Metode pendekatan romantik (evokatif)

cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang

berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

c. Metode pendekatan estetik

cara penyajian benda-benda koleksi museum yangmengungkapkan nilai artistik yang ada

pada benda koleksi museum.

d. Metode pendekatansimbolik

cara penyajian benda-benda koleksi museumdenganmenggunakan simbol-simbol tertentu

sebagai media interpretasi pengunjung.

e. Metode pendekatan kontemplatif

cara penyajian koleksidimuseum untukmembangun imajinasi pengunjung terhadap

koleksi yang dipamerkan.

f. Metode pendekatan interaktif

cara penyajian koleksidimuseum dimana pengunjungdapat berinteraksi langsung dengan

koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

4. Penataan Koleksi

Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :

a. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema.

Page 19: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

19

b. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.

c. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya dari yang tertua hingga

sekarang.

5. Panil-panil Informasi

Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal / pengenalan mengenai

pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema pameran, kelompok koleksi.

b. Label individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang

dipamerkan.Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan

informasi yangdibutuhkan sesuai dengan alur cerita.

2.3.6 Tata Ruang

A. Penataan Bangunan Museum.

Konsep tata ruang bangunan museum sudah selayaknya ditata kembali sesuai

dengan paradigma museum yang baru dan rencana program revitalisasi museum ke

depan. Penataan yang perlu dilakukan pada bangunan museum adalah atau yang

terutama:

1) tampak-tampilan muka atau pada fasade bangunan; dan

2) ruang masuk bangunan (entrance building).

Konsep penataan dengan minimal dua variabel ini mempunyai maksud agar:

a) bangunan mampu memberi citra sebagai museum;

b) bangunan diharapkan menjadi lebih ‘terbuka’ dan ramah terhadap lingkungan

sekitar; dan

c) bangunan mempunyai orientasi ‘keluar’ dan ‘mengundang’ publik.

Penataan menjadi lebih perlu lagi apabila bangunan museum sekarang adalah

bangunan lama yang memang tidak diperuntukkan bagi museum.

Selain itu penataan-rehabilitasi fisik bangunan perlu juga dilakukan dengan

prioritas pada ruang-ruang publik, ruang pameran dan penyimpanan, seperti bagian

atap, penataan kembali sistem mekanikal, elektrikal, utilitas, keselamatan, dan

keamanan.

Page 20: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

20

B. Penataan Interior-Ruang Publik

Program revitalisasi fisik ketiga puluh museum memang memberi prioritas

utama kepada penataan kembali interior museum, khususnya Penataan Interior Ruang

Pameran Tetap yang merupakan zona satu dari 4 zona di dalam museum, yaitu zona

koleksi-publik.

Ruang-ruang publik yang menjadi sasaran berikut dalam penataan interior

museum masuk dalam zona non koleksi-publik yaitu ruang lobi museum, ruang

informasi, ruang tiket, toilet, ruang multi media, dan ruang fasilitas penunjang yang

diperlukan. Konsep penataan interior pada ruang publik boleh berbeda dan lebih lunak

persyaratannya dibandingkan dengan ruang pameran dan penyimpanan, meskipun

tetap memperhatikan unsur ‘safety’ pengunjung atau publik.

Setelah target penataan interior ruang pameran tetap tercapai dan interior

ruang publik, target selanjutnya adalah ruang penyimpanan (storage), diikuti ruang

pengenalan (introduction area), ruang laboratorium, dan bengkel kerja preparasi.

C. Ruang-Ruang dalam Museum

Berdasarkan buku Pedoman Museum Indonesiayang diterbitkan oleh Direktorat

Museum,Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun

2008, bangunan museum setidaknya terdiri dari dua unsur, yakni bangunan pokok dan bangunan

penunjang.

a. Bangunan pokok

Meliputi beberapa ruang sebagai berikut :

Ruang pameran tetap

Ruang pameran temporer

Ruang auditorium

Ruang kantor/administrasi

Ruang perpustakaan

Ruang laboratorium

Ruang penyimpanan koleksi

Ruang edukasi

Page 21: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

21

Ruang transit koleksi

Bengkel kerja reparasi

b. Bangunan penunjang

Meliputi beberapa ruang sebagai berikut :

Ruang cenderamata dan kafetaria

Ruang penjualan tiket dan penitipan barang

Ruang lobi

Ruang toilet

Ruang parkir dan taman

Ruang pos jaga

Ruang Pameran Tetap

Page 22: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

22

BAB III

Metodologi Penelitian

Page 23: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

23

3.1 Objek Studi

Latar Belakang dan Sejarah

Tahun 1952. Museum didirikan dengan melatar belakangi perjuangan

TKR dan rakyat Jatim dari Agresi Militer Belanda I dan II. Usaha untuk

pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh Brigjend

TNI (Purn) Soerachman (mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962).

Pembangunan gedung museum kemudian mendapat dukungan pemerintah

daerah kotamadya Malang dengan penyediaan lokasi tanah seluas 10.500

meter persegi, dan dukungan biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel di Tretes

Pandaan. Arsitek museum adalah Kapten Czi Ir.Soemadi. Museum dibangun

pada tahun 1967 dan selesai 1968.

Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam

VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra

Uthapana Cakra' yang berarti sinar (citra) yang membangkitkan (uthapana)

semangat/kekuatan (cakra). Sedangkan museum diresmikan pada tanggal 4

Mei 1968.

Peranan Museum Brawijaya

1. Sebagai media pendidikan

2. Sebagai tempat rekreasi

3. Sebagai tempat penelitian ilmiah

4. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45

dan TNI '45 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum

5. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan

wilayah

Koleksi

Page 24: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

24

Dibagian belakang museum kita bisa melihat icon dari Museum

Brawijaya yaitu gerbong maut sebuah gerbong barang yang digunakan untuk

mengangkut 100 Pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya dalam

keadaan pintu tertutup rapat dan tanpa ada lubang angin, hingga menewaskan

hampir seluruh penumpang dan menyisakan 12 orang selamat.

Koleksi yang terdapat di dalam museum antara lain mobil “DE SOTO

USA” yaitu mobil yang digunakan Kolonel Soengkono sebagai kendaraan

dinas yang pada waktu itu menjabat sebagai Panglima Divisi Brawijaya

(Divisi I JATIM) 1948-1950 di JATIM. Barang-barang peninggalan panglima

besar jenderal Sudirman. Foto-foto jamna perjuangan hingga foto Malang

tempo dulu. Komputer besa-besar jaman dulu dan lain-lain.

Museum ini terbagi menjadi lima lokasi tata pameran yaitu:

1. Lokasi Halaman Depan Halaman depan Museum Brawijaya diberi

nama “Agne Yastra Loca” yang berarti taman senjata api revolusi.

Halaman depan tersebut merupakan ruang pameran terbuka yang

memamerkan benda-benda bersejarah khususnya senjata-senjata berat

dan kendaran lapis baja yang memiliki nilai sejarah.

Page 25: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

25

2. Ruang Lobi. Pada ruangan ini terdapat tiga koleksi yang dapat dilihat

oleh para pengunjung, diantaranya:

a. Relief penugasan pasukan Brawijaya

b. Relief kekuasaan Kerajaan Majapahit

c. Lambang- lambang kesatuan / Kodam seluruh Indonesia.

3. Ruang 1. Koleksi yang terdapat pada ruangan ini mulai dari tahun 1945 –

1949. Pada ruangan ini pengunjung akan diperlihatakan benda-benda

bersejarah, seperti mobil De Soto, foto-foto mantan panglima Jawa Timur,

senjata api, dsb. Yang paling menarik dari ruangan ini yaitu terdapatnya

meja dan kursi yang digunakan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Kol.

Soengkono dalam melakukan perundingan terhadap pihak Belanda yang

disebut dengan “Perundingan meja bundar”.

4. Ruang 2. Koleksi yang terdapat pada ruangan ini mulai dari tahun 1950 –

sekarang. Di ruangan ini terdapat benda-benda bersejarah seperti komputer

yang digunakan pada masa itu, dsb. Di ruangan ini juga terdapat foto-foto

yang menarik untuk dilihat,

Gambar 2: Relief Kekuasaan

Gambar 3: Meja untuk Perundingan Meja Bundar

Page 26: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

26

seperti foto-foto yang menceritakan operasi khusus yang dilakukan dalam

menumpas pemberontakan yang terjadi di Indonesia, dan juga terdapat foto-

foto kota Malang tempo dulu.

5. Halaman Tengah. Pada ruangan terbuka ini, pengunjung akan diperlihatkan

2 buah benda bersejarah yang memiliki cerita tersendiri sehingga

memberikan nama yang menarik pada kedua benda tersebut. Nama pada

kedua benda tersebut adalah “Gerbong Maut” dan “Perahu Sigigir”.

Gambar 5: Gerbong Maut danPerahu Sigigir

Page 27: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

27

1. Lokasi Museum

Jl. Ijen No.25 A Malang

Telp. 0341-562 394

2. Transportasi:

Jarak tempuh dari Bandara Udara : 15 Km

Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 105 Km

Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km

Jarak tempuh dari Stasiun KA : 2 Km

3. Organisasi:

Jumlah Pegawai 57 orang

Kurator : 8 orang

Konservator : 18 orang

Preparator : 6 orang

Bimb. Edukasi : 2 orang

Tenaga Fungsional : 5 orang

Bgn. Administrasi : 2 orang

Keamanan : 2 orang

Cleaning service : 14 orang

3.2 Populasi dan Sampling

1. Populasi

“Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang ciri-ciri dan

karakteristiknya telah ditetapkan.” (Moh.Nazir, 2005:271) Populasi dalam

penelitian ini merupakan pengunjung Museum Brawijaya (warga maupun non

warga Malang) yang diharapkan mampu bertindak evaluatif terhadap objek

yang sudah ditentukan karena pengunjung merupakan penikmatdari Museum

Brawijaya.

2. Sample

“Sampel merupakan bagian daripopulasi.” (Moh. Nazir, 2005:271). Untuk

perhitungan yang lebih akurat, terhadap hasil yang diharapkan Guilford dan

Fratcher (1978) menyarankan jumlah sampel tidak kurangdari 30. Dari

jumlah statistic kunjungan perhari, penulis mengharapkan jumlah tidak

Page 28: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

28

kurangdari 30 responden yang akan didapat nantinya.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sample menggunakan teknik accidental sampling

karena didasari oleh kemudahan dan ketersediaan sampling. Penggunaan

teknik ini karen didasari oleh ketersediaan waktu dan tempat untuk

mengambil data dari seluruh populasi maka dibutuhkan ketersediaan dan

partisipasi dari sampel.

3.3 Jenis Penelitian

Penelitian tentang hasil evaluasi unsur spasial dan visual museum brawijaya

kota Malang. Penelitian ini mengikutsertakan seluruh warga kota Malang dengan

menggunakan Penelitian Deskriptif. Populasi Penelitian pada penelitian ini adalah

warga kota Malang. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian

yang dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik

(Sulistyo- Basuki, 2006:110)

3.4 Variabel Penelitian

“Variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu

penelitian.”SuharsimiArikunto (1996: 99)

Variable dalam penelitian ini terdapat 2 variabel bebas. Yang dimaksud dengan

variable bebas ialah variable yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya

variable terikat. Dari hasil yang telah dirumuskan penulis maka penelitian ini

bermaksud mencari fakta denganvariable :

Variable (X1) :Pengaruh unsur spasial pada minat pengunjung datang di

Museum Brawijaya

Variable (X2) :Pengaruh unsure visual pada minat pengunjung datang di

Museum Brawijaya.

Page 29: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

29

Alur Penelitian :

LATAR BELAKANGMengkasi ulang unsur-unsur visual dan spasial Museum Brawijaya agar

lebih diminati oleh warga Kota Malang

MASALAHUnsur desain visual dan spasial pada Museum Brawijaya tidak mampu

menarik minat warga Kota Malang untuk mengunjungi museum.

RUMUSAN MASALAHApakah unsur spasial dan visual desain pada bangunan akan berpengaruh

pada minat pengunjung untuk datang ke museum Brawijaya?

METODE PENELITIAN :Deskriptif-kuantitatif

VARIABEL SUMBER DATA

Pengaruhunsurspasialpadaminatp

engunjungdatang di Museum

Brawijaya

Pengaruhunsur visual

padaminatpengunjungdatang di

Museum Brawijaya

Kondisieksistingspasial Museum

Brawijaya

Kondisieksistingvisual Museum

Brawijaya

DATA DATALAPANGAN :- Observasi- Kuisioner

ANALISIS

TEMUAN/HASILPENELITIAN

PRESENTASE :Pengaruhunsurspasialpa

daminatpengunjungdata

ng di Museum

Brawijaya

Pengaruhunsur visual

padaminatpengunjungda

tang di Museum

Brawijaya

Page 30: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

30

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan

data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki

(2006:147) meliputi:

a. Observasinon-partisipan (Pengamatan tidak terkendali)

Pada metode ini peneliti hanya mengamati, mencatat apa yang

terjadi. Metode ini banyak digunakan untuk mendapatkan data yang

diteliti dari Museum Brawijaya tentang 2 variabel yang telah ditentukan

yaitu unsure spasial dan unsur visual sebelum menghasilkan struktur

pertanyaan yang dilempar keresponden.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisisendiri oleh

responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan

dan kemudian mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo-Basuki,

2006:110).

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah

pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden tentang unsur

spasial dan visual Museum Brawijaya, sedangkan kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana

responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan

memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah

mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan

jangkauan jawaban.

2. Instrumen Penelitian

a. Observasi non Partisipan

Instrumen yang digunakan untuk menghasilkan sebuah data kuisioner

menggunakan metode checklist atau daftar check.

Komponen yang bisa diamati dari teknik pengumpulan data melalui

observasi antara lain Ruang/ tempat (aspek fisik/ obyek/ benda-benda

yang terdapat di tempat itu) Pelaku peristiwa (semua orang yang terlibat

Page 31: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

31

dalam situasi, tujuan apa yang ingin dicapai orang, makna perbuatan

orang, perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan) Aktivitas/

kegiatan (apa yang dilakukan orang dalam situasi itu, perbuatan/

tindakan/ kejadian/ peristiwa/ rangkaian kegiatan/ waktu dan urutan

kegiatan).

Dalam kasus ini penulis memilih komponen yang diamati yaitu

Ruang/ Tempat. Aspek fisik yang diamati yaitu berkaitan dengan unsure

spasial dan unsur visual dari standar yang ada untuk berdirinya sebuah

museum menurut Pedoman Museum Indonesia yang diterbitkan

Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala,

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008.

b. Kuisioner

Angket yang digunakan menggunakan skala Likert dimana ini

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau

kelompok tentang kejadian atau gejala tentang sesuatu yang dimaksud

disini merupakan tindakan evaluative terhadap Museum Brawijaya.

Dalam menjawab skala likert ini responden hanya perlu memberikan

checklist terhadap jawaban yang dipilihnya sesuai pertanyaan yang

diajukan.

Selanjutnya angket yang telah diisi diberikan skor untuk skala likert

yang mengarah positif atau negatif. Skor bisa berkebalikan tergantung

arah pertanyaan positif maupun negatifnya

ArahPertanyaan SangatSetuju

(SS)

Setuju

(S)

TidakSetuju

(TS)

SangatTidakSetuju

(STS)

Positif 4 3 2 1

Negative 1 2 3 4

3.6 Teknik Analisis Data

Dari hasil data yang diperoleh, hasilnya diolah dan dianalisis. Dari situ maka

penulis bisa membahasakan data tersebut dipenjelasan yang mudah dimengerti

dan rangkuman dari pengumpulan data. Tahap Deskripsi Data digunakan untuk

melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variable bebas yang dipunya.

Page 32: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

32

1. Tahap Deskripsi Data

Data yang diperoleh dideskripsikan menurut variable. Pada penelitian ini

terdapat 2 variabel yaitu Pengaruh unsure spasial pada minat pengunjung

datang di Museum dan Pengaruhunsur visual pada minat pengunjung datang di

Museum Brawijaya.Dengan tahap ini bertujuan untuk melihat kecenderungan

yang ada di setiap sub variable yang ada, karena yang dicari adalah skor rata-

rata, standar deviasi, dan median dari setiap variable yang diteliti.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan bertujuan apakah data yang didistribusikan normal

apa tidak. Hal ini penting untuk menentukan jenis statistiK yang digunakan, jika

data yang didistribusi tidak normal, maka metode yang digunakan metode

statistic non-parametrik. Sedangkan jika data yang didistribusi normal maka

digunakan metode statistik parametrik.

Pada penelitian ini digunakan bantuan software SPSS (Statistic Programme

for Social Scient) dengan perbandingan skewness dan kurtosis dimana hasil

perbandingan berada pada jangkauan 2 sampai -2 agar data tersebut

berdistribusi normal. Diluar angka itu maka data tidak berdistribusi dengan

normal.

3.7 Penghitungan Gambaran Umum

1. Presentase Komponen Indikator Variabel

Untuk mengetahui gambaran umum dari masing-masing variable yaitu

dengan menghitung presentasekomponen indikator kuisioner penelitian yaitu

dengan menjumlahkan skor seluruh responden dari masing-masing indikator

dibagi hasil kali dari hasil kali dari skor tertinggi item. Jumlah item dari

masing-masing indikator, dan jumlah responden. Langkah yang ditetapkan

dalam pengelolaan dengan menggunakan rumus presentase skor sebagai

berikut:

1. Memberikan bobot alternatif jawaban

2. Memberikan skor total dalam 1 indikator

3. Menyesuaikan total nilai skor dengan parameter sebagai berikut :

Page 33: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

33

Interval Kategori

81%-100% Sangattinggi

61%-80% Tinggi

41%-60% Cukup

21%-40% Rendah

0%-20% Sangatrendah

Page 34: Laporan Penelitian Metpen Oke Sekali

34

Daftar Pustaka

Direktorat museum Direktorat jendereal sejarah dan purbakala Departemen kebudayaan dan

pariwisata6/11/2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Pameran

http://en.wikipedia.org/wiki/Living_museum