Download - Proposal Penelitian Metpen
1
A. Latar belakang
Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang
mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak
langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari
struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan
tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Hal inilah yang membuat banyak orang, wanita maupun pria, remaja maupun
dewasa, berbondong-bondong pergi ke klinik kecantikan atau rumah sakit untuk
merawat kulit mereka terutama wajah agar terlihat bersih, putih, bersinar, sehingga
menambah daya tarik dan memperbaiki penampilan.
Dari sekian banyak orang yang pergi ke dokter kulit, keluhan terbanyak adalah
jerawat. Jerawat termasuk penyakit kulit yang disebabkan karena pori-pori kulit
tersumbat sehingga timbul radang berupa tonjolan kemerahan. Jerawat dapat
disebabkan oleh makanan, lingkungan, obat, stres, atau bakteri. Bakteri penyebab
jerawat di antaranya adalah Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium
acne.
Antibiotik adalah zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme
termasuk bakteri. Dimulai dari penemuannya oleh Alexander Fleming, antibiotik
telah menjadi obat yang dapat mengobati bermacam-macam penyakit. Hal ini
membuat penggunaannya menjadi tidak rasional. Tidak rasional dapat bermakna dua
hal. Pertama, penggunaan antibiotik yang sering dalam pengobatan sehingga dapat
mengurangi keefektifan dari antibiotik tersebut. Kedua, penggunaan antibiotik yang
berlebihan.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menjadi masalah utama dalam
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan
beban tinggi kekebalan obat terhadap bakteri di dunia (Multidrug Resistance/MDR).
Tingginya kasus resistensi antibiotik di Indonesia ini cukup mengkhawatirkan.
2
Banyak faktor yang menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Salah
satunya adalah peresepan antibiotik yang salah dengan dosis yang tidak tepat. Hal
penting yang harus digarisbawahi dalam hal ini adalah adanya strategi kontrol
terhadap penggunaan antibiotik dalam meningkatkan efektivitasnya terhadap
penghambatan atau pembunuhan bakteri sehingga resistensi bakteri terhadap
antibiotik pun dapat diatasi.
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik sebagai obat
jerawat pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengurangi respon dari efek samping yang merugikan, sehingga obat yang digunakan
tetap aman dan efektif.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka masalah yang dapat
diidentifikasi pada penelitian ini adalah:
1. Jenis antibiotik apa saja yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung ?
2. Bagaimana tingkat keamanan antibiotik dalam sediaan obat jerawat Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung ?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis antibiotik yang paling banyak digunakan di salah satu klinik
kecantikan di kota Bandung.
2. Mengetahui tingkat keamanan antibiotik dalam sediaan obat jerawat di salah
satu klinik kecantikan di Kota Bandung.
D. Manfaat
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
3
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam pemilihan sediaan
dan jenis antibiotik untuk mengobati jerawat.
2. Dapat dijadikan masukkan bagi klinik kecantikan untuk penyusunan standar
peresepan penggunaan antibiotik dengan upaya mencegah terjadinya resistensi
antibiotik.
3. Sumber informasi bagi instansi Pendidikan tinggi untuk penelitian-penelitian
selanjutnyaberkenaan tentang penggunaan antibiotic yang rasional.
E. Luaran yang diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi klinik kecantikan yang
bersangkutan dan masyarakat sehingga meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik.
F. Teori
Definisi rumah sakit menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
539/Menkes/VI/1994 tentang susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum,
rumah sakit adalah unit organisasi di lingkungan departemen kesehatan yang berbeda
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal pelayanan
medic, yang dipimpin oleh seorang kepala rumah sakit dan mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan (Depkes, 1994).
Tujuan dari rumah sakit adalah menyediakan pelayanan penderita yang
bermutu tinggi sesuai harapan dan tuntunan masyarakat (Surachman, 2000).
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yaitu permukaan luar organism dan
membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Fungsi kulit di
antaranya :
1. Melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika
2. Mencegah terjadinya pengeringan berlebihan
4
3. Bertindak sebagai pengatur panas dengan melakukan kontriksi dan dilatasi
pembuluh darah
4. Menunjang kerja ginjal dengan pengeluaran keringat (Mutschler, 1991).
Kulit terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan epidermis dan dermis. Lapisan
epidermis adalah suatu epitel khusus yang berasal dari ectoderm dan di bawahnya
terdapat dermis atau korium yang berupa jaringan ikat dan padat, vascular, yang
berasal dari mesoderm. Lapisan dermis bersesuaian dengan lamina propria membrane
mukosa. Kedua lapisan tersebut melekat erat satu sama lain dengan membentuk
membran yang beragam tebalnya (Surahman, 2007).
Jerawat adalah penyakit kulit akibat peradangan menahun dari folikel
pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus, dan
kista pada tempat prediksi seperti muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung
(Wasitaatmadja, 1997).
Radang saluran kelenjar minyak kulit tersebut dapat menyebabkan sumbatan
aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga
kemudian timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses
radang selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus,
dan kista. Bila peradangan terus terjadi, maka jaringan parut akan terbentuk
(Wasitaatmadja, 1997).
Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi di antaranya karena:
1. Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai
faktor penyebab, yaitu: hormonal, cuaca, jasad renik, makanan, stres psikis dan
lain-lainnya terjadi pada akne vulgaris
2. Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea olah massa eksternal, baik dari
kosmetik, bahan kimia di tempat kerja, di rumah tangga, deterjen, atau bahkan
tekanan helm atau ikatan rambut
3. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar
matahari, atau sinar radio aktif terjadi pada akne fisik (Wasitaadmadja, 1997).
5
Disposisi akne merupakan bawaan, gejalanya disebabkan oleh faktor-faktor
tambahan lainnya. Misalnya oleh androgen, proliferasi epitel folikel kelenjar sebum
meningkat, dan akan dihambat oleh estrogen. Akne dibedakan menjadi akne endogen
dan akne eksogen. Akne endogen dibagi atas acne vulgaris dan berbagai bentuk
istimewa lain (misalnya akne pramenstruasi). Akne vulgaris ang timbul pada awal
pubertas biasanya akan sembuh dengan spontan pada usia tiga puluhan. Pada akne
eksogen terdapat akne klor, yang disebabkan oleh hidrokarbon aromatis terklorinasi
dan akne karena obat. Misalnya terjadi pada pemberian senyawa iod atau brom (akne
iod atau akne brom), isonikotinathidrazida, difenilhidantoin, atau glukokortikoid
(akne steroid) (Mutschler, 1991).
Usaha pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan 3 cara:
1. Pengobatan topikal
Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi jerawat. Misalnya dengan
pemberian bahan iritan seperti sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil
peroksida, asam vitamin A, dan asam azelet. Selain itu diberikan pula obat lain
seperti kortikosteroid topikal atau suntikan intralesi untuk mengurangi radang
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan aktivitas jasad renik, menekan
reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan
hormonal. Golongan obat sistemik misalnya: pemberian antibiotik (tetrasiklin,
eritromisin dan klindamisin), obat hormonal (etinil estradiol, antiandrogen
siproteron asetat), penggunaan retinoid untuk menekan hiperkeratinisasi dan
atas dasar serta tujuan berbeda dapat digunakan berupa antiinflamasi
nonsteroid, dapson atau seng sulfat.
3. Bedah kulit
Bedah kulit ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut yang terjadi akibat
jerawat. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat sembuh baik dengan cara
6
bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, bedah pisau, dermabrasi atau bedah
laser (Wasitaadmadja, 1997).
Bakteri penyebab jerawat umumnya adalah Propionibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis.
Bakteri Propionibacterium acne
Dalam penelitian ini salah satu bakteri yang digunakan adalah Propionibacterium
acne. Propionibacterium acne adalah organisme utama yang pada umumnya
memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat. Adapun sistematika bakteri
Propionibacterium acne adalah sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Propionibacteriaceae
Marga : Propionibacterium
Jenis : Propionibacterium acne
Propionibacterium acne adalah termasuk gram positif berbentuk batang, tidak
berspora, tangkai anaerob ditemukan dalam spesimen-spesimen klinis.
Propionibacterium acne pada umumnya tumbuh sebagai anaerob obligat,
bagaimanapun, beberapa strain atau jenis adalah aerotoleran, tetapi tetap
menunjukkan pertumbuhan lebih baik sebagai anaerob. Bakteri ini mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan asam propionat, sebagaimana ia mendapatkan
namanya (Jawetz dkk., 1996).
Bakteri Staphylococcus epidermidis
Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococaceae
7
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus epidermidis
Stafilokokus merupakan sel gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam
bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus epidermidis
membentuk koloni berupa abu-abu sampai putih, non patogen, koagulasi negatif,
memfermentasi glukosa, dapat bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Staphylococcus
epidermidis merupakan flora normal pada kulit. Infeksi stafilokokus lokal tampak
sebagai jerawat, infeksi folikel rambut atau abses, terdapat juga sebagai reaksi
inflamasi yang kuat dan terlokalisir (Jawetz dkk., 1996).
Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi ini harus
diperluas karena zat yang bersifat antibiotik ini dapat pula dibentuk oleh beberapa
hewan dan tanaman tinggi. Di samping itu, berdasarkan antibiotika alam, dapat pula
dibuat antibiotika baru secara sintetis parsial yang sebagian mempunyasi sifat yang
lebih baik. Sejak ditemukannya penicillin oleh Alexander Fleming sampai saat ini
sudah beriu-ribu antibiotika yang ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang dapat
dipakai untuk maksud terapeutik. Antibiotika yang berguna hanyalah antibiotika yang
mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang
dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik ( Mutschler,1991).
Mekanisme kerja antibiotik umumnya dapat dibagi menjadi :
1. Menghambat biosintesis dinding sel contohnya adalah penisilin, sefalosforin,
sikloserin, bacitracin.
2. Meningkatkan permeabilitas membran sitoplasma contohnya adalah
sefalosforin, sikloserin, bacitracin.
3. Mengganggu sintesis protein normal bakteri contohnya adalah tetrasiklin,
klolamfenikol, dan eritromisin ( Mutschler,1991).
8
Berdasarkan strukturnya antibiotika dibagi menjadi yaitu :
1. Antibiotik beta lactam
Yang termasuk antibiotika beta lactam adalah tertrasiklin, sefalosforin, mono
bactam , karbapenen. Spectrum kerja antibiotika ini mencangkum Gram positif
dan Gram negative tergantung dari masung-masing senyawa. Mekanisme kerja
utamanya menghambat D-alanin-transpeptidase , yang mengakibatkan pita
glikan dari dinding sel yang baru disintesis tak dapat menyatu dan dengan
demikina dinding sel tak mendapatkan stabilitas yang diperlukan.
2. Antibiotika Tetrasiklin
Antibiotik spectrum luas golongn tertrasiklin diisolasi dari berbagai jenis
streptomyces, yaitu tetrasiklin, oksitetrasiklinj,demeklosiklin. Tetrasiklin
mempunyai struktur dasar yang sama yang terdiri atas empat cincin beratom
enam teranelasi dan perbedaan dengan yang satu dengan yang lain hanya
karena adanya subsituen yang berbeda. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat
sintetis protein ribosom yaitu dengan menghambat pemasukan aminoasil-t-
RNA pada fase pemanjangan yang termasuk fase translasi. Hal ini akan
menyebabkan blockade perpanjangan rantai peptida. Spektrum kerja tetrasiklin
yang luas menyebabkan seringnya penggunaan tetrasiklin pada sejumlah
penyakit infeksi. Karena meningkatnya resistensi pada berbagai galur bakteri,
pemakaiannya dirumah sakit sudah banyak berkurang
3. Antibiotika kloramfenikol
Kloramfenikol yang dulu diisolasi dari Streptomyces venezuelae, saat ini sudah
disintesis secara kimia dan mempunyai spectrum kerja seperti tetrasiklin, akan
tetapi diantara keduanya tidak terjadi resistensi silang. Mekanisme kerjanya
yaitu menghambat peptidil transferase pada fase pemanjangan dan dengan
demikian mengganggu sintesis protein.
9
5. Antibiotika makrolida
Yang termasuk golongan makrolida adalah eritromisin dan spiramisin. Senyawa
yang didapat dari jenis streptomyces ini mempunyai sifat glikosida dan
mengandung cicin lactam makrosiklik, gula amino basa dan gula netral.
Spectrum kerjanya terutama mengikuti mikroba gram positif. Mekanisme
kerjanya yaitu menghambat sintesis protein pada fase pemanjanga dengan
mempengaruhi translokasi. Senyawa ini terikat secara refersibel pada unit 50 s
dari ribosom. Eritromisin merupakan senyawa cepat membentuk galur yang
resisen sehngga indikasinya harus benar-benar tepat.
6. Antibiotika Linkomisin
Yang termasuk antibiotika linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi dari
streptomyces lincolnensis . dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu
klindamisin. Pada klindamisin, sebuah gugus hindroiksil dari struktur
linkomisin ditukar dengan suatu atom klor dengan melakukan inverse
konfigurasi. Kelompok linkomisin mempunyai spekterum kerja yang mirip
antara yang satu dengan yang lainnya, mekanisme kerjanya sama dengan
antibiotika golongan makrolida, antara kedua kelompok ini juga terjadi
resistensi parsial. Linkomisin dan klindamisin digunakan untuk infeksi
staphylococcus bila antibiotik lain tidak bisa digunakan. Klindamisin juga
berguna pada infeksi bakteri anaerob.
7. Antibiotika Aminoglikosida
Yang termasuk golongan antibiotika aminoglikosida adalah steptomisin,
neomisin, kelompok kanamisin-gentamisin,dan spektinumisin. Semua senyawa
ini mempuyai spekrum kerja yang luas dan resistensi silang parsial antara
sesamanya. Mekanisme kerjanya adalah mengikat secara ireversibel pada unit
30 s ribosom dan menyebabkan gangguan yang kompleks pada sintesis protein
(Mutschler,1991).
10
Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu. Masing masing persyaratan mempunyai kosekuensi
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam mendiagnosis akan
menimbualkan kosekuensi berupa kekeliruan dalam menenntukan pengobatan.
Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya
2. Untuk periode yang sesuai dengan yang dibutuhkan
3. Dengan harga yang paling murah untukya dan masyarakat
Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria-kriteria, di
antaranya :
1. Sesuai indikasi penyakit
2. Tepat pemilihan obat
3. Tepat dosis
4. Tepat cara pemberian
5. Tepat interval waktu pemberian
6. Tepat lama pembarian
7. Waspada terhadap efek samping
8. Tepat penilaian kondisi pasien
9. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin
10. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
11. Tepat informasi
12. Tepat tindak lanjut
13. Tepat penyerahan obat
14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 2002).
Sebagai antiinfeksi, antibiotika telah sangat drastic berhasil menurunkan
morbiditas dan mortilitas sebagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya menjadi
sangat singkat. Seiring berjalannya waktu, antibiotika pun menjadi obat yang paling
11
sering disalahgunakan atau digunakan secara irasional, sehingga dapat menyebabakan
peningkatan efek samping, resistensi, dan biaya (Sastramihardja, 2002).
Penggunaan terapeutik antibiotika bertujuan membasmi mikroorganisme
penyebab infeksi. Untuk memutuskan perlu atau tidaknya pemberian antibiotik, perlu
diperhatikan dari gejala klinik, jenis dan patogenitas mikrobanya, serta kesanggupan
mekanisme daya tahan tubuh hostes (Setiabudy, 2007).
Terdapat tiga parameter mikrobiologis yang perlu dikuasai dalam penggunaan
antibiotik, yaitu :
1. Pengertian kepekaan
Kadar hambat minimal merupaka konsentrasi terendah dari antibiotik untuk
menghambat pertumbuhan kuman setelah diinkubasi selama satu malam.
Karena metode dilusi agak rumit untuk dikerjakan, maka yang dikerjakan
adalah metode difusi.
2. Relevansi hasil pemeriksaan laboratorium
Situasi di mana pasien ternyata dapat disembuhkan oleh antibiotik tertentu
walupun laporan laboratorium menunjukkan kuman tersebut sudah resistensi
terhadap antibiotik yang digunakan. Ketidakkonsistenan seperti ini dapat
mengakibatkan polifarmasi dan preskripsi irasional. Untuk itulah penggunaan
antibiotic harus diuji klinis yang objektif berdasarkan hasil-hasil uji klinis yang
dilaksanakan sesuai GCRP (Good Clinical Research Practice).
3. Mencegah berkembangnya resistensi bakteri
Penggunaan antibiotik secara rasional akan mengurangi perkembangan
resistensi. Situasi penggunaan antibiotik memang perlu dievaluasi dari waktu
ke waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang
terbarukan serta masukan yang dapat diberikan oleh para klinikus (Nelwan,
2006).
Sistem ATC/DDD memiliki tujuan sebagai sarana untuk penelitian penggunaan
obat untuk meningkatkan kualitas penggunaan obat. Salah satu komponen ini adalah
12
presentasi dan perbandingan konsumsi obat tingkat internasional dan level-level lain.
Terdapat alasan kuat untuk membuat satu perubahan dalam klasifikasi atau DDD di
mana perubahan yang terjadi berdasarkan alasan permintaan yang secara tidak
langsung berhubungan dengan studi penggunaan obat. Berdasarkan alasan inilah
system ATC/DDD tidak sesuai apabila dijadikan pedoman pengambilan keputusan
pembelanjaan, harga, dan substitusi terapeutik (WHO, 2010).
DDD (Defined Daliy Dose) diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-rata
per hari yang digunakan untuk indikasi utama orang deawsa. DDD hanya ditetapkan
untuk obat yang memiliki kode obat ATC. Analisis penggunaan obat dalam unit
kuantitas dapat membantu dalam mengidentifikasi penggunaan yang overuse dan
under use dalam pengobatan sendiri atau kelompok. Metode DDD merubah dan
menyeragamkan data kualitas produk yang ada seperti dalam berbagai bentuk sediaan
seperti obat, injeksi vial, dan botol ke dalam perkiraan kasar dari pemaparan obat
yang dinamakan sebagai dosis harian (WHO, 2003).
Metode ATC memiliki keuntungan dalam penggunaannya, di antaranya sebagai
berikut :
1. Unit tetap yang tidak dipengaruhi perubahan harga dan mata uang serta bentuk
sediaan
2. Mudah diperbandingkan institusi, nasional, regional, internasional
Metode ATC/DDD juga memiliki keterbatasan, di antaranya sebagai berikut :
1. Tidak menggambarkan penggunaan yang sebenarnya
2. Belum lengkap untuk semua obat : topikal, vaksin, anestesi
(WHO, 2010).
Drug Utilization (DU) 90% didefinisikan oleh WHO pada tahun 1997 sebagai
pemasarn, distribusi, peresepan, dan penggunaan obat dalam masyarakat dengan
perhatian khusus pada hasil akhir dari konsekuensi pengobatan, sosial, dan ekonomi
(Sjoquist and Birket, 2003).
13
Keuntungan dari DU90% dibandingkan pada indikator penggunaan obat lain
yang direkomendasikan oleh WHO adalah menggunaan perhitungan jumlah
penggunaan obat, dengan data penggunaan obat yang tersedia yang berdasar pada
metode ATC/DDD dengan perbandingan bertaraf internasional. Metode DU90%
merupakan metode yang sederhana, tidak mahal, mudah dimengerti, dan mudah
digunakan untuk menafsirkan kualitas (WHO, 2010).
G. Metode penelitian
1. Rancangan penelitian
Penelitian ini ini merupakan penelitian observasional dengan pengumpulam
data secara retrospektif dan penyajian data secara deskriptif.
2. Populasi dan sampel
Data yang digunakan adalah data populasi penggunaan antibiotic berdasarkan
penggunaan antibiotik oleh pasien selama tahun 2012 di Rumah Sakit Hasan Sadikin.
3. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2013 di Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran.
4. Tahapan penelitian
a. Meminta surat pengantar penelitian dari fakultas
b. Mengajukan surat pengantar penelitian dari fakultas dan proposal ke
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
c. Mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung.
d. Pengambilan dan pengumpulan data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung.
e. Pengolahan data
14
5. Pengolahan data
a. Klasifikasi ATC berdasarkan guideline yang telah ditetapkan WHO
b. Jenis antibiotik yang digunakan selama tahun 2010-2012 yang masuk
kedalam segmen DU90%
c. DDD untuk masing-masing antibiotik berdasarkan guideline yang telah
ditetapkan WHO
d. Jumlah dosis antibiotik yang digunakan selama tahun 2010-2012
e. Hasil perhitungan penggunaan antibiotik per tahun dengan
menggunakan satuan DDD/1000KPRJ
f. Persentase penggunaan antibiotik
g. DU90% selama satu tahun
6. Analisis hasil
Data yang telah dikelompokkan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk table atau grafik meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Klasifikasi ATC
b. Jenis antibiotic yang masuk dalam segmen DU90%
c. DDD setiap antibiotic
d. Perhitungan penggunaan antibiotic
e. Perhitungan antibiotic dihitung dalam DDD/1000KPRJ
f. Persentasi penggunaan antibiotic
g. DU90% Pertahun
15
H. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Bulan Ke Pembagian tugas1 2 3 4 5
Persiapan surat pengantar
penelitian
Risa Putri Utami
Pengajuan proposal
penelitian dan surat
pengantar penelitian dari
fakultas ke rumah sakit
Hasan Sadikin Bandung
Dinitha Maulida
Mendapatkan izin untuk
melaksanakan penelitian
Dinitha Maulida
Pengambilan dan pemilihan
data
Risa Putri Utami
Pengamatan dan
pengumpulan data
Dinitha Maulida
Pengolahan dan analisis data Risa Putri Utami
Pelaporan hasil penelitian Risa dan Dinitha
I. Rancangan Biaya
Transportasi Rp 400.000
Pembuatan proposal dan surat perizinan Rp 50.000
Biaya penelitian Rp 1.500.000
Biaya konsultan statistik Rp 500.000
Rp. 2.930.000
16
J. Daftar Pustaka
Depkes RI. 1994. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 539/MenKes/SK/VI/1994
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum.
Depkes RI. 2002. Penggunaan Obat Rasional-Masalah. Depkes RI. Jakarta.
Jawetz, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Nelwan. 2006. Pemakaian Antimikroba Secara Rasional di Klinik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Jakarta.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi kelima. Penerbit ITB. Bandung.
Sastramihardja, HS. 2002. Farmakologi Klinik Jilid 1 Edisi 2. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Gaya Baru. Jakarta.
Sjoquist, Folke., Birkett, Donald. 2003. Drug Utilization. In: Introduction to Drug
Utilization Research. WHO office of publication; 76-84
Surachman, Emma. 2000. Pengenalan Rumah Sakit Secara Umum: Materi Kuliah
Tingkat Profesi Apoteker. Jurusan Farmasi FMIPA Unpad. Bandung.
Surahman. 2007. Buku Ajar Kosmetika. Farmasi Unpad. Jatinangor.
Wasitaatmadja, Sjarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. UI Press. Jakarta.
World Health Organization. 2003. Drug Utilization and Their Applications.
Introduction to Drug Utilization Research. World Health Organization. Oslo.
World Health Organization. 2010. Guidelines for ATC Classification and DDD
Assignment 2010 13th edition. WHO Collaborating Centre for Drugs
Statistic Methodology. Oslo.
17
K. Lampiran
1). Biodata ketua dan anggota kelompok
Nama : Risa Putri Utami
NPM : 260110100073
Jurusan :Farmasi
Fakultas : Farmasi
Universitas : Universitas Padjadjaran
Alamat Rumah/ hp : Pondok Ungu Permai F 20 no 28 Bekasi Utara
Alamat E-mail : [email protected]
Nama : Dinitha Maulida
NPM : 260110100017
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Farmasi
Universitas : Universitas Padjadjaran
Alamat Rumah/ hp : Margahayu Raya Barat blok A3 no 59 Bandung
Alamat E-mail : [email protected]