proposal metode penelitian hukum
DESCRIPTION
Proposal Metode Penelitian HukumTRANSCRIPT
KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM
MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Oleh :
Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 JUDUL
KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM
MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
1.2 LATAR BELAKANG
Kepolisian adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib
dan hukum, yang kadangkala bersifat militaris. Dalam pelaksanaan kinerja
kepolisian terdapat anggota kepolisian yang adalah merupakan pegawai negeri
dalam Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik
Indonesia mempunyai wewenang umum yang dimiliki sesuai dan berdasarkan
undang-undang. Kepolisian mempunyai fungsi sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Dimana fungsi dari kepolisian ini mengharuskan semua anggotanya
(oknum polisi) untuk selalu bersanding dengan masyarakat untuk suatu keadaan
harmonis dalam mewujudkan terciptanya keamanan di dalam masyarakat.
Kewenangan yang dimiliki oleh anggota Kepolisian ternyata tidak
menjadi jaminan bahwa kewenangan tersebut akan digunakan sebagaimana
mestinya. Kewenangan tersebut kadangkala disalahgunakan, sehingga terjadi
ketidak efektifan anggota polisi dalam menjalankan tugasnya. Oknum polisi
yang seharusnya bertugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, dari
hari ke hari menjadi musuh bagi masyarakat. Karena dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia mengatur bahwa Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.1 Undang-Undang mengatur tugas dan kewajiban kepolisian
secara global dan menyeluruh dalam jajaran Kepolisian. Namun secara personal
atau merujuk ke oknum polisi atau anggota kepolisian diatur dalam paragraf 3
mengenai Etika Kemasyarakatan yang terdapat dalam Peraturan Kapolri no.14
tahun 2011 yang berbunyi bahwa setiap anggota Polri dilarang bersikap,
berucap, dan bertindak sewenang-wenang.2 Selain itu seorang anggota polisi
harus dan diwajibkan untuk melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.3 Oleh karena itu sudah semestinya dan seharusnya seorang
anggota Polisi selalu menjunjung tinggi hak asasi di dalam setiap menjalankan
tugas.
Tetapi banyak dari kasus yang ada di sekitar masyarakat terselip adanya
tindakan kekerasan yang banyak dilakukan oleh anggota polisi, yang biasanya
terjadi disaat adanya bentrokan ataupun demonstrasi. Anggota polisi banyak
yang melakukan tindakan di luar prosedur dan melukai masyarakat. Tindakan
oknum Polisi yang berlebihan dan sewenang-wenang terhadap masyarakat tidak
jarang menelan korban. Dalam Undang-Undang Dasar mengatur bahwa setiap
orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif tersebut.4 Sudah seharusnya tidak ada tindakan kekerasan
ditunjukkan oknum polisi kepada masyarakat, karena sangat bertentangan
dengan apa yang telah tercantum dengan peraturan yang sudah ada.
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk rasa aman dan tenteram
serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.5 Sudah jelas bahwa setiap orang mendapatkan perlindungan untuk dapat
bebas dan mengeluarkan pendapat dan aspirasinya dalam bentuk apapun.
Seharusnya oknum polisi tidak diperkenankan menggunakan kekerasan dalam
menjalankan tugas yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Terutama
1 UUD 1945, Pasal 30 ayat 42 Peraturan Kapolri no.14 tahun 2011, Pasal 15 huruf e.3 Undang-Undang no.2 tahun 2002, Pasal 14 ayat 1(i)4 UUD 1945, Pasal 28I5 Undang-Undang no.39 tahun 1999, Pasal 30
dalam tindakan demonstrasi yang dilakukan masyarkat, karena demonstrasi
merupakan sebuah bentuk aspirasi dan apresiasi masyarakat dalam menanggapi
segala sesuatau yang terjadi di sekitarnya. Kewenangan yang dimiliki oleh Polisi
merupakan Sebuah mandat dan kekuasaan dari rakyat yang memerlukan suatu
pertanggungjawaban yang pasti dan jelas.
Undang-Undang yang tercantum diatas khususnya Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ternyata
belum memberikan sebuah penjelasan yang jelas tentang bagaimana semestinya
anggota atau oknum polisi menjalankan tugas demi tercapainya keamanan dan
ketertiban masyarakat. Tanpa harus menggunakan kekerasan dan melanggar Hak
Asasi Manusia. Penjelasan yang ada di atas, membuat penulis merasa tertarik
untuk membahas “Kekerasan Yang Dilakukan Oknum Polisi dalam
Menjalankan Tugas Sebagai Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia“. Melihat
hubungan antara kepolisian dengan masyarakat, penulis beranggapan bahwa
efektifitas UU No. 2 Tahun 2002 ini terutama dalam hal tugas dan wewenang
anggota polisi perlu dikaji lebih mendalam demi efektifnya Undang-Undang ini.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah dampak dari kekerasan yang dilakukan oknum polisi terhadap warga
negara Indonesia?
2. Apakah kekerasan yang dilakukan oknum polisi saat menjalankan tugas
melanggar hak asasi manusia?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan respon dari masyarakat terhadap
kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi, dimana peran polisi yang
semestinya sebagai pelindung masyarakat.
2. Untuk menganalisis kriteria dan bentuk dari kekerasan oleh oknum polisi
disaat menjalankan tugas sebagai bentuk dari pelanggaran hak asasi
manusia.
1.5 MANFAAT
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitan adalah ntuk pengembangan bidang
keilmuan. Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk
mengembangkan sisi keilmuwan di bidang hukum pidana, pemahaman
tentang hak asasi manusia dan khususnya terhadap peraturan-peraturan
kepolisian yang ada di Indonesia ini. Selain itu penelitian ini untuk
menganalisis adanya kekosongan hukum dari Undang-Undang
Kepolisian negara Republik Indonesia khusunya tentang tugas dan
wewenang disaat menjalankan tugas.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi pembuat Peraturan Perundang-Undangan (Legislatif)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran
dan kontribusi ilmiah untuk mendorong pemerintah dan legislatif
dalam mengisi kekosongan hukum. Selain itu dapat bersikap aktif
dan juga dapat menampung aspirasi-aspirasi hukum yang berkaitan
dengan Kepolisian.
b. Bagi Kepolisian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan batasan berkaitan
dengan kewenangan polisi disaat menjalankan tugas. Agar tidak
terjadi tindakan sewenang-wenang dalam menjalankan tugas,
terutama menggunakan kekerasan dalam menjalankan tugas. Seingga
tercipta citra baik dari kepolisian dan keadilan muncul dari segala
tindakan polisi saat menjalankan tugas.
c. Bagi warga Negara Indonesia
Penelitian ini diharapkan agar warga masyarakat Indonesia dapat
mendapatkan keadilan di dalam bersinggungan dengan kepolisian.
Sehingga kepercayaan dari masyarakat kepada polisi kembali
tercipta dan hubungan baik dan keharmonisan timbul diantara
masyarakat dan kepolisian.
1.6 KAJIAN PUSTAKA
1.6.1 Kekerasan
Kekerasan merupakan sebuah kata yang berkata dasar “keras”.
Kekerasan sendiri adalah perihal yang bersifat keras yang merupakan
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
orang lain.6 Mengacu pada pengertian yang demikian ini, kekerasan pada
hakekatnya menunjuk pada suatu kondisi dimana situasi yang ada
cenderung mengarah kepada situasi yang tidak kondusif dan memberikan
efek yang negatif. Kekerasan juga dapat terjadi dimana saja, dapat
dilakukan siapa saja dan kepada siapapun.
1.6.2 Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum. Kepolisian adalah segala hal-
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
perundang-undangan. Artinya kepolisian adalah sebuah instansi yang
dibentuk oleh Pemerintah yang bertugas untuk melakukan pendekatan
kepada masyarakat dalam bidang perlindungan dan pelayanan serta
dalam hal untuk menegakkan hukum.
1.6.3 Oknum Polisi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia oknum adalah pribadi atau
seseorang. Mengacu pada pengertian ini dan pada penelitian ini, oknum
polisi adalah merupakan bagian dari keanggotaan kepolisian. Yang lebih
6 Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
mengarah kepada pribadi dari anggota kepolisian. Oknum polisi adalah
bagian dari kepolisian yang mempunyai tugas dan kewajiban masing-
masing. Dan setiap oknum polisi mempunyai tugas dan kewajiban yang
berbeda-beda. Oknum polisi juga mempunyai kewenangan tersendiri.
1.6.4 Menjalankan Tugas
Menjalankan adalah melakukan. Pengertian tersbut menggambarkan
bahwa menjalankan bisa berarti banyak hal, mulai dari melakukan tugas,
kewajiban, dan pekerjaan. Tugas merupakan sesuatu yang wajib
dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan, merupakan sebuah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang.
Dari pengertian diatas, menjalankan tugas berarti melakukan sebuah
pekerjaan yang selanjutnya menjadi sebuah tanggung jawab bagi
pelaksana pekerjaan tersebut. Dalam penelitian ini yang menjalankan
tugas adalah seorang polisi atau anggota dari kepolisian.
1.6.5 Bentuk
Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang
yang ditempati oleh obyek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas
terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi dan orientasi terhadap
bidang semesta yang ditempati.7 Namun secara singkat, bentuk
merupakan sebuah gambaran. Dapat disimpulkan bahwa bentuk adalah
sebuah gambaran tentang apa yang kita lihat dan kita rasakan di dalam
kehidupan sehari-hari.
1.6.6 Pelanggaran
Pelanggaran adalah sebuah perbuatan melanggar, tindak pidana yang
lebih ringan daripada kejahatan. Tindak pidana merupakan salah satu
istilah yang di gunakan untuk menggambarkan suatu perbuatan yang
dapat dipidana, dalam bahasa belandanya “strafbaarfreit”. Berarti
pelanggaran adalah sebuah situasi dimana seseorang atau lebih
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Bentuk
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Dalam
penelitian ini pelakunya adalah oknum polisi yang dilihat melakukan
pelanggaran disaat melakukan tugas dan tidak sepatutnya melakukan
tindakan yang melawan hukum.
1.6.7 Hak Asasi Manusia
Hak merupakan sebuah pasangan dari kewajiban. Ketika lahir manusia
secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Hak bisa diartikan
sesuatu yang seharusnya dan semestinya didapat oleh setiap manusia.
Manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain).
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oles
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Pelangaran Hak Asasi Manusia
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasu dan atau mencabut
Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang oleh Undang-
Undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.8
1.7 METODE PENELITIAN
1.7.1 Pendekatan Serta Isu Hukum Yang Dikaji
Penelitian ini akan menggunakan penelitian secara yuridis normatif
dan menggunakan pendekatan kasus (Case Approach) untuk menganalisa
sejauh mana pengaturan sistem hukum di Indonesia mengenai kinerja
8 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2072842-pengertian-hak-asasi-manusia-menurut/
oknum polisi di dalam menjalankan tugas dan kekerasan oknum polisi yang
dilihat sebagai bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia.
Penelitian ini juga menggunakan Pendekatan Kasus (Case
Approach) dimaksudkan untuk menganalisa sejauh mana kinerja polisi
dalam berhadapan langsung dengan masyarakat sehari-hari, baik dalam
keadaan tenang maupun dalam keadaan genting.
1.7.2 Bahan Hukum Penelitian
A. Bahan Primer
Bahan Primer dalam penelitian ini didapat berdasarkan analisis terhadap
Undang-Undang seta aturan hukum yang berlaku di masyarakat dalam
permasalahan ini, diantaranya :
a) Amandemen ke-IV Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945
b) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia pasal 14 ayat 1(i)
c) Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 pasal 15 huruf e
d) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
B. Bahan Sekunder
Sumber bahan sekunder pada penelitian ini didapat dari studi pustaka
dengan mengambil bahan dengan penelusuran internet, literatur-
literatur, serta dokumen-dokumen lain yang mendukung keberadaan
data primer.
1.7.3 Teknik Penelusuran Bahan
Bahan-bahan penelitian ini diambil dari beberapa Undang-Undang
yang berkaitan dengan persoalan dari penelitian ini, dari berbagai literatur
buku hukum, kepolisiasn, dan hak asasi manusia yang didapat melalui studi
pustaka dari Pusat Dokumen Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya
1.7.4 Teknik Analisis Bahan
Analisis bahan hukum dikategorikan dan disusun secara sistematis
menggunakan interpretasi dengan susunan :
a) Menganalisis bahan (primer dan sekunder) dilakukan dengan mencermati
bahan kajian literatur yang digunakan. Serta melakukan interpretasi
terhadap Undang-Undang Kepolisian dan Peraturan Kapolri sebagai
sumber referensi utama kajian Hukum dalam penelitian ini.
b) Menganalisis adanya kekosongan hukum, dan juga mempelajari berbagai
kasus yang berkaitan dengan penelitian ini. Yang tujuan utamanya
adalah mempelajari sebab dan akibat dari kasus yang ada, dan nantinya
akan digunakan sebagai pengendali hubungan antara para pihak.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian,
2. Bab II, berisi kajian tentang sejauh mana pengertian kinerja dari oknum
polisi dengan menggunakan kekerasan dalam menjalankan tugas yang dilihat
sebagai bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia,
3. Bab III, Berisi tentang metode penelitian yang digunakan, pendekatan serta
isu hukum yag dikaji, bahan hukum, teknik penelusuran bahan, teknik
analisis bahan.
4. Bab IV, Pembahasan mengenai permasalahan hukum berkaitan dengan
kekerasan oleh oknum polisi sebagai bentuk pelanggaran Hak Asasi
Manusia,
5. Bab V, Merupakan bab yang berisi penutup yang berisi kesimpulan dan
saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Kekerasan
Kekerasan merupakan sebuah kata yang berkata dasar “keras”. Kekerasan
sendiri adalah perihal yang bersifat keras yang merupakan perbuatan seseorang atau
kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.9 Mengacu pada pengertian
yang demikian ini, kekerasan pada hakekatnya menunjuk pada suatu kondisi
dimana situasi yang ada cenderung mengarah kepada situasi yang tidak kondusif
dan memberikan efek yang negatif. Kekerasan juga dapat terjadi dimana saja, dapat
dilakukan siapa saja dan kepada siapapun.
Pelanggaran adalah sebuah perbuatan melanggar, tindak pidana yang lebih
ringan daripada kejahatan. Tindak pidana merupakan salah satu istilah yang di
gunakan untuk menggambarkan suatu perbuatan yang dapat dipidana, dalam
bahasa belandanya “strafbaarfreit”. Berarti pelanggaran adalah sebuah situasi
dimana seseorang atau lebih melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan yang
semestinya. Dalam penelitian ini pelakunya adalah oknum polisi yang dilihat
melakukan pelanggaran disaat melakukan tugas dan tidak sepatutnya melakukan
tindakan yang melawan hukum.
Tindakan kekerasan yang dilakukan anggota kepolisian berarti tindakan
yang merupakan sebuah perbuatan yang menyebabkan cedera atau matinya orang
lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain dan merupakan
sebuah tindakan melanggar atau tindak pidana yang dapat dikenai sanksi di dalam
setiap tindakan yang dilakukan.
2.2 Analisis Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan perundang-undangan. Artinya kepolisian adalah sebuah
instansi yang dibentuk oleh Pemerintah yang bertugas untuk melakukan pendekatan
kepada masyarakat dalam bidang perlindungan dan pelayanan serta dalam hal untuk
menegakkan hukum.
Oknum polisi adalah merupakan bagian dari keanggotaan kepolisian. Yang
lebih mengarah kepada pribadi dari anggota kepolisian. Oknum polisi adalah
bagian dari kepolisian yang mempunyai tugas dan kewajiban masing-masing. Dan
setiap oknum polisi mempunyai tugas dan kewajiban yang berbeda-beda. Oknum
polisi juga mempunyai kewenangan tersendiri. Disaat menjalankan tugas yang
berarti banyak hal, mulai dari melakukan tugas, kewajiban, dan pekerjaan. Tugas
merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan,
merupakan sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang. Dari
pengertian diatas, menjalankan tugas berarti melakukan sebuah pekerjaan yang
selanjutnya menjadi sebuah tanggung jawab bagi pelaksana pekerjaan tersebut.
Dalam penelitian ini yang menjalankan tugas adalah seorang polisi atau anggota
dari kepolisian.
5.3 Analisis Hak Asasi Manusia
Hak merupakan sebuah pasangan dari kewajiban. Ketika lahir manusia
secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Hak bisa diartikan sesuatu yang
seharusnya dan semestinya didapat oleh setiap manusia. Manusia adalah makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oles negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. Pelangaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasu dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau
kelompok orang yang oleh Undang-Undang, dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.10
10 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2072842-pengertian-hak-asasi-manusia-menurut/
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Serta Isu Hukum Yang Dikaji
Penelitian ini akan menggunakan penelitian secara yuridis normatif dan
menggunakan pendekatan kasus (Case Approach) untuk menganalisa sejauh mana
pengaturan sistem hukum di Indonesia mengenai kinerja oknum polisi di dalam
menjalankan tugas dan kekerasan oknum polisi yang dilihat sebagai bentuk dari
pelanggaran hak asasi manusia.
Penelitian ini juga menggunakan Pendekatan Kasus (Case Approach)
dimaksudkan untuk menganalisa sejauh mana kinerja polisi dalam berhadapan
langsung dengan masyarakat sehari-hari, baik dalam keadaan tenang maupun dalam
keadaan genting.
3.2 Bahan Hukum Penelitian
3.2.1 Bahan Primer
Bahan Primer dalam penelitian ini didapat berdasarkan analisis terhadap
Undang-Undang seta aturan hukum yang berlaku di masyarakat dalam
permasalahan ini, diantaranya :
a. Amandemen ke-IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945
b. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia pasal 14 ayat 1(i)
c. Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 pasal 15 huruf e
d. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
3.2.2 Bahan Sekunder
Sumber bahan sekunder pada penelitian ini didapat dari studi pustaka
dengan mengambil bahan dengan penelusuran internet, literatur-literatur,
serta dokumen-dokumen lain yang mendukung keberadaan data primer.